ISSN 1907 - 3666
Volume 9, Nomor 17, Maret 2014 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
Penanggung jawab/Pemimpin Umum : Dra. Yenny Budiasih, MBA Pemimpin Redaksi : Hj. Sri Wahyuningsih, SE, MM. Staf Ahli : Dr. Sugito Effendi, MSi. Dr. Mohamad Ilmi, M.Ec. Dr. Marinus R. Manurung, MPA Indri Astuti, S.Pd., MM., M.Pd. Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH. Noverdi Bross, Ph.D. Hadi Mulyo Wibowo, SH, MM. M. Riduan Karim, SE, MM Pelakasana Harian : H. Zaharuddin, SE, MM Dr. Nurwidiatmo, SH, MM, MH Dr. Zulkifli Amsyah, MA. Tim Editing Budi Purnomo Sugito Hartadi Sirkulasi & Pemasaran Teorida Simarmata Dewi Listiorini
Alamat Redaksi : Program Magister Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI Jakarta Jl. Tanjung Barat No.11 Jakarta Selatan 12530 Telp. (021) 781 7823, 781 5142 Fax. (021) 781 5144 E-mail :
[email protected]
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
85
Volume 9, Nomor 17, Maret 2014 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
DARI REDAKSI Segala puji bagi Tuhan yang Maha Esa, Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen Volume 9, Nomor 17, bulan Maret 2014 dapat menjumpai pembaca sesuai waktu yang direncanakan. Dalam edisi ke enam ini, redaksi Jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen menyajikan beberapa topik antara lain: 1. Manajemen Pengembangan Unit Usaha Sekolah dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2. Model Manajemen Pembelajaran Portopolio Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PPKN) untuk Peningkatan Daya Kritis Siwa Di SMPN 2 Teluk Jambe Kabupaten Karawang 3. Analisis Pengembangan Kelapa Sawit Di Pulau Sumatera 4. Pengaruh Pemberian Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Di PT Pusaka Interior Design Jakarta 5. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pada Loyalitas Pelanggan yang Dimediasi Kepuasan Pelanggan (Studi Pada Amelia Phone Repair Software and Hardware) 6. Pola Perhitungan Persediaan Perlengkapan (Studi Kasus Di PT. Berdiri Matahari Logistik, Jakarta ) 7. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Pada PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Pondok Indah 8. Tugas Pokok dan Fungsi Guru Profesional 9. Urgensi Managament Pemberdayaan Bagi Kinerja Lembaga Pendidikan 10. Analisis Hubungan Service value (Nilai Perkhidmatan) Pendidikan Tinggi dengan Kepuasan Pelajar serta Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Tinggi Di Indonesia Redaksi mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dengan penulis, dan dengan pembaca yang menggunakan jurnal Aliansi Bisnis & Manajemen sebagai salah satu referensi. Besar harapan kami Jurnal ini turut memberikan kontribusi dalam pengembangan bisnis dan manajemen. Kami sangat terbuka menerima kritik dan saran guna penyempurnaan Jurnal kita pada edisi mendatang. Terima kasih Redaksi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
87
Volume 9, Nomor 17, Maret 2014 Volume 1, Nomor 3, Nopember 2007
DAFTAR ISI MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto --------------------------------------------------------------------------MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman -----------------------------------------------------------------------ANALISIS PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA Oleh : Munawir ----------------------------------------------------------------------------------PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh : Sumarsid ---------------------------------------------------------------------------------PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (STUDI PADA AMELIA PHONE REPAIR SOFTWARE AND HARDWARE) Oleh : Riyan ---------------------------------------------------------------------------------------POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartok -----------------------------------------------------------------------PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PONDOK INDAH Oleh : Suherman Sapri -------------------------------------------------------------------------TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh : Syarif Hidayat -------------------------------------------------------------------------URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh : Hasby -----------------------------------------------------------------------------------ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh : Zaharuddin -------------------------------------------------------------------------------
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
1
13 25
31
41
47
57
69
75
89
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto ABSTRACT Education as tip of spear in preparation for man resource and needed nation resource to run after development step-up on industrial era. In menumbuhkan kewirausahaan’s soul student. schooled business unit development gets to help make ready that student have knowledge that gets to orient kewirausahaan, desirable professional labour by world job and effort. This research intent to know headmaster management in developmental schooled business unit for menumbuhkan kewirausahaan’s soul, one that is seen from performing and a variety action and policy that did by headmaster to schooled business unit step-up. Theory that melandasi is cognitive quality management, strategik’s management theory, education, vokasional’s theory, and kewirausahaan’s theory life path change . This research utilize diskriptif ’s method with kualitatif ’s approaching. This research is attributed to dig up data and information that gets bearing with schooled management, in menumbuhkan kewirausahaan’s soul on student via developmental schooled business unit. After been done research at drd schooled that, available special characteristic at schooled each deep collation programs kewirausahaan’s activity to student, particularly really been regarded by headmaster leadership, heterogenitas latar is personality learns, education supporter medium, and involvement stake holder to program school in common.
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Proses pendidikan yang bermutu di dukung oleh faktor-faktor penunjang, seperti administrator, guru, konselor, staf tata usaha, dan staf profesional. maupun sarana prasarana, fasilitas, media, serta su mb er b elajar yang memad ai, biaya yang mencukupi, manajemen yang tepat, lingkungan yang mendukung. Mutu bukan sesuatu yang statis, tetapi berubah, berkembang dan dinamis, Untuk mendukung pelaksanaan inovasi kurikulum di sekolah dalam situasi dan kondisi saat ini diperlukan bantuan orang lain yaitu seorang kepala sekolah yang memiliki k emampu an u ntuk men garahk an , menggerakkan, memotivasi dan mengendalikan juga mengawasi segala kebutuhan guru, serta dapat menciptakan iklim sekolah yang menyenangkan. Untuk meningkatkan pelaksanaan inovasi kurikulum sekolah diper luk an secar a optimal b er bagai sumberdaya baik SDM, sarana prasarana, maupun dana.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Kepala sek olah sebagai pimpinan satu an pendidikan membutuhkan kemampuan dalam mengelola lembaga pendidikan, maupun manajerial yang baik, ketrampilan d alam mengarah kan, membimbing serta menjalankan aktivitas lembaga pendidikan sekolah. Kemampuan manajerial kepala sekolah sangat vital bagi seorang pemimpin, karena merupakan cerminan kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan tugas serta fungsinya sebagai seorang pimpinan. Berkaitan dengan pendidikan, kondisi nasional sering dikeluh kan k urang tertanamn ya jiwa kewirausahaan pada lembaga pendidikan terutama pada pengelola sekolah. Seperti diungkapkan Ciputra, (2007) yaitu : Mengharapkan lembaga pendidikan mampu menciptakan generasi muda yang memiliki jiwa kewirausahaan sehingga mereka bisa mengubah rongsokan menjadi emas. Selanjutnya Ciputra (Kompas, Rabu, 8 September 2004) menambahkan bahwa kebanyakan generasi muda tidak dibesarkan
1
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
dalam budaya wirausaha sehingga ketika dewasa memiliki pola pikir untuk mencari kerja bukan mencipta kerja. Kewirausahaan adalah sikap dan perilaku wirausaha. Wirausaha ialah “orang yang inovatif, antisipatif, pengambil resiko, dan berorientasi laba (Kao, 1991: 14). Perilaku wirausaha merupakan aktivitas memadukan kepribadian, peluang, dana dan sumber daya yang terdapat pada lingkungan untuk mendapatkan keuntungan (Sudjana, 2004: 131). Ciri-ciri orang yang berjiwa kewirausahaan menurut (Sudjana, 2004: 53-55): (1) mempunyai visi, (2) kreatif dan inovatif, (3) mampu melihat peluang, (4) or ien tasi pada kep uasan k onsumen atau pelanggan, (5) orientasi pada laba dan pertumbuhan, (6) berani menanggung resiko, (7) berjiwa kompetisi, (8) cepat tanggap dan gerak kompetisi, (8) cepat tanggap dan gerak cepat, (9) berjiwa sosial dengan menjadi dermawan dan berjiwa altruis. Unit Produksi merupakan salah satu kelompok belajar usaha yang dibangun sekolah untuk membina, mengarahkan serta memberikan keterampilan yang baik terhadap komponen sekolah. Salah satu kebijakan yang dapat membantu terwujudnya link and match adalah dengan mendirikan unit produksi di lembaga pendidikan SMK yang dapat dikelola secara baik. Pendirian Unit Produksi dimaksudkan un tuk meningk atk an pr ofesio nalisme dalam menumbuhkan jiwa kewiraswastaan guru, staf, dan siswa. Alternatif ini diambil karena SMK mempunyai sumber daya manusia dan sarana yang tidak kalah dengan dunia kerja. Melalu i penelitian Mar uli (2008) yan g mendapatkan minat untuk berwiraswasta di kalangan SMK Cimahi hanya 61 dari 500 orang seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Minat Setelah Lulus SMK Cimahi Tahun 2008 Minat Setelah Lulus
Jumlah
Persentase (%)
PNS
35
7
TNI/POLRI
27
5,4
Swasta
210
42
Wirausaha
61
12,2
Kuliah
97
19,4
Lain-lain
70
14
500
100%
Jumlah
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dilakukan kebijakan link and match. Sebagai realisasi dari kebijakan tersebut, maka telah dicanangkan konsep pendidikan dengan sistem ganda (PSG/Dual Base System). Pendidikan Sistem Ganda adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memadukan pendidikan sekolah dengan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja (Depdikbud,1994). Akar permasalah dalam penelitian ini adalah pemanfaatan unit usaha sekolah yang tidak optimal, dalam upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan lulusan di SMK. Pengelolan manajemen oleh kepala sekolah dirasa masih kurang, sehingga tidak memiliki dampak yang optimal terhadap tujuan pendidikan, Pengembangan unit usaha sekolah dapat membantu men yiap kan sisw a memiliki w aw asan yan g berorientasi pada kewirausahaan. Pengembangan unit usaha sekolah merupakan perwujudan pendidikan yang baik terhadap siswa, mampu menanamkan jiwa kewirausahaan, sehingga akan mencetak lulusan yang mampu bersaing dalam dunia kerja maupun mandiri dengan berwirausaha. 2.
Identifikasi Masalah Ber dasark an u raian di atas penu lis mengidentifikasi masalah sebagai berikut; a. Kepemimpinan kepala sekolah yang perlu ditingkatkan yang selama ini dirasa kurang oleh guru maupun siswa. b. Kurang tertanamnya jiwa kewirausahaan pada lemb aga pen didikan khususnya Sek olah Menengah Kejuruan c. Kurangnya pemahaman unit usaha produksi yang merupakan salah satu kelompok belajar. d. Kurangnya jiwa wirausaha pada perilaku siswa. e. Kinerja yang ada perlu ditingkatkan lagi dengan pemberian reward agar guru mampu bekerja optimal f. Lingkungan kerja yang ada kurang memberikan kepuasan bagi guru maupun siswa. g. Kurangnya pemanfaatan unit usaha sekolah yang tidak optimal dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan
Sumber: Maruli (2008)
2
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
3.
Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah Gambar Faktor dalam perumusan masalah
siswa memiliki pengetahuan serta wawasan tentang kewirausahaan serta pengelaman bekerja dan memiliki cirri-ciri wirausaha b.
Berdasar kan gambar di atas bah wa masukan atau ( input ) dalam hal ini Keb ijak an , pend id ik an , Pr ogram pendidikan-kurikulum, Personil: Kepala Sekolah, Guru, Staf TU, Lingkungan sekolah, Lingkungan keluarga, masyarakat, lernbaga sosial, unit kerja, sarana dan prasarana, biaya dan siswa. Di dalam keseluruhan sistem maka input merupakan faktor yang sangat penting pula dan men en tu kan mu tu lulusan yan g dikehendaki, karena input inilah yang menentuk an b agaimana p ro ses pembelajaran itu akan terjadi di dalam diri siswa menjadi lulusan yang bermutu. 2.
Pembatasan Masalah Banyak f aktor yan g memp engaru hi pengembangan unit usaha sekolah. dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan, oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada factor manajemen yang diterapkan kepala sekolah dalam mengelola organisasi sekolah. Jiwa kewirausahaan sebagai bekal keteramp ilan ser ta p ro ses pembelajaran di sekolah, maupun mutu lulusan bergantung pada manajemen sekolah yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam mengelola dan mengatur sekolah. Oleh karena itu manajemen sekolah sangat memberikan dampak po sitif terh ad ap p en in gk atan jiw a kewirausahaan sebagai usaha pembekalan keterampilan terhadap peserta didik.
Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1) Analisis faktor eksternal dan internal yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam pengembangan unit usaha sekolah untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di sekolah. 2) Rencana pen gemban gan un it usaha sekolah dalam pengembangan unit usaha di sekolah. 3) Pengorganisasian unit usaha sekolah yang dilakukan kepala sekolah 4) Pelaksanaan unit usaha sekolah yang dilaksanakan Kepala Sekolah dalam kegiatan kewirausahaan di sekolah 5) Ev aluasi k egiatan un it u saha yan g dilakukan kepala sekolah dalam kegiatan kewirausahaan di sekolah dalam kegiatan kewirausahaan di sekolah 6) Hasil yang dicapai dalam pengembangan un it u sah a seko lah d alam kegiatan kewirausahaan di sekolah 7) Faktor pendorong dan mengh ambat kegiatan pengembangan unit usaha sekolah dalam kegiatan kewirausahaan sekolah. c. 1.
2. 4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui manajemen kepala sekolah dalam pengembangan unit usaha sekolah mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan, sehingga
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Secar a teor itis h asil p en elitian in i diharapkan menghasilkan dampak teori yang berkenaan tentang pengembangan dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan secara institusional (SMK) pada k hu su sn ya seb agai seb uah kelembagaan pendidikan yang memiliki peranan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam penerapan man ajemen sek olah d an jiw a kewirausahaan melalui peningkatan peran unit usaha sekolah. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa temuan penting sebagai masukan yang dapat dimanfaatkan oleh para pengelola, pengemban gan, pelaksan a lembaga pendidikan.
3
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
Seb agai b ah an evalu asi dan masukan bagi para pengelola Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya SMK di Jakarta Barat untuk mengambil kebijakan dan langkah-langkah strategis dalam mewujudkan visi dan misi lembaga yang lebih professional. 3.
Pertanyaan Penelitian Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pend id ik an k ew ir au sahaan adalah pengembangan nilai-nilai dari ciri-ciri seorang wirausaha. Proses pengembangan nilai-nilai kewirausahaan merupakan sebuah proses panjang dan berkelanjutan dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki k arak ter, pemahaman d an ketrampilan sebagai wirausaha. Manajemen pengembangan unit usaha sekolah di SMK telah mengacu pada acuan ideal, dalam arti mengacu pada teori manajemen. Hal ini berarti fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi: Perencanaan, Pengor ganisasian, Pelaksanaan, dan pengaw asan d an evalu asi telah diimplemen tasikan pada k egiatan kewirausahaan melalui pengembangan unit usaha sekolah dengan mempertimbangkan daya dukung yang ada dan meminimalisir hambatan. Adapun output atau yang menjadi tujuan pengembangan unit usaha sekolah adalah agar siswa memiliki : (1) cirri-ciri wirausaha, tingkat ketrampilan dan etos kerja yang tinggi, (2) penguasaan ko mpetensi sesuai dengan p rogr am keahliannya, dan (3) sertifikasi dan siap memasuki lapangan pekerjaan, (4) mampu berkreasi dan berinovasi serta berani dalam pengambilan keputusan, (5) menanamkan sikap, dan mental sebagai seorang siswa yang siap menjadi lulusan yang bermutu.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah maka pertanyaan penelitiannya yang diajukan adalah: 1. Apa yang dilakukan dalam menganalisis factor ekstern al d an inter nal pengembangan unit usaha sekolah untuk
4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
menu mbu hkan jiw a k ew irausahaan siswa?. Bagaimana rencana pengembangan unit u saha d alam men umbu hk an jiw a kewirausahaan siswa?. Bagaimana pengorganisasian pengembangan unit usaha dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa?. Apa yang dilakukan Kepala Sekolah dalam pengembangan u nit usah a un tu k menu mbu hkan jiw a k ew irausahaan siswa?. Bagaimana evaluasi kegiatan pengembangan unit usaha dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan siswa?. Apa h asil yan g dicapai dalam p en gemb an gan un it u saha dalam menu mbu hkan jiw a k ew irausahaan siswa?. Bagaimana f ak to r pend or on g dan menghambat kegiatan pengembangan unit u saha d alam men umbu hk an jiw a kewirausahaan siswa?
II. LANDASAN TEORI 1. Kajian Pustaka a. Landasan Teologis Manajemen sekolah untuk menumbuhkan berjiwa kewiorausahaan, dilandasi secara teologis adalah Surat Ar – ad (13) (11)
....S esun gg uh nya Al la h tida k meru ba h keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.... ( Ar-Ra’ad ; 11 Pendidikan adalah kegiatan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan siswa agar mereka mampu menghidupi dirinya sendiri dan memuliakan kehidupannnya. Dunia pendidikan pada intinya adalah kegiatan yang mengubah pola pikir dan karakter perserta didik agar sesuai dengan karakter sistem sosial yang diharapkan. b.
Landasan Filosofis Disertasi ini disusun dan dihubungkan atas dasar fo nd asi filsaf at: pr agmatisme. Pragmatisme berp an dan gan bahwa p en entuan nilai suatu pengetahuan didasarkan pada kegunaan praktisnya dan d inilai b erdasark an apa yang memenuhi kepentingan subyektif individu, bukan pengakuan kebenaran obyektif dengan kriterium praktis.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
Filsafat pragmatisme menyatakan bahwa segala sesuatu dalam alam dan kehidupan adalah berubah (Mudyaharjo: 2002:235). Pragmatisme itu sendiri berarti hanya idea (pemikiran, pendapat, teori) yang dipraktekkanlah yang benar dan berguna (Tafsir; 1998:185). Menurut filsafat ini pendidikan adalah hidup, pertumbuhan sepanjang hidup, proses rekontruksi dan sebuah proses sosial. Tujuan pendidikan adalah memperoleh pengalaman yang berguna untuk memecahkan masalah-masalah baru dalam kehidupan perorangan dan bermasyarakat. Tujuan pendidikan tidak ditentukan dari luar kegiatan pendidikan, tetapi terdapat dalam setiap proses pendidikan. Oleh karena itu,tidak ada tujuan umum pendidikan atau tujuan akhir pendidikan.. c. 1.
Landasan Keilmuan Teori Manajemen Mutu Teori manajemen mutu dipelopori oleh Deming, Sailis. Menurut teori ini “manajemen mutu merupakan seperangkat prosedur proses untuk memperbaiki kinerja dan meningkatkan mutu kerja” (Ali, 2007:620). Manajemen mutu itu sendiri merupakan satu cara dalam mengelola suatu organisasi yang bersifat komprehensif dan terintegrasi yang diarahkan dalam rangka: 1) memenuh i kebutuh an pelan ggan secara konsisten, dan 2) mencapai peningkatan secara terus menerus dalam setiap aspek aktivitas organisasi (Tenner dan De Toro , 1992). Manajemen mutu merupakan suatu sistem manajemen yang secar a teru s meneru s men gu sahakan dan diar ah kan un tu k meningkatkan kepuasan pelanggan dengan biaya murah. Teori manajemen yang dikemukakan Terry George R. (Alih Bahasa oleh Winardi, 1996) bahwa Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan yan g dilakuk an u ntuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
2. Teori Manajemen Strategik Manajemen strategis menawarkan banyak model. Model yang cukup baik, sederhana, mudah dilaksanakan, dan masuk akal yang sering digunakan adalah model manajemen strategik Hunger dan Wheelen. “Mereka membagi proses manajemen strategis menjadi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
4 langkah atau 4 elemen dasar, yaitu (1) pemindaian lingkungan, (2) formulasi strategi, (3) implementasi strategi, serta (4) evaluasi dan pengawasan 3. Teori Pendidikan Nan a S. Suk madinata ( 1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : 1) Pendidikan klasik Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat k lasik, seperti Per enialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari k hazanah ilmu p en getahu an yan g ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. 2) Pendidikan pribadi Teori Pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengur an gi k er en ggan gan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis). 3) Teknologi pendidikan Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan
5
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
4)
4.
6
dengan pendidikan klasik tentang peranan pend id ik an d alam men yamp aikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuankemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, beru pa d ata- data o byek tif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual. Pendidikan Interaksional Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendid ikan yan g bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Teori Vokasional Teori Vokasional Donald Super Pend id ik an v ok asio nal meru pakan penggabungan antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Kurikulum dalam pendidikan v ok asio nal, ter ko nsen tr asi pada sistem pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) pada kejuruan-kejuruan khusus (specific trades). Kelebihan pendidikan vokasional ini, antara lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya. Pendidikan kecakapan hidup merupakan isu sentral dalam pelayanan pendidikan. Hal tersebut merupakan jembatan penghubung antara penyiapan peserta didik di lembaga pendidikan dengan masyarakat dan dunia kerja. Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: Kecakapan hidup generik (generic life skill/
GLS), dan Kecakapan hidup spesifik (specific life skill/SLS). Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan. Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). 5.
Teori Kewirausahaan (Life Path Change) Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak melalui proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh: 1) Negative displacement Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, ter tekan, ter hina atau mengalami kebo san an selam b ek er ja, d ipaksa/ terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.. 2) Being between things Orang-o rang yan g baru k eluar dari ketentuan, sek olah , atau p en jara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. 3) Having positive pull Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, in vestor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha.
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan masalah yang diteliti adalah metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif, hal ini didasarkan kepada rumusan masalah penelitian di mana penelitian ini ditujukan untuk menggali data dan informasi yang berkaitan dengan manajemen sekolah, dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
peserta didik melalui pengembangan unit usaha sekolah.. Sedangkan untuk menjawab permasalahan secara teoritis digunakan studi kepustakaan dengan harapan penganalisaan terhadap beberapa variabel yang menjadikan faktor penelitian menjadi lebih akurat, sumber data penelitian adalah para kepala sekolah, guru dan staf yang ada di SMK yang diteliti dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah : 1) observasi, 2) wawancara, 3) stusi dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari semua personil yang memberikan informasi untuk kelengkapan data yang diperlukan.
d.
6. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA Pengembangan unit usaha sekolah dimulai dari; 1. Kepala sekolah sebelum menyusun program kegiatan terlebih dahulu menganalisis faktorfaktor ekster nal maup un internal untuk mengetahui kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki. 2. Kepala sekolah membuat perencanaan program pengembangan unit usaha sekolah yang dibuat menjadi program jangka pendek atau tahunan, program jangka menengah, dan program jangka panjang, yang diimplementasikan dalam bentuk kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, dan ko kurikuler. 3. Pengorganisasian kegiatan kewirausahaan di SMK dilakukan dengan cara membagi tugas, wewenang dan tanggung jawab guru maupun pegawai. Kepala sekolah dibantu wakil-wakil kepala sekolah dan ketua jurusan masing-masing mempunyai tugas dan kewenangannya. 4. Pelaksanaan kegiatan pengembangan unit usaha sekolah kepala sekolah berupaya; a. Mengembangkan unit produksi sekolah b. Merancang pembentukan regional centre (RC) c. Pengembangan sumber daya manusia d. Pengembangan dan sosialisasi program e. Meningkatk an p emen uh an sar an a prasarana 5. Evaluasi yang dilakukan kepala sekolah terhadap kegiatan kewirausahaan meliputi : a. Pen ilaian ter hadap kecakapan dan kepribadian guru b. Melakukan penilaian keberhasilan guru mengajar c. Penilaian dalam proses belajar mengajar
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
7 a). b).
c).
d). e).
Kep ala seko lah mengumpu lk an , mengorganisir, dan menganalisis data kegiatan kewirausahaan sebagai bahan pengambilan keputusan berikutnya. Pembahasan hasil penelitian mengenai ev aluasi dan p engaw asan pembelajar an kelompok belajar usaha akan dititikberatkan pada (1) Waktu Pelaksanaan Evaluasi dan Pengawasan, (2) Hal-hal yang dievaluasi dan Pengawasan, (2) Hal-hal yang dievaluasi dan diawasi, (3) Alasan dan Tujuan diadakan Evaluasi dan Pengawasan, (4) Tindak lanjut dari Hasil Evaluasi dan Pengawasan. Hasil yang d icap ai d alam k egiatan pengembangan kewirausahaan antara lain : a. Komitmen guru meningkat, terlihat tidak ada guru maupun pegawai yang terlambat masuk dan pulang tepat waktu. b. Motivasi guru dan siswa meningkat, terbukti semangat belajar mengajar di dalam cukup antusian dan kondusif, guru memiliki kebebasan untuk berimprofisasi dan berino vasi d alam p ro ses pembelajarannya di dalam kelas maupun dalam Unit Produksi (UP).. Guru lebih profesional dalam menangani semua permasalahan yang berkaitan dengan anak. Misalnya guru lebih memahami masingmasing perkembangan jiwa anak. Keberhasilan kegiatan pengembangan kemandirian serta kewirausahaan dalam sekolah bergantung terhadap kualitas dan profesionalisme seorang guru,. Efisiensi yang diukur dengan ketepatan dalam melak sanakan tu gas, ter utama dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Adapun yang menjadi faktor pendorong meliputi: Komitmen kepala sekolah cukup tinggi, semua program dilaksanakan dengan baik, Guru memiliki kualifikasi pendidikan yang baik, bahk an ada b eb er ap a gu ru yan g su dah berpendidikan S2, Raw input siswa cukup tinggi, hal ini dapat dilihat jumlah pendaftar setiap tah unnya selalu meningkat, Kemauan untuk maju dapat dorongan dari warga sekolah Dukungan Kepala Sekolah. Sedangkan yang menjadi penghambat antara lain : a). Sumber dana belum mencukupi untuk semua kegiatan
7
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
operasional, b). Manajemen sekolah belum optimal, c). tidak semua perusahaan mau diajak kerjasama. Dampak dari implementasi kepala sekolah dalam kegiatan kewirausahaan di sekolah antara lain : 1) Rasa percaya diri setiap guru ak an kemampuan dirinya semakin tumbuh b er kemb an g sebagai ak ib at d ar i kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan ter hadap in dividu gur u dalam berimpropisasi dan berinovasi di dalam kelas. 2) Tumbuh sifat kemandirian dari para guru. Hasil yang sukses yang dilaksanakan oleh guru, mendapatkan apresiasi yang bagus oleh kepala sekolah dalam berbagai aspek kegiatan di sekolah, baik kegiatan yang dilakukan di dalam kelas terhadap proses p embelajaran maup un k egiatan kewirausah aan yang d ilak sanakan berakibat tumbuh sifat mandiri dalam setiap individu guru. 3) Kesempatan kepada gur u un tu k mengembangkan diri cukup tinggi. Karena guru-guru diberi kepercayaan dan kebebasan oleh kepala sekolah untuk men gemb an gk an d ir i send ir i (memberdayakan diri) melalui proses pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas. 4) Tumbuh rasa tanggung jawab terhadap tugas pokoknya. Tugas pokok dan fungsi (tupoksi) guru antara lain merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengadakan tindak lanjut dari hasil evaluasi berupa remedial pembelajaran atau pengayaan. Bagi siswa yang belu m memen uhi k ompeten si diadakan remedial tetapi bagi siswa yang telah mencapai kompetensi diadaakan pengayaan. 5) Meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak didiknya. Rasa cinta kasih sayang guru terhadap siswanya terjadi apabila setiap individu guru sering memb er ikan bimb ingan d an pengarahan dalam proses pembelajaran bagi siswanya baik di dalam kelas maupun di luar kelas, terutama bagi siswa yang mengalami kesu litan dalam pembelajarannya.
8
6)
7)
8)
Meningkatkan rasa memiliki terhadap lembaganya (Sence of Belonging). Seorang guru akan merasa memiliki terhadap lembaganya apabila pimpinannya dalam hal ini kepala sekolah sering memberikan kepercayaan dan kewenangan bagi stafnya dalam hal ini kepada guru. Meningkatkan loyalitas dan dedikasi terhadap pimpinan. Loyalitas guru terhadap lembaga akan tumbuh subur apabila guru sering diberi tugas dan tanggung jawab serta diadakan pengawasan terhadap tugas yang telah diberikannya dalam melaksanakan tugas tertentu, meningkatkan motivasi untuk meningkatkan mutu pendidikan Meningkatkan kompentensi Siswa Unit Produksi sekolah (UP) yang diajarkan siswa akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yan g baik , mamp u memberikan semangat untuk berwirausaha setelah menyelesaikan stud in ya, meningkatk an k eman dirian , dan kemampuan untuk menganalisis dan mampu bersaing, berani berinovasi dalam menghasilkan produk yang baik dan berkualitas sesuai dengan harapan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
V. SIMPULAN A. Umum Berdasarkan hasil temuan empiris di lapangan berk en aan dengan p elak sanaan k egiatan kewirausahaan terhadap anak didik di sekolah yang menjadi objek penelitian dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) terdapat karakteristik khusus dalam penyusunan program kewirausahaan terhadap siswa. Pembagian kerja oleh kepala sekolah dan pendelegasian wewenang dan tugas serta tanggung jawab secara rinci dan peran setiap w ak il k ep ala seko lah berd asar kan musyawarah. Dalam penyusunan program kegiatan kewirausahaan terhadap siswa, terutama sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan Kepala Sekolah, heterogenitas latar kepr ibad ian guru, sar ana penunjang p endidikan, dan keterlibatan para pemangku kepentingan (stake holder) terhadap program sekolah secara umum.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
B. a.
b.
c.
d.
e.
Khusus Secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut: Kegiatan pengembangan unit usaha sekolah , kepala sekolah menganalisis factor eksternal maupun internal untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam penyusunan program perencanaan. Kepala sekolah setiap awal tahun pelajaran menyusun program kerja meliputi, program tahunan, program semester yanhg dituangkan ke dalam program jangka pendek / tahunan, jangka menengah, dan jangka panjang. Program-program tersebut diimplementasikan ke dalam kurikuler, ko kurikuler, dan ekstra kurikuler. Keunggulan dalam proses perencanaan kegiatan program kewirausahaan, antara lain; adanya visi, misi d an tujuan seko lah sehingga pengelolaan kegiatan kewirausahaan mengacu pada visi sekolah. Pengor ganisasian k egiatan pr ogram kewirausah aan terlih at adanya stru ktur organisasi yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tanggung jawab, sehingga pengelompokkan unsur-unsur yang terlibat, orang-orang, alat-alat, tugas wewenang. Kepala sek olah melak sanakan kegiatan kewirausahaan secara terjadwal secara teratur, terarah dan berk esin ambu ngan d en gan menunjukkan hasil yang menggembirakan, seh in gga terjad i peru bahan sikap dan pen getahuan dar i siswa yang men giku ti kegiatan k ew ir au sahaan . Sisw a lebih menunjukkan sikap kemandirian, kedisiplinan dan berani berinovasi, semangat belajar, dan memiliki tanggung jawab yang tinggi termasuk guru dalam membimbinmg siswa. Kepala sekolah secara rutin mengadakan evaluasi setiap satu semester meliputi kegiatan kecakapan dan kepribadian guru, keberhasilan pro ses b elajar mengajar kewirausahaan. Penilaian Prakerin ditunjang oleh saluran komukasi formal dan informal di antar pihakp ih ak yan g terlib at d alam k egiatan pen gembangan unit u saha sekolah serta perangkat penujnjang lainnya. Penilaian kegiatan yang dilaksanakan melalui uji kompetensi berpedoman pada standar kompetensi secara berkala Sifat-sifat kewirausahaan tercermin pada siswa yang sedang mengikuti Prakerin, hal ini bisa dilihat dari kemampuan siswa dalam
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
f.
g.
B. 1.
2.
3.
melakukan sesuatu, tidak cepat merasa puas, berani mengambil resiko, dan berkompetetif untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Adapun dampak kegiatan kewirausahaan yang dilaksanakan di sekolah, terungkap bahwa guru dalam proses pembelajaran menunjukkan peningkatan kearah yang lebih baik, dilihat dari mulai tahap persiapan secara administratif, pelaksanaan proses bimbingan pembelajaran di kelas, pelaksanaan sistim penilaian, termasuk dilaksanakan remedial dan pengayaan bagi peserta didik. Intensitas kehadiran baik guru, pegawai maupun siswa meningkat, walaupun masih perlu usaha dan teknik yang lebih baik yang harus dilakukan terutama ditujukan kepada guru dalam mengelola kewirausahaan.. Adapun faktor pendorong dalam pelaksanaan kewirausahaan adalah; 1). Kepala sekolah memiliki kepemimpinan yang baik. 2). Adanya motivasi yang tinggi dari guru dalam proses belajar mengajar. 3). Minat siswa yang baik untuk memberikan perubahan pada sikap dan kepribadian sebagai siswa yang memiliki jiwa kew irau sahaan. Terdap at p eluan g un tuk meningkatkan kualitas kemampuan professional kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya. Sedangkan factor yang menjadi kelemahan dan tan tangan u ntuk p elak sanaan k egiatan kewirausahaan adalah; 1) jenis dan jenjang serta karakteristik peserta didik. 2). Motivasi guru yang masih rendah. 3). Rendahnya keterlibatan or an g tu a peserta didik. 4). Lemah nya koordinasi dengan pengawas pembina sekolah. Sedangkan factor penghambat, meliputi sarana prasarana masih dirasakan kurang, sumbangan dana dari orang tua murid setiap bulannya belum optimal disebabkan sebagian besar social ekonominya berasal dari kalangan menengah ke bawah. Implikasi Berkoordinasi dan menjalin kemitraan yang baik dengan tim ahli atau pihak ketiga ( dunia industry dan usaha ) Men in gk atkan dan mengembangkan kemampuan professional guru yang telah dimiliki Melakukan perbaikan dan peningkatan dari berbagai segi melalui kegiatan peningkatan kualitas kurikulum.
