PEMIKIRAN KH. ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI, MA (KONSEP PENDIDIKAN PESANTREN MODERN DARUSSALAM GONTOR) Fuad Fitriawan1 ABSTRACT Fitriawan, Fuad. 2014. Thought KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (Modern Education Concept of Pesantren Darussalam Gontor) Keywords: Thought, Abdullah Syukri Zarkasyi, Modern Pesantren. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. He is son of KH. Imam Zarkasyi Founder Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Currently KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA serves as one of the leaders of Pondok Modern Darussalam Gontor. Boarding school is an institution of Islamic education with boarding system, the core of boarding school is education, and the core of pesantren education is life and philosophy of life. The issues raised in this study is about (1) Thought KH.Abdulloh Syukri Zarkasyi About Boarding School Development (2) Thought KH Abdullah Syukri Zarkasyi About Boarding School Education System (3) Approach KH Abdulloh Shukri Educate Zarkasyi in boarding school. The results of the study in mind, among others: (1) Development of a Boarding School Education in pesantren education development efforts should always be referred to the basic principles that grip the Islamic world in education and the principle is "Maintaining a good relic science and innovate better ". (2) The education system in Pondok Modern Darussalam Gontor is Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) is an organization that takes care of the academic activities of the students. Classification system consists of a regular program and intensive care system Pupils and college system that emphasizes the development of rational dimensions of academic education combined with a boarding school that promotes mental and spiritual development. (3) Approach KH. Abdullah Syukri Zarkasyi in Educating Pesantren is Humane Approach, Approach Program, and Approach Idealism. The three approaches apply to all students and teachers in Pondok Modern Darussalam Gontor. A. Pendahuluan Mengkaji Pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sangat penting dan menarik, khususnya bagi praktisi pendidikan dan pemimpin ummat. Dengan membicarakan pendidikan pondok pesantren, kita dapat mengetahui peran, fungsi, dan kontribusi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia. Eksistensi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam serta peranannya dalam ikut serta mencerdaskan bangsa telah diakui oleh masyarakat. Keberhasilan pondok pesantren dalam mencetak tokoh-tokoh agama, pejuang bangsa serta tokoh masyarakat, baik di masa pra kemerdekaan, setelah kemerdekaan maupun di zaman sekarang ini, merupakan bukti nyata bahwa pondok pesantren telah banyak memberikan konstribusi dalam membangun bangsa Indonesia. Di Indonesia banyak didirikan berbagai pondok pesantren maupun pondok modern dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Di antaranya adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang merupakan pondok besar di negeri ini. Pondok ini mempunyai cara tersendiri dalam membangun bangsa, terutama dalam hal pendidikan. Mengapa hal itu bisa terjadi? padahal kita tahu Gontor banyak dikenal oleh orang di seluruh pelosok negeri. Bahkan dunia sekalipun. Hingga kini, pondok pesantren masih tetap istiqamah dan konsisten 1
Dosen Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah IAI Sunan Giri Ponorogo email:
[email protected]
melakukan perannya sebagai pusat pendalaman ilmu-ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan lembaga dakwah Islamiyah. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang membuat pondok pesantren tetap istiqamah dan konsisten melakukan perannya? Secara garis besar, ada tiga hal yang menjadikan pondok pesantren tetap istiqomah dan konsisten, yaitu nilai, sistem, dan materi pendidikan pondok pesantren. Aspek pertama adalah pada nilai-nilai ke-Islam-an dan pendidikan yang terdapat pada pesantren yang salah satunya adalah Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Besarnya nama Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor tentu tidak terlepas dari kiprah tokoh sebagai pendiri Pondok tersebut, yaitu KH. Syukri Zarkasyi. System yang dibuat oleh beliau hingga saat ini masih berjalan atas penerusnya yaitu KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Bahkan di atas tampuk kepemimpinan beliau, Pondok Pesantren Darussalam Gontor berkembang semakin pesat dan itu tidak terlepas dari peran, pemikiran dan system yang dicanangkan dan dikembangkan oleh Putra dari Pendiri Pondok tersebut.
B. Biografi KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA adalah Putra dari KH. Imam Zarkasyi, Beliau dilahirkan di Gontor, Ponorogo, pada 19 September 1942 sebagai putra pertama KH. Imam Zarkasyi (1910-1985), salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur. Beliau memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) desa Gontor (1948-1954), kemudian melanjutkan pendidikannya di Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor (1954-1960). Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di lingkungannya sendiri di Gontor, beliau melanjutkan jenjang pendidikan tingginya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan meraih gelar Sarjana Muda pada Fakultas Adab (1960-1965). Selanjutnya beliau melanjutkan studinya di Fakultas Bahasa Arab, AlAzhar University Kairo, Mesir hingga mendapat gelar Licentiate (Lc) pada tahun 1966-1972, dan menyelesaikan Program Magisternya (MA) di Fakultas Adab, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1973-1976).2 Ketika masa-masa pendidikan, Beliau tidak hanya berkutat dengan buku-buku pelajaran, tetapi juga terlibat dalam diskusi-diskusi dan aktifitas kemahasiswaan untuk mengembangkan wawasannya dalam melihat persoalan-persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan. Semenjak duduk dibangku perkuliahan Beliau aktif di organisasi kemahasiswaan, karir organisasi beliau diawali dari keterlibatannya secara langsung menjadi pengurus HMI Cabang Ciputat (1964-1966); pengurus Himpunan Pemuda Pelajar Islam (HPPI) Kairo Mesir; pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Den Haag, Belanda 19751976; dilanjutkan ketika kembali ke tanah air menjadi ketua Badan Silaturahmi Pondok Pesantren (BSPP) Jawa Timur 1977 hingga sekarang; Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Ponorogo; Ketua Forum Silaturahmi Umat Islam (FSUI) 1999 hingga sekarang; Ketua Umum MP3A (Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama) Departemen Agama RI 1999 hingga sekarang; anggota Dewan Penasehat MUI Pusat 1999 hingga sekarang; dan Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor 1985 hingga sekarang. Selain karir di organisasi beliau juga berpengalaman di luar Negeri seperti Kunjungan Budaya ke Belgia, Jerman, dan Perancis (1975); Mukim di Belanda menyelesaikan penulisan tesis MA (1975-1975); International Visit Program ke Amerika Serikat (1987); Kunjungan Budaya ke London (1988); Seminar tentang Metode Pengajaran Bahasa Arab di Brunei Darussalam (1989); Comparative Study ke Pakistan (1991); Comparative Study bersama tokoh dan ulama Indonesia di Cina (1992); Penandatanganan MoU kerjasama pendidikan dengan PAS Malaysia (1996); Study Tour ke IIU Malaysia (1996); Study Tour ke Thailand (bersama 20 orang guru PM Gontor tahun 1997); Study Tour ke Aligarh University (1999); 2
