PATOGENISITAS ISOLAT LOKAL NEMATODA ENTOMOPATOGEN TERHADAP MORTALITAS LARVA Spodoptera litura Rohmatul Ummah (Nim 10620031) Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui patogenisitas nematoda entomopatogen terhadap mortalitas larva Spodoptera litura. Penelitian dilakukan dengan menggunakan RAK faktorial 3 kali ulangan. Perlakuan Konsentrasi yang digunakan adalah 0 JI/ml, 50 JI/ml, dan 100 JI/ml. Nematoda Entomopatogen (NEP) adalah agen pengendali hayati yang memiliki virulensi yang tinggi terhadap inangnya, membunuh inangnya lebih cepat (24–48 jam), dapat diproduksi secara massal secara in vivo (media hidup) maupun in vitro (media buatan), diaplikasikan dengan mudah dan kompatibel dengan cara pengendalian yang lain. Tahapan perlakuan penelitian ini adalah pembiakan larva Spodoptera litura, pembiakan nematoda entomopatogen, dan uji patogenisitas NEP terhadap larva Spodoptera litura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nematoda berpengaruh terhadap mortalitas larva Spodoptera litura. Kunci: Nematoda Entomopatogen, Spodopteralitura, LC50, LC90, Mortalitas
segala jenis tanaman. Serangan akan
Pendahuluan Hama
adalah
organisme
yang
menginfeksi tanaman dan merusaknya sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. Infeksi hama dan penyakit secara meluas dapat menimbulkan kerugian yang besar. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya pemberantasan hama (Rukmana, 2003). Hama
yang
sering
dijumpai
menyerang tanaman ini adalah ulat grayak (Spodoptera (Spodoptera
litura). litura)
Ulat
grayak
termasuk
dalam
golongan hama polifag artinya pemakan
terjadi apabila tidak ada lagi tanaman inang lain yang disukai ulat ini di sekitar area pertanaman (Widodo, 2013). Pengendalian hama jarak kepyar pada larva Spodoptera litura menggunakan
insektisida
kimia
mengakibatkan peledakan populasi hama. Hama tersebut dapat menjadi toleran terhadap insektisida sehingga populasinya tidak terkendali. Pengendalian hama harus lebih mengutamakan pengendalian hayati dan penggunaan insektisida kimia harus diminimalkan, karena insektisida kimia dapat menimbulkan dampak negatif seperti
menyebabkan kematian pada musuh alami, pencemaran
lingkungan,
keracunan
pada
menimbulkan
manusia
Kamariyah
(2013)
mengatakan
bahwa persentase kematian Spodoptera
dan
litura terlihat pada 60 jam setelah aplikasi
menimbulkan ledakan populasi hama.
Steinernema spp. yang berasal dari tiga
Dengan berbagai dampak negatif yang
kabupaten yang ada di Bengkulu bagian
ditimbulkan
maka
selatan terhadap Spodoptera litura yang
terbuka peluang untuk mengembangkan
diuji pada kerapatan 100, 200, dan 400
pengendalian
ramah
JI/ml menunjukkan bahwa semua isolat
lingkungan (Heri dan Indrayani, 2012).
dapat mematikan serangga uji, tetapi daya
Oleh karena itu, diperlukan pengembangan
mortalitasnya berbeda-beda.
insektisida
hama
kimia
yang
alternatif pengendalian Spodoptera litura yang
efisien
menggunakan
dan
aman
biopestisida
Dengan
adanya
literatur
ini
dengan
menjadi acuan untuk penelitian saya
seperti
dengan
menggunakan
Spodoptera
Steinernema.
(2013)
menggunakan 2 isolat nematoda yaitu
mengatakan bahwa persentase kematian
Heterorhabditis spp. dan Steinernema spp.
