1
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA PESERTA DIDIK TUNARUNGU KELAS VII SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI KABUPATEN GORONTALO Ummurul Hasanah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota Penulis Asna Ntelu (Pembimbing I) Ulfa Zakaria (Pembimbing II)
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik tunarungu. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan secara kualitatif fenomena yang di amati oleh peneliti yang ada di lapangan. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah semata-mata untuk menggambarkan fakta yang sebenarnya mengenai pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik tunarungu. Data dan sumber data adalah pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik tunarungu KD menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data-data tersebut dianalisis berdasarkan data yang diperoleh di lapangan , melihat satu persatu data hasil observasi. Mengklasifikasi data berdasarkan indikator yang diamati, menganalisis setiap indikator yang diamati meliputi RPP, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan menyimpulkan hasil. Hasil analisis data diperoleh informasi bahwa pembelajaran keterampilan berbicara pada KD menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif belum terlaksanakan dengan sempurna, disebabkan ada langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara yang tidak diterapkan guru kepada peserta didik tunarungu, yaitu pada saat melaksanakan pembelajaran guru tidak mengajarkan peserta didik cara menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif dan pada saat guru melaksanakan evaluasi kepada peserta didik guru hanya menggunakan penilaian secara visual yang seharusnya guru menggunakan beberapa tahap lembar penilaian menceritakan pengalaman sesuai dengan strategi (RPP) yang digunakan. Kata kunci: Pembelajaran, Keterampilan Berbicara, Tunarungu.
2
PENDAHULUAN Pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik tunarungu tidak sama dengan pembelajaran keterampilan berbicara pada anak normal biasanya. Hal ini dikarenakan peserta didik tunarungu merupakan anak yang mengalami gangguan pendengaran yang diklasifikasikan ke dalam tuli atau kurang pendengaran. Menurut Geniofam (24:2010), penderita tunarungu adalah mereka yang memiliki hambatan perkembangan indera pendengar, tunarungu tidak dapat mendengar suara atau bunyi. Oleh sebab itu, kemampuan mereka untuk berbicara pun terganggu. Dengan demikian peserta didik yang menderita tunarungu lebih memberikan dampak kesulitan terhadap perkembangan pengembangan berbahasa dan berbicara dalam hal ini dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Melaksanakan pembelajaran berbicara harus diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan. Dalam kegiatan pembelajaran berbicara tentunya meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP, pelaksanaan dan cara mengevaluasi pembelajaran. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok manusia memiliki bahasa yang sama, maka mereka akan saling berbagi informasi mengenai segala sesuatu yang dialami secara konkret maupun yang abstrak. Tanpa mengenal bahasa
yang
digunakan
oleh
suatu
masyarakat, kita sukar mengambil bagian dalam kehidupan sosial mereka (Somantri, 2007:96). Tujuan dari penelitian
pembelajaran keterampilan berbicara untuk
mendeskripsikan: (1) rencanaan pelaksanaan
pembelajaran keterampilan
berbicara pada KD “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif”, (2) pelaksanaan pembelajaran keterampilan
berbicara
untuk
mendeskripsikan
rencanaan
pelaksanaan
pembelajaran keterampilan berbicara pada KD “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif”, (3) 3
mendeskripsikan cara guru mengevalusai pembelajaran keterampilan berbicara pada KD “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif” pada peserta didik tunarungu kelas VII SLB Kabupaten Gorontalo. Sehubungan dengan hal tersebut, maka teori yang melandasi permasalahan ini adalah teori yang akan dikemukakan oleh Slamet (2005: 172) untuk melatih anak berkomunikasi secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain, guru dapat mendesain berbagai kegiatan yang dapat memungkinkan anak mengungkapkan ide, perasaan, dan emosinya, dan salah satu contoh kegiatan untuk melatih komunikasi lisan pada anak yaitu menunjukkan dan menceritakan (show and tell) anak secara bergilir dan bergantian diminta untuk menceritakan pengalamannya di depan teman-teman yang lain. Pembelajaran keterampilan berbicra bertujuan agar siswa mampu: (1) mengidentifikasi pengalaman yang mengesankan, (2) menentukan pengalaman yang paling mengesankan dari daftar pengalaman yang diidentifikasi, (3) menyusun
pokok-pokok
