PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan peternakan dengan teknologi maju dapat menghasilkan limbah yang berlimpah ruah. Limbah ternak yang dihasilkan tersebut lambat laun akan memumpuk di sekitar kandang dan jika tidak ada pengelolaan dan penanganan limbah secara efektif maka dapat menghasilkan polusi dan beban bagi lingkungan. Teknologi pengelolaan limbah petenakan dapat dilakukan dengan teknologi yang ramah lingkungan dan mampu menghasilkan nilai ekonomis bagi sumberdaya limbah peternakan tersebut. Limbah peternakan yang diolah menjadi kompos dapat dimanfaatkan bagi budidaya tanaman sayur-sayuran. Demoplot sistem uahatani sayur-sayuran secara organik di TTU merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan kepada petani dan sekaligus petani sebagai pelaku dalam pengelolaan sumberdaya limbah peternakan menjadi sumberdaya pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi tanaman sayur-sayuran. Hasil kajian menunjukkan bahwa nilai tambah limbah peternakan dapat ditingkatkan melalui proses pengelolaan limbah peternakan menjadi sumber hara organik yang baik melalui pembuatan kompos dengan menggunakan Rumen Basilus. Budidaya sayur-sayuran secara organik dengan mengandalkan bahan lokal sebagai sumber hara mampu berpeluang untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan akan sayur-sayuran segar maupun berpeluang untuk mendatangkan uang tunai bagi petani. Sumbangan pengelolaan sayur-sayuran tersebut dapat menghasilkan sebesar : sayur putih sebanyak Rp 1.400.000, sawi kumbang sebanyak Rp.3.840.000, kangkung darat sebanyak Rp.765.000, pitsai sebanyak Rp.2.632.500 dan tomat glory sebayak Rp.1.843.000. Kata kunci : Limbah, peternakan, sayuran sistem usahatani dan organik PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan limbah menjadi sangat penting dalam pengelolaan sistem usahatani baik sistem usahatani tradisional maupun sistem usahatani yang menerapkan teknologi maju. Pada sistem pertanian yang menerapkan teknologi maju, permasalahan limbah menjadi sangat serius dan menjadi beban bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan oleh limbah yang dihasilkan semakin banyak dan tempat pembuangan limbah menjadi terkonsentrasi. Pengemangan sistem peternakan dengan pola penggemukan ataupun breeding menghasilkan limbah peternakan yang cukup banyak. Menurut Asnah et al., (2000), melaporkan bahwa limbah ternak sapi yang dipelihara petani dapat mencapai 11 kg segar/ekor/hari. Limbah ternak yang dihasilkan tersebut lambat laun akan memumpuk disekitar kandang dan jika tidak ada pengelolaan dan penanganan limbah secara efektif maka dapat menghasilkan polusi dan beban bagi lingkungan. Dan ketika polusi tersebut telah terkontaminasi dengan manusia atau sumberdaya lainnya dan menyebabkan kerugian maka polusi tersebut menghasilkan polusi ekonomi. Dengan demikian beban limbah bagi lingkungan semakin berat. Akan tetapi limbah peternakan tersebut dapat menjadi suatu sumberdaya yang berpotensi bagi petani dan tanaman jika dikelola secara baik untuk mengurangi beban bagi lingkungan. Teknologi pengelolaan limbah petenakan dapat dilakukan dengan teknologi yang ramah lingkungan dan mampu menghasilkan nilai ekonomis bagi sumberdaya limbah peternakan tersebut. Dengan demikian pengelolaan limbah dapat menjadi salah satu bagian dalam mendukung pengembangan agribisnis ternak sapi potong secara terpadu. Seiring berkembangnya pertanian organik, permintaan akan pupuk organik termasuk kompos juga makin meningkat. Agar kompos memberikan hasil yang diharapkan tentu saja kualitasnya tidak boleh asal-asalan. Kini di pasaran sudah banyak tersedia berjenis-jenis fermentator dan decomposer yang terdiri dari jamur dan bakteri. Bakteri atau jamur ini memperbaiki proses fermentasi dan
dekomposisi dalam proses pembuatan kompos sehingga kompos nantinya berkualitas baik. Salah satu decomposer adalah rumen basilus. Petani dapat membuat dan menggunakan pupuk yang berasal kotoran ternak yang telah diolah menjadi kompos yang bermutu dengan menggunakan rumen basilus. Limbah peternakan yang diolah menjadi kompos dapat dimanfaatkan bagi budidaya tanaman sayur-sayuran. Demoplot sistem uahatani sayur-sayuran secara organik di TTU merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan kepada petani dan sekaligus petani sebagai pelaku dalam pengelolaan sumberdaya limbah peternakan menjadi sumberdaya pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi tanaman sayur-sayuran yang dibudidayakan. Pemanfaatan bahan organik sebagai pupuk merupakan teknologi yang murah, tepat guna serta mudah diperoleh dan ramah lingkungan. Pemanfaatan ini dimaksudkan agar mampu meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi serta mampu menghasilkan bahan pangan yang bebas dari bahan-bahan berbahaya dan beracun. Tujuan • •
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan Demoplot ini adalah : Memaksimalkan nilai ekonomis sumberdaya limbah peternakan melalui pengelolaan limbah sebagai hara organik Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengelolaan sayur-sayuran secara organik METODOLOGI
Lokasi dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di TTU, Desa Usapinonot pada musim kemarau tahun 2006. Lokasi penelitian ini terpilih berdasarkan pada kegiatan penelitian ternak yang menerapkan teknologi maju.
