PELAKSANAAN WORKSHOP LOGISTIK PROGRAM TB DI BANDUNG TANGGAL 23 – 26 MEI 2011
PENDAHULUAN Salah satu komponen strategi DOTS adalah tersediaanya Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan jumlah yang cukup dan berkualitas, demikian juga dengan sarana logistik lainnya. Agar kebutuhan tersebut terpenuhi dengan baik perlu dikelola secara profesional, mulai dari kebijakan pengelolaan yang tertuang dalam perencanaan, pengadaan, penyimpanan, sistem distribusi, pencatatan pelaporan serta monitoring dan evaluasi. Permasalahan akan terjadi bila salah satu sistim pengelolaan tersebut tidak berjalan dengan baik, dan hal ini akan menyebabkan terganggunya pelaksanaan pengobatan yang pada akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan Program secara keseluruhan. Sehuhubungan pengelolaan tersebut melibatkan berbagai pihak mulai dari kabupaten/kota, provinsi dan pusat dengan tugas dan kewenangan yang berbeda/terpisah dari pelaksana dalam perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pemberi pelayanan, maka perlu dibangun satu sistem pengelolaan yang baik serta sistem koordinasi antara semua pihak pelaksana. Untuk maksud tersebut berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Nomor : HK.03.05./D/III.1/1127/2011 tentang Pembentukan Panitia Penyelenggara workshop Logistik Program Tuberkulosis Tahun 2011, telah dilaksanakan kegiatan Workshop Logistik Program TB yang hasilnya sebagai berikut. A. HASIL KEGIATAN WORKSHOP 1. Hasil Valisdasi Data : 1) Situasi Laporan Stock OAT (TB.13) Triwulan 1 Tahun 2011 yang dilaporkan. Berdasarkan pelaporan TB.13 tersebut, masih ada stock OAT di Instalasi farmasi yang belum dilaporan yaitu 1 (satu) Instalasi Farmasi tingkat Provinsi (Sumatera Utara) dan 22 (dua puluh dua) Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, dan untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran Situasi Laporan Stock OAT TB.13. 2) Data ketersediaan OAT Kategori 1, Kategori 2 dan Kategori Anak per Provinsi pada awal Triwulan 2 tahun 2011. Dari laporan dapat disimpulkan bahwa ketersediaan OAT Kategori 1, OAT Kategori 2 dan OAT Anak, dari seluruh provinsi bervariasi, ada yang akan mengalami kekurangan dan ada yang berlebihan, namun secara Nasional tingkat ketersediaan OAT adalah diatas 14 bulan.
1
Tingkat ketersediaan secara garis besar dapat dijelaskan sbb : a) Kategori 1 : Tingkat ketersediaan Katagori 1 dapat dirinci sebagai berikut : Zona kritis, sebanyak 4 (empat) Provinsi yaitu : Provinsi Sumut (identifikasi masih tanda tanya) karna laporan belum lengkap. Provinsi Kalsel (identifikasi masalah masih tanda tanya) karena laporan ED tidak jelas. Papua Barat tersedia stock 1,5 bulan dan sudah dipenuhi kekurangannya melalui buffer stock pusat. Riau tersedia stock untuk 5 bulan, agar segera menyampaikan permintaan ke pusat untuk memenuhi sampai distribusi pengadaan tahun 2011. Zona pas-pas an sampai pengadaan tahun 2011 sebanyak 5 (lima) Provinsi. Zona Aman sebanyak 6 (enam), ini bahwa ada stock lebih kurang 1 triwulan pada saat distribusi pengadaan tahun 2011 Zona berlebihan sebanyak 18 (delapan belas) Provinsi, yang masuk zona ini jika tidak di kelola dengan baik dan relokasi, maka akan terjadi expire b) Ketersediaan Kategori 2 : 7 Provinsi masuk zona kritis 9 Provinsi masuk zona aman. 17 Provinsi masuk zona berlebih. c) Ketersediaan Kategori Anak : 7 Provinsi masuk zona kritis 4 Provinsi zona aman 22 Provinsi masuk zona berlebih. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah antara lain : Provinsi bersama Kabupaten/Kota harus melakukan analisa penyerapan atau berapa banyak OAT yang dapat dipakai/dipergunakan sampai habis masa pakai. Perlu disusun rencana relokasi antar Kabupaten/Kota dan melaporkan ke pusat untuk relokasi antar Provinsi. Provinsi yang termasuk zona kritis segera menyampaikan permintaan untuk pemenuhan kekurangan. Pusat perlu secara rutin memonitor ketersediaan OAT disemua Provinsi yang masuk kedalam zona berlebih. Hal-hal yang telah dan akan dilaksanakan : Untuk memenuhi Kekurangan OAT Kat. Anak Provinsi Papua telah dikoordinasikan untuk relokasi stock OAT anak yang ada(berlebih) dari Provinsi Papua Barat.