9
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
4.
C. 1.
Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) sebagai sekolah praktis programnya diarahkan untuk mencetak tenaga ahli agar lulusannya memiliki ketrampilan.
Rekomendasi Kep ala seko lah perlu su atu kebijakan pengembangan untuk menanggulangi rasio guru dengan jumlah guru yang tidak sesuai, dan penempatan guru harus sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 2. Guru perlu melakukan penyusunan program p en gem bangan yan g ak tu al d en gan memperhatikan langkah-langkah pendahuluan, meliputi analisis kebutuhan, penetapan tujuan, materi program, dan prinsip pembelajaran yang akan dikembangkan untuk mencapai sasaran dalam kegiatan kewirausahaan. Penetapan sasaran program hendaknya mengacu pada perubahan dan kepentingan dunia usaha, yang disesuaikan dengan konsep pendidikan. 3. Bagi Lembaga Pelatihan atau penyelenggara pelatihan khususnya pelatihan Kurikulum Berbasis Komp etensi untuk sen an tiasa mengembangkan metoda dan strategi pelatihan yang leb ih men gacu kepada p ar ad igma pembelajaran KTSP (seperti pengalokasian waktu, memilah materi esensial, memilih pemateri penyediaan sarana dan fasilitas serta mempertimbangkan level peserta berdasarkan kemampuan dan kebutuhannya. 4 Bagi pihak MGMP d ih ar ap kan dapat memanfaatkan hasil p enelitian ini untuk menindaklanjutinya dalam pembinaan guru-guru di k ota Jakarta Bar at khususnya d alam pemahaman d an implemen tasi kegiatan kewirausahaan bagi peserta didik dengan tujuan menghasilkan lulusan yang memiliki jiwa wirausaha. 5. Bagi Pihak Dinas Pendidikan, diharapkan dapat memanfaatkan hasil p enelitian ini untuk mengevaluasi efektifitas program kegiatan kewirausahaan yang telah diselenggarakan baik dari sisi materi, metode maupun monitoring dalam mengimplementasikannya. diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan penelitian dan pengembangan selanjutnya mengenai kinerja guru kaitannya dengan implementasi KTSP.
10
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, J. (1989), Pola dan Program Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Airlangga Ahmadi, A. (1980), Didaktik Metodik, Semarang: Toha Putra Ali, M. (1987). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung Alisjahb an a, ( 1966), Beb erap a Pen deka ta n Pendidikan, Bandung: Alfabet Alsa, C. (2003), Prosedur Penelitian, Bandung: Angkasa Anwar, Q. (2001). Strategi Pendidikan Nasional dalam Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: UHAMKA Press. Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta Bishop, M. (1989), Education Management, London: Penguin Books Bogdan, R. dan Biklen. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and method. Boston: Allynad Bacon Inc. Book, J.C. (1985), A New Perspective of Education, London: Penguins Book Inc. Buchari Alma. (2003). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Cheng, Yin Cheong. (1996). School Effectiveness and School-Based Management: A Mechanism for Development. London: The Falmer Press. Daulay, H. (2001), Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: Tarsito Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995), Manajemen Sekolah, Jakarta: Depdiknas. (2007). Kewirausahaan Sekolah. materi diklat pembinaan kompetensi calon kepala sekolah/kepala sekolah). Jakarta. Edmonds,R.(1979).Effective School for the urban poor .Educational Ledership,40(3),4-11. Engkoswara. (2001). Membina Indonesia Merdeka Melalui Pendidikan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga. Everard, K.B., and Morris, Geoffrey. (1996). Effective School Management, London : Paul Chapman Publishing Ltd. Fadjar, H. (1998), Fungsi-fungsi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara Fattah, N. (2000), Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Andira. Gaff ar, F. (1989), Perenca naan Pend idikan, Jakarta: Depdikbud.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
Gerstmer, L. V. (1995), Reinventing Education, New York: Hartcourt Berkovich Glueck, W.F. (1984), Management of Strategy Aplication, New York: Hartcourt Berkovich Goetsch, L. David and Davis B. Stanley. (2006). Quality Management: Introduction to Total Quality Managemen For Production, Processing and Service. New Jersey: Pearson Education. Inc. Hamalik, O.(2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya. Hartanto (1999), Penerapan Balanced Score Card, Yogyakarta: Andi Hayat, B. (2001) , Pemb ah arua n Kebija ka n Pendidikan, Jakarta: Depdikbud Hen dayaningr at, R. (1995) , Ma najemen d an Fungsi-Fungsinya, Bandung: Tarsito. Hendiwardani, B. (2000), Penerapan Manajemen Strategik, Bandung: Tarsito Houston Jhon. (1983). Motivation. New York : Mac Graw-Hill Kagahusha ltd. Hu sein mah mo od ( 1993). Kep impinan dan kebersanan sekolah, kuala lompur,Dewan bahasa dan pustaka. Ibrahim mamat (1988). pengetua sekolah menangani isu d an cab ar an k ep impinan.ku ala lumpur;kumpulan budiman sdn bhd Imron, A. (1996). Kebijaksanaan Pendidikan di I nd on esia ; Proses, Prod uk d an Masa Depannya. Jakarta: Bumi Aksara. Ishikawa, Kaoru (1990, 2001) Introduction to Quality Control. California;: University of California Press. Iskand ar, (2008) , Meto do lo di Pen el it ia n Pend id ikan d an S osial (Ku al it at if d an Kuantitatif) , Jakarta: Gaung Persada Press. J.Winardi, 2008. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta, PT RajaGrafindo. Jakarta : Salemba Empat Jamal, H. L. dan Idris, H. Z. (1992). Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta Kaplan, R.S. dan Norton (1996), Using the Balanced Scorecard as A Strategic Management System, London: Harvard Business Review Knezevich, S. (1990). Administration of Public Education: A Source Book for the Leadership and Management of Education Institution. New Jersey: Prentice-hall. Komaruddin. (1979). Ensiklopedi Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara. Lincoln, Y. S. dan Guba, (1990), Naturalistic Inquiry,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Beverly Hills: SAGE Publications. Locke, M. dkk. (1993), Penelitian Kualitatif (terj.), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Lon geneck er, Ju stin G., et al. (2000) . Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Mason, J. (1994), The Future Education, London: Bantam Classic Meredith, Geoffrey G. (2002). Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta : PPM Miles E. dan Huberman (1992), Research Method: An Introduction, London: Penguin Books Moh. Nazir. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Moleong Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, L. (2000), Meto do lo gi Pen el it ia n Kualitatif, Rosdakarya, Jakarta Mukhopadhyay, (1990), Pembinaan Profesional Guru Sekolah Dasar, Jakarta : Departemen Pendidikan Mu kh op ad hyay. (1988) , Meto de Kua lita tif Naturalistik, Bandung: Tarsito. Mulyasa, E. (2002), Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. (1988). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara Nasution, S. (2004), Pembinaan Profesional Guru Seko la h Da sa r, Jak ar ta : Dep ar temen Pendidikan Natsir, M. (1973), Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Ak Nawawi, Hadari. (1984). Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung Nisjar, K. (1997), Manajemen Strategik: Sebuah Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 13 tahun 2007 tentang: Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Pidarta, J. (1997), Manajemen Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta Poewadarminta, WJS. (1976), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Surabaya : Usaha Profesional, Bandung: Angkasa. Postman, N. (2002), Persoalan-persoalan dalam Dunia Pendidikan (terj), Jakarta: Rineka Cipta Rangkuti, F. (2000). An al isis S WO T Tekn ik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Razik, E. dan Swanson (1995), The Productive Education, New york: Hartcourt Berkovich
11
MANAJEMEN PENGEMBANGAN UNIT USAHA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Oleh : Giran Budiarto
S. P. Siagian. (1999).Manajemen Strategik. Jakarta : Bina Aksara, Sadono Sukirno, 1985. Ekonomi Pembangunan: Pro ses, Masal ah , da n Da sa r Kebijaksanaan. Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI dengan Bima Grafika. Sadono Sukirno, 2001. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Salad in, D. ( 1990). St ra teg i d an Kebijakan Pendidikan. Bandung: Ganeca Exact Salu su . J. (1996). Peng am bila n Kepu tu sa n Strategik untuk Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia. Samana, A. (1998), Profèsionalisme Keguruan, Bandung: Angkasa. Siagian, S.P. (1995), Sist em Informal Untuk Peng am bil an Kepu tu sa n, Jakarta: C.V. Hajimas Agung. Sidi, A. ( 2000), U pa ya Pening ka t an Mut u Pendidikan, Jakarta: Gema Insani Press Slameto.(1995), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cip Soepardi, D. (1988), Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan, Jakarta: Gema Insani Press. Soewarno. (1996). Manajemen Stratejik, Konsep dan Kasus. Yogyakarta Tiara Wacana. Stewart, A.(2000), Psikologi Organisasi, Konsep Dasar dan Penerapannya (terj.), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Strauss, L. dan Corbin (1990), Qualitative Research Method, New York: Hartcourt Berkovich Sudarsono, (2001). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta. Sudjana, Nana. (2000). Manajemen Program Pend id ikan , Un tu k Pend id ikan Lua r Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah.
12
Sudjana. (1989). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suganda, D ( 2001) Pembin aan Kem ampu an Profesio na lism e Gu ru Mat a Pela ja ra n Ekonorni SMP se-Kota Bandung, Bandung : Skripsi Jurusan Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pend id ikan . Band un g : PT. Remaja Rosdakarya. Sukmadinata. N.S., (2007). Metode Penelitian Pend id ikan . Band un g: PT. Remaja Rosdakarya. Sumanto, W. (1995), Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta Surakhmad Winarno. (1994). Dasar-dasar Teknik Reaseach :Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung : Tarsito. Surakhmad, W. (1986), Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metoda dan Teknik, Bandung: Tarsito Su ryan a. (2003). Kewirausaha an: Pedom an Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sutisna, O (1993). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis un tuk Praktek Su kses. Jakarta: Salemba Empat Tim Penyusun (2000), Pedoman Penulisan Karya I lm ia h (Lap oran Buku, Makal ah , da n Skripsi), Bandung: IKIP Toha, Miftah , (1986). Kepem impinan Dalam Manjemen, Jakarta: Rajawali. Umaedi. (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah. Jakarta : Depdikbud, Undang-undang Republik Indonesi Nomor 20 ta hun 2003 ten tang Sistem Pend idikan Nasional. Bandung: Citra Utama. Usman, U.(1989) , Pro ses belajar Mengajar, Bandung : CV. Mitratama. Winardi. (1986). Azas-azas Manajemen. Bandung: Alumni.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOFOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh : Enjang Sudarman ABSTRACT Learning management portfolio in the learning process carried out to improve the performance of teachers in realizing the goals of education. Implementation of the portfolio based approach to learning system that is student as input, the learning process is supported by instrumental factors include; kurilukulum, teachers, infrastructure and environmental factors as well as environmental not human. Research methods by used Action Research with purposive sampling number of 42 students in the SMPN 2 East Telukjambe district. Action research is done on the learning process starts from the planning, implementation, evaluation and reflection. The results showed that the model can improve the learning management portfolio of critical power students by 31 points. Keywords : management, learning, portfolios, students’ critical power.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen pembelajaran akan bermanfaat bagi guru di kelas dalam kegiatan mengatur, mengorganisasi semua komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajarmengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Melalui manajemen pembelajaran dapat menciptakan suasana dan kondisi kelas yang menyenangkan sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok siswa yang produktif. Keberhasilan dalam proses pembelajaran dipengeruhi factor interen siswa yaitu perbedaan individual siswa secara biologis, intelektual, dan psikologis. Factor ekstern yaitu suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokkan, jumlah siswa, sarana prasarana, d an p en ggun aan meto de yan g tepat dalam pembelajaran. Penggunaan metode dan media
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
pemb elajaran, dan gaya mengajar guru akan membuat pola interaksi antara guru dan siswa yang efektif dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap mater i yan g d iajar kan . Mod el Pembelajar an Portofolio merupakan implementasi dari teori belajar konstruktivisme, menggambarkan bahwa si belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. proses belajar itu terjadi, demgam cara siswa diajak untuk menggali informasi dan pengetahuan secara lebih leluasa tanpa harus dibatasi oleh materi yang monoton. Siswa dapat menuangkan ide-ide atau gagasan mereka secara leluasa dan mengembangkan ide tersebut, sehingga meningkatkan daya kritis dalam menanggapi berbagai masalah sosial di sekitarnya sek aligus mempu nyai k eter ampilan un tu k memecahkan masalah sosial tersebut. Model manajemen pembelajaran portopolio pendidikan kewarganegaraan di SMPN 2 Telukjambe Timur dilakukan melalui empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
13
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
B.
Focus Penelitian Fokus penelitian dapat diidentifikasi meliputi: (1) perencanaan Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang, (2) pelaksanaan pembelajaran portofolio yang meliputi: pengembangan materi pembelajaran, sarana-prasarana pembelajaran, SDM pelaksana kurikulum, lingkungan (3) evaluasi Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang. (4) refleksi kegunaan Pembelajaran Po rtof olio p en didikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang. C. 1.
2.
3.
4.
Perumusan Masalah Bagaimana p er en canaan Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang ? Bagaimana p elak sanaan Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang? Bagaimana evaluasi Pembelajaran Portofolio pend idikan k ewarganegar aan d i SMP 2 Telukjambe Timur Karawang ? Bagaimana refleksi kegunaan Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang ?
D.
Kegunaan Hasil Penelitian
1.
Untuk mendapatkan deskripsi umum tentang model Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Karawang. Sebagai kajian ilmiah dalam Manajemen Pendidikan yang dapat memberikan kontribusi terhadap perbaikan situasi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Bagi subjek penelitian, dapat mengembangkan diri, meningkatkan partisipasi, dan meningkatkan profesionalisme guru dan kepala sekolah dalam manajemen. Pembelajaran Portofolio pendidikan kewarganegaraan di SMP 2 Telukjambe Timur Kabupaten Karawang.
2.
3.
14
II. KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL Penerapan metode ko nstruktivisme d alam pembelajaran berarti menempatkan siswa pada posisi sentral dalam keseluruhan program pembelajaran (Yager, dalam Fajar, 2004 : 16). Pembelajaran dengan menerapkan metode portofolio sangat memperhatikan dan melakukan suatu pemecahan masalah berkenaan dengan isu atau masalah sosial yang muncul baik dalam lingkungan sekitar atau yang sedang menjadi sorotan masyarakat dapat digunakan sebagai dasar pembahasan, diskusi dan investigasi kegiatan di dalam atau di luar kelas. Melalui model pembelajaran portofolio, siswa dapat meningkatkan daya kritisnya dalam hal memecahkan masalah sosial yang dilakukan melalui analisis ilmiah terhadap isu-isu strategis yang b er kaitan d en gan kehidu pan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Isu-isu masalah sosial yang berkembang di masyarakat tersebut perlu dianalisis dan hasil analisis ini merupakan alternatif tindakan dan atau kebijakan baru yang lebih baik. Siswa dalam proses ini ditempatkan dan diperlakukan sebagai subjek, yang harus secara aktif berperan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan menemukan kebermaknaan belajar. Kebermaknaan belajar akan diperoleh apabila siswa mencari, menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Model Pembelajaran Portofolio merupakan alternatif Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan Cara Mengajar Guru Aktif (CMGA), karena sebelum, selama dan sesudah proses pembelajaran guru dan siswa dihadapkan pada sejumlah kegiatan. Ketika guru menerangkan tidak ada umpan balik dari para siswa, mereka cenderung pasif, motifasi belajar rendah, saat diberi pertanyan hanya ada beberapa siswa saja yang menjawab. Kondisi semacam ini solusinya dilakukan model pembelajaran portofolio, dengan harapan dapat membekali siswa dengan berbagai kemampuan dan meningkatkan daya kritisnya yang sesuai dengan tuntutan peningkatan mutu pendidikan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
Pad a dasarn ya p or to fo lio sebagai mo del pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan guru agar siswa memilik i kemamp uan un tu k mengungkapkan dan mengekspresikan dirinya sebagai individu maupun kelompok. Kemampuan tersebut diperoleh siswa melalui pengalaman belajar, sehingga memiliki kemampuan mengorganisasi informasi yang ditemukan, membuat laporan dan menuliskan apa yang ada dalam pikirannya, dan selan ju tnya d ituan gkan secara p enu h d alam p ek er jaan nya atau tugas-tugasnya. Str ategi instruksional yang digunakan dalam model ini pada dasarnya bertolak dari strategi “inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning” yang dikemas dalam model “Project” oleh John Dewey. Dalam hal ini ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut : Fajar (2004;48) a) Mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat.b) Memilih suatu masalah untuk dikaji di kelas. c) Mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah yang dikaji. d) Membuat portofolio kelas. e) Membuat portofolio dengar pendapat (show case). e) Melakukan refleksi pengalaman belajar. Di dalam setiap langkah, siswa belajar mandiri dalam kelompok kecil dengan fasilitasi dari guru dan menggunakan ragam sumber belajar di sekolah maupun di luar sekolah (masyarakat). Sumber belajar atau informasi dapat diperoleh dari :a) Manusia (pakar, tokoh agama, tokoh masyarakat).b) Kantor penerbitan surat kabar, bahan tertulis.c) Bahan terekam.d) Bahan tersiar (TV, radio).e) Alam sekitar. f) Situs sejarah, artifak dan lain-lain. Model pembelajaran berbasis portofolio dilandasi oleh beberapa landasan pemikiran sebagai berikut; Budimansyah ( 2003 : 5-8) : 1. Empat Pilar Pendidikan Empat pilar pendidikan sebagai pendidikan landasan model pembelajaran berbasis portofolio adalah learning to do, learning to be, learning to know,learning to live together yang dicanangkan UNESCO (Budimansyah,2003:5) a. Learning to Do adalah peserta didik seharusnya diberdayakan agar maudan mampu berbuat untuk memperk aya pengalaman belajarnya. Pesertadidik tidak hanya menerima materi dari guru tetapi Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
b.
c.
d.
harus aktif mau danmampu menambah pengatahuan untuk pribadinya dimana belajar dari p en galaman dalam kehidupannya. Learning to Know Pengetahuan yang didapat peserta didik selain dari sekolah juga didapatkan dari dunia luar sekolah. Peserta didik dapat meningkatk an inter ak sin ya d en gan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya, sehingga peserta didik mampu membangun pemahaman dan pengetah uann ya ter hadap du nia sekitarnya. Learning to Be Diharapk an h asil inter ak si d en gan lingku ngan nya dapat memb an gu n pengetahuan dan kepercayaan diri. Karena banyak p eser ta d id ik yan g tidak mempunyai kepercayaan diri, mereka mer asa bahw a tidak memp un yai kemampuan dan keterampilan yang bisa dibanggakan, sehingga terjadi kemandegan belajar. Learning to Live Together Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang bervariasi akan membentuk kepribadiannya untuk memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup.
Daya Kritis Siswa Daya kritis adalah kemampuan berpikir secara tajam dalam penganalisaan terhadap suatu hal, mencermati dengan seksama, tidak lekas percaya akan hal itu, sehingga ada rasa ingin tahu yang besar dan tidak cepat puas atas jawaban yang telah ada Kamus Bahasa Indonesia (1989, ). Kemampuan siswa berpikir kritis tidak begitu saja muncul tetapi harus diasah sejak dini. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis, sebab berpikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis. Siswa cenderung hanya menerima materi yang diberikan oleh guru dan kurang kreatif dalam berpikir, mereka kurang bisa mengeksplorasi kemampuan
15
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
berpikir kritis terhadap suatu hal. Orang yang mempunyai daya kritis, pikirannya harus terbuka, jelas dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir kritis harus mampu memberi alasan yang tep at atas ar gu mentasin ya. Ia h ar us d ap at men jawab pertanyaan mengapa keputusan tersebut diambil. Dan diharapkan dengan adanya model pembelajaran yang inovatif dan kreatif dapat mengembangkan daya kritis siswa. Radno Harsanto (2005 : 45-62) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kritis meliputi : a) Kemampuan membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat,b) Kemampuan membedakan antara kesimpulan Definitif dan Sementara.c) Kemampuan Menguji Tingkat Kepercayaan Sumber Informasi, d) Kemampuan Membuat Keputusan, e) Kemampuan Mengidentifikasi Sebab dan Akibat, f) Kemampuan Mempertimbangkan Wawasan Lain, g) Kemampuan Memecahkan Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai mata pelajaran yang “urgen” bagi anak didik yang berfungsi membimbing generasi muda untuk mengikatkan diri pada norma atau nilai-nilai moral. Pend id ik an Kew ar ganegaraan d ih ar ap kan memberikan moral felling. Hal tersebut diperlukan peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter yaitu : kesadaran (conscience), kepercayaan diri (selfestem), merasakan penderitaan orang lain (empaty), cinta kebaikan (loving the good), kontrol diri (selfcontrol), kerendahan hati (humility) ( Zubaedi , 2005 : 7). Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan civic education. Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu. Oleh karena itu upaya pembahasan dan pengembangannya memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik, ilmu hukum, sosiologi, administrasi negara, ilmu ekonomi, sejarah dan filsafat.
16
Kerangka Berfikir Melalui model pembelajaran portofolio siswa dibawa pada proses belajar yang aktif (active learning) dan proses belajar yang menyenangkan (joyfull learning). Model ini akan membawa siswa pada proses belajar aktif, sebab siswa belajar dengan melakukan sesuatu (learning to do). Siswa dibawa pada proses belajar yang menyenangkan dikarenakan siswa belajar dengan penuh variasi, tidak monoton dan menjadikan lingkungan masyarakat sebagai sumber belajar. Dua aspek inilah yang merupakan kekuatan model pembelajaran portofolio, yakni siswa belajar secara aktif d alam suasana yan g menyenangkan. Dengan demikian model pembelajaran portofolio diharapkan mampu meningkatkan daya kritis siswa. Peningkatan daya kritis ini dapat dilihat dari : siswa mampu membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat, siswa mampu membedakan antara kesimpulan definitif dan kesimpulan sementara, siswa mampu menguji tingkat kepercayaan sumber informasi, siswa mampu membuat keputusan, siswa mampu memecahkan masalah, siswa mampu mengidentifikasi sebab dan akibat, siswa mampu mempertimbangkan wawasan lain. Melalui kerangka berfikir tersebut, dalam penelitian ini pembelajaran portofolio (variabel terikat) dikaitkan dengan daya kritis siswa (variabel bebas). Dalam penelitian ini kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2. Kerangka Berfikir
Hipotesis Tindakan : Proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan model portofolio, dapat meningkatkan daya kritis siswa.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode action research melalui pengamatan langsung terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Dari data itu kemudian dianalisis melalui tahapan-tahapan dalam siklus tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Teluk Jambe Timur Kabupaten Karawang. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C semester II dengan jumlah 42 siswa yang terdiri dari 19 siswa dan 23 siswi. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah penerapan model pembelajaran portofolio dalam meningkatkan daya kritis siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang melipu ti : 1) Penerapan Model Pembelajar an portopolio, 2) aktivitas guru, 3) aktivitas siswa, Prosedur pengumpulan data. Sumber Data yang digunakan atau diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data1 primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung dari lapangan. Informan lapangan meliputi : a. Guru mata pelajaran Pendidkan Kewarganegaraan. b. Siswa yang diajar dengan metode pembelajaran portofolio c. Rekan sejawat sebagai observer. Data sekunder meliputi data tentang penerapan pembelajaran portofolio yang diperoleh secara tidak langsung dalam penelitian ini, seperti buku-buku, makalah-makalah penelitian, arsip, dokumen dan sumber lain yang relevan. Fokus observasi penelitian ini adalah : a. Lan gk ah -lan gk ah mod el p embelajaran portofolio. c. Ak tifitas dan daya k ritis sisw a dalam pembelajaran portofolio. b. Penilaian guru dan cara guru mengajar dalam pembelajaran portofolio. d. Penugasan yang diberikan oleh guru e. Metode yang diterapkan oleh guru.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu bulan april 2013 hingga bulan juli 2013, tempat penelitian di SMP N 2 Teluk Jambe Timur Karawang Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) dalam penelitian ini dilaksanakan dalam satu siklus, melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tolok Ukur Keberhasilan Yang menjadi tolok ukur dalam penelitian ini adalah apabila daya kritis siswa meningkat, yaitu indikator daya kritis tercapai, nilai yang dihasilkan sudah mencapai ketuntasan belajar kelas yakni 75 dan ketuntasan individu siswa 70. HASIL PENELITIAN Deskripsi hasil penelitian meliputi struktur orgenisasi dan proses pebelajaran portopoli adalah sebagai berikut. A. Struktur Organisasi SMPN 2 Telukjambe Timur Karawang 1. Kepala Sekolah : Hj. Enen Nuraeni S.pd 2. Wakasek kurikulum : Hj. Nina Arumtina. BA. 3. Wakasek Kesiswaan : Agus Sastra Winata S.Pd 4. Wakasek HUMAS : Dani Hamdani S.Pd 5. Wakasek Sarana Prasarana : Yaya Suryadi S.Pd 6. Wakasek Admini dan Keuangan : Eni Sumarni. Spd 7. Guru PPKN : Djumiaty S.Pd B.
Proses Pembelajaran Model Portofolio Pelaksanaan kegiatan pembelajaran portofolio dibagi dua, intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan intrakurikuler guru menerangkan pokok bahasan “Maknaa Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemer in tahan di I nd on esia”. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan adalah siswa mengembangkan portofolio di luar kelas (kehidupan bermasyarakat). Dengan langkah-langkah dalam pembelajaran portofolio yang dilakukan meliputi :
17
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
1.
Identifikasi Materi Tahap awal guru menerangkan materi berkaitan dengan pokok bahasan “Makna Kedaulatan Rakyat dan Sistem Pemerintahan di Indonesia” mencakup nilai-nilai dan fakta-fakta yang terjadi saat ini, serta memberikan contoh pelaksanaan kedaulatan rakyat di Indonesia. Guru membantu, membimbing dan memotivasi siswa mengemuk akan pen dapat, isu-isu d an p er masalahan yang sed an g berk embang d i masyarakat yang berkaitan dengan kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia berdasarkan p en getahu an yan g telah dimiliki. Un tu k mengidentifikasi masalah, diawali dengan cara seluruh siswa membaca dan mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan di masyarakat. Guru memperlihatkan koran yang berisi artikel atau print out internet yang ada kaitannya dengan konsep yang dibahas. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok kecil terdiri 4-6 siswa yang bertugas meyakinkan bahwa masalah yang ditentukan adalah masalah yang penting, menyangkut banyak orang dan perlu penanganan. 2.
Memilih Materi Untuk Kajian Kelas Dalam langkah pemilihan masalah guru berperan memotivasi para siswa untuk melakukan pemungutan suara (voting). Agar materi yang dipilih siswa benarbenar berkualitas, maka proses pemilihan dapat dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama, setiap siswa menentukan dua pilihan secara terbuka pada masing-masing masalah. Daftar materi yang akan menjadi kajian kelas dan hasil pemungutan suara siswa adalah : 1. Kinerja legislative masih buruk mendapat 18 suara, 2) mantan anggota DPRD dijadikan tersangka mendapat 7 suara, 3) persyaratan untuk menghasilkan wakil rakyat berkualitas mendapat 21 suara, 4) perilaku korupsi mendapat 19 suara. Hasil pemilihan tahap pertama dipilih tiga masalah yang akan dikaji. Masalah yang paling banyak dipilih siswa, yaitu (1) Persyaratan untuk hasilkan wakil rakyat berkualitas, (2) perilaku korupsi (3) Kinerja legislative dinilai masih buruk. Tahap kedua, siswa menentukan satu masalah. Untuk itu
18
diadakan pemungutan suara lagi secara terbuka. Hasil pemilihan tahap kedua adalah : 1) Persyaratan un tu k ha silkan wakil rakya t b erku al it as , mendapat 16 suara (2) Perilaku Korupsi ,mendapat 12 suara (3) Kinerja legislative dinilai masih buruk. mendapat 14 suara. Total suara 42 suara dari 42 siswa. Dari pemilihan tahap kedua, masalah yang paling banyak dipilih siswa adalah Persyaratan hasilkan wakil rakyat yang berkualitas dan secara otomatis masalah ini menjadi kajian kelas. Dari proses pemungutan suara dapat diambil satu nilai moral yaitu kehidupan demokratis dalam kelas, sebab suara siswa yang tidak terpilih harus menghargai dan menghormati pilihan suara terbanyak. 3.
Mengumpulkan Informasi Materi Yang Dikaji di Kelas Langkah selanjutnya setelah siswa melakukan pemilihan masalah adalah membagi kelompok atau tim. Kelas dibagi ke dalam 4 (empat) tim. Setiap tim mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri untuk mengumpulkan informasi sebanyak dan seakurat mungkin dari sumber yang berbeda. Kegiatan pengumpulan informasi ini dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran karena dilakukan setelah pulang sekolah, sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Siswa mencari data tentang syarat untuk menghasilkan wakil rakyat yang berkualitas dengan cara mendatangi berbagai sumber info rmasi, dian taranya Komisi Pemilihan Umum ( KPU) Kabupaten Karawang, Partai Golongan Karya (Golkar) dan DPRD Kabupaten Karawang. Lokasi pertama yang dikunjungi siswa dalam rangka memperoleh informasi berkenaan dengan masalah yang dikaji kelas adalah DPD Partai Golkar Kabupaten Karawang yang dilaksanakan pada hari Sabtu 09 Mei 2013. Kedatangan siswa di kantor Partai Golkar disambut baik oleh Ketua Bidang Kewanitaan DPD Golkar Kabu paten Karawang. Dalam kunjungan ini siswa mendapatkan banyak informasi, antara lain tentang awal berdirinya Golkar sampai aktivitas Golkar, syarat wakil rakyat yang berkualitas, serta langkah antisipasi untuk mengatasi kecurangan dalam pemilu.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
Pada kesempatan ini siswa juga menanyakan “Bagaimana jika anggota DPR yang terpilih ternyata terbukti menggunakan ijasah palsu”. Mengenai ijazah palsu Ibu Kustantina menjawab “Hal itu sepenuhnya bukan kesalahan anggota dewan, tetapi peran masyarakat juga mempengaruhi, sebab masyarakat sebelum memilih calon pemimpin harus tahu riwayat hidup dan perannya di masyarakat, jadi masyarakat juga ikut bersalah”. Kunjungan ke DPD Golkar Kab. Karawang ini memberikan pengalaman berharga bagi siswa. Mereka menjadi lebih paham tentang apa itu partai, dan peran partai dalam pesta demokrasi Indonesia. Siswa secara nyata mendapat materi bukan hanya lewat teori yang disampaikan oleh guru, namun juga dari praktek dalam kehidupan bernegara. Selain berkunjung langsung ke Kantor DPD Golkar Kabupaten Karawang, Siswa juga ber kunjung ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Karawang pada tanggal 21 Mei 2013. Selain menyelenggarakan pemilu, tugas KPU adalah menyiapkan program kerja koordinasi dengan lembaga lain yaitu kantor kependudukan, catatan sipil, sosialisasi kepada masyarakat luas yang membutuhkan keterangan, dan menyiapkan pemilu berikutnya dengan menyusun segala persiapannya minimal 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan. Dalam kunjungan ini, para siswa berdialog langsung dengan pihak yang berkompeten dalam masalah yang dikaji. Sebagai contoh terlihat dari jawab an yan g d isampaik an Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Karawang dari pertanyaan siswa “Bagaimana cara KPU mengatasi masalah ijasah palsu ?”. Beliau menjawab “Untuk mengatasi kemungkinan penggunaan ijazah palsu oleh calon wakil rakyat antara lain dengan cara meneliti persyaratan administrasi dan melakukan klarifikasi faktual ke sekolah -sekolah asal dengan cara mendatangi langsung sekolah tersebut dan melihat buku induk, serta bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Nasional dan Departemen Agama. Untuk menghasilkan wakil rakyat yang berkualitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus bekerja cepat
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dan cermat dalam melakukan penyeleksian dan penelitian calon wakil rakyat. Dalam kunjugan ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) para siswa mendapatkan pengalaman yang sangat berarti. Mereka dapat secara langsung mengetahui cara kerja KPU serta mereka dengan leluasa melontarkan pertanyaan yang berkaitan d en gan masalah yang d ik aji. Mer ek a dapat mengetahui langsung bentuk surat suara, syarat sah suara dan syarat pemilih dan yang dipilih. Ini merupakan pengalaman berharga bagi mereka. Datadata yang diperoleh siswa cukup banyak dan dapat dipertanggung jawabkan karena langsung diperoleh dari sumber yang berkompeten di lapangan. Selanjutnya para siswa secara berkelompok membuat laporan untuk portofolio tayangan dan dokumentasi. Kegiatan kunjungan ke lokasi sumber informasi merupakan salah satu sarana melatih keberanian dan kepercayaan diri siswa untuk mengemukakan pendapatnya di muka umum, tanpa malu melakukan wawancara, padahal mereka masih tergolong anak kecil. Dengan demikian secara tidak langsung siswa belajar sambil bermain. 4.
