PEMBANTU RUMAH TANGGA (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Antropologi
Disusun Oleh : RORITSKIE. H. NAIBAHO 040905036
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERITAS SUMATERA UTARA 2009 Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan oleh : Nama
: Roritskie H. Naibaho
NIM
: 040905036
Departemen
: Antropologi
Judul
: PEMBANTU RUMAH TANGGA (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan)
Pada ujian komprehensif / meja hijau yang dilaksanakan pada : Hari
: Kamis
Tanggal
: 7 Mei 2009
Pukul
:12.00
Tempat
: Ruang Sidang FISIP-USU
1. Ketua
: Drs. Irfan Simatupang, M. Si
(
)
2. Anggota I : Dr. Fikarwin Zuska, M.A
(
)
3. Anggota II : Prof. Dr. Chalida Fachruddin
(
)
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan :
Nama
: RORITSIE H. NAIBAHO
NIM
: 040905036
Departemen : Antropologi Judul
: PEMBANTU RUMAH TANGGA (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan)
Medan, Juni 2009
Pembimbing Skripsi
Ketua Departemen Antropologi
(Prof. Dr. Chalida Fachruddin) NIP: 130 142 218
(Drs. Zulkifli Lubis, M.A) NIP:131 882 278
Dekan FISIP USU
(Prof.Dr. M. Arif Nasution, M.A) NIP: 131 757 010 Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
ABSTRAK Pembantu rumah tangga sebagai suatu bentuk profesi atau pekerjaan telah banyak dipergunakan dalam rumah tangga, ketertarikan penulisan ini adalah ketika pembantu rumah tangga didefinisikan kembali sebagai suatu jenis pekerjaan tertentu yang menuntut keahlian dan pola hubungan kekerabatan yang terjalin antara pembantu rumah tangga dan majikan (rumah tangga). Penelitian ini dilakukan di Perumahan Villa Malina, Medan. Pemilihan lokasi didasarkan dari pengamatan bahwa telah terdapat kategorisasi pekerjaan pembantu rumah tangga berdasarkan pekerjaan dan terjalinnya hubungan kekerabatan diantara pembantu rumah tangga dan majikan. Proses pengamatan dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data penulisan, penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif dengan pendekatan secara deskriptif. Pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina telah dapat memberi kategorisasi pembantu rumah tangga berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan, hal ini untuk semakin mempertajam kemampuan pembantu rumah tangga pada suatu jenis pekerjaan, selain itu pola-pola hubungan yang terjadi antara pembantu rumah tangga dan majikan merupakan pola hubungan kekerabatan yang muncul karena adanya faktor lain, seperti loyalitas, kemampuan kerja yang baik dan lain-lain.
Kata-kata kunci : Pembantu rumah tangga, Majikan, Kekerabatan.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi yang berjudul PEMBANTU RUMAH TANGGA (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis, kepustakaan dan materi penulisan. Namun, berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan sehingga kesulitan tersebut dapat dihadapi. Selama dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, kritikan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Pertama saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk orang tua yang sangat tercinta Ayah Selamat Naibaho dan Mama Risma yang selalu membimbing saya sejak masih kecil hingga dewasa, terima kasih atas doa dan restu yang telah diberikan, Kalianlah yang selama ini mendukung juga memberi nasehat yang bijaksana untuk anaknya tercinta.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Kepada adik saya yang selalu mendorong semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak -pihak lain yang selama ini memberi pengaruh besar dan baik bagi kelangsungan perkuliahan dan skripsi ini diantaranya: 1. Bapak Prof. Dr. M.Arif Nasution, M.A., selaku Dekan FISIP – USU. 2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.A., selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP – USU yang banyak membantu dalam penulisan ini serta bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan penulis. 3. Ibunda Prof. Dr. Chalida Fachruddin, selaku dosen pembimbing skripsi, jasa dan bantuan ibunda tidak pernah penulis lupakan serta terima kasih atas kesabaran dalam membimbing saya menyelesaikan skirpsi ini dan telah meluangkan waktu dalam memberikan kritikan yang membangun dan
masukan dalam
penulisan
dan
bersedia
memberikan
ilmu
pengetahuannya. 4. Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Antropologi. 5. Abangda Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc.Sc., yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan. 6. Seluruh Dosen dan Staf pengajar FISIP-USU, yang telah bersedia berbagai pengalaman dan pengetahuan akademis. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
7. Seluruh Pegawai FISIP-USU, terima kasih atas bantuannnya. 8. Kepada seluruh informan penelitian yang bersedia memberikan informasi seakurat mungkin sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. 9. Kepada kerabat Avena Matondang, yang telah membantu tanpa lelah dan memberikan bantuan moril dan materi. 10. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku tercinta Annis Amalia, Siwa Kumar, Fitria Kartika Sari, Sri Mulyani, Luna Adisti, Iskandar Arif Putra, Putra, Muhammad Liansyah, Muhammad Fiqri Munzir, Frisyyahani, Mona, Putri, Corry, Fika, Kia, Alez, Arnof, Erwin, Rikardo, Josep, Lugo, Ozy, Rebecca Hannatri Suastika, Tessa, Rahmat Bo, Aulia Petro, Azmaydas Osrina, Kak Sri Handayani, Bu Masda. Dalam menuliskan skripsi ini telah dicurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran dan juga waktu dalam penyelesaiannya. Namun demikan disadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati diharapkan saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis skripsi ini bermanfaat bagi semua pembaca. Medan, Juni 2009 Penulis Roritskie H. Naibaho
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………
ii
ABSTRAK …………………………………………………………………
iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….
iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………....
vi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
viii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………… 1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….. 1.3.1 Tujuan Penelitian …………………………………………. 1.3.2 Manfaat Penelitian ………………………………………. 1.4 Lokasi Penelitian ………………………………………………... 1.5 Tinjauan Pustaka ………………………………………………... 1.6 Metode Penelitian ……………………………………………….. 1.6.1 Jenis Penelitian …………………………………………... 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 1.6.3 Analisis Data …………………………………………….. BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN …………………. 2.1 Sejarah Kota Medan ………………………………………………. 2.2 Visi dan Misi Kota Medan ………………………………………….. 2.2.1 Visi Kota Medan ……………………………………………. 2.2.2 Misi Kota Medan …………………………………………… 2.3 Geografis ……………………………………………….................. 2.4 Sekilas Mengenai Lokasi Penelitian …………………………….... 2.5 Keadaan Penduduk ……….…………............................................ 2.6 Organisasi Masyarakat ……………................................................
1 1 4 5 5 6 6 7 10 10 11 14 15 15 18 18 19 20 21 22 22
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
2.7 Karakteristik Pembantu Rumah Tangga di Perumahan Villa Malina 24 BAB III. PEMBANTU RUMAH TANGGA SEBAGAI KONSEP DAN APLIKASI …………………………...................................... 3.1 Konsepsi Pembantu Rumah Tangga …………………………….. 3.2 Sejarah Pembantu Rumah Tangga ……………………………… 3.3 Jenis Pembantu Rumah Tangga ……………………………......... 3.4 Konsepsi Pembantu Rumah Tangga Dalam Tinjauan Antropologi ………………………..……….................................. 3.5 Faktor Pendukung Pembantu Rumah Tangga ...............................37 3.5.1 Tingkat Pendidikan ............................................................ 3.5.2 Keahlian ............................................................................. 3.5.3 Pengalaman ....................................................................... 3.6 Pola Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan .............. 3.6.1 Perubahan Pola Hubungan Pembantu Rumah Tangga Dan Majikan ..................................................................... 3.7 Pembantu Rumah Tangga Dalam Peraturan Pemerintah ............. 3.8 Permasalahan Pembantu Rumah Tangga .....................................
25 25 28 30 33 38 38 39 40 41 42 45
BAB IV. PEMBANTU RUMAH TANGGA DALAM KEKERABATAN …………............................................ 52 4.1 Kekerabatan …………………………………………………....... 52 4.2 Pembantu Rumah Tangga Dan Majikan Dalam Konsepsi Kekerabatan …………………………………...... 55 4.2.1 Etnik Pembantu Rumah Tangga .................................. 56 4.2.2 Hubungan Antara Pembantu Rumah Tangga dan Majikan ........................................................................ 57 4.2.3 Pendapat Majikan Tentang Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan ............................. 58 4.2.4 Etnik Penghuni (Rumah Tangga) ...................................... 60 4.2.5 Etnik Pembantu Rumah Tangga .................................. 61 4.3 Perubahan Pola Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan 62 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………. 65 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………… 65 5.2 Saran ……………………………………………………………….. 67 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 69 Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing 2. Surat Izin Penelitian Dari FISIP - USU 3. Interview Guide 4. Daftar Informan
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Secara harfiah pembantu rumah tangga merupakan posisi kerja dalam membantu suatu pekerjaan rumah tangga, pekerjaan dalam hal ini adalah suatu proses tindakan melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga, seperti mencuci, memasak. Posisi pembantu rumah tangga 1 pada hakikatnya merupakan membantu seseorang atau lebih dalam melakukan pekerjaan rumah tangga sedangkan rumah tangga sendiri merupakan suatu bentuk keluarga inti. Pada masa sekarang ini keberadaan pembantu rumah tangga sangat diperlukan yang diakibatkan perubahan bentuk kehidupan menjadi kehidupan yang kompleks karena setiap anggota keluarga memiliki aktifitas diluar rumah yang menyebabkan tidak berjalannya sistem dalam rumah tangga sehingga pada celah ini posisi pembantu rumah tangga masuk dalam komposisi keluarga inti. Keberadaan pembantu dalam komposisi keluarga dapat dipandang sebagai suatu kebutuhan primer dan sekunder, dimana dalam kebutuhan primer, pembantu rumah tangga sangat
1
Pembantu rumah tangga sering disingkat dengan sebutan “PRT”.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
diperlukan dalam keluarga disebabkan karena kesibukan sehingga beberapa pekerjaan rumah tidak dapat diselesaikan oleh anggota keluarga sedangkan pada kebutuhan sekunder, pembantu rumah tangga diperlukan hanya pada saat tertentu serta tidak terfokus pada pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci pakaian, menjaga rumah, dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan zaman bahwa tingkat kebutuhan akan pembantu rumah tangga sudah semakin meningkat. Hal telihat jasa pembantu rumah tangga tidak hanya diperuntukkan oleh masyarakat dalam negeri ini saja, bahkan penggunaan jasa pembantu rumah tangga ini sudah sampai kepada ke negara – negara tetangga, seperti diketahui Malaysia hampir setiap tahun meminta jasa para pembantu rumah tangga sampai ke Indonesia, mungkin saja ini dikarenakan sudah tidak tersedianya lagi jasa pembantu tangga di negara tersebut atau mungkin juga negara tersebut sudah kehabisan tenaga kerja yang bisa dipergunakan sebagai pembantu rumah tangga. Di Indonesia, kebutuhan akan tenaga pembantu rumah tangga dewasa ini juga semakin meningkat,seperti telah di jelasakan pada tulisan sebelumnya hal ini dimungkinkan sekarang ini kesibukan akan mencari mencari penghasilan membuat hampir semua keluarga tidak dapat lagi membagi waktu dengan mengurus pekerjaan rumah tangga, namun yang juga menjadi masalah mencari pembantu rumah tangga bukanlah sesuatu yang mudah, disamping kita membutuhkan keterampilan dalam mengurus rumah,modal kepercayaan kepada pembantu rumah tangga juga menjadi sangat penting, ini dikarenakan kita akan meninggalkan dia (pembantu rumah tangga) Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
dirumah seharian, Dengan kata lain kita mempercayakan seluruh kondisi rumah dengan segala aset berharga kepada pembantu rumah tangga.
Tulisan ini tidak memihak pada salah satu kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya oleh karena tulisan ini nantinya berusaha untuk melihat posisi pembantu rumah tangga dalam pola kekerabatan antara pembantu rumah tangga dengan majikan. Dirunut kebelakang bahwa pembantu rumah tangga adalah seseorang yang diperkerjakan dengan tujuan untuk membantu beberapa pekerjaan rumah tangga yang dengan kata lain meringankan pekerjaan dari keluarga tersebut selain keberadaan pembantu pada masa ini merupakan posisi yang tidak bertukar atau berubah yang secara sederhana dapat dijelaskan bahwa seseorang pembantu yang dipilih untuk dipekerjakan akan bekerja dalam rentang waktu yang lama, Pada umumnya pembantu rumah tangga mulai dipekerjakan apabila terjadi pertumbuhan anak dalam keluarga tersebut. Seiring waktu maka pembantu tersebut turut serta dalam proses perkembangan keluarga tersebut sehingga sudah sangat umum apabila seorang pembantu rumah tangga memiliki hubungan yang lebih erat dengan majikannya, pola hubungan kekerabatan seperti ini yang akan dilihat dalam penelitian nantinya mengingat pola ini menunjukkan kekerabatan yang muncul tanpa adanya hubungan darah atau keturunan dan perkawinan. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa : Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
“Suatu kelompok adalah kesatuan individu yang diikat oleh sekurang-kurangnya 6 unsur, yaitu : 1. Sistem norma-norma yang mengatur tingkah laku warga kelompok, 2. Rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warganya, 3. Interaksi yang intensif antar warga kelompok, 4. Sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antarwarga kelompok, 5. Pemimpin yang mengatur kegiatankegiatan kelompok, dan 6. Sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka tertentu. Dengan demikian hubungan kekerabatan merupakan unsur pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan (1999:109).”