2
Secara rinci kondisi ketersediaan OAT per provinsi dapat dilihat lampiran data ketersediaan OAT. 3) Data jumlah instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang melapor dan terjadi kekosongan (stock out) pada awal Triwulan 2 tahun 2011 dan jumlah Walaupun ketersediaan OAT diatas 14 bulan, namun masih ditemukan beberapa Kabupaten/Kota yang mengalami kekosongan antara lain : Dari 462 Kabupaten/Kota yang melaporkan stock terdapat : 16 Kab/Kota mengalami kekosongan Kategori 1 114 Kabupaten/Kota mengalami kekosongan Kategori 2. 81 Kabupaten/Kota mengalami kekosongan Kategori Anak Dan 83 Kabupaten/Kota terjadi OAT ex pide Secara rinci dapat dilihat pada lampiran Data Instalasi Kab/Kota yang terjadi kekosongan (stock out) dan ex pire. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah antara lain : Relokasi segera dilakukan antar Kabupaten/Kota Pemenuhan segera kekurangan dari stock yang ada di Pusat. Pembinaan dan supervisi perlu dilakukan secara rutin, terutama terhadap provinsi-provinsi yang bermasalah. 2. Hasil Perencanaan : Rencana kebutuhan OAT per Provinsi Tahun 2012 Dari 33 Provinsi, usulan rencana kebutuhan OAT tahun 2012 hanya sebanyak 29 Provinsi yang mengusulkan kebutuhan, sedangkan 4 Provinsi lain yaitu Kalsel, Maluku, Papua dan Papua Barat tidak mengusulkan kebutuhan. Dari 29 Provinsi yang mengusulkan perencanaan kebutuhan, 2 provinsi yaitu Prov. Keppri tidak terinci perkabupaten/Kota, dan Prov. Sulsel usulan belum lengkap atau tidak semua Kabupaten/Kota mengusulkan. Secara Total Kebutuhan OAT tahun 2012 dari hasil rekapitulasi yang disampaikan provinsi untuk OAT FDC adalah : Kategori 1 : 295.650 Paket, Kategori 2 : 11.230 Paket, Sisipan : 7.642 Paket, Kategori Anak : 33.707 Paket dan untuk OAT Kombipak adalah : Kategori 1 : 3.290 Paket, untuk jelas dan rinci lihat lampiran. Rencana kebutuhan biaya pengoplosan reagen yang bahan bakunya sudah tersedia di Provinsi. Bahwa sampai saat ini masih tersedia bahan baku reagensia pengadaan tahun 2009 di tingkat provinsi, yang jumlahnya cukup banyak yaitu : 112.577 paket, permasalahannya hanya tidak tersedia biaya pengoplosan dan pada kesempatan workshop telah dihitung kebutuhan biaya pengoplosan sebesar Rp. 3.585.315.000,Untuk lebih jelas masing-masing provinsi dapat dilihat lampiran situasi reagen ZN dan kebutuhan dana oplos per provinsi. Khusus bahan baku yang ada di Provinsi DI Jogjakarta, berdasarkan pembicaraan awal akan di relokasikan ke Provinsi Sulbar.
