PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
OLEH : Zainal Arifin 809018300624
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi)
Diajukan Kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Oleh Zainal Arifin NIM: 809018300624
Di Bawah Bimbingan
( Drs. Otong Suhyanto, M.Si ) NIP. 196811041999031001
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH Skripsi yang berjudul: “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013” disusun oleh Zainal Arifin, NIM 809018300624, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS pada Ujian Muanaqasah pada tanggal 06 Nopember 2013 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta, 06 Nopember 2013 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI) 06/11/2013
…………………
Fauzan, MA NIP. 197611072007011013 Pembimbing Drs. Otong Suhyanto, M.Si NIP. 196811041999031001
06/11/2013
…………………
Penguji I Maifalinda Fatra, S.Ag, M.Pd NIP. 197005281996032002
06/11/2013
…………………
Penguji II Lia Kurniawati, M.Pd NIP. 197605212008012008
06/11/2013
…………………
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
( Nurlena, MA, Ph. D ) NIP: 195910201986032001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Zainal Arifin
Tempat/Tgl Lahir
: Sukabumi, 20 Mei 1984
NIM
: 809018300624
Jurusan
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Angkatan tahun
: 2009/2013
Alamat
: Jl. Subangjaya RT: 02/05 Kel. Subangjaya Kec. Cikole Kota Sukabumi
Bahwa skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013” adalah hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama
: Drs. Otong Suhyanto, M.Si
NIP
: 196811041999031001
Dosen Jurusan
: Pendidikan Matematika
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, Juli 2013 Yang menyediakan,
Zainal Arifin NIM: 809018300624
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013” disusun oleh Zainal Arifin, Nomor Induk Mahasiswa 809018300624, Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Fakultas.
Jakarta, Juli 2013 Yang mengesahkan Pembimbing
( Drs. Otong Suhyanto, M. Si ) NIP. 196811041999031001
ABSTRAK ZAINAL ARIFIN (809018300624) “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Juli 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) Penerapan pedekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan di kelas IV, 2) Hasil hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan di kelas IV akan meningkat melalui penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini dilaksanakan di MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi tahun pelajaran 2012/2013. Subyeknya adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 28 orang. Pokok bahasan yang diteliti adalah bilangan pecahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi aktivitas siswa, jurnal harian siswa, wawancara, dan tes akhir siklus. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa yaitu 53,79% pada siklus I menjadi 72,73% pada siklus II. Hal tersebut menunjukan pula adanya peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa yaitu 77,14 pada siklus I menjadi 83,11 pada siklus II, dan memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika sebesar 77,38% pada siklus I dan 85,12% pada siklus II.
Kata kunci : Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan Hasil Belajar Siswa.
i
ABSTRACT Zainal Arifin (809018300624) "Application of Realistic Mathematics Education Approach Indonesia (PMRI) to Improve Student Results on the Topic Fraction in Class IV MI Ghidaul Athfal Sukabumi Academic Year 2012/2013". Thesis majoring in Elementary School Teacher Education and Teacher Training Faculty Tarbiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University, July 2013. The purpose of this study was to determine 1) the application pedekatan Indonesian Realistic Mathematics Education (PMRI) can improve student learning outcomes on the subject of fractions in grade IV, 2) the results of student learning outcomes on the subject of fractions in fourth grade will be increased through Realistic Mathematics Education approach implementation Indonesia (PMRI). The research was conducted in Sukabumi City MI Ghidaul Athfal school year 2012/2013. The subject is a fourth grade student with student number 28. The subject is studied fractions. The method used in this research is Classroom Action Research (CAR), which consists of four stages, namely the planning, implementation, observation, and reflection. Instruments used in this study was the observation of student activity sheets, student daily journal, interviews, and the final test cycle. The results revealed that the application of PMRI approach can improve students' mathematics learning activity that is 53.79% in the first cycle to 72.73% in the second cycle. It shows also an increase in average mathematics achievement of students is 77.14 to 83.11 in the first cycle in the second cycle, and responded positively to the learning of mathematics by 77.38% in the first cycle and 85.12% in cycle II.
Keywords: Realistic Mathematics Education Approach Indonesia (PMRI) and Student Learning Outcomes.
ii
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Fauzan, MA, Ketua Jurusan Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). 3. Bapak Drs. Otong Suhyanto, M.Si, Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan,
serta
mengarahkan
penulis,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis beserta staf yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi. iii
5. Perpustakan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Abdul Aziz, S.Pd.I, Kepala Sekolah MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi, semua dewan guru MI Ghidaul Athfal yang telah telah mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian skripsi ini, serta Ibu Rina Dinaryati, S.Pd.I guru kelas IV yang telah membantu penulis dalam penelitian skripsi ini. 7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda Awan Setiawan dan Ibu Ai Jamilah yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu mendo’akan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kakakku Tika Kartika dan Adikku Adam gunawan yang telah memberikan dukungan moril serta do’anya kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat
seperjuanganku
dibangku
kuliah
(Misbah,
Anjar
Ginanjar, Ujang Sujana, Ramdan, Mira Rahayu, Nolis Nurbaeti, dan teman-teman yang lain yang tidak disebutkan satu persatu) yang selalu memberikan semangat dan do’a kepada penulis, serta teman-teman Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2009. 9. Orang terkasih Ana Noviana yang tiada henti memberikan dukungan moril serta do’anya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Sukabumi, Juli 2013 Penulis
Zainal Arifin
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK...................................................................................................
i
ABSTRACT................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
viii
DAFTAR DIAGRAM................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
x
BAB I:
BAB II:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................
1
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian..............................
7
C. Pembatasan Fokus Penelitian............................................
7
D. Perumusan Masalah Penelitian..........................................
7
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian..............................
8
KAJIAN
TEORITIK
DAN
PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti......................
9
1. Hakekat Belajar Mengajar..........................................
9
a. Pengertian Belajar..................................................
9
b. Pengertian Mengajar..............................................
11
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pelaksanaan
Pembelajaran...............................................................
13
3. Hakikat Hasil Belajar..................................................
17
4. Pembelajaran Matematika di SD/MI..........................
19
5. Pendekatan
Pendidikan
Matematika
Realistik
Indonesia (PMRI)........................................................
21
a. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)...................................................
v
23
BAB III:
BAB IV:
BAB V:
b. Prinsip-prinsip PMRI.............................................
25
c. Karakteristik PMRI................................................
25
d. Penerapan/Implementasi PMRI di SD/MI.............
27
6. Pembelajaran Matematika Tentang Konsep Pecahan.
31
a. Pengertian Bilangan Pecahan.................................
31
b. Jenis-jenis Bilangan Pecahan.................................
32
B. Hasil Penelitian yang Relevan.........................................
37
C. Kerangka Berpikir............................................................
37
D. Hipotesis Tindakan..........................................................
38
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................
39
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian.......
39
C. Subjek Penelitian..............................................................
40
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian......................
43
E. Tahapan Intervensi Tindakan..........................................
44
F.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan...................
45
G. Data dan Sumber Data.....................................................
46
H. Instrumen Pengumpulan Data..........................................
47
I.
Teknik Pengumpulan Data..............................................
48
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan.............................
49
K. Analisi Data dan Interpretasi Data...................................
50
L.
51
Pengembangan Perencanaan Tindakan............................
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data.................................................................
52
B. Analisis Data...................................................................
80
C. Pembahasan.....................................................................
83
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan......................................................................
85
B.
85
Saran ...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi
DAFTAR TABEL Tabel. 2.1
Implementasi Pembelajaran PMRI.......................................
Tabel. 4.1
Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas IV MI
29
Ghidaul Athfal Sebelum Dilakukan Penelitian....................
53
Tabel. 4.3
Rekafitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I.........
62
Tabel. 4.4
Rekafitulasi Jurnal Harian Siswa pada
Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus I..........
64
Tabel. 4.5
Nilai Tes Akhir Siklus I........................................................
65
Tabel. 4.6
Rekafitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II........
76
Tabel. 4.7
Rekafitulasi Jurnal Harian Siswa pada
Pembelajaran
Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus II.........
77
Tabel. 4.8
Nilai Tes Akhir Siklus II.......................................................
78
Tabel. 4.9
Rekafitulasi Total Persentase Aktivitas Siswa......................
80
Tabel. 4.10
Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa...........
82
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar. 2.1
Proses Matematisasi Diadaptasi dari de Lange..................
Gambar. 2.2
Contoh penyajian bilangan pecahan dalam bentuk
26
gambar.................................................................................
31
Gambar. 3.1
Diagram Desain Penelitian.................................................
42
Gambar. 4.1
Suasana Kelas Pada Penelitian Pendahuluan......................
53
Gambar. 4.2
Kegiatan Kelompok Memotong Buah Apel.......................
56
Gambar. 4.3
Kelompok II Terlihat Hanya Mengandalkan S2 dan S8 Dalam Mengerjakan Tugas Kelompok...............................
Gambar. 4.4
S5 dan S15 Sedang Memperlihatkan Roti Yang Telah Dipotong..............................................................................
Gambar. 4.5
56
58
S26 Perwakilan Kelompok II Sedang Mengerjakan Tugas di Depan Kelas....................................................................
60
Gambar. 4.6
Kelompok II Sedang Mengerjakan Tugas Kelompok.........
60
Gambar. 4.7
Suasana Saat Tes Akhir Siklus I.........................................
61
Gambar. 4.8
Kertas yang dilipat dan diberi arsiran.................................
70
Gambar. 4.9
Guru
Sedang
Menjelaskan
Materi
Tentang
Cara
Menyederhanakan Pecahan.................................................
72
Gambar. 4.10 Guru Kolaborator Sedang Mengawasi Tes Akhir Siklus II
75
viii
DAFTAR DIAGRAM Diagram. 4.1
Persentase Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus I........
Diagram. 4.2
Persentase Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus II......
Diagram. 4.3
Diagram
Batang
Peningkatan
Aktivitas
77
Belajar
Matematika Siswa............................................................... Diagram. 4.4
64
81
Diagram Batang Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa...................................................................................
ix
82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)..................
86
Lampiran 2
Lembar Latihan Soal....................................................
117
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS)..........................................
123
Lampiran 4
Daftar Nama-nama Subyek penelitian.........................
129
Lampiran 5
Daftar Nilai Harian Siswa Sebelum Penelitian............
130
Lampiran 6
Pedoman Wawancara Sebelum Penelitian...................
131
Lampiran 7
Pedoman Wawancara Setelah Siklus...........................
133
Lampiran 8
Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa..............
135
Lampiran 9
Lembar Observasi Aktivitas Siswa..............................
136
Lampiran 10
Jurnal Harian Siswa.....................................................
138
Lampiran 11
Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I.........................................
139
Lampiran 12
Soal Tes Akhir Siklus I................................................
140
Lampiran 13
Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus I.......................
142
Lampiran 14
Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II........................................
143
Lampiran 15
Soal Tes Akhir Siklus II...............................................
144
Lampiran 16
Kunci Jawaban Soal Tes Akhir Siklus II.....................
146
Lampiran 17
Caatatan Lapangan.......................................................
147
Lampiran 18
Hasil Wawancara Sebelum Penelitian.........................
160
Lampiran 19
Hasil Wawancara Setelah Tindakan............................
163
Lampiran 20
Hasil lembar Observasi Aktivitas Siswa......................
168
Lampiran 21
Hasil Jurnal Harian Siswa............................................
174
Lampiran 22
Hasil Rekafitulasi Jurnal Harian Siswa........................
180
Lampiran 23
Perhitungan Nilai Rata-rata Harian Siswa Sebelum Penelitan.......................................................................
181
Lampiran 24
Perhitungan Nilai Rata-rata Skor Tes Akhir Siklus I...
183
Lampiran 25
Perhitungan Nilai Rata-rata Skor Tes Akhir Siklus II.
185
Lampiran 26
Daftar Hasil Nilai Akhir Tes Siklus I...........................
187
Lampiran 27
Daftar Hasil Nilai Akhir Tes Siklus II.........................