Spodoptera litura terlihat pada 60 jam
pada berbagai konsentrasi 0 JI/ml, 50 JI/
setelah aplikasi Steinernema spp. yang
ml, 100 JI/ ml, dan 200 JI/ ml.
berasal dari tiga kabupaten yang ada di Bengkulu
bagian
Spodoptera
litura
selatan yang
terhadap diuji
pada
instar
serangga
nematoda dari genus Heterorhabditis dan Kamariyah
litura
hama IV
dengan
Pengendalian secara hayati dengan pemakaian
nematoda
entomopatogen
(NEP) yang sudah dilaksanakan secara
kerapatan 100, 200, dan 400 JI/ml
luas
menunjukkan bahwa semua isolat dapat
Australia,
mematikan serangga uji, tetapi daya
Pemakaiannya di Indonesia masih sangat
mortalitasnya berbeda-beda.
kecil
Dengan
adanya
literatur
ini
di
beberapa
negara
Asia,
dan
dan
pemanfaatan
terbatas. agens
di
Eropa,
Amerika.
Di
Indonesia
pengendali
secara
menjadi acuan untuk penelitian saya
hayati dengan NEP untuk mengendalikan
dengan
serangga
menggunakan
Spodoptera
litura
hama
instar
IV
serangga dengan
hama
baik
pada
tanaman
perkebunan, pangan, rumput lapangan
menggunakan 2 isolat nematoda yaitu
golf
serta
hortikultura
Heterorhabditis spp. dan Steinernema spp.
menggunakan Steinernema
pada berbagai konsentrasi 0 JI/ml, 50 JI/
spp. dan Heterorhabditis
ml, 100 JI/ ml, dan 200 JI/ ml.
isolat asli Indonesia, sehingga lebih mudah
spp. sebagai
untuk diterapkan (Chaerani, 1996). Kedua
genus
tersebut
memiliki
beberapa
1.
Masing-masing
perlakuan
diujikan
keunggulan sebagai agensia pengendalian
secara terpisah terhadap 20 ekor larva
biologi
dibandingkan
Spodoptera litura dengan konsentrasi yang
dengan musuh alami lain, yaitu daya
berbeda, yaitu 0 JI/ml, 50 JI/ml, 100 JI/ml,
bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya
dan 200 JI/ml
serangga
hama
luas, aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.
Pelaksanaan Penelitian Pembiakan Larva Spodoptera litura Pembiakan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan larva Spodoptera
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.
litura dari lapangan kemudian dipelihara di
Laboratorium
Patologi
Serangga
BALITTAS Malang dengan menggunakan wadah plastik. Pembiakan Nematoda
Alat dan Bahan
Isolat nematoda yang diujikan pada
Alat dalam
Spodoptera litura merupakan koleksi Balai
penelitian ini adalah cawan petri kecil
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
(9cm), cawan petri besar (14cm), kertas
Malang. Nematoda diperbanyak secara in
saring, gunting, label, vial, pipet tetes,
vivo menggunakan Tenebrio molitor (Ulat
spidol permanen, pinset, tisu, mikropipet,
hongkong). Teknik pembiakan nematoda
tutup vial, mikroskop, petridish, spayer,
menggunakan
nampan, dan toples.
(Woodring dan kaya, 1988).
Alat
yang
digunakan
metode
White
Trap
Bahan Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah larva Spodoptera litura instar IV, larva Tenebrio molitor,
Uji Patogenisitas NEP Terhadap Larva Spodoptera litura Pengujian
dilakukan
dengan
isolat nematoda, dan formalin.
metode kertas saring. Pertama menyiapkan
Rancangan Penelitian
vial-vial kecil yang dilapisi kertas saring penelitian
yang
sebanyak 540 buah dan diletakkan dalam
Rancangan
acak
box, masing-masing box berisi 20 vial,
kelompok faktorial dengan 3 ulangan.
jadi terdapat 27 box + 3 kontrol.