Hasil Wawancara dengan KH. Hasan Abdullah Sahal pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 09.00 WIB
Penandatanganan MoU kerjasama pendidikan dengan Fellowship of Muslim Student Association (FMSA) tahun 1999; Comparative Study ke Pakistan. Karya Tulis KH. Abdullah Syukri Zarkasyi adalah sebagai berikut: 1. Buku / kumpulan makalah yang diterbitkan a. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren b. Manajemen Pesantren (Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor) c. Bekal Untuk Pemimpin (Pengalaman Memimpin Gontor) 2. Makalah dan Risalah (tidak diterbitkan) a. Optimalisasi Peran Sektor Pendidikan dalam Pengembangan Ekonomi Islam di Indonesia; Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor (Summit Meeting Nasional Ekonomi Islam 2004; Agenda Gerakan Ekonomi Islam Indonesia Satu Dekade 2004-2014”. Diselenggarakan oleh P3EI Fakultas Ekonomi dan Program Studi Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia), Jogjakarta, 23-24 Maret 2004. b. Urgensi Wakaf Untuk Pengembangan Pendidikan: Pengalaman Pengelolaan Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor (Seminar Internasional tentang Wakaf Sebagai Badan Hukum Privat diselenggarakan oleh Universitas Islam Sumatera Utara), Sumatera Utara, 6 Januari 2003. c. Strategi dan Pola Manajemen Pendidikan Pesantren (Workshop Peningkatan Mutu Pendidikan Pesantren: Memposisikan Pesantren Dalam Bingkai Pendidikan Nasional Diselenggarakan Oleh INCIS (Indonesian Institut For Civil Society) Jakarta, 9 Januari 2003. d. Etika Bisnis Dalam Islam dan Relevansinya bagi Aktivitas Bisnis di Dunia Pendidikan Pesantren: Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor (Seminar Nasional Sehari dengan tema ”Business Ethics and Enterpreneurship in Islamic Perspective”, diadakan oleh Forum Pengembangan Ekonomi Islam (Islamic Economics Development Forum), Fakultas Syariah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) Jogjakarta, 26 Februari 2003. e. Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Musyawarah Daerah 1 Forum Silaturrahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Lebak, 1 Muharram 1424 H/4 Maret 2003. f. Pendidikan Pesantren di Era Modern (Halaqah Pengasuh Ponpes se-Jateng dengan tema Konstribusi Ponpes dalam Pengembangan Pendidikan Nasional diselenggarakan oleh Sekretariat Daerah Pemerintah Prop. Jateng), 16 Oktober 2003. g. Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Semiloka: Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Pondok Pesantren & Baitul Arqam diadakan oleh Majlis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Indonesia) Jakarta, 2003. h. Pengelolaan Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor (Workshop Nasional tentang Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Wakaf Produktif. Hasil Kerjasama Internasional Institute of Islamic Thought (IIIT) dengan Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag), Batam 7-8 Januari 2002. i. Mewujudkan Sekolah Islam Internasional: Sumbangan Pemikiran dan Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor (Seminar Sekolah Internasional dengan Tema Seminar Sekolah Islam Internasional: Sebuah Solusi Jitu Peningkatan Kualitas Generasi Muda Muslim), Jakarta, 11 April 2002. j. Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Modern Darussalam Gontor (Seminar Nasional tentang Pengembangan Pembelajaran Bahasa Asing (Arab/Inggris) di Perguruan Tinggi Universitas Cokroaminoto Jogjakarta), 20 April 2002. k. Peran Agama dan Budaya Islam dalam Mendorong Perkembangan Iptek: Iptek di Pondok Modern Darussalam Gontor (Seminar Nasional tentang “Pengembangan
l.
m.
n.
o.
p.
IPTEK untuk Media Dakwah dan Peran Pesantren dalam Transformasi Sosial” oleh P.T. Telekomunikasi Indonesia Tbk.) Bandung, 23 April 2002. Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam: Model Pendidikan Pesantren Ala Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Seminar tentang Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam dilaksananakan oleh Yayasan Al Kautsar), Jakarta Design Center, 31 Oktober 2002. Madrasah dan Permasalahannya di Indonesia (Lokakarya Pengelola Organisasi Pendidikan, diselenggarakan oleh MP3A), Hotel Sofjan, Cikini, Jakarta, 13-15 November 2002. Mengenali Sumber Keuangan Madrasah: Strategi dan Teknik (Semiloka dengan tema: Mewujudkan Masyarakat Peduli Madrasah dan Pendidikan Berbasis Masyarakat, diadakan oleh Human Education Foundation), Hotel Utami Surabaya, Sabtu 14 Juli 2001. Pokok-Pokok Pikiran Untuk Perubahan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sarasehan tentang Perubahan Sistem Pendidikan Nasional diselenggarakan oleh Majelis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama (MP3A) Depag RI), Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, 29 Oktober 2001. Pola Pendidikan Pesantren Sebuah Alternatif (Upacara Wisuda Sarjana S-1 ke VII IAI Riyadlatul Mujahidin Ponpes Walisongo), Ponpes Walisongo Ponorogo, 20 November 1999.3
C. Pemikiran KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA Mengenai Pendidikan 1. Prinsip Pengembangan Setiap usaha pengembangan dalam pendidikan pesantren harus selalu dirujukkan kepada prinsip dasar yang menjadi pegangan dunia pesantren dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu prinsip:
ُﺍَﻟﻤُﺣَﺎﻔًَﻆَﺔُ ﻋَﻟَﻰ ﺍﻟﻗَﺩِ ﻳْﻡِ ﺍﻟﺻَﺎ ﻟِﺢِ ﻮَ ﺍﻷَﺧَﺫَ ﺑِﺎِ ﻟﺟَﺩِ ﻳْﺩِ ﺍﻷَﺻْﻟِﺢ “ Memelihara peninggalan ilmu yang baik dan melakukan inovasi yang lebih baik”4 Dalam konteks ini, hal terpenting yang wajib dipelihara dari tradisi pendidikan pesantren adalah nilai-nilai dasar pesantren. Nilai itu berupa jiwa, motto, orientasi, dan filsafat hidupnya. Nilai-nilai ini adalah ruh dan inti pendidikan pesantren, yang akan menjamin keberlangsungan hidupnya. Ketika berkunjung ke pondok Gontor, al-Hasan al-Baquri, yang ketika itu menjabat sebagai Menteri Perwakilan Mesir pernah berkata: “Saya tidak bangga (melihat Gontor) karena gedung-gedungnya,saya juga tidak bangga karena banyaknya santri, tetapi saya bangga karena Pondok ini mempunyai jiwa dan filsafat hidup yang akan menjamin kelangsungan hidupnya dimasa depan”. Nilai dan jiwa ini bersifat permanen, tidak berubah, tidak perlu dilakukan inovasi terhadapnya, dan memang harus sdemikian seterusnya. Sebaliknya inovasi-inovasi dapat dilakukan baik dalam kurikulum, metode, manajemen pendidikan dan pengajaran, maupun hal-hal lainnya yang berada diluar nilai-nilai dasar. 2. Nilai-nilai Dasar Nilai-nilai dasar pendidikan ini merupakan ajaran, tuntutan, pesan, semangat, motto, semboyan, falsafah, atau jiwa yang hendak disosialisasikan dan diinternalisasikan oleh sebuah lembaga pendidikan kepada peserta didiknya. Berdasarkan nilai-nilai ini pula tujuan lembaga pendidikan itu diarahkan, ditentukan, dan dikendalikan. Dalam pengalaman Gontor, nilai-nilai
Abdullah Syukri Zarkasyi,”Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Gontor,” Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honors Causa, Disampaikan di Hadapan Sidang Senat Terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu, 20 Agustus 2005/ 15 Rajab 1426 Hlm 21. 4 Ibid., hlm. 32. 3
dasar pendidikan di lembaga ini antara lain tercermin dalam jiwa, motto, falsafah, dan orientasi pendidikan yang diterapkannya.5 a. Panca Jiwa Pondok Nilai-nilai dasar yang ditanamkan para pendiri pondok ini tertuang dalam Panca Jiwa Pondok pesantren, yaitu: 1) Jiwa Keikhlasan Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, santri ikhlas dididik dan mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai ilkhlas dalam membantu menjalankan proses pendidikan.6 2) Jiwa Kesederhanaan Kehidupan didalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Kesederhanaan itu berarti sesuai dengan kebutuhan dan kewajaran. Kesederhanaan mengandung nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Dibalik kesederhanaan ini terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan. 3) Jiwa Berdikari Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri tidak saja dalam arti bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus sanggup berdikari, sehingga ia tidak menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain. 4) Jiwa Ukhuwwah Diniyah Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan sebagai sesame muslim. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di dalam pondok, tetapi juga mempengaruhi kearah persatuan ummat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari pondok. 5) Jiwa Bebas Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan bebas berbagai pengaruh negatif dari luar Kebebasan Sunnah. Ini tidak boleh disalahgunakan menjadi terlalu bebas (liberal) sehingga kehilangan arah dan tujuan atau prinsip. Karena itu, kebebasan ini harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh tanggung jawab; baik dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat. Kebebasan ini harus selalu didadasarkan kepada ajaran-ajaran agama yang benar berlandaskan kepada Kitab dan Sunnah. b. Motto Motto yang dicanangkan dalam sebuah lembaga pendidikan itu setidaknya seperti berikut: 1) Berbudi Tinggi Berbudi tinggi merupakan landasan yang ditanamkan oleh pondok kepada seluruh santrinya. Ini merupakan inti dan tujuan utama dari seluruh proses pendidikan dan pengajaran yang diselenggarakan pesantren. Seluruh kegiatan di pondok harus mengandung unsure pendidikan akhlak karimah ini. 5
Abdullah Syukri Zarkasyi, Membangun Kepribadian dan Karakter Bangsa Melalui Dunia Pendidikan, Disampaikan dalam Seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dalam Rangka Dies Natalis UNY ke-46, 12 Mei 2010. hlm 2. 6 Abdullah Syukri Zarkasyi,”Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Gontor,” Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honors Causa, Disampaikan di Hadapan Sidang Senat Terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu, 20 Agustus 2005/ 15 Rajab 1426. hlm 33.
2) Berbadan Sehat Pondok adalah lembaga kaderisasi pemimpin. Seorang pemimpin haruslah sehat jasmani, di samping tentu saja sehat rohani. Dengan tubuh yang sehat seseorang akan dapat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dengan baik. 3) Berpengetahuan Luas Para santri dibekali dengan berbagai pengetahuan untuk menjadi bekal hidup mereka. Dengan berbekal pengetahuan yang luas seseorang akan menjadi lebih arif dalam bersikap. Tetapi harus tetap diperhatikan bahwa berpengetahuan luas itu tidak boleh lepas dari berbudi luhur. 4) Berpikiran Bebas Berpikiran bebas berarti memiliki sikap terbuka dan bertanggung jawab dalam menghadapi persoalan apapun. Tetapi bebas disini bukanlah bebas sebebas-bebasnya sehingga menjadi liberal. Kebebasan merupakan lambang kedewasaan dan kematangan. Seorang santri bebas untuk memilih lapangan perjuangannya di masyarakat. Penerapan jiwa bebas di sini harus dilandasi dengan budi tinggi dan didasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang benar yang didasarkan kepada Kitab dan Sunnah. Berbudi tinggi menjadi asas dari motto lainnya. Tanpa budi tinggi ketiga motto yang lain akan menjadi kontraproduktif untuk membangun karakter pribadi yang unggul. 3. Falsafah Hidup Selain jiwa dan motto, juga diperlukan falsafah hidup yang dapat menjadi mutiara hikmah bagi sebuah lembaga pendidikan. Di lembaga kami, falsafah ini meliputi falsafah kelembagaan, kependidikan, dan pengajaran.7 a. Falsafah dan Motto Kelembagaan 1) Pondok Modern Gontor berdiri diatas dan untuk semua golongan. 2) Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan. 3) Pondok itu milik umat, bukan milik kyai. b. Falsafah dan Motto Kependidikan 1) Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-hari harus mengandung unsur pendidikan. 2) Berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas. 3) Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama. 4) Hidup sekali, hiduplah yang berarti. 5) Berjasalah tetapi jangan minta jasa. 6) Sebesar keinsafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu. 7) Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti. 8) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja. 9) Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak. 10) In uridu illa al-islah 11) Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat untuk sesamanya. 12) Pendidikan itu by doing, bukan by lip. 13) Perjuangan itu memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, piker, lek perlu sak nyawane. 14) I’malu fawqa ma a’milu 15) Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti perjuangan. 16) Sederhana tidak berarti miskin. c. Falsafah dan Motto Pembelajaran
7
Abdullah Syukri Zarkasyi, Membangun Kepribadian dan Karakter Bangsa Melalui Dunia Pendidikan, Disampaikan dalam Seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dalam Rangka Dies Natalis UNY ke-46, 12 Mei 2010. hlm 4.
1) Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri (al tariqah ahammu min al-maddah, almudarrisu ahammu min al-tariqah war uh al-mudarrisi ahammu min al-mudarris). 2) Pondok memberi kail, bukan memberi ikan. 3) Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian. 4) Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk amal dan ibadah. 5) Pelajaran di pondok: agama 100% dan umum 100%.8 4. Orientasi Disamping jiwa, motto, dan falsafah, lembaga pendidikan kami juga mempunyai orientasi yang memandu arah pendidikan didalamnya. Orientasi itu meliputi kesederhanaan, kemasyarakatan, tidak berpartai, dan ibadah talabul ilmi. a. Kemasyarakatan Segala apa yang sekiranya akan dialami oleh santri-santri di masyarakat, itulah yang dididikkan oleh Pondok kepada mereka. Segala tindakan dan pelajaran, bahkan segala aktifitas di Pondok ini semua akan ditemui kelak dalam perjuangan hidup masyarakat, sehingga dia tidak akan merasa canggung ketika terjun dalam bidang apapun. b. Hidup Sederhana Hidup sederhana tidak berarti mengajarkan kepada anak untuk hidup miskin. Sebab sederhana bukan berarti miskin. Sikap hidup sederhana mengandung unsur kekuatan, ketabahan, pengendalian diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan dan tantangannya. Kesederhanaan yang diajarkan di Pondok Modern Darussalam Gontor meliputi kesederhanaan dalam berpakaian, makan, tidur, berbicara, dan bahkan berpikir. Pendidikan kesederhanaan semacam ini aka dapat mengembangkan sikap tahu diri, tahu kemampuan dan ketidakmampuannya dalam berhadapan dengan orang lain. c. Tidak berpartai Pendidikan dan pengajaran di Gontor tidak ada hubungan dengan partai atau golongan tertentu. Pondok sebagai lembaga pendidikan, dan demikian pula guru dan santrinya tidak boleh berpartai. Pondok harus senantiasa berdiri diatas dan untuk semua golongan. Karena itu, santri Gontor terdiri dari anak-anak pemimpin dari bermacam-macam partai dan golongan. Bagi para santri, setelah mereka keluar dari Pondok, mereka bebas memilih golongan, aliran, organisasi massa dan organisasi politik apapun. d. Ibadah Talab al-‘Ilmi Pondok adalah tempat beribadah talab al-‘ilmi mencari ridha Allah. dalam ceramahceramah Pekan Perkenalan yang diadakan setiap tahun selalu ditanyakan kepada para santri: “Ke Gontor, apa yang kau cari?” “ Datang ke sini mencari apa?” Jawabannya adalah “Semata-mata mencari ilmu dan pendidikan”; bukan mencari ijazah, teman, kelas, nama, makan, dan lain-lain. Orientasi ini akan mengarahkan santri menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan khalifah. Orientasi pendidikan yang sedemikian ini akan dapat menghindarkan murid dari salah tujuan dalan memasuki lembaga pendidikan. Memasuki lembaga pendidikan bukan sekedar untuk mendapat ijazah dan dunia pendidikan bukan sekedar jembatan menuju dunia kerja, karena pada prinsipnya lembaga pendidikan itu bukanlah pabrik yang mencetak para buruh atau tenaga kerja. Pendiri Pondok Gontor pernah mengatakan bahwa murid Gontor itu dididik untuk menjadi insane kamil (“ben dadi wong”) dan ijazah santri yang sebenarnya adalah pengakuan masyarakat atas jasa dan pengabdiannya kepada mereka. Disini, ukuran yang digunakan untuk menilai keberhasilan santri di masyarakat ialah seberapa besar jasa dan pengabdiannya kepada masyarakat, karena “sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.” Demikian pula, pendiri Gontor pernah berujar bahwa seorang alumni Gontor itu sudah 8
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2005) hlm. 102-105.
termasuk orang besar meskipun ia hanya seorang guru ngaji di langgar (surau) kecil disebuah desa yang terpencil, ganjarannya mungkin melebihi pembesar negara.9 5. Visi, Misi dan Tujuan Berdasarkan nilai-nilai dasar diatas, dirumuskannya visi lembaga yang merupakan suatu kondisi atau keyakinan yang hendak direalisasikan pada masa depan, atau is dapat juga dikatakan sebagai suatu pandangan tentang profil manusia seperti apa yang hendak dilahirkan oleh lembaga pendidikan ini dimasa depan. Selanjutnya berdasarkan visi yang telah dimiliki, dirumuskanlah misi yang merupakan penjabaran operasional dari misi dan selalu dirujukkan secara konsisten kepada visi dan nila-nilai. Visi dan misi itu seterusnya dituangkan lagi secara lebih konkrit ke dalam bentuk tujuan pendidikan. a. Visi Sebagai lembaga pendidikan penetak kader-kader pemimpin umat; menjadi tempat ibadah talab al-ilmi; dan menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an, dan ilmu pengetahuan umum, dengan tetap berjiwa pondok.10 b. Misi 1) Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khair ummah.. 2) Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-Muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. 3) Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secrara seimbang menuju terbentuknya ulama yang intelek. 4) Mewujudkan warga Negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. c. Tujuan 1) Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khair ummah. 2) Terbentuknya generasi mukmin-Muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas serta berkhidmat pada masyarakat. 3) Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan pikir. 4) Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Inilah nilai-nilai dasar yang harus dipelihara dan dipertahankan oleh pesantren, sebagaimana telah disebutkan diatas. Sebab nilai-nilai ini adalah identitas primer pesantren, tanpanya sebuah pesantren tidak lagi dapat disebut pesantren dalam pengertian sebenarnya. Pengembangan pesantren harus didasarkan dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai ini. Pengembangan pesantren tidak boleh mengarah pada menurunnya ruh keikhlasan; ia harus tetap dalam bingkai kesederhanaan. Pengembangan itu harus semakin memantapkan kemandirian pesantren; melalui berbagai usaha menggali potensi, baik internal maupun eksternal. Demikian pula dengan jiwa atau nilai-nilai lainnya, semua itu harus terwujud lebih nyata melalui pengembangan. Sebab pengembangan itu pada dasarnya adalah untuk memfasilitasi agar penanaman nilai-nilai dan ajaran-ajaran tersebut berlangsung lebih baik, lebih efektif dan efisien, dengan hasil yang lebih optimal.11 6. Sintesis Selain Panca Jiwa dan Motto diatas, ada empat model lembaga pendidikan yang menjadi sintesa terkait dengan sistem sekaligus nilai yang ikut menjiwai Gontor, yaitu 9
Abdullah Syukri Zarkasyi, Membangun Kepribadian dan Karakter Bangsa Melalui Dunia Pendidikan, Disampaikan dalam Seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dalam Rangka Dies Natalis UNY ke-46, 12 Mei 2010. hlm.6-7. 10 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2005) hlm.107. 11 Abdullah Syukri Zarkasyi,”Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Gontor,” Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honors Causa, Disampaikan di Hadapan Sidang Senat Terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu, 20 Agustus 2005/ 15 Rajab 1426. Hlm. 39.