188
x
Lampiran 28
Hasil Rincian Skor Nilai Siklus I dan Siklus II...........
189
Lampiran 29
Hasil Dokumentasi Selama Penelitian.........................
193
Lampiran 30
Hasil Uji Referensi Penelitian
Lampiran 31
Surat Izin Penelitian
Lampiran 32
Surat Bukti Penelitian
Lampiran 33
Daftar Riwayat Hidup
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.1 Pendidikan selalu menjadi issue menarik bagi setiap kehidupan manusia, baik pemerintah maupun masyarakat umumnya. Issue ini tidak terlepas dari asumsi publik bahwa dengan pendidikan seseorang dapat meningkatkan harkat dan martabatnya dengan bekal jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Terlebih di era global yang mensyaratkan adanya profesinalisme dalam meraih peluang kerja. Pada era sekarang pendidikan hendaknya berorintasi pada model pendidikan yang berwawasan global, yaitu; pendidikan yang dilandaskan pada pluralitas agama, politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, etnis, ras, bahasa. Hal ini tidak hanya dalam cakupan regional, nasional, melainkan hingga global (Internasional). Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
dijelaskan
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Pembelajaran
di
Sekolah-sekolah
turut
andil
dalam
pencapaian
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembelajaran ini dapat dispesifikasikan lagi
1
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), h. 11. 2 Abd. Rojak, Fauzan, H. Ali Nurdin, Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta, FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010), h. 6.
2
sampai kepada pembelajaran dari salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif bagi pencerdas kehidupan bangsa sekaligus turut memanusiakan bangsa dalam arti dan cakupan yang lebih luas. Mata pelajaran tersebut adalah matematika. Menurut Ruseffendi yang dikutif oleh Heruman matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan stuktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak diidentifikasikan keunsur yang diidentifikasikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.3Sedangkan hakekat matematika menurut Soedjadi, yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, pola pikir yang deduktif.4 Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit, meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, seperti halnya bahasa, membaca dan menulis. Kesulitan matematika harus diatasi sedini mungkin, kalau tidak akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai. Banyak
orang
yang mempertukarkan
antara
matematika dengan
aritmatematika atau berhitung, padahal matematika memiliki cakupan yang lebih luas dari pada aritmatika. Aritmatika hanya merupakan bagian dari matematika, bidang studi matematika yang diajarkan di SD/MI mencakup tiga cabang yaitu: aritmatika, aljabar dan geometri. Matematika adalah bidang studi yang harus dipelajari dari SD/MI sampai dengan perguruan tinggi, untuk itu agar siswa dapat memahami matematika dengan baik di perlukan konsep dasar matematika yang diajarkan di SD/MI, untuk memudahkan hal tersebut maka dipergunakanlah alat peraga matematika pada siswa SD/MI yang cara berfikirnya masih bersifat kongkrit. Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali 3
Heruman, Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2010), h.1. 4 Ibid.
3
peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Hal senada juga diungkapkan oleh Soedjadi (2004) bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi: (1) tujuan yang bersifat formal yang memberi tekanan pada penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak, dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi
tekanan pada
penerapan
matematika serta kemampuan
memecahkan masalah matematika. Dari tujuan di atas terlihat bahwa matematika sangat penting untuk menumbuhkan penataan nalar atau kemampuan berpikir logis serta sikap positif siswa yang berguna dalam mempelajari ilmu pengetahuan maupun dalam penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut disusun standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dijadikan sebagai landasan guru untuk menyusun program dan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Di Indonesia mata pelajaran matematika diberikan mulai sejak kelas I SD/MI. Siswa SD/MI umurnya berkisar antara 6 tahun atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Peaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD/MI masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Hal ini menunjukan betapa pentingnya matematika dalam jenjang selanjutnya, karena matematika selalu berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Matematika perlu dipelajarai oleh siswa karena matematika merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan secara umum. Untuk memahami dunia dan memperbaiki kualitas keterlibatan kita pada masyarakat, maka diperlukan
4
pemahaman matematika secara lebih baik lagi. Matematika juga merupakan alat dan bahasa untuk memecahkan masalah baik dalam masalah matematika ataupun masalah dalam kehidupan manusia.5 Salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian lebih adalah matematika, dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika terutama pada pokok bahasan bilangan pecahan selalu rendah. Hal ini biasanya karena sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide atau pun penyelesaian atas soal-soal latihan yang diberikan di depan kelas. Tidak jarang siswa kurang mampu dalam mempelajari matematika terutama dalam pokok bahasan pecahan , sebab materi pecahan dianggap terlalu sulit, dan menakutkan bahkan dari sebagian mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap sebagai momok oleh mereka. Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika. Upaya-upaya pembaharuan dalam sistem pendidikan dilakukan sebagai respon
dari
banyaknya
permasalahan
dalam
pendidikan
di
Indonesia.
Permasalahan tersebut juga terjadi pada mata pelajaran matematika. Masalah umum pada matematika seperti rendahnya daya saing di ajang international, rendahnya rata-rata NEM nasional, serta rendahnya minat belajar matematika, matematika terasa sulit karena banyak guru matematika mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak menarik dimana guru menerangkan atau „teacher telling‟ sementara murid mencatat. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah secara umum pendekatan pengajaran matematika di Indonesia masih menggunakan pendekatan tradisional atau mekanistik yang menekankan proses ‘drill and practice’, prosedural serta menggunakan rumus dan algoritma sehingga siswa dilatih mengerjakan soal seperti mekanik atau mesin. Konsekwensinya bila mereka diberikan soal yang beda dengan soal latihan mereka akan membuat kesalahan atau ‘error’ seperti terjadi pada komputer.
5
Turmudi dan Aljufri, Pembelajaran Matematika, (Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h, 6.
5
Begitu pula mereka tidak terbiasa memecahkan masalah yang banyak di sekeliling mereka. Pembelajaran matematika seperti yang kita alami dikelas-kelas masih menitik beratkan kepada pembelajaran lansung yang pada umumnya didominasi olek guru, siswa masih secara pasif menerima apa yang diberikan guru, umunya hanya satu arah. Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam pembelajaran matematika umumnya siswa menonton gurunya menyelesaikan soal-soal dipapan tulis. Pola-pola pembelajaran transmisi masih mendominasi kelas misalnya guru mengenalkan aturan umum dalam matematika dan dilanjutkan dengan memberikan soal-soal latihan. Praktek-praktek pembelajaran seperti di atas diusulkan untuk diperbaiki dan pelaksanaan proses pembelajaran seperti itu belum menunjukan hasil yang maksimal yang dicapai oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi bilangan pecahan masih rendah. Berdasarkan tes yang dilakukan dalam menjawab soal-soal yang diberikan pada materi bilangan pecahan banyak siswa yang tidak bisa menjawab dengan benar. Dari jumlah siswa yang mengikuti tes tersebut hanya 67% siswa yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 60,00, sementara sisanya mendapat nilai di bawah KKM. Siswa juga memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan dan menakutkan. Hal ini jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika kedepan. Oleh karena itu perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama. Hasil empiris diatas jelas merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika sesuai yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika. Dengan situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati apa yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah pendekatan, strategi dan metode yang bervariasi agar kemampuan siswa dalam menemukan konsep-konsep serta pemahaman tentang materi pecahan pada pelajaran matematika semakin meningkat.
6
Merujuk pada berbagai pendapat para ahli matematika SD/MI dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, penulis mencoba menawarkan penyelesaiannya dengan penerapan pembelajaran matematika melalui Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), karena selama ini PMRI diindikasikan mampu menjadi pembelajaran matematika lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan salah satu langkah yang dapat diambil agar pembelajaran matematika tidak terkesan sulit. Salah satu yang khas dari PMRI adalah penggunaan “konteks” (masalah kontekstual). Sebagai bandingan, pendekatan pembelajaran tradisional yang disebut dengan pendekatan pendidikan matematika “mekanistik”, hampir seluruh isinya adalah “soal-soal yang kering” tanpa konteks realistik. Dalam pendekatan matematika realistik siswa belajar matematisasi masalah kontekstual. Dengan kata lain siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan soal matematika secara realistik. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ini juga diterapkan agar
dapat membantu guru khusunya dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Selain itu agar penyajian bahan ajar matematika tidak lagi terbatas hanya ceramah dan membaca isi buku, sehingga diharapkan siswa tidak lagi merasa bosan dan jenuh dengan materi pelajaran. Berdasarkan uraian di atas, maka
peneliti
mengambil
judul“Penerapan
Pendekatan
Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013”
7
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
masalah
di
atas,
maka
dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Pemahaman guru akan pendekatan, model, dan metode pembelajaran masih terbatas dan kurang. 2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pokok bahasan bilangan pecahan pada mata pelajaran matematika. 3. Penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang belum mengaktifkan siswa, sehingga belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 4. Siswa merasa bosan dan jenuh dengan Pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang dipakai oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. C. Pembatasan Fokus Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasikan di atas, agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup dibatasi yaitu: 1.
Materi pembelajaran adalah konsep materi bilangan pecahan dan operasi hitung bilangan pecahan
2.
Hasil belajar siswa yang direalisasikan adalah aspek kognitif dengan kategori C1 sampai dengan C3 melalui proses pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apakah Penerapan Pedekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.
Apakah Penerapan Pedekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013.
8
3.
Bagaimana respon siswa
terhadap Penerapan Pedekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013. E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.
Penerapan Pedekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.
Penerapan Pedekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat
Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013. 3.
Respon siswa
terhadap Penerapan Pedekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Bilangan Pecahan di Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: a. Bagi guru, dari penelitian ini diharapkan dapat ditemukan alternatif pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal, menjadi pertimbangan bagi guru dalam proses pembelajaran matematika ke depannya, sehingga guru dapat merencanakan proses pembelajaran yang lebih baik dan menjadi motivasi serta hasil belajar yang baik bagi siswa. b. Bagi siswa, hasil penelitian ini memberikan proses pembelajaran yang baru,sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan lebih baik, dan menghasilkan prestasi yang maksimal dalam proses pembelajaran matematika.
9
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A.
Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1.
Hakekat Belajar Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Lingkungan akademik seperti di lingkungan Sekolah, pelajar, siswa, dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari mereka. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di Sekolah, tetapi dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat.1 Konsep tentang belajar sendiri telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Gagne seperti yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi, Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Definisi belajar dijelaskan juga oleh Driscroll yaitu perubahan yang terus menerus dalam kinerja atau potensi kinerja manusia. Oemar Hamalik berpendapat, Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan menurut Nana Syaodih, Belajar adalah segala perubahan tingkah laku baik yang terbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor dan terjadi melalui proses pengalaman.2 Pengertian belajar juga dijelaskan oleh James LM, Belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri , menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri. Sementara itu Garry dan Kingsley berpendapat bahwa belajar 1
H. Endin Nasrudin, Psikologi Manajemen, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h, 104. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h, 3. 2
10
adalah proses perubahan tingkah laku yang orisinil melalui pengalaman dan latihanlatihan. Konsep belajar juga dikemukakan oleh Robert dan Davies bahwa Belajar adalah perubahan perilaku yang relative permanen sebagai suatu fungsi praktis atau pengalaman.3 Dari beberapa pengertian belajar oleh para ahli tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan, bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentu kognitif, afektif, dan pdikomotor. Belajar juga merupakan suatu kebutuhan manusia agar pada dirinya terjadi perubahan-perubahan, baik pengetahuan, sikap dan nilai-nilai moral atau nilai akhlak yang akan membentuk pribadi seseorang sebagai hasil interaksinya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Dari pemahaman tentang pengertian belajar, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. 1)
Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau bias disebut juga sebagai proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan
itu sendiri tidak dapat
diamati oleh orang lain, akan tetapi akan terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati oleh guru ialah manisfestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. 2)
Perubahan perilaku Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).
3
Ibid.