Penetuan Petani Kooperator Penentuan Petani Kooperator harus memenuhi syarat : 1. Berada pada satu hamparan 2. Adanya keteresediaan sumberdaya air di musim kemarau 3. Kelompok ini menjadi Binaan Pada Penelitian Agribisnis sapi potong Berdasarkan kriteria tersebut maka terpilih kelompok Atapain menjadi kelompok dan petani kooperator dengan beranggotakan 60 orang. Prosedur pelaksanaan • Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari tahun sebelumnya • Luas Lahan yang digunakan dalam kegiatan ini seluas 1,5 ha • Pembekalan petani mengenai pemahaman aspek limbah dan nilai tambah yang dihasilkan dan teknologi pengelolaan limbah • Pengelolaan limbah menjadi sumber hara organik • Persiapan bedengan dengan ukuran 1,2 m X 5 m • Penerapan hara organik bagi sayur-sayuran secara organik • Pemeliharaan dan penyiraman sayur-sayuran secara rutin • Panen dan Pemasaran sayur-sayuran organik Paket Teknologi Paket teknologi yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah hasil rakitan teknologi hasil pengkajian yang telah matang dengan ruang lingkup kegiatan dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Komponen paket teknologi sistem usahatani pekarangan yang digelar. No. Paket Teknologi Uraian Paket 1. Persiapan lahan Bedengan dengan ukuran 1,2 X 5 meter
2.
Pupuk
3. 4. 5. 6. 7.
Benih Pesemaian Jarak tanam Penyiraman Pengendalian hama
8.
Panen
Pupuk Kompos dengan bahan dasar kotoran sapi, diaplikasikan pada saat membuat bedengan Sayur-sayuran berdasarkan kemauan petani Dilakukan pesemaian ± 2 minggu Bervaiasi tergantung dari jenis sayuran Setiap pagi dan sore hari Berdasarkan pemantauan, dan diaplikasikan pengendalian secara organik dengan menggunakan daun nimba sebagai pestisida nabati. Pada kegiatan ini hama belum merupakan kendala Dilakukan berdasarkan kondisi tanaman.