Mengembangkan Portofolio Kelas Berbekal informasi yang telah diperoleh langsung dari lapangan para siswa secara berkelompok memulai untuk mengembangkan portofolio kelas. a. Kelompok Portofolio I : Menjelaskan masalah. Kelompok ini bertanggung jawab menjelaskan masalah yang menjad i k ajian kelas d an menjelaskan mengapa masalah tersebut penting dan mengapa masalah harus terpecahkan. b. Kelompok Portofolio II : Mengkaji kebijakan al tern at if u nt uk m en ga ta si m asal ah . Kelo mpok in i bertanggung jawab u ntuk menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah. c. Kelompok Portofolio III : Mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah. Kelompok ini bertanggung jawab mengusulkan dan menjustifikasi kebijakan publik yang disepakati untuk memecahkan masalah.
19
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
d.
Kelompok Portofolio IV : Membuat rencana tindakan. Kelompok ini bertanggung jawab un tu k memb uat rencana tin dakan yang menunjukkan bagaimana warga negara dapat mempengaruhi pemerintah untuk menerima kebijakan yang didukung oleh banyak pihak. Kelompok yang telah terbentuk mempunyai tanggung jawab masingmasing yang harus dijalankan, dimana kelompok ini beranggotakan tim peneliti yang mencari data di lapangan seperti Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Karawang dan Partai Golkar Kabupaten Karawang. Mereka sudah mempu nyai inf or masi yan g cu ku p un tu k mengembangkan portofolio tayangan dan portofolio dokumentasi. Portofolio seksi penayangan adalah portofolio yang ditayangkan sebagai bahan presentasi kelas pada saat gelar kasus (show case). Portofolio penayangan terdiri empat lembar poster/papan busa (stereofom ) u ku ran 75 cm X 90 cm. Seksi dokumentasi adalah portofolio yang disimpan pada sebuah binder yang berisi data-data dan informasi setiap kelompok. Portofolio dokumentasi ini merupakan kumpulan bahan-bahan terbaik siswa sebagai dokumen atau bukti penelitian berupa berita, artikel, hasil wawancara dan foto. Bahan-bahan tersebut dipisahkan sesuai dengan kelompok yang mempunyai tugas masing-masing. 5.
Gelar Kasus (show case) Langkah selanjutnya setelah portofolio kelas dan penyusunan portofolio tayangan selesai dibuat, setiap kelompok menyajikannya dalam kegiatan gelar kasus (show case) di hadapan dewan juri (judges). Setiap kelompok portofolio harus mengetahui tujuan gelar kasus. Tujuan diadakan gelar kasus (show case) adalah : a. Untuk menginformasikan kepada forum tentang pentingnya masalah yang diidentifikasi di masayarakat. b. Untuk menjelaskan dan mengevaluasi kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah sehingga forum dapat memahami keuntungan dan kerugian dari setiap kebijakan tersebut. c. Untuk mendiskusikan kebijakan yang dipilih oleh kelas sebagai kebijakan terbaik untuk mengatasi masalah.
20
d.
Untuk membuktikan bagaimana kelas dapat menumbuhkan dukungan dalam masyarakat, lembaga legislatif dan eksekutif yang terkait dengan penyusunan kebijakan publik. Hal-hal yang perlu disiapkan untuk acara gelar kasus adalah portofolio itu sendiri, penyajian lisan, tempat pelaksanaan, juri dan moderator. Sebelum gelar kasus kelima komponen tersebut harus benarbenar disiapkan. Jika salah satu komponen tersebut belum siap, gelar kasus tidak dapat dilaksanakan. Gelar kasus (show case) dilaksanakan pada hari Kamis 28 Mei 2013 dari pukul 11.00-13.00 WIB yang merupakan jam pelajaran PKn. sehingga tidak mengganggu jam pelajaran lain. Dalam gelar kasus (show case) tiap kelompok portofolio satu persatu mempresentasikan hasil karya portofolio tayangan secara lisan di hadapan dewan juri dan siswa lain. Mereka betul-betul menguasai materi kelompoknya dan menjawab dengan baik setiap pertanyaan baik dari dewan juri, siswa maupun dari kelompok lain. Acara gelar kasus tidak menjenuhkan, karena dalam acara tersebut diselingi dengan pentas seni siswa yaitu paduan suara. Pada saat acar a selingan ter sebu t, d ew an jur i menyelesaikan penilaian kelompok portofolio. 6.
Refleksi Pengalaman Belajar Setelah gelar kasus (show case) selesai, siswa melakukan kegiatan refkesi pengalaman belajar, bercermin pengalaman yang baru saja diperoleh baik secara individual maupun kelompok. Dalam kegiatan refleksi ini guru mengajak siswa untuk mengevaluasi tentang apa dan bagaimana mereka belajar. Dalam ref leksi p en galaman belajar, gu ru menanyakan beberapa hal kepada siswa antara lain: (1) Apakah yang siswa (individu/kelompok) pelajari dan siswa peroleh dari belajar diluar kelas, seperti di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan DPD Partai Golkar Kabupaten Karawang. (2) Apa yang telah siswa (individu/kelompok) pelajari tentang bagaimana cara membuat kebijakan untuk mengatasi masalah yang dikaji di kelas.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
(3) Keterampilan apa yang telah siswa peroleh melalu i kegiatan b elajar PKn d en gan menggunakan model pembelajaran portofolio. (4) Apakah keuntungan dan kerugian belajar secara berkelompok. (5) Bagaimana apr esiasi siswa ter hadap penggunaan model pembelajaran portofolio pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (6) Apa yang akan dilakukan kelas pada portofolio di masa mendatang. Setelah refleksi pengalaman belajar dilaksanakan, siswa dan guru memperoleh kesimpulan bahwa betapa p en tingnya sisw a mengembangkan keterampilan-keterampilan mempengaruhi pembuatan kebijakan publik dan memecahkan masalah. Dengan adanya keterampilan tersebut, siswa secara tidak langsung memiliki daya kritis yang cukup baik. Kemampuan yang dimiliki dan dapatkan akan dapat bermanfaat di masa yang akan datang pada saat siswa menjadi dewasa dan berperan sebagai warga negara yang baik. Setiap saat masalah-masalah baru akan terus bermunculan dan berkembang sangat cepat, oleh karena itu diperlukan pemecahan masalah dan kebijakan publik yang baru, dan itu merupakan tanggung jawab warga negara dalam masyarakat yang demokratis. Hasil pemilihan tahap pertama dipilih tiga masalah yang akan dikaji. Masalah yang paling banyak dipilih siswa, yaitu (1) Persyaratan untuk hasilkan wakil rakyat berkualitas, (2) perilaku korupsi (3) Kinerja legislative dinilai masih buruk. Tahap kedua, siswa menentukan satu masalah. Untuk itu diadakan pemungutan suara lagi secara terbuka. Hasil pemilihan tahap kedua terlihat pada tabel di bawah ini. Daftar Masalah dan Pemungutan suara untuk Kajian Kelas Tahap Dua.
Catatan : Pemilih 42 siswa (sumber : data olahan)
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dari pemilihan tahap kedua, masalah yang paling banyak dipilih siswa adalah Persyaratan hasilkan wakil rakyat yang berkualitas dan secara otomatis masalah ini menjadi kajian kelas. Dari proses pemungutan suara dapat diambil satu nilai moral yaitu kehidupan demokratis dalam kelas, sebab suara siswa yang tidak terpilih harus menghargai dan menghormati pilihan suara terbanyak. Evaluasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Portofolio Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran portofolio dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya k ritis siswa k hu su sn ya k elas VII I- C. Dalam k egiatan intrakurikuler guru menerangkan pokok bahasan “Mak na Ked au latan Rakyat d an Sistem Pemerintahan di Indonesia” di dalam kelas seperti biasanya. Setelah selesai dilakukanlah tes formatif untuk mengetahui apakah siswa sudah paham dengan materi yang diajarkan. Hasil tes formatif yang dicapai rata-rata kelas adalah nilai 76,45 Meskipun sudah mencapai tolok ukur ketuntasan individu yaitu 70, hasil pembelajaran masih belum bisa dikatakan maksimal, dikarenakan masih ada beberapa siswa yang kurang menguasai materi, siswa kurang antusias terhadap materi pelajaran, saat kegiatan diskusi kelompok masih ada yang bercanda sendiri dan tidak fokus pada materi. Pada pelaksanaan pembelajaran portofolio, kelas dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil. Secara b er kelo mp ok siswa melak sanakan langkahlangkah pembelajaran portofolio dengan sistematis. Langkah-langkah itu berupa : (1) Mengidentifikasi masalah, (2) Memilih masalah untuk kajian kelas, (3) Mengumpulkan informasi masalah yang akan dikaji kelas, (4) Mengembangkan portofolio kelas, (5) Penyajian portofolio (show case), (6) Merefleksi pengalaman belajar. Mod el p embelajaran po rtof olio selain menyenangkan juga dapat meningkatkan daya kritis siswa. Penilaian dalam pelaksanaan pembelajaran portofolio meliputi penilaian portofolio tampilan/
21
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
tayangan, penilaian portofolio dokumentasi baik secara kelompok/keseluruhan maupun aktivitas individual, serta penilaian portofolio presentasi. Hasil Penilaian Model Pembelajaran Portofolio Kelas VIII C SMP N 2 Teluk Jambe Timur
Sumber : Data yang diolah Pelaksanaan model pembelajaran portofolio di SMP N 2 Teluk jambe timur Karawang diterapkan sebagai upaya meningkatkan daya kritis siswa. Untuk mengevaluasi apakah siswa telah berpikir secara kritis sangatlah sulit, karena berpikir merupakan fenomena yang abstrak. Kekritisan siswa tidak dapat dinilai hanya dengan melihat sepintas lalu, tetapi harus ada kriteria daya kritis siswa. Penilaiannya melalui lembar pengamatan daya kritis siswa. Unsur/ indikator daya kritis siswa yang diamati meliputi : 1) Kemampuan membedakan antara fakta, non fakta dan pendapat, 2) Kemampuan membedakan antara kesimpulan definitif dan sementara, 3. Kemampuan menguji tingkat kepercayaan, 4) Kemampuan memecahkan masalah, 5) Kemampuan membuat keputusan, 6) Kemampuan mengidentifikasi sebab dan akibat, serta 7) Kemampuan mempertimbangkan wawasan lain. Kriteria 1. Aspek Rendah (R) : 0-1 2. Aspek Sedang (S) : 2-3 3. Aspek Tinggi (T) : 4-7 Ketujuh unsur daya kritis siswa tidak semuanya dimiliki oleh siswa kelas VIII C SMPN 2 Teluk Jambe Timur. Ini bukan berarti siswa tidak mempunyai daya kritis, sebab kemampuan masing-masing siswa
22
berbeda-beda. Lembar pengamatan daya kritis siswa sangat bermanfaat bagi guru untuk mengetahui siswa mana yang memiliki daya kritis rendah dan siswa yang memiliki daya kritis tinggi, sehingga guru dapat memotifasi siswa yang memiliki daya kritis rendah untuk dapat ditingkatkan. Berdasarkan informasi dari Ibu Endang Suciati bahwa sumber daya siswa kelas VIII C rendah. Saat guru menerangkan tidak ada umpan balik dari para siswa, mereka cenderung pasif, motifasi belajar rendah, saat diberi pertanyaan hanya beber apa siswa saja yang menjaw ab . Setelah diterapk an nya mo del pembelajaran portofolio daya kritis siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Perbandingan daya kritis siwa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran portofolio dapat dilihat dalam tabel 5 di bawah ini : Perbandingan Daya Kritis Siwa Kelas VIII-C SMP N 2 Teluk Jambe Timur Sebelum dan Sesudah Penggunaan Model Pembelajaran Portofolio
Sumber : Data yang diolah Sebelum penggunaan model pembelajaran portofolio siswa yang memiliki daya kritis tinggi hanya 21%, namun setelah penggunaan model pembelajaran portofolio menjadi 52%. Siswa yang memiliki daya kritis sedang yang semula 35% bertambah menjadi 40%. Dan yang memiliki daya kritis rendah semula 42% setelah penggunaan model pembelajaran portofolio tinggal 7%. Ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa. Kesimpilan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Model pembelajaran portofolio belum pernah dilaksanakan di SMPN 2 Teluk Jambe Timur.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
2.
3.
4.
Penelitian ini merupakan pertama kalinya model pembelajaran portofolio dilaksanakan di SMPN 2 sebagai upaya untuk meningkatkan daya kritis sisw a. Lan gk ah -lan gk ah p embelajaran portofolio berupa identifikasi masalah; memilih masalah untuk dikaji di kelas; mengumpulkan informasi (data); mengembangkan portofolio kelas; menyajikan portofolio dalam diskusi kelas dan penyajian tayangan dan dokumentasi; serta merefleksikan pen galaman belajar telah dilaksanakan secara terencana dan sistematis. Pemb elajar an p or to fo lio meru pakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik karena siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat bermakna, tidak hanya dari guru saja tetapi juga didapat dari nara sumber langsung di lapangan, lingkungan, masyarakat, dan media lain. Dengan diterapkannya pembelajaran portofolio di SMP N 2 Teluk Jambe Timur, siswa menjadi leb ih kr eatif dan kritis, ini terlih at d ari kemampuan siswa memah ami feno mena peristiwa di masyarakat, menanggapi masalah yang ada kemudian memecahkan masalah tersebut dengan penuh tanggung jawab. Selain itu juga siswa lebih berani menyampaikan gagasan, siswa mampu men ggali dan menganalisa informasi untuk dipakai membuat keputusan. Untuk mengevaluasi apakah siswa telah berpikir secara kritis sangatlah sulit, karena berpikir merupakan fenomena yang abstrak. Kekritisan siswa tidak dapat dinilai hanya dengan melihat sepintas lalu, tetapi harus ada kriteria daya kritis siswa. Penilaiannya dapat melalui lembar pengamatan d aya kr itis siswa d en gan mengamati unsur atau indikator daya kritis siswa meliputi : 1) Membedakan antara fakta, non fakta d an p en dapat, 2) Memb ed ak an antar a kesimpulan definitif dan sementara, 3) Menguji tingkat kepercayaan, 4) Memecahkan masalah 5) Membuat keputusan 6) Mengidentifikasi sebab dan akibat, dan 7) Mempertimbangkan wawasan lain.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.
6.
Peningkatan daya kritis siswa tidak hanya dilihat dari meningkatnya daya kritis siswa secara ind ivid u, tetap i juga dari menin gkatnya prosentase siswa yang memiliki daya kritis tin ggi. Seb elum p en ggun aan mo del pembelajaran portofolio siswa yang memiliki daya kritis tinggi hanya 21%, namun setelah penggunaan model pembelajaran portofolio menjadi 52%. Siswa yang memiliki daya kritis sedang yang semula 35% bertambah menjadi 40%. Siswa yang memiliki daya kritis rendah semu la 42% setelah p enggu naan mod el pembelajaran portofolio tinggal 7% saja. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran portofolio dapat meningkatkan daya kritis siswa. Model pembelajaran portofolio dapat diterapkan pada seluruh mata pelajaran. Kendala dan hambatan yang cukup mempengaruhi hasil pembelajaran model portofolio antara lain keterbatasan waktu, minimnya biaya serta keter batasan tenaga pengajar dan siswa. Persiapan yang matang dan koordinasi yang baik akan memberikan hasil yang optimal sesuai tujuan pembelajaran.
5.2. Saran Ilmu pengetahuan merupakan salah satu pedoman dalam pengembangan berbagai teknologi dan sistem sosial. Kunci pengembangan ilmu pengetahuan adalah penelitian. Sumbang saran yang dapat peneliti sampaikan : 1. Model pembelajaran portofolio merupakan model pembelajaran yang menyenangkan, menarik dan dapat meningkatkan daya kritis siswa. Para guru dan sekolah hendaknya menerapkan model pembelajaran portofolio dengan memperhatikan dan menyesuaikan kondisi, sarana prasarana dan fasilifas yang ada, terlebih lagi b agi yang kesulitan dalam meningkatkan antusiasme belajar siswa. 2. Bagi par a siswa dalam kegiatan belajar mengajar senantiasa aktif dan kritis agar proses belajar berjalan dengan kondusif dan bermakna
23
MODEL MANAJEMEN PEMBELAJARAN PORTOPOLIO PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PPKN) UNTUK PENINGKATAN DAYA KRITIS SIWA DI SMP N 2 TELUK JAMBE KABUPATEN KARAWANG Oleh: Enjang Sudarman
3.
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Masalah dan tantangan dalam kehidupan bermasyarakat akan lebih banyak dan lebih berat dibanding dengan masalah di kelas. Keterbatasan waktu, keterbatasan tenaga dan minimnya biaya menjadikan penelitian ini belum bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal diharapkan agar pihak sekolah member dukungan, sarana prasarana yang memadai dan bantuan biaya serta menjalin kerjasama dengan pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya Bu dimansyah, Dasim. 2002. Mo del Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung : PT Genesindo ———— —, 2003. Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Portofolio. Bandung : PT Genesindo Darsono, Max. 2002. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang : UNNES Press Depd ik nas, 2004. Pra kt ek Bela ja r Pengetahuan Sosial Berbasis Portofolio. Bandung : CV. Mini Jaya Abadi Dirjen Pendidikan Tinggi. Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Tim Pelatih Proyek PGSM Dirjen Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn SMP. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
24
Fajar, Arnie. 2004. Portofolio. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Hamalik, O emar. 1995. Ku riku lu m da n Pengajaran. Bandung : Bumi Aksara Harsanto, Radno. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis,Kritis, dan Kreatif. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jo yo marto no , Mulyo no . 1995. Men gena l Penelitian Kualitatif. Dalam Penataran Penelitian Pemula Dosen-Dosen IKIP Semarang (26-28 Januari 1995) Izhab, Zaleha. 2005. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa. Kusumo, Kunaryo Hadi. 1996. Penga ntar Pendidikan. IKIP Semarang Press Muhammad, Ali. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung, Angkasa. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 : Pertanyaan dan Jawaban, Jakarta : Gramedia Purwanto, Ngalim. 1990, Psikologi Pendidikan. Jakarta, PT. Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Sugandi, Ahmad. 2003. Teori Belajar. Semarang : UPT Press Suyitno , Amin . 2005. Pet un ju k Praktis Penelitian Tindakan Kelas Untuk Penyusunan Skripsi. Semarang Zu baed i, 2005. Pen didika n Berba sis Masyarakat. Jogjakarta, Pustaka Pelajar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
25
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA MENGAJAR ANALISIS GURU MADRASAH PENGEMBANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR KELAPA SAWIT YANGDI MEMPENGARUHINYA PULAU SUMATRA (Survei di Madrasah AliyahOleh: KotaMunawir Bekasi) Oleh: Asroi
26
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATRA Oleh: Munawir
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
27
ANALISIS PERBEDAAN KINERJA MENGAJAR ANALISIS GURU MADRASAH PENGEMBANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR KELAPA SAWIT YANGDI MEMPENGARUHINYA PULAU SUMATRA (Survei di Madrasah AliyahOleh: KotaMunawir Bekasi) Oleh: Asroi
28
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATRA Oleh: Munawir
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
29
ANALISIS PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATRA Oleh: Munawir
30
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
“PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA” Oleh : Sumarsid ABSTRACT PT PusakaInterior Design Jakarta seeks to improve its performance through all aspects, ranging from the management of enterprise management, human resources, process innovation and technology to constantly evolving. One way that is done by the company to support the achievement of these goals is with a policy for the provision of compensation to employees that are expected to improve employee performance. The author conducted a survey by distributing a questionnaire to determine the effect of compensation on the performance of employees of PT Heritage Interior Design Jakarta. Based on the calculation of earned value analysis of the correlation coefficient (r) of 0.658, indicating that the relationship is quite variable compensation with performance, the relationship between both variables and positive direction means that any increase or decrease in compensation will be followed by an increase or decrease in the performance of employees at PT. Heirloom Interior Design Jakarta. While based on the determinant coefficient analysis (determination) found that the contribution or the effect of compensation on employee performance in PT. Heirloom Interior Design Jakarta is 43.3%, while the remaining 56.7% is influenced by other factors outside compensation not I researched them: job stress, motivation, and leadership style. Based on the hypothesis calculation t test (partial) result that to> t table (4,624> 1,701) these results it can be concluded that to> ta. As well as the significant value of 0000 <5%, (0.000 <0.05). Thus the initial hypothesis (Ho) is rejected and the alternative hypothesis (Ha) is received on a real level (level of significance) of 0.05 indicates that the hypothesis that the writer suggested that presumably influence of compensation on employee performance in PT. Heirloom Interior Design Jakarta has proven. As for suggestions that can convey the writer as an input for companies such as: should the company implement a customized compensation and employee performance within a reasonable level so as to encourage employees to be more eager to work, and still provide continuous compensation, the company should also provide protection program for the future, or insurance to their employees so that employees feel at ease in the work.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Masalah Masalah sumber daya manusia merupakan salah satu hal penting yang dihadapi oleh suatu perusahaan yang sedang berkembang. Suatu perusahaan yang melayani kebutuhan khalayak umum dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi sehingga tercapai suatu kinerja yang diinginkan. Dengan demikian pengelolaan sumber daya manusia menjad i sangat p en ting, sebagai penu njan g keberhasilan visi, misi dan tujuan perusahaan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Untuk mendapatkan karyawan yang mempunyai kinerja tinggi, maka setiap organisasi atau perusahaan harus memperhatikan faktor manusianya. Berbicara fak tor manu sia, mak a tidak terlepas den gan pemenuhan kebutuhan manusia itu sendiri. Upaya dalam mengelola sumber daya manusia tersebut adalah dengan memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan para karyawan, serta memelihara dan mempertahankan kepuasan dan semangat kerja karyawan. Memenuhi kebutuhan karyawan salah satunya adalah dengan memberikan kompensasi yang layak, baik kompensasi yang
31
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
berbentuk material maupun non material yang diperoleh karyawan sebagai imbalan atau balas jasa ter hadap ap a yang telah d ib er ik an k ep ad a perusahaan. Bila kompensasi material dan non matrerial yan g diterima k ar yawan semakin memuaskan, maka kinerja karyawan akan meningkat dan kejenuhan dalam melakukan pekerjaanpun dapat dikurangi. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa manusia mempunyai berbagai kebutuhan. Kebutuhan ini tidak hanya terbatas pada yang bersifat kebendaan atau materiil tetapi juga ada yang bersifat non materiil terutama yang berkaitan dengan harkat, martabat dan harga diri seseorang. Setiap karyawan akan berusaha memuaskan kebutuhan non material berbarengan den gan kebutuhan materialnya. Berd asar kan pengalaman dan dari beberapa buku yang penulis baca, biasanya karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. PT Pusaka Interior Design berupaya untuk meningkatkan kinerjanya melalui semua aspek, mulai dari pengelolaan manajemen perusahaan, sumber daya manusia, proses hingga inovasi dan teknologi yang senantiasa selalu berkembang. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam menunjang tercapainya tujuan tersebut adalah dengan suatu kebijakan berupa pemberian kompensasi kepada karyawan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana pengaruh pemberian kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT Pusaka Interior Design Jakarta?. 1.2 Asumsi Sebagai dasar pemahaman bersama terhadap permasalahan yang akan diteliti diperlukan adanya asumsi, agar tidak terjadi persepsi yang salah dalam penelitian ini, dapat diasumsikan bahwa : 1.2.1Pemberian kompensasi di PT Pusaka Interior Design dilaku kan secara o bjek tif dan transparan. 1.2.2Pemberian kompensasi disesuaikan dengan kondisi perusahaan saat itu dan prestasi kerja karyawan. 1.2.3Suasana kerja sudah cukup kondusif. 1.2.4Sarana dan prasarana kerja mendukung.
32
1.2.5Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja selain kompensasi tidak dibahas. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk lebih memudahkan dalam mengadakan analisa data dan pembahasan secara ilmiah, di mana dapat dipertanggungjawabkan implementasinya untuk digunakan oleh masyarakat pada umumnya. Adapun tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1Mengetahui hubungan pemberian kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT Pusaka Interior Design. 1.3.2Men getahu i seberapa b esar k on tr ib usi pemberian kompensasi ter hadap kinerja karyawan di PT Pusaka Interior Design. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, antara lain : 1.4.1Bagi PT Pusaka Interior Design Jakarta Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada manajemen PT Pusaka Interior Design dan dapat digunakan untuk melakukan evaluasi dan kebijakan untuk meningkatkan kinerja karyawan secara optimal. 1.4.2Bagi Kepentingan Akademik Penelitian adalah merupakan suatu media pembangunan dan sebagai wadah pengkajian teori-teori yang bersifat universal dari penelitian ini, bukan hanya sebagai akhir dari kegiatan dari suatu pengkajian teori, namun merupakan langkah awal yang harus dikembangkan lebih lanjut. 1.4.3Manfaat bagi penulis Seb agai b ah an k ajian un tu k dapat membandingkan antara teori dan praktek langsung di lapangan, serta untuk menambah kh asan ah k eilmuan penu lis yang d ap at diterapkan dalam pekerjaan. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini terbagi dalam beberapa bab yang berisi uraian/ penjelasan yang saling terkait satu sama lain. Adapun susunannya adalah sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan tentang hal umum seperti pokok permasalahan, asumsi, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai teori- teori yang digunakan untuk lebih memperjelas bahasan yang ingin disampaikan, meliputi penjelasan mengenai pengertian dan fungsi manajemen sumber daya manusia, pengertian kompensasi, pengertian kinerja karyawan, serta hipotesis. BAB III ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan mengenai penyajian data penelitian, analisa data kuantitatif hubungan kompensasi terh adap kin erja kar yawan, pengujian hipotesis dan pembahasan. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang berisi mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya serta saransaran bagi PT Pusaka Interior Design yang mungkin dapat bermanfaat . BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen. Maka dari itu teori-teori tentang manajemen umum menjadi landasan pembahasan mengenai pengelolaan peran manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Peradaban manusia berpangkal pada usaha mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya. Sumber daya manusia sangat berperan dalam proses produksi dan mereka juga merupakan faktor penentu tercapai tidaknya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan perusahaan. Sebagai mahluk sosial yang bermartabat, manusia tentu mempunyai perasaan dan tujuan, maka dari itu suatu perusahaan akan mengalami kegagalan dari tujuan yang digariskan apabila ternyata kurang memperhatikan faktor sumber daya manusia. Beberapa pengertian istilah manajemen sumber daya manusia dari para pakar dapat didefinisikan sebagai berikut:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006, h 10): “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”. T. Hani Handoko (2004, h 4) memberi pengertian sebagai berikut: “Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, selek si, pengembangan , pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi”. Pengertian manajemen Sumber Daya Manusia menurut Garry Dessler (2004, h 4) ialah : “Kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi seorang manajemen meliputi perekrutan, penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian”. 2.2 Kompensasi 2.2.1Pengertian Kompensasi Dalam suatu organisasi, suatu pengaturan kompensasi merupakan faktor penting untuk dapat menarik, memelihara maupun mempertahankan tenaga kerja bagi kepentingan organisasi yang bersangkutan. Suatu kompensasi dapat bersifat finansial maupun non f inansial. Untu k lebih memahami pengertian kompensasi, maka akan diuraikan beberapa definisi dari para ahli diantaranya: Menurut Malayu S.P. Hasibuan, (2005, h 118) mengemukakan bahwa: “Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Ko mp ensasi dib ed akan men jadi du a yaitu : kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, upah dan upah insentif; kompensasi tidak langsung (indirect compensation) atau employee welfare atau kesejahteraan karyawan”. Menurut Veithzal Rivai (2007, h 359), menjelaskan tujuan manajemen kompensasi sebagai berikut : “Secara umum tujuan manajemen kompensasi adalah untuk membantu perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya keadilan internal dan eksternal. Keadilan eksternal menjamin bahwa pekerjaan-pekerjaan akan dikompensasikan secara adil dengan membandingkan pekerjaan yang sama di pasar kerja”.
33
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
2.2.2Jenis-jenis Kompensasi Untuk lebih jelas tentang pembagian kompensasi akan diuraikan menurut pendapat Henry Simamora (2004, h 442) sebagai berikut : a. Kompensasi financial Meliputi imbalan finansial dan jasa nirwujud serta tunjangan yang diterima oleh para karyawan sebagai bagian dari hubungan kepegawaian. Secara garis besar komponen-komponen kompensasi finansial dibagi dalam bentuk : Kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung. 1) Kompensasi langsung (direct compensation) Kompensasi finansial langsung (direct financial compensation) terdiri dari : a) Bayaran pokok (pay base) yang meliputi gaji (salary) d an u pah (wage). (1) Up ah ( Wag es) b iasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam (semakin lama jam kerjanya, semakin besar bayarannya), upah biasanya digunakan untuk pekerjap ek er ja p ro du ksi dan pemeliharaan. Menurut Pasal 1 ayat 30 UU ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja atau bu ru h yang d iter ima, yan g dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau p emberi k er ja k ep ad a pekerja atau b ur uh yan g ditetapk an d an d ib ayar kan menurut suatu perjanjian kerja, kesep akatan , atau p eratur an perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh d an k eluargan ya atas su atu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. (2) Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran mingguan, bulanan atau tahunan (terlepas dari lamanya jam kerja). Gaji biasanya digunakan untuk jajaran manajemen, staf professional, dan klerikal (pekerja kerah putih).
34
b)
2)
b.
Bayaran pr estasi ( m erit p ay) , bayaran insentif (insentive pay). Insentif adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang diberikan organisasi. Program insentif disesuaikan dengan memberikan bayaran tamb ah an b er dasark an produktivitas, penjualan, keuntungan, atau upaya pemangkasan biaya. Tujuan utama insentif adalah untuk mend or on g dan mengimbangi p ro du ktiv itas k ar yawan dan efektivitas biaya. Kompensasi tidak langsung Kompensasi tidak langsung (indirect compensation) atau employee welfare atau k esejah teraan k ar yawan, ter masu k diantaranya : a) Program perlindungan misalnya : asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi pensiun, asuransi tenaga kerja. b) Bayaran di luar jam kerja, misalnya : liburan, hari besar, cuti tahunan, cuti hamil. c) Fasilitas- fasilitas, misalnya : kendaraan, ruang kantor, tempat parkir.
Kompensasi non financial (non financial compensation) diantaranya terdiri dari : 1) Kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan itu sen diri seperti tugas-tugas yang menarik, tantangan, tanggung kawab, pengakuan, dan rasa pencapaian. 2) Lingkungan psikologis dan atau fisik, di mana orang itu bekerja, seperti kebijakan yang sehat, supervisi yang kompeten, kerabat kerja yang menyenangkan, dan lingkungan kerja yang nyaman. Tipe kompensasi non finansial meliputi kepuasan yang didapat dari pelaksanaan tugas yang signifikan yang berhubungan dengan pekerjaan.
2.2.3Tujuan Kompensasi Adapun tujuan kompensasi (balas jasa) adalah sebagai berikut :
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
a.
b.
c.
d.
e.
Ikatan Kerja Sama Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara atasan dan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan atasan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Kepuasan Kerja Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya. Pengadaan Efektif Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah. Motivasi Jika balas yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi bawahannya. Stabilitas Karyawan Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn over relative kecil.
2.3 Kinerja 2.3.1Pengertian Kinerja Berikut ini akan penulis uraikan beberapa pengertian kinerja menurut para ahli, di antaranya, menu ru t A.P. Man gk un egar a, ( 2005, h 67) mengemukakan bahwa : “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Menurut Malayu SP. Hasibuan, (2006, h 94): “Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”. Menurut Marihot Tua Efendi Hariandja (2008, h 195): “Kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan atau perilaku yang nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi”. Salah satu tujuan kinerja adalah meningkatkan pengetahuan dari suatu proses dorongan atau motivasi guna perbaikan kerja, didukung oleh sikap kerja dan pencapaian penyelesaian pelaksanaan kinerja (work performance) dan selanjutnya harus diketahui juga
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
fungsi pelayanan kegiatan kinerja dalam masyarakat modern. Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah proses penilaian ciri-ciri kepribadian, perilaku kerja dan hasil kerja seorang karyawan yang dianggap menunjang pencapaian kerjanya. 2.3.3Tujuan Penilaian Kinerja a. Menurut Sihotang A.(2007, h 186) “Ada beberapa macam tujuan penilaian kinerja yang diperlukan untuk berbagai kepentingan yaitu : 1. Mengidentifikasi para karyawan yang potensial untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan. 2. Menetapkan dan memilih karyawan yang akan dimutasikan pada jabatan baru. 3. Untuk keperluan kenaikan gaji dan upah karyawan yang bersangkutan. 4. Mengidentifikasi karyawan yang akan dipromosikan pada jabatan yang lebih tinggi. Tujuan-tujuan tersebut harus jelas dan tegas sehingga manfaat penilaian dapat dinikmati para k aryaw an yang bersangku tan. Objektivitas penilaian kinerja harus realistis, positif, konstruktif, dan merupakan kesatuan yang bulat. b. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2007, h 89) Penilaian kinerja karyawan berguna untuk per usahaan ser ta harus b ermanf aat b agi karyawan. Tujuan penilaian kinerja karyawan sebagai berikut : 1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya balas jasa. 2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana k ar yawan bisa suk ses dalam pekerjaannya. 3. Seb agai d asar u ntuk men gevalu asi efektivitas seluruh kegiatan di dalam perusahaan. 4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal kerja, metod e kerja, str uk tu r or ganisasi, pengawasan, kondisi kerja, dan peralatan kerja.