3
Rencana kebutuhan Reagensia dan Bahan Lab tahun 2011/2012. Sesuai dengan kegiatan workshop, maka semua provinsi menyusun rencana kebutuhan logistik termasuk bahan untuk pemeriksaan laboratorium. Dari hasil perencanaan bahwa pada umumnya pembiayaan dari pada kebutuhan logistik program TB masih bergantung pada pembiayaan dari GF ATM, secara rinci kebutuhan masing-masing provinsi dapat dilihat pada lampiranKebutuhan bahan pendukung Lab program TB tahun 2012. Rencana kebutuhan Pelatihan Manajemen Logistik. Untuk meningkatkan keterampilan bagi petugas pengelola logistik karena adanya mutasi kepegawaian, baik dari penanggung jawab program, maupun penanggung jawab obat Dinas Kesehatan Provinsi, maka masih perlu diberikan pelatihan sebanyak 346 petugas yang teridi dari : 166 petugas penanggung jawab program dan 180 petugas penanggung jawab obat, secara rinci per provinsi dapat dilihat pada lampiran Usulan pelaqtihan logistik progrm TB.
3. Hasil Diskusi dan isue-isue serta pemecahan dan rencana tindak lanjut. Pada diskusi ada beberapa masalah yang menjadi isue penting yaitu : • Kekosongan stock reagensia di provinsi dan kabupaten/kota. • Tujuan distribusi OAT APBN ke provinsi atau kabupaten/kota • Kebijakan one gate policy yang belum optimal Rencana Tindak Lanjut : • Provinsi yang masih tersedia bahan baku reagensia, akan diberikan dana untuk pengoplosan. • Distribusi OAT akan di alamatkan ke Kabupaten/Kota dan Provinsi untuk buffer stock. • Untuk mengoptimalkan pelaksanaan one gate policy akan dilakukan : - Koordinasi antara pengelola program dengan farmasi, baik di provinsi maupun kabupaten/kota. - Pelatihan manajemen logistik TB untuk meningkatkan SDM dan persamaan persepsi. - Supervisi dan bintek secara berjenjang. Secara lengkap hasil diskusi dapat dilihat pada lampiran Hasil diskusi isueisue serta pemecahan serta rencana tindak lanjut. 4. Hasil diskusi kelompok Dalam Diskusi kelompok membahas upaya peningkatan pengelolaan logistic yang dibagi dalam 3 kelompok tema yaitu : • Kelompok 1 : Peningkatan Koordinasi Perencanaan dan Pengadaan. • Kelompok 2 : Peningkatan Tatalaksana Penyimpanan, Distribusi dan Penggunaan. • Kelompok 3 : Meningkatkan dukungan Manajemen Logistik TB. Secara lengkap hasil diskusi dapat dilihat pada lampiran Hasil Diskusi kelompok 1, 2 dan 3.
