PEMBERDAYAAN STAKEHOLDER TERHADAP PENGEMBANGAN BATIK DI SURAKARTA Dra. Hj. Siti Maryam, MM Hj. Sudarwati SE,MM Universitas Islam Batik Surakarta RINGKASAN Batik sudah seperti identitas dari kota Solo. Hasil produksi batik Solo pun sudah di ekspor hingga luar negeri. Sebagai sebuah kota yang identik dengan batik, Solo memiliki beberapa daerah sentra penghasil batik. Bahkan, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan pada tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik. Sudah dua tahun yang lalu juga, dunia mengakui batik sebagai hak milik Indonesia, dalam hal ini Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono salah satu stakeholder pemerintah yang mampu meningkatkan pemberdayaan batik Solo melalui pengakuan dunia tentang batik adalah hak milik Indonesia Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah 1) seberapa jauh upaya yang dilakukan oleh para stakeholder untuk mengembangkan batik di Surakarta 2) bagaimana pemberdayaan stakeholder untuk mengembangkan batik di Surakarta, ditinjau dari aspek pemasaran? Tujuan yang ingin dicapai yaitu 1) mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan para stakeholder untuk pengembangan batik di Surakarta 2) mengetahui pemberdayaan stakeholder dalam kegiatan pemasaran batik di Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendkatan kualitatif. lokasi penelitian ini dilaksanakan di Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah para Stakeholder, baik stakeholder primer, stakeholder skunder, dan stakeholder kunci. Penentuan sampel dengan snowball sampling, sumber data diperoleh dari stakeholder, data statistik, literatur, dan informan dengan teknik wawancara yang mendalam, dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan dengan interaktif, mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman dan Spradley. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa pemberdayaan stakeholder yang mempunyai program berkelanjutan dalam pengembangan batik di surakarta adalah stakeholder forum pengembangan kampung batik laweyan. Kata Kunci: stakeholder, pemberdayaan, pemasaran ABSTRACT Batik is like the identity of the city of Solo . Solo batik production is already exported to overseas . As a city synonymous with batik , Solo has some areas of batik production centers . In fact , Mr. President Susilo Bambang Yudhoyono launched on 2 October as the Day of Batik . Already two years ago as well , world recognized batik as an Indonesian property rights , in this case Mr President Susilo Bambang Yudhoyono is one of the stakeholders that the government is able to increase the Solo batik empowerment through recognition of Indonesian batik is the property of. Issues to be examined in this study were 1 ) how far the efforts made by stakeholders to develop in Surakarta batik 2 ) how empowering stakeholders to develop batik in Surakarta , in terms of the marketing aspect ? The objectives are 1 ) to know the efforts that have been done by the stakeholders for the development of Batik in Solo 2) to empower stakeholders in the marketing activities in Surakarta batik . This study uses qualitative pendkatan . location of the research was conducted in Surakarta . The population in this study was the Stakeholders , both primary stakeholders , secondary stakeholders, and key stakeholders . Snowball sampling with sampling , data sources obtained from stakeholders , statistical data , literature , and informants with in-depth interviewing techniques , documentation and observation . Data analysis was performed interactively, following the concept given Miles & Huberman and Spradley . Based on the analysis it was found that the empowerment of stakeholders who have an ongoing program of development in Surakarta batik is batik village development stakeholders forum Laweyan. Keywords : stakeholders , empowerment , marketing
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
49
A.