mengesankan,
(4)
cerita
berdasarkan
pengalaman
yang
menceritakan
pengalaman
yang
mengesankan
paling
paling
berdasarkan pokok-pokok cerita yang disusun dengan menggunakan kata dan kalimat efektif. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut meliputi: (a) kompetensi dasar yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, dalam hal ini aspek berbicara, (b) strategi yang digunakan pada RPP berupa strategi belajar uji praktik berbicara. Langkahlangkah pembelajaran yang digunakan sesuai dengan strategi yang digunakan. Selain itu, tujuan sesuai dengan KD yang akan dicapai. Dalam hal ini tujuan pembelajaran berperan sangat penting dalam interaksi belajar mengajar (IBM), baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya dalam pembelajaran keterampilan berbahasa. Artinya dalam perencanaan IBM, langkah pertama yang ditetapkan adalah tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Kible dan Bassett (dalam Sudiana, 2005:26), bahwa
4
guru dapat menggunakan tujuan
pembelajaran untuk merencanakan pembelajaran pada setiap fasenya. Tujuan pembelajaran sangat membantu dalam menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Pada tahap kegiatan inti ada beberapa tahap pembelajaran yang tidak diterapkan oleh guru sehingga hal ini mengakibatkan proses pembelajaran tidak berjalan dengan sempurna. Dengan penggunaan strategi belajar terkait KD yang diajarkan, semestinya guru melakukan sesuai dengan langkah-langkah rubrik penilaian bercerita yang tercantum pada RPP sebagai berikut: 1) Kesesuaian isi (isi cerita sesuai dengan pokok-pokok cerita yang disusun). 2) Kesesuaian visualisasi (visualisasi mendukung isi cerita). 3) Pelafalan (pelafalan kata secara jelas dan tepat). 4) Jeda dan intonasi ( pengaturan jeda, tinggi rendah nada, keras-lemah suara, dan cepat-lambat ceria). 5) Gerak/mimik (keserasian antara ekspresi wajah, gerak, sikap, dan ucapan). 6) Menggunakan kata dan kalimat efektif. Pada langkah-langkah yang telah tercantum di atas guru melewatkan beberapa langkah strategi pembelajaran mengingat pembelajaran ini dilaksanakan pada
peserta
didik
tunarungu.
Peserta
didik
tunarungu
tidak
dapat
memperdengarkan artikulasi yang jelas (nada/suara), sebagaimana menurut Mufti Salim (dalam Somantri, 2007:93-94) tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Selanjutnya mengingat
strategi belajar ini adalah strategi
yang
membutuhkan waktu secara bertahap untuk menyelesaikan hasil yang maksimal (tugas) yang diberikan guru kepada peserta didik, maka penilaian yang akan digunakan guru juga harus sesuai dengan strategi yang digunakan. Dalam hal ini penilaian yang digunakan berupa tes praktik dalam menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Pada tahap penilaian, guru hanya menggunakan penilaian berbentuk paraf dan visual. Penilaian visual yang dimaksud yaitu melihat langsung kemampuan tiap-tiap peserta didik dalam menyusun dan
5
menceritakan pengalaman pribadi mereka. Penilaian ini merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Semestinya guru menggunakan tabel penilaian yang sesuai dengan RPP. Jika dilihat kembali pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan, guru menggunakan strategi pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat, yang semestinya guru juga melakukan evaluasi/penilaian tatacara menggunakan kata dan kalimat yang efektif baik dilihat melalui tulisan peserta didik maupun pada saat menceritakan di hadapan kelas melalui guru isyarat. Karena mengingat strategi belajar ini adalah strategi yang membutuhkan waktu secara bertahap untuk menyelesaikan pembelajaran yang diberikan guru kepada peserta didik, maka penilaian yang digunakan guru juga harus penilaian yang sesuai dengan strategi yang dicantumkan dalam RPP. Penilaian bercerita merupakan kegiatan penilaian terhadap uji tes peserta didik yang harus diselesaikan menurut periode/waktu tertentu. Evaluasi yang dilakukan adalah guru meminta kepada peserta didik mempresentasikan pengalaman pribadi mereka yang paling mengesankan di depan kelas. Pada saat pelaksanaan pembelajaran antara guru dan peserta didik tentunya ada interaksi. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan
yang berlangsung dalam
lingkungan tertentu. Interaksi terjalin dengan baik namun kurang efektif seperti halnya interaksi antarorang normal, tentunya ada bahasa sebagai perantara. Bahasa yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran ini dibarengi oleh bahasa isyarat agar mempermudah pemahaman peserta didik. Dalam hal ini guru juga terlihat sangat percaya diri dalam mengajar dan memberikan arahan-arahan kepada peserta didik. Tetapi kendalanya guru kurang menguasai materi pembelajaran yang telah diajarkan kepada siswa dan tidak efisien dalam menggunakan waktu selama pembelajaran berlangsung. Semestinya dalam pembelajaran bahasa guru benar-benar memahami dan menguasi materi pembelajaran tersebut, mengingat pembelajaran berbicara merupakan salah satu wujud pembelajaran keterampilan berbahasa bagi siswa. Hal ini sebagaimana