Perlakuan yang dicobakan yaitu 3 isolat
Kemudian
Jatim: (1.) PH-1, (2.) PH-2, dan (3.) DKS-
nematoda
Rancangan digunakan
adalah
menghitung yang
akan
konsentrasi dipakai
pada
percobaan dengan mengencerkan suspensi
model hubungan antara mortalitas
nematoda yang telah dipanen. Menyiapkan
dan konsentrasi
air 100ml pada gelas ukur kemudian
4. Produksi nematoda entomopatogen
ditetesi 2 ml nematoda, dan diaduk hingga
per ulat
air dan nematoda bercampur. Kemudian diteteskan nematoda ke dalam petri kecil yang sudah diberi bilik-bilik, dan dihitung jumlahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Patogenisitas
Entomopatogen dengan Berbagai
Produksi NEP
Konsentrasi
Setiap larva yang mati dipindahkan ke
White
Trap
untuk
Mortalitas
memancing
ekor ulat yang sudah mati dari konsentrasi dan ulangan yang sama. Dalam 1 box terdapat 20 ekor larva, jadi masing-masing menghasilkan
4
White
Trap.
Kemudian diinkubasi dalam inkubator dengan suhu ruangan, ditunggu sampai nematoda
keluar.
Setelah
7-10
hari,
nematoda keluar kemudian dipanen dan dihitung produksinya.
1. Mortalitas larva Spodoptera litura 2. LC50 (Lethal Consentration) adalah konsentrasi
yang
menyebabkan
larva uji mati sebanyak 50%. LC50 dihitung
dengan
menggunakan
model hubungan antara mortalitas dan konsentrasi 3. LC90 (Lethal Consentration) adalah konsentrasi
yang
menyebabkan
larva uji mati sebanyak 90%. LC90dihitung dengan menggunakan
Larva
Mortalitas indikator
Spodoptera
merupakan
patogenisitas
nematoda
entomopatogen terhadap larva Spodoptera litura. Isolat lokal yang digunakan untuk adalah DKS-1, PH-1, dan PH-2 dengan masing-masing konsentrasi 0 JI/ml, 50 JI/ml, 100 JI/ml, dan 200 JI/ml. Data persentase
mortalitas
menggunakan
statistik
bahwa
Parameter yang Diamati
Terhadap
litura
nematoda agar keluar. 1 White Trap diisi 5
box
Nematoda
dianalisis dan
konsentrasi
entomopatogen
berpengaruh
diketahui nematoda terhadap
mortalitas larva Spodoptera litura dengan nilai F hitung > F tabel. Uji lanjut yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Jarak Duncan 5%
Berdasarkan
tabel
4.1
Uji
Jarak
Duncan diketahui bahwa konsentrasi 0 JI/ml berbeda nyata dengan konsentrasi 50 JI/ml, 100 JI/ml, dan 200 JI/ml. Sedangkan antara konsentrasi 50 JI/ml,
Mortalitas (%)
Kontrol 150
50
100
200
100 50 0 1
2
3
4 5 Hari
6
7
8
Gambar 4.1. Grafik mortalitas larva Spodoptera litura pada isolat DKS1 persentase
mortalitas
larva
Spodoptera litura pada isolat PH-1 disajikan pada gambar 4.2 Kontrol
50
100
200
150
Mortalitas (%)
Pengaruh Konsentrasi Nematoda Entompatogen terhadap Mortalitas Larva Spodoptera litura Konsentras Isolat i Rata-Rata Mortalitas (JI/ml) Larva (%) 0 33,7 a DKS1 50 99,5 b 100 100 b 200 100 b 0 39,7 a PH-1 50 100 b 100 100 b 200 100 b 0 36 a PH-2 50 100 b 100 100 b 200 100 b Keterangan: Angka diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%
100 50 0 1
2
3
4 5 Hari
6
7
Gambar 4.2 Grafik mortalitas larva Spodoptera litura pada isolat PH-1
100 JI/ml, dan 200 JI/ml tidak beda nyata. Artinya, masing-masing isolat mempunyai keefektifan yang sama. Persentase
mortalitas
harian
komulatif larva Spodoptera litura isolat DKS-1 disajikan pada gambar 4.1
Persentase mortalitas larva Spodoptera litura pada isolat PH-2 disajikan pada gambar 4.3
8
Mortalitas (%)
200
Data
Kontrol
50
100
200
produksi
nematoda
entomopatogen dianalisis menggunakan ANOVA dan diketahui bahwa konsentrasi
100 0 1
2
3
4 5 Hari
6
7
8
nematoda
entomopatogen
terhadap
produksi
menginfeksi
larva
berpengaruh
nematoda
yang
Spodoptera
litura
dengan nilai F hitung > F tabel. Uji lanjut Gambar 4.3 Grafik mortalitas larva Spodoptera litura pada isolat PH-2
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Jarak Duncan 5% (Lampiran 2, tabel 8).