Berdasarkan penjelasan tersebut maka pembantu rumah tangga memiliki hubungan kekerabatan dengan anggota keluarga inti yang dalam hal ini adalah orang yang memperkerjakan pembantu tersebut, posisi pembantu rumah tangga dalam keluarga dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk hubungan kekerabatan bukan sekedar hubungan ekonomis antara pembantu dengan majikan.
1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah sangat penting agar diketahui jalannya suatu penelitian, hal ini juga berlaku bagi penulisan “Pembantu Rumah Tangga, Studi Antropologi Tentang Hubungan Pembantu dan Majikan”, bertujuan untuk melihat apakah pola tersebut memang ada dan berlaku ditengah-tengah profesi seorang pembantu rumah tangga. Penelitian ini mencoba untuk melihat dan mendeskripsikan pola posisi pembantu rumah tangga pada bentuk kekerabatan dengan keluarga, apakah pola tersebut dapat menimbulkan proses terjadinya hubungan kekerabatan diantaranya. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini dapat dirumuskan dalam beberapa pernyataan penelitian, yaitu : 1. Sebagai suatu gambaran umum, objek dasar yaitu pembantu rumah tangga maka pendeskripsian tentang pembantu rumah tangga, jenis pembantu rumah tangga serta jenis pekerjaan pembantu rumah tangga akan dijelaskan sebagai unsur penting untuk menjabarkan maksud dari penelitian ini. 2. Pemahaman pembantu rumah tangga terhadap pola kekerabatan yang terjalin antara pembantu dan majikan. 3. Pemahaman majikan (keluarga) terhadap pembantu rumah tangga dalam kerangka pola kekerabatan yang terjalin diantaranya. 4. Pola-pola kekerabatan yang terbentuk diantara pembantu dengan majikan (keluarga). Pembatasan dilakukan dengan cara hanya memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat dilapangan maupun kepustakaan yang memiliki kaitan langsung dengan masalah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, permasalahan utama dari penulisan ini adalah pola kekerabatan yang terjalin antara pembantu dan keluarga (majikan).
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai sebentuk tulisan ilmiah yang bermaksud untuk dapat menjelaskan secara menyeluruh tentang pola kekerabatan yang muncul diantara pembantu rumah tangga dengan majikan. Tujuan selanjutnya adalah untuk melihat secara keseluruhan tentang posisi pembantu rumah tangga dalam kerangka keluarga dan kekerabatan, hal ini ditujukan sebagai suatu manifestasi yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu bentuk studi antropologis. 1.3.2. Manfaat Penelitian Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan pembantu rumah tangga, secara sederhana manfaat yang diharapkan dari penelitian dan hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi khususnya mengenai pola kekerabatan.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata bagi keberadaan pembantu rumah tangga dalam memberikan pandangan kepada mereka (pembantu rumah tangga dan majikan) cara bersikap yang seharusnya dan dapat saling menjaga hubungan yang baik dengan para majikan. 3. Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi suatu bahan evaluasi terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya mengenai pembantu rumah tangga dan pola kekerabatan yang terjalin antara pembantu rumah tangga dan majikan.
1.4. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lokasi yang dianggap merepresentasikan keberadaan pembantu rumah tangga dengan pola kekerabatan, sehingga lokasi penelitian adalah suatu keluarga yang memiliki pembantu dan memiliki pola hubungan kekerabatan, hal ini didapat nantinya melalui beberapa test-chase (test kasus) dan observasi non-partisipasi. Penelitian ini mengambil tempat di Perumahan Villa Malina yang berlokasi di daerah Sunggal, Medan. Alasan pengambilan lokasi ini dikarenakan banyaknya penghuni perumahan ini yang menggunakan jasa pembantu rumah tangga
yang nantinya akan menjadi subjek dari penelitian ini.
Alasan kedua adalah lingkungan ini juga mempunyai beragam alasan dalam penggunaan pembantu rumah tangga yang juga tinggal menetap pada rumah tersebut Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
sehingga nantinya diharapkan dapat diperoleh jawaban – jawaban dari perumusan masalah diatas, Peneltian ini juga membatasi hanya pada pada para pembantu yang tinggal bersama dengan majikan.
1.5. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka diperlukan untuk dapat menentukan arah dari penelitian tersebut, maka dengan adanya tinjauan pustaka diharapkan penelitian nantinya akan berjalan sesuai dengan apa yang telah digariskan sebelumnya. Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaska secara sistematis mengenai hal-hal yang bersifat teoritik serta dapat membantu menjelaskan penelitian ini, adapun hal-hal bersifat teoritik yang akan dijelaskan secara sistematis adalah : 1. Kebudayaan sebagai konsep dasar penelitian, dalam hal ini penelitian yang akan dilakukan nantinya merupakan suatu penelitian dengan basis pemikiran kebudayaan yang diharapkan dapat memberikan jawaban atas akar masalah yang terjadi. 2. Kekerabatan, pola-pola kekerabatan serta pandangan mengenai kekerabatan akan dijelaskan untuk dapat melihat masalah dalam kaidah pola kekerabatan. Kebudayaan Kebudayaan sebagai suatu konsep dasar dalam penelitian ini adalah bagian dari sudut pandang dalam melihat persoalan penelitian melalui sudut pandang kebudayaan, sehingga konsep kebudayaan akan dijabarkan dan diterapkan dalam melihat persoalan penelitian. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Kebudayaan dalam dunia pengetahuan antropologi sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat bahwa : “kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar (1996:72).” Dari pendapat tersebut maka pembantu rumah tangga termasuk dalam sistem kebudayaan, dimana posisi pembantu merupakan gagasan dan tindakan yang dikembangkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat selain itu pembantu rumah tangga juga memiliki keterkaitan dengan unsur kebudayaan seperti sistem kekerabatan, yang menjadi fokus dari penelitian ini. Pola kekerabatan yang terbentuk antara pembantu rumah tangga dan majikan dalam hal ini merupakan sistem pengetahuan yang terbentuk dalam lingkungan tersebut serta memenuhi unsur dari pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Kekerabatan Kekerabatan merupakan bentuk besar dari kerabat, konsep kerabat merupakan hubungan yang terjadi antara suatu kelompok individu dengan kelompok individu lainnya. Pola kekerabatan secara sederhana dapat dikatakan sebagai pola hubungan yang terjadi disebabkan oleh hubungan darah (keturunan) dan perkawinan, Selain itu kehidupan manusia yang semakin kompleks menyebabkan munculnya suatu hubungan yang disebabkan adanya suatu hal yang menjadi milik bersama diluar dari Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
hubungan genetis dan perkawinan, sebagai contoh : hubungan yang terjadi antara penghuni suatu kompleks merupakan suatu jenis hubungan yang berkembang dari konsep kekerabatan secara konvensional. Dalam penelitian ini hubungan antara pembantu rumah tangga dan majikan akan dilihat sebagai suatu bentuk hubungan kekerabatan yang terjadi dikarenakan oleh hubungan yang konvensional (genetis dan perkawinan) serta karena adanya suatu hal yang menjadi milik bersama. Kekerabatan tidak dapat dipandang sebagai suatu hubungan yang terjadi genetis dan perkawinan, Penelitian ini juga berupaya untuk memberikan suatu alternatif kekerabatan yang terjadi tanpa adanya hubungan genetis dan perkawinan tersebut, sehingga kekerabatan dan pola kekerabatan yang akan dijelaskan dalam penelitian ini merupakan konsep kekerabatan dalam arti luas yaitu hubungan yang terjalin antara satu individu dengan individu lainya. Hubungan atau kekerabatan dalam arti luas juga memiliki kaitan dengan ruang dan waktu sehingga konsep kekerabatan juga mengikuti perubahan ruang dan waktu. Rumah
tangga secara konsep merupakan hubungan sepasang suami-istri
dengan menikah dan membentuk suatu kesatuan sosial (Koentjaraningrat, 1996:105), pembantu rumah tangga adalah posisi kerja yang berfungsi untuk membantu rumah tangga dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga, posisi kerja tersebut tidak saja
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
memiliki nilai ekonomis 2 tetapi juga memiliki kaitan dengan pola kekerabatan yang terjalin baik dalam waktu yang singkat ataupu dalam waktu yang lama. Berbicara mengenai pola kekerabatan maka pengertian pola yang digunakan dalam penelitian ini nantinya merujuk pada artian struktur, tingkatan, serta hal-hal yang berkaitan dan dapat menjelaskan tentang kaitan atau hubungan.
1.6. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan observasi pra-penelitian yang bertujuan untuk dapat menentukan jenis penelitian, teknik penelitian dan analisis data sehingga metode penelitian yang digunakan dapat berjalan secara efektif.
1.6.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian berjenis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian jenis deksripstif dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang mengambarkan secara terperinci mengenai pembantu rumah tangga serta pola kekerabatannya dengan majikan, hal ini sejalan dengan pendapat Goodenough : “When I speak of describing a culture, then formulating a set of standards that will meet this critical test is what I have in mind. 2
Antara rumah tangga dan keluarga inti harus dipisah mengingat rumah tangga lebih kepada masalah ekonomi sedangkan keluarga inti berbicara mengenai konsep keluarga.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
There are many other things, too, that we anthropologists wish to know and try to describe. We have often reffered to these other things as culture, also consequently (1970:101).” “Ketika berbicara tentang menguraikan suatu budaya, kemudian merumuskan satu standar yang akan dihadapkan pada test kritis ini adalah tujuan dari menguraikan suatu budaya. Ada banyak hal lain, juga yang terkait dengan hal tersebut, maka kita sebagai antropolog ingin mengetahui dan berusaha untuk menguraikan budaya tersebut. Kita sering masuk ke berbagai hal lain dari perihal budaya, hal ini merupakan konsekwensi dari menguraikan suatu budaya.” Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data penelitian berdasarkan wawancara, observasi atau dengan kata lain data penelitian diperoleh melalui turun langsung kelapangan penelitian. Dalam pendekatan kualitatif, cara kerja, pola kekerabatan, cara pandang pembantu dan majikan, ataupun jangka waktu kerja digunakan sebagai data dalam penelitian ini. 1.6.2. Teknik Pengumpulan Data Proses pendeskripsian tentang pembantu rumah tangga dan pola kekerabatan antara pembantu rumah tangga dan majikan dilakukan dengan turun langsung kelapangan penelitian untuk memperoleh data primer, selain itu studi kepustakaan melalui buku, majalah dan sumber tertulis lainnya juga akan dilakukan sebagai bentuk untuk memperoleh data sekunder. Untuk memperoleh data primer penelitian digunakan metode observasi atau pengamatan dan wawancara. Data Primer
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini digunakan metode observasi (partisipasi dan non-partisipasi), digunakannya dua jenis metode observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang valid dari lapangan penelitian yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan penelitian. Penggunaan metode observasi bertujuan untuk mendapatkan data yang dapat mendeskripsikan pembantu rumah tangga dan pola kekerabatan pembantu dan majikan. Berdasarkan pra-penelitian yang dilakukan penelitia telah membangun rapport yang baik. Walaupun demikian peneliti akan bersikap objektif dalam melihat kenyataan dilapangan sehingga data yang diperoleh benar dan valid. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam yang bertujuan untuk mendapatkan data keseluruhan mengenai penelitian ini dari pembantu rumah tangga atau yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Informan dalam hal ini meliputi pembantu rumah tangga sebagai informan utama, majikan dan keluarga serta masyarakat sebagai informan biasa. Pembantu rumah tangga sebagai informan utama dalam upaya untuk mendapatkan data yang langsung mengenai pandangan pembantu rumah tangga terhadap tujuan penelitian ini sedangkan majikan, keluarga dan masyarakat sebagai informan biasa bertujuan untuk mendapatkan data mengenai kondisi pembantu rumah tangga, pola kekerabatan pembantu dan majikan dari sudut pandang orang disekitar pembantu tersebut, Penggolongan informan bertujuan agar data yang diperoleh mencakup semua kemungkinan yang ada
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
dilapangan penelitian sehingga diharapkan melalui penggolongan informan (utamabiasa) data yang diperoleh dapat menjelaskan tentang penelitian ini. Teknik wawancara dilakukan dengan cara komunikasi verbal atau langsung dengan informan utama maupun biasa dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang lebih rinci dan mendalam. Perlengkapan wawancara meliputi catatan tertulis untuk mencatat bagian yang penting dan tape recorder yang bertujuan untuk merekam wawancara sehingga kesalahan dalam catatan tertulis dapat diperbaiki dan mengurangi kesalahan dalam penulisan data. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan 3 sebagai teknik pengumpulan data selanjutnya, dimaksudkan peneliti sebagai suatu sarana pendukung untuk mencari dan mengumpulkan data dari berbagai buku dan hasil penelitian dari para ahli lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian guna lebih menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir penelitian ini.
3
Studi kepustakaan mencakup : buku, karya ilmiah, hasil penelitian, procedings dan lain lain yang tertulis dan teruji keabsahannya baik dalam bentuk buku maupun dari situs internet.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
1.6.3. Analisis Data Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwasanya dalam penelitian ini penulis berusaha bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali, yang pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan data lapangan dan hasil wawancara. Selanjutnya data akan dianalisa secara kualitatif melalui teknik taxonomy data, yaitu data yang diperoleh dilapangan akan dibagi pada beberapa kategori data yang bermaksud memudahkan dalam penulisan dan juga memudahkan dalam melihat data apakah data tersebut dalam kategori primer atau data pendukung, Pada akhirnya teknik taxonomy data bermaksud untuk menjaga data dari kesalahan penulisan dan penggunaan data yang efektif dalam penulisan.