11
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokan kedalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Didalam pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan didalam rumusan tujuan pembelajaran. 3)
Pengalaman Belajar adalah mengalami artinya belajar terjadi didalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan social. b. Pengertian Mengajar Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik siswa maka mengajar itu sendiri merupakan kegiatan guru. Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan guru dan anak didik secara bersama-sama untuk memperoleh pengetahuan melalui proses pembelajaran yang akhirnya membentuk perilaku dan keperibadian anak.4 Menurut S. Nasution yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi, Mengajar adalah mengorganisir lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan siswa sehingga terjadi kegiatan belajar.5 Kemampuan mengajar merupakan kemampuan yang wajib dimiliki oleh setiap pengajar, dan salah satu ilmu yang dipelajari dalam menambah kemampuan mengajar adalah kemampuan menghadapi anak didik yang memiliki karakter, kemampuan serta keinginan yang berbeda-beda. Guru harus bisa mengakomodir semua keinginan anak didiknya. 4 5
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail Media Grup, 2008), h, 37. Masitoh dan Laksmi Dewi, Op, Cit,. h, 7.
12
Berikut ini adalah definisi dari mengajar menurut para ahli, diantaranya: 6 1) Andri Hakim Mengajar merupakan salah satu bentuk komunikasi dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa mengajar merupakan sebuah seni, sekaligus sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dilatih serta dipelajari. 2) W. Gulo Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang emmungkinkan terjadinya proses belajar itu secara optimal. 3) Roymond H. Sinamora Mengajar merupakan suatu perilaku yang kompleks. Perilaku mengajar yang kompleks dapat ditafsirkan sebagai penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang terdapat dalam tindakan mengajar untuk menyampaikan pesan pengajaran. 4) Highet, 1954 Mengajar adalah "menjadi" tidak "dijadikan", emosi, nilai - nilai yang dimiliki oleh setiap guru adalah diluar garapan ilmiah, oleh sebab itu menurutnya mengajar adalah suatu seni bukan ilmu. 5) Gage, 1978 Mengajar adalah suatu seni, akan tetapi itu hanya dalam prakteknya saja untuk memperindah estetika penampilan, misalnya seni dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa, seni mengatur lingkungan agar siswa senang belajar, seni membangkitkan motivasi dan lain sebagainya. 6) Doni Koesoema A Mengajar merupakan panggilan dan tugas suci dalam hidup.
6
http://chocoronotomo.blogspot.com/2013/04/definisi-mengajar-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 17/07/2013.
13
7) HR Ibn Abdil-Barr Mengajar merupakan cara terbaik bersedekah. Mengajarkan ilmu akan mendekatkan seseorang kepada Allah. 8) George Picket dan John J. Hanlon Mengajar merupakan sebuah profesi dan ketrampilan. Tidak semua orang cocok untuk tantangan seperti itu berdasarkan temperamen, pelatihan, maupun pengalamannya. Dari pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa mengajar itu suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seorang guru atau pengajar untuk mengubah karakteristik dan kemampuan berfikir kearah kemajuan seorang anak didik, baik kemajuan dalam pengetahuan dan kemampuan-kemampuan lainnya melalui proses belajar. Apabila kegiatan mengajar diarahkan pada kegiatan membimbing belajar siswa latih dan diarahkan pada kompetensi yang harus dimiliki setelah siswa belajar, maka kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru perlu dirancang secara sistematis agar pencapaian kompetensi optimal. Kegiatan belajar mengajar dikenal dengan istilah pembelajaran. Jadi yang dimaksud proses belajar mengajar adalah proses kegiatan yang berinteraksi, dimana terjadi belajar disitu juga akan berlangsung mengajar siswa yang menjadi objek belajar dan guru sebagai informasi subjek.
2.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan belajar mengajar, merupakan bahagian dari pendidikan yang tidak
terlepas dari beberapa faktor yang mencakup: faktor anak didik, pendidik, alat pendidikan dan tujuan pendidikan. Maka demikian pula dengan proses belajar mengajar tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor tersebut yang dikenal dengan faktor siswa, faktor guru, faktor materi atau bahan pelajaran, faktor lingkungan dan faktor lainnya, dimana tujuan utamanya adalah terjadinya suatu perubahan tingkah laku.
14
Perubahan tingkah laku yang diharapkan adalah suatu tingkah laku yang diperlukan dalam situasi kerja tertentu. Jika perubahan tingkah laku terjadi sesuai yang diharapkan, yakni tercapainya pengetahuan, kemahiran, keterampilan, kepribadian, sikap, kebiasaan dan sebagainya, maka kelak ia akan mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik. Suatu pendidikan khususnya pendidikan di SD/MI dikatakan berhasil apabila, benar-benar terjadi perubahan tingkah laku yang diharapkan, juga bahwa dicapainya perubahan tingkah laku itu terlaksana dalam waktu yang telah ditentukan, dengan perkataan lain terjadinya secara efektif dan efisien. Ada keadaan dimana pendidikan dikatakan tidak ada atau kurang berhasil yaitu: pertama, tidak tercapainya perubahan tingkah laku yang diharapkan, kedua, perubahan tingkah laku terjadi dalam waktu relatif lama atau lebih lama Selanjutnya bila hal tersebut terjadi, maka berarti bahwa proses belajar tidak berjalan semestinya, sehingga perubahan tingkah laku tidak berjalan semestinya, tidak sesuai dengan harapan. Hal tersebut tentu tidak dikehendaki. Bila terjadi ketidakberhasilan
dalam
belajar,
maka
dalam
penanggulangannya
perlu
memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Dalam hal ini penulis akan mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses belajar, ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yakni faktor internal dan faktor eksternal siswa.7 a). Faktor Internal Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa. Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
7
H. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), Cetkeempat, h, 59.
15
Adapun faktor psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat intelejensi, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif, seperti: kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa. b). Faktor Eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor tersebut terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. 1) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: faktor lingkungan alam/non sosial dan faktor lingkungan sosial. Yang termasuk faktor lingkungan non sosial/alami ini ialah seperti: keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, dan malam), tempat letak gedung Sekolah, dan sebagainya. Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan prestasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 2) Faktor Intsrumental Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru, dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajaryang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Menurut Budiamin dan Hj. Setiawati menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah belajar, yaitu:8 1) Faktor-faktor Internal Yang termasuk kedalam faktor internal pada diri peserta didik itu sendiri, diantaranya:
8
Budiamin dan Hj. Setiawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet- Pertama h, 120.
16
a) Gangguan secara fisik b) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu bersangkutan dan juga oleh pendidikan. c) Kelemahan emosional d) Kelemahan-kelamahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah. 2) Faktor-faktor Eksternal Faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu yakni situasi Sekolah dan masyarakat, antara lain: a) Kurikulum yang seragam, bahan-bahan buku yang tidak sesuai dengan perbedaan individu. b) Ketidak
sesuaian
standara
administratif,
penilaian,
pengelolaan kegiatanbelajar mengajar. c) Kelemahan
yang
terdapat
dalam
kondisi
rumah
tangga(pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, tradisi, kultur keluarga, dan sebagainnya. Pelaksanaan pembelajaran selayaknya berpegangan pada apa yang tertuang dalam perencanaan. Namun, situasi yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan polatingkah lakunya dalam mengajar dengan situasi yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran itu sendiri diantaranya:9 1) Faktor Guru Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola mengajar itu tercermin dalam tigkah laku pada waktu pelaksanaan pembelajaran. 9
Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2009), h. 5.
17
2) Faktor Siswa Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan maupun keperibadian. 3) Faktor Kurikulum Secara sederhana arti kurikulum dalam kajian ini menggambarkan pada isi atau pelajaran dan pola interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. 4) Faktor Lingkungan Faktor lingkngan ini meliputi keadaan ruangan, tata ruang, dan berbagai situasi fisik yang ada di sekitar kelas atau sekitar tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Adapun pendapat lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar ada dua yaitu: Faktor dari dalam atau internal, meliputi; kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemampuan belajar dan minat belajar anak. Faktor dari luar atau eksternal, meliputi; model pengajaran guru, pribadi dari guru yang mengajar, kompetensi diri dan kondisi luar. image_thumb Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar yang lain adalah tingkat intelegensi, faktor psikologis, bakat, minat dan motivasi. Dari kedua pendapat di atas, terlihat bahwa faktor siswa meliputi kecerdasan, kesiapan, bakat, minat, motivasi dan suasana belajar sangat menentukan berhasil atau gagalnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.10
3.
Hakikat Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. 10
http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html , (diakses
pada tanggal 23/03/2013).
18
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adnya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.11 Dari pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengiplementasikan atau mengamalkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan utama dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah agar murid dapat menguasai bahan-bahan belajar sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
12
Untuk itu guru melakukan berbagai upaya
mulai dari penyusunan perencanaan pembelajaran, penggunaan strategi belajar mengajar yangrelevan, sampai dengan pelaksanaan penilaian dan umpan balik. 11
http://esihkeyc.blogspot.com/2013/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. (diakss pada tanggal 27/04/2013). 12 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset, 2011), h. 225.
19
Namun demikian, kenyataan menunjukan bahwa setelah kegiatan belajar mengajar berakhir masih ada murid yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya. Salah satu cara yangdilakukan untuk membantu meningkatkan hasil belajar murid-murid adalah dengan cara melaksanakan layanan bimbingan belajar. Hasil belajar
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-
kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh sesorang dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.
Pencapaian
belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suuatu program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai. Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilainilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik.
4.
Pembelajaran Matematika di SD/MI Pembelajaran
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
sistemik, yang bersifat interaktif dan komunkatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan .13 Dalam proses pembelajaran guru akan mengatur seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran, termasuk proses dan hasil belajar yang berupa “dampak pengajaran”. Peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses 13
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 14
20
belajar, mencapai hasil belajar dan menggunakan hasil belajar yang dogolongkan sebagai “dampak pengiring”. Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Menurut Surachmad yang dikutip oleh Sabri, tujuan belajar di Sekolah itu ditujukan untuk mencapai: a)
Pengumpulan pengetahuan
b) Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan c)
Pembentukan sikap dan perbuatan.14 Pembelajaran matematika SD/MI perlu adanya penggunaan konteks dunia
nyata dan sesuai dengan sifat mereka. Oleh karena itu pengajaran masih harus tetap berdasarkan sifat-sifat atau ciri-ciri perkembangan pada masa umum SD/MI. suatu prinsip yang penting adalah bahwa sebagian besar anak-anak di SD/MI masih dalam tahaf operasional konkret. Karena itu mereka kurang mampu untuk berpikir abstrak seperti masa remaja. Ini berarti bahwa pengajaran di SD/MI harus sekonkret mungkin dan betul-betul dialami. Pelajaran matematika sebaiknya menggunakan objek yang konkrit untuk menunjukan konsep dan membiarkan siswa memanipulasi objek mewakili prinsip-prinsip matematika. Penekanannya pada penggunaan matematika untuk menyelesaikan permasalahan pada kehidupan sehari-hari dengan nyata. Kelompok belajar dalam pembelajaran matematika di SD/MI sangat diperlukan karena akan membantu dalam proses belajar mengajar. Kelompok belajar diperlukan terutama untuk anak-anak yang membutuhkan karena meraka “kurang” dibandingkan yang lain. Dalam kelompok belajar anak yang lebih pandai dapat membantu anak yang kurang pandai.
14
H.M. Alisuf Sabri, Op. Cit, h. 58.
21
5.