2. Nilai LC50 dan LC90 Nematoda Entomopatogen terhadap Mortaitas
Tabel 4.3 Pengaruh Konsentrasi Nematoda Entomopatogen
Larva Spodoptera litura Berdasarkan menggunakan
analisis
software
Jumlah Produksi Nematoda
probit
SPSS
16
(Lampiran 2, tabel 9, tabel 10, dan tabel
Isolat
Konsentrasi
Rata-rata
(JI/ml)
(JI/ulat)
50
38.783 a
100
96.726 b
200
133.820 c
50
52.720 a
100
69.756 b
200
119.173 c
50
71.373 a
100
106.080 b
200
129.740 c
11), diperoleh nilai LC50 dan LC90 konsentrasi
nematoda
entomopatogen
terhadap
DKS-1
efektif membunuh larva Spodoptera litura instar IV disajikan pada gambar 4.4. LC50 adalah konsentrasi yang menyebabkan larva uji mati sebanyak 50% (Bushvine,
PH-1
1971). Sedangkan nilai LC90 merupakan konsentrasi yang menyebabkan larva uji mati sebanyak 90% (Bushvine, 1971).
PH-2
Tabel 4.2 Nilai LC50 dan LC90 pada masing-masing Isolat NEP Isolat
LC50
LC90
(JI/ml)
(JI/ml)
huruf
DKS-1
41,51
111,47
menunjukkan
PH-1
36,16
101,57
nyata pada uji jarak Duncan
PH-2
33,01
62,51
5%
3. Produksi Nematoda Entomopatogen
Keterangan: Angka yang diikuti oleh yang tidak
sama beda
Berdasarkan tabel 4.1 nilai rata-rata produksi
nematoda
entomopatogen
homolimphe Menurut
mengalami
Chaerani
keracuan.
(1996)
Kematian
diketahui bahwa konsentrasi 50 JI/ml
serangga akan terjadi secara septisemia
berbeda nyata dengan konsentrasi
100
(keracunan darah) dalam waktu beberapa
JI/ml, dan konsentrasi 100 JI/ml berbeda
jam sampai tiga hari tergantung temperatur
nyata dengan konsentrasi 200 JI/ml. Hal
dan spesies nematoda
ini menunjukkan bahwa masing-masing konsentrasi memiliki nilai produksi yang
PENUTUP Kesimpulan
berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi
Berdasarkan
semakin besar produksi nematoda yang
dapat disimpulkan bahwa:
dihasilkan dalam tubuh larva.
1. Ada
hasil
pembahasan
pengaruh
konsentrasi
nematoda entomopatogen terhadap mortalitas larva Spodoptera litura.
4. Histologi larva Spodoptera litura Berdasarkan pada
larva
terinfeksi
hasil
pengamatan
Spodoptera nematoda
litura
yang
entomopatogen
dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x terdapat kerusakan pada saluran pencernaannya.
Hal
ini
dikarenakan
nematoda masuk ke dalam tubuh larva serangga melalui lubang tubuh alami seperti spirakel, anus, atau termakan oleh larva serangga. Setelah berada di dalam tubuh
larva,
nematoda
langsung
melepaskan bakteri simbionnya ke dalam usus
serangga
homolimphe. membunuh
dan
Bakteri larva
menyerang inilah
yang
dengan
cara
mengeluarkan zat yang bersifat antibiotik atau racun terhadap serangga. Tubuh larva yang terserang mengalami kerusakan. Pada jaringannya berubah menjadi cairan karena nutrisi dalam tubuh larva terserap, dan
2. Nilai LC50 pada isolat DKS-1, PH1, dan PH-2 adalah 17 JI/ml, 12 JI/ml, dan 9 JI/ml. Sedangkan nilai LC90 adalah 115 JI/ml, 102 JI/ml, dan 108 JI/ml. 3. Ada
konsentrasi
entomopatogen
nematoda
terhadap
hasil
produksi nematoda dalam tubuh larva Spodoptera litura 4. Histologi larva Spodoptera litura yang
terinfeksi
entomopatogen kerusakan
nematoda mengalami
pada
saluran
pencernaannya. Jaringannya hancur berubah menjadi cairan dan warna kutikulanya memudar. Saran Penelitian dilanjutkan virulensinya
untuk isolat
ini
perlu
mengetahui nematoda
entomopatogen hama
yang
pada lain.