6
pendapat Abidin (2012:125) bahwa pembelajaran bahasa salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. METODE Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang digunakan guru, mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif” pada peserta didik tunarungu. Data dalam penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik tunarungu kelas VII Sekolah Luar Biasa Kabupaten Gorontalo. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data tersebut. Dengan demikian sumber data yang menjadi penelitian ini adalah pembelajaran keterampilan berbicara “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif” Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati atau melihat langsung proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara. Peneliti mengamati dengan menggunakan lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan kepada guru bahasa Indonesia dan guru bahasa isyarat yang mengajar di kelas VII SMPLB peserta didik tunarungu. Hal-hal pokok yang dimuat dalam wawancara meliputi: (1) rencana pelaksanaan pembelajaran seperti apa yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; (2) pelaksanaan pembelajaran seperti apa yang diterapkan oleh guru kepada peserta didik, serta evaluasi yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan peserta didik tunarungu. Wawancara ini merupakan wawancara tak terstruktur yang merupakan wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk penggumpulan datanya.
7
Disebabkan wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini, pada RPP yang dijadikan dalam pembelajaran menulis teks eksposisi, lembar pengamatan rencana pelaksanaan
pembelajaran,
dan
lembar
pengamatan
proses
pelaksanaan
pembelajaran serta mengamati langsung menggunakan teknik rekam (video). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil
analisis
data
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran keterampilan berbicara KD “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat efektif” pada peserta didik tunarungu kelas VII SLB Negeri Kabupaten Gorontalo diuraikan sebagai berikut. Proses pembelajaran merupakan aktivitas terencana yang disusun guru agar siswa mampu belajar mencapai kompetensi yang diharapkan. Sebelum guru melaksanakan proses pembelajaran terlebih dahulu guru menyusun perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini akan digunakan sebagai alat pemandu/pedoman bagi guru pada saat melaksanakan proses pembelajaran. Maka dari itu rencana pelaksanaan pembelajaran diwajibkan dibuat oleh guru untuk menjadi pedoman pada saat guru melakukan proses pembelajaran. Untuk melihat (RPP) yang digunakan guru sesuai atau tidak meliputi aspek sebagai berikut: a. Perumusan Tujuan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu ibu Geys J. Dehi S.Pd, setelah peneliti menilai dengan menggunakan lembar penilaian perencanaan pembelajaran, dapat dikatakan RPP yang disusun jelas, lengkap, dan sesuai dengan kompetensi. b. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar Materi yang diajarkan yaitu cara menceritakan pengalaman yang paling mengesankan. Pada tahap pengorganisasian materi ajar, guru memperlihatkan terlebih dahulu contoh pengalaman pribadi yang mengesankan dengan
8
menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif yang ada pada buku siswa. Setelah itu guru hanya sedikit memberikan penjelasan mengenai materi tersebut, tidak memberikan pemahaman kepada peserta didik terkait dengan cara menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif. Pemilihan materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Hanya saja penjelasan dan alokasi waktu yang digunakan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terlalu sedikit sehingga waktu yang digunakan guru pada saat melaksanakan pembelajaran terkesan terburu-buru. Pemilihan materi tersebut selanjutnya akan menjadi patokan dalam kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik. c. Pemilihan Sumber Belajar/Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, dan karakteristik peserta didik. Dalam pelaksanaan yang diajarkan terkait KD yang digunakan, guru menggunakan sumber/media pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini diajarkan oleh dua guru, yaitu guru bahasa isyarat yang sangat membantu pemahaman peserta didik dalam belajar keterampilan berbicara. Selain itu, ada juga guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada saat pelaksanaan