Pendekatan
Pendidikan
Matematika
Realistik
Indonesia
(PMRI) Realistic Mathematics Education (RME) yang di Indonesia lebih dikenal dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) tidak dapat dipisahkan dari Institut Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada di bawah Utrecht University, Belanda. Nama institut diambil dari nama pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905 – 1990). Sejak tahun 1971, Institut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made mathematics (penerima pasif matematika yang sudah jadi). Menurutnya pendidikan harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dari berbagai situasi (konteks), yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber belajar. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman matematik ke tingkat yang lebih formal. Model-model yang muncul dari aktivitas matematik siswa dapat mendorong terjadinya interaksi di kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematik yang lebih tinggi. Dua pandangan penting beliau adalah ‘mathematics must be connected to reality and mathematics as human activity ’. Pertama, matematika harus dekat terhadap siswa dan harus relevan dengan situasi kehidupan sehari-hari. Kedua, ia
22
menekankan bahwa matematika sebagai aktivitas manusia, sehingga siswa harus di beri kesempatan untuk belajar melakukan aktivitas semua topik dalam matematika.15 Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistic. Realistic dalam hal ini dimaksudkan tidak mengacu pada realitas saja, tetapi juga pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan proses penemuan kembali menggunakan matematisasi. Ada dua jenis matematisasi yang dipormulasikan oleh Traffers, yaitu matematisasi horizontal dan vertikal. Berdasarkan keberadaan matematisasi horizontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu pendekatan: mekanistik, empiristik, strukturalistik, dan realistik. Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional yang tidak memperhatikan matematisasi horizontal dan vertikal. Pendekatan empiristik adalah suatu
pendekatan
mengabaikan
yang
matematisasi
menekankan vertikal.
pada
matematisasi
Pendekatan
horizontal,
matematisasi
tetapi
strukturalistik
merupakan pendekatan yang menekankan matematisasi vertical, tetapi mengabaikan matematisasi horizontal. Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horizontal dan vertikal diharapkan siswa-siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika.16 Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam matematika yang memiliki konsep dasar dan karakteristik yang berbeda dengan yang lain. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan 15
http://nazwandi.wordpress.com/2010/06/22/jurnalpmri-pembelajaran-matematika-realistikindonesia-suatu-inovasi-dalam-pendidikan-matematika-di-indonesia/(diakses pada tanggal 28-032013). 16 Esti Yuli Widayanti. Dkk. Pembelajaran Matematika MI, (Surabaya, LAPIS-PGMI, 2009), h. 3-6.
23
adopsi dari Realistic Mathematis Education (RME) yang sudah dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks Indonesia, sehingga PMRI bukanlah sekedar jiplakan dari RME yang dikembangkan di Negara asalnya. a. Pengertian Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistic digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran ini sangat berbeda dengana pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada pemberian informasi dan menggunakan matematika yang siap pakai untuk menyelesaikan masalah-masalah.17 Oleh karena itu matematika realistik menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran, maka situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa-siswi, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah dengan cara-cara informal melalui matematisasi horizontal. Cara-cara informal yang ditunjukan oleh siswa-siswi digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep atau aspek matematikanya, kemudian ditingkatkan ke matematisasi vertikal. Melalui proses matematisasi horizontal vertikal diharapkan siswa-siswi dapat
memahami
atau
menemukan konsep-konsep
matematika
(pengetahuan matematika formal). Pembelajaran matematika menurut pandangan kontruktivisme adalah memberikan kesempatan peserta didik untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Menurut Davis yang dikutip oleh Esti Yuli Dkk, pandangan kontruktivis dalam pembelajaran matematika berorientasi pada: (1) Pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi atau akomodasi, (2) Dalam pengerjaan matematika, setiap langkah siswa-siswi dihadapkan kepada apa 17
Ibid, h. 3-7.
24
yang dipahami, (3) Informasi baru harus dikaitkan dengan pengalaman siswa-siswi tentang
dunia
melalui
suatu
kerangka
logis
yang
mentrasformasikan,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan pengalamannya, (4) Pusat pembelajaran adalah bagaimana peserta didik berpikir, bukan apa yang mereka katakan atau tulis.18 b. Prinsip-prinsip PMRI Ada tiga prinsip utama dalam PMRI, yaitu penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi prodresif (progressive mathematization); Fenomenologi didaktik (didactical penenomenology), serta mengembangkan modelmodel sendiri (self developed models). Penjelasan singkat dari prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut: 1) Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi progresif (progressive mathematization), artinya dalam mempelajari matematika perlu diupayakan agar peserta didik mempunyai pengalaman dalam menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip matematika. 2) Fenomenologi didaktik (didactical penenomenology), artinya bahwa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip dan materi-materi lain dalam matematika, para peserta didik perlu bertolak dari fenomena-fenomena kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berasal dari dunia nyata atau setidaktidaknya dari masalah yang dapat dibayangkan. 3) Mengembangkan model-model sendiri (self developed models), artinya bahwa dalam mempelajari konsep-konsep atau materi-materi matematika yang lain melalui masalah-masalah kontekstual, peserta didik perlu mengembangkan sendiri model-model atau cara penyelesaian masalah tersebut. Selain ketiga prinsip di atas terdapat lima strategi utama dalam „kurikulum‟ pembelajaran realistik, yaitu:19
18
Ibid Erna Suwangsih dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika, (Bandung, UPI PRESS, 2009), h. 135. 19
25
1) Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika. 2) Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol. 3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri (yang mungkin berupa alogaritma, rule, atau aturan), sehingga dapat membimbing peserta didik dari level matematika informal menuju matematika formal. 4) Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika, dan 5) Intertwinment (membuat jalinan) antar topik atau antar pokk bahasan. c. Karakteristik PMRI Karakteristik dasar
yang menjadi
ciri
khusus
dari PMR
adalah
menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, produksi dan konstruksi, interaktif dan keterkaitan (intertwinment). Penjelasan singkat tentang karakteristik PMR tersebut adalah sebagai berikut:20 1) Menggunakan konteks “Dunia Nyata” Dalam gambar berikut menunjukan dua proses matematisasi yang berupa siklus dimana “dunia nyata” tidak hanya sebagai sumber matematisasi, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali matematika
20
Esti Yuli Widayanti Dkk, Op. Cit. h. 3-9.
26
Dunia Nyata (Situasi Realistik) Matematisasi dalam Aplikasi dan Refleksi
Matematisasi dan Refleksi Abstrak dan Formal KONSEP Gambar 2.1
Proses Matematisasi Diadaptasi dari de Lange Dalam PMR pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (dunia nyata), sehingga memungkinkan peserta didik menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dan situasi nyata dinyatakan sebagai matematisasi horizontal. Melalui abstraksi dan formalisasi peserta didik akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian mereka dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika kebidang konsep-konsep matematika dengan pengalaman peserta didik sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi perngalaman sehari-hari dan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menggunakan Model-model (Matematisasi) Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh peserta didik sendiri (self developed models), peran self developed models merupakan jembatan bagi peserta didik dari situasi real kesituasi abstrak atau dari matematika informal ke matematika formal. Artinya peserta didik membuat model-model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model situasi yang dekat dengan dunia nyata mereka. Generalisasi dan formalisasi model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Melalui penalaran matematika model-of akan menggeser menjadi model-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya, akan menjadi model
27
matematika formal. Generalisasi dan formalisasi merupakan proses matematisasi dari situasi dunia nyata ke dunia abstrak yang bersifat formal. 3) Menggunakan Produksi dan Konstruksi Dalam PMRI ditekankan bahwa dengan pembuatan “produksi bebas” peserta didik terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. Strategi-strategi informal peserta didik yang berupa prosedur pemecahan masalah kontekstual merupakan sumber inspirasi dalam pengembangan
pembelajaran
lebih
lanjut
yaitu
untuk
mengkonstruksi
pengetahuan matematika formal. 4) Menggunakan Interakatif Interaksi anta peserta didik dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam PMRI. Secara eksplisit bentuk-bentuk interaksi yang berupa negoisasi, penjelasan, pembenaran, setuju, tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk interaksi informal peserta didik. 5) Menggunakan Keterkaitan (Intertwintment) Dalam PMRI pengintegrasian unit-unit matematika adalah esensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada penyelesaian masalah. Dalam mengaplikasikan matematika, biasanya diperlukan pengetahuan yang lebih kompleks, dan tidak hanya aritmatika, aljabar, atau geometri tetapi juga bidang lain. d. Penerapan/Implementasi PMRI di SD/MI Dalam PMRI, pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual (“dunia nyata”), sehingga memungkinkan mereka menggunakan pengalaman sebelumnya secara langsung. Proses penyarian (inti) dari konsep yang sesuai dari situasi nyata dinyatakan sebagai matematisasi konseptual. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika ke bidang baru dari dunia nyata (applied mathematization). Oleh karena itu, untuk menjembatani konsep-konsep matematika
28
dengan pengalaman anak sehari-hari perlu diperhatikan matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematization of everday ecperince) dan penerapan matematika dalam sehari-hari. Untuk memberikan gambaran tentang implementasi PMRI berikut ini diberikan contoh pembelajaran pecahan di Madrasah Ibtisaiyah (MI)/Sekolah Dasar (SD). Pecahan di MI/SD diinterpretasi sebagai bagian dari keseluruhan. Interpretasi ini mengacu pada pembagian unit ke dalam bagian yang berukuran sama. Dalam hal ini sebagai kerangka kerja siswa adalah daerah panjang, dan model volume. Dalam pembelajaran, sebelum peserta didik masuk pada sistem format, terlebih dahulu mereka dibawa ke “situasi” informal. Misalnya, pembelajaran pecahan dapat diawali dengan pembagian menjadi bagian yang sama (misalnya pembagian kue) sehingga tidak terjadi loncatan pengetahuan informal peserta didik dengan konsep-konsep matematika(pengetahuan matematika formal). Setelah mereka memahami pembagian menjadi bagian yang sama, baru diperkenalkan istilah pecahan. Ini sangat berbeda dengan pembelajaran konvensional (bukan PMR) di mana peserta didik sejak awal dicekoki dengan istilah pecahan dan beberapa jenis pecahan. Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI dilakukan dengan tiga tahapan untuk menuju matematika formal. Tahapan-tahapn tersebut adalah tahapan nyata, tahapan pembentukan skema, dan tahapan pembangunan pengetahuan. Tahapan tersebut berjalan sesuai dengan 5 karakteristik pendekatan PMRI. Adapun cara mengajarkan konsep pecahan kepada siswa kelas IV dengan pendekatan PMRI, salah satunya adalah melalui konteks “membagi makanan”. Adapun implementasi pendekatan PMRI dalam proses pembelajaran matematika pada materi pecahan sederhana adalah sebagai berikut:
29
Tabel. 2.1 “Implementasi Pembelajaran PMRI” Tahapan
Langkah-langkah Pembelajaran PMRI 1) Guru mengawali pembelajaran dengan mempersiapkan beberapa buah apel, beberapa buah pisau dan beberapa piring sebagai alas. 2) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 2 anak, 3 anak, dan 4 anak. Kemudian guru membagikan satu buah apel kepada setiap kelompok. 3) Siswa-siswa diminta untuk membagi satu buah apel tersebut secara adil sesuai dengan jumlah anak dalam setiap kelompok. Pada kegiatan ini siswa diberikan kebebasan untuk membuat kalimat untuk membagika
Tahapan Nyata
sebuah apel tersebut sesuai dengan bahasa mereka sendiri. 4) Setelah semua kelompok selesai memotong apel menjadi bagian-bagian yang sesuai dengan banyak aanggota pada setiap kelompok, guru meminta mereka memegang apel yang mereka dapatkan. 5) Secara bergantian guru bertanya kepada siswa “berapa bagian apel yang kamu dapatkan dari kelompokmu”. 6) Setelah siswa menjawab, guru memperbolehkan siswa memakan apel yang mereka dapatkan. Oleh karena itu pembelajaran akan menyenagkan dan mampu mendorong aktivitas dan interaktivitas siswa.
Tahapan Pembentukan Skema
1) Pada tahap pembentukan skema (model), guru tidak lagi membawa buah apel, tetapi buah apel tersebut sudah dimodelkan dengan sebuah kertas warna-warni yang berbentuk persegi.