PENDAHULUAN Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam karaton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar karaton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar karaton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Batik di wilayah Jawa sebagian besar dipengaruhi oleh keberadaan kerajaan-kerajaan yang banyak terdapat di Jawa Tengah pada saat itu. Batik Solo pun merupakan salah satu pengaruh dari kerajaan Solo atau Surakarta. Di kalangan kerajaan, batik awalnya adalah hobi para wanita kerajaan. Hobi para wanita karaton ini berkenaan dengan kebutuhannya dalam mempercantik pakaian yang akan dikenakan. Batik yang berasal dari Solo dan Yogyakarta merupakan akar dari batikbatik yang ada di wilayah Jawa Tengah. Menyebarnya batik keseluruh wilayah Jawa, seperti Pekalongan, Banyumas, Tulungagung, dan Ponorogo, disebabkan karena peperangan yang terjadi di kerajaan dengan pihak Belanda. Solo adalah sebuah kota di Jawa Tengah, yang memang terkenal dengan wilayah penghasil batik. Solo juga merupakan tempat wisata berbelanja batik yang cukup terkenal dan sering dikunjungi oleh wisatawan asing dan domestic. Batik sudah seperti identitas dari kota Solo. Hasil produksi batik Solo pun sudah di ekspor hingga luar negeri. Sebagai sebuah kota yang identik dengan batik, Solo memiliki beberapa daerah sentra penghasil batik. Dua daerah yang cukup terkenal dikalangan pecinta batik adalah kampung batik Laweyan dan kampung wisata batik Kauman. Masyarakat didua daerah tersebut sebagian besar menggantungkan hidupnya dari batik. Batik sudah seperti identitas dari Kota Solo ini. Hasil produksi batik Solo pun sudah di ekspor hingga Luar Negeri.
50
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Sudah 2 tahun lebih, Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan pada tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik. Sudah dua tahun yang lalu juga, dunia mengakui batik sebagai hak milik Indonesia. Bapak Presiden menuturkan bahwa dunia, melalui United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) juga sudah mengakui batik sebagai milik Indonesia. Penghargaan juga langsung diberikan UNESCO di Abu Dhabi, 2 Oktober 2 tahun yang lalu. Setelah pengakuan UNESCO bahwa batik sebagai warisan dunia, maka mempengaruhi sedikit banyak jumlah ekspor batik dari Indonesia ke Luar Negeri. Serta mempengaruhi juga devisa yang masuk ke Indonesia. Sehingga Batik di Indonesia sendiri pun juga digunakan sebagai busana wajib setiap hari Jum’at didalam Instansi Pemerintahan, di Lembaga Pendidikan, maupun di Instansi atau Perusahaan Swasta. Bahkan pemerintah juga mewajibkan bagi sekolah-sekolah untuk mengenakan batik bagi para muridmuridnya. Untuk itu pemerintah Kota Solo melakukan pemberdayaan untuk mengembangkan batik sebagai warisan budaya asli Indonesia terutama di Kota Solo sebagai Kota sentra penghasil batik. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas serta mengingat pentingnya perkembangan usaha batik khususnya di kota Solo, maka peneliti
mengusulkan
penelitian
dengan
judul
:
“PEMBERDAYAAN
STAKEHOLDER TERHADAP PENGEMBANGAN BATIK DI SURAKARTA”. B.
BATASAN PENELITIAN Pada penelitian ini yang disebut aspek pemasaran yaitu kegiatan pemasaran dengan menggunakan marketing mix dari Philip Kotler yang terdiri dari produk, price, place, promotion. Tetapi yang akan dikaji hanya tiga yaitu produk, place dan promotion. Selanjutnya yang dimaksud Surakarta adalah Kota Solo yang mana merupakan sentra batik di Surakarta.
C.
PERMASALAH 1. Seberapa jauh upaya yang dilakukan oleh para stakeholder untuk mengembangkan batik di Surakarta?. 2. Bagaimana pemberdayaan stakeholder untuk mengembangkan batik di Surakarta,
ditinjau dari aspek pemasaran?.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
51
D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi Pemberdayaan Kebanyakan definisi pemberdayaan menekankan pada isu-isu mendapatkan kemampuan dan mengontrol keputusan dan sumber daya yang menentukan kualitas hidup seseorang. Berikut definisi pemberdayaan oleh beberapa ahli : Kabeer dalam Zubaedi (2007:97) “Pemberdayaan yaitu akses terhadap sumber daya, agen dan hasil” Kabeer memfokuskan definisi pemberdayaan pada tiga dimensi yang menentukan dalam menggunakan strategi pilihan pada kehidupan seseorang. Kim Ife (1995:182) “Pemberdayaan adalah memberikan sumber daya, kesempatam, pengetahuan dan ketrampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam menentukan masa depannya sendiri dan berpartisipasi dalam dan mempengaruhi kehidupan dari masyarakatnya.” Pemberdayaan merupakan sebuah upaya agar individu atau masyarakat menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai upaya pembangunan, pengontorlan, perbaikan, dan perubahans erta pengembangan baik itu secara individu ataupun secara bersama-sama/berkelompok terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menunjuk kepada usaha pengalokasian kekuasaan melalui pengubahan struktural sosial (Swift dan Leyin dalam Suhendra, 2006 : 59). Jadi pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai proses adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dan masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan agar mereka dapat lebih mandiri dengan cara menumbuhkan potensi yang dimilikinya, serta menggali rasa percaya dirinya agar mereka dapat beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan dan perkembangan lingkungannya. Pemberdayaan sebagai tujuan adalah pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 52