4
5. Hasil Kesepakatan. KESEPAKATAN PESERTA WORKSHOP LOGISTIK PROGRAM TB BANDUNG, 23-26 MEI 2011 No
Kesepakatan
I. Perencanaan Logistik TB 1. Pembentukan/Pemantapan Tim Perencanaan Obat Terpadu Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur Program TB, Bagian Perencanaan dan Instalasi Farmasi Provinsi, Kab/Kota (IFK) Dinkes Kab/kota: IFK menyiapkan data stok yang bersumber dari APBD, APBN atau sumber dana lainnya. Program menyiapkan data cakupan tahun sebelumnya dan target cakupan tahun perencanaan. 2. Program TB bersama dengan IFP/IFK menyusun total kebutuhan logistik TB dengan template yang sudah disediakan per kabupaten/kota, secara bottom up, dengan mengalokasikan per sumber dana. 3. Kabupaten/Kota menyusun kebutuhan logistik TB dan mengirimkannya ke Provinsi paling lambat bulan Nopember. 4. Provinsi menganalisa dan merekap kebutuhan logistik TB dari kab/kota dan mengirimkan ke Ditjen. PP&PL c.q. Subdit. ybs. pada bulan Desember untuk direkap menjadi kebutuhan Nasional dan disampaikan ke Ditjen. Binfar dan Alkes Kemenkes RI II. Pengadaan Logistik TB 1. Pemenuhan kebutuhan OAT tahun 2011 menjadi tanggung jawab Pusat 2. Pengadaan dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku yaitu Perpres No. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa (minimal expire date 24 bulan pada saat Obat Anti Tuberkulosis (OAT) diterima untuk TB dewasa, sedangkan OAT Anak minimal 18 bulan). 3. Sertifikat analisa dari produsen OAT diterbitkan per batch (jumlah nomor batchnya diminimalkan) dan disertakan saat menyerahkan OAT kepada Instalasi Farmasi.
Tindak Lanjut
Kab/Kota
Pusat Provinsi Kab/Kota Provinsi Kab/Kota Provinsi Kab/Kota
Pusat Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat
III. Penyimpanan Logistik TB 1. Instalasi Farmasi Provinsi (IFP) dan Instalasi Farmasi Provinsi Kab./Kota (IFK) bertanggung jawab terhadap peningkatan Kab/Kota standard penyimpanan logistik TB. 2. Penerapan one gate policy di semua lini. Pusat Provinsi
5
Kab/Kota 3. Peningkatan komunikasi dan koordinasi antara pemegang program TB dan pengelola IFP/IFK. 4. Pendistribusian logistik yang diadakan melalui APBN dengan perangko Kabupaten/Kota dan harus diinformasikan ke Provinsi. 5. Sebelum di lakukannya pendistribusian logistik agar diberikan informasi secara tertulis kepada Kepala Dinkes provinsi & kab/kota kemudian program TB akan menindaklanjuti dengan berkoordinasi dengan IFP/IFK. 6. Laporan TB.13 harus tepat waktu, lengkap dan akurat sehingga dapat menjadi data dalam melakukan realokasi logistik TB yang dilakukan bersama antara pengelola program TB dan IFP/IFK. Serta adanya umpan balik (feedback) dari laporan yang diterima oleh Provinsi ke kab/kota dan Pusat ke provinsi. 7. Dana realokasi antar provinsi menjadi tanggung jawab pusat, sedangkan dana relokasi antar Kabupaten menjadi tanggung jawab provinsi atau sharing dengan kab/kota tujuan relokasi. IV. Dukungan Manajemen dan SDM Pengelola Logistik TB 1. Permintaan dari UPK harus menggunakan LPLPO dan pengalokasian bekerjasama dengan Wasor. 2. Semua wasor Kab/Kota diharapkan mempunyai buku monitoring distribusi OAT ke UPK. 3. Perlu membangun sistem informasi ketersediaan logistik TB di UPK. 4. 5. 6. 7.
8.