serangga Dan
perlu
dilakukan penelitian uji lapang.
Chaerani, M. 1996. Nematoda Patogen Serangga. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor Djunaedy,
DAFTAR PUSTAKA
A.
2009.
Studi
Karakter
Ekologi Nematoda Entomopatogen Heterorhabditis Isolat Lokal Madura.
Afifah, L. 2013. Eksplorasi Nematoda Entomopatogen Pada Lahan Tanaman
EMBYO. Volume 6 Nomor 1 Erwin.
2000.
Hama
dan
Penyakit
Jagung, Kedelai Dan Kubis Di Malang
Tembakau
Serta
Penelitian Tembakau Deli PTPN II
Virulensinya
Terhadap
Spodoptera Litura Fabricius. Jurnal
Deli.
Medan:
Balai
(Persero), Tanjung Morawa
HPT. Volume 1 Nomor 2 Gaugler,
R.
and
Kaya,
H.K.1990.
Al-Qurtubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al-
Entomopathogenic
Nematodes
in
qurthubi. Jakarta: Pustaka Azam
Biological Control. Florida: CRC Press. Boca Raton
Borror,
1982.
Tanaman.
Patogenesis Bandung:
Nematoda Universitas
Griffin
and
Ehlers,
Pathogenecity,
Padjajaran
reproduction Bushvine, JR. 1971. A Critical Review Of The
Techniques
Insectisides.
for
Testing
London:
Common
Wealth Agricultural Bureaux
Efektivitas Nematoda Entomopatogen
Heterorhabditis)
Steinernema Sebagai
development, of
bacteriophora
and
2000. and
Heterorhabditis Steinernema
carpocapsae under axenic in vivo conditions. Journal of Invertebrate Pathology 75: 55-58.
Chaerani dan Nurbaeti, B. 2007. Uji
(Rhabditida:
R.U.
Dan
Harpenas, Asep dan Dermawan, R. 2009. Budi Daya Cabai Unggul. Bogor: Penebar Swadaya
Musuh Penggerek
Hasnah, Husni dan Fardhisa, A. 2012.
Batang Padi Kuning (Scirpophaga
Pengaruh ekstrak Rimpang Jeringau
Incertulas). J. HPT Tropika. Volume
(Acorus Calamus) terhadap Mortalitas
7 Nomor 2
Ulat grayak Spodoptera litura F. J
Alami
Non-Endemik
floratek. Volume 7 , 115-124
Hera. 1995. Ulat Grayak (Spodoptera
carpocapsae (ALL STRAIN) Sebagai
litura) Makalah Hama dan Penyakit
Pengendali
Tumbuhan.http://www.deptan.go.id/di
Plutella xylostella. Jurnal Pertanian
tlinhorti. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mapeta. Volume 5 Nomor 15
Heri
dan
Indrayani,
IGAA.
Hama
Tanaman
Kubis
2012.
Prabu, DA. 2013. Steinernema spp. Agen
Viabilitas Dan Efektivitas Formula
Hayati Pengendali Hama Uret Tebu.
Nematoda Steinernema sp. Terhadap
Jakarta:
Hama
Perkebunan Kementerian Pertanian RI
Penggerek
Helicoverpa
Buah
armigera
Kapas
Efektifitas
Berbagai
Konsentrasi Nematoda Entomopatogen (Steinernema sp.) Terhadap Mortalitas Larva Spodoptera exiqua HUBNER. e-
Nawawi, I. 1994. Riyadhus Shalihin Jilid Terjemahan
Ahmad
Sunarto.