Universitas Al-Azhar Kairo (Mesir), Universitas Aligarh (India), Taman Pendidikan Shantiniketan (India), dan Pondok Syanggit (Afrika Utara). Pertama, Universitas Al-Azhar. Universitas ini, termasuk perguruan tinggi tertua di dunia. Usianya lebih dari 10 abad. Al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyah ini memiliki kemampuan untuk membiayai dirinya sendiri, bahkan memberikan bantuan beasiswa kepada mahasiswanya dari harta wakaf yang dikelolanya. Kemandirian dengan model wakaf inilah yang diambil sebagai contoh oleh gontor. Kedua, Universitas Aligarh. Dari perguruan yang terletak di India ini, Gontor mengambil model pendidikan modern, yang membekali santrinya sekaligus dengan ilmu pengetahuan umum dan ilmu-ilmu agama. Ketiga, Perguruan Shantiniketan. Perguruan Shantiniketan terletak di Balpor, sekitar 100 mil dari Calcutta, India. Perguruan ini didirikan pada tahun 1990 oleh tokoh pembaruan pendidikan dan budayawan India, Rabindranath Tagore (1861-1941). Keberhasilan sistem pendidikan ini adalah mampu mempertahankan nilai-nilai humanism bangsa India seperti kesederhanaan dan kekeluargaan yang member nuansa kedamaian. Hal ini selaras dengan kondisi sebuah lembaga pendidikan, yang mensyaratkan lingkungan yang damai. Keempat, Pondok Syanggit. Gontor juga menglanglang buana ke Mauritania tempat Pondok Syanggit berada, dan belajar mengenai kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya. Syanggit yang terletak di Afrika secara konsisten mengajarkan kedermawanan dan keikhlasan. Sikap ini tercermin pada sikap dan perilaku para pimpinan dan guru-gurunya. Mereka akrab dengan para santri dan saling terbuka satu sama lain. Dari empat perguruan ini diperoleh sebuah sintesa yang disebut Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) dengan karakter lingkungan pendidikan yang diwarnai oleh suasana kemandirian, kemodernan, kedamaian, dan keikhlasan para penghuninya. Dengan lingkungan yang demikian, pondok dapat dengan leluasa menjalankan program-program pendidikan dan pengajaran yang meniscayakan pengembangan setiap aspek yang mendukung tercapainya tujuan pendidikan secara berkesinambungan.12 7. Panca Jangka Pengembangan Panca Jangka atau lima program jangka panjang di Pondok Modern Darussalam Gontor meliputi: a. Pendidikan dan Pengajaran Pengembangan di bidang ini dilakukan guna mempertahankan dan meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di Pondok. Strategi yang ditempuh antara lain adalah menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri. b. Kaderisasi Sejalan timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan matinya pondokpondok di tanah air, memberikan pelajaran tentang pentingnya kaderisasi. Karena itu PMDG memberikan perhatian yang serius terhadap upaya menyiapkan para kader yang akan melanjutkan cita-cita Pondok. Diantara usaha itu adalah mengirimkan kader-kader Pondok untuk menambah dan memperluas ilmu dan pengalaman di berbagai lembaga pendidikan tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri. c. Pergedungan Pengembangan dibidang ini meliputi penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan pengajaran yang layak bagi para santri. Seperti asrama, kelas, sarana olahraga, sarana belajar pendukung, sarana administrasi, perbaikan gedung-gedung lama, hingga komplek-komplek perumahan untuk para guru dilingkungan Kampus. d. Pengadaan Sumber Dana (Khizanatullah) Diantara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat tetap bertahan hidup dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Sejak berdiri PMDG telah memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh. Bermacam-macam usaha telah 12
Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor (Ponorogo: Trimurti Press,2005), hlm. 91-92.
dilakukan untuk memenuhi maksud ini, antara lain dengan membuka bidang-bidang usaha yang dapat menjadi sumber dana, seperti usaha pertanian, perkebunan, peternakan, pertokoan, pabrik, percetakan, dan penerbitan. Dan semua usaha itu bersumber dari dan dikelola sebagai wakaf Pondok. e. Kesejahteraan Keluarga Pondok Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang membantu bertanggung jawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung dengan tujuan agar mereka tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Pengertian Keluarga Pondok menurut “ Kamus PMDG,” adalah gruru-guru senior yang telah berkeluarga yang membantu secara langsung pendidikan dan pengajaran di Pondok. Keluarga Pondok tidak mesti pihak yang memiliki hubungan darah dengan para pendiri Pondok. Bahkan keluarga dari keluarga pendiri Pondok yang tidak membantu langsung pondok tidak termasuk dalam kategori Keluarga Pondok, dank karena itu tidak berhak atas kesejahteraan yang diusahakan oleh pondok. Hubungan kekeluargaan disini bersifat institusional, bukan genealogical. Pemberdayaan Keluarga Pondok ini dimaksudkan agar mereka dapat berusaha sendiri dan bahkan beramal untuk Pondok.13 D. Sistem Pendidikan Pesantren Menurut KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA Ada beberapa hal yang menjadi pokok pemikiran mengenai system pendidikan menurut beliau KH. Abdullah SYukri Zarkasyi, MA, antara lain sebagai berikut: 1. Sistem Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Kulliyatul Mu’alimin al-Islamiyah (KMI) adalah lembaga yang mengurus aktivitas akademis para santri, diamana sistem perjenjangan tersebut sudah diterapkan sejak tahun 1936. Sistem perjenjangan tersebut terdiri dari program regulaer dan intensif. Program regular untuk lulusan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, dengan masa belajar 6 tahun, yakni ditempuh secara berurutan dari kelas 1-6. Jika mengikuti standar pendidikan nasional, kelas I,II,III di KMI, setingkat SLTP/MTs. Adapun kelas IV,V,VI, setingkat SLTA/MA. Program intensif di KMI untuk lulusan SMP atau Mts dan diatasnya, ditempuh selama 4 tahun, yakni dengan urutan jenjang kelas 1-3-5-6. Kelas intensif ini sebenarnya hanya diselenggarakan pada kelas 1 dan 3, karena itu disebut sebagai kelas 1 intensif dan 3 intensif. Sedangkan di kelas 5 mereka akan belajar secara regular bersama-sama dengan lulusan SD/MI yang sudah duduk dikelas 5. Untuk memastikan berjalannya dan meningkatnya kualitas akademik, KMI memiliki bagian-bagian tertentu. Seperti bagian Proses Belajar Mengajar (PBM), Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kurikulum, Bagian Karir Guru, Perpustakaan, Tata Usaha dan Peralatan (inventaris). Terkait dengan peningkatan kualitas akademik, “Even the best can be improved”, adalah motto yang selalu dipegang, agar KMI selalu dinamis dan mampu meingkatkan program akademiknya. Karena itu, koordinasi antar bagian dalam KMI menjadi satu keharusan yang tak terelakan. Karena pentingnya koordinasi tersebut, KMI telah menetapkan jadwal pertemuan/rapat rutin antar bagian KMI sebulan sekali. Pertemuan tersebut sekaligus sebagai sarana evaluasi program yang sudah dilakukan dengan perencanaan program yang akan dilakukan. Tak cukup itu, masing-masing bagian juga mengalokasikan waktu khusus untuk mengadakan pertemuan internal pada tiap pekan. a. Kegiatan KMI 1) Kegiatan Harian meliputi; 13
Ibid., hlm. 93-94.