BAB II Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
2.1. Sejarah Kota Medan Pada penjelasan pendahuluan dalam bab II dimulai dengan sejarah Kota Medan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh terhadap lokasi penelitian ini yang terletak didalam administratif Kota Medan. Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Sebagai hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 1590 4, sampai saat sekarang ini usia kota Medan telah mencapai 418 tahun. Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermerga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan. Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata "Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang 4
Dada Meuraxa, Sejarah hari Jadinya Kota Medan 1 Juli 1590 (1975).
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
tabib
yang
memiliki
kebiasaan
membungkus
sesuatu
dalam
kain
yang
diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di sekitar Balai Kota Medan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 27-Desember-2007). Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan, tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Foto 1 Monumen Guru Pattimpus di persimpangan jalan Gatot Subroto, Medan. (Sumber : Istimewa)
Keberadaan kota Medan tidak lepas dari peranan para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang maupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Maryland atau Marelan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat perdagangan tembakau miliknya ke daerah Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal dengan kawasan Gaharu. Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan cikal-bakal kota Medan seperti sekarang ini, sedang dijadikannya Medan menjadi ibukota dari Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Deli juga telah mendorong Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus ibukota Sumatera Utara. Gambaran umum kota Medan merupakan sekilas penjelasan mengenai keberadaan kota Medan sebagai kawasan yang menjadi fokus lokasi penelitian ini, sebagai pusat pemerintahan kota Medan memiliki 21 daerah kecamatan dan 151 daerah kelurahan (http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 27-Desember2007).
2.2. Visi dan Misi Kota Medan5 Untuk mewujudkan pembangunan kota Medan yang lebih terarah, terencana, menyeluruh, terpadu, realistis dan dapat dievaluasi, maka perlu dirumuskan rencana strategik sebagai broad guide line penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di kota Medan untuk lima tahun kedepan. Rencana strategik yang ditetapkan sekaligus menjadi strategi dasar bagi kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan kota, serta memberikan orientasi dan komitmen bagi penyelenggaraan pemerintahan. Dengan demikian, di samping adanya rencana pembangunan kota yang handal, perlu adanya pengukuran capaian kinerja sebagai bentuk akuntabilitas publik
5
Visi dan Misi Kota Medan berdasarkan data yang diperoleh dari buku tahunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Medan tahun 2008.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
guna menjamin peningkatan pelayanan umum yang diinginkan.
2.2.1. Visi Kota Medan Pembangunan kota Medan merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu visi merupakan simpul dalam upaya menyusun rencana strategis pembangunan kota. Sebagai gambaran identitas masa depan kota Medan maka, perumusan visi itu didasarkan pada pertimbangan : 1. Prasyarat pembangunan kota, seperti berkembangnya demokrasi dan partisipasi, mendorong penegakan hukum, keadilan sosial dan ekonomi, pemerintahan yang kuat, efisien dan efektif, birokrasi yang kreatif dan inovatif, stabilitas politik dan keamanan yang kondusif, pelayanan publik yang prima, pemerataan pembangunan dan pembangunan kota yang berkelanjutan. 2. Masalah dan tantangan serta kebutuhan pembangunan kota Medan dalam rangka mewujudkan kemajuan kota Medan yang metropolitan. 3. Kebijakan pembangunan nasional, sektoral dan regional yang mendorong perkembangan
kota
Medan
sebagai
pusat
pertumbuhan
dan
pengembangan Indonesia bagian barat. 4. Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi. 5. Nilai-nilai luhur, norma, budaya yang dianut warga kota Medan. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
2.2.2. Misi Kota Medan Untuk mempertegas tugas dan tanggung jawab pembangunan dari seluruh stakeholder maka visi pembangunan kota dijabarkan ke dalam misi yang jelas, terarah dan terukur. Misi ini menjelaskan tujuan dan saran yang ingin dicapai dalam pembangunan kota sehingga diharapkan seluruh stakeholder dapat mengetahui dan memahami kedudukan dan peran masing-masing masyarakat dalam pembangunan. Adapun misi kota Medan adalah : 1. Mewujudkan
percepatan
pembangunan
daerah
pinggiran,
dengan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. 2. Mewujudkan tata pemerintahan yang lebih baik dengan birokrasi yang lebih efisien, efektif, kreatif, inovatif dan responsif. 3. Penataan kota yang ramah lingkungan berdasarkan prinsip keadilan sosial, ekonomi,
budaya.
Membangun
dan
mengembangkan
pendidikan,
kesehatan serta budaya daerah. 4. Meningkatkan suasana religius yang
harmonis dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat.
2.3. Geografis Koordinat geografis kota Medan adalah 3º 30' - 3º 43' LU dan 98º 35' - 98º 44' BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
37,5 m di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, sedangkan di sebelah barat, selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Kota Medan sendiri menjadi kota induk dari beberapa kota satelit di sekitarnya seperti Kota Binjai, Lubuk Pakam, Deli Tua dan Tebing Tinggi. Luas Kota Medan saat ini adalah 265,10 km². Sebelumnya hingga tahun 1972 Medan hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km², namun kemudian diedarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 yang memperluas wilayah Kota Medan dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang
2.4. Sekilas Mengenai Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perumahan Villa Malina yang berlokasi di daerah Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan dan pengamatan yang telah dilakukan bahwasanya di lokasi tersebut terdapat profesi pembantu rumah tangga yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Perumahan
Villa
Malina
adalah
suatu
perumahan
permanen
yang
diperuntukkan bagi masyarakat umum sebagai suatu upaya untuk memenuhi permintaan atas tempat tinggal, hal ini berkaitan dengan proses pemenuhan terhadap kebutuhan sandang, pangan dan papan. Lokasi Perumahan Villa Malina terletak sekitar 10 Km dari pusat Kota Medan dan secara administratif Perumahan Villa Malina berada dibawah naungan Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Kecamatan Medan Sunggal, adapun jumlah rumah yang terdapat di Perumahan Villa Malina adalah berjumlah 300 rumah yang ditempati dan 100 rumah siap huni serta 200 rumah dalam proses pembangunan, jumlah rumah secara keseluruhan terdapat 600 rumah. Perumahan Villa Malina mulai dibangun sejak tahun 2002 6, sampai saat ini proses pembangunan masih terus berjalan dengan tujuan utama memenuhi kebutuhan rumah bagi yang membutuhkannya. Adapun fasilitas yang terdapat di Perumahan Villa Malina adalah : fasilitas keamanan 24 jam, rumah ibadah (Mesjid), listrik, air serta perbaikan terhadap rumah.
2.5. Keadaan Penduduk Penduduk kota Medan dapat digolongkan pada kategori masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan golongan. Komposisi masyarakat kota Medan terdiri atas Melayu, Batak (Mandailing, Toba, Karo, Pak-pak, Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Tionghoa, India (Tamil, Sikh). Komposisi masyarakat kota Medan yang heterogen terbagi-bagi atas beberapa lokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di kota Medan. Perbedaan lokasi
6
Informasi ini didapat berdasarkan keterangan penghuni di Perumahan Villa Malina dan pihak pengembang.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
tersebut bukan merupakan gambaran penduduk yang terpecah-belah melainkan sebagai wujud persatuan etnisitas yang dimiliki setiap masyarakat di kota Medan. Luas kota Medan yang mencapai 265,10 km² dan terdiri dari 21 daerah kecamatan yang terpecah lagi pada 155 daerah kelurahan. Kepadatan penduduk kota Medan mencapai 2.036.018 jiwa, dengan tingkat kepadatan 7.681 jiwa/km². 2.6. Organisasi Masyarakat Organisasi masyarakat merupakan suatu wadah yang dapat menjembatani perkenalan antar penghuni di Perumahan Villa Malina, adapun organisasi masyarakat yang terdapat di Perumahan Villa Malina, adalah : serikat tolong menolong, pengajian bagi Ibu-ibu, kelompok olahraga. Serikat tolong menolong yang terdapat di Perumahan Villa Malina bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan diantara penghuni perumahan dan untuk menumbuhkembangkan tolong menolong dikalangan penghuni perumahan, kegiatan tolong menolong meliputi : bencana, seperti kebakaran, angin ribut, kemalangan serta pesta, seperti perkawinan. Pengajian ibu-ibu di Perumahan Villa Malina dilakukan setiap hari kamis dalam tiap minggunya, pengajian ini dilakukan untuk memupuk rasa keagamaan, memperat hubungan antar penghuni (khususnya ibu-ibu) dan memperluas pengetahuan agama. Kelompok arisan pembantu rumah tangga komplek perumahan Villa Malina, yang berfungsi sebagai wadah berkumpulnya para pembantu rumah tangga di Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
komplek perumahan Villa Malina dan bertujuan untuk mempererat hubungan diantara sesama pembantu rumah tangga dan menumbuhkembangkan tolongmenolong diantara pembantu rumah tangga. Kelompok
olahraga,
merupakan
suatu
organisasi
masyarakat
yang
menggabungkan minat dan bakat penghuni perumahan pada beberapa cabang olahraga, seperti : bulu tangkis, futsal. 2.7. Karakteristik Pembantu Rumah Tangga Di Perumahan Vila Malina Pembahasan mengenai karakteristik pada bab II tulisan ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai seperti apa karakteristik pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina yang menjadi bagian dari fokus penelitian. Adapun karakteristik pembantu rumah tangga secara umum dapat dikategorikan pada dua bagian besar, yaitu : 1. Individu yang memiliki pekerjaan membantu pekerjaan rumah tangga, 2. Individu yang memiliki keahlian khusus pada suatu bidang pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan dua karakteristik umum tersebut maka akan muncul beberapa varian dari dari kedua kategori karakteristik pembantu rumah tangga. Salah satu alasan mengapa penelitian ini dilakukan adalah muncu dan berkembangnya konsepsi mengenai pembantu rumah tangga, dalam hal ini di Perumahan Villa Malina, pembantu rumah tangga merupakan individu yang memiliki keahlian khusus pada suatu bidang pekerjaan rumah tangga, sehingga dalam penelitian ini pembantu rumah tangga tidak hanya dilihat sebagai individu yang Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
bekerja
membantu
pekerjaan
rumah
tangga
melainkan
diperlebar
dengan
memasukkan individu yang memiliki keahlian khusus pada suatu bidang pekerjaan rumah tangga. Varian dari karakteristik pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Mallina terdiri dari berbagai macam jenis, seperti : mencuci piring, menjaga rumah, menjaga/mengasuh anak, memotong rumput, mencuci mobil, mencuci baju, memasak nasi, dan lain sebagainya.
