PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI BIMBINGAN KONSELING Maryam.B. Gainau (Dosen Sekolah Tinggi Agama Kresten Protestan Negeri Papua, e-mail:
[email protected] ) Abstract; Children with special needs is the children with their physic, mental/intelectual, social and emotional problems. These problems effect to psychic value of children learning. Eventhough, with their condition, it doesn’t mean they lost the opportunity to live like other children. The children with this special label have to get any good room for live and opportunity to build their potential. One of the way to help the children with special needs is guiding counseling by give them service of learning, guiding learning, social guiding personal, guiding career. With these services hopely the children with special needs could develope their potential, increase their learning potential and have society with normal children. Abstrak; Anak dengan kebutuhan khusus merupakan anak-anak yang mengalami gangguan (disfungsi) secara fisik, mental/intelektual, sosial, dan emosional. Keadaan gangguan itu akan mempengaruhi psikis dan prestasi belajar anak. Meski demikian, dengan segala keadaannya, bukan berarti mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh hidup seperti anak-anak lain pada umumnya. Anak-anak dengan label kekhususan ini tetap harus mendapat ruang hidup yang layak dan kesempatan yang sama untuk memngebangkan potensi yang mereka miliki.Salah satu cara untuk membantu anak berkebutuhan yaitu Bimbingan konseling dengan memberikan layanan berupa bimbingan belajar, bimbingan pribadi sosial, dan bimbingan karier. Diharapkan dengan adanya ketiga layanan tersebut anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensi, meningkat prestasi belajar dan dapat bersosialisasi dengan anak-anak normal lainnya. Kata Kunci.: Anak Berkebutuhan Khusus, Bimbingan Konseling
Pendidikan merupakan asset penting dan mendasar yang tidak ternilai harganya baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Pendidikan tidak dapat dinilai dengan cara menghitung jumlah siswa, jumlah personil yang terlibat di dalamnya, nilai bangunan, nilai peralatan dan perlengkapan dan nilai sejumlah penelitian yang telah dilaksanakan. Tetapi, pendidikan di nilai dari apa yang diperoleh dari wawasan seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan yang kemudian ia merasakan manfaat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat (Shertzer dan Stone,1981). Pendidikan ada tiga macam yaitu pendidikan formal, pendidikan informal dan non formal. Pendidikan formal seperti sekolah, pendidikan informal seperti lingkungan keluarga sedangkan pendidikan non formal di dalam masyarakat. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Jones dan Hand dalam Gysbers (1988), berpendapat bahwa bimbingan itu merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan. “They left that guidance was an insepaable part of education”. Dengan demikian, posisi layanan bimbingan dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah merupakan komponen integral yang
Gainau, Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus…. (14 - 25)
menekankan kepada usaha pembinaan siswa di sekolah. Penekanan bimbingan konseling pada individu dan situasi kehidupannya dalam hubungan dengan proses pendidikan secara keseluruhan. Dalam melaksanakan tugas pendidikan ada 3 komponen yang saling terkait yaitu administrasi dan supervisi, pengajaran, dan bimbingan. Wibowo (2003) mengemukakan bahwa pendidikan dapat memanfaatkan bimbingan konseling sebagai mitra kerja dalam melaksanakan tugasnya sebagai rangkaian upaya pemberian bantuan. Dalam kurikulum 2004, secara tegas dikemukakan bahwa: sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa yang menyangkut tentang pribadi, sosial , belajar dan karier. Dengan adanya kata kewajiban, maka setiap sekolah mutlak harus menyelenggarakan bimbingan dan konseling Siswa berkebutuhan khusus (ABK) merupakan bagian warga sekolah yang memiliki kebutuhan yang sama dengan siswa yang lainnya untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, yang akan berguna bagi mereka dalam rangka memahami diri dan memandang dirinya, menyadari kebutuhannya sehingga dapat hidup mandiri meskipun mereka memiliki hambatan karena kecacatan mereka. Pemberian layanan bimbingan dan konseling bagi ABK terkait dengan salah satu tujuan layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan dan fungsi layanan BK dalam hal melakukan pencegahan/ preventif munculnya permasalahan yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan baik sosial, emosi, maupun kognisi peserta didik. ABK harus terakomodasi dalam layanan bimbingan dan konseling agar mereka mampu membantu diri mereka sendiri untuk sedapat mungkin menjadi mandiri bertumpu diatas kaki mereka sendiri. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.UNESCO menyelenggarakan konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua /PUS (Education for All/EFA) di Jomtien, pada tahun 1990. Konferensi tersebut menghasilkan dua tujuan utama sebagai berikut: (1) membawa semua anak masuk sekolah, dan (2) memberikan semua anak pendidikan yang sesuai. Inti dari konferensi tersebut adalah untuk menjamin hak semua orang tanpa memandang perbedaan-perbedaan individual yang ada. Survei terhadap 696 siswa SD dari empat provinsi di Indonesia yang rata-rata nilai rapornya kurang dari 6,0 (enam, nol), ditemukan bahwa 71,8% mengalami disgrafia, 66,8% disleksia, 62,2% diskalkulia, juga 33% mengalami gangguan emosi dan perilaku, 31% gangguan komunikasi, 7,9% cacat / kelainan anggota tubuh, 6,6% gangguan gizi dan kesehatan, 6% gangguan penglihatan, dan 2% gangguan pendengaran (Balitbang, 1996). Thompson et, al (2004) menyatakan bahwa pandangan atau penilaian dari lingkungan terhadap ABK dan keluarga merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu sendiri dan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh ABK itu sendiri dan dampaknya dapat drasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya. Bahkan cara pandang masyarakat yang negatif menjadi stigma yang berkepanjangan (Rahardja, 2006) Di banyak negara hanya 50-60% anak-anak tanpa kecatatan dan hanya 2-3% anak yang menyandang kecacatan masuk sekolah (Johnsen & Skjorten, 2001:37).