35
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
5.
Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang berada di dalam organisasi. 6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai tujuan untuk meningkatkan performance kerja yang baik. 7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan (supervisor, ma na gers, admin istr ator ) un tu k mengobservasi perilaku bawahan (subordinate) sup aya diketahui minat dan kebutuhan-kebutuhan bawahannya. 8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-kelemahan masa lampau dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya. 9. Sebagai kriteria di dalam mengidentifikasi kelemahan- kelemahan personel dan dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan agar bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan. 10. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian pekerjaan (job description) Bagi para karyawan, penilaian kinerja dapat menimbulkan perasaaan puas dalam diri mereka. Mereka merasa bahwa dengan cara ini hasil kerja mereka dinilai oleh perusahaan dengan sewajarnya dan sekaligus kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri individu karyawan dan akan timbul dorongan di hati individu karyawan untuk memperbaiki diri. Bagi perusahaan, penilaian kinerja karyawan memberikan faedah karena dengan cara ini dapat diwujudkan semboyan orang yang tepat pada jabatan yang tepat. Ringkasnya penilaian prestasi kerja karyawan harus memberikan manfaat bagi karyawan dan dapat ber gun a un tuk per usah aan dalam men etap kan kebijakan- kebijakan pr ogram kepegawaian pada masa yang akan datang, sehingga dipero leh k ep uasan d an harmon isasi d alam perusahaan. 2.4 Hipotesis Hipotesis berguna dalam hal membantu penelitian untuk menuntun jalan pikirannya agar mencapai hasil penelitian. Untuk mengetahui diterima atau tidaknya suatu hipotesis, terlebih dulu harus dilakukan pengujian. Untuk dapat diuji, suatu hipotesis harus
36
dinyatakan ke dalam bentuk kuantitatif atau dalam bentuk angka. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah diduga kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT Pusaka Interior Design Jakarta. BAB III
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Data 5.1.1Data Kompensasi (Variabel X) Setelah dibagi menurut distribusi responden berdasarkan persamaan karakteristik tertentu, selanjutnya penulis memberikan pembobotan terh ad ap h asil jaw ab an r espo nd en d en gan menggunakan skala likert terhadap pernyataanpernyataan dalam variabel X yaitu data pemberian kompensasi yang terjadi di PT. Pusaka Interior Design Jakarta beserta tabel rekapitulasinya sebagai berikut : Tabel 1 Rekapitulasi Tanggapan Responden Berdasarkan Skala Likert Terhadap Variabel X NO 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. 8.
9. 2.
10. 3.
PERNYATAAN Kompensasi yang telah diberikan kepada seluruh karyawan, mendorong saudara lebih bersemangat dan berdedikasi kepada perusahaan Persentase (%) Saudara loyal kepada perusahaan dan tidak berniat untuk pindah pekerjaan ke perusahaan lain, karena perusahaan telah memberikan tunjangan-tunjangan yang telah sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaaan yang berlaku saat ini Persentase (%) Fasilitas dan sarana prasarana kerja yang menunjang pegawai akan mempermudah dalam menyelesaikan pekerjaannya Persentase (%) Dengan adanya asuransi kesehatan dan jaminan perawatan dirumah sakit saudara merasa tenang jika suatu saat mengalami kecelakaan kerja atau sakit Persentase (%) Bonus yang diberikan dari perusahaan membuat saudara merasa semangat dalam bekerja Persentase (%) Kompensasi yang saudara terima sudah sesuai dan dalam taraf wajar sebagai suatu imbalan atas hasil kerja anda Persentase (%) Kesempatan mengembangkan diri yang diberikan oleh perusahaan membuat saudara merasa terpacu untuk bekerja lebih giat Persentase (%) Perusahaan telah memberikan pendidikan dan pelatihan tentang bagaimana menjaga kesehatan dan keselamatan kerja kepada karyawan secara kontinyu agar karyawan tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya Persentase (%) Rekreasi yang diselenggarakan perusahaan mendorong karyawan untuk lebih bersemangat dalam bekerja Persentase (%) Perusahaan telah memberikan jaminan hari tua sehingga anda merasa tenang dalam bekerja Persentase (%)
SS
7
TANGGAPAN S RG TS
19
4
23.3 63.3 13.3
7
17
6
23.3 56.7 20.0 8
16
6
26.7 53.3 20.0
6
0
30
0
0
100
0
0
30
0
0
100
0
0
30
0
0
100
0
0
30
0
0
100
4 16 10 13.3 53.3 33.3
0 0
0 0
30 100
0
0
30
0
0
100
13
8
0
20.0 53.3 26.7
5
16
STS JMH
12
16.7 43.3 40.0
8
20
2
0
0
30
6.7
0
0
100
10
0
0
30
23.3 43.3 33.3
0
0
100
7 20 3 23.3 66.7 10.0
0 0
0 0
30 100
0
0
30
0
0
100
26.7 66.7
7
3
13
16
11
10.0 53.3 36.7
Sumber : diolah penulis dari hasil kuesioner
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
Deskripsi jawaban responden pada variabel X yaitu mengenai pemberian kompensasi yang terjadi di PT. Pusaka Interior Design Jakarta menunjukkan bahwa jawaban responden yang menyatakan sangat setuju rata-rata sebanyak 20,67%, selanjutnya ratarata responden yang menyatakan setuju sebesar 55,3% dan responden yang menyatakan netral/raguragu rata-ratanya sebesar 24%. Dari jawaban tersebut responden lebih dominan memberikan tanggapan baik terhadap pemberian kompensasi yang selama ini dilaksanakan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta.
yang menyatakan setuju sebesar 64,7%. Dari jawaban tersebut para karyawan/responden lebih dominan memberikan tanggapan sangat baik terhadap pernyataan-pernyataan mengenai kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta. 5.2 Analisa Data 5.2.1Pengujian Instrumen Penelitian (Uji Validitas dan Realibilitas) a. Uji Validitas Tabel 3 Hasil Pengujian Validitas No
5.1.2Data Kinerja Karyawan (Variabel Y) Tabel 2 Rekapitulasi Tanggapan Responden Berdasarkan Skala Likert Terhadap Variabel Y NO 1
2
3
4
5
6
7
8
9
TANGGAPAN PERNYATAAN SS S RG TS Saudara selalu berusaha hadir di tempat kerja pada waktunya dan tidak pernah 12 18 0 0 meninggalkan tugas tanpa alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan Persentase (%) 40,0 60,0 0 0
Selama ini saudara merasa bahwa kesempatan untuk berkembang yang diberikan perusahaan mampu meningkatkan kinerja saudara Persentase (%) Saudara mau bekerja sama serta proaktif dalam berkoordinasi dengan rekan kerja maupun dengan bagian lain Persentase (%) Saudara merasa bahwa kualitas kerja saudara semakin baik dengan adanya perhatian yang lebih besar dari perusahaan bagi kesejahteraan karyawan Persentase (%) Saudara memberikan usaha lebih dan peduli dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan Persentase (%) Saudara responsif terhadap tugas yang diberikan atasan dan berinisiatif tanpa menunggu instruksi, hal ini menentukan dalam penilaian kinerja karyawan Persentase (%)
JMH
0
30
0
100
0
0
0
30
0
0
0
100
0
0
0
30
0
0
0
100
22
0
0
0
30
26,7 73,3
0
0
0
100
23
0
0
0
30
23,3 76,7
13 Saudara bersedia melakukan tugas yang 17 lebih luas di luar tanggung jawab saudara 43,3 Persentase (%) 56,7 Saudara selalu melaksanakan tugas yang diberikan perusahaan serta menggunakan 7 23 peralatan kerja sesuai dengan metode dan uraian kerja Persentase (%) 23,3 76,7 Dengan diberikannya pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian, membuat saudara merasa terpacu untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan lebih baik Persentase (%)
STS
8
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Butir Dalam Kuesioner X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 Y.9 Y.10
Koefisien Korelasi (r) 0,826 0,839 0,851 0,848 0,.918 0,844 0,646 0,912 0,671 0,837 0,484 0,590 0,685 0,366 0,656 0,.630 0,733 0,399 0,732 0,484
Nilai Kritis (r-tabel) 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361 0,361
Taraf Sig. (α = 0,05) 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data 7
0
0
0
100
19
0
0
0
30
36,7 63,3
11
0
0
0
100
18
0
0
0
30
40,0 60,0
0
0
0
100
12
12
17
1
0
0
30
40,0 56,7
3,3
0
0
100
19
0
0
0
30
36,7 63,3
0
0
0
100
11
Sumber : diolah penulis dari hasil kuesioner Deskripsi jawaban responden pada variabel Y yaitu mengenai kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta menun jukkan jawaban responden yang menyatakan sangat setuju rata-rata sebanyak 35,0%, selanjutnya rata-rata responden
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dari data-data pada tabel di atas, diketahui bahwa tidak ada butir pernyataan yang gugur atau tidak valid, karena mempunyai nilai koefisien korelasi (r) e” 0,3, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan dalam kuesioner penelitian adalah valid. b.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Metode untuk mengukur reliabilitas adalah dengan melihat nilai alpha cronbach’s. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach’s e” 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrumen penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:
37
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
Tabel 4 Hasil Pengujian Reliabilitas No
Butir Dalam Kuesioner
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 Y.7 Y.8 Y.9 Y.10
Cronbach's Cronbach’s Alpha if Item Alpha Deleted 0.765 0,6 0.762 0,6 0.760 0,6 0.760 0,6 0.758 0,6 0.759 0,6 0.774 0,6 0.754 0,6 0.772 0,6 0.763 0,6 0.725 0,6 0.717 0,6 0.713 0,6 0.734 0,6 0.715 0,6 0.714 0,6 0.705 0,6 0.730 0,6 0.706 0,6 0.729 0,6
Status
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dar i data yan g tertera p ada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha hitung kedua variabel penelitian tersebut berada di atas nilai r tabel pada taraf signifikan 5%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua variabel penelitian tersebut adalah reliabel. 5.2.2Analisa Koefisien Korelasi Merupakan indeks atau bilangan yang digunakan untu k mengukur atau men getahui kedek atan hubungan antara variabel yang disimbolkan dengan ( r ). Jika nilai r positif ( + ) maka variabelnya berkorelasi positif, semakin dekat nilai r dengan nilai +1 maka menandakan semakin kuat korelasinya, demikian pula sebaliknya. Tabel 5 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi Correlations Kompensasi Pearson Correlation 1 Kompensasi Sig. (2-tailed) N 30 Pearson Correlation .658** Kinerja Sig. (2-tailed) .000 N 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kinerja .658** .000 30 1 30
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dar i data yang terter a pad a tabel d i atas, menunjukkan bahwa hubungan/korelasi kedua variabel penelitian tersebut sebesar 0,658 dengan nilai signifikan 0,000.
38
5.2.3Analisa Koefisien Penentu (Determinasi) Analisa koefisien penentu atau Determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dari variabel X (kompensasi) terhadap naik turunnya variabel Y (kinerja karyawan) di PT. Pusaka Interior Design Jakarta. Setelah memperoleh hasil koefisien korelasi, maka perhitungan untuk koefisien penentu sebagai berikut : Tabel 6 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Model 1
R .658a
Model Summary R Square Adjusted R Square .433
.413
Std. Error of the Estimate 2.108
a. Predictors: (Constant), Kompensasi
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sedangkan dari data yang tertera pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai Koefisien Penentu/ Determinasi (R2) variabel Y (kompensasi) adalah 0,433 dengan demikian pelaksanaan pemberian kompensasi memiliki kontribusi sebesar 43,3% terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta. 5.2.4Analisa Pengujian Hipotesis dengan Uji T Un tu k men getah ui ap akah ada h ubu ngan kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta digunakan distribusi t dengan derajat kebebasan adalah 95 persen. Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel bebas secara sendiri-sendiri (parsial) terhadap variabel terikat dengan menggangap variabel lain bersifat ko nstan. Pen gu jian ini d ilak uk an d en gan membandingkan nilai sig. t hitung masing-masing variabel bebas. Adapun rumusan hipotesanya adalah sebagai berikut : a. Ho : p = 0, merupakan hipotesis nihil yaitu suatu anggapan bahwa tidak ada hubungan antara variabel X (pemberian kompensasi) terhadap variabel Y (kinerja karyawan) di PT. Pusaka Interior Design Jakarta. b. Ho : p ‘“ 0, merupakan hipotesis alternatif yang menganggap ada hubungan positif antara variabel X dan variabel Y. c. Apabila to > t tabel maka Ho ditolak d. Apabila to < t tabel maka Ho diterima
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
Tabel 7 Hasil Uji T Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Beta Error (Constant) 30.273 2.886 1 Kompensasi .333 .072 .658 a. Dependent Variable: Kinerja
t
10.488 4.624
Sig.
.000 .000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai t hitung adalah sebesar 4,624 dan nilai t tabel adalah 1,701 serta nilai signifikan 0.000, dengan demikian to > tá, dan karena nilai signifikan variabel bebas < 5%, dengan demikian maka Ha (hipotesis alternatif) diterima dan Ho (h ipotesis nihil) ditolak. Artin ya variabel X (kompensasi) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (kinerja karyawan) di PT. Pusaka Interior Design Jakarta. 5.3 Pembahasan 5.3.1Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas Sesuai denga “korelasi product moment” dari Pearson dengan tingkat kepercayaan 95% (a = 0,05) yang disyaratkan dalam setiap item pernyataaan, maka dari hasil pengujian validitas pada tabel 6 dapat dilihat bahwa keseluruhan item variabel penelitian mempunyai r hitung > r tabel yaitu pada taraf signifikan 95% ( a=0,05) dan n = 30 diperoleh r tabel = 0,361, sehingga dapat dikatakan bahwa keseluruhan item variabel penelitian adalah valid untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian atau pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. b. Uji Reliabilitas Teknik pengujian reliabilitas item menggunakan metode alpha cronbach. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh nilai koefisen Alpha untuk variabel X sebesar 0.784 dan untuk variabel Y sebesar 0.739. Hal tersebut dapat dikatakan nilai koefisien reliabilitas di atas 0,6. Hal ini berarti bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten dalam arti semua variabel dalam penelitan ini reliabel.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
5.3.2Hasil Analisa Koefisien Korelasi Hasil analisa koefisien korelasi untuk membuktikan bahwa kompensasi mempunyai suatu pengaruh atau hubungan terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta didapat nilai r sebesar 0,658 menunjukkan bahwa hubungan keduanya kuat karena nilai r yang mendekati angka 1, hubungan kedua variabel yang searah dan positif artinya setiap kenaikan atau penurunan pemberian kompensasi akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta. 5.3.3Hasil Analisa Koefisien Penentu (determinasi) Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel X (kompensasi) terhadap naik turunnya variabel Y (kinerja karyawan) di PT. Pusaka Interior Design Jakarta digunakan analisa koefisien penentu (KP) yang diperoleh dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi (r2) yaitu didapat hasil sebesar 43,3% yang artinya besar peranan atau kontribusi pemberian kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta adalah sebesar 43,3%. Prosentase sebesar 43,3% berarti kompensasi mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap naik turunnya kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta, sedangkan sisanya sebesar 56,7% dipengaruhi oleh actor-faktor lain di luar pemberian kompensasi yang tidak penulis teliti di antaranya : stress kerja, motivasi, serta gaya kepemimpinan. 5.3.4Hasil Analisa Uji Hipotesis Setelah melakukan perhitungan dengan uji t (parsial) diperoleh hasil bahwa to > t tabel (4.624 > 1,701) hasil ini dapat disimpulkan bahwa to > tá. Serta nilai signifikan sebesar 0.000 < 5%, (0,000 < 0,05). Dengan demikian hipotesa awal (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima pada tingkat nyata (level of significance) sebesar 0,05 ini menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis kemukakan bahwa diduga ada pengaruh antara kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta telah terbukti.
39
PENGARUH PEMBERIAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT PUSAKA INTERIOR DESIGN JAKARTA Oleh: Sumarsid
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berd asarkan pada pembahasan yang telah diuraikan serta hasil analisa data yang diperoleh maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 6.1.1Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif yang terdapat pada tabel 4 rekapitulasi variabel X (kompensasi) dan tabel 5 variabel Y (kinerja karyawan) menunjukkan bahwa jawaban para karyawan /responden rata-rata memberikan tanggapan baik terhadap pernyataan-pernyataan mengenai pemberian kompensasi maupun kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta . 6.1.2Berdasarkan hasil analisa koefisien korelasi Berdasarkan hasil analisa koefisien korelasi antara pemberian kompensasi dengan kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jak ar ta d id ap at n ilai r seb esar 0,658, menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel kuat. Sedangkan berdasarkan hasil analisa koefisien penentu (determinasi) didapat bahwa kontribusi atau besarnya pengaruh pemberian kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta adalah sebesar 43,3%, sedangkan sisanya sebesar 56,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar pemberian kompensasi yang tidak penulis teliti di antaranya : stress kerja, motivasi, serta gaya kepemimpin. 6.1.3Berdasarkan analisa uji hipotesis Selanjutnya dalam pengujian hipotesis penelitian yang digunakann dengan uji t (parsial) diperoleh hasil bahwa to > t tabel (4.624 > 1,701) hasil ini dapat disimpulkan bahwa to > tá. Serta nilai signifikan sebesar 0.000 < 5%, (0,000 < 0,005) dengan demikian hipotesa awal (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima pada tingkat nyata (level of significance) sebesar 0,05 ini menunjukkan bahwa hipotesis yang penulis kemukakan bahwa diduga ada pengaruh antara kompensasi terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta, telah terbukti. 6.1.4Pemberian kompensasi yang telah dilaksanakan kepada karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan bertujuan agar para karyawan lebih ber gairah dan berseman gat dalam
40
melaksanakan tugas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawannya. 6.2 Saran – saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan kompensasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. Pusaka Interior Design Jakarta, maka penulis mencoba memberikan saran-saran agar kinerja karyawan dapat lebih ditingkatkan lagi, di antaranya sebagai berikut : 6.2.1Hend ak nya peru sahaan melak sanakan pemberian kompensasi yang disesuaikan dengan kinerja karyawan dan dalam taraf yang wajar sehingga mendorong karyawan untuk lebih bersemangat dalam bekerja. 6.2.2Selain tetap memberikan kompensasi secara ko ntin yu , peru sahaan h en dakn ya juga memberikan program perlindungan akan masa depan (jaminan hari tua), atau asuransi kepada karyawannya sehingga karyawan merasa tenang dalam bekerja. DAFTAR PUSTAKA Anwar Prabu Mangkunegara, 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi, Cetakan Pertama, PT. Refika Aditama, Bandung. Dessler, Gary, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi kesembilan, : PT. Indeks, Kelompok Gramedia Jakarta, 303 halaman. Henry Simamora, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ke-3. STIE Y K P N , Yogyakarta. Malayu SP. Hasibuan, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta 273 halaman Marihot Tua Efendi Hariandja, 2007, Manajemen Sumber Daya man usia : Pen gadaan , Pengembangan, Pengkompen sasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sihotang, A., 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 415 halaman. Sugiono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta, Bandung, 380 halaman. T.Hani Handoko, 2004, Manajemen Personalia dan Su mber Daya Manu sia, Penerb it BPFE, Yogyakarta.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (Studi Pada Amelia Phone Repair Software and Hardware) Oleh : Riyan ABSTRACT Quality of service is a very important factor for service firms. Quality of service will be able to lead in customer satisfaction. Likewise, the presence of the customer satisfaction will be able to establish a loyalty to the customer. Thus, service quality will lead to satisfaction and ultimately customer loyalty will be formed. With the loyalty of customers, it means a steady income for the company’s services, because they have been loyal to the company and will certainly make the purchase again. The purpose of this study was to examine: 1) the influence of service quality on customer loyalty, 2) the influence of customer satisfaction on customer loyalty, 3) the influence of service quality on customer satisfaction, and 4) the influence of service quality on customer loyalty customer satisfaction mediated. This study used a descriptive correlational methods. Research carried out on customers in Amelia Phone and Repair. The population is not limited. Samples were taken with the technique of purposive sampling of 100 respondents. Data obtained by questionnaire. Techniques of data analysis using path analysis. The results of the analysis concluded that: 1) There are positive and significant influence directly the quality of service on customer loyalty, 2) There is a direct effect of satisfaction on customer loyalty, 3) There are positive and significant direct service quality on customer satisfaction, and 4) There influence the quality of service on customer loyalty customer satisfaction mediated. Based on these conclusions are advised to entrepreneurs to be able to maintain services and improve service quality in order to create satisfaction and ultimately will lead to customer loyalty. Keywords: Service quality, customer satisfaction, customer loyalty
PENDAHULUAN Pelaku bisnis dalam strata ini harus senantiasa menyadari bahwa kemampuannya untuk berkembang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya yang paling utama adalah bagaimana mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki guna meningkatkan kualitas layanan jasa kepada pelanggan agar dapat memuaskan mereka. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Riani dan Harjo (2003: 123) bahwa: “Kualitas layanan akan dihasilkan oleh operasi yang dilakukan oleh perusahaan, dan keberhasilan proses operasi perusahaan ini ditentukan oleh faktor, antara lain faktor karyawan, sistem, teknologi dan keterlibatan nasabah”. Kualitas layanan tentunya akan dipengaruhi oleh kualitas faktor-faktor yang tersedia. Kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan, sistem kerja Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang profesional, teknologi yang canggih, serta keterlibatan nasabah, tentunya merupakan hal yang dapat menentukan kualitas layanan. Jadi, kualitas layanan tidak hanya ditentukan oleh faktor intern penyedia jasa, namun juga dari nasabah atau pelanggan sebagai pengguna jasa tersebut. Selain menjaga kualitas pelayanan, sebuah usaha perlu juga menjaga kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen perlu dijaga agar konsumen memiliki rasa puas setelah melakukan pembelian terhadap perusahaan dan akan memiliki persepsi yang baik terhadap lembaga usaha. Loyalitas pelanggan merupakan harapan dari semua perusahaan. Terlebih lagi bagi perusahaan yang menyediakan jasa, keberadaan loyalitas pelanggan boleh dikata sangat penting. Sebuah perusahaan yang tidak dapat mempertahankan pelanggannya, suatu saat akan
41
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (STUDI PADA AMELIA PHONE REPAIR SOFTWARE AND HARDWARE) Oleh : Riyan
mengalami penurunan penjualan, karena perusahaan lain dapat menjaga loyalitas dengan berbagai cara. Meskipun demikian, loyalitas pelanggan perlu diketahui oleh perusahaan agar dapat mengetahui apakah produk yang ditawarkan sudah dapat memberikan kepuasan secara terus menerus terhadap pelanggan. Menurut Rangkuti (2002: 5) menyebutkan kaitan antara kepuasan dengan loyalitas sebagai berikut: “pemahaman atas kepuasan pelanggan sehinggga dapat memenuhi customer expectation, langsung mempengaruhi kinerja penjualan. Kemampuan bereaksi secara cepat akan menciptakan retensi pelanggan yang lebih tinggi yang akhirnya akan menciptakan penjualan dan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan”. Salah satu jenis usaha yang dikembangkan oleh masyarakat adalah usaha jasa, seperti perbaikan handphone. Usaha jasa tersebut saat ini sangat ramai karena ditun jan g oleh b an yak nya p enggu na hand ph on e. Usaha jasa perb aikan (service) handphone Amelia Phone Repair tidak hanya dituntut untuk memenuhi pelayanan dengan baik, akan tetapi juga harus mampu bersaing untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik. Tuntutan tersebut mutlak untuk tercipta sebuah loyalitas penggunaan jasa ini yang kelak akan menjadi asset yang berharga bagi perusahaan. Alma, dkk (2007: 138), dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa “kualitas pelayanan jasa memiliki hubungan positif signifikan dengan kepuasan n asab ah , tetapi d en gan lo yalitas nasabah hubungannya tidak signifikan. Kepuasan nasabah memiliki hubungan yang positif signifikan dengan loyalitas nasabah”. Dari hasil penelitian tersebut jelas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan jasa memiliki hubungan dengan kepuasan nasabah. Hal ini tentu disyaratkan adanya kualitas pelayanan yang baik. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan dalam kesimpulannya bahwa “kualitas pelayanan jasa Taplus Bank BNI pada umumnya relatif baik. Unsur tangible, reliability, dan assurance dalam kualitas pelayanan jasa ini relatif baik. Sedangkan unsur responsiveness dan emphaty relatif cukup”. Jadi, dengan kualitas pelayanan yang baik akan dapat mempengaruhi loyalitas konsumen jasa. Beberapa penelitian terdahulu dilakukan oleh Akbar dan Prves (2009), Chen dan Ching (2007), Hong, Ching, James (2004), Naik, Gantasala,
42
Prabhkar (2010), terkait dengan penelitian ini. Keterkaitan antara penelitian tersebut dengan penelitian ini bersifat parsial, karena tidak mengambil judul yang sama persis dengan penelitian tersebut. Karena itu, penelitian ini juga bukan penelitian yang mereplikasi penelitian sebelumnya. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah kualitas pelayanan mempengaruhi loyalitas pelanggan? 2. Apakah kepuasan pelanggan mempengaruhi loyalitas pelanggan? 3. Apakah kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan pelanggan? 4. Apakah kualitas pelayanan dapat mempengaruhi lo yalitas yan g d imediasi oleh kep uasan pelanggan? KAJIAN TEORI 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakantindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ek onomis termasu k proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang penting bagi manajemen pemasaran. Hasil kajian dan penelitian tentang perilaku konsumen akan dapat membantu pemasar untuk keperluan antara lain: a. merancang bauran pemasaran b. menetapkan segmentasi pasar c. merumuskan posisioning dan pembedaan produk d. memformulasikan analisis lingkungan bisnisnaya e. mengembangkan riset pemasarannya (Setiadi, 2005: 7). 2.
Usaha Jasa Kotler dalam Lupiyoadi (2001: 5) mengemukakan bahwa: Jasa merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Jasa memiliki karakteristik utama, yaitu : Tidak berwujud (inta ngibil ity), Tidak terp isahk an, Bervariasi (variability), dan Mudah lenyap (perishability). Ada lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu:
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (STUDI PADA AMELIA PHONE REPAIR SOFTWARE AND HARDWARE) Oleh : Riyan
Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, dan Tangibles. 3.
Konsep Kepuasan Pelanggan Engel dalam Tjiptono (2001: 146) menyatakan bahwa “kepuasan pelanggan merupakan evaluasi pembeli dimana alternatif yang dipilih sekurangkurangnya memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan, sedang ketidakpuasan timbul bila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan”. Metode yang d igu nakan u ntuk menguk ur Kepuasan Pelanggan, menurut Kolter dalam Tjiptono (2001: 34) yaitu dengan : Sistem Keluhan dan Saran, Ghost Shopping, Lost Customer Analysis dan Survey Kepuasan Pelanggan. Hasil pengukuran atau penilaian tersebut akan mengambil salah satu dari tiga bentuk penilaian yang berbeda, yaitu terdiri dari: a. Diskonfirmasi positif, yaitu bila kinerja lebih baik dari pada yang diharapkan, b. Konfirmasi sederhana, kinerja sama dengan harapan, dan c. Diskonfirmasi negatif, yaitu bila kinerja lebih buruk daripada yang diharapkan. Beberapa peneliti mengidentifikasi tiga jenis harapan yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen yaitu: a. Kinerja yang wajar b. Kinerja yang ideal, dan c. Kinerja yang diharapkan (Engel, et.al, 1995 : 211) 4.
Loyalitas Pelanggan Loyalitas adalah sikap menyenangi terhadap sesuatu yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten sepanjang waktu. (Sutisna, 2002: 41). Konsumen atau pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli dari anda. Jadi, loyalitas konsumen adalah sikap dari konsumen yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten dari produsen. Setiadi (2003: 199) dan Sutisna (2002: 41) bahwa loyalitas konsumen dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko (store loyalty). Menurut Griffin (2005: 22) disebutkan empat jenis loyalitas yang berbeda yang muncul bila ketertarikan rendah dan tinggi diklasifikasi-silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi, yaitu: tanpa loyalitas, loyalitas
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
yang lemah, loyalitas tersembunyi, dan loyalitas premium. Seorang pelanggan yang melakukan pembelian, pada tahap berikutnya ia akan melakukan pembelian lagi, dan begitu seterusnya. Jadi seorang pelanggan akan mengalami siklus pembelian. Dalam kaitannya dengan loyalitas, maka siklus pembelian akan terulang pada produk atau jasa yang sama. Menurut Griffin (2006: 31) pelanggan yang loyal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Melakukan pembelian berulang secara teratur 2) Membeli antarlini produk dan jasa 3) Mereferensikan kepada orang lain 4) Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Sumber : Diolah Penulis Hipotesis H1 : Terdapat pengaruh kualitas layanan pada loyalitas pelanggan. H2 : Terdapat pengaruh kepuasan pelanggan pada loyalitas pelanggan. H3 : Terdapat pengaruh kualitas layanan pada kepuasan pelanggan. H4 : Terdapat pengaruh kualitas layanan pada loyalitas pelanggan yang dimediasi oleh kepuasan pelanggan. METODE PENELITIAN Penelitian ini memiliki subjek penelitian yaitu konsumen, dengan jumlah populasi tidak terbatas, yaitu semua konsumen di Amelia Phone Repair Software & Hardware Repair. Besar sampel yang diambil sebanyak 100 responden, teknik purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam menyusun penelitian ini dengan Multiple Regression, uji t, uji F dan koefisien determinasi.
43
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (STUDI PADA AMELIA PHONE REPAIR SOFTWARE AND HARDWARE) Oleh : Riyan
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini diperoleh dari 100 responden pelanggan di Amelia Phone Repair. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Analisis Deskriptif
Sumber: Hasil Olahan SPSS Analisis Jalur Hasil analisis data sebagaimana terlampir, dapat diringkas sebagai berikut: Tabel 2 Analisis Regresi Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan
Sumber: Hasil Olahan SPSS Dari tabel tersebut d apat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted r square) sebesar 0,120, yang berarti bahwa 12% kepuasan dapat dijelaskan oleh faktor kualitas layanan. Sedangkan sisanya sebesar 88% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor lain. Hasil uji t sebesar 3,648 signifikan pada taraf 0,001 dan uji F sebesar 13,309 juga signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Tabel 4.16 Analisis Regresi Kualitas Layanan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas
Sumber: Hasil Olahan SPSS
44
Dari tabel tersebut d apat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted r square) sebesar 0,253, yang berarti bahwa 25,30% loyalitas dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh faktor kualitas layanan dan kepuasan . Sedangkan sisanya sebesar 74,7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor lain. Pengaruh langsung kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan = 0,346 Pengaruh tak langsung kualitas layanan terhadap Loyalitas melalui kepuasan 0,384 x 0,239 = 0,092 --------------------------Total pengaruh = 0,444 Pengujian Hipotesis Adapun analisis yang dapat disusun berdasarkan hasil analisis statistik, dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 4.4. Analisis Jalur
Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas diperoleh t hitung sebesar 4,150 dengan signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Disimpulkan bahwa terhadap pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan terhadap loyalitas konsumen. Besarnya pengaruh kualitas layanan/jasa terhadap kepuasan sebesar 0,384 (38,4%). Analisis pengaruh kepuasan terhadap loyalitas konsumen diperoleh t hitung 2,580 dengan signifikansi 0,011. Karena harga signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen. Besarnya pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas sebesar 0,239. Analisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen diperoleh t hitung 3,648 dengan signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan pada kepuasan konsumen. Besarnya pengaruh kualitas layanan terhadap loyalitas sebesar 0,346.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (STUDI PADA AMELIA PHONE REPAIR SOFTWARE AND HARDWARE) Oleh : Riyan
Analisis pengaruh kualitas layanan dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas diperoleh F hitung 17,768 dengan signifikansi 0,000. Karena harga signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas layanan dan kepuasan konsumen secara simultan terhadap loyalitas konsumen. Besarnya pengaruh kualitas layanan dan kepuasan konsumen terhadap loyalitas sebesar 0,268. Pembahasan Usaha mempertahankan loyalitas konsumen dapat dilakukan oleh penjual dengan memberikan layanan baik yang berupa fisik maupun non fisik terhadap konsumen atau pelanggan. Dalam penelitian ini kualitas layanan terbukti berpengaruh signifikan pada loyalitas. Hal ini dapat dimaklumi bahwa kegiatan bisnis di bidang jasa seperti di Amelia phone repair, sangat banyak pesaingnya. Jika tidak memiliki jasa khusus, usaha jenis ini sangat rentan terhadap kebangkrutan. Dengan kata lain bahwa usaha jasa ini tidak banyak memberikan penghasilan yang cukup besar. Karena itu, untuk melakukan mempertahankan pelanggan, maka dilakukan beberapa hal yaitu meningkatkan pelayanan yang terdiri dari lima dimensi kualitas pelayanan yang bersifat fisik maupun non fisik. Kepuasan dapat diusahakan oleh perusahaan dengan berusaha memenuhi apa yang diperlukan dan diinginkan oleh konsumen. Dengan berbagai usaha, perusahaan dapat menciptakan kepuasan pada konsumen dan diharapkan konsumen akan kembali lagi untuk melakukan pembelian. Jika konsumen bersedia kembali melakukan pembelian ulang, berarti sudah tercipta adanya loyalitas. Konsumen ini pun kemudian dapat disebut dengan pelanggan. Loyalitas p elan ggan meru pakan kesetiaan pelanggan untuk membeli barang atau jasa pada merek atau penjual jasa tertentu. Loyalitas merupakan salah satu tujuan penjual, karena loyalitas merupakan aset yang dapat menjaga penghasilan. Loyalitas dapat dikatak an dapat menjaga penghasilan karena konsumen yang loyal akan selalu melakukan pembelian b er ulang secara berkala. Dengan melakukan pembelian berkala, tentu hal ini merupakan masukan yang rutin bagi penjual. Karena itu loyalitas pelanggan perlu diperhatikan agar penjual dapat memperoleh kepastian penghasilan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Dalam bisnis jasa, loyalitas sangat vital. Hal ini dikarenakan jasa merupakan produk tak terlihat yang ditawarkan oleh penjual. Sebagai produk yang tak terlihat, jasa sangat mudah berubah. Selain itu, pesaing juga dapat muncul sewaktu-waktu. Oleh karena itu, penjual jasa harus selalu melakukan evaluasi untuk dapat menjaga loyalitas pelanggan sehingga dapat menjadi sumber penghasilan tetap. Penjualan jasa seperti di Amelia Phone and Repair yang melayani perbaikan handphone sangat penting memperhatikan kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggannya. Konsumen akan merasa puas jika kerusakan handphone dapat diperbaiki dengan cepat. Pelayanan yang cepat ini sangat diperlukan karena handphone sebagai sarana komunikasi menjadi alat yang vital bagi seseorang yang sering berhubungan dengan orang lain di tempat yang berbeda. Apalagi jika handphone tersebut digunakan sebagai kegiatan bisnis atau usaha. Jika pesawat handphone terlalu lama di tempat perbaikan, maka pemiliknya dapat merasa rugi karena tidak dapat melakukan kegiatan bisnis atau usaha sebagaimana biasanya. Kualitas pelayanan berpengaruh pada loyalitas pelanggan yang dimediasi oleh kepuasan. Jika ada faktor kepuasan pada pelanggan, maka kualitas pelayanan secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap loyalitas. Dengan adanya kualitas pelayanan yang diciptakan oleh perusahaan yang kemudian menciptakan kepuasan pada pelanggan, akan meningkatkan pula loyalitas pelanggan. Dengan demikian maka kepuasan dapat menjadi variabel mediasi dalam hubungan antara kualitas pelayanan dengan loyalitas pelanggan. KESIMPULAN 1. Ada pengaruh positif dan signifikan secara langsung kualitas layanan terhadap loyalitas konsumen di Amelia Phone Repair. Hal ini berarti bahwa setiap ada peningkatan kualitas layanan, maka akan diikuti oleh peningkatan loyalitas konsumen. Sebaliknya bila ada penurunan dalam kualitas layanan, maka akan terjadi penurunan pada loyalitas konsumen. 2. Ada pengaruh kepuasan secara langsung terhadap loyalitas konsumen di Amelia Phone Repair. Hal ini berarti bahwa setiap ada peningkatan kepuasan, maka akan diikuti oleh
45
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PADA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIMEDIASI KEPUASAN PELANGGAN (STUDI PADA AMELIA PHONE REPAIR SOFTWARE AND HARDWARE) Oleh : Riyan
3.