Provinsi Kab/Kota Pusat Pusat
Pusat Provinsi
Pusat Provinsi
Provinsi Kab/Kota Kab/Kota
Pusat Provinsi Kab/Kota Perlu adanya pencatatan dan pelaporan yang baku untuk Pusat reagensia dan logistik non OAT lainnya. Provinsi Kab/Kota Wasor dan petugas farmasi melakukan telaah ketersediaan Provinsi OAT setiap triwulan, serta meleporkan ke jenjang yang lebih Kab/Kota tinggi. Setiap penerimaan OAT dari setiap sumber dibuat laporan ke Provinsi jenjang yang lebih tinggi. Kab/Kota Pelatihan management pengelolaan logistik. Pusat Modul/materi pelatihan dan TOT Assesmen kebutuhan pelatihan dan pelaksanaan Provinsi pelatihan Uji mutu selama penyimpanan dilakukan secara organoleptik Pusat dan uji laboratorium di laboratorium yang terakreditasi. Provinsi Kab/Kota
Bandung, 26 Mei 2011 Peserta
6
SITUASI LAPORAN STOCK OAT (TB.13) PROGRAM TB PER PROVINSI TRIWULAN 1 (JAN-MARET) 2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
PROVINSI NAD SUMUT SUMBAR RIAU KEPRI JAMBI SUMSEL BABEL BENGKULU LAMPUNG BANTEN DKI JAKARTA JAWA BARAT JAWA TENGAH D.I. YOGYAKARTA JAWA TIMUR KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT GORONTALO SULTENG SULBAR SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU MALUT PAPUA IJABAR TOTAL
IFK/IFP
IFP
IFK
BELUM MELAPOR MELAPOR
24 34 20 13 8 12 16 8 11 15 9 7 27 36 6 39 15 10 15 15 16 7 12 6 25 13 10 11 22 12 10 21 12 517
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32
23 20 19 12 6 11 15 7 10 14 7 6 26 35 5 38 14 9 13 14 15 6 11 5 21 12 9 10 21 8 9 20 11 462
0 14 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 0 0 0 23
JUMLAH
YANG MELAPOR
KETERANGAN Laporan tidak lengkap
Laporan tidak lengkap
Laporan tidak lengkap
Laporan tidak lengkap
7
DATA KETERSEDIAAN OAT KAT.1, KAT.2, DAN ANAK DALAM BULAN PER PROVINSI PADA AWAL TRIWULAN 2 TAHUN 2011 NO
PROVINSI STOK
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2 NAD SUMUT SUMBAR RIAU KEPRI JAMBI SUMSEL BABEL BENGKULU LAMPUNG BANTEN DKI JAKARTA JABAR JATENG DIY YOGYA JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT GORONTALO SULTENG SULBAR SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU MALUT PAPUA PAPUA BRT INDONESIA
JENIS OAT KAT.2
KAT.1
3 9.908 7.683 5.553 1.805 1.954 10.214 11.834 1.015 2.996 6.357 9.490 18.984 80.101 39.638 1.973 41.968 6.636 3.052 852 7.161 9.866 985 3.539 1.380 9.736 6.177 2.297 8.831 7.501 2.232 700 4.456 170 327.044
KEBUTUHAN 4 343 1.442 441 344 127 275 660 102 160 582 1.212 1.727 4.417 2.554 188 3.134 458 158 371 291 422 141 205 98 711 230 268 452 388 216 86 500 104 22.807