15
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
Secara global, Sunartini mengatakan diperkirakan ada 370 juta penyandang cacat atau sekitar 7 persen populasi dunia, kurang lebih 80 juta di antaranya membutuhkan rehabilitasi. Dari jumlah tersebut, hanya 10 persen mempunyai akses pelayanan (Ruplibika, 2010). Data resmi Direktorat PSLB tahun 2006 menyebutkan bahwa jumlah anak berkebutuhan yang sudah mengikuti pendidikan formal baru mencapai 24,7% atau 78.689 anak dari populasi anak penyandang disabilitas di Indonesia yaitu 318.600 anak. Artinya masih terdapat sebanyak 65,3% anak berkebutuhan khusus yang masih terseklusi, termarjinalisasikan dan terabaikan hak pendidikannya. Bahkan angka tersebut diperkirakan dapat jauh lebih besar mengingat kecilnya angka prevalensi yang digunakan yaitu 0,7% dari populasi penduduk serta masih buruknya sistem pendataan(Direktorat PSLB,2008). Menindak lanjuti konferensi tersebut maka PUS (Educatioan for All/EFA) mengadakan pendekatan pendidikan inklusif (inclusive education) agar sekolahsekolah dapat melayani semua anak, terutama mereka yang mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Dalam pernyataan Salamanca tersebut ada enam hal yang ditekankan, yaitu: (1) hak semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan temporer dan permanen untuk memperoleh penyesuaian pendidikan agar dapat mengikuti sekolah, (2) hak semua anak untuk bersekolah di komunitas rumahnya dalam kelaskelas inklusif, (3) hak semua anak untuk ikut serta dalam pendidikan yang berpusat pada anak yang memenuhi kebutuhan indivual, (4) pengayaan dan manfaat bagi mereka semua yang telibat akan diperoleh melalui pelaksanaan pendidikan inklusif, (5) hak semua anak untuk ikut serta dalam pendidikan berkualitas yang bermakna bagi setiap individu, dan (6) keyakinanan bahwa pendidkan inklusif akan mengarah pada sebuah masyarakat inklusif dan akhirnya pada keefektifan biaya. Menyadari akan pentingnnya pendidikan, para partisipan yang tergabung dalam World Education Forum bertemu di Dakar, Senegal tahun 2000 dan mengikrarkan akan pentingnya pendidikan untuk semua. Komitmen dalam pertemuan Dakar terdiri dari enam tujuan pendidikan yaitu: (1) meningkatkan dan memperluas pendidikan anak-anak secara menyeluruh, terutama bagi anak-anak yang kurang beruntung, (2) semua anak-anak pada tahun 2015 khususnya perempuan, anak-anak dengan kondisi yang memperhatinkan dan yang merupakan etnis minoritas harus bisa memperoleh dan menempuh pendidikan dasar berkualitas baik secara Cuma-Cuma, (3) program yang bersifat keahlian dan tepat guna akan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi anak-anak dan orang dewasa, (4) pada tahun 2015 diharapkan akan ada peningkataa sekitar 50% untuk tingkat baca tulis orang dewasa khususnya wanita dan akses yang menunjang keseimbangan akan pendidikan yang berlanjut untuk semua orang dewasa, (5) menghilangkan isu gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005 dan mencapai keseimbangan gender dalam pendidikan pada tahun 2015, (6) memperbaiki semua aspek dalam kualitas pendidikan sehingga semua hasilnya bisa dinikmati oleh semua pihak, terutama dalam baca tulis, menghitung dan keterampilan siap pakai. Dalam PP Nomor 72 Tahun 1991 Bab XII Pasal 28 Ayat I dinyatakan bahwa : "Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh kelainan yang disandang, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan ". Pentingnya BK bagi siswa yang anak yang berkebutuhan khusus karena konselor diharapkan mempunyai peranan dalam memilih dan meramu strategi bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini tidak terlepas dari perlunya merancang program kerjasama dengan staf sekolah atau guru. Adapun