30
2) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok dengan anggota
kelompok
sama
banyak,
kemudian
guru
memberikan selembar kertas warna-warni untuk setiap kelompok. 3) Siswa-siswa
bekerja
kelompok
membuat
setengah,
seperempat, dan sepertiga dari kertas persegi yang telah disediakan dan menempelkan pada tempat yang telah disediakan pada LKS. Kemudian siswa diminta untuk menuliskan pecahan yang sesuai pada bagian yang telah dipotong. 1) Pada tahap ini pengetahuan mereka dibangun untuk menuju kepada tahap formal. 2) Konteks buah apel dan penskemaan buah apel yang telah dimodelkan dengan kertas warna-warni sudah tidak Tahapan Pembangunan Pengetahuan
berlaku lagi. 3) Guru mulai menjelaskan siswa tentang pecahan sederhana dalam bentuk formal. 4) Dalam soal matematika formal, buah apel digambarkan dengan sebuah gambar persegi yang sudah dibagi menjadi beberapa bagian. 5) Kemudian guru memberikan beberapa soal pecahan sederhana untuk dikerjakan siswa secara individu.
6. Pembelajaran Matematika Tentang Konsep Pecahan Tidak semua masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat dinyatakan dalam konsep bilangan bulat. Contohnya ketika kamu ingin membagikan kue ulang tahun untuk diberikan kepada tiga orang temanmu, maka kue ulang tahun
31
yang diperoleh tiap orangnya tidak dapat dinyatakan dengan konsep bilangan bulat. Tetapi kita dapat menyetakannya dengan konsep bilangan pecahan. a. Pengertian Bilangan Pecahan Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimkasud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.21
Gambar. 2.2 Contoh penyajian bilangan pecahan dalam bentuk gambar Bilangan pecahan merupakan bilangan yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh.Terdiri dari pembilang dan penyebut.Pembilang merupakan bilangan yang terbagi.Sedangkan penyebut merupakan bilangan pembagi. Jenis-jenis bilangan pecahan adalah pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, persen, dan permil.22. Bilangan pecahan adalah bilangan yang disajikan/ditampilkan dalam bentuk;
a , b bilangan bulat dan b ≠ 0 a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
b. Jenis-jenis Bilangan Pecahan 21
Haeruman, Op. Cit. h. 43. http://rangkuman-pelajaran.blogspot.com/2008/12/materi-matematika-bilangan pecahan.html. (diakses pada tanggal 23/04/2013). 22
32
a) Pecahan biasa adalah pecahan yang dinyatakan dengan pembilang per penyebut Contohnya: ( ,
).
b) Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri dari bilangan bulat dan bilangan biasa. Contohnya 1
,3
.
c) Pecahan Desimal adalah bilangan yang di dapat dengan cara membagi suatu bilangan lain dengan angka 10 dan kelipatannya. Contohnya 0,9 adalah hasil bagi antara
, 55 adalah hasil bagi antara
.
d) Persen adalah pecahan yang nilainya perseratus biasanya dilambangkan dengan %. Contohnya 50% memiliki arti
70% memiliki arti
.23
Untuk mengenalkan konsep pecahan diperlukan alat peraga yang berupa benda-benda kongkrit yang mudah dibagi menjadi beberapa bagian yang sama besar dan gambar-gambar yang menunjukan luas daerah suatu bangun, atau gambar garis bilangan. Pembelajaran matematika harus selalu dikaitkan dengan kehidupan seharihari karena sifat materi matematika abstrak, sehingga siswa merasa kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu seorang guru dalam pembelajaran matematika dapat memilih pendekatan matematika realistik yang sesuai dengan kehidupan siswa, agar siswa tidak asing lagi antara keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Karena prinsip utama pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan konteks “dunia nyata”, model-model, produksi, dan kontruksi siswa, interaktif, dan keterkaitan. Ada banyak jenis pecahan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun yang dipelajari di kelas IV MI/SD dan yang akan menjadi materi pokok dalam penelitian ini adalah bilangan pecahan sub pokok bahasan tentang mengenal dan memahami pecahan sederhana, pecahan senilai, menyederhanakan pecahan dan operasi hitung pecahan. Konsep yang dipelajari sebagai berikut:
23
http://www.preceptorial.com/materi-matematika-smp-kelas-vii-semester-i-jenis-jenisbilangan-pecahan/. (diakses pada tanggal 23/04/2013).
33
1) Mengenal dan Memahami Pecahan Sederhana Pecahan sederhana terdiri dari bilangan penyebut dan pembilang. Contoh: Sebuah Apel akan dibagikan kepada 4 orang siswa maka ditulis dalam bentuk pecahan ¼. Pecahan ¼ dibaca satu per empat. Angka yang diatas disebt pembilang sedangkan angka yang dibawah disebut dengan penyebut. 2) Pecahan Senilai Dalam bilangan pecahan dikenal pecahan-pecahan senilai, artinya pecahanpecahan tersebut mempunyai nilai yang sama meskipun dituliskan dalam bentuk pecahan yang berbeda.24 Mari kita perhatikan garis bilangan berikut ini.
24
Burhan Mustaqim dan Ary Astuti, Ayo Belajar Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 166.
34
Contoh pecahan-pecahan senilai ditunjukkan dengan garis tegak putus-putus. Pecahan-pecahan senilai mempunyai nilai yang sama. Mari kita tuliskan pecahan-pecahan yang mempunyai nilai setengah dengan gambar lingkaran berikut.
Jika dperhatikan gaambar di atas, bagian yang diarsir dari masing-masing lingkaran adalah sama. Maka dari itu pecahan-pecahan tersebut dikatakan senilai atau senilai.Sebuah pecahan juga tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dibagi atau dikali dengan bilangan yang sama. Sehingga pecahan senilai dapat kita tentukan dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. 3) Menyederhanakan Pecahan Suatu pecahan dikatakan sederhana bila pembilang dan penyebutnya tidak mempunyai factor persekutuan lagi, kecuali 1. Untuk memperoleh pecahan yang paling sederhana, maka pembilang dan penyebutnya harus dibagi dengan factor persekutuan yang paling besar. Sehingga pembaginya merupakan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari pembilang dan penyebutnya. Contoh: Tentukan pecahan paling sederhana dari Jawab: Faktor dari 12 (pembilang) adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 (penyebut) adalah 1, 2, 4, 8, 16
35
FPB dari 12 dan 16 adalah 4 =
=
Jadi, bentuk paling sederhana dari 4) Operasi hitung pecahan
adalah
a) Penjumlahan pecahan Dalam operasi penjumlahan terdapat aturan-aturan dalam menyelesaikan, yaitu Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan. Sedangkan penjumlahan yan g penyebutnya tidak sama, yaitu dengan cara mengubah ke bentuk pecahan sebilai sehingga penyebutnya sama. Contoh: Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut ini. 1.
+
=
2.
+
=
1.
+
=
2.
+
Jawab: =
=
=
b) Pengurangan pecahan Seperti halnya penjumlahan pecahan, dalam pengurangan pecahan juga terdapat aturan-aturan dalam penyelesaian soal, yaitu pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilangpembilangnya. Sedangkan penyebutnya tidak dikurangkankan. Sedangkan pengurangan yan g penyebutnya tidak sama, yaitu dengan cara mengubah ke bentuk pecahan sebilai sehingga penyebutnya sama.
36
Contoh: Tentukan hasil pengurangan pecahan berikut ini. 1.
-
=
2.
-
=
Jawab: 1.
-
=
2.
-
=
=
=
B. Hasil Penelitian yang Relevan Di Indonesia, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Beberapa penelitian tersebut antara lain adalah:25 1) Penelitian yang dilakukan Fauzan (2002), menemukan bahwa hasil pembelajaran geometri siswa kelas IV dan V SD dengan pendekatan matematika realistik pada tes akhir lebih tinggi daripada pembelajaran secara tradisional. 2) Hasil penelitian Armanto (2002), menemukan bahwa hasil pembelajaran perkalian dan pembagian bilangan besar siswa kelas IV SD dengan pendekatan matematika realistik lebih baik daripada pembelajaran secara tradisional. 3) Penelitian yang dilaksanakan oleh Kamiluddin (2007:48), berkesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Baruga Kendari pada pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME).
25
http://nazwandi.wordpress.com/2010/06/22/jurnalpmri-pembelajaran-matematika-realistikindonesia-suatu-inovasi-dalam-pendidikan-matematika-di-indonesia/(diakses pada tanggal 28-032013.
37
4) Skripsi Hustiawan Cahyono (2009) menyimpulkan bahwa penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dapat meningkatkan mrestasi melajar miswa pada materi Bangun Ruang di Kelas VIII D SMP Negeri 5 Malang.
C. Kerangka Berpikir Proses pembelajaran di MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi belum maksimal. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, guru belum memaksimalkan pembelajaran, metode, dan media dalam pembelajaran sehingga siswa kurang termotivasi dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas guru hanya memberikan konsep dan soal latihan tanpa memberikan pengalaman belajar pada siswa, hal ini membuat siswa cepat merasa bosan. Siswa menjadi pasif dan tidak mau mengungkapkan ide-ide yang ada di pikiran mereka. Penggunaan pendekatan pembelajaran di mana guru lebih dominan cenderung mengungkung keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif. Penggunaan pendekatan tersebut berdampak pada hasil pembelajaran yang nantinya dapat menghambat peningkatan hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran yang mengacu pada keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif mutlak harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran matematika menggunakan PMRI menuntut keterlibatan siswa secara aktif. Penggunaan pendekatan PMRI dalam pembelajaran matematika dirancang untuk menumbuhkan pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal dari seperangkat ragam pengalaman. D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian ini adalah: “Penerapan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) dalam Pembelajaran Bilangan Pecahan dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi”.
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Ghidaul Athfal yang beralamat di Jalan Subangjaya No. 103 Kecamatan Cikole Kota Sukabumi pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Materi yang digunakan adalah materi pelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang sedang diberlakukan. Penelitian direncanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2013.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, swejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. 1 Dengan metode ini peneliti akan mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas. Proses belajar adalah interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, atau siswa dengan lingkungannya. Dan fokus kajian dalam penelitian ini meliputi proses dan hasil belajar. Pemilihan metode ini didasarkan pada pendapat ahli yang menyatakan bahwa PTK mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan
sehingga
meningkatkan
mutu
hasil
intruksional,
mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan 1
Enjah Takari, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Genesindo, 2008), h. 6.
40
efisiensi pengelolaan intruksional s pada komunitas serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.2 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua siklus. Pembagian siklus didasarkan pada materi yang akan dilaksanakan. Dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Dalam penelitian ini yang dikategorikan sebagai tahap perencanaan adalah sebagai berikut : a) Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborasi b) Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran matematika pendekatan pendidikan matematika realistik Indonesia (PMRI). c) Menyiapkan sumber dan alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran. d) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa. e) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kinerja guru, aktivitas siswa, dan iklim belajar dalam pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat.3 Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Yaitu melaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan pendekatan PMRI.
2
H. Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), Cet-Kedua, h. 17. 3 Enjah Takari , Op. Cit, h. 23.
41
3. Pengamatan (Observation) Observasi adalah suatu upaya pengumpulan data berkenaan dengan pelaksanaan tindakan kelas.4 Pada tahap ini, peneliti dibantu guru kolaborator mengobservasi faktor-faktor rendahnya hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Dengan lembar observasi guru, observer juga mengamati dan memberikan penilaian terhadap peneliti dalam menerapkan pendekatan PMRI selama proses pembelajaran. 4. Refleksi (Reflecting) Refleksi
adalah
mengingat,
merenungkan,
mencermati,
dan
menganalisis kembali suatu kegiatan atau tindakan yang telah dilakukan sebagaimana yang telah dicatat dalam observasi.5 Setelah pelaksanaan tindakan selesai
dilaksanakan,
guru
pelaksana,
peneliti
dan
subjek
peneliti
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Hal ini dilakukan untuk menemukan hal-hal yang sudah sesuai dengan rancangan maupun hal-hal yang perlu diperbaiki. Pada tahap ini hasil pengamatan yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianaalisis bersama peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diharaapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakana dengana maksud untuk memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.