TERSEDIA (BULAN) 5 28,9 5,3 12,6 5,2 15,4 37,1 17,9 10,0 18,7 10,9 7,8 11,0 18,1 15,5 10,5 13,4 14,5 19,4 2,3 24,6 23,4 7,0 17,2 14,1 13,7 26,9 8,6 19,5 19,3 10,3 8,1 8,9 1,6 14,3
STOK 6 175 35 384 78 122 257 99 31 8 143 148 375 2821 482 131 770 241 49 21 132 88 23 58 46 170 90 27 122 285 11 57 207 18 7.704
TERSEDIA KEBUTUHAN (BULAN) 7 8 3 61,3 12 2,8 14 27,8 9 9,0 4 31,8 3 96,0 8 12,9 4 7,1 2 3,7 11 12,7 29 5,2 93 4,1 99 28,6 41 11,9 10 12,7 58 13,3 4 61,4 3 16,1 3 6,4 4 29,6 2 35,2 1 32,2 2 34,2 3 16,1 11 15,1 1 91,7 7 4,1 5 22,8 5 56,0 1 11,2 5 12,0 17 11,9 10 1,7 483 15,9
KAT. ANAK STOK 9 194 483 705 202 417 157 378 145 197 1.215 818 1.838 17.386 5.147 565 1.557 448 17 63 455 1.499 68 244 71 570 264 433 553 894 147 134 551 475 38.290
KEBUTUHAN 10 8 43 34 33 12 16 26 4 11 55 135 339 948 459 11 135 24 21 36 33 19 3 7 4 12 7 14 21 33 24 7 111 25 2.668
TERSEDIA (BULAN) 11 25,2 11,2 20,7 6,1 34,4 10,0 14,4 39,1 18,3 22,0 6,1 5,4 18,3 11,2 49,9 11,5 18,6 0,8 1,8 14,0 77,8 24,0 36,3 16,4 48,1 38,8 32,0 25,7 27,5 6,1 19,7 5,0 19,0 14,3
8
DATA INSTALASI FARMASI KAB/KOTA YANG TERJADI KEKOSONGAN (STOCK OUT) DAN EXP DATE PADA AWAL BULAN TRIWULAN 2 TAHUN 2011 BERDASARKAN LAP TB.13 TW 1 2011
NO
PROVINSI
YANG
TERJADI STOCK OUT
TERJADI
MELAPOR
KAT.1
KAT.2
ANAK
EXP DATE
PERLU TINDAK LANJUT
1
NAD
23
0
7
5
0
2
SUMUT
20
0
9
7
9
3
SUMBAR
19
1
3
1
5
4
RIAU
12
0
5
1
0
2. Bagi Kab/Kota yang terjadi exp date
5
KEPRI
6
0
0
0
0
segera dianalisa dan dipenuhi ke
6
JAMBI
11
2
4
8
4
7
SUMSEL
15
0
1
0
0
8
BABEL
7
0
2
0
2
mendekati exp. Date dilakukan telaah
9
BENGKULU
10
0
4
1
2
kemampuan penyerapan dan relokasi
10 LAMPUNG
14
0
3
1
2
11 BANTEN
7
0
2
3
1
12 DKI JAKARTA
6
0
3
2
1
13 JAWA BARAT
26
0
0
0
12
14 JAWA TENGAH
35
0
9
1
0
15 D.I. YOGYAKARTA
5
0
0
0
1
16 JAWA TIMUR
38
0
8
0
7
17 KALBAR
14
0
5
4
2
18 KALTENG
9
0
0
0
0
19 KALSEL
13
0
5
5
3
20 KALTIM
14
0
3
4
6
21 SULUT
15
0
6
6
5
22 GORONTALO
6
0
0
0
0
23 SULTENG
11
0
0
0
0
24 SULBAR
5
0
2
2
0
25 SULSEL
21
2
1
0
10
26 SULTRA
12
0
4
5
1
27 B A L I
9
0
5
0
0
28 NTB
10
3
0
0
2
29 NTT
21
4
5
7
0
30 MALUKU
8
1
6
12
3
31 MALUT
9
1
0
1
4
32 PAPUA
20
0
7
2
1
33 IJABAR TOTAL
11
2
5
3
0
462
16
114
81
83
1. Bagi Kab/Kota yang stock Out segera didistribusikan dengan buffer stock Provinsi.
kurangannya. 3. Perlu dicek kembali stock akan
0
9
WORKSHOP REAGEN ZN DAN KEBUTUHAN DANA OPLOS PER-PROVINSI WORKSHOP LOGISTIK PROGRAM TB NASIONAL, PANGHEGAR-BANDUNG 23-26 MEI 2011 Situasi Reagen Zn per-Provinsi s/d Mei 2011 NO
PROPINSI
INDONESIA 1 N. ACEH D.