Nugroho, BA. 2013. Pengenalan dan
Pada
Hama
Tanaman
Nimba Dalam Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera Litura F.) Pada Tanaman Selada. J. Floratek. Volume
Samsudin. 2011. Nematoda Pengendali Hayati.
Yogyakarta:
Universitas
Gajah Mada
Jakarta: Pustaka Amani
Pengendalian
Rusdy, A. 2009. Efektivitas Ekstrak
4 ,41-54
J Agrotekbis. ISNN: 2338-3011
II,
Rukmana, R. 2003. Usaha Tani Kapri. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Desember 2012 2013.
Jenderal
HUBNER.
Jurnal Littri. Volume 18 No 4,
Kamariah.
Direktorat
Ulat
Kapas.
Grayak Surabaya:
Sanjaya, Y. 2010. Histological study of SlNPV infection on body weight and peritrophic membrane damage of Spodoptera litura larvae.
BBPPTP Surabaya
Bioscience. Volume 2 Nomor 3 Nugrohorini.
2007.
Uji
Toksisitas
Nematoda Steinernema Sp. (Isolat Tulungagung) Pada Hama Tanaman Sawi
(Brassica
Laboratorium.
Juncea)
Jurnal
Di
Pertanian
Mapeta. Volume 10 Nomor 1
Setiawan D, Sp. 2013. Prospek dan Potensi
Entomopatogen
Steinernema
Kepyar
(Rinicus
communis L) Sebagai Salah Satu Komoditas Kementrian Jenderal
Nugrohorini. 2011. Potensi Nematoda
Jarak
Perkebunan.
Jakarta:
Pertanian-Direktorat Perkebunan,
Tanaman Semusim.
Direktorat
Subagiya. 2005. Pengendalian Hayati
Sulisyanto,
D.
1999.
dengan Nematoda Entomopatogenus
Entomopatogen,
Steinernema Strain
Steinernema
spp.
carpocapsae
(ALL)
Heterorhabditis spp., Isolat Lokal
Terhadap
Hama
Sebagai Pengendali Hayati Seragga
binotalis
Zell.
Hama Perkebunan. Makalah Lustrum.
Yogyakarta:
Balai
Lokal
Crocidolomia Tawangmangu.
Nematoda
Universitas Jember. 12 Hal
Penelitian Nematoda Entomopatogen Widianingsih, W. Asiyah, N dan Ridhayat Subandrijo, S. H., Istdijoso., dan Suwarso.
I.R. 2009. Nematoda Entomopatogen
1992. Pengendalian Serangga Hama
Sebagai Komponen Manajemen
Tembakau. Malang: Badan Penelitian
Dalam Pertanian Organik. PKM-GT.
dan Pengembangan Tembakau dan
IPB. Bogor.
Tanaman Serat. Widodo, S. 2013. Hama dan Pengendalian Sucipto.
2008.
Persistensi
Nematoda
Jarak Kepyar. Badan Penyuluhan Dan
Entomopatogen Heterorhabditis Isolat
Pengembangan
Lokal Madura Terhadap Pengendalian
Manusia Pertanian.
Sumber
Daya
Rayap Tanah Macrotermes sp. di Wiratno, dan Rohmatun. 2012. Patogenitas
Lapang. EMBRYO. Vol 5, no 2
Nematoda Sucipto. 2009. Efektifitas teknik aplikasi NEP
Hetrorhabditis
Madura
Sebagai
Pengendalian (Macrotermes Bangkalan
Isolat Agens
Rayap sp) dan
di
Lokal Hayati
Heterorhabditis
Terhadap
Kumbang
Daun
sp. Kelapa
Brontispa Longissima Gestro. Jurnal Littri.vol 18, no 4
Tanah Kabupaten Sampang.
EMBRYO.vol 6, no 1
Woodring,
J.L
dan
Kaya.
1988.
Steinernematid and Heterorhabditid Nematodes.
A
Handbook
Of
Technique. Arkansas Agric. Expt. Stst. Sudarmo, S. 1992. Tembakau. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Fayatvile. Arkansas. 30p