16
Gainau, Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus…. (14 - 25)
target layanan BK , antara lain: (a). Siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi;(b), Siswa yang mengalami kesulitan belajar dan (c) Siswa dengan perilaku bermasalah. Peranan Bimbingan konseling dalam memberdayakan anak berkebutuhan khusus tidak terlepas dari kerjasama semua pihak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.Hal yang perlu dilakukan oleh konselor dan guru untuk memberdayakan anak berkebutuhan khusus yaitu (1) menghilangkan stigma negatif bahwa mereka anak yang terbelakang dan anak yang membuat masalah. (2) tidak adanya diskriminasi yang antara anak yang normal dan normal. (3) melibatkan anak berkebutuhan dalam semua kegiatan yang ada di sekolah sehingga anak menjadi rasa percaya diri dan dapat meningkatkan prestasi belajar dan (4) perlu adanya kerjasama yang baik antara guru, dan orang tua dalam memantau perkembangan belajar anak. Diharapkan dengan adanya kerjasama yang baik antara konselor, guru dan orangtua maka anak berkebutuhan khusus dapat berdayakan potensi yang dimiliki serta memiliki rasa percaya diri dan dapat meningkatkan prestasi belajar yang baik. KEBERADAAN ABK DI SEKOLAH Istilah yang digunakan di Indonesia saat ini adalah anak berkebutuhan khusus sebagai terjemahan dari istilah ”Children with Special needs”. Istilah ini muncul sebagai akibat adanya perubahan cara pandang masyarakat terhadap anak luar biasa (Exceptional Children). Pandangan ini baru meyakini bahwa semua anak luar biasa mempunyai hak yang sama dengan manusia pada umumnya. Oleh karena itu, semua anak luar biasa baik yang berat maupun yang ringan harus dididik bersama-sama dengan anak-anak pada umumnya di tempat yang sama. Dengan perkataan lain anakanak luar biasa tidak boleh ditolak untuk belajar di sekolah umum yang mereka inginkan. System pendidikan seperti inilah yang disebut dengan pendidikan inklusif. Dalam system pendidikan seperti ini digunakan istilah anak berkebutuhan khusus untuk menggantikan istilah anak luar biasa yang mengandung makna bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan khusus baik yang permanen maupun yang tidak permanen. Selama ini anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak-anak difabel dengan anak-anak nonfabel. Akibatnya dalam interaksi sosialdi masyarakat kelompok difabel menjadi komunikasi yang terisolir dari dinamika sosial di masyarakat. Masih banyak anggapan bahwa keberadaan aanak berkebutuhan khusus akan menjadikan masalah baru baik dikelas maupun di sekolah. Dari sisi orang tua anak berkebutuhan khusus (ABK) sering timbul kekhawatiran apakah mereka dapat bergabung bersama-sama teman-temannya tidak akan menyakiti dan mempermainkannya, apakah anaknya dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Seringkali juga guru bertanya apakah keberadaan anak berkebutuhan khusus tidak membuatnya terbebani dengan tujuan nilai kelas, apakah dirinya mampu menangani anak tersebut. Kekwatiran yang diperkirakan sebelumnya tidak selamanya terbukti. Banyak sisi positif yang dimiliki anak berkebutuhan khusus. ABK biasanya memiliki empati yang tinggi dibandingkan anak normal yang lainnya. Bagi ABK perasaan diterima oleh teman-teman akan sangat memotivasi dalam diri untuk mengejar ketinggalannya.