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
2. Macam Pemberdayaan Pemberdayaan ini dilakukan berawal dari kebijakan dan perencanaan tindakan sosial, ekonomi dan politik secara langsung melalui pendidikan, pelatihan dan penyadaran diri. Prinsip utama pemberdayaan menurut Ife (2002 : 53) mempunyai 3 macam pemberdayaan yaitu : a. Pemberdayaan melalui kebijakan dan perencanaan, dilakukan dengan merubah struktur dan lembaga-lembaga yang ada agar terjadi akses yang sesuai dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan serta muncul partisipasi dalam kehidupan masyarakat. b. Pemberdayaan melalui aksi sosial dan politik, menekankan kepada pentingnya perjuangan dan perbuatan politik untuk meningkatkan keberdayaan yang lebih efektif, dimana masyarakat dapat dilibatkan untuk melakukan aksi-aksi langsung. c. Pemberdayaan melalui pendidikan dan penyadaran, menekankan pada pentingnya proses pendidikan sehingga pihak yang diberdayakan memperoleh kemampuan-kemampuan. Acra ini dilakukan dengan memberikan pengetahuan akan berbagai hal yang menjadi kendala baik structural maupun kendalakendala kemasyarakatan juga memberikan ketrampilan untuk berkarya secara efektif untuk menuju perubahan.
3.Steakholder Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu perekonomian, maka stakeholder dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan isu perekonomian, seperti pelaku bisnis, perbankan, masyarakat, pemerintah, pihak swasta, dan sebagainya. Stakeholder dalam hal ini dapat juga dinamakan pemangku kepentingan. Steakholder dapat dikategorikan sebagai berikut:. a. Stakeholder Utama (primer) Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan batik, yakni masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak dari pengolahan batik (limbah dari proses pembatikan yang SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
53
berupa pewarna textil). Tokoh masyarakat : Anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat Pihak Manajer publik, lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan. b. Stakeholder Pendukung (sekunder) Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah. 1) Lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab langsung. 2) Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung dalam pengambilan keputusan. 3) Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern” (termasuk organisasi massa yang terkait). 4) Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan keputusan pemerintah. 5) Pengusaha(Badan usaha) yang terkait. c. Stakeholder Kunci Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya, legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level daerah kabupaten. 1) Pemerintah Kabupaten 2) DPR Kabupaten 3) Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan. 3. Implementasi bauran Pemasaran (Marketing mix) Bauranpemasaran adalah kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran.
54
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Menurut Kotler (2001:92), Marketing mix adalah sejumlah alat-alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau target pasar yang dituju. Bauran pemasaran tersebut secara singkat dijelaskan sebagai berikut: a. Produk (Product) Produk (Product) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau dikonsumsi.Produk dapat terdiri dari product variety, quality, design, feature, brand name, packaging, sizes, services, warranties, and returns. b. Tempat (Place) Tempat (Place) yaitu lokasi berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk atau jasa yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran.Tempat meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory, and transport. c. Harga (Price) Harga (Price), yaitu sejumlah uang yang konsumen bayar untuk membeli produk atau mengganti hal milik produk. Harga meliputi last price, discount, allowance, payment period, credit terms, and retail price.. d. Promosi (Promotion), Promosi
(Promotion)
yaitu
berbagai
kegiatan
perusahaan
untuk
mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Variabel promosi meliputi antara lainsales promotion, advertising, sales force, public relation, and direct marketing.