BAB III Pembantu Rumah Tangga Sebagai Konsep dan Aplikasi
3.1. Konsepsi Pembantu Rumah Pembantu rumah tangga secara konseptual dapat diartikan sebagai suatu posisi kerja yang diemban seseorang dalam suatu bentuk keluarga (rumah tangga), posisi kerja yang dimaksudkan dalam hal ini adalah posisi kerja yang berimbas pada apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh individu tersebut dalam suatu keluarga, pada awalnya pembantu rumah tangga adalah individu yang diperbantukan pada suatu keluarga untuk membantu pekerjaan suatu keluarga, pekerjaan tersebut mencakup pekerjaan rumah tangga walaupun terkadang pekerjaan lainnya dapat termasuk dalam pekerjan pembantu rumah tangga selain itu rumah tangga secara konseptual diartikan menunjuk suatu kelompok yang hidup satu rumah dengan satu dapur. Kelompok Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
orang tersebut biasanya terdiri dari orang tua (ayah/suami dan ibu/istri) ditambah dengan anak-anak, disamping itu, tidak jarang ditambah dengan satu atau lebih pembantu rumah tangga dan atau juga bersama kerabat mereka. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembantu rumah tangga sebagai suatu profesi, sehingga usaha untuk menjelaskan apa itu pembantu rumah tangga adalah suatu hal yang fundamental, selain itu penulisan ini juga meredefinisikan pembantu rumah tangga dalam konteks ke-kini-an. Proses redefinisi pembantu rumah tangga ini terbatas pada pembantu rumah tangga pada lokasi penelitian dengan harapan redefinisi ini dapat menjadikan pembantu rumah sebagai suatu profesi dengan keharusan memiliki pengetahuan terhadap pekerjaanya. Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, pembantu rumah tangga pada umumnya mengerjakan seluruh atau sebahagian dari pekerjaan rumah tangga suatu keluarga dan fokusnya adalah menjadikan pembantu rumah tangga sebagai suatu profesi dengan konsekuensi terhadap suatu pekerjaan. Konsep profesi merupakan suatu jenis pekerjaan yang membutuhkan keahlian, loyalitas dan intensitas dalam menjalankan tugasnya dan bersifat individual (pekerjaan) (Soenyoto, 2008:23), sejalan dengan hal tersebut maka pembantu rumah tangga masuk dalam kategori sebagai suatu profesi. Proses
redefinisi
konsep
pembantu
rumah
tangga
dimulai
dengan
mendefinisikan pembantu rumah tangga sebagai dasar pijakan penulisan ini. Pembantu rumah tangga adalah individu yang memiliki keahlian terhadap satu Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
pekerjaan rumah tangga sehingga individu dengan banyak keahlian dalam bekerja pada suatu rumah tangga tidak termasuk dalam posisi pembantu rumah tangga. Redefenisi pembantu rumah tangga juga berimplikasi terhadap pemecahan dan klasifikasi berdasarkan pekerjaan yang dilakukan seorang pembantu rumah tangga, adapun beberapa klasifikasi pembantu rumah tangga adalah : 1. Mencuci, mencuci adalah suatu kegiatan membersihkan, baik itu membersihkan pakaian maupun alat-alat rumah tangga, seperti piring, gelas. Posisi mencuci ini harus dipegang dan dijalankan oleh seseorang yang memiliki keahlian dalam mencuci dengan seperti ini diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi dalam bekerja. 2. Penjaga rumah, bertugas hanya untuk menjaga rumah dari hal-hal yang menganggu keamanan dan kenyamanan suatu rumah tangga, seseorang yang menjadi penjaga rumah harus memiliki kualifikasi sebagai seorang penjaga rumah, sebagai contoh pada saat sekarang ini sudah tidak asing lagi dalam rumah tangga ada bodyguard 7 yang melindungi dan menjaga keselamatan suatu keluarga. 3. Supir, supir didefinisikan sebagai individu
yang mampu untuk
mengemudikan kendaraan dan bertugas untuk mengantar, menjemput dan merawat kendaraan yang dimiliki suatu rumah tangga. 7
Bodyguard adalah suatu jenis profesi yang bertugas menjaga dan melindungi pihak yang meminta perlindungan dan penjagaan.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
4. Tukang Kebun, sekilas profesi ini terlihat ringan namun profesi ini menuntut kedisplinan tinggi dalam menjalankan tugasnya yakni merawat tumbuhan yang terdapat di rumah suatu keluarga. 5. Mengasuh Anak, posisi ini biasanya juga dikenal dengan sebutan “baby sitter”. Dalam kehidupan saat sekarang ini menuntut orang tua untuk bekerja dalam memenuhi kebutuhan keluarga maka diperlukan seorang pengasuh anak. Pengasuh anak harus paham terhadap apa yang dilakukannya, sudah umum saat sekarang ini agen penyalur rumah tangga menyediakan pengasuh anak yang sudah menjalani pendidikan dan berkualifikasi. 6. Perawat Jompo, dalam suatu keluarga tidak hanya anak, ibu dan bapak yang menjadi fokus seorang pembantu rumah tangga, ada juga suatu keluarga dimana orangtua dari ibu atau ayah turut tinggal dalam suatu rumah tangga, untuk itu diperlukan adanya perawat jompo untuk merawat orang tua, sama seperti pengasuh anak, perawat jompo juga harus melalui serangkaian pendidikan untuk dapat menjadi seorang perawat jompo.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Foto 2 Perawat bayi atau baby sitter termasuk dalam jenis pekerjaan pembantu rumah tangga (Sumber : Penulis)
3.2. Sejarah Pembantu Rumah Tangga Pembantu rumah tangga adalah suatu posisi pekerjaan dalam kehidupan yang bersifat temporer dalam artian kehadiran pembantu rumah tangga bukan suatu hal yang mutlak dalam suatu keluarga, namun kehadiran pembantu rumah tangga pada satu sisi dapat dikatakan penting karena bagi sebahagian keluarga, dimana ibu dan ayah masing-masing memiliki pekerjaan dan perlu bantuan pihak lain untuk membantu dalam pekerjaan rumah tangga. Pada awalnya pembantu rumah tangga dapat dilihat sekilas dari proses perkembagan kebudayaan di Indonesia pada umumnya, seperti dalam kebudayaan Keraton Jawa, dimana dalam suatu keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak memiliki seorang pengasuh yang bekerja tidak hanya sekedar mengasuh dan menjaga anak selama kedua orangtua bekerja, melainkan juga memiliki pekerjaan memasak, Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
mencuci dan lain sebagainya, pada bentuk kebudayaan lainnya posisi pengasuh juga memiliki
arti
penting
dalam
keluarga
(www.wikipedia.or.id/pembantu_rumah_tangga/ diakses pada 23 Maret 2009). Seiring perkembangan zaman, secara harfiah kata pengasuh tidak relevan lagi karena terbatas pada artian mengasuh sehingga perkataan pengasuh bergeser pada penggunaan kata pembantu yang berkonotasi sebagai individu yang memiliki pekerjaan membantu dalam suatu keluarga dengan jenis pekerjaan yang berbedabeda. Pekerjaan pembantu rumah tangga pada awal perkembangannya merupakan suatu posisi pekerjaan yang diisi oleh individu yang memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga yang menggunakan jasanya dengan harapan agar timbul rasa kepercayaan yang tinggi karena posisi kerja pembantu rumah tangga adalah posisi kerja yang memerlukan tingkat kepercayaan tinggi. Pembahasan mengenai pembantu rumah tangga juga mengalami stagnantasi karena posisi pembantu rumah tangga dalam paradigma masyarakat bagaikan hal penting namun cepat terlupakan, hal ini terlihat dari sedikitnya literatur mengenai pembantu rumah tangga. Pada saat sekarang ini pembantu rumah tangga tidak hanya terbatas pada suatu kemampuan dalam tingkat bekerja secara sederhana, seperti mencuci, memasak dan menjaga rumah, melainkan sudah menjadi kompleks dengan munculnya kebutuhan-kebutuhan dalam keluarga. Permintaan terhadap pembantu rumah tangga Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
juga meningkat tajam seiring kehidupan masyarakat perkotaan yang kompleks dan membutuhkan ketepatan waktu yang tinggi, untuk menyiasati hal tersebut diperlukan individu yang dapat membantu dalam hal pekerjaan rumah tangga, hal ini ditandai dengan munculnya agen-agen penyalur rumah tangga hingga pada pengiriman pembantu rumah tangga dengan label tenaga kerja ke luar negeri. Pekerjaan pembantu rumah tangga pada saat sekarang ini sudah mengalami pergeseran menjadi suatu pekerjaan yang pada awalnya mengisi ruang privat keluarga menjadi ruang publik dengan artian individu yang menjadi pembantu rumah tangga tidak lagi diisi oleh individu yang memiliki hubungan kekerabatan melainkan individu yang memiliki keahlian khusus dalam pekerjaan rumah tangga.
3.3. Jenis Pembantu Rumah Tangga Secara garis besar pembantu rumah tangga dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : individu yang memiliki pekerjaan membantu dalam rumah tangga dan individu yang memiliki keahlian khusus dalam bekerja/membantu suatu pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan dua bagian tersebut maka muncul jenis-jenis pembantu rumah tangga berdasarkan keahlian khusus, seperti : 1. Supir, yang bertugas mengemudikan mobil majikan 2. Tukang cuci, yang memiliki pekerjaan mencuci pakaian
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Foto 2 Pembantu rumah tangga dengan jenis pekerjaan mencuci pakaian (Sumber : Penulis)
Foto 3 Pembantu rumah tangga dengan jenis pekerjaan mencuci piring dan memasak (Sumber : Penulis)
3. Tukang masak, adalah individu yang bertugas untuk memasak makanan bagi suatu keluarga, bahkan pada saat sekarang ini, hal ini mengalami Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
perkembangan dimana suatu keluarga mengambil keputusan untuk berlangganan makanan pada suatu pihak, yang biasa dikenal dengan sebutan “rantangan” 4. Tukang jaga rumah, bertugas untuk menjaga rumah beserta isinya 5. Tukang potong rumput, yang bertugas merapihkan rumput di halaman rumah.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Foto 4 Pembantu rumah tangga dengan jenis pekerjaan menyapu atau membersihkan halaman (Sumber : Istimewa)
Jenis-jenis pembantu rumah tangga tidak terbatas pada jenis yang telah disebutkan diatas, melainkan ada berbagai jenis lainnya berdasarkan pekerjaan yang dilakukan.
3.4. Konsepsi Pembantu Rumah Tangga Dalam Tinjauan Antropologi Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu studi mengenai manusia dengan budaya yang mencakup kebiasaan dan lingkungan, sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa antropologi adalah : “kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar” (1996:72). Berdasarkan konsep dasar mengenai antropologi yang bersinggungan dengan budaya maka penulisan ini merujuk pada budaya “pembantu rumah tangga” dikalangan masyarakat Perumahan Villa Malina. Pembantu rumah tangga pada awal perkembangannya merupakan suatu jenis pekerjaan untuk melakukan kegiatan didalam rumah tangga, seperti mencuci, memasak dan menjaga. Di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, posisi pembantu rumah tangga sudah mengalami perkembangan yang pesat sehingga dalam masyarakat mereka tidak ditemukan lagi konsep “pembantu rumah tangga” yang Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
sudah berkembang menjadi konsep “house keeping” dan “house helping”, merujuk secara harfiah, pengertian “house keeping” sudah mencakup seluruh kegiatan rumah tangga yang ditangani oleh seorang pekerja, di Indonesia pada umumnya pekerjaan pembantu rumah tangga hanya berfungsi untuk mencuci, memasak dan menjaga sedangkan pekerjaan rumah tangga lainnya masih diberikan kepada orang lain. Pada penelitian ini konsepsi mengenai pembantu rumah tangga difokuskan pada posisi kerja tunggal seorang pembantu rumah tangga berdasarkan keahliannya bukan kepada konsep pembantu rumah tangga yang mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. Secara antropologi posisi pembantu rumah tangga dapat dilihat dalam sudut pandang keluarga luas, yang mana dalam antropologi keluarga luas dapat diartikan sebagai suatu hubungan kekeluargaan dalam cakupan yang luas. Keluarga oleh Koentjaraningrat didefinisikan sebagai : “Dengan menikah, sepasang suami-isteri membentuk suatu kesatuan soaial yang disebut rumah tangga, yaitu kesatuan yang mengurus ekonomi rumah tangganya.” Secara sederhana rumah tangga dalam konsepsi antropologi berarti yang terdiri ayah, ibu dan anak. Dalam konteks pembantu rumah tangga, rumah tangga dilihat terdiri dari ayah, ibu, anak dan mencakup siapa saja yang diangkat menjadi bagian dari keluarga tersebut, proses pengangkatan seseorang menjadi anggota suatu keluarga merupakan kebijakan dari keluarga tersebut yang konsekuensinya ditanggung oleh keluarga tersebut, melalui hal ini posisi pembantu rumah tangga masuk dalam konsepsi keluarga walaupun
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
proses pengangkatan orang lain maupun pembantu rumah tangga menjadi anggota keluarga pada umumnya dilakukan secara lisan. Kelompok kekerabatan sebagai konsepsi dalam melihat pola hubungan pembantu rumah tangga dan majikan adalah kelompok yang disatukan oleh beberapa unsur (Koentjaraningrat, 1999:109), Koentjaraningrat juga menambahkan bahwa unsur-unsur tersebut, adalah : 1. sistem norma-norma yang mengatur perilaku warga kelompok, 2. rasa keperibadian kelompok yang disadari semua warganya, 3. interaksi yang intensif antar warga kelompok, 4. sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antar warga kelompok, 5. pemimpin yang mengatur kegiatan-kegiatan kelompok, dan 6. sistem hak dan kewajiban terhadap harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka tertentu. Selain hal tersebut ada pendapat yang dikemukakan oleh antropolog Inggris Radcliff Brown, menurutnya, struktur sosial yang disamakan dengan sistem organisasi sosial atau sistem kemasyarakatan ini, merupakan hubungan-hubungan antar individu dalam masyarakat. Sistem organisasi sosial atau sistem kemasyarakatan adalah salah satu dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang universal, selain bahasa, sistem pengetahuan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
upacara keagamaan, serta kesenian. Adapun materi yang terkandung dalam sistem organisasi kemasyarakatan itu antara lain adalah : 1. Sistem kekerabatan, yaitu hubungan yang terjadi antar individu yang didasarkan pada keturunannya (darah). Kekerabatan berdasarkan “darah” ini terdiri dari 2 (dua) macam, yakni bilateral dan unilateral. 2. Lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial. 3.
Hukum bagi masyarakat pendukung kebudayaan. Masyarakat dalam
konteks ini adalah masyarakat sederhana atau tradisional, sehingga hukumnyapun bukan hukum positif yang berlaku hic dan nunc (disini dan sekarang), melainkan hukum adat yang berlaku secara turun temurun. Pola kehidupan tradisional masyarakat sederhana bisa ditinjau dari sudut pandang pola pikirnya. Pola pikir yang kosmologis sangat mempengaruhi masyarakat dalam berbuat atau bertindak hukum. Kosmologis berarti bahwa alam semesta dianggap memiliki kekuatan-kekuatan yang mampu mempengaruhi manusia, bahkan mengubah nasibnya. Semua peristiwa dan kejadian dalam alam nyata ini adalah takdir alamiah atau kehendak sejarah. Manusia tidak berperan sama sekali, pasif dan responsif. Pandangan seperti ini disebut kosmosentrisme, sedang kebalikannya, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah subyek dan penyebab utama dari segala keadaan di dunia dengan segala akibatnya, disebut Antroposentrisme. Dengan kata lain pandangan antroposentrisme menegaskan bahwa manusia adalah pembuat sejarah. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Hubungan kekerabatan merupakan unsur pengikat bagi suatu kelompok kekerabatan. Adapun unsur-unsur pengikat suatu kelompok kekerabatan dijelaskan bahwa, sebagai suatu sistem norma yang mengatur perilaku warga kelompok maka adanya suatu aturan yang berlaku terbatas bagi warga kelompok dalam pola perilaku sebagai anggota kelompok, adanya rasa kepribadian kelompok dimana semua anggota kelompok harus memiliki rasa tersebut atau dengan kata lain setiap anggota kelompok harus memiliki rasa “sense of belonging”, yaitu rasa saling memiliki. Interaksi dengan intensifitas tinggi merupakan modal dasar dalam membangun kepercayaan sebagai anggota kelompok, adanya pengaturan antara hak dan kewajiban sebagai anggota kelompok, pemimpin atau adanya individu yang memegang kendali penuh atas anggota kelompoknya dan individu tersebut harus mampu untuk mengatur dan menjalankan kegiatan kelompok dengan dukungan anggota kelompoknya. Selain itu pembantu rumah tangga dalam konteks keluarga juga dapat dilihat sebagai sebentuk kindred, yaitu sebagai orang yang sering bergaul bantu membantu dalam melakukan suatu kegiatan (Koentjaraningrat, 1999:87) dengan modifikasi kindred kegiatan membantu dilakukan dalam waktu atau tingkat intensitas yang tinggi. Pembantu rumah tangga sebagai bagian dari suatu keluarga juga memiliki konsekuensi logis sebagai bagian dari suatu keluarga tersebut, secara sederhana dapat dikatakan bahwa dengan masuknya pembantu rumah tangga menjadi anggota keluarga maka pembantu rumah tangga tersebut memiliki tanggungjawab sebagai Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
bagian dari keluarga tersebut, tanggungjawab tersebut, meliputi : menjaga nama baik keluarga, tunduk pada peraturan yang berlaku pada keluarga tersebut. Dalam antropologi, keluarga berkaitan dengan sistem kekerabatan dimana sistem kekerabatan dapat terjadi akibat adanya perkawinan dan keturunan namun dalam sistem kekerabatan juga dikenal suatu sistem kekerabatan yang terbentuk oleh faktor lain.