Kebutuhan Reagen s/d akhir 2011 (paket)
Stok Reagen yg ada Ketersediaan Paket Reagen yg dpt Paket Reagen yg Unit Cost oplos 1 Kebutuhan dana s/d Mei 2011 (paket) bahan baku dibuat dr bhn baku diusulkan melalui GF- paket Reagen Zn oplos Reagen (Rp) Reagen yg ada (paket) TB pusat. (Rp)
121.274
3.441
-
4.100
48.229
69.880
437
tidak ada
3.663
16.444 2.217
-
tidak ada ada
16.444
1.840
-
500
-
6 JAMBI 7 BENGKULU
1.200 800
-
8 SUMATERA SELATAN
1.500
-
9 KEP. BANGKA BELITUNG 10 LAMPUNG
1.311 1.200
-
11 BANTEN
4.232
800
2 SUMATERA UTARA 3 SUMATERA BARAT
4 RIAU 5 KEPULAUAN RIAU
2.904.350.000 ???
stok bahan jadi 437 paket.
740
ada
200
1.640
60.000
12.000.000 hanya bisa dibuat 200 paket
ada
500
-
50.000
25.000.000
ada tidak ada
1.200
-
72.000.000 kebutuhan 6 bln
800
60.000 60.000
ada
1.500
-
60.000
90.000.000
1.296 ada
1.200
60.000 55.000
66.000.000 bahan baku hanya cukup untuk 1200 paket
15
3.432
tidak ada
-
0 ada
12.750
5.250
60.000
14 JAWA TENGAH
23.698
-
ada
8.000
15.698
60.000
890
-
ada
1.166
-
60.000
18.000
-
ada
12.500
5.500
60.000
4.000
655
ada
1.000
2.345
62.500
18 KALIMANTAN TENGAH
676
50
tidak ada
19 KALIMANTAN SELATAN 20 KALIMANTAN TIMUR
800 1.200
369 116
tidak ada ada
21 SULAWESI UTARA
2.600
17 KALIMANTAN BARAT
626 431 1.200
- Hanya ada etanol 433 botol (1 lt) - masih ada tinggal etanol. Stok 15 paket. - ada bufer 800 paket,cukup untuk 2011
-
18.000
16 JAWA TIMUR
kebutuhan satu tahun 88.620.000 ada etanol tapi tidak memenuhi syarat,menurut blk sumbar. kekurangan 335(2,5 ltr) botol. Bisa dipakai sampai tw 3 2011. --> perlu pengadaan 840 l Ethanol PA 96%.
1.477
60.000 60.000
12 DKI JAKARTA 13 JAWA BARAT
15 D.I. YOGYAKARTA
KETERANGAN / INFO DARI PROVINSI
(116)
65.000 65.000
- tidak tahu data ketersediaan reagen. 765.000.000 bahan baku yang ada belum tau dapat dibuat menjadi berapa paket. 480.000.000 bahan baku hanya cukup di buat menjadi 8000 paket. Kebutuhan sampai akhir tahun 23698 cukup (jml tdk tahu)karena ada budget dari APBD. Bahan reagent Bisa 69.960.000 direlokasi --> ke Sulbar 750.000.000 bahan baku bisa untuk 18.000 paket. 62.500.000 belum bisa diketahui akan bisa dijadikan berapa paket, estimasi 1000 paket. Stock 655 paket. Ada gap sebesar 345 - ada anggaran 120 jt dari apbd, tapi belum tau akan jadi berapa paket. Stok 50 paket. - stok bahan jadi 369. 78.000.000 bisa untuk 1200 paket. (Sudah disetujui oleh pusat). Ada 116 paket reagent jadi - sisa stok reagent jadi 470 sampai dengan bulan juni
470
tidak ada
2.130
60.000
22 GORONTALO
194
-
tidak ada
194
60.000
- 200 paket. Hanya ada etanol 576 botol(1 ltr)
23 SULAWESI TENGAH
750
-
750
60.000
- tidak ada stok
24 SULAWESI TENGGARA 25 SULAWESI BARAT