E. PEMBAHASAN 1.
Marketing Mix Karaton Kasunanan
a.. Produk pemberdayaan yang di upayakan Karaton Kasunanan terkait dengan aspek produk Batik, antara lain: 1). Mengajarkan kepada para abdi dalem putri tata cara membatik Seiring dengan pertumbuhan ekonomi pada saat itu, kebutuhan masyarakat termasuk batik semakin meningkat, karena batik sudah merupakan busana masyarakat Jawa. Maka pihak Karaton mengajarkan tata cara membatik
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
55
kepada para abdi dalem, guna mencukupi kebutuhan karaton sendiri dan kepada masyarakat pada saat itu. 2).Menghargai dan membiasakan memakai Batik Setiap acara jumenengan, semua punggawa karaton dan semua yang terlibat dalam acara tersebut harus mengenakan busana kain batik/nyampingan yang disesuaikan dengan tugas dan fungsinya masing-masing 3).Batik untuk Upacara Tradisi Lingkungan Karaton menjadikan Batik sebagai sarana upacara tradisi. Ubarampe(Upacara) maupun wilujengan menggunakan kain Batik tertentu sesuai dengan wilujengan yang di gelar. Misalnya: Tingkepan(Mitoni): Kain Batik yang digunakan dipilih yang motifnya mengandung
makna
permohonan
baik,seperti,Sidomulyo,Sidomukti,Semen
yang
Romo,Wahyu
baik-
Tumurun,Babon
Angrem,dll. Kopohan dan Gendongan: kain Batik yang digunakan sebagai kopohan dipilih motif yang mengandung filosofi yang baik. Kain Batik yang mengandung makna seperti Sidomulyo,Sidoasih,Wahyu Tumurun,dll. Kain Batik sebagai RuwatanSinjang Jaladri : kain Batik yang digunakan untuk upacara tradisi labuhan ke laut Sinjang Manton: kain Batik yang dipergunakan di dalam upacara tradisi mantu atau pernikahan, kain Batik yang dipilih Batik Sari Ngremboko,Semen Bondhet,Sido Dadi yaitu perpaduan antara Sido Mukti dan Sido Luhur, Sido Asih yaitu perpaduan antara Sido mukti dan Sido Mulyo dll. a. Promosi Promosi (Promotion) yaitu berbagai kegiatanuntuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Berbagai upaya yang dilakukan Karaton Kasunanan untuk memperkenalkan Batik kepada masyarakat luas yaitu, antara lain: 1).Acara Grebeg pada setiap acara peringatan hari besar Islam , seperti: 1 Muharam (Grebeg Suro), Idhul Adha (Grebeg Besar), Kelahiran Nabi Muhammad (Grebeg Mulud/Sekaten), Menjelang ramadhan (Grebeg poso). Acara iniperuntukkan masyarakat umum, semua yang terlibat dalam acara tersebut mengenakan jarit/nyamping. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan pihak Karaton untuk nguri-nguri Batik /melestarikan
56
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
Batik, dengan demikian diharapkan Batik dapat berkembang, tidak hanya dikenakan oleh keluarga Karaton saja tetapi diluar karaton/masyarakat luas. 2). Pameran Batik Kegiatan ini diikuti oleh Karaton Kasunanan yaitu Pameran Batik yang diadakan setiap 2 tahun sekali pada event Festival Karaton Nusantara. 3). Solo Batik Fashion (SBF) Karaton Kasunanan sebagai peserta dengan mengenakan busana Haritage, Tujuannya untuk mengenalkan Batik sebagai busana Jawa agar masyarakat lebih memahami berbagai macam busana yang sesuai dengan penggunaannya. Busana tersebut antara lain: Busana Dodot, Sabukwolo, Basahan, Beskap dll. 3).Place Sentra-sentra pembuatan kain Batik di Surakarta tumbuh di sekitar aliran sungai yang kala itu menjadi jalur transportasi utama. Di antara sentra Batik di Surakarta adalah: Laweyan, terletak di pinggiran sungai Premulung yang bermuara di Bengawan Solo.Kedhung Gudel, terletak di daerah Sukoharjo di hulu Bengawan Solo.Serenan Juwiring, terletak di pinggiran Bengawan Solo.Bekonang, terletak di sebelah timur kali Sangkrah.Desa Kliwonan, terletak di Daerah Sragen yang berada di pinggir Bengawan Solo.Desa Plupuh dan sekitarnya,diSragen.Desa Tirtomoyo,diWonogiri. Karaton juga mengembangkan Kampung Batik-kampung batik yang ada.dan bahkan merelakan sebagian tanah di sekitar karaton untuk pusat-pusat Batik, seperti kampung Batik Kauman dan pusat perbelanjaan Batik yaitu Pasar Klewer, PGS (Pusat Grosir Solo), BTC (Beteng Trade Center) 2. SMA Batik I Surakarta Marketing Mix SMA BATIK I Surakarta a.Produk Mengingat bahwa SMA Batik 1 Surakarta merupakan lembaga pendidikan, maka daya upaya yang dilakukan untuk mengembangkan produk batik di Surakarta bukan batik sebagai komoditas tetapi mengembangkan batik melalui pendidikan. 1. Mengenalkan Batik pada acara Masa Orientasi Siswa (MOS). 2. Memasukkan pelajaran Batik kedalam Kurikulum 3. Lomba Kreativitas Batik a) Lomba Desain Batik b) Lomba Fashion Batik
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
57
Yaitu kegiatan siswa dalam rangka fashion show batik dengan menampilkan busana muslimah yang bermotif batik hsail dari kreativitas sendiri.