4.
peningkatan loyalitas konsumen. Sebaliknya bila ada penurunan dalam kepuasan, maka akan terjadi penurunan pada loyalitas konsumen. Ada pengaruh positif dan signifikan kualitas layanan secara langsung terhadap kepuasan konsumen di Amelia Phone Repair. Hal ini berarti bahwa setiap ada peningkatan kualitas layanan, maka akan diikuti oleh peningkatan kepuasan konsumen. Sebaliknya bila ada penurunan dalam kualitas layanan, maka akan terjadi penurunan pada kepuasan konsumen. Ada pengaruh kualitas jasa pada loyalitas pelanggan yang dimediasi oleh kepuasan pelanggan di Amelia Phone Repair. Hal ini berarti dengan adanya kualitas pelayanan yang baik dapat menimbulkan kepuasan dan akhirnya mempengaruhi peningkatan atau penurunan pada loyalitas konsumen.
Saran Ber dasark an kesimpulan penelitian, maka beberapa saran dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Kepada pengusaha Amelia Phone Repair khususnya dan pengusaha jasa lain diharapkan selalu memperhatikan pentingnya kualitas pelayanan jasa yang ditawarkan kepada calon konsumen. Kualitas pelayanan jasa yang diberikan senantiasa harus dikaji dan disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Karena itu, bagi pengusaha jasa harus selalu mencari informasi tentang kebutuhan konsumen yang terkait dengan jasa yang ditawarkan melalui survey. Untuk dapat menjaga kualitas pelayanan yang ditawarkan, pengusaha dapat menerima keluhan dari p elan ggan seh in gga keku rangan kekurangan dapat segera diberikan kepada pelanggan. 2. Kepada peneliti lain diharapkan agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar bagi penelitian yang dilakukan pada topik yang sama. Artinya bahwa dimensi kualitas pelayanan perlu selalu dilakukan penelitian di tempat-tempat ter tentu yang memilik i feno mena yan g menunjukkan adanya ketidakpuasan para pelanggann ya. Oleh karena itu , peneliti diharapkan dapat melakukan pengamatan atau pre-research dengan menggunakan kuesioner singkat yang menyediakan isian bebas tentang
46
variabel-variabel yang mungkin berpengaruh atau dengan lembar observasi agar dapat memahami fenomena di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari; Rahayu, Agus; Utama, Dian H.; Wibowo, Lili A.. 2007. Analisis Unsur-Unsur Ku alitas Pelayanan Jasa yan g Domin an Kaitannya dengan Kepuasan dan Loyalitas Nasabah (Kasus Taplus Pada PT Bank BNI Cabang UPI ). Jur nal : Bun ga Ram pa i Manajemen Bisnis Berbasis Hasil Penelitian. Bandung : Alfabeta. B. Tamil Mani, S. Arun Kumar, S. Prabhakaran. 2010. Influence of Service Quality on Customer Satisfaction Application of Servqual Model. International Journal of Business and Management Vol. 5, No. 4. (Pp.239-251 Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W. 1995. Perilaku Konsumen, Jilid 1 & 2, Jakarta : Binarupa Aksara Hong, Sheue-Ching, Goo, Y J James. A Causal Model of Customer Loyalty in Professional Service Firms: An Empirical Study. International Journal of Management, Dec 2004. Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik. Jakarta : Salemba Empat. Mohammad Muzahid Akbar and Noorjahan Parvez. Impact Of Service Quality, Trust, And Customer Satisfactin On Customer Loyalty. ABAC Journal Vol. 29, No. 1 (January-April 2009, pp.24-38) Rangkuti, Fredy. 2002. Measuring Customer Satisfaction, Teknik Mengukur da n Strateti Men in gkat ka n Kepu asan Pel an gg an . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Riani, Asri Laksmi dan Harjo, Bangun Kuntoro. 2003. Analisis Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Nasabah Bank. Fokus Manajerial. Vol. 1, No. 2: 123-136. Setiadi, Nugroho J 2005. Perilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta : Kencana Tjip tono, Fandy. 2001. Stra tegi Pemasaran. Yogyakarta : Andi. Tjip to no , Fand y. 2002. Man ajem en Ja sa . Yogyakarta: Andi Offset.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko ABSTRACT Management of inventory under FIFO / LIFO inventory used in the calculation of PT. Berdiri Matahari Logistics, Jakarta. This study also revealed that there is an internal control system in order to run inventory management without deviation. And also so that the reader understands what pattern to use and how to manage inventory in accordance with GAAP and that existing rules. And, of course, a good inventory system will affect the profitability of the company
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan perlengkapan merupakan bagian yang penting dalam sebuah perusahaan, baik dalam perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, manufaktur, atau yang bergerak di bidang jasa tertentu. Selain sebagai aset lancar perusahaan, persediaan juga berfun gsi sebagai alat bantu penunjang usaha. Oleh sebab itu, perlu diadakan perhitungan p ersediaan yang b enar seh ingga menghasilk an d ata yang aku rat dan dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan persediaan perlengkapan juga berpengaruh terhadap laba perusahaan. Jika terdapat kesalahan dalam perhitungan persediaan, maka akan berdampak terhadap harga pokok persediaan yang dapat berakibat fatal terhadap kinerja perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan sistem pencatatan persediaan yang baik dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.Selain itu diperlukan pula manajemen yang baik untuk mengawasi persediaan, baik secara fisik ataupun dalam pencatatan. Seperti perusahaan yang lain, PT. Berdiri Matahari Logistik juga memiliki persediaan berupa persediaan perlengkapan. Persediaan perlengkapan sangat dibutuhkan karena menunjang usaha pada PT. Berdiri Matahari Logistik yang bergerak di bidang forwarding, yaitu perusahaan yang memberikan jasa pengiriman dan penerimaan barang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pengiriman barang tersebut tidak lepas dari proses packaging yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
membutuhkan persediaan perlengkapan seperti kayu, paku, plastik PE dan sebagainya. Persediaan perlengkapan tersebut bertujuan agar barang– barang yang akan dikirim tetap terlindung dan aman sampai tempat tujuan. Pemakaian persediaan perlengkapan tersebut harus dihitung setiap bulan dan dibuatkan laporan yang berpengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan. Hal ini menjadi alasan penulis u ntuk memilih jud ul “PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN PADA PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK JAKARTA” 1.2 Alasan Pemilihan Objek I ngin men getahu i lebih lanjut men genai perhitungan persediaan perlengkapan yang dilakukan pada PT. Berdiri Matahari Logistik yang juga memberikan banyak manfaat dan pembelajaran bagi penulis. 1.3 Tujuan dan Manfaat Ad apu n penu lisan yang d i wu ju dk an ini mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut : 1.3.1Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Un tu k mengetah ui metod e perh itun gan persediaan perlengkapan yang digunakan di PT. Berdiri Matahari Logistik. 2. Untuk mengetahui cara menyusun Listing persediaan perlengkapan pada PT. Berdiri Matahari Logistik.
47
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
3.
Untuk mengetahui pengendalian intern terhadap persediaan perlengkapan di PT. Berdiri Matahari Logistik.
1.3.2Manfaat Penulisan Penulis berharap agar penulisan in i dapat memberikan kontribusi bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Bagi penulis Dapat menerapkan teori dan memperdalam pengetahuan mengenai perhitungan persediaan perlengkapan. 2. Bagi Perusahaan Dapat dijadikan suatu masukan yang dapat dikembangkan berkenaan dengan masalah yang diteliti, dan dapat membantu kinerja PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan khususnya dibagian persediaan perlengkapan. 3. Bagi Pembaca Laporan ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan dan dapat dijadikan sebuah acuan untuk penelitian bagi penulis selanjutnya. 1.4 Identifikasi Masalah Dalam pembahasan karya ini, maka penulis akan mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Metod e digu nakan dalam perh itun gan persediaan pada PT. Berdiri Matahari Logistik. 2. Bagaimana cara menyusun Listing persediaan perlengkapan p ada PT. Berdiri Matahari Logistik ? 3. Bagaimana pengendalian intern terhadap persediaan di PT. Berdiri Matahari Logistik ? 1.5 Batasan Masalah Untuk menghindari agar tidak menyimpang dari tujuan utama, batasan permasalahan yang ada pada perhitungan persediaan perlengkapan pada PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK adalah sebagai berikut : 1. Membahas proses perhitungan persediaan perlengkapan dengan metode FIFO. 2. Membahas mengenai proses perhitungan perlengkapan di dalam kartu stok sampai tahap pelaporan ke bagian Akuntansi.
48
1.6 Metodologi Penulisan Metodologi penulisan merupakan gambaran rancangan/metode yang akan digunakan sebagai rencana, struktur dan strategi untuk penyelesaian penelitian. Dalam hal ini, penulis memerlukan datadata yang bersumber pada : Penelitian Lapangan (Field Research) Dalam penelitian lapangan, Penulis melakukan peninjauan langsung ke objek penelitian dengan maksud memperoleh data primer. Data primer yaitu data yang diperlukan secara langsung dari sumber penelitian itu sendiri, dalam hal ini perusahaan yang dijadikan objek penelitian adapun cara yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Yaitu pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan bagian Persedian. 2. Pengamatan (observasi) Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh penulis dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti. Adapun data yang diperlukan tersebut berupa gambaran umum mengenai perhitungan persediaan perlengkapan metode FIFO. Studi Pustaka (Library Research) Yaitu pengumpulan data-data d engan cara mempelajari berbagai bentuk bahan-bahan tertulis seperti buku-buku penunjang kajian, majalah, catatancatatan maupun referensi lain yang bersifat tertulis. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perhitungan Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia karangan Indrawan W.S perhitungan didefinisikan sebagai berikut : “Perhitungan adalah perbuatan atau cara menghitung, perkiraan, penafsiran”. 2.2 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan sangat tergantung pada jenis operasional perusahaan. Pada perusahaan dagang, persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dijual oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa mengadakan perubahan yang berarti terhadap barang yang bersangkutan. Dalam perusahaan industri istilah persediaan meliputi bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
Pengertian persediaan menurut PSAK No. 14 butir 4 adalah “Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persedian juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi oleh perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi”. Sedangkan penger tian p er sediaan dalam perusahaan industri, dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material) Adalah bahan baku yang akan digunakan untuk membuat barang jadi. Bila kita masuk ke sebuah perusahaan industri garmen, maka bahan bakunya adalah kain. Bila kita masuk ke sebuah perusahaan industri perabot (mebel), maka yang menjadi bahan bakunya adalah kayu. 2. Persediaan Perlengkapan Pabrik (Supplies) Adalah barang–barang yang mempunyai fungsi memperlancar proses produksi, misalnya oli mesin, bahan pembersih mesin dan lain-lain. 3. Persediaan Bahan Penolong Pabrik (Indirect material) Adalah barang atau bahan yang juga menjadi bagian dari proses produksi yang nilainya kecil. Misalnya benang dan kancing pada industri garmen, atau paku dan mur pada industri perabot. 4. Persediaan Barang dalam Proses (Good in Process) Adalah bahan baku yang sudah mulai diolah ke dalam proses produksi akan tetapi bahan baku ini belum selesai dikerjakan. 5. Persediaan Barang Jadi (Finished Good) Adalah barang-barang yang sudah selesai diproses menjadi barang dagang yang siap dijual kepada konsumen. Menurut PSAK (2007) dalam Achmad Hidayat (2011:57) “Penger tian p er sediaan digu nakan un tu k menyatakan aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Persediaan dapat pula dikaitkan dengan hak kepemilikan barang sesuai syarat penyerahan pada saat transaksi yang meliputi : 1. Barang dalam Perjalanan (In transit) Pemilikan barang ini sangat bergantung pada syarat penyerahannya. Kemungkinan biaya pengangkutan ditanggung pembeli, maka barang tersebut menjadi milik pembeli, demikian pula sebaliknya. 2. Barang Titipan (Komisi) Barang komisi yang belum terjual jelas milik pihak yang menitipkan barang. Ditinjau dari pihak yang menitipkan, barang tersebut sering disebut barang konsinyasi. 2.3 Pengertian Perlengkapan (Supplies) Menurut link http://akateichi.xtgem.com/news/ Perlengkapan (Supplies) adalah “barang – barang yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan dalam kegiatan perusahaan yang sifatnya habis dipakai dan nilainya relatif kecil”.(Akateichi, 2013) 2.4 Metode Pencatatan Persediaan Dalam sistem pencatatan perrsediaan barang dagangan (merchandise inventory) terdapat 2 metode pencatatan, yaitu metode fisik/periodik dan metode perpetual atau permanen. 1. Metode Fisik/periodik Dengan sistem periodik, pembelian barang dagangan akan dicatat dengan menggunakan akun pembelian. Dengan cara ini bertambahnya barang dagang atau berkurangnya barang dagang tidak bisa dideteksi secara langsung. Akibat dari cara ini adalah barang dagang akhir periode harus dihitung fisiknya secara langsung agar dapat menggambarkan nilai persediaan barang dagang yang sesungguhnya dalam laporan keuangan. Dengan demikian agar nilai persediaan barang dagang yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan tercatat sama dengan nilai persediaan akhir, maka harus dibuatkan jurnal penyesuaian pada akhir periode akuntansi. 2. Metode Permanen/perpetual Dalam sistem perpetual, catatan mengenai harga pokok dari masing-masing barang dagang yang dibeli maupun yang dijual diselenggarakan secara terperinci. Sistem pencatatan ini akan secara terus-menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persediaan barang dagang yang
49
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
ada di gudang untuk masing-masing jenis persediaan. 2.5 Metode Penilaian Persediaan Dalam akuntansi dikenal tiga metode yang dapat digunakan dalam menghitung b esarn ya nilai persediaan, yaitu metode FIFO (first in first out), metode LIFO (last in first out), dan metode biaya rata-rata (average cost method) Metode FIFO (first in first out), harga pokok dari barang yang pertama dibeli adalah yang akan diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa unit atau barang yang pertama kali dibeli adalah unit atau barang yang pertama kali akan dijual. Jadi penekanannya disini bukan kepada unit atau fisik barangnya, melainkan lebih kepada harga pokoknya. Dengan menggunakan metode FIFO, yang akan menjadi nilai persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang terakhir dibeli. Sebaliknya dengan metode LIFO, harga pokok dari barang yang terakhir kali dibeli adalah yang akan diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Dengan menggunakan metode LIFO, yang akan menjadi nilai persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang pertama kali dibeli. Sedangkan metode biaya rata-rata, harga pokok penjualan per unit dihitung berdasarkan rata-rata harga perolehan per unit dari barang yang tersedia untuk dijual. 2.6 Pengendalian Intern 2.6.1Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian Intern merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pencapaian tujuan usaha. Suatu perusahaan yang telah beroperasi harus memonitor kegiatannya dan hasil yang diperolehnya. Manajemen harus setiap waktu melakukan pemeriksaan yang berkesinambungan dan menganalisa laporan dan catatan-catatan dari mana laporan didapat. Menurut Hery dalam buku Akuntansi dan Rahasia di baliknya (2012:91) “Pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi asset perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan.” Pengertian pengendalian internal menurut Iwan Purwanto dalam buku Manajemen Strategi (2008:70) “Pengendalian internal adalan pengendalian yang dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahannya”.
50
Sedangkan pengendalian intern menurut Mulyadi dalam buku Sistem Informasi Akuntansi (2012:42) adalah sebagai berikut : “suatu sistem pengendalian yang meliputi struktur organisasi beserta semua metode dan ukuran yang diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk men gamankan aktiva p erusahaan, mengecek kecermatan d an k etelitian data aku ntan si, meningkatkan efisiensi, dan mendorong agar kebijakan manajemen dipatuhi oleh segenap jajaran organisasi”. 2.6.2Unsur Sistem Pengendalian Intern Unsur-unsu r yang harus ditetapkan dalam pengendalian intern agar dapat efektif dengan baik adalah sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Pr in sip- pr in sip yang men dasar dalam pengendalian intern adalah sebagai berikut: a. Dalam fungsi akuntansi perlu adanya pemisahaan fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Fungsi operasi merupakan fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan, sedangkan fungsi penyimpanan merupakan fungsi yan g memiliki w ew en an g un tu k menyimpan aktiva perusahaan dan fungsi akuntansi mempunyai wewenang untuk mencatat transaksi yang terjadi dalam perusahaan. b. Suatu transaksi tidak dibenarkan hanya ditangani oleh satu fungsi saja melainkan dari awal sampai dengan selesai. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aktiva, utang, pendapatan, dan biaya. Suatu perusahaan dibutuhkan adanya suatu sistem yang mengatur pembagian wewenang, untuk memberikan otorisasi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang dan dinyatakan dalam formulir yang digunakan untuk merekam transaksi tersebut. Oleh karena itu, formulir merupakan dasar pencatatan transaksi ke dalam catatan akuntansi, suatu prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercayai mengenai aktiva, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi (perusahaan).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
3.
Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi dan karyawan yang mutunya sesuai dengan unit produksi. Pemb agian tanggu ng jaw ab d an sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksanakan dengan baik apabila tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin p raktik yan g sehat dalam pelaksanaannya. Contoh praktik yang sehat adalah : a. Penggunaan formulir bernomor urut ter cetak yang p emak aian nya haru s dipertan ggun gjaw ab kan oleh yan g berwenang. b. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan oleh seseorang karyawan atau bagian lain. c. Perputaran jabatan. d. Keharusan mengambil cuti bagi karyawan yang sudah berhak. e. Secara periodik diadakan pencocokan fisik antara kekayaan dengan catatan. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Bagaimanapun baiknya sistem dalam suatu perusahaan semuanya tergantung pada manusia yang melaksanakannya, Jika perusahaan mempunyai karyawan yang jujur maka unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusah aan akan tetap mampu mengh asilkan p er tanggu ngjawaban keuangan yan g dapat diandalkan. 2.6.3Tujuan Pengendalian Intern Pengendalian intern bertujuan untuk menjaga integritas informasi akuntansi, melindungi aktiva perusahaan terhadap kecurangan, pemborosan, dan pencurian yang dilakukan oleh pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Selain itu, pengendalian intern juga harus dapat memudahkan pelacakan kesalahan baik disengaja ataupun tidak sengaja sedemikian rupa sehingga memperlancar prosedur audit. Agar dapat berjalan efektif, pengendalian intern memerlukan adanya pembagian tanggung jawab yang jelas dalam organisasi. Setiap fungsi harus ada penanggung jawabnya secara khusus. Tujuannya adalah agar setiap karyawan dapat mengkonsentrasikan perhatian kepada lingkup tanggung jawabnya masing-masing sehingga tidak ada suatu fungsi yang tidak tertangani.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
2.6.4Pengendalian Internal atas Persediaan Pengendalian internal atas persediaan mutlak diperlukan mengingat aktiva ini tergolong cukup lancar. Terdapat 2 tujuan utama dari diterapkannya pengendalian internal atas persediaan, yaitu untuk mengamankan atau mencegah aktiva perusahaan (p er sediaan) d ar i tind ak an p en cu rian , penyelewengan, penyalahgunaan, dan kerusakan serta menjamin keakuratan (ketepatan) penyajian persediaan dalam laporan keuangan. Didalamnya termasuk pengendalian atas keabsahan transaksi pembelian dan penjualan barang dagangan. Pengendalian internal atas persediaan seharusnya dimulai pada saat barang diterima (yang dibeli dari pemasok). Laporan penerimaan barang yang bernomor urut tercetak seharusnya diarsipkan oleh bagian penerimaan untuk menetapkan tanggung jawab awal atas persediaan. Untuk memastikan bahwa barang yang diterima sesuai dengan apa yang dipesan, maka setiap laporan penerimaan barang harus dicocokkan dengan formulir pesanan pembelian yang asli. Harga barang yang dipesan, seperti yang terter a dalam fo rmulir p esan an p embelian , seharusnya dicocokkan dengan harga yang tercantum dalam faktur tagihan (invoice). Setelah laporan penerimaan barang, formulir pesanan pembelian, dan faktur tagihan dicocokkan, peru sahaan akan mencatat persediaan dalam catatan akuntansi. Pengendalian internal atas persediaan juga seringkali melibatkan bantuan alat pengaman seperti kaca dua arah, kamera, sensor magnetik, kartu akses gudang, pengatur suhu ruangan, dan sebagainya termasuk petugas keamanan. Mengenai tempat penyimpanan persediaan, persediaan seharusnya disimpan dalam gudang yang dimana aksesnya dibatasi hanya untuk karyawan tertentu saja. Setiap pen gelu aran bar ang dari gud ang seharusn ya dilengkapi atau didukung dengan formulir permintaan barang yang telah diotorisasi sebagaimana mestinya. Suhu tempat penyimpanan barang disimpan juga seharusnya diatur sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kerusakan atas barang dagangan. Penggunaan sistem pencatatan perpetual juga memberikan pengend alian yang ef ektif atas persediaan. Informasi mengenai jumlah atas masingmasing jenis barang dagangan dapat segera tersedia dalam buku besar pembantu untuk masing-masing
51
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
persediaan. Untuk menjamin keakuratan besarnya persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan, perusahaan seharusnya melakukan pemeriksaan fisik atas persediaannya. III. PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Berdiri Matahari Logistik beralamat di Graha Mustika Ratu lantai 4, Jalan Jend. Gatot Subroto Kav. 74-75 Jakarta 12870 dan didirikan pada tanggal 3 April 1996 sebagai perluasan dari PT. Hitachi Power System Indonesia (sebelumnya PT. Japan AE Power Systems Indonesia) dan sebagai salah satu agen dari Hitachi Transport System Ltd Jepang di Indonesia. Lalu memperluas lahan bisnis dengan mengambil alih semua hal tentang pabrik logistik dari hal penanganan barang impor, pengepakkan, transportasi bahan dan perlengkapan berat, sampai penanganan ekspor ke negara-negara tetangga (luar negeri). Sebagai sebuah service logistik, PT. Berdiri Matahari Logistik akan terus berusaha untuk memenuhi p erubah an keb utuhan konsu menkonsumen dengan dukungan logistik yang berkualitas tinggi dan harga yang terjangkau (rendah). PT. Berd iri Matah ari Logistik melakuk an penelitian dengan seksama dan cermat terhadap sistem logistik para pelanggan atau konsumen baru sebelum menawarkan dan memberikan solusi kepada keefisiensian operasional dan meminimalisasi waktu dalam proses dan mengurangi biaya produksi dengan kemampuan integritas yang tinggi dari Hitachi Transport System hanya dengan jentikan jari dapat mengatasi semua masalah logistik konsumen. Semua staff PT. Berdiri Matahari Logistik berpengalaman dan telah mendapatkan pelatihan secara periodik oleh Hitachi Transport System Ltd, Jepang. Ini dikarenakan kebutuhan konsumen sangat variatif dan sudah seharusnya dapat mengatasi masalah tersebut sebagai pemenuhan terhadap hasil ak hir perusah aan yaitu kepuasan p elanggan (konsumen).
3.2.2Misi 1) Berada di antara 3 (tiga) production base terbaik di Asia, dalam volume dan persaingan. 2) Mampu menyediakan pesanan customer dari lokal dan luar negeri. 3) Dapat memberikan kepuasan kepada customer. 3.3 Aspek Kegiatan Usaha Adapun pelayanan yang diberikan PT. Berdiri Matahari Logistik kepada pelanggan (konsumen) adalah sebagai berikut : 1. Agen tunggal Hitachi Transport System. 2. Pengangkutan barang melalui laut dan darat. 3. Transportasi berat kargo. 4. Bisnis export dan import. 5. Pengepakan, dan 6. Jasa konsultasi logistik IV. PEMBAHASAN 4.1 Metode Perhitungan Persediaan Pada PT. Berdiri Matahari Logistik, metode perhitungan persediaan perlengkapan yang digunakan adalah metode FIFO (First In First Out) atau dengan istilah lain yaitu Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP). Dalam metode FIFO, harga pokok dari barang yang pertama kali dibeli adalah yang diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa unit atau barang yang pertama kali dibeli adalah unit atau barang yang pertama kali akan dijual. Jadi, penekanannya disini bukan kepada unit atau fisik barangnya, melainkan lebih kepada harga pokoknya. Dengan metode FIFO, yang akan menjadi persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang terakhir dibeli. Dalam Stock Card tersebut penerapan metode FIFO dapat dilihat dari saldo Januari 2014 yaitu sebesar 65 unit dan total amount sebesar Rp. 2.975.000. Total amount tersebut berasal dari, 15 unit x Rp. 45.000 50 unit x Rp. 46.000 65 unit
= Rp. 675.000 = Rp. 2.300.000 + = Rp. 2.975.000
3.2 Visi dan Misi Perusahaan 3.2.1Visi Visi dari PT. Berdiri Matahari Logistik yaitu memproduksi furniture yang berkualitas tinggi dan bersaing secara singkat dan dapat mendistribusikan ke pasar dunia.
52
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
Gambar 4.1.1 Stock Card Pada PT. Berdiri Matahari Logistik
Data ter sebu t dipero leh dari d ata bu lan sebelumnya. Tanggal 12 Febuari 2014 terdapat penerimaan barang sebanyak 50 unit dengan harga satuan Rp. 45.000, sehingga total amount pada kolom debet sebesar Rp. 2.250.000 yang berasal dari 50 unit x Rp. 45.000. Total penerimaan tersebut menambah persediaan awal sebagai berikut, 65 unit = Rp. 2.975.000 (perhitungan diatas) 50 unit x Rp. 45.000 = Rp. 2.250.000+ (penerimaan 12 Febuari) 115 unit = Rp. 5.225.000 Pada tanggal 12 Febuari terdapat stok sebesar 115 unit dengan dua harga yang berbeda yaitu Rp. 45.000 dan Rp. 46.000. Ketika terjadi pengeluaran barang, maka harga yang digunakan adalah harga pada barang yang pertama kali datang. Dalam kasus ini barang yang pertama kali datang mempunyai harga sebesar Rp. 45.000, maka saat terjadi pengeluaran tanggal 15 Febuari harga satuan yang digunakan adalah sebesar Rp. 45.000. Pengeluaran tersebut berpengaruh terhadap stok akhir persediaan yaitu sebagai berikut, 1. 15 unit x Rp. 45.000 = Rp. 675.000 2. 50 unit x Rp. 46.000 = Rp. 2.300.000 3. 50 unit x Rp. 45.000 = Rp. 2.250.000 + 115 unit = Rp. 5.225.000 (saldo tanggal 12 Feb) Pengeluaran tanggal 15 Febuari menggunakan harga barang yang pertama kali datang maka,
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
15 unit x Rp. 45.000 = Rp. 5 unit x Rp. 45.000 = Rp. (pengeluaran tanggal 15 Feb) 10 unit x Rp. 45.000 = Rp.
675.000 225.000– 450.000
Sehingga persediaan akhir adalah sebagai berikut, 10 unit x Rp. 45.000 = Rp. 450.000 50 unit x Rp. 46.000 = Rp. 2.300.000 50 unit x Rp. 45.000 = Rp. 2.250.000 + 110 unit = Rp. 5.000.000 (persediaan akhir per 15 Feb) Dalam perhitungan tersebut sudah terlihat metode yang digun akan adalah metod e FIFO , yaitu pengeluaran yang digunakan ad alah d engan menggunakan harga barang yang diperoleh pertama kali. Pengeluaran tersebut selalu menggunakan harga barang pertama, hingga kuantitas barang pertama habis. Ketika kuantitas barang pertama habis dan terdapat pengeluaran, maka harga yang digunakan adalah harga barang kedua. Langkah ini dilakukan secara berulang-ulang. 4.2 Tata Cara Menyusun Listing Persediaan Perlengkapan 4.2.1Data yang Diperlukan untuk Menyusun Listing Dalam perhitungan persediaan diperlukan berbagai data seperti bukti pengeluaran dan bukti penerimaan. Bukti pengeluaran adalah sebuah dokumen yang berisi tanggal persediaan material dikeluarkan, nomor bukti pengeluaran, nama project,
53
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
nomor job, deskripsi material apa saja yang dikeluarkan serta kuantitas barang yang dikeluarkan, dan tanda tangan dari pihak yang membuat bukti pengeluaran tersebut. Selain bukti pengeluaran, data lainnya yang diperluk an adalah bu kti penerimaan . Bu kti penerimaan adalah sebuah dokumen yang berisi keterangan mengenai material apa saja yang diterima beserta jumlah barang, tanggal penerimaan, nomor bukti penerimaan, dan tanda tangan pihak yang membuat bukti penerimaan. Di dalam bukti penerimaan terdapat beberapa lampiran, diantaranya invoice dan Purchase Order. Langkah Menyusun Listing Langkah awal yang dilakukan dalam menyusun listing adalah menghitung persediaan perlengkapan yaitu dengan cara mengumpulkan setiap bukti pengeluaran dan penerimaan beserta lampirannya selama satu bulan. Selama pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah memasukkan data yang sudah lengkap ke dalam stock card yang terdapat di Microsoft Excel. Data yang sudah diperoleh, di input sesuai dengan kolom yang terdapat di stock card dan sesuai dengan nama jenis material. Bukti pengeluaran tersebut, terdapat berbagai macam material yang akan dimasukkan ke dalam kartu stok sesuai dengan nama materialnya. Langkah-langkah untuk memasukkan data pengeluaran material ke dalam stock card adalah sebagai berikut : 1. Masukkan tanggal ke dalam kolom date. 2. Masukkan nomor bukti pengeluaran ke dalam kolom factur no. 3. Masukkan job number ke dalam kolom transaction. 4. Masukkan kuantitas pengeluaran ke dalam kolom credit, masukkan harga dari harga pembelian pertama. Dalam kasus ini, pembelian pertama sebesar Rp. 18.750 maka harga yang digunakan untuk pengeluaran yaitu sebesar Rp. 18.750. Total amount diisi dengan hasil kali dari kuantitas barang yang di keluarkan dengan harga satuannya, yaitu 7 pcs di kali dengan Rp. 18.750 sebesar Rp. 131.250. 5. Dalam kolom last stock, menginformasikan mengenai persediaan akhir material. Hasil last stock diperoleh dari pengurangan saldo awal dengan jumlah pengeluaran.
54
6.