Kegiatan belajar-mengajar, supervise proses pengajaran, pengecekan persiapan pengajaran, pengawasan disiplin masuk kelas, pengontrolan kelas dan asrama santri saat pelajaran berlangsung, penyelenggaraan belajar malam bersama wali kelas, berlangsung dari jam 20.00-21.45.14 2) Kegiatan Mingguan dan Bulanan Kegiatan mingguan ini ditujukan untuk guru dan siswa. Untuk guru diadakan pertemuan mingguan bersama Pimpinan Pondok dan Direktur KMI, biasanya dilakukan pada hari Kamis (di Gontor dikenal dengan istilah Kemisan). Adapun untuk siswa, staf KMI mengkoordinir ketuaketua kelas berkumpul, untuk menyampaikan informasi program-program KMI, dan mendengarkan laporan para ketua kelas, terkait dengan keadaan siswa dan keadaan kelas. Kemudian pada setiap akhir bulan, ketua kelas dilibatkan KMI untuk mengecek batas-batas pelajaran, dengan memberikan buku khusus pengecekan pelajaran dari bagian PBM. 3) Kegiatan tengah tahunan Yaitu ulangan umum, yang terbagi dalam ujian pertengahan tahun dan ujian akhir tahun. Pada pertengahan tahun pertama, ujian diikuti oleh seluruh siswa dari kelas I-IV. Setiap hari diujikan 3 mata ujian pelajaran, dengan durasi waktu kurang lebih 90 menit. Pada pertengahan tahun kedua, ulangan umum diadakan sebelum ujian praktik mengajar (al-tarbiyah al‘amaliyah) untuk siswa kelas VI, yang diikuti dan melibatkan seluruh kelas I-IV KMI. Materi yang diujikan adalah Dirasah Islamiyah, dan beberapa materi yang dianggap berat oleh siswa dari hasil evaluasi dan supervise para guru pengajar dan wali kelas. Sedang model ujian kedua, diawali dengan pelaksanaan ujian syafahi (ujian lisan). Materi yang diujikan adalah Al-Qur’an, yang meliputi (Tajwid, Ibadah Amaliyah, Ibadah Qauliyah, dan do’a); Bahasa Arab, meliputi Muhadatsah, Muthala’ah, Nahwu, Sharaf, Mahfudzat, Mufradat, Tarjamah, dan Balaghah (khusus untuk kelas V); dan Bahasa Inggris (Conversation, Reading, Grammar, Vocabulary, Translation dan Dictation). Model ujian akhir tahun juga sama persis dengan ujian pertengahan tahun. 4) Kegiatan Tahunan a) Fathu al-Kutub, yaitu latihan membaca kitab-kitab berbahasa Arab untuk kelas V (kitab-kitab klasik) dan kelas VI (kitab klasik dan kontemporer). Santri diberi tugas untuk membahas persoalan-persoalan tertentu dalam aqidah, fiqh, hadits, tafsir, tasawuf, dan lainnya. Mereka membuat laporan dan menyerahkan kepada guru pembimbing untuk dievaluasi. b) Fathu al-Mu’jam, yaitu latihan dan ujian membuka kamus berbahasa Arab untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan barbahasa Arab santri, terutama dalam mencari akar dan makna kosakata. c) Manasik al-Haj, latihan ibadah haji bagi siswa, berlokasi di lingkunagan kampus, dibawah bimbingan guru ahli. d) At-Tarbiyah al-‘Amaliyah, yaitu praktik mengajar untuk kelas VI. Dilaksanakan menjelang akhir masa studinya, seorang santri melaksanakan praktik sementara kawan-kawannya yang satu kelompok dengannya mengamati dan selanjutnya memberikan evaluasi (naqd) dengan bimbingan guru senior.
14
Mardiyah, Kepemimpinan Kyai dalam Memelihara Budaya Organisasi (Aditya Media Publishing, Maret 2012), hal. 175.
e) Ar-Rihlah al-Iqtisadiyah (economic study tour); kunjungan kedunia usaha dan kewiraswastaan, untuk menanamkan jiwa kemandirian dan kewiraswastaan kepada para santri.15 2. Sistem Pengasuhan a. Kegiatan Pengasuhan Santri 1) Kegiatan Harian dan Mingguan Seperti mengadakan evaluasi kerja mingguan bagi ketua-ketua bagian OPPM dan coordinator pramuka, mengadakan Tausiyah Diniyah di Masjid Jami’ setiap hari Selasa dan Kamis, diisi oleh pimpinan PMDG dan guruguru senior dengan materi yang variatif, menyusun jadwal dan seleksi ujian imamah dan khatib shalat jum’at bagi kelas VI di Masjid Jami’ serta ujian praktik imamah pengurus asrama yang dilaksanakan dikamar-kamar siswa, berkoordinasi dengan staf KMI dalam penanganan pendidikan dan pengajaran santri, memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi santrisantri yang mempunyai masalah den memeriksa laporan absensi santri dari kelas I sampai kelas VI setiap malam pukul 22.00 WIB. 2) Kegiatan bulanan Kegiatan bulanan sifatnya tertuju kepada program-program supervise dan evaluasi, seperti menghadiri rapat koordinasi antar bagian OPPM untuk menciptakan harmonisasi baik intra maupun antar personil bagian; mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus OPPM dan pengurus asrama; mengadakan pertemuan dengan para musyrif bagian kegiatan ekstra-kurikuler; mengadakan pertemuan dengan guru-guru wali kelas untuk membahas masalah kepribadian dan ‘ubudiyah santri; memeriksa laporan keuangan dan kegiatan bulanan bagian-bagian OPPM, rayon, konsulat dan organisasi-organisasi bahasa. 3) Kegiatan tengah tahun ataun tahunan Menangani pembentukan panitia penjemputan santri setelah liburan di terminal Ponorogo dan di stasiun kereta api madiun dengan bantuan siswa kelas VI, pengecatan dan perbaikan sarana dan prasarana Pondok, distribusi buku kepada seluruh santri baru, penulisan raport mental siswa kelas I-V setiap semester, membimbing kepanitiaan bulan ramadhan dengan segala kegiatannya. b. Kegiatan Santri Kegiatan santri merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari diatur dalam wadah manajemen organisasi. Kegiatan berorganisasi di Pondok Modern telah diadakan sejak awal berdirinya Pondok ini. Hal ini dimaksudkan untuk member bekal dan pengalaman kepada santri untuk hidup dimasyarakatnya kelak. Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus diri sendiri (self management). Hanya saja lazimnya manajemen yang mengatur sebuah komunitas hal tersebut dilakukan secara kolektif. Setiap kegiatan apapun selalu didasari oleh Panca Jiwa, Falsafah, dan Motto Pondok, yang ditanamkan dalam kehidupan santri, dibawah bimbingan dan pimpinan kyai.16 c. Manajemen Organisasi Asrama Di PMDG asrama santri lebih sering disebut rayon, pengurusnyapun disebut pengurus rayon. Secara structural organisasi asrama ini berada di bawah OPPM yang merupakan pengurus pusat kegiatan santri. Jika OPPM ditangani oleh santri kelas V dengan dibantu oleh santri-santri kelas 15 16
Ibid., 176. Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren., hlm.120.