1.150 884
-
1.150
26 SULAWESI SELATAN
5.718
27 BALI 28 NUSA TENGGARA BARAT
tidak ada ada
750
124
60.000 60.000
-
ada
270
5.448
80.000
1.250 1.000
-
ada ada
1.916 1.000
(666) -
57.500 72.500
29 NUSA TENGGARA TIMUR
2.820
-
ada
1.600
1.220
60.000
30 MALUKU 31 MALUKU UTARA
1.200 600
10 20
tidak ada tidak ada
1.190
60.000 160.000
500
489
ada tidak ada
32 PAPUA 33 PAPUA BARAT
10
580 -
-
- tidak ada stok 45.000.000 bisa untuk …… cukup. Ada stok jadi 10 paket. 21.600.000 ada untuk 270 paket,tapi kualitas bahan baku jelek.(Lab PLKN) dan aquades habis. 110.170.000 bisa untuk 2986 paket. 72.500.000 I thn 3100. (Keb 4 bln) 96.000.000 bhn baku yg ada bisa utk 1.600 paket. Sdh trima dana oplos 12juta utk oplos 200 paket reagen - tinggal 10 paket. - belum punya blk. Stok 20 paket. Mengoplos ke sulut. - tidak butuh ada APBD, jml bahan baku yang ada belum dihitung
11
- ada stok 489 dari APBD
10
KEBUTUHAN BAHAN PENDUKUNG LAB PROGRAM TB TAHUN 2012
NO
PROVINSI
1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2 ACEH SUMUT SUMBAR RIAU KEPRI JAMBI SUMSEL BABEL BENGKULU LAMPUNG BANTEN DKI JAKARTA JABAR JATENG DI YOGYA JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT GORONTALO SULTENG SULBAR SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU MALUT PAPUA PAPUA BARAT INDONESIA
Mikros kop 3 10 143 58
-
3 -
-
214
USULAN KEBUTUHAN LOGISTIK LAIN Reagen Pot Slide Ether Oli Sputum Alkohol Emersi 4 5 6 7 8 4.111 16.444 837.104 11.766 100 3.750 125.000 1.736 3.360 1.500 150 150 1.070 44.919 624 45 11 4.072 203.599 2.828 1.311 1.962 4.500 194.522 2.702 5.759 487.218 6.767 159 789.944 10.971 2.000 39.497 18.248 3.510 147.210 1.849 1.846 180.000 2.500 628 5.000 100 50 60 750 53.200 739 150 1.500 33.662 8.662 5.718 202.284 3.018 566 117.030 1.481 1.000 78.004 1.080 37 4.117
156.457
2.173
-
-
1.106
46.473
645
54
-
1.165 124.796
44.286 3.745.912
615 61.756
33 960
33 3.266
11
USULAN PELATIHAN LOGISTIK PROGRAM TB TAHUN 2011 NO
PROVINSI
1
2
Tenaga yang akan dilatih Program TB
Farmasi
3
Keterangan
Jumlah 4 9
5 18
1
ACEH
9
2
SUMUT
33
33
66
3
SUMBAR
3
20
23
4
RIAU
12
12
24
5
KEPRI
0
0
0
6
JAMBI
0
0
0
7
SUMSEL
0
0
0
8
BABEL
7
7
14
9
BENGKULU
5
3
8
10 LAMPUNG
2
1
3
11 BANTEN
0
0
0
12 DKI JAKARTA
10
10
20
13 JAWA BARAT
0
0
0
14 JAWA TENGAH
0
0
0
15 D.I. YOGYAKARTA
6
7
13
16 JAWA TIMUR
7
9
16
17 KALBAR
0
0
0
18 KALTENG
0
0
0
19 KALSEL
14
14
28
20 KALTIM
11
14
25
21 SULUT
0
0
0
22 GORONTALO
0
0
0
23 SULTENG
0
0
0
24 SULBAR
12
6
18
25 SULSEL
0
0
0
26 SULTRA
0
0
0
27 B A L I
0
0
0
28 NTB
0
0
0
29 NTT
23
23
46
30 MALUKU
0
0
0
31 MALUT
0
0
0
32 PAPUA
0
0
0
33 PAPUA BARAT INDONESIA
12
12
24
166
180
346
6
12
13