Langkah selanjutnya adalah membuat rekapan bukti pengeluaran dengan cara menyalin kolom credit dalam stock card, lalu memindahkannya ke lembar kerja yang baru. Rekapan bukti pengeluaran tersebut kemudian di print untuk diserahkan ke Divisi Billing. Langkah selanjutnya adalah memasukkan bukti penerimaan ke dalam stock card. Prosesnya tidak jauh berbeda dengan memasukkan data pengeluaran, berikut langkah-langkahnya : 1. Periksa dahulu invoice dalam bukti penerimaan tersebut, terdapat PPN atau tidak. Jika harga dalam invoice tersebut termasuk PPN maka harus dikeluarkan dahulu PPNnya dengan cara membagi total di invoice dengan 1,1. 2. Sesuaikan dengan Purchase Order, jangan sampai terdapat kesalahan nominal dalam invoce dengan Purchase Order. 3. Setelah sesuai, masukkan data penerimaan ke dalam stock card yang sesuai dengan material tersebut. 4. Masukkan tanggal penerimaan ke dalam kolom date. 5. Masukkan nomor bukti penerimaan ke dalam kolom factur no. 6. Masukkan nomor Purchase Order ke dalam kolom transaction. 7. Masukkan kuantitas barang yang diterima, lalu masukkan harga yang tercantum pada invoice. 8. Pada kolom last stock, terdapat akumulasi dari saldo sebelumnya di tambah dengan penerimaan persediaan yang baru, yaitu (350 x Rp. 13.125) + (200 x Rp. 13.125) = 550 xRp. 13.125 = Rp. 7.218. 750. Setelah bukti penerimaan dan pengeluaran selesai di input, lakukan stok opname guna menyesuaikan jumlah persediaan yang ada di gudang dengan catatan yang sudah dibuat. Setelah sesuai dengan stok yang ada di gudang, langkah selanjutnya adalah membuat rekapan bukti pengeluaran berd asar kan no mo r job . Car a penyusunannya, hanya melanjutkan dari rekapan bukti pengeluaran yang sebelumnya lalu data tersebut di kelompokkan berdasarkan nomor job dan kemudian dibuatkan rinciannnya saja. Hal ini dilakukan agar mudah untuk mengetahui total pengeluaran material berdasarkan nomor jobnya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
Dalam kolom account number berisi penjelasan mengenai nomor akun yang digunakan. Seperti 34350 untuk akun seragam, nomor akun 34390 untuk akun office supplies, dan nomor akun 11301 adalah nomor akun untuk jobsheet. Sedangkan pada kolom invoice number berupa nomor job yang terdapat pemakaian persediaan perlengkapan. Kolom issued, diisi dengan jumlah pemakaian material. Sedangkan pada kolom keterangan merupakan penjelasan mengenai apakah pengeluaran material tersebut sudah dimasukkan ke dalam program akuntansi atau belum. Jika sudah dimasukkan, maka diberi tanda KLIK, jika belum diberi tanda INPUT. Untuk mengetahui apakah bukti pengeluaran sudah di input atau belum adalah dengan membuka program akuntansi (SAP) dan membuka akun 11301 sesuai dengan periode akuntansi. Kemudian cek nominal yang ada di rincian nomor job tersebut, apakah sudah ada atau belum. Jika belum terdapat nominal pengeluarannya, maka di beri tanda dengan INPUT. Setelah selesai, rekapan tersebut kemudian diserahkan ke Divisi Akuntansi untuk diproses. Langkah berikutnya adalah menyesuaikan saldo akhir persediaan yang sudah dibuat dengan Divisi Akuntansi. Setelah saldo akhir sudah sesuai dengan pihak akuntansi, maka dibuatkan sebuah listing sebagai laporan persediaan perlengkapan yang kemudian diserahkan ke Divisi Akuntansi. Langkah selanjutnya adalah menyusun listing persediaan perlengkapan. Pada saat tutup buku akhir bulan ataupun tutup buku tahunan, setiap divisi akuntansi harus menyusun sebuah listing. Listing ini bertujuan sebagai laporan pertanggungjawaban atas apa yang telah dikerjakan dalam periode tertentu. Persediaan perlengkapan juga perlu dibuatkan listing, hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan akhir perlengkapan material. Listing perlengkapan material adalah sebuah informasi yang berisi mengenai saldo awal mater ial, ju mlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan saldo akhir persed iaan perlen gk apan material. Lan gk ah penyusunan listing perlengkapan material tidaklah sulit, karena jika dalam proses memasukkan data pengeluaran dan penerimaan material ke dalam stock card sudah benar, maka secara otomatis data yang telah di input sudah tercantum ke dalam format listing.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Data dalam listing per lengkapan material diperoleh dari total penerimaan dan total pengeluaran tiap jenis material yang terdapat dalam kartu stok. Kemudian total penerimaan material tersebut di tambahkan dengan saldo awal material dan dikurangi den gan total pengeluaran material, sehin gga menghasilkan saldo akhir perlengkapan material. Saldo akhir ini yang kemudian menjadi dasar dalam penentuan saldo awal perlengkapan material periode berikutnya. Langkah terakhir adalah menyerahkan Listing Perlengkapan Material yang telah disusun dan di tanda tangani ke divisi akuntansi untuk diperiksa dan diarsipkan. 4.3 Pengendalian Intern pada Persediaan Pengendalian intern pada persediaan yang diterapkan PT. Berdiri Matahari Logistik adalah : 1. Pemisahan tugas antara bagian pencatatan persediaan material dengan bagian gudang. 2. Melakukan pengecekan fisik persediaan (stock opname/stock take) secara berkala. 3. Dibuatkan bukti pengeluaran dan penerimaan material, setiap terdapat penerimaan dan pengeluaran material. 4. Penyimpanan persediaan material yang aman, sehingga kemungkinan adanya penyelewengan dapat diminimalisir. BAB V PENUTUP Pada bab terakhir dalam penulisan ini, penulis akan menarik sebuah kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat dan dapat dijadikan masukan bagi PT. Berdiri Matahari Logistik, guna meningkatkan efisien dan efektifitas kerja yang maksimal. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penulisan mengenai perhitungan persediaan material pada PT. Berdiri Matahari Logistik dan berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis memberi kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode yang digunakan dalam perusahaan adalah metode FIFO, yaitu harga pokok dari barang yang pertama kali dibeli adalah yang diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan.
55
POLA PERHITUNGAN PERSEDIAAN PERLENGKAPAN ( STUDI KASUS DI PT. BERDIRI MATAHARI LOGISTIK, JAKARTA ) Oleh : M. Setiadi Hartoko
2.
3.
Mekanisme penyusunan listing berawal dari melakukan input data penerimaan dan data pengeluaran ke dalam kartu stok yang sesuai dengan klasifikasinya. Kemudian dibuat rekapan selama satu bulan dan menghasilkan saldo akhir persediaan perlengkapan. Pengendalian intern yang dilakukan perusahaan diantaranya, melakukan stock taking secara berkala, adanya pemisahan tugas antara bagian gudang dan bagian pencatatan, terdapat bukti u ntuk setiap kegiatan p en er imaan dan pengeluaran barang.
DAFTAR PUSTAKA Hery. Pengantar Akuntansi 1. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2012. Hery. Akuntansi dan Rahasia dibaliknya. Bandung: Pustaka Hidayah, 2012. Hidayat, Achmad. Tax Accounting. Jakarta: Lentera Ilmu Cendekia, 2011. http://akateichi.xtgem.com/news/ Mulyadi. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Fajar, 2012. Purwanto, Iwan. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya, 2008
5.2 Saran Dalam hasil analisa yang dilakukan penulis pada bab-bab sebelumnya serta kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran atau bahan masukan yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam pencapaian tujuan, saran dari penulis adalah sebagai berikut : 1. Lebih meningkatkan pengendalian intern atas persediaan material dengan lebih baik lagi, seperti melakukan Stock Taking setiap bulan. 2. Adanya tempat penyimpanan material yang aman, dan tidak ada orang yang dapat masuk ke tempat tersebut, kecuali mendapat otorisasi dari pihak yang berwenang.
56
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PONDOK INDAH Oleh : Suherman Sapri ABSTRACT PT BANK RAKYAT INDONESIA is a state commercial bank, which the business focus on Retail and Micro financing. As we know, the tight competition, depend upon customer and market, the rational manner of customer on banking services are new problems faced. The banking service is usuallu into two parts. Those are the people based service and the equipment based service. The business service of Bank BRI is more people based, so that most of enterprise activities depend on human resources factors. The service qualityof Bank BRI is determined by the performance is offering the quality service and measured by comparing the perceived service and the expected service. Therefore, the service quality focuces on the combination of the five elements. Those are tangible, emphaty, responsiveness, realiabity, and assurance. Those elements are conducted to satisfy customer needs. In trying to improve the service quality, BRI Pondok Indah Branch focuses on all elements of the service quality, for instance ; human resources training and development, which conducts all emplyeesto improve their service quality, especially, related with their responsiveness, emphaty, assurance and reliability. Besides this, all employees pay more attention to physical facilities, so that customers feel convenient with their banking transactions. It is clear satisfied customer has been management mantra for some time and BRI considers it as a key component. The satisfied customer get what they have been told – they are able to expect from the banking service so that the satisfied customer have no reason to look for an alternative sources of the banking services.
I. PENDAHULUAN Globalisasi mendorong lahirnya debirokratisasi dan deregulasi diberbagai sektor. Tahun 1988, deregulasi perbankan mendorong pertumbuhan Bank- bank baru. Dampaknya adalah terjadi dinamika persaingan yang sangat kompetitif, karena tingkat ketergantungan terhadap pasar semakin tinggi dan pola pikir nasabah yang semakin rasionil dan kritis dalam memilih Bank sehingga nasabah akan memilih Bank yang memiliki dimensi kualitas layanan yang prima. Deregulasi perbankan mengakibatkan perubahan pola bisnis perbankan dari traditional banking menjadi industry banking¸ yang mana semua lembaga keuangan juga tidak menyia-nyiakan peluang pasar dan melakukan upaya-upaya positif dalam menciptakan strategi penetrasi pasar. Nasabah juga tidak tertarik lagi pada the biggest merk of a bank apabila Bank tersebut tidak dapat memberikan valu e. Su perior Cust omer Value tid ak lagi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
orientasinya pada sisi tangible tetapi kemasan pada sisi intangible. Strategi ini diharapkan dapat meminimisir serivice quality gap. Internal Marketing merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan Bank dalam mendidik, melatih dan memotivasi para pekerjanya agar mereka dapat memb er ik an k ualitas layanan yang p rima. Diharapkan internal merketing dapat menciptakan para pemasar bank memiliki service minset, service skill, continuous innovative, dan solid team, misalnya pekerja memiliki orientasi yang tinggi terhadap nasabah, mempunyai motivasi yang tinggi terhadap kualitas layanan, orientasi pada solusi permasalahan nasabah, piawai mengidentifikasi karakter nasabah, pandai membentuk team yang solid dalam usaha memenangkan persaingan, kreatif dan inovatif mengemas superior customer value. Peru bahan feno mena p asar yan g terjad i menunjukan bahwa kualitas layanan mempunyai
57
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PONDOK INDAH Oleh: Suherman Sapri
inkonsistensi yang tinggi sehingga perusahaan dituntut mampu melakukan stratetgi penetrasi pasar baik secara intangible maupun tangible marketing. Pemasaran eksternal merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam hal menentukan kebijakan harga, dan mempromosikan jasa kepada nasabahnya. Para pekerja Bank dituntut mampu mengemas kualitas layanan yang memiliki dimensi layanan yang bersifat intangible. Pekerja Bank juga diharapkan mampu menciptakan personal relationship yang b aik dengan b er bagai pend ek atan k ep ad a nasabahnya. Pemasaran interaktif merupakan keahlian para pekerja Bank dalam melayani nasabah dari kualitas teknis dan fungsinya. Eskalasi kinerja perlu didukung dengan programprogram yang tidak berujung dan tidak mudah ditiru pesaingnya. Bank yang jeli terhadap perubahan fenomena nasabahnya, maka Superior Customer Value perlu dikelola dengan baik dan setiap individu memiliki komitmen yang tinggi terhadap improvisasi Kualitas Layanannya. II. IDENTIFIKASI MASALAH Bertitik tolak dari latar belakang penelitian ada beberapa permasalahan yang diidentifikasikan, yaitu; a. Bagaimana kualitas layanan menurut tanggapan nasabah b. Bagaiman a pen garuh kualitas p elayanan terhadap kepuasan nasabah III. HIPOTESIS Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasaan Nasabah IV. OBJEK PENELITIAN Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa pengaruh strategi pelayanan terhadap kepuasaan nasabah. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kualitas pelayanan bank yang terdiri dari lima unsur sub variabel, yaitu : Tangible, reliability, respon siveness, assurance, d an emphaty. Sedangkan obyek penelitian yang bersifat variabel tidak bebas adalah kep uasan nasabah , d an pemanfaatan jasa ulang merupakan indikator dari kepuasaan nasabah. V. METODE PENELITIAN Pada penetlitian ini metode yang digunakan adaa metode survei, yang mana metode survai ini memberikan batasan pada data yang dikumpulkan dari sampel yang mewakili seluruh populasi. Dan
58
pengambilan sampel ini yang dilakukan dengan cara simple random sampling dan menyebarkan kuesioner untuk memperoleh data primer, sedangkan data sekunder didapat dengan cara mempelajari dokumen dari sumber yang relevan. Penelitian ini bersifat eksploratif dan verifikatif. Penelitian yang sifatnya eksploratif adalah verifikatif. Penelitian yang sifatnya eksploratif adalah penelitian yang mempunyai tujuan deskriptif mengenai ciri variabel kualitas pelayanan jasa bank. Sifat penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan, yang mana dalam penelitian ini akan diuji apakah ada pengaruh strategi pelayanan terhadap kepuasan nasabah. VI. PEMBAHASAN 1. Data Umum responden yang menjadi sampel penelitian, yaitu ; a. Data Pendidikan Responden Kebanyakan pendidikan responden pada tingkat SMU atau sederajat 50 %, dan 36,67 % responden berpendidikan sarjana, serta 13,33 % berpendidikan diluar SMU dan Sarjana. b. Data Pekerjaan Responden Responden dengan pekerjaan wiraswasta 16,33 %, dan responden diluar wiraswasta mendominasi menjadi nasabahnya. c. Data Responden Berdasarkan Sumber Informasi Kebanyakan nasabahnya mendapatkan informasinya dari sumber lainnya 58, 33 %. d. Data Responden Berdasarkan Daya Tarik Kebanyakan responden memilih menjadi nasabahnya karena letak yang strategis dan secara relatif sebesar 45 %. 2. Analisis Deskripsi Variabel A. Tangible a. Tanggapan Responden Tentang Gedung Kebanyakan r esponden menyatakan bahw a bangun an ged un g Bank nya menarik secara relatif 48, 33 % dan cukup menarik 41,67 %. b. Tanggapan Responden Tentang desain Interior Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa desain interiornya menarik 36,67 % dan cukup menarik 40 %. c. Tanggapan Responden Tentang Ruang pelayanan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PONDOK INDAH Oleh: Suherman Sapri
d.
e.
f.
g.
B. a.
b.
c.
C. a.
b.
Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa Ruang pelayanan Banknya nyaman 40 % dan cukup nyaman 48,33 % Tanggapan Responden Tentang Peralatan Kantor Kebanyakan Responden yang menyatakan b ah wa p er alatan k an to r Bank nya representatif 88,33 % Tanggapan Responden Tentang Kapasitas Lahan Parkir Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa kapasitas lahan parkir Banknya memadai atau cukup memadai senilai 73, 34 % Tanggapan Resp on den Tentan g Keamanan Lahan Parkir Kebanyakan Responden menyatakan bahwa lahan parkir Banknya aman atau secara relatif 61,67 % Tanggapan Responden Tentang Lokasi Kantor Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa lokasi kantor Banknya strategis 40 % Reliability Tanggapan Resp on den Tentan g Kepercayaan Jasa Kebanyakan r esponden menyatakan percaya atas Jasa yang diberikan banknya 48,33 % dan 41,67 % menyatakan cukup dipercaya. Tanggapan Responden Tentang Ketepatan Pelayanan Kebanyakan responden menyatakan baik atas ketepatan pelayanan banknya 58,33 % dan 31,67 % menyatakan baik. Tanggapan Resp on den Tentan g Pemenuhan Janji Kebanyakan r esponden menyatakan dipercaya tentang pemenuhan janji kepada nasabahnya 45 % dan cukup dipercaya 30 %. Responsiveness Tanggapan Responden Tentang Kesiapan Karyawan Dalam Melayani Nasabah Kebanyakan responden menyatakan baik atas kesiapan karyawan banknya dalam melayani sebesar 41,67 % dan 31,67 % cukup baik. Tanggapan Resp on den Tentan g Kecepatan Pelayanan Yang Diberikan Karyawan Banknya
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa karyawan banknya dalam melayani dinilai cepat secara relatif 50 % dan 35 % cukup cepat. c. Tanggapan Responden Tentang Pelayanan Terhadap Keluhan Kebanyakan r esponden menyatakan b ah wa k ar yawan Bank nya memperh atik an ter hadap kelu han nasabahnya sebanyak 65 % dan 18,33 merasa cukup diperhatikan. D. Assurance a. Tan ggap an Respo nd en Ter hadap Keramahan Karyawan Bank Kebanyakan r esponden menyatakan b ah wa k ar yawan Bank nya dalam memberikan layanan sangat ramah 45 %, dan Ramah 45 %. b. Tan ggap an Respo nd en Ter hadap Penampilan Karyawan Kebanyakan responden menyatakan penamp ilan k ar yawan Bank nya mengesan kan 56,67 % dan cu ku p mengesankan 35 % c. Tanggapan Resp on den Tentan g Kemampuan Karyawan Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa kemampuan karyawan Banknya 50 % Baik, dan 36,67 % menyatakan cukup baik. d. Tanggapan Resp on den Tentan g Keamanan Penyimpanan Uang Kebanyakan respondedn menyatakan menyimpan uang di Bank merasa aman 48,33 % dan sangat aman 25 % serta cukup aman 26,67 %. E. Emphaty a. Tanggapan Resp on den Tentan g Karyawan Dalam Memberikan Informasi Mengenai Produk dan Jasa Bank Kebanyakan respo nden menan ggapi bahwa karyawan dalam memberikan informasi produk dan jasa Banknya Jelas atu secara relatif 73,33 % dan 23,33 % cukup jelas b. Tanggapan Responden Tentang Penilaian Brosur Yang Disediakan Kebanyakan r esponden menyatakan bahwa brosur yang disediakan dapat memberikan informasi dengan jelas 35 % dan cukup jelas 51,67 %.
59
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA KANTOR CABANG PONDOK INDAH Oleh: Suherman Sapri
Tingkat kepuasaan nasabah dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi kinerja sebuah Bank sehingga sebuah Bank dituntut mampu mengemas kualitas layanan dengan baik dengan harapan strategi penetrasi pasarnya dapat memenangkan persaingan. Bertitik tolak dari Analisis Jalur ( Path Analisys ), dimensi kualitas layanan terhadap kepuasan diperoleh hasil bahwa semua dimensi kualitas layanan, yaitu ; Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Emphaty berpengaruh terhadap kepuasaan pada taraf kesalahan 5 % baik secara simultas maup un parsial. Berdasarkan tinggi rendahnya nilai koefisien Jalur masing-masing kualitas layanan tergamb ar bahw a assur ance mempunyai pengaruh terbesar terhadap kepuasaan, baru kemudian Reliability, Responsiveness, Tangible, dan yang terendah Emphaty. Tanda koefisien Jalur semua dimensi positif, artinya para nasabah semakin baik menilai Kualitas Layanan para penyedia jasa di Bank BRI Kantor Cabang Pondok Indah. V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN A. Kualitas Layanan Assurance yang punya pengaruh dominan terhadap kepuasan nasabah, dimana pengaruh langsung 17, 13 % dan pengaruh tidak langsung 17,81 % atau total pengaruh 34,94 %. Pengaruh yang tinggi ini menunjukan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga hal ini dapat mempengaruhi kinerja usaha yang diakibatkan sifat mutualisme kepuasan nasabah. B. Ku alitas Layan an Ta ng ib le berp angru h langsung sebesar 1,62 % dan total pengaruh tidak langsung 6,39 % atau total pengaruh 8,02 % menunjukan pengaruh yang kuat terhadap kepuasan nasabah, dimana salah satu dimensi tangible dimaksud adalah letak yang strategis dan keamanan parkir yang baik C. Kualitas Layanan dari sisi Realiabilitiy secara total mempunyai pengaruh 26,04 % dimana pengaruh langsung sebesar 10,83 % dan pengaruh tidak langsung sebesar 15,20 %. Nilai ini juga masih menunjukan pengaruh yang cukup kuat. D. Dimensi Responsiveness mempunyai pengaruh total senilai 11, 47 % yang mana pengaruh langsung nilainya 2,28 % dan pengaruh tidak langsung 9,81 %.
60
E.
Dimensi Emphaty mempunyai sifat pengaruh langsung yang terkecil terhadap kepuasan nasabah sebesar 1,55 % dan pengaruh tidak langsungnya sebesar 2,78 % atau total pengaruh sebesar 4,33 %. Komunikasi yang belum memadai, kemampuan menjelaskan brosur atau produk jasa bank yang juga belum efektif.
SARAN A. Pengaruh langsung dimensi kualitas layanan atau sikap ramah dari para penyedia jasa mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kualitas layanan yang lain. Nilai yang tinggi ini perlu dipertahankan dalam upaya menjaring nasabah lebih banyak, meskipun kualitas layanan Assurance bukanlah satusatunya dimensi kualitas layanan yang peling memberi pengaruh. B. Dimensi Tangible yang sudah baik perlu dipertahankan sedangkan kelemahan pada dimensi tangible ini perlu dilakukan perbaikan. C. Pada dimensi Emphaty perlu dilakukan p er baik an , dimana p ar a penyed ia jasa hendaknya mengemas kualitas layanan yang lebih impresif sehingga kualitas layanannya memiliki emphaty yang tinggi. D. Pada dimensi Reliability yang sudah baik perlu ditingkatkan karena dengan memperbaiki sedikit saja pada dimensi Reliability ini maka tingkat kepuasan juga menjadi semakin baik. E. Pada dimensi Responsiveness agar lebih ditingkatkan karena nasabahnya mempunyai keunikan tersendiri dan menuntut kualitas layanan yang memiliki superior customer value yang tinggi. F. Tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pasar dan pola pikir nasabah yang semakin kritis dan rasionil maka Bank harus melakukan improvisasi dan inovasi kualitas layanannya sehingga kualitas layanannya memiliki value based on business driven. G. Bank juga hendaknya lebih fokus memanfaatkan dan mengembangkan peranan teknologinya.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh : Syarif Hidayat ABSTRACT
Education is a process of transformation of values and the formation of personality in all its aspects in the form of systems consisting of various elements such as students, teachers, curriculum, cost and infrastructure. Educators or teachers in order to figure that teaching is supposedly able to perform activities that are educational and scientific. Therefore, the role of educators not only as a teacher, but at the same time as a mentor is as a guardian to help students overcome difficulties in their studies and for solving other problems. Along with the change and development of the times, teachers also demanded as a model should have the attitude and is also commendable in terms of their competence to face the times so as to make the process of coaching and optimal learning. Key Word : Role and responsibilities PENDAHULUAN Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur, manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kominasi tersebut di atas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sehingga saling melengkapi dan menyempurnakan. Kualitas pendidikan akan dapat dicapai apabila semua komponen dan unsur pendidikan dapat berjalan seimbang saling melengkapi dan menyempurnakan sesuai dengan peran dan fungsinya. Salah satu komponen inti dari berbagai komponen tersebut adalah peran dan fungsi guru sebagai pendidik. Dalam sistem pendidikan nasional kita, guru merupakan figur yang mengelola kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang secara lan gsun g berh ad ap an siswa. Dalam k ap asitasnya sebagai pengelola kelas, gur u bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan pada tingkat institusional melalui aktivitasnya dalam mengadakan pembinaan dan peningkatan kualitas belajar mengajar yang dilakukan. Guru merupakan pemimpin kegiatan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dimana ia harus merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
dan mengawasi kegiatan belajar mengajar, memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang tepat sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang ada, membimbingan siswa baik secara individual maupun kelompok. Dilihat dari sisi manajerial, guru sebagai tenaga kerja merupakan investasi yang akan membawa manfaat dan dampak bagi lembaga. Dengan demikian perlu pengembangan SDM secara optimal dan diberikannya berbagai kesempatan untuk mandiri, kreatif, inovatif dan bertanggung jawab. Akan tetapi realitanya masih banyak ditemui kinerja guru dalam mengajar tidak sesuai dengan yang diharapkan, baik jika dilihat dari kompetensi profesionalnya maupun dari proses kerja yang dilakukan. Rendahnya kinerja ini berkaitan erat dengan kepuasan guru dalam bekerja sehingga memunculkan sikap acuh, lemah kompetisi dan minimnya ide-ide. PEMBAHASAN 1. Peran Guru Keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sangat tergantung pada guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun sempurnanya sebuah kurikulum tanpa
61
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
didukung oleh kemampuan guru, maka kurikulum itu hanya sesuatu yang tertulis dan tidak memiliki makna. Guru sebagai elemen utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai berikut: a. Peran guru sebagai perencana pembelajaran Keberhasilan dalam implementasi kurikukum dapat dipengaruhi perencanaan pembelajaran yang disusun guru. Kepiawaian guru dalam menyusun r en cana p embelajaran dapat men en tu kan keberh asilan p en capaian kompetensi yang harus diserap oleh peserta didik. b. Guru sebagai pengelola pembelajaran Tujuan dari pengelolaan pembelajaran adalah terciptanya kondisi lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa terpaksa apalagi tertekan. Peran dan tanggu ng jawab gu ru sebagai pen gelo la pembelajaran menciptakan iklim pembelajaran sebagai wadah interaksi sosial maup un psikologis. c. Guru sebagai fasilitator Sebagai seorang fasilitator, tugas guru adalah membantu untuk mempermudah siswa belajar bukan memberikan berbagai pengetahuan dan memaksa siswa untuk menelannya. Dengan demikian guru perlu memahami karakteristik sisw a termasuk gaya belajar, kebutuhan kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Melalui pemahaman itu guru dapat melayani dan memfasilitasi setiap siswa sesuai dengan minat, bakat, d an k elemah an -k elemah an yan g dimilikinya. d. Peran guru sebagai evaluator Guru sebagai evaluator tidak kalah pentingnya dengan peran yang lain. Dilihat dari fungsi evalu asi, guru dapat men getahui tingkat keberh asilan p eser tadidik, men getahu i kelemahan dalam pembelajaran dan untuk menentukan tahap belajar berikutnya. Dengan adanya evaluasi baik formatif maupun sumatif, keduanya bermafaat untuk mengantisipasi permasalahan yang muncul, solusi yang harus dilakukan, dan penentuan setiap posisi peserta didik.
62
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa Profesi guru merupakan pekerjaan bidang khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip, memiliki bakat, minat, komitmen, kualifikasi akademik, tanggung jawab, memiliki kesempatan mengembangkan profesinya.Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa guru memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar d i mana gur u haru s teru s meningkatkan kualitasnya dalam dunia pendidikan. Selain menjalankan fungsinya seorang guru juga harus memiliki kestabilan emosi dan sebagai anggota masyarakat setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu harus menguasai psikologi sosialkarena setiap harinya guru akan bertemu dan menghadapi sebagian orang tua dansiswa dengan berbagai macam karakter, halini, seperti dijelaskan dalam tuntutan kompetesi social yang merupakan tuntuan undang-undang.Interaksi yang baik antara guru dengan peserta didik merupakan sesuatu yang harus terjadi, interaksi yang dimaksudkan adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa, siswa dan guru, dan siswa dengan siswa lainnya. Sehingga proses pembelajaran perlu dilakukan dengan suasana yang tenang dan menyenangkan, kondisi yang demikian menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Peran guru di atas, menurut Gagne dikelompokkan menjadi tiga bagian besar, yaitu : a. Gu ru seb agai d esig ner of in st ru ct io n (perancang pengajaran). Gu ru seb agai d esig ner of in st ru ct io n (perancang pengajaran) fungsi ini menghendaki gu ru u ntu k senan tiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar-mengajar yang berhasilguna dan berdayaguna. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai beriku t; Per tama, memilih dan men en tu kan bahan pelajaran; k ed ua, merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran; ketiga, memilih metode penyajian bahan p elajar an yan g tepat; k eemp at, menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
b.
Gu ru seb agai m an ag er of inst ru ct io n (pengelola pengajaran) Gu ru seb agai m an ag er of inst ru ct io n (pengelola pengajaran) fungsi ini menghendaki k emampu an gur u dalam mengelola (menyelenggaran dan mengendalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar. Diantara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajarmengajar, yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga memungkinkan para siswa belajar secara berdayaguna dan berhasil guna. Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua arah maupun multi arah antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara demokratis. c. Guru sebagai evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa) Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan tarap kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong untuk melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan (learning). Sebaiknya, nilai evaluasi tertentu menunjukan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume kegiatan belajarnya, agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapat pula dikuasai. Berdasarkan uraian di atas, dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru dituntut memiliki 12 M kiat guru, yaitu: a. Memiliki administrasi dan program pembelajaran yang lengkap seperti silabus, RPP, bank soal, program tahunan, program semester, buku ledger, catatan kegiatan harian. b. Memiliki KKM/Kinerja/target nilai yang ingin dicapai, yaitu standar patokan nilai yang dibuat sebagai alat u ku r keberh asilan p ro ses pembelajaran yang dilakukannya. Bagi seorang guru, istilah KKM (Kriteria Ketuntasan Mini-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
mal) bukanlah hal aneh, karena hal ini tidak dapat dilepaskan dari penilaian hasil belajar yang sudah biasa dilakukan guru sesuai tuntutan kurikulum berb asis k ompetensi. KKM suatu mata pelajaran merupakan standar minimal skor yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran yang harus dicapai oleh siswa dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi dukungan lainya.Proses penetapan KKM dapat dilakukan dengan menggunakan dua format, guru dipersilahkan memiilih salah satu format yang paling sesuai dan mudah dilakukan serta mengacu pada beberapa hal berikut: 1) KKM d itetap kan pada awal tahu n pelajaran 2) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan rentang 0 – 100 dengan KKM idelanya adalah 75 3) Nilai ketuntasan belajar maksimal adalah 100 4) Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah nilai ketuntasan belajar maksimal 5) Nilai KKM harus dicantumkan dalam LHBS (Lembar Hasil Belajar Siswa) 6) Penetapan KKM harus mempertimbangkan tiga hal b erikut: Kompleksitas (Kesulitan & Kerumitan) materi pelajaran, Daya dukung (Faktor yang mendukung pencapaian hasil belajar), dan Intake siswa (Kemampuan siswa secara umum) a) Tingkat Kompleksitas Tingkat Kompleksitas Tinggi, bila dalam pelaksanaannya menuntut : (1) SDM memahami kompetensi yang harus dicapai siswa dan k reatif ino vatif dalam melaksanakan pembelajaran. (2) Waktu yang dibutuhkan cukup lama karena perlu pengulangan. (3) Membutuhkan penalaran dan kecermatan siswa yang tinggi. b) Kemampuan Sumberdaya Pendukung Yaitu ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana pendidikan yang sangat dibutuhkan, BOP, manajemen sekolah, kepedulian stakeholders sekolah.
63
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
c)
c.
d.
e.
f.
g.
64
Intake Siswa Yaitu potensi secara umum siswa dalam mengikuti pembelajaran yang dapat dilihat dari tes masuk atau hasil belajar semester yang telah lalu. Memiliki kesiapan materi pelajaran yang disusun secara esensial dan professional. Guru perlu menyiapkan materi secara matang, seimbang dan sesuai tujuan yang hendak dicapai sehingga proses KBM tidak meluas atau bahkan keluar dari target. Memilik i niat melak sanakan TUPOKSI tepat waktu. Persoalan disiplin menjadi fenomena masyarakat saat ini, guru sebagai suritauladan dituntut memberian contoh positif kepad siswa dengan melakukan tugas dan tanggu ngjawabn ya secar a disiplin. Memiliki komitmen semua siswa naik kelas/lulus Ujian Nasional, yaitu adanya keinginan besar dan tulus melakukan berbagai strategi dan usaha agar siswa dapat naik kelas dan lulus ujian bukan dalam arti negatif akan tetapi dalam arti positif melalui kegiatan terstruktur yang bermanfaat bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Memiliki niat mencari 10 besar terbaik seb agai duta, yaitu men etap kan seb an yak 10 o rang siswa yan g memiliki kemampan di atas rata-rata sebagai sarana untuk membantu sisw a lain nya yang memilik i kekurangan melalui kegiatan belajar dengan teman sejawat. Memiliki catatan siswa yan g mempunyai nilai di atas dan dibawah r ata- rata setelah u langan . Seyogyanya guru memiliki catatan setiap kejadian atau hal penting terkait dengan siswa didiknya termasuk siswa yang memiliki keunggulan dan kelemahan sehingga dengan mudah guru dapat memberikan bimbingan sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa.
h.
i.
j.
k.
l.