4 5
Enjah Takari , Op. Cit,, h. 25. H. Mohammad Asrori, Op.Cit, h. 54.
42
Adapun bagan dari desain penelitian di atas adalah sebagai berikut:6 Perencanaan Tindakan I
Permasalahan
Permasalahan Baru Hasil refleksi
Apabila Permasalahan Belum terselesaikan
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan Data
Dilanjutkan ke Siklus Selanjutnya
Gambar 3.1 “Diagram Desain Penelitian” Berdasarkan desain tersebut, maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilakukan atau tidak, sedangkan penelitian akan diakhiri atau dihentikan dengan indikator keberhasilan sebagai berikut: 1) Hasil pengamatan melalui lembar observasi keberhasilan belajar matematika
siswa
menunjukan
peningkatan
keberhasilan
belajar
matematika siswa. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil rata-rata total persentase dari seluruh indikator keberhasilan belajar siswa naik menjadi 70%.
6
Suharsimi Arikunto,dkk, 2007), Cet ke-9, h. 74.
Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
43
2) Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukan bahwa nilai ratarata siswa mencapai ≥ 80 dengan tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yaitu 60,00.
C. Subjek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 13 orang siswa perempuan dan 15 orang siswa laki-laki.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung
sebagai guru yang
melakukan proses pembelajaran yaitu mengajarkan materi dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh kolaborator yaitu seorang guru matematika MI Ghidaul Atfhal yang bertindak sebagai observer.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan. Penelitian ini diperlukan evaluasi awal untuk mengetahui tingkat keaktifan belajar siswa dan observasi awal sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan untuk menyusun perencanaan tindakan yang tepat dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana keberhasilan siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian pada siklus I terdapat kekurangan maka penelitian pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan dan jika pada siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada pengembangan. Prosedur atau langkah-langkah penelitian, secara berurutan dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pendahuluan Tahap intervensi tindakan pada kegiatan pendahuluan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
44
a) Observasi kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran matematika di kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi. b) Melakukan wawancara dengan guru dan siswa, wawancara ini dilakukan sebelum melakukan tindakan pada siklus I untuk mengetahui bagaimana kondisi pembelajaran matematika di kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi. 2. Alur Penelitian Siklus I a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Menyusun RPP dengan materi bilangan pecahan. 2) Menyiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada kegiatan belajar mengajar, lembar observasi untuk kegiatan siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, lembar latihan soalsoal untuk tes akhir pada siklus I. 3) Mempersiapkan sumber, alat peraga, dan media pembelajaran. 4) Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes tertulis dan Lembar Kerja Siswa (LKS) b. Tahap Tindakan 1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI. 2) Pembelajaran pada siklus ini terdiri dari empat pertemuan dengan pertemuan terakhir digunakan untuk memberikan uji akhir pada siklus I dan wawancara dengan guru dan siswa. 3) Peneliti memberikan permasalahan real dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan, misalnya: “Susi mempunyai satu buah apel. Buah apel tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama dengan adiknya. Adiknya mendapat … bagian?”. 4) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, untuk menyelesaikan sebuah permasalahan real yang diberikan guru. 5) Peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok. 6) Peneliti mengklasifikasikan jawaban yang telah dibuat siswa secara berkelompok.
45
7) Peneliti memberikan latihan soal. 8) Peneliti membahas soal bersama-sama siswa secara interaktif. 9) Mereview materi yang telah dipelajari. 10) Memberikan jurnal siswa pada setiap pertemuan 11) Penilaian tes akhir siklus I 12) Membuat dokumentasi kegiatan belajar mengajar c. Tahap Pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan atau obervasi yang dilakukan peneliti dibantu oleh teman sejawa, yaitu mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus I. d. Tahap Refleksi Dalam penelitian ini, refleksi yang akan dilakukan peneliti meliputi: 1) Identifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan siklus I untuk menentukan keberhasilan dan tidakkeberhasilan dari tindakan tersebut. Jika belum berhasil maka dilanjutkan pada siklus II. 3. Alur Penelitian Siklus II a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun RPP dengan materi bilangan pecahan. 2) Menyiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru pada kegiatan belajar mengajar, lembar observasi untuk kegiatan siswa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, lembar latihan soalsoal untuk tes akhir pada siklus II. 3) Mempersiapkan sumber, alat peraga, dan media pembelajaran. 4) Menyiapkan alat evaluasi yang berupa tes tertulis dan Lembar Kerja Siswa (LKS) b. Tahap Tindakan 1) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI, pada materi pecahan senilai. 2) Peneliti memberikan tindakan belajar dengan kelompok diskusi.
46
3) Peneliti mengkondisikan siswa dengan membagi siswa menjadi 4-5 kelompok. 4) Peneliti memberikan permasalahan real kepada masing-masing kelompok. 5) Peneliti menggunakan alat peraga kertas berbentuk persegi. 6) Peneliti membimbing diskusi kelas. 7) Peneliti memberikan latihan soal. 8) Peneliti membahas soal bersama-sama siswa secara interaktif. 9) Mereview materi yang telah dipelajari. 10) Memberikan jurnal siswa pada setiap pertemuan 11) Penilaian tes akhir siklus II 12) Membuat dokumentasi kegiatan belajar mengajar c. Tahap Pengamatan Dalam penelitian ini, pengamatan atau obervasi yang dilakukan peneliti dibantu oleh teman sejawa, yaitu mengamati dan mencatat proses yang terjadi selama pembelajaran siklus II d. Tahap Refleksi Dalam penelitian ini, refleksi yang akan dilakukan peneliti meliputi: Identifikasi kelebihan dan kekurangan dari hasil pengamatan dan menganalisa seluruh program dari perencanaan dan tindakan. F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Hasil
Intervensi
yang
diharapkan
dari
penelitian
ini
adalah
meningkatnya hasil belajar siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Siswa kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi mengalami ketuntasan belajar dengan rata-rata nilai sebesar ≥ 80 dalam pembelajaran matematika khususnya materi tentang bilangan pecahan sub pokok bahasan tentang pengenalan bilangan pecahan sederhana, pecahan senilai, menyederhanakan pecahan, dan operasi hitung pecahan.
47
G. Data dan Sumber Data a. Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kauntitatif dan data kualitatif: 1) Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Data ini bersifat objektif. Dalam penelitian ini data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan pembelajaran PMRI dan hasil tes akhir pada setiap siklus. 2) Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berupa kalimat atau pernyataan bukan berupa angka. Dalam penelitian ini data kualitatif yang digunakan berupa hasil observasi terhadap guru dalam pelaksanaan KBM, hasil observasi keberhasilan pembelajaran siswa, hasil
wawancara terhadap guru dan
siswa, hasil dokumentasi (berupa foto kegiatan pembelajaran), serta jurnala harian. b. Sumber Data 1) Siswa Sumber data siswa dalam penelitian ini diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan pada siklus pertama sampai siklus kedua, hasil evaluasi belajar mengajar, angket, lembar pengamatan maupun catatan lapangan. 2) Guru Sumber data guru dalam penelitian ini diperoleh dari lembar pengamatan dan catatan lapangan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran PMRI. 3) Data Dokumen Sumber data yang berupa dokumen dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan nilai tes dan catatan lapangan guru yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan.
48
H. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang diginakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu: 1) Instrumen Tes Untuk tes digunakan tes formatif yaitu tes yang dlaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa dan ketuntasan belajar siswa terhadap seluruh materi yang telah diberikan pada kedua siklus sebagai implikasi dari penelitian tindakan kelas. 2) Instrumen Non Tes a) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa Lembar
observasi
siswa
digunakan
untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan siswa dan menganalisa serta merefleksikan setiaap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. b) Pedoman Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanggapan tentang guru dan siswa
terhadap
kegiatan
pembelajaran
pada
setiap
siklus
dengan
menggunakan pedoman wawancara. c) Jurnal Harian Siswa Jurnal hariana siswa dibuat untuk mengetahui respon siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam setiap pertemuan.
I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut: 1) Observasi Aktivitas pembelajaran matematika siswa adalah lembar observasi yang diisi oleh observer atau guru kolaborator setiap pertemuan untuk mengamati aktivitas siswa. 2) Pedoman wawancara yang dimaksud adalah daftar pertanyaan yang peneliti tanyakan pada saat mewawancarai guru kolaborator dan siswa pada observasi awal dan setiap akhir siklus.
49
3) Nilai hasil belajar adalah nilai ini diperoleh dari tes akhir siswa yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 4) Dokumentasi, dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto dan jurnal harian siswa yang diambil pada saat proses pembelajaran yang diperoleh dari setiap siklus.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Keabsahan data penelitian yang berbentuk data kualitatif dalam penelitian ini akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan Teknik Triangulasi. Teknik triangulasi yaitu peneliti mengumpulkan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. 7 Dalam hal ini, teknik triangulasi dilakukan dengan cara mengobservasi siswa dan mewawancarai siswa. Agar diperoleh data yang valid sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen hasil belajar terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas, realibilitas. Uji validitas yang digunakan pada instrumen soal akhir siklus adalah dengan menggunakan validitas butir soal. Perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi point biserial sebagai berikut: r bis =
𝑋𝑖 −𝑋𝑡
𝑃
𝑆𝑡
𝑞
Keterangan: r bis = Koefisien korelasi Xi
= Banyaknya subjek
X t = Jumlah nilai setiap butir soal S t = Jumlah nilai total P
= Proporsi siswa yang menjawab benar
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah
Reabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan hasil tes. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf keterpercayaan yang tinggi jika tes tersebut
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet Ke-11, h. 241.
50
dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui tingkat reabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan alpha cronbach, yaitu. ∑ Pq
n r11 =
1s2 t
n–1
Keterangan: r11
= Reeliabilitas Instrumen
n
= Banyaknya butir pertanyaan yang valid
s2 t
= Varians total
∑ Pq
= Jumlah varians butir
K. Analisi Data dan Interpretasi Data Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat dilapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan menganalisis data yang sudah terkumpul. Sebelum melakukan analisis data, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari berbagai sumber kemudian menganalisis data yang sudah terkumpul, yaitu berupa hasil observasi, hasil wawancara, hasil tes siswa, catatan komentar observer pada lembar observasi dan catatan lapangan. Untuk menganalisis setiap indikator hasil belajar siswa digunakan teknik analisis secara deskriptif dengan rumus sebagai berikut: 𝑓 P=
X 100% S
Keterangan: P
= Presentase hasil belajar
f
= Frekuensi siswa yang melakukan indikator hasil belajar
S
= Jumlah siswa yang hadir
Tahap menganalisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan rekafitulasi data, menyusunnya dalam satuaana-satuan, dan menyimpulkannya. Data yang diperoleh merupakan kalimat-kalimat diubah menjadi kalimat yang bermakna dan ilmiah.
51
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pada siklus I selesai dilaksanakan dan hasil pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka siklus dilanjutkan pada siklus II dengan perencanaan pembelajaran yang telah diperbaiki sebelumnya. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyedari bahwa penelitian ini telah berhasil menggunakan pendekatan PMRI dalam meningkatkan keberhasilan belajar matematika siswa dalam pokok bahasan bilangan pecahan, dengan persentase hasil belajar matematika siswa meningkat dari persentase hasil belajar matematika siswa sebelum tindakan (pra penelitian) yang dilakukan melalui lembar observasi siswa. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar matematika siswa, oleh karena itu penulis berharap adanya penelitian lebih lanjut untuk mengemukakan faktor-faktor lain tersebut.
52
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1.
Deskripsi Siswa Kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Siswa pada kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi berjumlah 28
orang yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Pada penelitian ini siswa kelas IV berperan sebagai subyek penelitian selanjutnya disebut sebagai subyek 1 (S1) sampai subyek 28 (S28). Penelitian pendahuluan dimulai dengan melakukan wawancara terhadapa guru dan siswa. 2.