17
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
Anak berkebutuhan khusus menunjukkan anak yang memiliki cacat fisik, atau ketidakmampuan IQ rendah, serta anak dengan permasalahan sangat kompleks sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan. Mereka secara fisik, psikologis atau sosial terhambat dalam mencapai aktualisasi potensinya secara maksimal. Heryanti, ahli psikolog mengatakan bahwa populasi anak berkhutuhan khusus meningkat antara lain karena semakin banyaknya orang yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup yang memang berbeda pada zaman dulu. Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami masalah serius dalam pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk mengendalikan ledakanledakan perilaku agresif yang tidak relevan dengan situasi sehari-hari.Menurut Widyawawti ahli kejiwaan bahwa ABK yang perlu penanganan tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa saja di sekolah umum asalkan mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik. JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Kelainan Mental terdiri dari; (a) Mental Tinggi : Intelektual diatas normal yang memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas, (b) Mental rendah: Anak yang lambat belajar memiliki IQ 70-90 sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkbutuhan khusus, (c) Berkesulitan belajar: Anak – anak yang memiliki kapasitas intelektual normal tetapi memiliki prestasi belajar rendah. Kelainan fisik, meliputi Kelainan Tubuh (Tunadaksa), Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra), Kelainan Pendengaran (Tunarungu), Kelainan Bicara (Tuna Wicara). Kelainan Emosi, meliputi; (a) Gangguan Perilaku: mengganggu dikelas, tidak sabaran, tidak menghargai, menentang,menyalahkan orang lain, (b) Gangguan Konsentrasi(ADD/Attention Deficit Disorder): sering gagal untuk memperhatikan secara detail, kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas, sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara, sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah, sering tidak membawa peralatan sekolah, mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari, (c) Gangguan Hiperaktif (ADHD/Attention Dificit Heperactity Disorder). Menurut World Health Organization (WHO), bahwa Anak berkebutuhan khusus adalah: (1) Impartment merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fsiologis atau fungsi struktur anatomis, (2) Disability merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh: cacat kaki maka dia akan berkurangnya fungsi kakinya, (3) Handicaped merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability. Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. PERENCANAAN BIMBINGAN KONSELING Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 menyebutkan bahwa; (1) Bimbingan dalam rangka menemukan siswa dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, (2) Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan untuk membantu siswa menyesuaikan diri
18
Gainau, Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus…. (14 - 25)
dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada, (3) Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta kariernya di masa depan. Lebih lanjut Aubrey dalam Pitrofesa (1980) mengemukakan bahwa bimbingan adalah fungsi layanan dan program yang komprehensif yang terancang di sekolah untuk mempengaruhi perkembangan pribadi dan kompetensi kejiwaan siswa. Gysber dan Henderson, (1988) menegaskan, bahwa keefektifan suatu program bimbingan dapat diukur dalam bentuk ratio pemanfaatan sumber-sumber yang ada secara tepat, agar meningkatkan hasil. Sumber-sumber yang dimaksud adalah (1) sumber daya manusia (human resources), (2) sumber-sumber financial (financial resources), dan (3) sumber-sumber politik (political resources). Gysber dkk (1992) menggambarkan elemen-elemen program sebagai berikut: dalam membuat suatu kegiatan baik layanan maupun kegiatan pendukung harus melalui beberapa tahap agar pelaksanaan suatu program termasuk bimbingan belajar adalah harus berdasarkan kebutuhan siswa, lengkap dan menyeluruh, sistematik, terbuka dan luwes , memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait dan memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut. BK adalah suatu program yang isinya memuat rencana yang direncanakan secara terperinci dan baik memberikan keuntungan diantaranya; (a) Tujuan setiap kegiatan bimbingan akan lebih jelas, (b) Memungkinkan para petugas bimbingan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya, dengan menghindarkan kesalahankesalahan yang mungkin terjadi, dan usaha-uasaha coba-coba yang tidak menguntungkan, (c) Pemberian pelayanan bimbingan lebih teratur dan memadai siswa akan menerima pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang dperlukan, (d) Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya masing-masing dan mengetahui pula bilamana dan dimana mereka harus bertindak, dalam itu para petugas bimbingan akan menghayati pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa-siswa yang dibimbingnya, (e) Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna dan dapat dikontrol, (f) Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan bimbingan, (g) Adanya kejelasan kegiatan bimbingan belajar dari antara keseluruhan kegiatan program sekolah (Flurentin, 1990). Menurut Gysber dan Henderson (1988) dalam rangka merancang suatu program bimbingan konseling, ada dua hal yang dilakukan yaitu: (1) merumuskan tujuan, dan (2) memilih strategi yang cocok. Sedangkan slameto (1987) menyebutkan langkah- langkah dalam penyusunan bimbingan adalah; (a) Menginventarisasi masalah dan kebutuhan yang ada. Seharusnya diperhatikan adalah masalah yang riil yang dihadapi murid atau kebutuhan murid sehubungan dengan masa perkembangannya. Inventarisasi hendaknya didasarkan pada pengamatan yang teliti atau menggunakan metode kuesioner, wawancara, checklist dan sebagainya, (b) Menentukan prioritas masalah atau kebutuhan yang akan ditangani lewat program bimbingan. Prioritas ini perlu ditentukan mengingat kemampuan dan tenaga yang ada, (c) Menentukan teknik atau kegiatan dan pendekatan menolong yang tepat dengan masalah dan kebutuhan yang hendak ditangani tadi, (d) Menentukan pelaksana untuk masing-masing kegiatan yang hendak dilakukan dalam rangka pelaksanaan program bimbingan, (e) Evaluasi kerja dilakukan setelah lewat kurun waktu kerja yang telah ditentukan, apakah untuk jangka waktu satu semester ataukah satu tahun. Dalam membuat suatu kegiatan baik layanan maupun kegiatan pendukung harus melalui beberapa tahap agar pelaksanaan suatu program termasuk bimbingan
19
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
belajar adalah harus berdasarkan kebutuhan siswa, lengkap dan menyeluruh, sistematik, terbuka dan luwes , memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait dan memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut. Pembuatan perencanaan bimbingan konseling di sekolah hendaknya dapat melibatkan seluruh personil yang ikut dalam pelaksanaan kegiatan. Bimbingan konseling memberikan dampak pada hubungan yang lebih akrab antara konselor, guru dan siswa di sekolah. Setiap guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam menyusun rencana kegaitan atau program sekolah, oleh karena itu mereka harus diikutsertakan secara maksimal dalam penyusunan perencanaan secara keseluruhan maupun sesuai dengan bidang kerja masing-masing (Nawawi, 1985). Begitu pula dengan penyusunan bimbingan konseling perlu melibatkan semua personil sekolah yang dikoordinir oleh konselor melalui kepala sekolah. Keberhasilan suatu program bimbingan dapat dikatakan dapat tergantung kepada pimpinan yang bijaksana dan kerja sama yang diberikan oleh semua pihak yang bertanggung jawab. Di dalam penyusunanan bimbingan konseling, kegiatan yang pertama –tama dimulai dari meneliti kebutuhan siswa, yang meliputi informasi belajar yang dibutuhkan dan kebutuhan siswa dengan cara melihat prestasi belajarnya. Agar layanan BK di sekolah dapat berjalan dan berhasil dengan baik, maka perlu disusun suatu program atau rencana kerja yang sebaik-baiknya dan juga perlu ada pelaksanaan yang jelas serta membantu siswa untuk memahami dirinya, (Lapan 2000, Mikpa 1989). Bimbingan konseling yang direncanakan secara terperinci dan baik dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa yang mendapat layanan bimbingan maupun bagi petugas bimbingan yang menyelenggarakannya PELAKSANAAN KEGIATAN BK Pentingya dilaksanakan kegiatan belajar bagi siswa untuk menuju perkembangan yang optimal, menuntut pula berbagai hambatan yang dialami siswa segera dicarikan alternative penyelesaiannya, sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan belajarnya. Pemberian BK bagi siswa merupakan pemberian agar siswa dapat mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan program BK di SLTP dalam rangka menyiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat. Adapun tugas masing-personil dalam sekolah adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah; Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah termasuk layanan bimbingan tugas kepala sekolah sebagai berikut; (a) Mengkoordinasikan kegiatan layanan bimbingan, (b) Menyediakan tenaga, sarana , dan fasilitas yang diperlukan, (c) Melakukan supervisi terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan layanan bimbingan. Guru Mata Pelajaran; tugasnya (a) Melaksanakan bimbingan belajar melalui proses belajar mengajar sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, (b) Berkonsultasi dengan guru kelas/pembimbing dalam hal masalah-masalah yang berkaitan dengan bimbingan, (c) Berkoordinasi dengan guru kelas/pembimbing dalam hal pengembangan program bersama/ terpadu, (d) Memberikan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian proses dan hasil belajar, (e) Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-maslah belajar yang dialaminya, (f) Mengevaluasi keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukan.