Variabel Pengamatan dan Analisis Data Variabel Pengamatan : Variabel yang diamai selama menjalankan kegiatan ini adalah • Potensi penerapan teknologi pengelolaan limbah oleh petani • Vaiabel pertumbuhan sayur-sayuran • Potensi ekonomi dari sayur-sayuran organik
Analisis Data : Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka seperangkat alat analisis akan diterapkan terhadap data yang dikumpulkan. Data dianalisis secara deskriptif, ekonomis dan statistik
HASIL DAN PEMBAHASAN Teknologi pengelolaan limbah ternak menjadi kompos Limbah dapat diolah Menjadi sumber hara organik melalui pembuatan kompos dengan menggunakan Rumen Bacilus. Langkah-langkah dalam pengelolaan limbah peternakan menjadi kompos dengan menggunakan Rumen Basilus untuk Tahapan pembuatan Kompos dengan menggunakan takaran limbah sebanyak 70 kg adalah sebagai berikut : 1. Air sebanyak 10 liter, gula pasir 7 sendok dan rumen basilus 5 sendok kemudian ketiga bahan tersebut dicampur secara merata. Campuran tersebut didiamkan atau dibiarkan selama 2 jam. 2. Campurkan larutan tersebut dengan limbah ternak sampai merata lalu ditutup dengan karung agar tidak terkontaminasi dengan mikroba lainnya. 3. Pada hari ke IV buatkan campuran larutan yang sama kemudian ditambahkan lagi pada limbah yang sementara diproses. Namun sebelumnya tumpukan limbah yang diproses dibolak-balik untuk diangin-anginkan. Kegiatan tersebut diulang setiap 4 hari sampai limbah yang diproses menjadi hancur. 4. Sebelum digunakan tumpukan limbah dibongkar agar dapat menurunkan pH nya dan C/N dibawah 20% Dalam proses pembuatan kompos dengan mengguanakan Rumen Basilus Masyrakat secara swadaya mampu melaksanakan pengelolaan limbah menjadi sumber hara. Masyarakat baik laki-laki maupun perempuan mengangkut limbah dari kandang kelompok ke tempat pengelolaan limbah untuk diolah menjadi hara organik. Tempat pemrosesan limbah menjadi kompos tersebut berdekatan dengan lahan usahatani sayur-sayuran dan ada yang dilakukan di tempat terpisah yang dipersiapkan untuk dijual. Selama pelaksanaan pembuatan kompos Tim dari BPTP hanya bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi pelaksanaan kegiatan tersebut. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan limbah menjadi kompos dengan menggunakan Rumen Basilus dapat dialokasikan untuk dipergunakan sebagai sumber hara tanaman sayur-sayuran atau dapat dijual untuk mendapatkan uang tunai. Hasil yang diperoleh dari pembuatan kompos yang berasal darilimbah ternak sebanyak 15 ton yang terdiri dari 10 ton dialokasikan untuk dijual guna
menambah sumber penghasilan. Sedangkan 5 ton dialokasikan untuk dipergunakan bagi budidaya sayursayuran. Keragaan Sistem Usahatni Sayur-Sayuran Sayur-sayuran organik menghendaki tanah yang subur dengan banyak kandungan bahan organik. Aplikasi pupuk organik pada budidaya sayur-sayuran yang diusahakan secara organik merupakan upaya pemanfaatan sumberdaya yang tersedia secara lokal. Keragaan tanaman sayur-sayuran yang diaplikasikan sumber hara organik yang Berasal dari kompos dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Keragaan tanaman sayur-sayuran yang diusahakan oleh kelompok Tani Atapain pada MK 2006 Jenis Sayur Sayur Putih Sawi kumbang Tomat Glory Kangkung darat Pitsai
Jarak Tanam (Cm) 25 X 25 25 X 25 60 X 80 20 X 30 40 X 50
Jumlah Bedeng 35 48 48 45 27
Total Populasi tan. 2.800 3.840 768 3.060 1.053
Sumber : Data Primer
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenis sayuran yang diusahakan dengan menggunakan kompos dari limbah peternakan. Jumlah bedengan yang diusahakan sayuran secara organik meliputi sayur putih sebanyak 35 bedengan, sawi kumbang sebanyak 48 bedengan, Tomat Glory sebanyak 48 bedeng, Kangkung darat sebanyak 45 bedeng dan pitsai sebanyak 27 bedengan. Dari Jumlah bedengan tersebut mampu diusahakan sayuran secara organik dengan total populasi tanaman sebagai berikut yakni sayur putih sebanyak 2800 pohon, sawi kumbang sebanyak 3840 pohon, Tomat Glory sebanyak 768 pohon, Kangkung darat sebanyak 3060 pohon dan pitsai sebanyak 1053 pohon. Perawatan yang dilakukan terhadap berbagai jenis sayuran yang diusahakan yakni dengan melakukan pemeliharan berupa penyiraman setiap pagi dan sore serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pengendalian hama yang terutama untuk tanaman tomat yang terserang ulat buah dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yang terbuat dari bahan lokal yakni daun nimba. Sedangkan tanaman lainnya menunjukkan bahwa tidak terdapat hama yang menyerang. Keragaan Ekonomi dari Pengelolaan Kompos Limbah peternakan tidak sekedar tumpukan limbah yang dapat menyebabkan polusi baik polusi lingkungan maupun polusi ekonomi. Dengan berkembangnya teknologi pengelolaan limbah peternakan yang dapat mengolah limbah peternakan menjadi sumber hara maka limbah peternakan tidak lagi dipandang sebagai suatu sumberdaya berpolusi tapi dipandang sebagai suatu sumberdaya berpotensi yang dapat menghasilkan tambahan penghasilan bagi peternak. Keragaan pengelolaan limbah peternakan sebagai kompos dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Keragaan pengelolaan limbah peternakan sebagai kompos No.