3.5. Faktor Pendukung Pembantu Rumah Tangga Pembantu Rumah Tangga dalam penulisan skripsi ini sebagaimana telah dijelaskan dalam bab sebelumnya akan menjelaskan tentang kategori pembantu rumah tangga atas beberapa kualifikasi yang menentukan posisi pembantu rumah tangga dalam suatu keluarga, adapun kualifikasi pembantu rumah tangga berdasarkan beberapa ukuran, yaitu : 3.5.1. Tingkat Pendidikan Berbicara tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pengalaman pendidikan yang dimiliki dan diperoleh oleh pembantu rumah tangga, hal ini menjadi modal penting dalam peranan pembantu rumah tangga pada saat sekarang ini, didasarkan pada pernyataan salah seorang informan di lapangan : “Zaman sekarang itu, pembantu harus punya sekolah yang tinggi ... ya miminal SMA lah biar gak ketinggalan zaman dan biar bisa cocok sama orang rumah, kalo enggak kan payah .. orang rumah mintanya apa terus dikasi apa (Jariah, 40 Tahun)”. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Berdasarkan pernyataan informan tersebut maka didapat bahwa dengan tingginya tingkat pendidikan pembantu rumah tangga, minimal memperoleh pendidikan tingkat atas akan menjadikan pembantu rumah tangga memiliki posisi tawar dengan majikan (keluarga), dan dari pernyataan tersebut juga diperoleh bahwa rendahnya tingkat pendidikan pembantu rumah tangga akan dapat menyebabkan salah paham diantara pembantu rumah tangga dan majikan. 3.5.2. Keahlian Dalam suatu usaha persaingan akan muncul modal yang menjadi dasar dari persaingan tersebut, hal ini menjadi latar belakang memasukkan ukuran keahlian dalam menentukan suatu strata pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga dengan memiliki suatu keahlian khusus akan menjadi pilihan bagi para keluarga yang menginginkan pembantu rumah tangga dalam keluarga. Keahlian dalam hal ini meliputi banyak hal, seperti : keahlian memasak, keahlian mengasuh bayi, keahlian dalam tata ruang, selain keahlian seperti itu diperlukan juga keahlian khusus yang akan menjadi nilai tambah bagi pembantu rumah tangga, keahlian khusus tidak terbatas pada hal-hal tertentu, namun pada umumnya keahlian khusus yang sangat diperlukan adalah keahlian khusus dalam menjahit, keahlian khusus untuk merawat jompo. Pada saat sekarang ini lembaga penyalur pembantu rumah tangga mengadakan kursus singkat yang memuat pendidikan tentang keahlian dasar pembantu rumah
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
tangga dan keahlian khusus bagi pembantu rumah tangga, kursus singkat ini diadakan sebelum seorang pembantu rumah tangga disalurkan kepada suatu keluarga. 3.5.3. Pengalaman Pengalaman secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk mencapai suatu tujuan dengan mengalami kegagalan dan keberhasilan, dengan semakin banyaknya kegagalan dan keberhasilan yang diperoleh maka akan menambah nilai pengalaman itu sendiri. Pembantu rumah tangga dengan tingkat pengalaman yang tinggi akan menjadi pilihan oleh banyak keluarga yang membutuhkan pembantu rumah tangga. Variasi pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pembantu rumah tangga menjadikan seorang pembantu rumah tangga memiliki pengalaman kerja yang lengkap dan secara langsung dapat menjadi modal dasar yang kuat bagi seorang pembantu rumah tangga dalam usaha meneksistensikan keberadaannya sebagai seorang pembantu rumah tangga.
3.6. Pola Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan Fokus penelitian ini terletak pada pola hubungan yang terjadi diantara pembantu rumah tangga dengan majikan (keluarga), pada awal perkembangan pembantu rumah tangga di Kota Medan pada umumnya memiliki pola hubungan yang erat diantara pembantu rumah tangga dengan majikan, hal ini disebabkan pembantu rumah tangga pada awalnya berasal dari lingkungan keluarga sendiri Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
dengan tujuan agar posisi pembantu rumah tangga dalam suatu keluarga dapat dipercaya, loyal dan bekerja keras atau dengan kata lain apabila sesuatu terjadi diantara pembantu rumah tangga dan majikan dapat diselesaikan melalui “sidang keluarga” karena pembantu rumah tangga tersebut memiliki hubungan persaudaraan dengan majikan walaupun hubungan persaudaraan tersebut dapat dikatakan jauh (keluarga luas). Posisi pembantu rumah tangga yang tidak memiliki hubungan persaudaraan dengan majikan juga mendapatkan posisi yang sama dengan pembantu rumah tangga yang memiliki hubungan persaudaraan, pada umumnya pola hubungan yang erat antara pembantu rumah tangga dan majikan disebabkan beberapa hal, seperti : intensitas pertemuan, waktu, keikhlasan dan penilaian atas kinerja. Keadaan pada saat sekarang ini hubungan yang terjadi antara pembantu rumah tangga dan majikan mengalami suatu suasana yang dapat dikatakan mencurigakan yang dalam artian majikan mendapatkan “tugas baru” untuk selalu memperhatikan pekerjaan pembantu rumah tangga dan perilaku pembantu rumah tangga, sedangkan dari sudut pandang pembantu rumah tangga “perhatian” tersebut menjadi beban tersendiri yang pada akhirnya dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi pembantu rumah tangga terhadap pekerjaannya.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
3.6.1. Perubahan Pola Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan Berbicara mengenai perubahan maka secara langsung dan tidak langsung maka akan berbicara mengenai suatu proses, perubahan sebagai suatu bentuk proses memiliki dua bagian besar, yaitu perubahan menuju kearah yang positif (baik), dan perubahan menuju kearah yang negatif (negatif). Perubahan dalam konteks tulisan ini merujuk pada perubahan yang terjadi didalam pola hubungan antara pembantu rumah tangga dan majikan, perubahan adalah suatu hal yang krusial dalam fokus penelitian ini karena berdasarkan perubahan yang terjadi maka setidaknya dapat dilihat kecenderungan pola hubungan antara pembantu rumah tangga dan majikan yang dapat memberikan output bagi masyarakat. Perubahan dapat disebabkan oleh beberapa hal , yaitu aspek waktu, lingkungan, dan lain sebagainya. Aspek waktu dalam melihat perubahan pola hubungan antara pembantu rumah tangga dan majikan merupakan elemen penting dalam usaha menjelaskan pola hubungan pembantu rumah tangga dan majikan pada saat sekarang ini, aspek waktu tidak lepas dari usaha menjelaskan bagaimana kondisi pola hubungan pembantu rumah tangga pada waktu yang lampau dan bagaimana kondisi pola hubungan pada saat sekarang ini, untuk dapat menjelaskan hal ini maka dikutip penjelasan informan dilapangan yang mengungkapkan mengenai kondisi pola hubungan pembantu rumah tangga dan majikan pada waktu yang lampau :
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
“saya sudah bekerja sebagai pembantu sejak usia 18 tahun, ketika itu saya masih muda ... sampai saat ini saya masih bekerja dengan bapak (sebutan untuk majikan pria – pen.), sudah dari dulu saya ikut kerja dengan mereka, sejak saya pertama bekerja sebagai pembantu (Ijar, 28 tahun).” Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diasumsikan dengan perhitungan usia informan saat sekarang ini yaitu 28 tahun dan memulai bekerja sebagai pembantu rumah tangga sejak umur 18 tahun sehingga informan telah bekerja selama 10 tahun dengan majikan yang sama, berdasarkan rentang waktu dimana pada saat wawancara dilakukan yaitu pada tahun 2009 maka informan bekerja sejak tahun 1999 berdasarkan pernyataannya, informan juga menambahkan bahwa : “waktu pertama kerja sama bapak, mereka tinggal di Sunggal dan pindah kemari, ada juga tetangga kami yang ikut pindah sama pembantunya ya kira-kira sepantaran lah waktu kerjanya sama saya selain itu pembantu di komplek ini juga udah lama kerja ... sama lah usianya sama komplek ini.” Ketika penulis menanyakan ada berapa jumlah pembantu rumah tangga di komplek ini yang sudah bekerja dalam kurun waktu 10 tahun dengan majikan yang sama, informan lainnya Rosna (34 tahun) mengatakan bahwa :
“kami ini orang lama disini, udah lama kerja jadi pembantu sampai-sampai kami buat acara arisan diantara pembantu disini ... jumlahnya ada 30an orang lah yang ikut arisan pembantu di komplek ini, yang 30 orang itu udah lama kerja disini, sama lah kayak saya orang dulu aja rumah disini masih jarang-jarang sekarang aja baru rame.”
3.7. Pembantu Rumah Tangga Dalam Peraturan Pemerintah Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Pemerintah memegang peran penting dalam proses perkembangan profesi pembantu rumah tangga, hal ini terlihat dari usaha pemerintah untuk menerbitkan peraturan yang terkait dengan pembantu rumah tangga, adapun peraturan tersebut mencakup latar belakang, sosiologis, filosofis, masalah keadaan PRT, perlakuan upah, kurang istirahat, dan kekerasan terhadap PRT. Peraturan pemerintah mengenai pembantu rumah tangga merupakan suatu bentuk usulan rancangan undang-undang (RUU), Sebelum RUU itu, Depnakertrans 8 sudah lebih dahulu mempersiapkan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perlindungan PRT. Peraturan-peraturan yang terkait dengan pembantu rumah tangga lainnya adalah undang-undang yang mengatur tenaga kerja. Sebelumnya ada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, dan UUU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Keseluruhan peraturan pemerintah mengenai pembantu rumah tangga merupakan suatu usaha untuk menjadikan pembantu rumah tangga sebagai suatu profesi dengan tingkat keahlian yang memadai selain itu juga berupaya untuk melindungi pembantu rumah tangga dalam tatanan hubungan tenaga kerja. Sampai pada saat ini RUU PRT terdiri atas 14 bab dan 30 pasal. Beberapa hal yang dielaborasi dalam RUU tersebut antara lain hak dan kewajiban baik PRT maupun pengguna jasa PRT, perjanjian kerja, pengupahan, penyelesaian perselisihan, 8
Departemen tenaga kerja dan transmigrasi
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
pengakhiran hubungan kerja, pengawasan dan sanksi. Rancangan undang-undang ini diharapkan nantinya dapat menjadi dasar bagi para pembantu rumah tangga dan pengguna jasa pembantu rumah tangga (rumah tangga), sehingga kerjasama yang terjalin merupakan suatu bentuk kerjasama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Keberadaan rancangan undang-undang dan peraturan pemerintah yang mencakup pembantu rumah tangga di Indonesia sejalan dengan pendapat Keith Hartt, seorang
antropolog
Inggris
yang
dikutip
oleh
Agustinus
(http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0603/23/jogja/22355.htm)
Supriyanto mengajukan
konsep pekerja informal. Lalu, konsep ini dikembangkan oleh International Labour Organization (ILO) dengan melakukan penelitian terhadap pekerja informal tersebut. Beberapa kota di negara sedang berkembang yang menjadi lokasi penelitian adalah Free Town, Lago, Kana, Kumasi, Colombo, Jakarta, dan Manila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja informal hidup miskin, berpendidikan sangat rendah, dan berpenghasilan di bawah upah minimum. Secara umum sektor informal dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan. Pertama, pekerja yang menjalankan sendiri modalnya yang sangat kecil, misalnya pedagang kaki lima, pedagang asongan, pedagang pasar, dan pedagang keliling. Sebagian besar pekerja informal tergolong dalam kelompok ini. Meskipun mereka bekerja mandiri, pekerja informal jenis ini secara ekonomis sangat tergantung pada orang lain, misalnya usahawan lain yang memasok barang dagangan untuk Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
kelangsungan bisnis mereka. Kedua, pekerja informal yang bekerja pada orang lain. Biasanya mereka bekerja harian. Golongan ini termasuk buruh upahan yang bekerja pada pengusaha kecil atau pada suatu keluarga dengan perjanjian lisan dengan upah harian atau bulanan. Pembantu rumah tangga dan buruh bangunan termasuk golongan ini. Selama ini pemerintah sendiri tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga negaranya yang sebagian besar miskin. Akibatnya sebagian besar warganya hidup melalui kegiatan sektor informal ini. Perekonomian yang sulit akhirakhir ini jelas menghambat kesempatan bekerja di sektor formal. Dengan terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak akhir-akhir ini, diperkirakan jumlah pekerja informal terus meningkat. Pemutusan hubungan kerja (PHK) membawa akibat perpindahan pekerja dari sektor formal ke sektor informal. Akhirnya, mereka menambah jumlah pekerja informal. Sementara itu, penyusunan peraturan perundangundangan sampai saat ini belum banyak menyentuh perlindungan pekerja informal (pembantu rumah tangga dan buruh bangunan). Norma hukum perlindungan tenaga kerja selama ini lebih banyak mengatur hubungan kerja bagi pekerja formal.