20
Gainau, Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus…. (14 - 25)
Konselor/ Guru Pembimbing, tugasnya (a) Merencanakan program bimbingan, (b) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran, (c) Melaksanakan kegiatan layanan bimbingan, (d) Menilai proses dan hasil layanan bimbingan, (e) menganalisis hasil penilaian layanan bimbingan, (f) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil kegiatan, (g) Membantu siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler, (h) menyusun dan menyebarkan angket kepada siswa dan guru untuk mengetahui kebutuhan bimbingan belajar. Tugas bersama konselor dan guru bidang studi, tugasnya; (a) Mengelola data angket untuk mengetahui tingkat kebutuhan siswa terhadap bimbingan belajar, (b) Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan kepada staf sekolah, (c) Merancang teknik pelaksanaan bimbingan (Metode Pelaksanaan, Waktu dan tempat pelaksanaan, dan pelaksana (team work), (d) Menyediakan sarana dan prasaran penunjang, (e) Mengadakan evaluasi:Selama proses kegiatan bimbingan (proses), Pada akhir kegiatan bimbingan (akhir), Mengadakan follow up, Merancang metode follow up kegaiatan bimbingan, Melaksanakan bimbingan follow up, Menyusun laporan kegiatan bimbingan dan melaporkan kepala sekolah. PEMBERDAYAAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI BIMBINGAN KONSELING Konsep belajar tuntas yang dianut kurikulum di Indonesia menuntut agar para siswa dalam setiap pertemuan pembelajaran dapat menguasai unit bahan tertentu secara tuntas sebelum siswa tersebut melanjutkan usahanya untuk mempelajari atau menguasai bahan selanjutnya. Penguasaan terhadap bahan yang kini sedang dipelajarinya akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap usaha dan keberhasilan siswa dalam menguasai bahan berikutnya. Kenyataan menunjukkan kepada kita bahwa tidak semua siswa, pada setiap saat berhasil dalam kegiatan belajar yang dilakukannya. Ketidakberhasilan yang dialami siswa dapat bersumber pada keadaan diri siswa sendiri atau dapat pula bersumber pada faktor uang ada diluar dirinya. Yang pasti bahwa mereka, sadar ataupun tidak membutuhkan bimbingan orang lain dalam usaha mengatasi kesulitan yang dihadapinya agar tujuan belajar yang mereka lakukan tercapai secara lebih baik. Layanan bimbingan ini lebih-lebih dirasakan kebutuhannya bagi siswa-siswa anak berkebutuhan khusus yang karena kelainannya yang bermacam-macam dapat merupakan salahsatu faktor timbulnya kesulitan belajar di sekolah. Oleh sebab itu anak berkebutuhan khusus perlu diperdayakan atau di kembangkan kemampuannya agar mereka tidak ketinggalan dalam prestasi belajarnya di kelas. Menurut Irwan (2005) ada beberapa dasar BK dapat diberikan bagi anak berkebutuhan khusus: Dasar Historis, yaitu proses pembelajaran di sekolah awalnya tidak terlepas dari BK mengingat proses pengembangan potensi siswa, membutuhkan intervensi pendidikan secara terpadu. Misalnya layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus beberapa negara, tidak terlepas dari layanan BK. (Neely, Mergery,1982). Dasar Yuridis, Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ps 5 ayat (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Ayat (2) Warganegara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. BK dalam rangka menemukan pribadi, mengandung makna bahwa guru kelas kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan diharapkan mampu mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki siswa serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih baik lagi.
21
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
Dasar Psikologis – Pedagogis, yaitu dalam diri siswa terdapat sejumlah potensi yang membutuhkan stimulasi dari lingkungan melalui sentuhan-sentuhan Psychoeducational. Kaitannya dengan pengembangan potensi anak luar biasa, maka BK sebagai salah satu wujud intervensi pendidikan,memiliki pearnan yang sangat diperlukan sama halnya dengan proses pembelajaran di dalam kelas. Dasar Sosio Cultural, yaitu pendidikan sebagai upaya mempersiapkan peserta didik yang memiliki kompetensi melaksanakan peran-peran sosial budaya Bimbingan konseling bagi ABK adalah suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada peserta didik atau siswa berkebutuhan khusus disekolah oleh guru BK atau konselor secara terencana, terorganisir dan terkoordinasi yang dilaksanakan pada periode tertentu, teratur dan berkesinambungan atau berkelanjutan. Menurut Thomson et al (2004) bahwa BK dapat membantu anak berkebutuhan khusus untuk mengoptimalkan kemampuannya melalui; (a) Anak harus mengenal diri sendiri, (b) Menemukan ABK yang spesifik sesuai dengan kalainannya. Kebutuhan ini muncul menyertai kealinannya, (c) Menemukan konsep diri, (d) Memfasilitasi penyesuaian diri terhadap kelainan/kecacatannya, (e) Berkoordinasi dengan ahli lain, (f) Melakukan konseling terhadap keluarga ABK, (g) Membantu perkembangan ABK agar berkembangan efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri, (h) Membuka peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi, (i) Mengembangkan keterampilan personal dan sosial, (j) Bersama-sama merancangn perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahandan peralatan yang dibutuhkan. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh konselor untuk memberdayakan anak berkebutuhan khusus melalui bimbinngan yaitu:: Bimbingan Belajar Kesulitan dalam memecahkan masalah belajar melalui kegiatan bimbingan belajar antara lain: (a) Kesulitan dalam menguasai efektivitas dan efisiensi belajar baik secara kelompok maupun secara individual, (b) Kesulitan dalam upaya meningkatkan motif belajar. Tidak jarang anak yang enggan belajar, malas untuk memeulai belajar dan bahkan seringkali tidak siap untuk belajar akibatnya anak asalasalan saja dengan hasil yang tidak memuaskan, (c) Kesulitan dalam cara memahami dan menggunakan buku pelajaran dan kemudahan lainnya ayang telah tersedia dipusat sumber belajar disekolah, (d) Kesulitan dalam menyelesaikan tugastugas sekolah, baik tugas yang harus dilakasanakan secara individual maupun yang harus dikerjakan melalui kelompok terbatas, (e) Kesulitan dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan dan ujian, (f) Kesulitan dalam memilih pelajaran atau kegiatan vokasional yang cocok dengan minat, bakat, dan kondisi nyata dari siswa, (g) Kesulitan yang dtemui siswa dalam bidang studi khusus seperti matematika, olah raga, menggambar dan lainnya, (h) Kesulitan dalam mengembangkan cara-cara belajar yang baik, (i) Kesulitan dalam membagi waktu belajar diantara kegiatan lainnya, baik disekolah maupun di luar sekolah, (j) Kesulitan dalam menentukan pilihan kegiatan tambahan yang termasuk dalam kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstra kulikuler. Pembimbing berkewajiban membantu siswa dalam memecahkan masalah pengajaran diatas dengan berbagai bentuk bimbingan. Usaha pembimbing diarahkan kepada siswa untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan dii secara memadai dalam situasi belajar. Pembimbing harus bisa membina motif belajar intringsing siswa. Melalui usaha bimbingan dapat diharapkan semua siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimilikinya
22
Gainau, Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus…. (14 - 25)
dengan mempegunakan fasilitas yang ada dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Bimbingan Pribadi Sosial Bimbingan pribadi sosial dalam hal ini siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Penyesuaian diri merupakan salah satu tugas perkembangan siswa. Siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan dirinya,baik dengan dirinya sendiri, dengan keluarga, dengan lingkungan sekolah, dengan teman sebaya dan dengan masyarakat luas. Penyesuain diri dengan sekolah berarti bahwa anak berkebutuhan khusus harus mampu menyesuaikan diri dengan tata tertib sekolah, bersikap hormat terhadap guru dan personl lainnya, serta mampu mengerjakan tugas dan bergaul secara harmonis dengan teman-temannya. Banyak masalah penyesuaian diri ini pada anak-anak berkebutuhan khusus dibanding dengan yang ditemukan pada anak-anak normal. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Kadang-kadang masyarakat bersikap acuh tak acuh terhadap anak berkebutuhan khusus, sering juga terjadi sebaliknya. Seringkali masyarakat menempatkan mereka sebagai anak yang harus dikasihani., karena mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak mungkin dan tidak akan pernah dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan orang lain. Dapat pula tejadi karena anak yang berkebutuhan itu sendiri measa ”giris” (kurang memiliki keberanian) merasa rendah diri dan merasa takut tidak bisa diterima oleh lingkungan. Kepada anak berkebutuhan khusus semacam ini perlu diberikan bimbingan baik dilakukan secara individu maupun dengan cara kelompok. Menumbuhkan kepercayaan kapada diri sendiri, membimbing dalam bidang sosial, penyuluhan pribadi, diajak berperan serta dalam kegiatan kelompok dan dibasakan bergaul dengan masyarakat luas akan membawa mereka pada kemampuan dan kesanggupan untuk sanggup berdiri sendiri secara wajar ditengah-tengah masyarakat umum. Bimbingan karier Bimbingan karier a untuk anak berkebutuhan khusus mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan karier di masa yang akan datang. Bimbingan karier terutama ditunjukan untuk: (a) Membantu anak beekebutuhan khusus dalam menialai kemampuan dasar yang dimilkinya, minatnya, sikap serta kecakapan khusus yang mereka miliki, (b) Mengarahkan anak berkebutuhan