dibawahnya (kelas IV dan III). Sebagai proses kaderisasi, maka proses penetapan pengurus di asrama-asrama ini pun berjalan sesuai dengan aturan manajemen, yakni sebagai media pembelajaran para santri.17 d. Manajemen Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Pramuka 1) OPPM Organisasi ini dikelola oleh santri di dalam Pondok diurus oleh 20 bagian dalam OPPM. Bagian-bagian tersebut terdiri dari pengurus harian: Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Keamanan, dan 16 bagian yang lain, yaitu: Bagian Pengajaran, Bagian Penerangan, Bagian Kesehatan, Bagian Olahraga, Bagian Kesenian, Bagian Perpustakaan, Bagian Koperasi Pelajar, Bagian Penerimaan Tamu, Bagian Koperasi Dapur, Bagian Warung Pelajar, Bagian Penggerak Bahasa, Bagian Penatu, Bagian Fotografi, dan Bagian Bersih Lingkungan. 2) Organisasi Kepramukaan Gerakan pramuka di Pondok Modern Darussalam Gontor dianggap sangat penting sebagai sarana pendidikan yang dapat membentuk kepribadian, mental, dan akhlak mulia untuk bekal para santri dalam hidup bermasyarakat. Sejak gerakan pramuka ini berdiri dengan nama Kepanduan ”Bintang Islam”, para pendiri Pondok Modern Gontor telah mewajibkan seluruh santri untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan. Kegiatan kepramukaan ini ditangani oleh organisasi yang disebut Koordinator Gugus depan 15089 Pondok Modern dibawah pengawasan Majlis Pembimbing. Bagian-bagian dalam Koordinator Gerakan Pramuka Pondok Modern ini terdiri dari: Ketua, Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan, Andalan Koordinator Urusan Keuangan, Andalan Koordinator Urusan Latihan, Andalan Koordinator Urusan Perpustakaan, Andalan Koordinator Urusan Kedai Pramuka, Andalan Koordinator Urusan Perlengkapan. Kemudian ada Gugusdepan, terdiri dari 9 satuan pramuka. Sedangkan ditingkat perguruan tinggi, kegiatan-kegiatannya dikelola oleh Dewan Mahasiswa (DEMA), dibawah koordinasi dan bimbingan Pengasuhan Santri. Kepengurusan Dewan Mahasiswa terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Departemen Riset dan Diskusi, Departemen Kesenian, Departemen Olahraga, Departemen Komunikasi, Departemen Koperasi, dan Departemen Kerohanian.18 e. Pelajaran Sore dan Raport Mental Siswa Pelajaran sore merupakan salah satu kegiatan Lembaga Pengasuhan Santri yang dikhususkan untuk siswa KMI kelas I-IV dan dibantu oleh bagian Pengajaran OPPM. Kegiatan yang berlangsung pada pukul 13.50-14.50 WIB ini, merupakan aktifitas kokurikuler bagi siswa KMI untuk pendalaman materi akademik, meliputi; Muthala’ah, Nahwu, Sharf, Reading, dan Al-Qur’an.19 Di akhir tahun, pelajaran sore yang merupakan kegiatan kokurikuler, juga mempunyai rapory tersendiri, yang disebut sebgai raport mental. Penulisan raport mental bukan saja berisikan nilai pelajaran sore tetapi juga hasil nilai pantauan terhadap perkembangan mental santri Gontor selama ditangani oleh wali kelas, para pengurus rayon, beberapa bagian OPPM dan Gerakan Pramuka. Penilaiannya meliputi nilai mental, kepramukaan, latihan pidato, serta kemampuan berbahasa Arab dan baerbahasa Inggris. Raport mental tersebut dibagikan kepada santri pada liburan pertengahan tahun dan akhir 17
Ibid. hlm.122. Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.129. 19 Abdullah Syukri Zarkasyi, Manajemen Pesantren. hlm. 131-132. 18
tahun sebagai laporan pengasuhan kepada orang tua/ wali santri yang juga harus ditandatangani oleh orang tua siswa. 3. Sistem Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pada mulanya perguruan tinggi yang didirikan oleh para pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 1 Ramadhan 1383/ 17 November 1963 ini bernama Perguruan Tinggi Darussalam (PTD). Nama tersebut kemudian diubah menjadi Institut Pendidikan Darussalam (IPD) yang selanjutnya diubah menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID). Perguruan tinggi ini didirikan sebagai rintisan awal menuju terwujudnya Universitas Islam Darussalam yang menjadi pusat pendidikan Islam yang bermutu dan berarti. Sistem Pendidikan di ISID hampir sama dengan pendidikan di KMI bedanya di KMI lebih terkontrol. Di ISID mahasiswa tinggal di asrama dengan pengontrolan yang sedemikian rupa agar bisa fokus belajar. Sistem pengajaran dengan memakai bahasa Arab, bahasa Inggris dan sebagian bahasa Indonesia.20 a. Aktifitas ISID Aktivitas ISID meliputi aktivitas fisik dan non fisik. Aktivitas fisik yaitu pembangunan sejumlah sarana belajar serta fasilitas penunjang lainnya yang perlu. Sedangkan aktivitas non-fisik lebih ditekankan kepada konsekwensi dan efektifitas pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Adapun dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, ISID melakukan berbagai aktivitas sebagai berikut : 1) Pendidikan dan Pengajaran Sebagai perguruan tinggi Pesantren yang berasrama, maka ISID bisa memantau para mahasiswa yang berada di kampus atau asrama dalam semua kegiatan mereka baik akademik maupun non-akademik selama 24 jam. Adapun sistem penyelenggaraanya pendidikan yang diterapkan di ISID adalah Sistem Kredit Semester (SKS). Hal ini untuk memberikan kemungkinan yang lebih luas kepada mahasiswa dalam melaksanakan program studinya sampai ke jenjang Strata-1. Khusus program akta IV bertujuan memberikan kewenangan mengajar melalui pembentukan profesi yang diperlukan oleh mahasiswa sebagai guru agama Islam.21 Program pendidikan dan pengajaran di ISID teridiri dari komponen perkuliahan, seminar, praktikum, penelitian, pengabdian masyarakat/KKN dan penulisan skripsi dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris. Sebelum menulis skripsi, mahasiswa harus mengikuti ujian komprehensif bahasa Arab dan Inggris secara tertulis, kemudian mengajukan proposal skripsi dan menyeminarkan pada fakultas masing-masing. Semua ini terhimpun dalam kurikulum ISID yang terdiri dari Kurnas (Kurikulum Nasional) sesuai dengan SK Menteri Agama No. E/52/1995 dan Kurlok (Kurikulum Lokal) yang ditetapkan oleh masing-masing fakultas.22 E. Pendekatan KH. Syukri Zarkasyi, MA Dalam Mendidik Di Pesantren Mengenai pendekatan dalam mendidik para santri, Beliau KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA telah melakukan pada para santri di Pondok Modern Gontor. Pendekatan tersebut antara lain: 1. Pendekatan Manusiawi Yaitu pendekatan secara fisik dengan cara memanusiakan kadernya, bahwa kader adalah calon pemimpin yang harus disikapi dan dipersiapkan untuk menjadi 20