3.8. Permasalahan Pembantu Rumah Tangga Pembantu rumah tangga seperti telah dijelaskan sebelumnya dapat diartikan sebagai suatu profesi membantu suatu pekerjaan dalam rumah tangga, sebagai suatu profesi, pembantu rumah tangga memiliki dua implikasi umum, yaitu yang Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
berdampak positif dan berdampak pada timbulnya permasalahan. Pada bagian ini akan dideskripsikan mengenai permasalahan yang terjadi pada pembantu rumah tangga. Semakin meningkatnya kemajuan pembangunan yang dijalankan pada saat ini, maka semakin meningkat pula aspek kehidupan di dalam masyarakat, yang pada akhirnya mempengaruhi pola/cara hidup serta kebutuhan hidup individu. Perubahanperubahan yang terjadi tersebut menjadikan manusia akan bekerja dan menyita banyak waktu serta tenaga. Kesibukan tersebut adalah mencapai penghidupan yang lebih layak dan selalu ingin meningkat Dalam suatu keluarga dimana suami dan istri yang sama-sama bekerja akan menimbulkan masalah tersendiri, seperti halnya pekerjaan rumah yang terbengkalai. Situasi seperti ini tidak mungkin untuk membagi waktu yang padat, karena beban yang berat tersebut maka pada keluarga itu diperlukan seorang/beberapa orang pekerja atau Pembantu Rumah Tangga (PRT). Peranan seorang Pembantu Rumah Tangga tersebut bisa dikatakan sangat besar sekali untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak bisa dikerjakan oleh para majikan yang sibuk tersebut. Pembantu Rumah Tangga dikatakan sebagai tenaga kerja, hal ini dapat dilihat di dalam UndangUndang No. 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Tenaga Kerja. Pada pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kerja itu adalah orang yang bekerja atau melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain di dalam suatu hubungan kerja yang tujuannya
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
untuk menghasilkan suatu barang ataupun memberikan jasa guna mcmenuhi kebutuhan orang lain atau masyarakat. Dalam mempekerjakan pembantu rumah tangga ini biasanya para majikan memberikan suatu pekerjaan yang terklasifikasi pekerjaannya. Hal tersebut membuat para Pembantu Rumah Tangga mengerjakan pekerjaan rumah yang sesuai dengan keahlian atau kemampuan, seperti pergi ke pasar, memasak, menyapu, mengepel, menstrika, mencuci pakaian, mencuci piring, mencuci mobil, kadang juga mengasuh balita. Banyaknya pekerjaan tersebut mengakibatkan Pembantu Rumah Tangga menghabiskan waktu kerjanya hingga malam hari. Ini berarti pembatasan waktu kerja tidak ada dan kelebihan dari waktu kerja tersebut tidak dihitung sebagai waktu lembur. Pekerjaan tersebut di atas dikerjakan oleh seorang pembantu saja, hal ini juga ditambah dengan gaji/upah yang minim jika dinilai pada saat sekarang ini pada umumnya gaji tersebut bervariasi antara Rp. 200.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-. Hal ini juga disebabkan faktor perbedaan pendapatan penghasilan majikan antara satu dengan yang lainnya. Walaupun sebenarnya Pembantu Rumah Tangga tersebut mendapatkan makan dan tempat tinggal di rumah majikannya, tetapi apakah dengan gaji/upah tersebut dapat mencukupi hidup keluarganya sehari-hari?. Sekarang kita dapat melihat perbandingannya, menurut biaya perhitungan perhari perorangan diukur pada waktu sekarang secara logis adalah kira-kira Rp. 4.000,- itu juga untuk
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
biaya makan sehari 3 x. Lalu bagaimana dengan biaya lainnya seperti untuk membeli pakaian, membayar pajak, iuran sekolah anak, biaya pengobatan dan lain-lain. Waktu kerja pada Pembantu Rumah Tangga tidak ada pembatasannya dikarenakan pekerjaan yang begitu banyak. Seandainya waktu kerja lebih lersebut dihitung sebagai waktu lembur mungkin akan memberikan penghasilan yang lebih besar bagi para Pembantu Rumah Tangga tersebut. Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa seorang Pembantu Rumah Tangga mulai saat bekerja hingga menjalankan pekerjaan tersebut tidak ada batas waktunya, sehingga sering terjadi keputusan sepihak dari majikan tanpa memperhatikan hak dari Pembantu Rumah Tangga tersebut. Di sisi lain juga ditemui masalah oleh majikan, dengan demikian penulis tidak mengesampingkan kerugian pada pihak majikan yang ditimbulkan oleh Pembantu Rumah Tangga tersebut, seperti pencurian, buruh kabur dari majikan, malas bekerja, dan lain-lainnya. Sebetulnya hal ini bisa diatasi dengan mengadakan suatu perjanjian yang diadakan sebelum pekerjaan dimulai, dengan membuat suatu ketentuan-ketentuan yang disepakati secara bersama. Perjanjian tersebut merupakan bukti dari kesepakatan kerja, yang memberikan kepastian hukum di dalam hak dan kewajiban para pihak dan mengantisipasi hal-hal yang telah disebutkan di atas. Masalah perjanjian kerja ini dapat dilihat pada Pasal 160Ia BW (perjanjian kerja pada umumnya), Pasal 1602 BW (gaji/upah menurut waktu), Pasal 1602x BW (pelayanan yang diberikan kepada buruh). Pasal 1603 BW (kewajiban buruh melakukan pekerjaan). Perjanjian adalah Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
suatu hal yang sangat penting di dalam suatu hubungan sesama anggota masyarakat untuk suatu kerja sama untuk membuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan perjanjian itu sendiri bila diadakan antara Pembantu Rumah Tangga dengan majikan akan memperjelas hak dan kewajiban kedua belah pihak. Oleh karena perjanjian yang dipakai dalam suatu hubungan kerja adalah perjanjian secara tertulis. Perjanjian tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah bila salah satu pihak wanprestasi. Majikan itu sendiri sebenarnya sangat membutuhkan tenaga Pembantu Rumah Tangga. Hal ini dapat dilihat jika pembantu tersebut pergi atau pulang kampung pada saat hari raya atau hari besar lainnya. Di sini sang majikan akan menghadapi pekerjaan rumah tangga yang bertumpuk selain pekerjaan rutinitasnya. Situasi seperti ini akan membuat para majikan kerepotan menghadapi hal teresebut. Biasanya saat-saat Pembantu Rumah Tangga puiang kampung pada hari raya, hal ini dipergunakan oleh Pembantu Rumah Tangga untuk tidak kembali lagi kepada majikan yang lama, dan mencari majikan yang baru. Walaupun sangat membutuhkan Pembantu Rumah Tangga tetapi masih saja majikan yang memberikan gaji/upah yang minim dengan pekerjaan yang banyak pula. Dengan adanya perjanjian kedua belah pihak tidak akan dirugikan karena adanya kesepakatan dengan tidak merugikan satu sama lainnya. Permasalahan yang menimpa pembantu rumah tangga mencakup waktu kerja yang berlebihan, pemotongan gaji secara sepihak hingga pada pemecatan. Permasalahan ini muncul dapat disebabkan karena kinerja pembantu rumah tangga Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
yang buruk, seperti terlalu sering meninggalkan pekerjaan untuk melakukan hal lainya seperti menonton televisi hingga berbincang terlalu lama dengan pembantu lainnya. Pada sisi lainnya, permasalahan juga dapat ditimbulkan dari sikap majikan yang memperlakukan pembantu rumah tangga secara semena-mena, hal ini sudah umum didengar, seperti permasalahan tenaga kerja wanita yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga di negara Malaysia, Taiwan, Amerika Serikat, Arab Saudi. Permasalahan yang timbul dikarenakan sikap majikan yang semena-mena terhadap pembantu rumah tangga, seperti memukul, menampar bahkan tidak memberi makan kepada pembantu rumah tangga. Setiap permasalah yang timbul dapat diselesaikan dengan mengembalikan kepada fungsi masing-masing pihak yang terkait, yaitu pembantu rumah tangga dan majikan. Pada satu sisi apabila pembantu rumah tangga tidak mengerjakan yang menjadi pekerjaannya atau melalaikan pekerjaannya, majikan dapat memberikan hukuman kepada pembantu rumah tangga, seperti memberikan peringatan atau hukuman yang setimpal dengan yang dilakukan oleh pembantu rumah tangga, apabila permasalahan muncul dari pihak majikan maka pembantu rumah tangga dapat berlindung pada peraturan pemerintah mengenai tenaga kerja dan perlindungan terhadap pekerja sektor informal. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa permasalahan yang muncul diantara pembantu rumah tangga dan majikan dapat dijadikan contoh pembelajaran terhadap pembantu rumah tangga lainnya serta contoh pembantu rumah tangga yang memiliki Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
hubungan yang baik dengan majikan juga dapat dijadikan dasar bagi pembantu rumah tangga dalam bersikap dan bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga merupakan tenaga kerja di sektor informal yang banyak dibutuhkan masyarakat. Tetapi dalam penggunaan tenaga kerja pembantu tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti, masalah waktu kerja, istirahat mingguan, cuti tahunan bagi yang sudah bekerja lama, gaji tidak merata yang bisa dibilang rendah dibanding dengan buruh di sektor formal, serta pekerjaan terklasifikasinya. Perjanjian yang merupakan suatu perikatan antara orang yang satu dengan yang lainnya adalah dasar dari pada semua bentuk dari perjanjian seperti perjanjian kerja, perjanjian perburuhan, perjanjian pemborongan, perjanjian kredit dan lain sebagainya. Dalam hal ini perjanjian kerja merupakan suatu bentuk perjanjian yang dimungkinkan untuk diterapkan kepada pembantu rumah tangga. Di samping itu pengaturan perjanjian kerja tersebut memang sudah ada peraturan yang mengaturnya, yang menjadi masalah adalah pelaksanaannya didalam masyarakat belum dijalankan sebagaimana mestinya yang sesuai dengan peraturan yang ada.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
BAB IV Pembantu Rumah Tangga Dalam Kekerabatan
4.1. Kekerabatan Kekerabatan secara harfiah adalah pola hubungan yang terbentuk dalam suatu lingkungan masyarakat yang didasarkan pada hubungan darah (keturunan) dan melalui proses perkawinan, Keesing menyatakan bahwa kelompok kerabat adalah “ kelompok sosial di mana hubungan antara anggota-anggotanya (atau kemungkinan menjadi anggota) ditentukan atas dasar kekerabatan atau keturunan bersama (1992:252).” Pola hubungan kekerabatan dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti hubungan keturunan, yang dapat dibagi lagi atas beberapa kelompok dan hubungan perkawinan Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
dan sistem yang melekat pada hubungan perkawinan tersebut, untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan tentang pola hubungan kekerabatan yang didasarkan keturunan dan perkawinan. Pola hubungan kekerabatan yang didasarkan pada keturunan diawali dengan teori evolusi keluarga yang diasumsikan dengan pola kekerabatan yang terjadi pada keluarga hewan. Teori evolusi keluarga dimulai dengan suatu kondisi dimana manusia hidup dengan pola yang sama dengan kelompok hewan sehingga pria dan wanita hidup bersama tanpa adanya ikatan, proses evolusi berlanjut pada tingkatan dimana hubungan antara ibu dan anak telah menciptakan suatu kondisi yang disebut dengan matriarkat, proses ini menyebabkan pihak pria juga berfikir untuk dapat menjadikan keturunan dengan menarik garis keturunan dari pihak pria yang kemudian disebut dengan patriarkat, kondisi berkembang sampai pada titik dimana hubungan antara pria dan wanita yang menghasilkan susunan kekerabatan parental. Perkembangan proses kekerabatan
melalui teori evolusi
mengalami
pergeseran ketika teori evolusi keluarga dilihat sama dengan pola sekelompok hewan sehingga muncul anggapan bahwa pola kekerabatan manusia berbeda dengan hewan, hal ini didasarkan bahwa tidak mungkin untuk menarik garis keturunan melalui satu garis perkembangan melainkan ada kemungkinan lain yang ditentukan oleh beragam faktor. Pola hubungan kekerabatan yang didasarkan perkawinan merupakan pola hubungan yang terbentuk melalui suatu sistem budaya, dimana proses perkawinan Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
adalah menyatukan dua manusia menjadi pasangan yang menyertakan masing-masing keluarga dari kedua belah pihak. Pola kekerabatan berdasarkan perkawinan menjadi suatu hal yang kompleks dikarenakan perkawinan membawa implikasi masuknya keluarga masing-masing pihak menjadi satu bagian yang utuh dimana hal ini juga bersinggungan dengan sistem budaya, sosial dimana pola kekerabatan berdasarkan perkawinan menanggung konsekuensi sistem budaya dan sosial yang mengikat bagi setiap masyarakat pendukungnya. Penjelasan mengenai pola kekerabatan, perkawinan dan keturunan merupakan landasan dalam mencapai konsep kekerabatan yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga pola kekerabatan secara keturunan dan perkawinan tidak membawa serta ruang privat menjadi milik umum sedangkan dalam penelitian ini pola kekerabatan yang terjalin merupakan suatu pola hubungan yang menciptakan kondisi dimana situasi umum ditarik kedalam ruang privat (pribadi) 9. Konsep kekerabatan dalam penulisan dirumuskan menjadi suatu konsep dimana adanya hubungan yang timbul antara dua pihak baik secara sosial, budaya, psikologis maupun ekonomi tanpa melihat latar belakang hubungan tersebut, seperti keturunan dan perkawinan. Kekerabatan tidaklah suatu hal yang harus dilandaskan perkawinan dan keturunan semata melainkan ada hal lainnya yang dapat merekatkan suatu hubungan menjadi kerabat, dalam lingkungan keseharian lazim dilihat adanya
9
Lihat Edward T. Hall dalam The Hidden Dimension (1969).