Memiliki program remedial/perbaikan/ p en gayaan yan g terjad wal dan ko ntin yu u ntuk memberikan kesempatan pada siswa mengikuti pembelajaran secara tuntas. Memiliki catatan siswa CTN (calon tidak naik) dan CTL (calon tidak lulus) setelah semester satu/ganjil sehingga sedini mungkin dapat dikomunikasikan d en gan pihak or an g tu a dan diantisipasi melalui berbagai program yang dapat meningkatkan kesiapan siswa dalam mengikuti ujian kenaikan maupun ujian kelulusan. Memiliki sikap/dedikasi dan loyalitas serta kepribadian yang baik dan tinggi terhadap tugas, yakni komitmen yang tinggi terhadap profesi sebagai guru yang d itun tu t melaku kan tangungjawabnya secara optimal. Memiliki kriteria kenaikan kelas dan kelulusan siswa, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi siswa sebagai standar bahwa siswa bisa atau tidak bisa naik kelas atau lulus. Memilik i catatan tentan g pengembangan diri, pengamatan/ penilaian tentang akhlak, kelakuan, kerajinan, kerapian, layanan BK dan pembiasaan serta absensi siswa. Yaitu catatan lengkap yang dimiliki guru tentang siswa didiknya yang tidak hanya terkonsentrasi pada aspek kognitif semata akan tetapi juga sikap dan perilakunya.
2.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru Guru adalah seseorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan n egar a, seb agian besar bergan tu ng k ep ad a pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guruguru, semakin tinggi pendidikan guru dapat terlihat kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, makin baik pula mutu pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula derajat masyarakat. Oleh sebab itu, menjadi seorang guru harus berkeyakinan dan bangga
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
bahwa ia dapat menjalankan tugasnya. Guru hendaklah berusaha menjalankan tugas kewajibannya secara professional. Tugas guru sebagai profesi meliputi; pertama, mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup; kedua, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi; ketiga, melatih berarti mengembangkan keterampilanketerampilan pada siswa. Guru sebagai pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di sekolah. Guru atau pendidik, sebagai orang tua kedua dan sekaligus penanggung jawab pendidikan anak didiknya setelah kedua orang tua di dalam keluarganya memiliki tanggung jawab pendidikan yang baik kepada peserta didiknya. Dengan demikian, apabila kedua orang tua menjadi penanggung jawab utama pendidikan anak ketika diluar sekolah, maka guru merupakan penanggung jawab utama pendidikan anak melalui proses pendidikan formal anak yang berlangsung di seko lah karena tan ggu ng jaw ab mer up ak an konsekuensi logis dari sebuah amanat yang dipikulkan diatas pundak para guru. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab untuk mendidik peserta didiknya secara adil karena pada saatnya nanti akan dimintai pertanggungjawaban atas pekerjaannya tersebut. Menurut Oemar Hamalik, tanggung jawab guru adalah: a. Guru harus menuntut murid-murid belajar Tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan, guru harus membimbing murid agar merek a memper oleh keterampilanketerampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. b. Turut serta membina kurikulum sekolah Sesungguhnya guru merupakan seorang key person yang palin g mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid. Untu k mengub ah kurikulum tentu tidak mungkin, akan tetapi dalam rangka membuat atau memperbaiki proyekp ro yek pelaksan aan ku riku lu m, yan g berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab guru, tentu sangat diperlukan.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
c.
d.
e.
Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak, dan jasmaniah). Membina siswa agar menjadi manusia berwatak (berkarakter) sudah pasti bukan pekerjaan yang mud ah . Mengembangkan watak dan kepribadian anak, sehingga anak memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggung jawab guru. Agar aspek-aspek kepribadian ini d ap at b er kemb an g maka gur u perlu menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengalami, menghayati situasi-situasi yang hidup dan nyata. Selain dari kepribadian, watak, dan tingkah laku guru sendiri akan menjadi contoh konkrit bagi murid. Memberikan bimbingan kepada murid Bimbingan kepada murid agar anak mampu mengen al dirinya sen dir i, memecahk an masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan. Mereka perlu dibimbing ke arah terciptanya hubungan pribadi yang baik dengan temannya di mana perbuatan dan perkataan guru dapat menjadi contoh yang hidup. Guru perlu menghormati pribadi anak, supaya mereka menjadi pribadi yang tahu akan hak-hak orang lain. Kebiasaan, sikap, dan apresiasinya harus dikembangkan, hingga pada waktun ya anak menjad i manu sia yan g mengertiakan hak dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang berdiri sendiri. Karena itu, guru harus memahami benar tentang masalah b imbingan b elajar, bimb in gan pendidikan, bimbingan pribadi, dan terampil dalam memberikan penyuluhan dengan tepat. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaianatas kemajuan belajar. Guru bertanggung jawab menyesuaikan semua situasi belajar dengan minat, latar belakang, dan kematangan siswa, juga bertanggung jawab mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar dan kemampuan belajar serta melakukan diagnosis d en gan cermat ter hadap kesu litan dan kebutuhan siswa. Karena itu, guru harus mampu menyusun tes yang objektif, menggunakannya secara inteligen, melakukan observasi secara
65
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
f.
g.
h.
i.
66
kr itis ser ta melak sanakan usah a- usah a perbaikan (remedial), sehingga siswa mampu menghadapi masalah-masalah sendiri dan ter capainya p erkemb angan prib adi yang seimbang. Menyelenggarakan penelitian Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan (scientist) bidang pendidikan maka guru harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya. Bagi seorang guru, keahlian dalam pekerjaan penelitian, merupakan tanggung jawab professional sebagai halnya para dokter, insinyur, dan sebagainya. Keahlian ini harus dimiliki sama baiknya, seperti keahlian para pekerja penelitian yang telah terlatih (trained investigator). Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif Guru sebaiknya turut aktif dalam kegiatankegiatan yang ada dalam masyarakat. Apabila hal ini dikerjakan maka guru akan mendapat peluang yang baik untuk menjelaskan tentang keadaan sekolah kepada masyarakat, sehingga mendorong masyarakat untuk turut memikirkan kemajuan pendidikan anak-anak mereka. Di lain pihak, pembangunan dan perbaikan masyarakat sesuai dengan kondisi dewasa ini. Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan pancasila Pendidikan bertujuan membentuk manusia pancasila sejati, yang berarti melalui pendidikan di antaranya sekolah, guru berusaha semaksimal mungkin agar tujuan membentuk manusia pancasila tercapai. Faktor penentu lainnya ialah kepribadian guru sendiri, guru tidak mungkin mendidik siswa menjadi manusia pancasila, jika guru sendiri tidak memiliki keprib adian pancasila. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia. Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik. Apabila para siswa didik saling menghargai, mengenal daerah, masyarakat, adat istiadat, seni budaya, sikap, hubungan-hubungan sosial, keyakinan, kepercayaan, peninggalan-peninggalan historis setempat, keinginan, dan minat dari daerahdaerah lainnya di seluruh nusantara.
j.
k.
Turut menyukseskan pembangunan Pembangunan adalah cara yang paling tepat gun a memb aw a masyar ak at k earah kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Pada garis besarnya, pembangunan itu meliputi pembangunan dalam bidang mental spiritual dan bidang fisik material, turut serta dalam kegiatank egiatan pemb an gu nan yang sed an g berlangsung di dalam masyarakat termasuk tanggung jawab guru yang efektif. Tanggu ng jaw ab meningkatkan p eran an profesional guru Peningkatan kemampuan meliputi kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas di dalam sekolah dan k emampu an yan g di p er lu kan un tu k merealisasikan tanggung jawab guru diluar sekolah. Kemampuan-kemampuan itu harus dipupuk dalam diri pribadi guru sejak guru mengikuti pendidikan guru sampai guru bekerja.
3.
Guru Pada Abad 21 Guru yang professional bukan hanya sekedar alat un tu k tr an smisi kebu dayaan tetap i mentransformasikan kebudayaan itu kearah budaya yang dinamis yang menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, produktifitas yang tinggi, dan kualitas karya yang dapat bersaing pada skala global. Guru profesional juga tidak sekedar sosok yang berfungsi sebagai robot atau boneka yang selalu dikendalikan, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik kearah kreativitas. Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama: 1) dalam bidang p ro fesi, 2) d alam b id an g kemanusiaan, dan 3) dalam bidang kemasyarakatan. Secara sed er han a ku alif ik asi p ro fesion al kependidikan guru dijelaskan sebagai berikut: a. Kapabilitas personal (person capability) yaitu gu ru diharap kan memilk i pen getah uan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif. b. Guru sebagai innovator yang berarti memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan in fo rmasi. Gur u diharapk an memilik i pengetahuan kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaruan dan sekaligus penyebar ide pembaruan efektif.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
c.
Guru sebagai developer yang berati ia harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan (the future thingking) dalam menjawab tantangan-tantangan zaman yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai sebuah sistem. Dengan semak in b er kemb an gn ya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 21 ini, tuntutan gu ru semakin komplek s mengingat semak in banyaknya variabel yang harus ditangani guru dalam proses pendidikan baik menyangkut administrasi sekolah maupun keterampilan mengelola siswa sehingga mereka dapat belajar dengan baik dan tertib. Hal-hal yang perlu dilakukan guru pada abad modern ini adalah: a. Perlunya perhatian intensif dari guru maupun orang tua melalui kerjasama yang berkelanjutan, b. Komunikasi perlu dibangun secara dialogis dengan orang tua maupun dengan siswa itu sendiri, mengingat peserta didik pada setiap jenjang sudah memiliki kemampuan berpikir rasiional sesuai tahap perkembangannya, c. Perlunya kerjasama yang kontinyu dalam menjamin siswa untuk dapat belajar sesuai harapan baik di seklah maupun di rumah, d. Motivasi atau dorongan dari orang dewasa terhadap siswa melalui berbagai upaya baik materil maupun immateri yang mempu memicu keinginan siswa untuk belajar, e. Innovasi sebagai suatu keharusan dalam kegiatan belajar mengajar di abad modern yang sarat dengan dukungan teknologi, f. Pengawasan secara menyeluruh dari guru dan orang tua dalam setiap aspek perilaku siswa baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungannya, g. Evaluasi terhadap setiap apa yang dilakukan yang tidak hanya terfokus pada aspek kognitif akan tetapi juga aspek af ek tif dan psiko moto rnya seperti ditekan kan pada kurikulum 2013, h. Tindak lanjut sebagai upaya membekali siswa dengan berbagai keterampilan yang harus di latih secara terus menerus dan dikontrol oleh guru dan orang tua, i. Waktu sebagai sarana mencapai keberhasilan sedianya dikelola dengan efektif sehingga tersedianya waktu belajar dan waktu bermain
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
j.
yang merupakan kebutuhan siswa remaja, dan doa sebagai media mendekatkan diri kepada Allah SWT setelah kita melakukan berbagai upaya, sehingga apapun yang dicapai tidak menjadikan kita stress dan putus asa. Dilakukan dengan fokus dan tepat waktu, fokus ar tinya tepat pada sasar an apakah itu masalahnya atau siswanya sedangkan tepat waktu artinya setiap permasalahan harus dilakukan sesuai waktunya dan dilakukan secara cepat sehingga tidak memunculkan masalah baru.
PENUTUP Sebagai bagian dari sistem, keberadaan guru berperan penting dalam p roses pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang berkualitas pula. Sejalan dengan perkembangan zaman, pada abad 21 ini, guru memiliki tantangan yang semakin kompleks baik terkait dengan sikap perilaku siswa, tuntutan masyarakat yang semakin sadar akan pendidikan yang bermutu tinggi, juga perkembangan ilmu dan pengetahuan yang menuntut skill tinggi dalam implementasinya. DAFTAR BACAAN Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. Hidayat, Ara & Imam Machali. 2010. Pengelolaan Pendidikan. Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. Bandung: Pustaka Educa. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasinal Pendidikan (Jakarta: Eka Jaya, 2005) Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan Rohani, Ahmad & Abu Ahmadi. 1991. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara. Pu rw an to , Ngalim. 2004. Adm in istrasi da n Supervisi Pendidikan. Ban dung: Remaja Rosdakarya.
67
TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU PROFESIONAL Oleh: Syarif Hidayat
Sanjaya, Win a. 2008. Kurikul u m da n Pemb el ajaran . Teori da n Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Suhardan, Dadang. 2008. Pengelolaan Pendidikan. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. Bandung: Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan UPI Bandung.
68
Syaodih, Nana, Ayi Novi J., dan Ahman. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung: Penerbit Rafika Aditama.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh : Hasby ABSTRACT Empowerment is a comprehensive business management carried out by the management to enable the full potential of existing employees with a focus on empowerment -based participation . Empowerment will distribute responsibility and authority to the workers to make decisions regarding all product development and strategic decision-making and professional based on the capabilities of each performance . To improve performance supported by giving employees the opportunity toflouris Performance is aimed at improving the performance aspects that include targets are achieved , competencies which include knowledge , skills , attitude and work effectiveness . Thought every individual involved in the organization will jointly create a quality working conditions and have a high quantity in order to create an atmosphere that supports efforts to achieve the expected goals of educational institutions as the founder of the institution . In this literary analysis , mentioned a number of the urgency of empowerment that is applied in a management system with the ultimate goal to obtain the ideal performance and effectively for educational achievement of organizational goals .
LATAR BELAKANG Karyawan merupakan kelompok yang paling penting di lembaga pendidikan, karena karyawanlah yan g melaksan ak an f un gsi utama lemb aga pendidikan: mendidik, penelitian, pengabdian pada masyar akat, d an manajemen. Pada dasarn ya pemberdayaan adalah cara untuk melaksanakan kerjasama dalam organisasi sehingga semua orang berpartisipasi penuh. Dalam organisasi yang sudah diberdayakan, para pelaksana (karyawan, teknisi, pegawai administrasi, pustakawan, laboran, dsb) merasa bertanggungjawab tidak hanya tentang pekerjaan yang dikerjakannya, tetapi juga tentang keseluruhan tugas perguruan tingginya. Kelompokkelompok yang telah diberdayakan akan bekerjasama memperbaiki kinerja mereka secara berkelanjutan, mencapai tingkat produktivitas dan mutu yang tinggi. Setelah pemberdayaan, perguruan tinggi akan terstruktur sedemikian rupa hingga orang-orang merasa bahwa pelaksana dapat mencapai hasil-hasil sebagaimana diharapkan, dapat melakukan apa yang perlu dilakukan, dan tidak sekedar dapat melakukan apa yang diperintahkan untuk melakukannya. Dinamika suatu organisasi perguruan tinggi terletak pada kreativitas dan inisiatif orang-orang yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ada di dalamnya. Untuk mencapai kinerja yang lebih baik, maka dilakukan pengelolaan potensi kreativitas dan inisiatif melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan kerja, memberi kewenangan atau kesempatan untuk berinisiatif dan berkreasi, dan memberi motivasi pada orag-orang d i dalam organisasi. Setiap orang diajak untuk tidak hanya merasa bertanggung-jawab tentang pekerjaannya sendiri, tetapi mereka juga merasa ikut memiliki organisasi secara keseluruhan (organizational citizen behavior). Para pekerja itu perlu dilibatkan agar merasa ikut berpartisipasi sebagai pengambil keputusan, tidak sekedar sebagai pengikut, pelaksana, penerima perintah atau bawahan (empowering management). Selain itu pekerja juga merasa bangga atau kecewa terhadap keberhasilan perguruan tingginya secara keseluruhan, dan bukan hanya merasa bangga atau kecewa terhadap hasil kerja dirinya sendiri saja (employee envolvement). 1. Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang diadopsi dari kata “empowerment”. Kata empowerment atau empower mengandung dua pengertian yaitu; pertama; to give power or authority to, kedu a ; to g ive ab il it y or ena bl e. Luth an s
69
URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Hasby
memberikan definisi pemberdayaan sebagai “the authority to make dicisions within one’s area of operations without having to get approval from anyone else. Artinya bahwa pemberdayaan adalah kewenangan untuk membuat keputusan di dalam area operasi tertentu tanpa perlu persetujuan dari siapapun. Goetsch menjelaskan “empowerment is employee involvement that matters. It’s the difference between just having input that is heard, seriously considered, and followed up on whether it accepted or not. Dengan kata lain empowerment adalah merupakan pemberian tanggung jawab dan wewenang terhadap pekerja untuk mengambil keputusan menyangkut semua pengembangan produk dan pengambilan keputusan. Kemudian Goetsch mengatakan “empowerment is employee involvement that matters. It`s the difference between just having imput and having input that is heard, seriously considered, and followed up on whether it is accepted or not. Lebih lanjut Goetsch dan Davis mengatakan “empowerment is the key to motivation and productivity. An employee who feels he or she is valued and can contribute is ready to help and grow in the job.” Pemberdayaan adalah melibatkan semua unsur dalam mengambil suatu keputusan. Giersch & Davis yang dikutip dalam Tampubolon , menyatukan pengertian pember dayaan dengan penger tian partisipasi (involvement) yaitu total employee involvement and empowerment (TELE), yang berarti bahwa pemberdayaan para karyawan terjadi hanya apabila mereka berpartisipasi aktif sepenuhnya dalam proses–proses pemikiran dan kegiatan pada semua tingkatan organisasi. Dalam par tisipasi, setiap karyaw an dib eri kesempatan luas dan difasilitasi untuk memberikan sumbangan pemikiran, mengadakan inovasi atau kreaktivitas, sehingga dia dapat mengembangkan dirinya. Tanpa partisipasi seperti itu pemberdayaan SDM tidak akan terjadi. Pemberdayaan tidak akan terjadi melalui perintah, petunjuk, atau pengarahan. Dalam Manajemen Mutu Terpadu, partisipasi aktif yang sepenuhnya dan setulus hati adalah kunci keberhasilan dalam usaha peningkatan mutu pembelajaran. Pemberdayaan adalah kunci utama keberhasilan Perbawahanan Tinggi dalam usaha meningkatan mutu secara berkelanjutan. Menurut Rollinson, Edwards, and Broadfield pemb er dayaan adalah “giving p eo pl e th e
70
aouthority to make decisions in their own area of operations without the approval of someone above. Iddeally empowerment results in the delegation of power downwards and an expanded level of involvement for emp loyees. Ar tin ya pemberdayaan adalah memberikan wewenang kepada karyawan untuk mengambil keputusan di dalam lingkungan kerja mereka sendiri tanpa membutuhkan pengakuan dari pihak lain (bawahan). Hasil dari pemberdayaan dalam pendelegasian kekuatan pada bawahan dan pada tingkatan yang lebih luas dari keterlibatan karyawan. Dalam konteks organisasi pendidikan, Short, Greer dan Melvin mendefinisikan pemberdayaan sebagai: “a process whereby school participants develop the co mpetence t o take cha rge of their own growth and resolve their own problems.” Artinya bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses di mana anggota organisasi mengembangkan kompetensi un tu k memanf aatk an p er tu mb uh an nya dan memecahkan permasalahan yang dimiliki. Yukl menjelaskan bahwa “empowerment takes a leadercentered view of power sharing and participation. Cook dan Macaulay dikutip oleh Wibowo , mend ef in isik an p emberd ayaan meru pakan perubahan yang terjadi pada falsafah manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan di mana setiap individu dapat menggun akan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan organisasi. Menurut Robbins , pemberdayaan (empowerment) adalah memberi tanggungjawab kepada para pekerja mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para karyawan . Melalu i p emb erd ayaan para pimpinan harus belajar bagaimana menyerahkan pengendalian dan para karyawan belajar bagaimana mengambil tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka dan mereka mengambil keputusan yang benar. Dengan demikian empowerment adalah bagaimana mengubah gaya kepemimpinan, hubungan kekuasaan, cara kerja itu dirancang, dan cara organisasi – organisasi diformatkan. Wibowo yang dikutip dari Robbins , memberikan pengertian pemberdayaan menempatkan pekerja untuk bertanggungjawab atas apa yang mereka kerjakan. Pemberdayaan dapat mengubah gaya kepemimpinan, h ubungan kekuasaan, d esain pek erjaan, dan stru ktur organisasi. Menu rut
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Hasby
Greenberberg dan Baron dalam Syarif Makmur , pemberdayaan merupakan suatu proses di mana pekerja diberi peningkatan sejumlah otonom dan keleluasaan dalam hubungannya dengan pekerjaan mereka. Sementara itu David , menyatakan bahwa pemberdayaan merupakan setiap proses yang memberikan otonomi yang lebih besar kepada pekerja melalui saling menukar informasi yang relevan dan ketentuan pengawasan atas faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja. Pemberdayaan membantu menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidakberdayaan sambil meningkatkan perasaan self-efficacy (keberhasilan diri) pekerja. Dengan kata lain bahwa, suatu perasaan yang menunjukkan dirinnya mempunyai kemampuan menyelesaikan pekerjaan apa saja yang diberikan kepadanya, namun perlu didukung dengan kemampuan yang aktual. Davis dan Newstr om ter kait d en gan pemberdayaan menjelaskan bahwa “empowerment is any process that provides greater autonomy to employees through the sharing of relevant information and the provision of control over factors affect in g jo b performa nce. ” Pen gertian in i menunjukkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses yang menyediakan otonomi lebih besar untuk karyawan melalui pembagian informasi yang relevan dan provisi kendali atas faktor-faktor yang berdampak terhadap kinerja. Pemberdayaan membantu untuk melepaskan kondisi yang menyebabkan ketidakberdayaan dan men in gk atkan rasa efikasi d ir i karyaw an . Pemberdayaan memberikan wewenang kepada k ar yawan un tu k mengatasi situ asi dan memungkinkannya untuk mengambil kendali atas masalah-masalah yang muncul. Ada lima pendekatan luas yang dapat digunakan untuk pemberdayaan, yaitu: (1) Menolong karyawan untuk mencapai penguasaan pekerjaan (memberikan pelatihan yang benar, melatih, dan menunjukkan pengalaman yang ak an men gh asilkan aw al k esuk sesan) , (2) Menyediakan lebih banyak kendali (memberikan karyawan diskresi melebihi kinerja dan kemudian memegang tan ggun gjaw ab atas hasil) , (3) Menyediakan kesuksesan model peran (menyediakan karyawan untuk mengamati rekannya yang siap melakukan kesuksesan atas pekerjaannya), (4) Menggunakan pengu atan sosial d an bujukan (memberikan hadiah, dorongan,dan umpan balik verv al yan g disu su n un tu k memu nculkan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
kepercayaan diri), (5) Memberikan dukungan emosional (memberikan arahan jika karyawan dalam kondisi stres atau cemas melalui pendefinisian peran yang jelas, bantuan tugas, dan kepedulian yang jujur). 2.
Proses Pemberdayaan (Empowering) Proses pember dayaan d iawali d engan melepaskan kondisi ketidakberdayaan dengan melakukan perubahan, kepemimpinan, sistem penghargaan dan pekerjaan. Selain itu, juga dilakukan usahan untuk meningkatkan efikasi diri kerja melalui penguasaan p ek er jaan , kenadli dan pertanggungjawaban, model peran, penguatan dan dukungan. Langkah-langkah itu akan menimbulkan persepsi atasi pemberdayaan yang meliputi perasaan kompeten, nilai yang tinggi, makna kerja, dan meningkatkan penggunaan bakat. Akhirnya dari proses pemberdayaan tersebut memberikan pengaruh terhadap kinerja. Dalam lingkungan pendidikan, Short and Rinehart yang dikutip Bogler dan Somech menjelaskan lima dimensi untuk mengukur pemberdayaan. Pertama, pengambilan keputusan (decision making). Dimensi menunjukkan partisipasi dalam keputusan penting yang secara langsun g b erpengaruh ter had ap pekerjaan, mencakup isu yang berhubungan dengan anggaran, rekrutmen bawahan, penjadwalan, dan kurikulum. Kedua, pertumbuhan profesional (professional growth). Dimensi ini menunjukkan persepsi bahwa organisasi menyediakan peluang untuk tumbuh dan pengembangan secara profesional, terus belajar, dan memperluas keterampilan selama bekerja. Ketiga, efikasi diri (self efficacy). Efikasi diri menunjukkan persepsi bahwa dirinya dilengkapi dengan keterampilan dan kemampuan u ntuk menyelesaikan pekerjaan, d an k ompeten mengembangkan kirikulum. Keempat, otonomi (autonomy). Menunjukkan perasaan yang memiliki kendali pada banyak aspek pekerjaan, termasuk jadwal, pengembangan kurikulum, memiliki buku ajar dan pengajaran. Kendali ini memungkinkan seseorang merasa bebas untuk membuat keputusan yang berhubungan dengan lingkungan pendidikan. Kelima, dampak (impact). Dimensi ini menunjukkan persepsi bawahan bahwa dirinya dapat menyebabkan dan mempengaruhi kehidupan organisasi. Untuk men jamin keberh asilan p ro ses pemb er dayaan , dapat digu nakan mo del pemberdayaan Khan sebagaimana dikutip Rokhman
71
URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Hasby
. Dalam hal ini paradigmanya meliputi aspek-aspek berikut: Pertama, desire. Paradigma desire merupakan upaya pimpinan untuk: (a) memberi kesempatan kepada b aw ah an u ntuk men gidentif ik asi permasalah an yang sedang b erkemban g, ( b) memperkecil directive personality dan memperluas keterlibatan bawahan, (c) mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan kembali strategi untuk meningkatkan kinerja, dan (d) menggambarkan keahlian team dan melatih bawahan untuk melakukan self-control. Kedua, trust. Paradigma trust mencakup upaya pimpinan untuk: (a) memberi kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan, (b) menyediakan waktu dan sumber daya pendukung yang mencukupi bagi upaya bawahan untuk meningkatkan kinerja, (c) menyediakan pelatihan yang men cu ku pi b agi kebu tu han peningkatan kinerja bawahan, (d) menghargai perbedaan pandangan dan mengakui kesuksesan yang diraih oleh bawahan, dan (e) menyediakan akses informasi yang memadai bagi upaya bawahan untuk meningkatkan kinerja. Ketiga , co nfid en t. Paradigma Con fid en t meru pakan up aya pimp in an u ntuk : (a) mendelegasikan tugas-tugas yang dianggap penting kepada bawahan, (b) menggali dan mengakomodasi gagasan dan saran bawahan, (c) memperluas tugas dan membangun jaringan dengan organisasi dan instansi lain, dan (d) menyediakan jadwal job instruction dan mendorong munculnya win-win solution. Keempat, credibility. Beberapa upaya pimpinan terkait dengan paradigma credibility, adalah: (a) memandang bawahan sebagai partner strategis, (b) menawarkan peningkat standar tinggi di semua aspek kinerja bawahan, (c) mensosialisasikan inisiatif bawahan sebagai individu kepada bawahan lain untuk melakukan perubahan secara partisipatif, dan (d) menggagas win-win solution dalam mengatasi perbedaan pandangan dalam penentuan tujuan dan penetapan prioritas. Kelima, accountability. Paradigma accountabilit y mer up ak an u paya p impinan un tu k (a) menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja bawahan, (b) memberikan tugas yang terdefinisikan secara jelas dan terukur, (c) melibatkan bawahan dalam penentuan standar dan ukuran kinerja, (d) memberikan bantuan dan saran kepada
72
bawahan dalam menyelesaikan beban kerjanya, dan (e) menyediakan periode dan waktu pemberian feedback. Keenam, communication. Paradigma communication adalah upaya pimpinan untuk (a) menetapkan kb ijak an o pen do or com mu nica tion , ( b ) menyediakan waktu untuk memperoleh informasi dan mendiskusikan permasalah secara terbuka, dan (c) menciptakan kesempatan untuk cross-training. Selain enam paradigma pemberdayaan bawahan tersebut, faktor lingkungan organisasi juga sangat menentukan pelaksanaan program pemberdayaan. Caudron yang dikutip oleh Rokhman , menganjurkan enam hal penting untuk membangun lingkungan organisasi yang kondusif bagi pelaksanaan program pemberdayaan. Enam hal tersebut: Pertama, work teams and information sharing. Membentuk work teams and information sharing sangat penting bagi organisasi, karena di dalam tim terdapat peluang yang besar terjadinya sharing knowledge di antara para bawahan, pegawai, dan pimpinan. Setiap individu diharapkan mampu menyajikan unjuk kerja dan mempengaruhi secara positif kepada yang lain dalam meningkatkan kompetensi. Sharing knowledge di antara para bawahan, pegawai, dan pimpinan terjadi melalui proses-proses komunikasi terbuka tentang kekuatan dan kelemahan kinerja mereka serta mencermati tantangan dan peluang yang mereka hadapi seiring dengan perkembangan pendidikan. Kedua, training and resources. Pemberdayaan training and resources sangat pen ting untuk menunjang peningkatan profesionalisme bawahan. Training team memiliki peran penting untuk menjaga kekompakan dalam penyelesaian berbagai masalah di organisasi. Hal ini penting, karena pemberdayaan bagi bawahan tidak hanya untuk tujuan-tujuan independent empowering, tetapi juga interdependent empowering. Namun, training sangat membutuhkan penyediaan fasilitas da sumber daya lain yang dibu tu hk an b aw ah an d alam men in gk atkan kompetensinya. Ketiga, measurement and feedback. Measurement atau pengukuran sangat dibutuhkan untuk memperoleh data ada atau tidaknya peningkatan dan kemajuan yang dialami bawahan. Konsep pengukuran tidak bisa dilepaskan dari konsep standar. Hasil pengukuran yang dibandingkan dengan standar akan berfungsi sebagai alat kontrol terhadap kinerja yang
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Hasby
dilakukan oleh bawahan. Namun pasca pengukuran memerlukan adanya feedback secara cepat. Hal ini penting, karena feedback akan memberi peluang bagi bawahan untuk menampilkan kinerja yang lebih baik. Keempat, reinforcement. Dukungan manajemen dengan pemberian reinforcement secara terus menerus akan mendukung dan memotivasi bawahan. Pada hak ikatnya, semua man usia ( ter masuk bawahan) merasa respektif terhadap penghargaan yang diterima atas prestasi yang dicapainya. Pimpinan atau pengawas perlu memberikan penilaian yang baik atas prestasi kerja yang bisa dicapai oleh bawahan. Pimpinan wajib melakukan sosialiasi atas prestasi yang dicapai bawahan. Kelima, responsibility. Memberikan kepercayaan kepada para bawahan untuk melakukan pekerjaan yan g sesu ai ak an membangu n responsibil ity bawahan terhadap tugas yang menjadi kewajibannya. Kepercayaan terseb ut akan memb an gk itkan kreativitas dan inovasi mereka yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dan produktivitasnya. Pemberian wewenang memiliki nilai strategis bagi bawahan dalam hal meningkatkan rasa percaya dirinya sebagai akibat dirinya merasa dihargai, penting, dan dibutuhkan keberadaanya di organisasi. Dengan demikian, bawahan akan mengerahkan seluruh pengetahuan dan keah liann ya un tuk melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Keenam, flexibility procedure. Flexibility procedure sangat dibutuhkan di organisasi, karena sangat memudahkan dalam pengambilan keputusan. Prosedur yang fleksibel akan mendukung organisasi dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahanperubahan zaman seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Di samping itu, akan memberi peluang pula bagi bawahan untuk mampu beradaptasi dan meningkatkan kompetensi, sehingga lebih siap dalam berkompetisi. Jadi, dapat disimp ulkan bahw a un tu k menumbuhkan kemampuan bersaing perguruan tinggi dan menjadikan organisasi berkembang secara pr of esio nal maka d perluk an Man agemen t Pemberdayaan dengan melibatkan karyawan (employee involvement). Dalam pemberdayaan terdapat pendelegasian otoritas atau tanggung jawab untuk melakukan suatu kegiatan dengan memaksimalkan kemampuan secara profesional sesuai dengan karakteristik pekerjaan. Sehingga management tidak bersifat sentralistik.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Terkait dengan karakteristik pekerjaan, menurut Hackman dan Oldham , karakteristik pekerjaan terdiri dari lima dimensi inti, yakni: (1) variasi keterampilan, (2) identitas tugas, (3) signifikansi tugas, (4) otomoni, dan (5) umpan balik. Hackman dan Oldham telah mengidentifikasi dimensi inti (core dimension) khususnya untuk memperkaya pekerjaan (job enrichment). Apabila salah satu dimensi itu tidak ada, maka secara psikologis karyawan merasa ada yang hilang dan motivasi cenderung menurun. Seluruh dimensi inti itu cenderung mempertinggi motivasi, kepuasan, dan kualitas kerja dan mengurangi pergantian pegawai dan kemangkiran. Dampak dimensi itu atas kuantitas kerja kurang andal. Apabila kuantitas dan kualitas pekerja kurang handal, akan menurunkan performa organisasi. Organisasi yang memiliki peluang tumbuh dan berkembang dengan pesat, akan terhambat manakala sistem management tidak memberikan kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh. Pember dayaan man agemen t den gan partisipasi aktif dari karyawan merupakan kunci efektif di era saat ini untuk membawa perguruan tinggi menuju tingkat persaingan dan tumbuh berkembang sesuai dengan harapan para founding father organsasi. Semoga. DAFTAR PUSTAKA Wibowo. Manajemen Kinerja. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit RajaGrafindo Persada, 2009. Yuniarsih, Tjutju & Suwanto, Manajemen Sumber Da ya Manu sia Teo ri, Apl ikasi d an I su Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, 2008. Wilkinson, Adrian dan Redman, Torn, Contemporary Human Resource Management. Text and Cases. New York: Prentice Hall, 2003. McShane, Steven L., & Mary Ann Von Glinov, Organizational Behavior. New York: McGraw Hill, 2008. Greenberg, Jelard dan Robert A. Baron, Behavior in Organizations. New Jersey: Pearson, 2003. Jones, Gareth R., Organizational: Theory, Design and Change. New Jersey: Pearson Education, 2007. Sutrisno Edy, Budaya Organisasi. Edisi Pertama, Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Ernawan, Erni R., Organizational Culture; Budaya Organisasi dalam Perspektif Ekonomi dan Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2011.