Alokasi Kompos
1.
Kompos untuk kebutuhan kelompok
2.
Kompos untuk dijual
5.000
Harga satuan (Rp) -
Total Harga (Rp) -
10.000
1.000
10.000.000
Volume (kg)
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kompos memiliki nilai ekonomi yang cukup berarti bagi peternak, jika dapat diproses secara baik sebagai kompos. Hasil yang diperoleh kelompok dalam pengelolaan limbah peternakan sebagai kompos mampu menghasilkan uang sebanyak Rp 1000/kg kompos. Keragaan Ekonomi dari Budidaya Sayur-sayuran Organik Penggunaan input produksi dalam proses produksi selama kegiatan berlangsung diharapkan mendatangkan nilai tambah bagi petani. Keragaan ekonomi budidaya tanaman sayur-sayuran secara organik pada kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Keragaan Ekonomi dari Budidaya Sayur-sayuran Organik Jumlah pohon/ Harga satuan Penerimaan Jenis Sayur buah (Rp) (Rp) Sayur Putih 2.800 500/pohon 1.400.000 Sawi kumbang 3.840 1000/pohon 3.840.000 Tomat Glory 9.216 1000/5 buah 1.843.000 Kangkung darat 3.060 1000/4 rumpun 765.000 Pitsai 1.404 2500/pohon 2.632.500 Jumlah 10.480.700 Sumber : Data Primer
Dari tabel dapat dilihat bahwa hasil panen dari tanaman sayur-sayuran yang diusahakan oleh petani dapat dipasarkan untuk mendapatkan uang tunai ataupun dapat diperuntukan bagi konsumsi keluarga. Total sayuran yang dihasilkan oleh petani adalah sebagai berikut sayur putih sebanyak 2.800 pohon, sawi kumbang sebanyak 3.840 pohon, kangkung darat sebanyak 3060 ikat, pitsai sebanyak 1404 pohon dan tomat glory sebayak 9216 buah. Hasil yang diperoleh mampu memberikan nilai ekonomis bagi petani. Nilai ekonomis sayur-sayuran yang dapat diperhitungkan sebagai penerimaan petani sebagai beikut : sayur putih sebanyak Rp 1.400.000, sawi kumbang sebanyak Rp.3.840.000, kangkung darat sebanyak Rp.765.000, pitsai sebanyak Rp.2.632.500 dan tomat glory sebayak Rp.1.843.000. Dengan demikian nilai ekonomis dari sayur-sayuran yang diperhitungkan cukup berarti bagi peningkatan pendapatan masyarakat.
KESIMPULAN Berdasarkan pada uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai tambah limbah peternakan dapat ditingkatkan melalui proses pengelolaan limbah peternakan menjadi sumber hara organik yang baik melalui pembuatan kompos dengan menggunakan Rumen Basilus. Kompos ini dapat diperuntuk bagi sistem usahatani sayur-sayuran maupun dapat dijual untuk mendatangkan uang tunai bagi masyarakat. 2. Budidaya sayur-sayuran secara organik dengan mengandalkan bahan lokal sebagai sumber hara mampu berpeluang untuk meningkatkan ketersediaan bahan pangan akan sayur-sayuran segar maupun berpeluang untuk mendatangkan uang tunai bagi petani.
DAFTAR PUSTAKA Asnah, Medo K., Onike T.L., Sophia R., Kana hau D., Bustami, Wirdahayaty R.B. 2000. Pemanfaatan Pupuk Kandang Untuk Tanaman Kacang Panjang dan Lombok. Laporan Hasil Pengkajian BPTP NTT. Kadariah. 1988. Evaluasi prpyek Analisa Ekonomi. LPFE-UI, Jakarta. Kusumo S. Sunarjono H. 1992. Petunjuk Bertanam Sayur. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nusa Tenggara. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen pertanian. Jakarta.