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
hubungan yang erat antara dua belah pihak yang didasarkan oleh faktor lain, seperti : organisasi sosial maupun koorporasi. Konsep kekerabatan memiliki keterkaitan dengan konsep hubungan antar kelompok dalam siklus pengetahuan, hubungan antara kelompk dapat diartikan sebagai : “...the social interaction between any two or more groups (Pettigrew dalam Sunarto, 2000: 145),” walaupun hubungan antar kelompok adalah bentuk besar dari suatu konsep kerabat yang dapat diartikan suatu hubungan yang timbul dari dua individu yang turut menarik kelompok mereka masing-masing. Dalam pembahasan ini, konsep kekerabatan kembali akan didefinisikan sebagai hubungan yang timbul antara dua pihak baik secara sosial, budaya, psikologis maupun ekonomi tanpa melihat latar belakang hubungan tersebut, seperti keturunan dan perkawinan melainkan dapat didasarkan oleh hal apa saja yang dapat mengikat mereka dalam suatu bentuk hubungan kekerabatan. 4.2. Pembantu Rumah Tangga dan Majikan Dalam Konsepsi Kekerabatan Pada sub-bab sebelumnya telah dijelaskan konsep kekerabatan yang dipergunakan dalam penulisan ini, sehingga posisi pembantu dalam rumah tangga akan dijelaskan dalam konsepsi tersebut. Pola hubungan yang terjadi antara pembantu rumah tangga dan majikan dalam rumah tangga adalah hubungan yang terjadi karena adanya motif kepentingan antara kedua belah pihak tersebut namun hal ini berkembang menjadi suatu hubungan yang intens yang menyebabkan hubungan tersebut dapat dikatakan lebih lanjut sebagai Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
hubungan kekerabatan, sebagai ilustrasi dapat dituliskan bahwa pada suku lembah x di pegunungan Jayawijaya apabila ada kedatangan orang masuk kedalam kampung mereka maka mereka akan memberikan sepotong daging babi sebagai penghormatan, apabila seseorang tersebut memakan daging tersebut maka ia akan dianggap sahabat atau kerabat 10, dari ilustrasi tersebut dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa kekerabatan dapat tercipta tidak hanya melalui proses perkawinan dan keturunan melainkan ada faktor lain yang dapat menentukan seseorang menjadi kerabat atau tidak kerabat dalam konsep kekerabatan, hal lain yang dapat mendukung pernyataan tersebut adalah dalam kehidupan suatu suku akan diperoleh acara “rites of passages” atau daur hidup dimulai dari lahir hingga kematian, dalam prosesi seremonial setiap tingkatan kehidupan akan diselenggaraka acara untuk mengangkat anggota suku tersebut menjadi anggota kerabat, dalam lingkup prosesi seremonial tersebut dikenal dengan sebutan “inisiasi”, proses “inisiasi” ini menyimpan beberapa nilai-nilai yang berkaitan dengan konsep kerabat dan bukan kerabat. 4.2.1. Etnik Pembantu Rumah Tangga Pembantu rumah tangga sebagai suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian merupakan suatu pekerjaan yang memiliki korelasi dengan etnisitas yang menjadi pegangan pembantu rumah tangga dalam bersikap dan bersosialisasi, proses korelasi ini mendukung posisi pembantu rumah tangga dalam menjalankan tugasnya.
10
Lihat Sintong Panjaitan dalam Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009).
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Kondisi pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina didasarkan pada golongan etnik maka terdiri dari berbagai latar belakang etnik, seperti etnik Jawa yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga dengan keahlian sebagai pencuci pakaian, memasak nasi dan membersihkan rumah, hal ini dikarenakan dipandang dari sudut pandang etnik, etnik Jawa memiliki nilai-nilai kebudayaan yang menuntut bekerja dengan pelan namun menghasilkan hasil pekerjaan yang rapi, hal ini sejalan dengan
pameo yang berlaku di masyarakat umum mengenai etnik Jawa yang
mengatakan bahwa “alon-alon asal kelakon” yang bermakna dalam menjalankan suatu pekerjaan hendaknya tidak terburu-buru melainkan dengan pelan-pelan agar suatu pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan baik. Etnik Batak (umumnya) sebagai pembantu rumah tangga memiliki keahlian atau dominan mengisi peluang sebagai penjaga rumah, penjaga keamanan rumah dan supir, hal ini disebabkan etnik Batak memiliki stereotipe sebagai etnik yang memiliki kehidupan yang keras dan pada kesehariannya hal ini tampak pada kebiasaan etnik Batak untuk berbicara dengan suara yang keras dan bekerja pada bidang pekerjaan yang keras, sehingga secara tidak langsung hal ini membuat etnik Batak mengisi peluang pembantu rumah tangga sebagai penjaga keamanan rumah dan supir. Kedua etnik (Batak dan Jawa) menjadi etnik dominan dalam posisi pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina, disebabkan faktor-faktor yang berkaitan dengan stereotipe yang digunakan sebagai sarana bernilai positif dalam menjalankan tugasnya sebagai pembantu rumah tangga. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
4.2.2. Hubungan Antara Pembantu Rumah Tangga dan Majikan Pembantu rumah tangga sebagai seseorang yang bekerja pada rumah tangga memiliki hubungan yang erat dengan majikan mereka, hubungan erat tersebut pada awalnya karena keduanya saling membutuhkan namun pertemuan yang intens dapat mengembangkan pola hubungan tersebut menjadi suatu yang berbeda, Sarti, 31 tahun seorang pembantu rumah tangga di perumahan Villa Malina dan informan penelitian ini mengemukakan bahwa : “waktu pertama kali saya kerja dirumah ini, saya hanya bekerja untuk mendapatkan gaji tapi semakin lama saya bekerja, bapak sama ibu memperhatikan kerja saya sehingga sewaktu saya mau kawin saya dikawinkan sama orang itu, biaya semua ditanggung, bahkan semua keluarga bapak dan ibu saya kenal semua ... mereka menganggap saya bagian keluarga mereka ... waktu lebaran kemarin saya pulang kampung, tapi saya ditelepon sama ibu disuruh balik karena semua saudara ibu dan bapak nanyak mana si Ati (Sarti) kok gak lebaran sama disini”
Pernyataan informan ini dapat memberikan gambaran singkat mengenai pola hubungan yang terjadi diantara pembantu rumah tangga dengan majikan mereka, perkembangan pola hubungan ini menjadikan kekerabatan tidak hanya dibentuk oleh perkawinan dan keturunan. Informan dilapangan penelitian perumahan Villa Malina mengatakan bahwa hubungan mereka sebagai pembantu rumah tangga dengan majikan tidak lagi seperti dulu dimana mereka hanya dipandang berdasarkan apa yang pembantu rumah tangga lakukan, saat sekarang ini di perumahan Villa Malina, pembantu rumah tangga Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
umumnya memiliki hubungan yang erat dan baik dengan majikan, bahkan antara pembantu rumah tangga dan majikan dapat posisi yang sama dalam kehidupan sosial mereka. 4.2.3. Pendapat Majikan Tentang Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan Pendapat majikan dalam penulisan ini diperlukan agar data lapangan mengenai pola hubungan kekerabatan antara majikan dan pembantu rumah tangga tidak berasal dari satu sumber, diperlukan dan penting memasukkan pendapat majikan mengenai pola hubungan kekerabatan yang terjalin antara pembantu rumah tangga dan majikan agar data dalam penulisan ini berimbang dan mampu untuk menyajikan data antropologis yang valid. Majikan sebagai pengambil keputusan dalam suatu pola hubungan dengan pembantu rumah tangga dijabarkan sebagai pihak yang menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk membantu dalam kehidupan rumah tangga mereka, adapun pendapat majikan terhadap hubungan kekerabatan yang terjalin antara majikan dan pembantu rumah tangga adalah sebagai berikut : Razali, 40 tahun, Wiraswasta mengatakan bahwa “saya menggunakan jasa pembantu rumah tangga ketika istri saya melahirkan sehingga untuk membantu dan meringankan pekerjaan rumah saya menyewa jasa pembantu rumah tangga, setalah lama bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dia sudah kami anggap sebagai bagian dari keluarga besar kami, selain rajin, taat beragama, dia juga teliti dengan pekerjaannya ... seluruh keluarga besar saya dan istri sudah menganggap dia sebagai saudara kandung kami sendiri, Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
kemarin sewaktu ibu saya sakit, dia saya suruh kerja ditempat ibu saya untuk bekerja dirumah ibu saya, begitu juga sewaktu abang saya pergi naik haji, dia juga saya suruh kerumah abang saya untuk bekerja dirumah abang saya selama dua bulan.” Pendapat ini juga didukung dengan pernyataan majikan lainnya yang menjadi informan dalam penelitian ini, Ardiansyah, 29 tahun, pegawai bank dan Rina. S, 28 tahun, ibu rumah tangga (keduanya adalah pasangan suami istri) mengatakan bahwa : “kami baru pindah ke komplek ini tahun 2006, pembantu kami bawa pindah kemari, dia mau kami ajak pindah kemari walaupun itu berarti pindah ke kota lain, sebelumnya saya tinggal di Siantar, awalnya saya dapat pembantu rumah tangga dari kenalan ibu dari istri saya, kerjanya rajin, jujur dan ulet, kemarin waktu istri saya melahirkan, saya tinggalkan rumah seminggu sama pembantu, terbukti aman-aman saja ... kami menganggap dia anggota keluarga kami, istri saya kalau mau pergi keluar juga lebih sering sama dia (pembantu).” Majikan lainnya yang juga merupakan informan menyatakan bahwa : “Saya sama suami tinggal di komplek ini (perumahan Villa Malina) sejak komplek ini mulai dibangun awal tahun 2000, anak saya menyuruh pindah kemari buat mengawaninya, awalnya kami hanya tinggal bertiga dirumah ini, kemudian tetangga sebelah kasih tau kalau mau mencari pembantu dia bisa cari kan terus saya bilang mau, seminggu kemudian datang pembantunnya katanya dia dapat dari yayasan ... sudah hampir sembilan tahun dia kerja sama kami, kerjanya bagus, rajin, jujur. Tugasnya merawat kami yang sudah tua-tua ini selain itu ada juga si Ani yang kerjanya bersih-bersih rumah, yang ini kawannya si Rini waktu di yayasan .. kami sudah menganggap mereka seperti anak sendiri, karena sudah lama dan rajin (Diana, 69 tahun, Pensiunan BUMN).” Berdasarkan beberapa pernyataan para majikan mengenai pembantu rumah tangga maka dapat dikatakan bahwa perilaku, loyalitas dalam bekerja adalah aspek penting yang menentukan posisi pembantu rumah tangga dalam pola hubungan Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
kekerabatan yang terjalin, hubungan kekerabatan antara pembantu rumah tangga dan majikan terlihat dapat terjalin dan terbangun dengan adanya rasa percaya diantara majikan dan pembantu rumah tangga, pada lokasi penelitian (perumahan Villa Malina) dapat terlihat berdasarkan hasil wawancara dengan para informan bahwa pembantu rumah tangga yang bekerja pada rumah tangga mereka telah mengalami perkembangan pola hubungan dengan diangkat/dianggapnya pembantu rumah tangga sebagai kerabat mereka yang secara sederhana dapat diartikan sebagai tali persaudaraan. 4.2.4. Etnik Penghuni (Rumah Tangga) Penghuni atau rumah tangga yang memberikan pekerjaan kepada pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina memiliki latar belakang etnik yang berbeda-beda, berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengembang Perumahan Villa Malina melalui proses wawancara kepada informan (Rudi Kurniawan, 38 Tahun) mengatakan bahwa Perumahan Villa Malina memiliki 600 rumah dengan tingkat hunian 75% , yaitu sekitar 558 rumah yang ditempati oleh 400 Kepala Keluarga (KK). Berdasarkan pengamatan dilapangan diperoleh bahwa 400 KK yang menjadi penghuni Perumahan Villa Malina terdiri dari berbagai latar belakang etnik yang menyebar di 600 rumah, adapun etnik-etnik yang menjadi penghuni Perumahan Villa Malina terdiri dari etnik Jawa, etnik Aceh, etnik Batak Toba, etnik Batak Mandailing,
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
etnik Batak Karo, etnik Cina dan Etnik Melayu, sdapun Persebaran etnik di Perumahan Villa Malina adalah : 1. etnik Cina
: 150 Kepala Keluarga.
2. etnik Batak Toba
: 100 Kepala Keluarga.
3. etnik Batak Karo
: 75 Kepala Keluarga.
4. etnik Batak Mandailing
: 63 Kepala Keluarga.
5. etnik Jawa
: 40 Kepala Keluarga.
6. etnik Melayu
: 12 Kepala Keluarga.