pembelajaran seharusnya peserta didik tunarungu diarahkan untuk menggunakan alat pendengar agar membantu pendengaran mereka. Namun kenyataan yang ada di lapangan, peserta didik belum menggunakan alat tersebut disebabkan minimnya alat dengar yang ada di SLB. Untuk mengantisipasi hal ini, guru isyaratlah yang menjadi fokus mereka dalam memahami pembelajaran yang dilakukan. d. Metode Pembelajaran Metode yang digunakan pada rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru mata pelajaran di kelas VII peserta didik tunarungu, yaitu metode ceramah, diskusi, tanya jawab. Strategi yang digunakan adalah belajar ketrampilan berbicara berbasis isyarat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan juga sesuai dengan materi yang diajarkan melalui tes praktik dan kinerja, namun strategi dan metode pembelajaran “menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan kata
9
dan kalimat efektif” tidak disesuaikanan dengan karakteristik peserta didik tunarungu. e. Penilaian Hasil Belajar Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dari itu penilaian perlu dicantumkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dapat mengukur tingkat kemampuan peserta didik. Penilaian yang digunakan oleh guru dalam (RPP) ada lima aspek yaitu penilaian kesesuaian isi, kesesuaian visualisasi, pelafalan, jeda/intonasi, gerak/mimik
serta menggunakan kata dan kalimat
efektif. Untuk aspek lebih jelas dapat dilihat pada (RPP) yang telah dilampirkan. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Pelaksanaan pembelajaran dan strategi yang dipilih guru dalam proses belajar sangat membantu pengetahuan dan menambah pemahaman bagi peserta didik tunarungu yang mengalami gangguan pendengaran serta ABK (anak berkebutuhan khusus) agar dapat belajar layaknya anak normal lainnya. Hanya saja yang membedakan peserta didik tunarungu menggunakan bahasa isyarat. Hasil pengamatan peneliti terkait dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat yang efektif dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Awal Pembelajaran Tahap awal pembelajaran, yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam terlebih dahulu. Guru bahasa isyarat
ikut memperagakan cara mengucapkan
salam. Guru mempersiapkan peserta didik untuk belajar namun tidak diawali dengan berdoa, serta tidak menanyakan kabar peserta didik. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara memberikan pertanyaan tentang pengalaman baik menceritakan pengalaman sedih maupun pengalaman gembira. Selanjutnya guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari yaitu menceritakan pengalaman yang paling mengesankan dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif, dengan aspek berbicara lainnya. 10
2. Tahap Inti Pembelajaran Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru bahasa Indonesia memberikan contoh terkait cara menceritakan sebuah pengalaman. Kemudian guru langsung meminta peserta didik untuk menuliskan sebuah pengalaman pribadi tanpa menjelaskan terlebih dahulu cara menggunakan kata dan kalimat yang efektif. Guru dan peserta didik bersama-sama berinteraksi menggunakan bahasa isyarat yang dipandu oleh guru bahasa isyarat. Berikut tahapan proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara pada peserta didik anak tunarungu. Pada tahap Strategi, guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari, kemudian peserta didik diminta terlebih dahulu mengamati penjelasan melalui guru bahasa isyarat, setelah itu peserta didik mulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru yang berkaitan dengan menceritakan pengalaman mengesankan tanpa meminta kepada peserta didik agar menggunakan kata dan kalimat yang efektif. Kedua guru terus melakukan pemantauan atau melakukan monitoring pada tiap-tiap peserta didik tunarungu, memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar lainnya. 3. Penguasaan Materi Pembelajaran Materi pembelajaran kurang dikuasai oleh guru. Hal ini tampak pada saat guru menjelaskan cara menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kata dan kalimat yang efektif. Guru hanya menjelaskan contoh pengalaman
yang
mengesankan
tanpa
memberikan
penjelasan
tatacara
menggunakan kata dan kalimat yang efektif. Selain itu, guru tidak memaparkan jenis kata dan kalimat yang efektif dan hanya menghubungkan penjelasan pada kehidupan sehari-hari. Misalnya guru mencontohkan pengalaman seorang siswa yang mengikuti salah satu lomba dalam bidang seni kemudian kedua orang tuanya memberikan kadiah sebuah motor. Peserta didik tunarungu tidak mudah memahami inti pembelajaran tersebut. Dengan demikian letak kekurangan guru dalam hal ini yaitu kurang runtutnya penyampaian materi yang disajikan kepada peserta didik.