Pembelajaran Matematika Di MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Sebelum Penelitian Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh informasi sebagai
berikut: a) Metode
yang
sering
digunakan
adalah
metode
cermah,
penugasan/latihan. b) Pada saat pembelajaran siswa yang kurang pintar lebih memilih posisi duduk dibangku belakang. c) Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, terutama yang duduk dibangku belakang. d) Guru tidak pernah mengaitkan materi yang dijelaskan dengan masalah kontekstual dan jarang memakai alat peraga dalam pembelajaran. e) Guru dalam memberikan tugas kurang efektif. Hal ini terlihat ketika guru dalam memberikan soal terlalu banyak sehingga siswa tidak bisa mengerjakan semua soal-soal tersebut. f) Nilai sebagian besar subyek pada kelas IV ini masih tergolong rendah dan masih banyak yang mendapat nilai dibawah KKM. Nilai ulangan harian matematika siswa kelas IV MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut:
53
Tabel. 4.1 Nilai Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas IV MI Ghidaul Athfal Sebelum Dilakukan Penelitian No 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval 50 - 57 58 - 64 65 - 71 72 - 78 79 - 85 86 - 92 Jumlah
fi
xi
fi . xi
3 6 12 0 5 2 28
53,5 61 68 75 82 89
160,5 366 816 0 410 178 1930,5
Tabel. 4.2 Statistik Deskriptif Nilai Ulangan Harian Matematika No
Nilai Ulangan Matematika Pra-penelitian
1.
Nilai Terendah
50
2.
Nilai Tertinggi
90
3.
Rata-rata Nilai
68,95
Berikut ini adalah salah satu dokumentasi suasana belajar matematika siswa kelas IV MI Ghidaul Athfal pada penelitian pendahuluan:
Gambar. 4.1 Suasana Kelas Pada Penelitian Pendahuluan
54
Pada tanggal 24 April 2013 peneliti melakukan wawancara dengan 6 orang siswa kelas IV. Keenam siswa ini terdiri dari 2 orang siswa pintar, 2 orang siswa cukup pintar, dan 2 orang siswa kurang pintar. Ketentuan ini berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti pada saat penelitian pendahuluan.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi sebagai berikut: a) Seluruh siswa pernah merasa bosan dan jenuh saat belajar matematika. b) Selama proses belajar berlangsung, hampir seluruh siswa tidak pernah bertanya dikarenakan takut dan malu. c) Masih ada beberapa siswa yang masih acuh tak acuh dengan tidak mengerjakan tugas atau PR yang diberikan guru. Hasil observasi aktifitas pembelajaran matematika di kelas dan wawancara tersebut digunakan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti. 3.
Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap Perencanaan Pembelajaran pada siklus I ini terdiri dari 4 kali pertemuan dengan setiap
pertemuan berdurasi 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan pada siklus I ini yaitu materi mengenal bilangan pecahan sederhana, membandingkan pecahan berpenyebut sama, mengurutkan bilangan pecahan berpenyebut sama, dan menuliskan letak bilangan pecahan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyiapkan benda-benda kongkrit yang akana digunakan selama proses pembelajaran siklus I, RPP dan LKS pertemuan 1 sampai 3. Peneliti juga membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi aktifitas siwa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, soal akhir siklus I, serta jurnal harian siswa yang akan diberikan pada tiap akhir pertemuan. Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat dan didiskusikan bersama guru kelas agar materi yang akan disampaikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di Sekolah. Pada tahap perencanaan ini peneliti juga menjelaskan
55
bagaimana cara penilaian pada lembar observasi siswa serta beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Tahap Pelaksanaan Pada penelitian siklus I ini posisi siswa tidak diubah sebagaimana posisi duduk siswa seperti biasanya, hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa kaku pada saat belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. 1) Pertemuan ke-1/Senin, 13 Mei 2013 Pertemuan pertama ini berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Jumlah subyek yang hadir pada pertemuan ini yaitu 26 orang, 2 subyek S18 dan S22 tidak hadir dikarenakan sakit. Materi pelajaran pada pertemuan pertama adalah mengenal bilangan pecahan sederhana dan menuliskan lambang bilangan pecahan. Pada pertemuan ini peneliti mengamati aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan dibantu dengan guru kolaborator untuk memperkuat hasil pengamatan. Pembelajaran pada pertemuan ini diawali dengan memberikan sebuah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan
, seperti: “Lusi mempunyai sebuah kue
donat. Kue donat tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama dengan adiknya. Adiknya mendapatkan ... bagian”. Kegiatan ini dilakukan untuk merangsang pengetahuan siswa tentang pecahan sederhana.Untuk peragaan tentang masalah di atas guru menyuruh siswa menyediakan kertas berbentuk persegi panjang, lalu kertas tersebut dilipat menjadi dua bagian yang sama. Kemudian berilah garis bekas lipatan dan arsir salah satu bagian lipatan. Kemudian guru memberikan serangkaian pertanyaan secara lisan, yakni(1) Berapa bagian kertas yang dilipat? (2) Berapakah bagian kertas yang diarsir? (3) Berapa bagian kertas yang diarsir dari semua bagian?. Pada saat peneliti bertanya tentang materi yang telah dijelaskan, tercatat masih ada 5 subyek ( S1, S3, S5, S6, dan S9) yang lupa saat ditanya. Setelah siswa mulai memahami apa yang dimaksud pecahan
56
sederhana, guru melanjutkannya dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil. Kegiatan selanjutnya, yaitu diskusi kelompok dengan tiap kelompok diberikan media satu buah apel untuk dipotong menjadi beberapa bagian. Media ini digunakan untuk membantu siswa mengenal pecahan setengah, sepertiga, seperempat, dan seperenaman.
Gambar. 4.2 Kegiatan Kelompok Memotong Buah Apel Pada saat diskusi kelompok, hampir semua anggota kelompoknya mengandalkan teman yang pintar saja untuk mengerjakan bahan diskusi yang diberikan guru. Tidak adanya bentuk kerjasama yang baik pada setiap kelompok, setiap individu ingin menunjukan kemampuannya mereka di depan guru. Kemudian peneliti mulai mengarahkan mereka bagaimana diskusi kelompok yang baik dan memotivasi mereka.
Gambar. 4.3 Kelompok II Terlihat Hanya Mengandalkan S2 dan S8 Dalam Mengerjakan Tugas Kelompok
57
Selanjutnya masing-masing kelompok diberikan tugas LKS 1 untuk dikerjakan. Beberapa kelompok masih ada yang terlihat bingung dan hanya melihat teman yang lain mengerjakan tugas kelompok. Setelah diskusi kelompok selesai, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil jawabannya di depan kelas. Ketika salah satu kelompok sedang menjelaskan hasil jawaban mereka, masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikannya dan terlihat acuh dengan penjelasan temannya. Pada pertemuan pertama diakhiri dengan guru memberikan latihan soal 1 kepada seluruh siswa kelas IV. Ada 3 subyek (S1, S6, dan S9) yang terlihat tidak berkonsentrasi pada saat mengerjakan soal latihan tersebut. Sebelum menutup pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada semua siswa. 2) Pertemuan ke-2/Rabu, 15 Mei 2013 Pada pertemuan kedua ini jumlah subyek yang hadir ada 27 orang siswa, 1 orang siswa S17 tidak hadir dengan alasan izin. Pokok pembahasan pada pertemuan kedua ini adalah membandingkan bilangan pecahan sederhana. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan pertama, ada 2 subyek (S1 dan S5) yang tidak mengerjakan PR dengan alasan lupa. Setelah memeriksa PR guru memulai pembelajaran
dengan melakukan tanya jawab untuk
mengingatkan siswa tentang lambang bilangan pecahan setengah, sepertiga, seperempat, dan seperenam pada pertemuan sebelumnya dan diingatkan kepada siswa tentang tanda yang digunakan untuk membandingkan 2 bilangan (<, >, =). Namun, hanya beberapa siswa saja yang menjawab pertanyaan guru dengan benar, beberapa siswa yang lain masih terlihat lupa dan menoleh kepada teman sebangkunya ketika ditanya oleh guru. Setelah selesai melakukan tanya jawab guru mulai menjelaskan materi membandingkan pecahan dengan menggunakan media gambar.
58
Benda real yang digunakan oleh guru adalah dua lembar roti tawar yang berbentuk persegi yang kemudian dipotong menjadi dua bagian yang berbeda. Kemudian guru meminta 2 orang siswa maju ke depan untuk memotong roti tersebut. S5 dan S12 yang duduk sebangku dibelakang langsung maju ke depan kelas dan berkata: “Pa, boleh gak kita maju ke depan untuk membantu Bapak memotong rotinya”. Walaupun S5 dan S12 tergolong siswa yang kurang pintar tetapi S5 dan S12 sudah menunjukan keberaniannya. Kemudian S5 meotong roti menjadi 2 bagian yang sama dan S12 memotong roti menjadi 4 bagian yang sama. Setelah
S5
dan
S12
selesai
memotong
roti
tersebut,
guru
memperlihatkan hasil potongan roti tersebut dan meminta semua siswa untuk membandingkan kedua bagian roti. Ada 2 subyek (S3 dan S17) yang masih melakukan kesalahan dalam membandingkan pecahan tersebut.
Gambar.4. 4 S5 dan S15 Sedang Memperlihatkan Roti Yang Telah Dipotong Kegiatan selanjutnya, yaitu guru meminta siswa untuk berdiskusi, guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan satu lembar kertas lipat warna kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok membuat pasangan pecahan dari kertas warna yang dibagikan kemudian membandingkan
59
pecahan yang diperoleh. Ketika guru berkeliling mengamati pekerjaan siswa terlihat ada sepasang siswa (S24 dan S27) yang masih asik bercanda. Ketika ditanya oleh guru, S27 berkata: ”Ini Pa.., temen aku gangguin terus ngajakin bercanda terus”. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan LKS 2 kepada masingmasing kelompok dan membahasnya secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini ada 3 subyek (S2, S18, dan S25) dari masingmasing kelompok yang berani bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. Sebelum menutup pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada semua siswa. 3) Pertemuan ke-3/Jum,at 17 Mei 2013 Pada pertemuan ini siswa yang hadir 28 orang siswa jadi tidak ada siswa yang tidak hadir semua siswa hadir dengan antusias dan bersemangat. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah mengurutkan bilangan pecahan berpenyebut sama dan menuliskan letak bilangan pecahan sederhana pada garis bilangan. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan kedua, dalam pertemuan ini masih ada 1 subyek (S18) yang tidak mengerjakan PR dengan alasan tidak bisa dan lupa cara mengerjakannya. Pada awal pembelajaran guru melakukan tanya jawab kepada siswa untuk
mengingatkan
membandingkan
kembali
pecahan
kepada
berpenyebut
pertanyaan lebih besar mana ¼ dengan
siswa sama,
tentang
materi
misalnya
dengan
. kemudian guru memberikan
beberapa permasalahan yang real secara lisan kepada siswa dan meminta siswa untuk menjawabnya. Hampir semua siswa bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru, tetapi ada 2 subyek (S11 dan S25) yang masih menghindar ketika ditanya oleh guru.
60
Gambar. 4.5 S26 Perwakilan Kelompok II Sedang Mengerjakan Tugas di Depan Kelas Kegiatan selanjutnya, yaitu kerja kelompok dimana dalam kegiatan ini guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan beberapa lembar pita warna kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok membuat garis bilangan dengan
pita,
kemudian
disuruh
membuat
nilai
pecahan
dan
mengurutkan pecahan yang diperoleh dan menuliskan letak pecahan tersebut pada garis bilangan. Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan.
Gambar. 4.6 Kelompok II Sedang Mengerjakan Tugas Kelompok
61
Pada akhir pertemuan ini guru memberikan LKS 3 kepada masingmasing kelompok dan membahasnya secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini masih ada 2 subyek (S18, dan S25) dari masingmasing kelompok yang bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. 4) Pertemuan ke-4/Senin, 20 Mei 2013 Pada pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 28 orang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pertemuan ini pembelajaran akan diisi dengan pemberian tes akhir siklus I. Posisi duduk siswa pada pertemuan ini dirubah dengan posisi leter U dan posisi duduknya sesuai dengan nama siswa pada absen yang ada, hal ini dilakukan agar siswa tidak mencontek dengan teman sebangkunya. Setelah siswa sudah terlihat rapi menempati tempat duduknya masing-masing dan telah mempersiapkan diri untuk mengikuti tes akhir siklus I yang diberikan.