c) Lomba Membatik Ruang Kelas d) Pemilihan Putra-Putri Batik 4. Praktek Membatik b. Promosi Promosi merupakan salah satu aspek yang penting dalam manajemen pemasaran,. Promosi merupakan kegiatan memberitahu dan mendorong masyarakat untuk membeli suatu produk. Pemberdayaan SMA Batik 1 Surakarta terkait dengan kegiatan Promosi Batik antara lain :
58
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
1) Solo Batik Carnival (SBC)
2) SBC di Pasadena 3) UNIBA Batik Festival 4) Rekor MURI membentangkan kain jarit batik
d. Place Pemberdayaan aspek place yang dilakukan SMA Batik 1 Surakarta yaitu bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Batik dan Yayasan Perguruan Tinggi Islam Batik mengupayakan ndalem njimatan yang berlokasi di kawasan Kampung Batik Laweyan digunakan untuk praktek membatik para siswa.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
59
3. Marketing Mix Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1). Produk Pemberdayaan yang diupayakan Disperindag untuk mengembangkan produk Batik di Surakarta, antara lain: a). Mengadakan pelatihan batik dengan pewarnaan alam.. b). Pelatihan desain Fashion Batik c). Pelatihan membatik d). Pelatihan cap Batik e). Bantuan peralatan untuk Industri batik. 2). Promosi Kegiatan promosi yang di upayakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan yaitu: Pameran baik lokal, nasional maupun internasional, misalnya: Java expo. 4. Marketing Mix Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL): 1) Produk FPKBL mengembangkan produk batik tidak hanya sekedar batik sebagai komoditas tetapi pengembangan produk ini dilakukan secara komperhensif, maksudnya bagaimana karakter batik yang semestinya dan hal ini harus di pahami oleh pelaku-pelaku batik. Aspek produk yang dikembangkan antara lain : a. Karakter produk Batik b. Positioning Batik c. Media Membatiknya d. Proses Produksi Batik e. Edukasi Batik / Kursus Batik / Outbond Membatik 2) Promosi Kegiatan promosi ada beberapa antara lain periklanan, promosi penjualan, publisitas dan penjualan personal, masing-masing kiat promosi memiliki karakteristik yang berbeda. Pemberdayaan Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan terkait dengan kegiatan promosi batik yaitu : (1) Pameran Batik (2) Periklanan di Media Elektronik maupun Non Elektronik (3) Interkomunal antar Pelaku Bisnis di Kampung Batik Laweyan 60
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
(4) Kluster terpadu (Promosi antar kluster Batik terbatas secara individu belum kelembagaan) 3) Place Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan berupayanya menjadikan Kampung Batik Laweyan sebagai pusat perbelanjaan batik yang terpadu, maksudnya para pengunjung selain dapat berbelanja batik dengan berbagai macam variasi produknya, motif dan jenis batiknya (tulis atau cap), mereka juga dapat menikmati fasilitas-fasilitas lain, misalnya tour keliling kawasan Kampung Batik Laweyan. FPKBL mengembangkan kawasan Kampung Batik Laweyanmenjadi kawasan yang tertata. Rumah-rumah di kawasan Kampung Batik Laweyan dimanfaatkan sebagai toko / showroom batik. Selain itu rumah-rumah tersebut selain sebagai showroom, juga dapat dijadikan sebagai obyek wisata karena arsitekturnyayang kuno dengan keunikannya menjadi daya tarik tersendiri 5. Marketing Mix Departemen Pariwisata a. Produk Aspek produk Batik yang dikembangkan oleh Departemen Pariwisara lebih ditekankan pada kreatif dan inovatif desain Batik, baik untuk fashion, carnaval, festival. 1) Solo Batik Carnival (SBC) Tujuan SBC ini merubah mindset masyarakat bahwa Batik yang dulunya konservatif busana pada moment-moment tertentu, sekarang batik dapat didesain untuk segala moment dan bahkan dapat di desain unutk carnaval.