11
4. Penugasan Materi Pembelajaran Guru memberikan kesempatan untuk berfikir terkait tema pembelajaran yang berlangsung, memfasilitasi untuk menyajikan hasil kerja individual serta pengalaman mengesankan yang telah ditulis oleh peserta didik tunarungu. Setelah melewati berbagai kegiatan peserta didik langsung menyusun pengalaman yang mengesankan dalam hal ini pengalaman pribadi mereka, namun guru tidak mengarahkan untuk menggunakan kata dan kalimat yang efektif. Pengalaman pribadi yang mengesankan terlebih dahulu diungkapkan melalui tulisan dalam bentuk teks. Tiap-tiap peserta didik tidak diperbolehkan bertanya kepada teman atau menyontek. Mereka diarahkan untuk berfikir mengerjakan tugas sendiri-sendiri agar mandiri. Kemudian guru melakukan evaluasi proses dan hasil kerja peserta didik. Evaluasi yang guru lakukan adalah guru meminta kepada peserta didik mempresentasikan pengalaman pribadi mereka yang paling mengesankan di depan kelas. 5. Ketepatan Penggunaan Media Pembelajaran akan berjalan sempurna dengan adanya media sebagai penunjang untuk menyempurnakan sebuah proses pembelajaran. Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan di lapangan, pada saat
melakukan proses
pembelajaran guru mata pelajaran dibantu oleh guru bahasa isyarat untuk menerjemahkan bahasa yang digunakan selama pembelajaran berlangsung. Kekurangan yang ditemukan yaitu buku siswa hanya dipegang oleh guru. Selain itu, semua peserta didik seharusnya menggunakan alat dengar agar mereka lebih terbantu ketika mendengarkan penjelasan yang diucapkan oleh guru bahasa Indonesia namun kenyataannya mereka belum menggunakan alat tersebut dikarenakan kurangnya fasilitas yang ada di sekolah tersebut. 6. Menyimpulkan Materi Pembelajaran Guru hanya memberikan simpulan materi pembelajaran tanpa melibatkan peserta didik. Guru hanya menanyakan kepada peserta didik, apakah mereka sudah paham atau tahu tatacara menceritakan pengalaman yang mengesankan. Pada kegiatan akhir, guru juga tidak memberikan tugas. Guru tetap memberikan
12
arahan kepada peserta didik agar tetap mengingat kembali tatacara menceritakan pengalaman yang mengesankan terkait materi yang diceritakan sebelumnya. Guru hanya meminta peserta didik untuk mengumpulkan tulisan tentang ungkapan pengalaman pribadi mereka yang sudah mereka paparkan di depan kelas. Pada kegiatan akhir pembelajaran guru tidak melakukan refleksi yang melibatkan peserta didik, guru memberikan paraf pada tiap-tiap hasil kerja siswa dan menutup dengan ucapan salam tanpa berdoa. 7. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi yang digunakan guru untuk menilai keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran ini, hanya menggunakan penilaian berbentuk visual. Guru hanya melihat langsung pemahaman tiap peserta didik dalam menceritakan pengalaman mereka di depan kelas. Jika melihat kembali strategi yang digunakan guru pada proses pembelajaran, guru menggunakan beragam strategi penilaian. Akan tetapi strategi ini belum terlihat digunakan pada saat penilaian oleh guru tersebut. Padahal guru telah memiliki penilaian tersendiri penilaian yang tercantum dalam RPP. Semua tabel penilaian yang telah dilampirkan dalam RPP nampak jelas pada penilaian yang seharusnya digunakan oleh guru, agar sesuai dengan strategi yang digunakan pada saat pembelajaran berlangsung.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut ini: (1) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru tersistematis dengan baik, namun kesesuaian teknik penilaian tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru menggunakan penilaian berbicara (cara menceritakan pengalaman yang mengesankan implementasinya) yang semestinya menggunakan penilaian uji tes praktik, (2) Pembelajaran tidak dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
yang ada pada perencanaan pelaksanaan
pembelajaran. Akan tetapi ada beberapa tahapan yang tidak sempat dilaksanakan oleh guru, yaitu pada tahap guru mengajarkan peserta didik dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat efektif dan pada saat memberi pemahaman terhadap
13
peserta didik tunarungu, (3) Evaluasi/penilaian yang digunakan guru untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik dalam mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan berbicara dan penyampaiannya tidak sesuai, guru menggunakan penilaian berbentuk visual (melihat langsung kemampuan tiap-tiap siswa dalam mengungkapkan pengalaman dalam bentuk lisan maupun tulisan) yang semestinya guru menggunakan penilaian berbentuk aspek dan deskriptor yang sesuai rubrik penilaian bercerita sesuai dengan strategi yang digunakan dalam RPP.
14
DAFTAR RUJUKAN Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Geniofam. 2010. Mengasuh Mensukseskan dan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Garailmu. Slamet, Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luarbiasa. Bandung: Refika Aditama. Sudiana, Nyoman. 2005. Interaksi Belajar Mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Alfina Primatama.
15