Hasil Wawancara dengan Yudi Mahasiswa ISID pada tanggal 21 April 2013, pukul 14.00 WIB. Hasil Wawancara dengan Ustad Abdul Amim pada tanggal 22 April 2013, pukul 09.30 WIB. 22 Nur Hadi Ihsan dkk, Profil Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG:2006), hlm..37. 21
pemimpin. Mengapa harus dekat secara fisik? Hal ini menjadi sangat penting, karena proses pengkaderan bisa dilakukan apabila secara fisik dekat. Bagaimana akan bisa diketahui pola fikir, sikap dan perilaku kader, bila tidak bersentuhan langsung. Dengan sentuhan langsung seseorang bisa dinilai, diarahkan dan dievaluasi. Misal, penampilan seseorang kader hendaknya prima, sehat, dan bersih. Cara bicaranyapun harus tertata baik, mampu mentransformasi ide dan fikiran, serta meyakinkannya kepada orang lain. Sifat karakter dan kebiasaan yang dimiliki hendaknya diketahui dan dimengerti langsung oleh pemimpin. 2. Pendekatan Program Pendekatan secara fisik saja tidaklah mencukupi, harus dengan pendekatan program atau tugas. Bagaimanapun hebatnya pendekatan manusiawi dengan segala kebaikan hati belumlah cukup. Maka pendekatan tugas atau program justru akan menjadikan calon pemimpin menjadi lebih terampil, bertambah pegalaman dan wawasan. Dia akan berhati-hati dan menumbuhkan jiwa kesungguhan dan militansi. Karena penugasan berarti mendidik untuk bertanggung jawab dan bisa dipertanggung jawabkan. Pendidikan adalah penugasan. Dan penugasan sebenarnya melatih seseorang bisa menyelesaikan sekian banyak problema hidup. Dengan banyak tugas, seseorang akan semakin kuat dan memiliki daya tahan, daya dorong dan juang yang tinggi. 3. Pendekatan Idealisme Dua pendekatan diatas, dalam proses kaderisasi seperti di Gontor ini, belumlah cukup. Karena kedua pendekatan seringkali hanya bersifat pragmatis, belum menyentuh tataran isi dan nilai, filsafat dan ruh kegiatan yang diberikan. Maka haruslah ada pendekatan idealism. Pendekatan ini lebih merupakan upaya memberikan ruh, ajaran, filosofi dibalik penugasan. Seorang kader hendaknya diberi pengertian bahwa seluruh kegiatan yang ada di Pondok memiliki jiwa dan nilai yang sangat mulia dan agung. Kemampuan ini harus dilatih dan terus diasah sehingga santri atau guru mampu menangkap hikmah-hikmah yang indah dan agung dibalik dinamika kehidupan yang begitu ketat. Proses pendekatan ini akan menjadi lebih penting, karena hakekat apa yang ada dibalik pelajaran, kegiatan, tata kehidupan dipondok memiliki nilai kehidupan yang tinggi, apalagi mampu dikaitkan dengan makna ibadah yang sesungguhnya. Bila pendekatan idealism ini berhasil, maka pelaksanaan tugas-tugas tersebut akan terasa ringan. Seperti halnya orang sholat, bila mengerti hakekat sholat, maka orang tersebut akan begitu mudah dan ringan menjalankan sholat, bahkan merasa asyik dan terus merindukan untuk sholat. Demikian juga dalam menjalankan tugas-tugas yang ada di pondok, akan merasa ringan bila telah memahami tujuan dan cita-cita dasar hidup di pondok, apa yang harus kita kerjakan, bagaimana dan mengapa kita menjalankannya.23 F. Penutup Dari kajian di atas, kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah: 1. Pengembangan pesantren menurut KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA setiap usaha pengembangan dalam pendidikan pesantren harus selalu dirujukkan kepada prinsip dasar yang menjadi pegangan dunia pesantren dalam menyelenggarakan pendidikan dan prinsip tersebut adalah “Memelihara peninggalan ilmu yang baik dan melakukan inovasi yang lebih baik” 2. Pemikiran KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA sistem pendidikan pesantren di Pondok Modern Darussalam Gontor dibagi menjadi 3 yaitu: pertama Sistem Kulliyatul 23
Abdullah Syukri Zarkasyi, Bekal Untuk Pemimpin (Gontor: Trimurti Press, 2011), hlm., 40-43.
Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) kedua Sistem Pengasuhan Santri, ketiga Sistem Institut Study Islam Darussalam (ISID) 3. Pendekatan KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA dalam mendidik di pesantren adalah dengan pendekatan manusiawi, pendekatan program, dan pendekatan idealisme.
DAFTAR PUSTAKA Daulary Haidar Putra.2001. Historitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya. Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang pandangan hidup kyai Jakarta: LP3ES Hadi Amirul dkk, 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia http://www.as-salafiah.com/Pengembangan-pesantren-dalam-konteks-modernisasipendidikan.html Mardiyah. 2012. Kepemimpinan Kyai dalam Memelihara Budaya Organisasi, Aditya Media Publishing. Mastuhu.1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Suatu kajian tentang unsure dan nilai sistem pendidikan pesantren Jakarta: INIS RahadjoM Dawam.1995. Dunia Pesantren dalam Peta Pembaharuan, Jakarta: LP3EM Salahuddin Marwan. 2006. Statistika Tehnik Analisis Data Kuantitatif, INSURI Ponorogo Yacub Muhammad, 1993. Pondok Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Angkasa Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri. 2005.,”Pengembangan Pendidikan Pesantren di Era Otonomi Pendidikan: Pengalaman Pondok Modern Gontor,” Pidato Penerimaan Gelar Doktor Honors Causa, Disampaikan di Hadapan Sidang Senat Terbuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu, 20 Agustus/ 15 Rajab 1426. Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri. 2010. Membangun Kepribadian dan Karakter Bangsa Melalui Dunia Pendidikan, disampaikan dalam seminar Nasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Yogyakarta dalam rangka Dies Natalis UNY ke-46 12 Mei. Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri.2005. Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri.2005. Manajemen Pesantren:Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo: Trimurti Press. Zarkasyi, K.H. Abdullah Syukri.2011. Bekal Untuk Pemimpin, Gontor: Trimurti Press Ziemek Manfred. 1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M