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
61
2) RED Batik Red Batik yaitu carnival batik dengan menggunakan desain Batik dengan latar belakang warna merah sedangkan ornamennya menggunakan alat-alat rumah tangga, seperti sapu lidi, kreneng, tepas, dan lainnya. 3) Solo Batik Fashion (SBF) SBF yaitu kegiatan mementaskan hasil desainer-desainer muda yang menggunakan bahan batik untuk busana sehari-hari dan busana pesta, b. Promosi Promosi yang dilakukan Departemen Pariwisata untuk mengembangkan Batik di Surakarta adalah 1) Pameran 2) Workshop dan Pelatihan 3) Pengecatan Becak Wisata dengan motif Batik 4) pelatihan Guide dan Prajurit Pariwisata di kampung Batik b. Place Pemberdayaan Departemen Pariwisata untuk pemasaran aspek place yaitu dengan cara mengembangkan kluster batik, antara lain kluster kampung Batik Laweyan, kluster Kampung Batik Kauman, dankluster Canthing Kakung Sondakan. 6. Marketing Mix Pura Mangkunegaran a. Produk Pura Mangkunegaran mengembangkan Produk Batik dengan cara tersendiri yaitu pada saat upacara adat menggunakan batik khas Pura Mangkunegaran, sehingga tamu yang melihat akan terkesan dan terinspirasi membuat batik yang sama coraknya b. Promosi Upaya pihak Mangkunegaran untuk mempromosikan Batik di Surakarta yaitu mengikuti kegiatan budaya antar Karaton Senusantara, dan Pura Mangkunegaran memamerkan display Batik, mulai pembuatannya sampai finishing. c. Place Sebagai pusat budaya, Pura Mangkunegaran banyak yang menjadikan rujukan untuk motif maupun pola batik khas Mangkunegaran. Untuk kepentingan tersebut di Pura Mangkunegaran dibuka Art shop yang menjual batik klasik, tujuannya agar
62
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
masyarakat tidak melupakan adanya corak batik tradisional khas Pura Mangkunegaran. F.Sustainability Pemberdayaan Stakeholder Terhadap Pengembangan Batik di Surakarta Berdasarkan pembahasan tersebut diatas dapat dilihat bahwa Pemberdayaan yang dilakukan para stakeholder untuk mengembangkan Batik di Surakata ditinjau dari aspek pemasaran yaitu produk, promosi dan place sangat beragam tergantung kepentingan dan kemampuan dari masing-masing stakeholder.
Beberapa stakeholder
melakukan
pemberdayaan tersebut secara berkelanjutan, berikut ringkasan pemberdayaan yang dilakukan para stakeholder untuk mengembangkan batik di Surakarta : Pemberdayaan Karaton Kasunanan Aspek
Past
Present
Future
Pemasaran Produk
Batik sebagai Busana di lingkungan Batik sebagai Busana di karaton.
lingkungan karaton.
Batik di kenakan pada upacara adat.
Batik
di
kenakan
-
pada
Mengajarkan membatik kepada abdi upacara adat. dalem. Promosi
Acara Grebeg
Acara Grebeg
-
Solo Batik Fashion(SBF) Festival Karaton Nusantara Place
Mengembangkan sentra-sentra Batik Pengembangan di
sepanjang
Surakarta
aliran
sungai
di
Pusat
-
Belanja:
(Laweyan,kedhung Pasar Klewer
gudel,Serenan,Bekonang,Kliwonan,Pl
Beteng Trade Center
upuh dan tirtomoyo)
Kampung Kauman Pusat Grosir Solo
Pemberdayaan SMA BATIK 1 Surakarta Aspek
Past
Present
Future
Pemasaran Produk
Seragam batik untuk Masa Orientasi Siswa (MOS) Mengembangkan siswa
siswi,
dan karyawan
guru
dengan materi perbatikan Kurikulum 2013 terdapat mapel perbatikan
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
pembelajaran tentang batik Pelestarian batik di
63
Lomba desain batik
solo dan dunia
Praktikum batik Promosi
Solo Batik Carnival Fashion Batik
Mengadakan
Rekor Muri Membentangkan nasional bagi generasi
(SBC)
muda Indonesia agar
Kain Batik Solo Batik Carnival (SBC) Place
event
-
paham batik.