khusus kepada kemungkinan-kemungkinan pekerjaan yang sesuai dengan keterbatasan yang ditimbulkan karena kecacatan yang disandangnya, (c) Memberikan bimbungan khusus bagi anak luar biasa yang mendapat kesulitan dalam menentukan kariernya dimasa yang akan datang, (d) Memberikan bantuan dan petunjuk bagi anak berkebutuhan khusus tentang kemungkinan-kemungkinan lapangan kerja yang dapat dimasuki dan dimana merka dapat menyalurkan keingunan bila telah selesai mengikuti latihan kerja tertentu. Jelaslah, bahwa bimbingan vokasional bagi anak berkebutuhan khusus terutama ditunjukan kepada penyiapanmereka dalam menentukan pilihan bijaksana tentang pekerjaan atau karier setelah mereka dididik atau dilatih dalam lembaga pendididkan khusus bekerja. Misalnya.: dengan latihan kerja di asrama, magang di kantor atau latihan secara khusus dibalai latihan kerja. Dari ketiga bimbingan tersebut diatas, maka peran konselor sangat penting untuk memberdayakan anaka berkebutuhan khusus karena anak dapat (1) meningkatkan prestasi belajarnya, (2) anak dapat bersosialisasi dengan orang lain dan memiliki rasa percaya yang tinggi (3) anak dapat mengembangakan bakat serta
23
JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2013,VOLUME 9, NOMOR.1
kariernya. Dengan demikian stigma masyarakat yang keliru tentang anak berkebutuhan yang tidak mampu dan dipandang remeh dapat dibuktikan dengan prestasi dan bakat yang dimilikinya. Anak berkebutuhan khusus dapat bersaing dengan anak-anak normal pada umumnya. PENUTUP Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat. Anak berkebutuhan khusus merupakan bagian dari warga negara yang memiliki hak yang sama dengan anak-anak normal lainnya. Oleh sebab itu perhatian pemerintah sekolah dan orang tua sangant penting untuk memberdayakan potensi yang dimiliki. Stigma masyarkat seringkali mengucilkan dan meremehkan mereka perlu disanggah bahwa sekalipun ABK memiliki keterbatasan tetapi dalam keterbatasan seringkali merreka memiliki kelebihan yang melebihi dari anak normal lainnya. Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki permasalahan yang relatif sama dengan anak pada umunya. Sehingga diperlukan adanya seorang konselor untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak baik permasalahan akademik ataupun permasalahan non akademik. Oleh karena itu, diperlukan BK bagi ABK untuk memberdayakan potensi secara optimal dan meningkatkan prestasi belajar bagi anak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh konselor adalah (1) menghilangkan stigma masyarakat negatif sehingga ABK bisa diterima dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (2) mengembangkan potensi yang dimiliki, (3) pendidikan inklusi sangat penting bagi ABK sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan anak-anak normal liannya (4) memberikan rasa percaya diri sehinngga mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada. DAFTAR ACUAN Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2006, Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Inklusif, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendiidkan Nasional, Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2006, Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendiidkan Nasional, Jakarta Gysbers & Henderson.2006. Devoloping and Managing Your School Guidance Program. (4 th ed). Alexandria, VA: American Counseling Association. Lapan, R.T. Gysbers. N.C & Petroski, G.F. 2001. Helping Seventh Graders Be Safe and Successful: A Statewide Study of the Impact of Comprehensive Guidance and Counseling programs. Journal of Counseling and Development.
24
Gainau, Pemberdayaan Anak Berkebutuhan Khusus…. (14 - 25)
Mikpa, M.A. 1989. Continuous Assesment: Its Structure and Implication for Guidance Programmers. In Nweke et al, Guidance and Counseling, Principles and Practice. Paico Ltd Caladar. Nelly, M. 1992. Counseling and Guidance Practices with Special Education Needs. New Yrk: Tje Dorsey Press Shetzer,B., Stone,S.G.1981. Fundamental of Guidance (4th ed). Boston : Houghton Mifflin Comp. Wibowo., E. Mungin. 2003. Bimbingan dan Konseling dalam Sistem Pendidikan Nasional. Makalah disampaikan dalam Konvensi XIII Bimbingan dan Konseling di Bandung 10-13 Desember 2003. Rahardja, Djadja. 2006. Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Criced University of Tsukuba, Jepang Republika. 2010. Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia http://getmyhope.wordpress.com/2010/04/23/anak-berkebutuhan-khusus-diindonesia/. Diakses,16-10-12. Undang- Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Pasal 31 ayat 1 Pietrofesa, J.J.1980. Guidance: An Introduction. Chicago: Mc Nally College Publishing Company. Thompson et al.2004. Counseling Children: sixth ed.USA: Brooks/Cole Company.
25