73
URGENSI MANAGAMENT PEMBERDAYAAN BAGI KINERJA LEMBAGA PENDIDIKAN Oleh: Hasby
Setiaw an , To ni, Ma na jemen Su mb er D aya Ma nusia ; Kinerja, Mot ivasi, Kep uasan Kerja dan Produktivitas. Jakarta: Penerbit Platinum, 2012. Russell R. Mueller., Human Resource Handbook: A Guide to Effective Employee Management. Indianapolis: Retail Hardware Research Foundation, 2008 Hikmat, Harr y, Strat eg i Pem berd ayaa n Masyaraka. Bandung: Humaniora Utama Press, 2002. Newstrom, John, Organizational Behavior Human Behavior at work, New York: McGraw-hill international Edition, 2007.
74
Schermerhorn, Hunt, Osborn, Uhl-Bien, Organizational Berhavior. Danvers: John Wiley & Sons., Inc., 2010. Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine and Michael J. Wesson, Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment in the Workplace, New York: McGraw-Hill Companies, Inc., 2009. Makmur, Syarif, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Short, P. M., J. T. Greer and W. M. Melvin , “Creating empowered schools: Lessons in change. Journal of Educational Research, vol. 32(4). 1994.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh : Zaharuddin ABSTRACT Student satisfaction is the key to the success or the spearhead of a college. Satisfaction has gained the attention of the dominant or becoming a strategic factor in service (Gilbert, Lumpkin and Dant, 1992). Therefore, the college must truly know and understand what the needs of students. University management must determine whether the quality of services provided to meet the standard college and in accordance with the wishes of students or just the opposite. Thus the universities in Indonesia must plan service quality improvement program which is given by considering the gap between the expected service with perceived service. With the change of the services provided, the educational institutions are expected to be developed rapidly creating satisfaction through the products and services provided. The impact of service value that can either contribute additional students at the college more expected increase student satisfaction, so is it true value and satisfaction perkhidmatan students have a positive impact on increasing the number of students. For it is necessary to research on the relationship and satisfaction of students in college and have an impact on increasing the number of students at the university. Keywords: Value Perkhidmatan, Student Satisfaction, penigkatan Number of Students (unspoken emotion)
1.
PENGENALAN Berbagai usaha dijalankan oleh PTS untuk menarik pelajar dengan cara memberikan nilai kepuasan yang tinggi seperti penyesuaian tingkat harapan dan kinerja pelayanan, program yang bervariasi, biaya kuliah yang relatif murah dan kemudahan cara pembayaran, promosi yang gencar melalui berbagai media, lokasi kampus yang mudah dijangkau, dosen dan karyawan yang kompeten, proses belajar dan administrasi yang mudah serta fasilitas dan sarana perkuliahan yang maju dan modern. Pelajar sebagai konsumen jasa perguruan tinggi akan membandingkan quality dari jasa yang diterima dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan jasa tersebut, (Al-Alak dan Alnases, 2012). Adanya service yang harus diberikan maka jasa perguruan tinggi akan mempunyai value tertentu di mata pelajar dan calon pelajar. Pentingnya memberikan service value dan satisfaction dalam
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
industri jasa pendidikan adalah keharusan. Beberapa perguruan tinggi swasta yang mengabaikan hal-hal penting tersebut menjadikan mereka kesulitan dalam menjaring pelajar baru. Dengan demikian upaya untuk mempertahankan pelajar yang sudah ada dan menarik calon pelajar dapat dilakukan melalui pemberian customer satisfaction (kepuasan pelajar) jangka panjang dengan cara menciptakan nilai jasa kepada pelajar secara berkesinambungan (continuous creation of superior service value). Karena, apabila pelajar merasa ia menerima dan menikmati nilai tersebut, ia akan memberikan imbalan kepada instusi perguruan tinggi untuk menyebarluaskan keunggulannya (Keaveney. dan Parthasarathy, 2001). 2.
LATAR BELAKANG KAJIAN Pendidikan Tinggi merupakan suatu lembaga yang memegang p er an an p en ting d alam p ro ses pengembangan sumber daya manusia. Melalui pro-
75
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
gram-program pendidikan dari setiap Perguruan Tinggi yang terkendali baik, diharapkan dapat lulusan yang berkualitas. Perkembangan kebutuhan akan pendidikan tinggi pada akhirnya membuka peluang bagi pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 19 ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Sementara itu Pendidikan Tinggi Di Indonesia, baik PTN maupun PTS sebagai sarana alternatif dalam rangka meningkatkan kualiti sumber manusia dihadapkan kepada mekanisme keterbukaan pasar, sehingga persaingan lebih terjadi di Pendidikan Tinggi Swasta dimana mereka bersaing ketat dengan cara menawarkan berbagai jenis layanan pendidikan yang bernutu tinggi. Oleh karena itu setiap perguruan tinggi dituntut untuk memberikan jasa atau layanan pendidikan yang berkualitas dan bernilai tinggi agar pelajar merasa puas, semakin percaya, tidak pindah ke perguruan tinggio lain bahkan mengajak orang lain untuk studi di perguruan tinggi tempatnya studi. Hal ini sangat penting mengingat akhir-akhir ini kualitas layan an pen did ikan p er gur uan tinggi sering memperoleh kritikan karena dianggap memiliki kinerja rendah. Misalnyastaf akademik tidak hadir, fasilitas belajar yang kurang memuaskan atau kualitas tenaga pengajar yang tidak memadai. Menurut Andaleeb (2001), sistem penyampaian layanan biasanya mempertimbangkan tifa faktor penting, yaitu perbaikan kualitas layanan, kemudahan untuk mengakses layanan dan penurunan biaya layanan. Persepsi masyarakat atas kualitas layanan perguruan tinggi memiliki pengaruh kuat terhadap kecenderungan masyarakat untuk studi di perguruan tinggi tersebut. Oleh karena itu kemudahan akses dan penurunan biaya layanan tidak mencukupi jika kepercayaan terhadap kualitas layanan pendidikan rendah. Kepuasan pelajar merupakan kunci atau ujung tombak bagi keberhasilan sebuah perguruan tinggi. Kepuasan telah memperoleh perhatian dominan atau menjadi faktor strategis dalam pelayanan (Gilbert, Lumpkin dan Dant, 1992). Oleh karena itu, pihak
76
perguruan tinggi harus benar-benar mengerti dan memahami apa kebutuhan pelajar. Pengelolaan perguruan tinggi harus mengetahui apakah mutu layanan yang diberikan sudah memenuhi standar perguruan tinggi dan sesuai dengan keinginan pelajar atau justru sebaliknya. Dengan demikian perguruan tinggi di Indonesia harus merencanakan program perbaikan kualitas layan an jasa yang d ib er ik an d en gan memp ertimban gkan gap antara layanan yang diharapkan dengan layanan yang dirasakan. Dengan adanya perubahan layanan yang diberikan maka lembaga pendidikan diharapkan akan maju pesat menciptkan kepuasan melalui produk maupun jasa yang diberikan. 3.
ULASAN KARYA Customer satisfaction atau kepuasan pelanggan dapat merupakan tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan kinerja (nilai relatif) yang dirasakan dengan harapannya (Teck Hua et.al, 2005). Customer satisfaction merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome) tidak memenuhi harapan (Blackwell dan Miniard, 2009). Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pad a d asar nya cu stom er sat isfa ction mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan dari suatu jasa. Customer satisfaction juga merupakan respon pelanggan ter hadap evalu asi k etidasesu aian (disconfirmation) yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya (Teck Hua et.al, 2005). Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya adalah hubungan antar perusahaan dengan pelanggan menjadi harmonis (customer intimacy), memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan atau customer loyalty, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication) yang menguntungkan bagi perusahaan (Jamal dan Goode, 2001). Berdasarkan kajian tersebut dapat dilihat dalam menilai dan menggunakan jasa pendidikan pada umumnya para pelajar dalam memilih PTS dengan mempertimbangkan citra Perguruan Tinggi Swasta
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
yang bersangkutan untuk mendapatkan nilai jasa pendidikan yang lebih baik sehingga mencapai kepuasan pelajar. Menurut Brady et al (2001), jika pertukaran antara sacrifice dan service quality sepadan, maka suatu jasa dapat dikatakan memiliki value atau nilai dimata konsumen. Value tidak selalu positif, terkadang hubungan yang ada antara sacrifice dan sevice quality tidak memenuhi harapan konsumen sehingga value yang tercipta akan negativ. Menurut Best (2008) nilai pelanggan (customer value) merupakan selisih antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan memiliki dan menggunakan suatu jasa, dengan b iaya yang d ik eluark an u ntuk memperoleh produk tersebut. Pendapat di atas memiliki arti, nilai yang dirasakan pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai pelanggan dengan jumlah biaya pelanggan. Jumlah nilai pelanggan adalah sek elompok manfaat yang diharapkan dari produk dan jasa. Jumlah biaya pelanggan adalah sekelompok biaya yang digunakan dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk atau jasa. Nilai yang dirasakan oleh konsumen berasal dari keseluruhan evaluasi konsumen akan kegunaan produk berdasarkan apa yang mereka terima dan apa yang mereka berikan. (Bolton et al, 2001). Berd asar kan su du t pand an g ko nsumen , memperoleh value adalah tujuan dasar dan titik tumpuan untuk segala transaksi jual beli maka dari itu penting bagi manajer jasa untuk memahami konsumen mendapatkan value pada jasa yang ditawarkan. Pelanggan biasanya menghadapi sederetan besar service jasa yang dapat memuaskan kebutuhan tertentu. Seorang pelanggan membuat keputusan pembelian berdasarkan persepsi terhadap nilai yang melekat pada berbagai service jasa tersebut. Service value yang mengarah terwujudnya kepuasan pelanggan (pelajar) adalah sistem yang akan membaw a suatu bisnis (usah a) ke arah peningkatan hasil produksi atau pelayanan untuk menjadi yang terbaik bagi para pelanggannya. Untuk mencapai keberhasilan dalam sebuah usaha bidang pendidikan masa kini, para pimpinan dan karyawan harus memperhatikan kepuasan pelanggan dari sudut pandang pelajar sebagai konsumen (Hanysha, et.al., 2011).
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Saat ini customer satisfaction atau kepuasan pelanggan menjadi fokus perhatian oleh hampir semua pihak, baik pemerintah, pelaku bisnis, pelanggan dan sebagainya. Hal ini disebabkan semakin baiknya pemahaman mereka atas konsep kepuasan pelanggan sebagai strategi untuk memenangkan persaingan di dunia bisnis. Kepuasan pelanggan merupakan hal yang penting bagi penyelenggara jasa, karena pelanggan akan menyebarluaskan rasa puasnya kepada calon pelanggan, sehingga akan menaikkan reputasi pemberi jasa. Terdapat beberapa definisi yang lazim digunakan untuk menggambarkan customer satisfaction atau kepuasan pelanggan. Thakur dan Singh (2011) mendefinisikan kepuasan sebagai evaluasi pasca konsumsi di mana suatu alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Singkat kata, alternatif tersebut sebaiknya terlaksana sebaik yang atau melebihi apa yang diharapkan. Pada dunia pendidikan tinggi, kepuasan pelajar sebagai pelanggan jasa pendidikan tergantung dari berbagai faktor, antara lain apresiasinya terhadap ilmu atau keterampilan yang diperoleh, pemahaman terhadap jalur karier yang akan dapat dititinya, serta harapan-harapan atau ekspektasinya terhadap lembaga pendidikan yang telah memberikan jasa pelayanan (services) kepadanya sebagai pelanggan (Abbasi, et. al, 2012). Pelajar mempunyai harapan tertentu terhadap proses pembelajaran yang diberikan dosen. Bila pelajar merasa proses pembelajaran yang diberikan dosen sesuai dengan yang diharapkan, mereka akan merasa p uas dan mengatak an b ah wa mutu pembelajaran dosen sudah sangat baik. Sebaliknya, bila yang diterima sangat jauh dari yang diharapkan, dikatakan bahwa mutu pembelajaran dosen sangat kurang baik. Penilaian terhadap mutu pembelajaran dosen berdasarkan tingkat pemenuhan harapan pelajar tersebut dipandang sebagai persepsi pelajar tentang mutu pembelajaran dosen. (Daughles, et. al, 2006). Br own d an Mazzar ol (2009) mengar tik an kepu asan pelajar seb agai kinerja p elayan an perguruan tinggi yang diteriamnya yang melebihi dari harapan pelajar yang bersangkutan. Kepuasan pelajar (student satisfaction) sangat penting dalam sektor pendidikan tinggi berkaitan dengan peranannya sebagai industri jasa. Oleh karena itu mengevaluasi
77
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
persepsi pelajar terhadap kepuasan mereka yang mereka alami dan harapan harus terus dilakukan universitas, sekolah tinggi, institut sebagai lembaga pendidikan tinggi (Brown dan Mazzarol, 2009). Perhatian dalam mutu pelayanan jasa perguruan tinggi yang menekankan pada kepuasan pelajar muncul dalam rangka menarik para calon pelajar, melayani dan mempertahankan mereka. Peningkatan mutu perguruan tinggi termasuk di dalamnya mutu pelayanan akademik dan mutu pengajaran merupakan upaya-upaya yang harus dilakukan agar kepuasan pelajar sebagai pelanggan perguruan tinggi dapat diberikan secara optimal. (Al-Alak dan Alnaser 2012). Konsep kepuasan pelajar merupakan keadaan di mana keinginan, harapan dan kebutuhan pelajar dapat dipenuhi. Sebuah pelayanan pendidikan di perguruan tinggi dinilai memuaskan bila pelayanan perguruan tinggi tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelajar. Pengukuran kepuasan pelajar merupakan elemen penting dalam menyediakan pelayanan perguruan tinggi yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila pelajar merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan perguruan tinggi, maka pelayanan perguruan tinggi tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan efisien. Kepuasan pelajar merupakan prasyarat dalam menjaga loyalitas pelajar, yang pada gilirannya menjadi kunci pengendali tujuan dalam peningkatan bisnis perguruan tinggi (Saleem, 2012). 2.
KERANGKA KONSEPTUAL Kepuasan pelajar harus menjadi dasar dari keputusan manajemen untuk meningkatkan nilai Perkhidmatannya, sehingga perguruan tinggi harus menjadikan peningkatan kepuasan pelajar sebagai suatu sasaran yang mendasar. Perguruan Tinggi memerlukan jangka waktu tertentu untuk mencapai hasil berupa kepuasan pelajar dan memerlukan kerja keras yang terpadu dan terencana (Ariokisamy dan Abdullah, 2012). Service value atau nilai Perkhidmatan berperan penting di dalam membentuk perilaku pelanggan dalam hubungannya dengan Perguruan Tinggi. Semakin tinggi service value yang dirasakan dari pelanggan maka pelanggan akan merasa puas dengan Perkhidmatan yang diterimanya, sebaliknya jika pelan ggan merasa bahwa service va lue dari Perkhidmatan tersebut rendah maka pelanggan
78
merasa ketidakpuasan dari Perkhidmatan yag diterima dan ini akan membentuk perilaku pelanggan yang dapat merugikan Perguruan Tinggi. Pelanggan menginginkan sacrifice yang sekecil mungkin untuk mendapatkan service value yang sebesar mungkin. Hal ini yang menyebabkan pengaruh sacrifice terhadap service value menjadi negatif. Brady et al (2001) mengemukakan beberapa definisi akan value dan sampai pada kesimpulan bahwa konsep model value adalah kombinasi antara “gives” and “gets”. Semakin tinggi service quality yang diterima konsumen maka akan menyebabkan service value yang semakin tinggi juga. Begitu pula sebaliknya semakin rendah service quality yang diterima konsumen maka service value yang dirasakan konsumen juga semakin rendah. Jika Perkhidmatan yang dikonsumsi memiliki kualitas maka Perkhidmatan tersebut akan memiliki nilai dimata konsumen (Brady et al, 2001). Dengan demikian, nilai Perkhidmatan mempunyai hubungan yang kuat dengan kepuasan. Kepuasan merupakan perasaan pelanggan dalam mengevaluasi satu atau lebih pengalaman dengan Perkhidmatan. Semakin tinggi service value yang diterima oleh konsumen maka pelanggan akan meras semakin terpuaskan terhadap Perkhidmatan yang diterima, sebaliknya semakin rendah service value yang diterima konsumen, akan menimbulkan ketidakpuasan bagi pelanggan Perkhidmatan. Nilai secara otomatis dapat merangsang kepuasan dalam diri pelanggan (Bogozzi pada Brady et al 2001). Pergu ruan Tinggi harus memberikan nilai Perkhidmatan terbaiknya kepada pelanggan agar pelanggan merasa puas dengan nilai Perkhidmatan yang mereka terima. Karena dengan kepuasan terseb ut akan mencip takan perilaku yan g menguntungkan Perguruan Tinggi (Brady et al, 2001). Semakin tinggi kepuasan yang dirasakan pelanggan maka akan menimbulkan kecenderungan perilaku pelanggan yang akan menguntungkan Perguruan Tinggi, sebaliknya semakin rendah kepuasan yang dirasakan konsumen maka akan menimbulkan kecenderungan perilaku konsumen yang akan merugikan perusahaan. Per guru an tinggi yan g dipand ang sebagai Perguruan Tinggi yang melakukan perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement) nilai jasnya mulai dari siklus ide untuk menghasilkan out-
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
put (lulusan) yang berkuatitas, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sampai kepada ikut bertanggungjawab untuk memuaskan pengguna lulusan perguruan itu (Sumaedi et.al., 2011). Disebutkan bahwa mutu Perkhidmatan sebagai pilar sentral, dan mutu dipahami sebagai kepuasan pelajar perguruan tinggi karena pemahaman ini did asar kan pada pan dangan f ilosofis bah wa pendidikan adalah merupakan Perkhidmatan atau pelayanan. Pen dekatan o ut co me a ssesm en t menekankan pentingnya evaluasi output perguruan tinggi seperti prestasi maha siswa, graduation, pekerjaan/ jabatan. Sekalipun pendekatan ini memberikan kontribusi berharga bagi instansi, pelajar dan publiknya, pemahaman atas output tidak memberikan basis untuk menentukan masalah masalah dalam proses belajar-mengajar, oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan sistem terbuka yang merupakan sistem jaminan kualitas terintegrasi bagi perguruan tinggi (Ilias et.al., 2008). Di lembaga perguruan tinggi dalam peningkatan kualitas nilai Perkhidmatannya dapat dilakukan lewat beberapa program di mana potensi kemanfaatan umum dapat diidentifikasikan sebagai berikut (Tuan, 2012): a. mengerahkan seluruh sivitas akademik sehingga mempunyai peran langsung/tidak langsung dalam memperbaiki seluruh proses serta lingkungan belajar untuk memberikan mutu hasil didik yang baik b. memperbaiki iklim kerja dan iklim belajar serta kerja sama yang kondusif guna meningkatkan mutu hasil didik produktivitas lembaga. c. memungkinkan lembaga perguruan tinggi mencap ai k eu ntun gan ko mp etitif d emi kelangsungan h idup dan perkembangan kehidupannya. d. memungkinkan lembaga perguruan tinggi menghasilkan mutu hasil didik yang tinggi dengan biaya yang lebih kecil. e. membuat lembaga perguruan tinggi lebih menarik, sehingga dapat memperoleh tenaga edukatif, tenaga non edukatif dan pelajar yang lebih potensial untuk maju. Produk perguruan tinggi (PT) yang sepenuhnya adalah Perkhidmatan kependidikan tinggi yang terdiri atas Perkhidmatan kurikuler, Perkhidmatan penelitian, Perkh idmatan p engabd ian pada masyar akat, Perkhidmatan administrasi, dan Perkhidmatan
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ekstrakurikuler. Sedangkan lulusan PT adalah merupakan produk parsial. (Ghost et.al., 2007) Lulusan dipahami sebagai produk parsial PT, karena sesungguhnya pelajar pada akhirnya lulus bukan hanya karena Perkhidmatan-Perkhidmatan PT, melainkan juga karena adanya potensi dan usaha pelajar sendiri. Selain itu, pengaruh lingkungan, dukungan orangtua, berbagai bacaan dan informasi dari berbagai media seperti buku, majalah, jurnal, internet. Juga turut kontribusi pada keberhasilan pelajar. Namun dengan demikian lulusan tetap merupakan produk PT yang bersifat generatif karena itu sangat pen ting, sebab melalui lulusan lah Perkhidmatan PT disebarluaskan dan dikembangkan di dunia kerja dalam masyarakat secara aplikatif (Ghost et.al., 2007). Menu ru t Au h (2005) n ilai Per kh id matan perguruan tinggi dapat dibedakan menjadi nilai Perkhidmatan dengan atribut soft dan hard. Driver and Johnston (2001) menggunakan terminologi atribut soft dan hard sebagai kompetensi personalnya. Atribut soft berupa perhatian, kepedulian, komitmen, komunikasi, kehormatan, fleksibel, dan akrab yang dimiliki stakeholder perguruan tinggi. Sedangkan atribut hard berkaitan dengan akses, ketersediaan layanan, kebersihan, kenyamanan, wewenang, kemampuan, integritas, keandalan, kemampuan bereaksi, dan keamanan. Pada realitasnya beberapa pelajar mempertimbangkan atribut soft lebih penting dibandingkan kualitas hard. Sedangkan pelajar yang lain mungkin sebaliknya. Selanjutnya Dunkel (2007) menunjukkan atribut soft adalah perilaku yang progresif, berfikir ke depan dan mampu mengenali atribut hard dengan baik. Manajemen perguruan tinggi dapat mengembangkan atribut soft yang dapat menghasilkan komitmen, kolaborasi, efektivitas kelompok, dan inovasi bagi stakeholder-nya. Dalam kegiatan men yamp aikan nilai Perkhidmatan yang ditawarkan kepada pelajar, Auh (2005) menggarisbawahi pentingnya perguruan tinggi untuk menanam modal dalam atribut tidak inti (atribut soft, seperti social dan relational) sebagai tambahan terhadap atribut inti (atribut hard, seperti kinerja yang unggul). Cullen, Johnson and Sakano (2000) juga menunjukkan keberhasilan aliansi strategis terhadap perguruan tinggi internasional tidak hanya didasarkan pada sisi aliansi manajemen yang bersifat hard, tetapi juga sisi yang soft. Aliansi manajemen yang soft mengacu pada pengembangan dan manajemen
79
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
hubungan dari aspek sosio psikologis. Dua manfaat yan g penting dar i aliansi manajemen adalah kepercayaannya pelajar dan komitmen manajemen perguruan tinggi. Adapun pembangunan rajah kerangka teori kajian yang menggambarkan tentang pembolehubah penyelidikan adalah sebagai berikut : Rajah 1. Kerangka Konseptual
Sumber : Data Diolah Penulis 5.
PERBINCANGAN DAN PENUTUP Perguruan Tinggi memerlukan jangka waktu tertentu untuk mencapai hasil berupa kepuasan pelajar dan memerlukan kerja keras yang bersepadu dan terencana untuk mencapai objektif (Ariokisamy dan Abdullah, 2012). Nilai perkhidmatan berperanan penting dalam membentuk perilaku pelanggan dalam hubungannya dengan Perguruan Tinggi. Semakin tinggi nilai perkhidmatan yang dirasakan dari pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas dengan perkhidmatan yang diterimanya, sebaliknya jika pelanggan merasa bahwa nilai perkhidmatan dari perkhidmatan tersebut rendah maka pelanggan merasa ketidakpuasan dari apa yang diterima dan ini akan membentuk perilaku pelanggan yang dapat merugikan Perguruan Tinggi. Dengan demikian, nilai perkhidmatan mempunyai hubungan yang kuat dengan kepuasan.Kepuasan merupakan perasaan pelanggan dalam mengevaluasi satu atau lebih pengalaman dengan perkhidmatan. Semakin tinggi nilai perkhidmatan yang diterima oleh pelanggan maka pelanggan akan merasakan semakin puas terhadap perkhidmatan yang diterimanya, sebaliknya jika semakin rendah nilai perkhidmatan yang diterima pelanggan, maka akan menimbulkan ketidakpuasan bagi perkhidmatan pelanggan. Nilai secara otomatik dapat merangsang kepuasan dalam diri pelanggan (Bogozzi pada Brady et al 2001).
80
Perhatian dalam mutu pelayanan perkhidmatan perguruan tinggi yang menekankan pada kepuasan pelajar muncul dalam rangka menarik para calon p elajar, melayani d an mempertah an kan mereka.Pelajar dalam pelayanan perkhidmatan perguruan tinggi merupakan pelanggan yang harus diberi tumpuan. Untuk memberikan kepuasan dalam pelayanan kepada pelajar, perlu diketahui faktor apa yang dominan yang menentukan tingkat kepuasan. Pelajar yan g memp ero leh pengalaman yang memenuhi harapan dan merasa puas atas pelayanan yang diterimanya akan memiliki sikap positif terhadap perguruan tingginya. Loyalitas Pelajar pada Perguruan Tinggi akan mengakibatkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah pelajar pada Perguruan Tinggi tersebut. Sikap pelajar ini akan menceritakan kepada orang lain dan dengan secara tidak langsung akan mempromosikan Perguruan Tinggi berkenaan dengan imej imej positif. RUJUKAN Ahmed, Ishfaq, Muhammad Musarrat Nawaz, Zulfqar Ahmad, Zafar Ahmad, Muhammad Zeeshan Shaukat, Ahmad Usman, Wasim-ulRehman and Naveed Ahmed, 2010, “Does service quality affect students’ performance? Evidence from institutes of higher learning”, African Journal of Business Management, Vol. 4, No. 12, pp. 2527-2533. Alexandris, K., Dimitriadis, N., and Markata, D. (2002) Can perceptions of service quality predict behavioral intentions? An exploratory study in the hotel sector in Greece.Journal of Managing Service Quality, 12, 4, pp. 224-231. Alves, Helena dan Mario Raposo, 2007, “The Influence of University Image in Students Expectations, Satisfaction and Loyalty”, Makalah Dipresentasikan pada 29th Annual Eair Forum 26 to 29 August 2007, Innsbruck, Australia. Al-Alak, Basheer A. dan Ahmad Salih Mheidi Alnases, 2012, “Assesing the Relationship Between Higher Education Service Quality Dimension and Student Satisfaction”, Australian Journal of Basic and Apllied Science, Vol. 6, No. 1, pp. 156-164. Arokiasamy, Anantha Raj A. dan Abdul Ghani bin Abdullah, 2012, “Service Quality And Students’
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
Satisfaction At Higher Learning Institutions: A Case Study Of Malaysian University Competitiveness”, International Journal of Managem en t an d St ra tegy http :// www.facultyjournal.com/ (IJMS) 2012, Vol. No.3, Issue 5, hlm. 1-16. Best Roger J, 2005, Market-Baset Management: Strategies for Growing Customer Value and Profitability. New Jersey: Person Education, inc. Blackwell, R, & Miniard, P. W. 2009.Penjualan Konsumen, (alih bahasa: F.X.Budiyanto). Jakarta: Binapura Aksara. Bolton, Ruth N. and James H. Drew. 201, “A MultiStage Model of Customers’ Assessment of Service Quality and Value,” Journal of Consumer Research, Vol. 17, No. 4, pp. 375-384. Bou-Llusar, J., Camison-Zornoza, C., and EscrigTena, A. (2001) Measuring the relationship, Total Quality Management & Business Excellence , 12, 6, pp. 719-734. Brady Michael K., J. Joseph Cronin, Jr., Richard R. Brand, Roscoe Hightower, Jr., dan Donald J. Shemwell, 199, “A Cross-Sectional Test of the Effect and Conceptualization of Service Value”, Journal of Services Marketing, Vol. 11, No. 6, pp. 375-391. Brown, Robert M. dan Timothy William Mazzarol, 2009, “The Importance of Institutional Image to Students Satisfaction and Loyalty Within Higher Education”, High Education, Vol. 58, pp. 81-95. Cravens, David W. dan Piercy, Nigel F. 2009.Strategic Marketing.Singapura; Mcgraw-Hill International Edition. Dimitriades, A. (2006) Customer Satisfaction, Loyalty and Commitment in Service Organizations: Some Evidence from Greece, Management Research News, 29, 12, pp. 782-800. Ghosh, Amit K., Rajshekhar Javalgi dan Thomas W. Whipple, 2012, “Service Strategies for Higher Educational Institutions Based on Student Segmentation”, Journal of Marketing for Higher Education. Vol. 17, No. 2, hlm.238-255. Hart, Allison E. dan Philip J. Rosenberg, 2004, “The Effect of Corporation Image in the Formation of Custo mer of Custo mer Lo yalty”, Australasian Marketing Journal, Vol. 12, No. 3. pp. 87-96.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Hasan, Fitri Hishamuddin Abu, Azleen Ilias, Rahida Abd Rahman and Mohd Zulkeflee Abd Razak, 2008, “Service Quality and Student Satisfaction: A Case Study at Private Higher Education Institutions”, International Business Research, Vol. 1, No. 3, pp. 163-175. Hu, Kai Chieh dan Mei Chieh Huang, 2011, “Effect of Service Quality, Innovation and Corporate Image on Customer’s Satisfaction and Loyalty of Air Cargo Terminal”, International Journal of Operation Research, Vol. 8, No. 4, pp. 36-47. Hellier, P.K., Geursen, G.M., Carr, R.A. and Rickard, J.A. (2003) Customer repurchase intention – a general structural equation model, European Journal of Marketing, 37, 11/12, pp. 17621800 Jamal, A. and Goode, M.M.H. 2001, “Consumer and Brand: a Study of The Impact of Self-Image Congruence on Brand Preference and Satisfaction”. Marketing Intelligence and Planning, Vol. 19, No. 7, pp. 482-492. Keaveney, S. and M. Parthasarathy, 2001, “Customer Switching Behavior in Online Services: An Exploratory Study of the Role of Selected Attitudinal, Behavioral, and Demographic Factors,” Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 29, No. 4, pp. 374-390 Khan, Munawar, Mubbsher, Ishfaq Ahmed and Muhammd Musarrat Nawaz, 2011, “Student’s Perspective of Service Quality in Higher Learning Institutions; An evidence Based Approach”, International Journal of Business and Social Science, Vol. 2, No. 11, pp. 159-164. Kheiry Bahram, Bahareh Mohammadi Rad and Omid Asgari, 2012, “University intellectual image impact on satisfaction and loyalty of students (Tehran selected Perguruan Tinggies)”, African Journal of Business Management, Vol.6 No. 37, pp. 10205-10211 Kristensen, K., Martensen, A. and Gronholdt, L. (1999) Measuring the impact of buying behavior on customer satisfaction, Total Quality Management, 10, 4/5, pp. S602-S614 Mohammad, Mahadzirah dan Zainudin Awan, (2009), “Building Corporate Imade and Securing Students Loyalty in the Malaysian Higher Learning Industry”, The Journal of the International
81
ANALISIS HUBUNGAN SERVICE VALUE (NILAI PERKHIDMATAN) PENDIDIKAN TINGGI DENGAN KEPUASAN PELAJAR SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA Oleh: Zaharuddin
Management Studies, Vol. 4, No. 1, pp. 30-40. Ngung Chia Siew and Gian Casimir, (2013), A Model of Service Quality, Price Satisfaction, Image Rating, Overall Satisfaction, Repurchase Intention and Positive Word of Mouth in Private High er Edu cation O rgan isatio ns in Singapore.DBA DissertationNewcastle Business School, Faculty of Business and Law,The University of Newcastle Australia Saleem, Azhar, Aamir Saghir, Raja Nasim Akhtar , Nabila Bibi1, Nazish Asif, 2012, “Students’ Satisfaction Regarding Higher Education: A Survey Study In Azad Kashmir, Pakistan ”, Sci.Int.(Lahore),Vol. 24, No. 1, hlm. 91-94.
82
Sudin, Suhaimi, 2011, “How Service Quality, Value and Corporate Image Affect Client Satisfaction and Loyalty”, The 2nd International Research Symposium in Service Management, pp. 116-125. Teck-Hua Ho, Young-Hoon Park. dan Zhou, YongPin, 2005, Incorporating Satisfaction into Customer Value Analysis: Optimal Investment in Lifetime Value, Marketing Science.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
Volume Nopember 2007 2011 Volume6, 1,Nomor Nomor12, 3, Nopember
PEDOMAN PENULISAN JURNAL 1.
Naskah tulisan diketik di komputer program MS Word dengan ukuran 2 (dua) spasi, huruf (font) time new roman, ukuran huru 12 pt, jumlah halaman 14-20 lembar ukuran A4 (termasuk gambar, tabel, ilustrasi, dan daftar pustaka). Margin kiri 4 cm, margin bawah, atas dan kanan 3 cm. Menyertakan salinan soft copy (print out) dan hard copy (dalam disket, CD, flasdisk)
2.
Naskah adalah asli, belum pernah dipublikasikan melalui media lainnya.
3.
Naskah berupa hasil penelitian atau hasil studi kepustakaan yang bersifat obyektif, sistematis, analistis dan deskriptif
4.
Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris
5.
Judul naskah singkat, sesuai dengan ini naskah. Abstraksi Bahasa Indonesia untuk naskah Bahasa Inggris dan sebaliknya, terdiri dari pendahuluan, isi (hasil, metode penelitian, analisis hasil), kesimpulan dan daftar pustaka.
6.
Isi naskah bukan tanggung jawab redaksi. Redaksi mempunyai hak mengedit redaksional tanpa merubah arti aslinya.
7.
Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi redaksi Jurnal Aliansi Magister Manajemen STIMA IMMI.
Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi
91