Sehingga persebaran etnik penghuni di Perumahan Villa Malina merupakan persebaran yang memiliki latar belakang etnik yang berbeda-beda. 4.2.5. Etnik Pembantu Rumah Tangga Beberapa etnik yang menjadi pembantu rumah tangga dalam penelitian ini turut menjadi perhatian, hal ini dikarenakan asal etnik dapat menjadi suatu modal dalam melihat kapasitas pekerjaan yang dilakukan seorang pembantu rumah tangga. Etnik memiliki kaitan dengan pola perilaku budaya yang menjadi dasar tindakan seorang individu yang menjadi anggota etnik tersebut, dalam konteks melihat pembantu rumah tangga dan hubungannya dengan rumah tangga menjadi sangat siginifikan ketika etnik dapat menjadi dan membentuk pola perilaku dan karakteristik pembantu rumah tangga tersebut. Persebaran etnik dalam komposisi pembantu rumah tangga terbagi atas beberapa kelompok etnik, seperti : Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
1. etnik Jawa
: 15 Orang.
2. etnik Batak Toba
: 10 Orang.
3. etnik Batak Karo
: 7 Orang.
4. etnik Batak Mandailing
: 5 Orang.
5. etnik Melayu
: 2 Orang.
Persebaran etnik dalam komposisi pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina didominasi peran etnik Jawa dengan 15 orang yang menjadi pembantu rumah tangga dan berturut-turut disusul oleh etnik Batak Toba, Batak Karo, Batak Mandailing dan Melayu. Persebaran etnik yang terjadi pada pembantu rumah tangga di Perumahan Villa Malina berkaitan dengan jenis pekerjaan yang dilakoni oleh pembantu rumah tangga.
4.3. Perubahan Pola Hubungan Pembantu Rumah Tangga dan Majikan Perubahan merupakan suatu bentuk yang tidak statis melainkan memiliki bentuk dinamis seperti struktur organis kehidupan yang mengalami proses perubahan struktur organis sepanjang hidupnya, hal ini juga berlaku dalam kehidupan sosial manusia (Brown dalam Sari, 2008:64). Perubahan pola hubungan antara pembantu rumah tangga dan majikan merunut pada pendapat sebelumnya maka perubahan pola hubungan terjadi pada kehidupan sosial manusia dengan kata lain perubahan yang
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
terjadi disebabkan oleh kehidupan soaial manusia yang mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya. Sebagai suatu proses perubahan maka pola hubungan pembantu rumah tangga dan majikan memiliki konsekuensi dari perubahan tersebut, namun sebelum lebih lanjut menjelaskan tentang konsekuensi perubahan maka akan dijelaskan beberapa hal yang meyebabkan perubahan, antara lain : 1. Kota11, kota sebagai suatu bentuk daerah yang secara geografis dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan antar golongan, telah menyebabkan perubahan karena interaksi yang timbul diantara masyarakat heterogen terebut selain itu bentuk kota yang merupakan daerah pemukiman yang secara kawasan memiliki daerah yang luas menjadi faktor pendukung perubahan pola hubungan antara pembantu rumah tangga dan majikan. 2. Perkembangan Teknologi. Kehidupan manusia dapat dikatakan sejalan dengan perkembangan teknologi yang terjadi pada rentang waktu tersebut, dalam konteks pola hubungan pembantu rumah tangga dan majikan, perkembangan teknologi menyebabkan suatu perubahan yang mendasar pada pola hubungan tersebut, pembantu rumah tangga pada awalnya bekerja pada suatu rumah tangga melakukan hubungan dengan keluarga 11
Kota tidak semata-mata dilihat dari landasan ekonominya; kota utamanya adalah kemunculan/pembentukan sosial dari masyarakat penghuni kota tersebut (Lewis dalam Harahap, 2007).
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
maupun sanak saudara menggunakan surat akan tetapi perubahan zaman menimbulkan penggunaan
penggunaan telepon
teknologi
genggam
dan
seperti kemajuan
telepon teknologi
genggam, lainnya
menyebabkan pembantu rumah tangga dapat menjalankan komunikasi yang intens dengan majikan, keluarga dan sanak saudara, sehingga rentang jarak dan waktu dapat dipersingkat yang berimbas pada tingkat konsentrasi kerja dan hubungan dengan lingkungan. Proses perubahan yang terjadi pada umumnya berakibat pada dua bagian besar perubahan, yaitu perubahan menuju arah lebih baik dan perubahan menuju kearah yang buruk. Perubahan kearah lebih baik dapat menjadikan pola hubungan pembantu rumah tangga dan majikan menjadi erat dengan munculnya hubungan kekerabatan antara pembantu rumah tangga dan majikan Perubahan menjadi kearah negatif menimbulkan pola hubungan yang tidak intensi yang berdampak pada konsentrasi kerja sehingga hubungan antara pembantu dan majikan tidak lebih pada hubungan kerja.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal tersebut mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja yang menjadi kata akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan masukan maupun kritikan terhadap fokus penulisan yang dapat membangun dan memperbaiki fokus penulisan sejenis dikemudian hari.
5.1. Kesimpulan Pembantu rumah tangga dan majikan dilihat dari pola hubungan ternyata mengalami perkembangan, dimana pola hubungan yang terbentuk telah menjadi hubungan kekerabatan diantaranya. Kesimpulan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah mendeskripsikan pernyataan penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, adapun pernyataam penelitian adalah Sebagai suatu gambaran umum, objek dasar yaitu pembantu rumah tangga maka pendeskripsian tentang pembantu rumah tangga, jenis pembantu rumah tangga serta jenis pekerjaan pembantu rumah tangga akan dijelaskan sebagai unsur penting untuk menjabarkan maksud dari penelitian ini, hal ini telah dideskripsikan dalam bab III penulisan skripsi ini, segala sesuatu yang berkaitan dengan pembantu rumah tangga, seperti jenis Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
pekerjaan, jenis pembantu rumah tangga, sejarah dan konsepsi mengenai pembantu rumah tangga dideskripsikan sebagai unsur penting dalam proses pendeskripsian. Pernyataan penelitian kedua adalah pemahaman pembantu rumah tangga terhadap pola kekerabatan yang terjalin antara pembantu dan majikan, pemahaman pola kekerabatan antara pembantu rumah tangga dan majikan dijelaskan dari dua sudut pandang yang berbeda, pertama dari sudut pandang pembantu rumah tangga dan yang kedua dari sudut pandang majikan, proses pemahaman dengan menjelaskan melalui dua sudut pandang diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh dan seimbang mengenai pola kekerabatan yang terbentuk antara pembantu rumah tangga dan majikan, penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada bab III dan IV tulisan ini. Pernyataan ketiga adalah pemahaman majikan (keluarga) terhadap pembantu rumah tangga dalam kerangka pola kekerabatan yang terjalin diantaranya. Pernyataan penelitian ini merupakan sudut pandang dari majikan untuk mendapatkan pemahaman mengenai pembantu rumah tangga dalam konteks kekerabatan dengan majikan, pernyataan ketiga ini merupakan kelanjutan dari pernyataan penelitian yang kedua. Pernyataan penelitian terakhir adalah pola-pola kekerabatan yang terbentuk diantara pembantu dengan majikan (keluarga), pola-pola kekerabatan yang terjadi diantara pembantu rumah tangga dan majikan adalah pola kekerabatan yang timbul karena pertemuan yang intens, loyalitas kerja yang tinggi serta prilaku yang mendukung, elemen-elemen pendukung tersebut menimbulkan hubungan yang tidak
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
sekedar berorientasi pada pekerjaan dan saling membutuhkan melainkan menjadi pola kekerabatan oleh karena adanya rasa saling memiliki. 5.2. Saran Pemahaman yang timbul antara pembantu rumah tangga dan majikan adalah pola kekerabatan yang memiliki makna dan nilai yang sama dengan pola kekerabatan yang diakibatkan oleh perkawinan dan keturunan, hal ini dapat dilihat dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya. Saran pada penelitian ini adalah mendefenisikan kembali apa itu pembantu rumah tangga sehingga didapat suatu hal yang mendasar tentang pembantu rumag tangga, kedepannya diharapkan posisi pembantu rumah tangga tidak lagi sekedar pekerjaan yang dianggap rendah, melainkan sebagai suatu jenis pekerjaan yang sama dengan pekerjaan lainnya. Perubahan paradigma mengenai pembantu rumah tangga diharapkan mampu untuk mendudukkan pembantu rumah tangga pada profesi dan hubungan dengan majikan. Saran selanjutnya adalah meningkatkan pola hubungan yang terjadi diantara pembantu rumah tangga dan majikan, peningkatan ini selain untuk mengukuhkan kekerabatan yang timbul diantaranya juga sebagai faktor pendorong loyalitas dan konsentrasi bekerja pembantu rumah tangga tersebut. Berkenaan dengan usaha menjadikan pembantu rumah tangga sebagai profesi yang membutuhkan kemampuan untuk bersaing sebaiknya sebelum menyandang
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
profesi “pembantu rumah tangga” dibutuhkan pendidikan dasar yang menjadi bekal dan menjalankan profesi sebagai pembantu rumah tangga. Persebaran etnik yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda menjadi modal dalam kehidupan multikulturalis di Kota Medan, selain itu komposisi pembantu rumah tangga yang diisi oleh etnik Batak dan Jawa dapat menjadi modal bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai masukan dalam memilih pembantu rumah tangga dan sebagai acuan dalam melihat korelasi antara etnik dan pembantu rumah tangga.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Daftar Pustaka Bangun, Payung, Kebudayaan Batak II, Manusia Dengan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1980.
Harahap, Irwansyah. Huta dan Kota : Apa Maknanya Bagi Kita ?. Proceddings International Seminar, The Knowledge City : Spirit, Character, and Manifestation. Medan: Universitas Sumatera Utara Press, 2007.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1980.
…….., Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
…….., Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta, 1999.
…….., Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-Press, 1990.
Sari, Fitria Kartika. Kesenian Randai, Studi deskripstif mengenai Randai. Medan: Skripsi S-1 Universitas Sumatera Utara, Tidak Diterbitkan, 2008.
Said, Mohammad H. Suatu Zaman Gelap Di Deli Koeli Kontrak Tempoe Doeloe Dengan Derita Dan Kemarahannya. Medan: Percetakan Waspada, 1977. Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Goodenough, Ward E. Description and Comparison in Cultural Anthropology. USA: Cambridge University Press, 1970
Geertz, Hildreed. Aneka Budaya dan Komunitas Di Indonesia. Jakarta: ---, 1981. . Hall, Edward T. The Hidden Dimension. New York; Anchor Books Doubleday & Company, 1969.
Ihromi, T.O (Ed). Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996.
Keesing, Roger M. Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga, 1999.
Lubis, Mochtar. Budaya, Masyarakat dan Manusia Indonesia (Himpunan “Catatan Kebudayaan”
Mochtar Lubis di Majalah Horison), Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1992.
Menno, S dan Mustamin Alwi. Antropologi Perkotaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992.
Panjaitan Sintong. Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Jakarta: Kompas Gramedia, 2009.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Grafindo Persada, 1990.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Soenyoto, Soeparman. Pekerjaan Dalam Dimensi Waktu, Yogyakarta: Syarikat, 2008.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi; Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2000.
Sumardi, Sandyawan I. Melawan Stigma Melalui Pendidikan Alternatif. Jakarta: Grasindo, 2005.
Website : www.google.com/pembantu_rumah_tangga/php_094 www. yahoo.com/pembantu_rumah_tangga/23_p/html. www.wikipedia.or.id/pembantu_rumah_tangga/php.html.
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
INTERVIEW GUIDE
1. Apakah anda pembantu rumah tangga ? 2. Bagaimana proses kerja pembantu rumah tangga ? 3. Berapa lama anda bekerja sebagai pembantu rumah tangga ? 4. Bagaimana pola hubungan anda dengan majikan ? 5. Bagaimana anda melihat pola hubungan anda dengan majikan ? 6. Apa saja kriteria umum dan khusus pembantu rumah tangga ? 7. Hal-hal apa saja yang menjadi nilai positif pembantu rumah tangga di mata anda (majikan) ? 8. Bagaimana penilaian anda mengenai majikan anda ? 9. Bagaimana tanggapan anda mengenai pembantu rumah tangga ? Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Daftar Informan Nama Umur Pekerjaan
: Diana : 69 tahun : Pensiunan BUMN
Nama Umur Pekerjaan
: Ardiansyah : 29 tahun : Pegawai bank
Nama Umur Pekerjaan
: Rina. S : 28 tahun : ibu rumah tangga
Nama Umur Pekerjaan
: Razali : 40 tahun : Wiraswasta
Nama Umur Suku Pekerjaan
: Sarti : 31 tahun : Jawa : Pembantu rumah tangga
Nama Umur
: Rosna : 34 tahun
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.
Suku Pekerjaan
: Batak Mandailing : Pembantu rumah tangga
Nama Suku Umur Pekerjaan
: Ijar : Jawa : 28 tahun : Pembantu rumah tangga
Nama Umur Suku Pekerjaan
: Jariah : 40 Tahun : Melayu : Pembantu rumah tangga
Nama Umur Pekerjaan
: Amin : 60 Tahun : Pembantu rumah tangga
Nama Umur Suku Pekerjaan
: Sutrisno : 45 Tahun : Jawa : Pembantu rumah tangga (Tukang Kebun)
Nama Umur Suku Pekerjaan
: Hasyim Siregar : 38 Tahun : Batak Mandailing : Pembantu rumah tangga (Supir)
Nama Umur Suku Pekerjaan
: S. Simbolon : 42 Tahun : Batak Toba : Pembantu rumah tangga (Penjaga Perumahan)
Nama Umur Suku Pekerjaan
: Bakti Sitepu : 36 Tahun : Batak Karo : Pembantu rumah tangga (Penjaga Perumahan)
Rorotskie H. Naibaho : Pembantu Rumah Tangga (Studi Antropologi Perkotaan Tentang Pembantu dan Majikan), 2010.