Kerjasama
dengan
Yayasan
Pendidikan
Batik
(YPB)
-
mengadakan tempat praktek batik yaitu Rumah Njimatan
Pemberdayaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aspek
Past
Present
Future
Pemasaran Produk
Pelatihan Pewarnaan Alam Pelatihan
desain
-
-
Fashion
Batik Pelatihan membatik Pelatihan Cap Batik Bantuan Peralatan Batik Promosi
Pameran (Java Expo)
Place
Pameran (Java Expo)
-
-
-
-
Pemberdayaan FPKBL Aspek
Past
Present
Future
Pemasaran Produk
Pengembangan
Batik Pengembangan produk Penambahan
terbatas
Batik secara
pada
hanya sebagai komoditas (proses saja
motif/corak
dan pewarnaan batik
produk)
Kegiatan promosi secara Kegiatan
promosi Promosi secara
terpadu
individu/masing-masing
dilakukan
pengrajin
simultan antar pengrajin Membentuk koperasi (membuat
64
produksi
produksi, Kreatifitas
(deversifikasi edukasi batik, katrakter
produk) Promosi
komperhensif
kapasitas
antar
kluster Kampung Batik
website,
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
interkomunal) Place
Mengembangkan/renova si/relayout
Pengembangan kawasan Membuat
showroom
rumah Kampung Batik sebagai bersama
sebagai showroom
obyek wisata
Pemberdayaan Departemen Pariwisata Aspek
Past
Present
Future
Pemasaran Produk
Solo Batik Carnival Solo Batik Carnival (SBC)
Memberikan
(SBC), yaitu desain RED Batik
kepada masyarakat untuk
batik untuk carnival
Solo Batik Fashion yaitu membuat
Pameran
desain
batik
untuk carnival
Batik untuk Busana Promosi
workshop
Pengecatan Becak dengan Promosi melalui festival-
Workshop
festival batik
motif batik Pelatihan guide dan prajurit pariwisata Pameran Workshop
Place
Kluster
Kampung Kluster
Kampung
Batik Pengembangan
Batik
(Kauman, (canthing kakung sondakan)
kluster
kampung lainnya
Laweyan)
Pemberdayaan Pura Mangkunegaran Aspek
Past
Present
Future
Pemasaran Produk
Penggunaan Busana Batik Mempertahankan corak klasik ciri
-
khas Pura Mangkunegaran khas Pura Mangkunegaran pada saat upacara adat Promosi
-
Pameran display Batik antara
-
Keraton Senusantara Place
-
Membuka Art shop di kawasan
-
Pura Mangkunegaran
Terlihat bahwa dari ke enam stakeholder yang melakukan pemberdayaan secara temporer yaitu Karaton Kasunanan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan Pura Mangkunegaran, sedangkan yang melakukan secara berkelanjutan yaitu Departemen SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
65
Pariwisata, SMA Batik I Surakarta, dan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL).
G. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan, maka dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Karaton Kasunanan, SMA Batik I Surakarta, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL),
dainas
Pariwisata
dan
Pura
Mangkunegaran,
dalam
upayanya
mengembangkan Batik di Kota Solo cukup beragam sesuai dengan kepentingan dan kemampuan masing-masing. Namun secara keseluruhan mempunyai tujuan yang sama yaitu pelestarian dan pengembangan Batik serta sekaligus menjadikan Batik di Kota Solo lebih banyak dikenal baik skala nasional maupun internasional. 2. Pemberdayaan para Stakeholder untuk mengembangkan Batik di Kota Solo dilihat dari aspek produk, kegiatan promosi dan aspek place yang dilakukan Stakeholder pada masa lampau(past), saat ini(present), dan masa yang akan datang(future), teridentifikasi bahwa sebagian mengupayakan pengembangan Batik secara temporer, sebagiannya
melakukan
pengembangan
secara
berkelanjutan
(sustainable),
Stakeholder tersebut yaitu Departemen Pariwisata, SMA Batik I Surakarta dan FPKBL.Diantara ketiga Stakeholder tersebut yang paling prospek mengembangkan Batik di masa yang akan datang yaitu Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL A. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disampaikan beberapa saran, yaitu: 1. Berdasarkan
apa
yang
telah
dilakukan
para
Stakeholder
yang
telah
mengembangkan Batik di Kota Solo, yang selama ini dilakukan yaitu secara parsial, maka sebaiknya pengembangannya dapat dilakukan secara simultan dan bersinergi. 2. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari ketiga Stakeholder yang telah melakukan pengembangan Batik secara sustainable(Departemen Pariwisata, SMA Batik I Surakarta, dan FPKBL), terlihat prosentasi terbesar dalam mengembangkan Batik di Kota Solo yaitu FPKBL. Jadi instansi terkait perlu
66
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian
memotivasi FPKBL agar tercapai percepatan pengembangan Batik di Kampoeng Batik Laweyan khususnya dan Kota Solo pada umumnya. 3. Bagi FPKBL agar lebih memperhatikan para pengrajin yang masih kecil khususnya dibidang pemasaran, supaya tercipta tumbuh kembang bersama diantara pengrajin yang berada di kawasan Kampoeng Batik Laweyan.
DAFTAR PUSTAKA
Baten, T.R.,(1969) Pembangunan Masyarakat Desa, disadur oleh Suryadi, Alumni, Bandung. Clutterbuck, David and Kernaghan, Susan, 2003. The Power of Empowerment. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta Dra. Risyanti Riza, Drs.H. Roesmidi, M.M.2006. PemberdayaanMasyarakat. Sumedang : ALQAPRINT JATINANGOR) Djaslim Saladin, 2003, Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, Linda Karya, Bandung. Edi Soeharto, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama, Bandung Freeman, R.E., 1984. Strategic Management : A Stakeholder Approach. Boston, Pitman Gunawan Sumodiningrat, 2002. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengaman Sosial, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Ife, Jim, 2002. Community Development. Ed Ke-2 French Forest, New South Wales : Pearson Eduacation Australia Kalinggo Hanggopuro.2002.Batik Sebagai Busana dalam Tatanan dan Tuntunan, Surakarta: Yayasan Peduli Keraton Surakarta Hadiningrat.Surakarta. Kotler Philip.2001Manajemen pemasaran di Indonesia. Edisi 1. Salemba Empat.Jakarta. Kotler Philip;2004. Gary Armstrong. Principles of Marketing, 10 th edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Lexy Moleong,. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Malcolm Payne, 1994, Modern Social Work, The MacMilland Press Ltd. Hampshire. London.ISBN 0-3333-47478-paperback. Reninta Handayani.2009.Efektifitas iklan sebagai sarana promosi dalam meningkatkan penjualan di PT Batik Semar Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta
SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS UNIBA 2014
67
Roesmidi Riza Risyanti;2006. Pemberdayaan Masyarakat. ALQAPRINT JATINANGOR Sumedang Shardlow, Steven., 1998. Value, Ethics and Social Work. Di dalam Robert Adams, Lena Dominelle, Malcolm Payne, editor. Social Work : Themes, Issues and Critical Debates. London : Mac Millan Press Ltd. Sadu Wasistiono, 2003. Kapita Selekta manajemen Pemerintahan Daerah, Penerbit Focus Media, Bandung. Soegiyono. 2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Stanton, W.J., 1996 Prinsip Pemasaran, Edisi Ketujuh Jilid I, Erlangga.Jakarta. Suhartini, 2005. Model-model Keberdayaan Masyarakat. Pustaka Pesantren. Yogyakarta. Suhendra, 2006. Peran Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Alfabeta. Bandung. Sutopo, H.B.2002.Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya dalam penelitian, Sebelas Maret Universitas Press, Surakarta. Ummi, 2012, Pemberdayaan stakeholder untuk pengembangan batik di kota solo, Surakarta,UNIBA.
68
Good Governance Menuju Kesejahteraan dan Kemandirian