Gambar. 4.7 Suasana Saat Tes Akhir Siklus I Pelaksanaan tes akhir siklus I ini berjalan dengan lancar, meskipun masih ada beberapa siswa yang masih menanyakan untuk memastikan
62
jawaban yang mereka tetapi guru mencoba untuk membimbing mereka dan memotivasi mereka untuk bisa mandiri dan bersemangat dalam mengerjakan soal-soal dan menemukan jawaban yang benar. Setelah pelaksanaan tes akhir siklus I selesai, kemudian peneliti melakukan
wawancara
dengan
guru
kelas
dan
siswa
untuk
mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator yang mencatat seluruh aspek indikator aktivitas siswa dan semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Fokus pengamatan aktivitas belajar siswa terdiri dari 11 indikator asfek pengamatan yang diberi skor nilai dengan skala 0 – 4. Skor masing-masing indikator kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai dengan rumus sebagai berikut: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal Hasil pengamatan subyek melalui lembar observasi aktivitas siswa
dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 4.3 Rekafitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
No 1
Siswa siap mengikuti pelajaran Siswa
2 3
Pertemuan Ke
Aspek Yang Diamati
memperhatikan
guru
menjelaskan materi Siswa tekun dalam mengerjakan soal
yang
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
63
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat 4
2
3
3
1
2
2
1
1
1
1
1
2
1
2
2
1
1
1
3
3
3
3
3
3
Jumlah Skor
21
24
26
Rata-rata Persentase
47,73
54,55
59,09
waktu Siswa cepat merespon pertanyaan yang
5
diberikan Siswa menggunakan cara sendiri dalam
6 7
menyelesaikan soal Siswa mengemukakan pendapat Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan
8
masalah yang dihadapi Siswa/kelompok
9
pekerjaannya di depan kelas Siswa
10
mempresentasikan
bekerjasama
(berdiskusi)
dalam
kelompok Siswa memberi tanggapan setuju/tidak
11
setuju terhadap jawaban teman lainnya.
Dari hasil observasi tersebut terlihat bahwa aktivitas pembelajaran siswa dengan pendekatan PMRI sudah menunjukan peningkatan, meskipun masih ada beberapa idikator yang masih kurang. Dari tabel di atas, diperoleh informasi tentang asfek aktivitas belajar siswa dalam meningkatakan hasil belajar siswa pada siklus I, yaitu pada pertemuan pertama masih terlihat kurang dengan pencapaian total skor 21 dengan persentase 47,73%. Sehingga perlu tindak lanjut yang harus dikembangkan dan ditingkatkan pada siklus II. Selain lembar observasi, peneliti juga menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan prndekatan PMRI. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus
64
I yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 4.4 Rekafitulasi Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus I Pertemuan Ke
Respon
Rata-rata
1
2
3
Respon Positif
67,86%
78,57%
85,71%
77,38%
Respon Negatif
30,36%
20,68%
14,29%
21,78%
Dari hasil jurnal harian siswa di atas jika diubah kebentuk diagram batang seperti pada diagram berikut:
Diagram. 4.1 Persentase Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus I
Dilihat dari diagram 4.1 di atas bahwa respon positif siswa terhadap pembelajaran siklus I lebih besar dibandingkan dengan respon negatif. Ini artinya bahwa sebagaian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika yang diterapkan dengan pendekatan PMRI. Pendapat-pendapat siswa tersebut baik yang positif
65
maupun negatif akan dijadikan bahan refleksi untuk tindakan pembelajaran selanjutnya. Berdasarkan lembar observasi, diperoleh bahwa peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I sudah menunjukan peningkatan. Adapun kendala pada pembelajaran siklus I ini adalah pengaturan waktu yang tidak sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus I. Hal ini dikarenakan belum terbiasanya siswa belajar matematika secara berkelompok dan menyelesaikan permasalahan real. Oleh karena itu guru selalu berkeliling dan membimbing setiap kelompok yang mengalami kesulitan. Adapun hasil belajar selama siklus I diperoleh dari tes akhir pada pertemuan keempat. Hasil tes siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel beikut: Tabel. 4.5 Nilai Tes Akhir Siklus I No
Kelas Interval
fi
xi
fi . xi
1
50 - 58
2
54
108
2
59 - 67
3
63
189
3
68 - 76
9
72
648
4
77 - 85
7
81
567
5
86 - 94
5
90
450
6
95 - 103
2
99
198
Jumlah
28
2160
Keterangan: Nilai tertinggi = 100
Jumlah Siswa = 28
Nilai terendah = 50
Rata-rata
= 77,14
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus I ini sudah mencapai rata-rata 77,14. Hal ini menunjukan bahwa
66
hasil belajar siswa pada siklus I ini sudah cukup baik, namun masih ada 5 orang siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 60,00. Berdasarkan catatan lapangan terdapat beberapa kendala selama proses pembelajaran, yakni masih ada siswa yang mondar mandir keluar kelas dengan alasan buang air karena mereka tidak mau mngikuti proses pembelajaran, serta masih terdapat kelompok yang mengandalkan siswa yang pintar saja dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.v d. Tahap Refleksi Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan analisis pada observasi, wawancara, Catatan lapangan, dan jurnal harian siswa ditemukan beberapa kekurangan dan kelebihan yang ada pada siklus I sebagai berikut: Kekurangan dan kendala yang ditemukan pada siklus I 1) Kurangnya siswa dalam mengemukakan pendapat Penyebab kekurangan ini adalah siswa masih terlihat ragu dan kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya karena merasa takut jika pendapatnya salah dan takut ditertawakan oleh temantemannya. Hal ini terlihat dalam hasil rekafitulasi lembar observasi siswa (lihat tabel rekafitulasi lembar observasi siswa). Dengan adanya kekurangan ini peneliti harus memotivasi siswa agar mereka lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya. 2) Kurangnya
Siswa/kelompok
yang
mempresentasikan
pekerjaannya di depan kelas. Penyebab kekurangan ini adalah waktu yang sangat terbatas sehingga
siswa
atau
kelompok tidak bisa semuanya
untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah harus bisa mengoptimalkan waktu dengan sebaik mungkin agar proses pembelajaran bisa terkondisikan dan siswa bisa mempresentasikan hasil pekerjaannya.
67
3) Siswa masih banyak yang mondar mandir keluar kelas Penyebab kekurangan ini adalah guru dalam hal ini peneliti masih kurang bisa mengkondisikan kelas sehingga masih ada siswa yang keluar kelas dengan alasan buang air. (lihat dalam catatan lapangan). Perbaikan yang dilakukan peneliti adalah bertindak tegas dan lebih kreatif dalam mengkondisikan kelasnya sehingga tidak ada lagi siswa yang berpura-pura buang air dikarenakan tidak mau mengikuti pelajaran. 4) Pada waktu diskusi kelompok masih ada kelompok yang hanya mengandalkan subyek yang pintar untuk mengerjakan tugas kelompok Permasalahan ini disebabkan karena tidak terbiasanya siswa belajar secara kelompok sehingga kurangnya kerjasama antara anggota kelompok untuk saling membantu dalam memahami suatu materi. Subyek hanya menginginkan tugas kelompoknya bisa cepat diselesaikan sehingga subyek lain hanya mengandalkan subyek yang pintar saja untuk menyelesaikan tugas tersebut. Permasalahan
tersebut
membuat
peneliti
harus
terus
membimbing setiap kelompok agar bekerjasama dengan baik dan tidak hanya mengandalkan salah satu anggotanya saja. Pengawasan dilakukan secara lebih teliti sehingga tidak ada lagi subyek yang tidak mengerjakan tugas, baik tugas individu maupun tugas kelompok. Kelebihan pembelajaran pada siklus I 1) Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMRI membuat suasana yang menyenangkan dalam belajar matematika Hal ini terlihat dari jurnal harian siswa yang menunjukan bahwa sudah 77,38% siswa yang merespon positif pada siklus I (Tabel 4.4). Sebagaian besar siswa menyatakan bahwa belajar dengan menggunakan pendekatan PMRI sangat menyenangkan dan tidak membosankan.
68
2) Subyek mulai terbiasa untuk mengerjakan soal tepat pada waktunya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa Hal ini terlihat ketika siswa dalam mengerjakan tes akhir siklus I. Siswa terlihat semangat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Berdasarkan tes akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa mencapai rata-rata 77,14 meskipun masih ada 5 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 60,00. Seluruh hasil dari pelasanaan siklus I ini menunjukan bahwa indikator keberhasilan pebelitian belum tercapai, sehingga penelitian dilanjutkan pada tahap siklus II dengan hasil refleksi ini yang digunakan sebagai perbaikan. 4.
Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Tahap Perencanaan Pembelajaran pada siklus II ini terdiri dari 4 kali pertemuan dengan setiap
pertemuan berdurasi 2 x 35 menit (2 jam pelajaran). Materi yang diajarkan pada siklus II ini yaitu materi pecahan-pecahan senilai, menyederhanakan pecahan, dan operasi hitung pecahan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus II ini masih sama dengan tahap perencanaan pada pembelajaran siklus I yaitu menyiapkan bendabenda kongkrit yang akan digunakan selama proses pembelajaran siklus II, RPP dan LKS pertemuan 5 sampai 7, lembar observasi aktifitas siwa, pedoman wawancara untuk guru dan siswa, soal akhir siklus II, jurnal harian siswa, serta tes akhir siklus II yang akan diberikan pada akhir pertemuan siklus II. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru kelas agar materi yang akan disampaikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di Sekolah. Pada tahap perencanaan ini peneliti juga menjelaskan bahwa cara penilaian pada lembar observasi siswa serta beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pembelajaran masih sama dengan proses pembelajaran pada siklus I.
69
b. Tahap Pelaksanaan Pada penelitian siklus I ini posisi siswa tidak diubah sebagaimana posisi duduk siswa seperti biasanya, hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa kaku pada saat belajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. 1) Pertemuan ke-5/Selasa, 21 Mei 2013 Pertemuan pertama pada siklus II ini berlangsung selama 70 menit (2 jam pelajaran). Ada 3 subyek S11 dan S19 tidak hadir dikarenakan sakit dan S26 tidak hadir dengan alasan izin. Jumlah subyek yang hadir pada pertemuan ini yaitu 25 orang, Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah pecahan-pecahan senilai. Pembelajaran pada pertemuan ini diawali dengan memberikan sebuah permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan. Kegiatan ini dilakukan untuk merangsang pengetahuan siswa dan mengingatkan kembali tentang materi pecahan. Selanjutnya guru mulai menjelaskan materi pecahan senilai dengan cara mendemontrasikan
nilai
pecahan
dengan
kegiatan
peragaan
menggunakan selembar kertas. Selanjutnya guru meminta kepada semua siswa untuk menyobek kertas satu lembar. S15 langsung bertanya kepada guru “Pa... Buat apa kertas selembar”, sebelum guru menjawab pertanyaan dari S15, ada subyek (S2) yang berani menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari S15. Kemudian guru mulai menjelaskan dan melakukan peragaan dengan cara melipat dan mengarsir
kertas-kertas
tersebut
menjadi
nilai
pecahan
menggambarkannya di papan tulis seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4.8 Kertas yang dilipat dan diberi arsiran
dan
70
Dari peragaan di atas kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyimpulkan hasil peragaan tersebut sebelum guru memberikan kesimpulan. S8 yang duduk di pojok kemudian mengacungkan tangannya dan bertanya: “Pa, kalau saya perhatikan gambar di depan saya melihat dengan
itu sama dengan
, dan juga sama
betul gak pa..?”, “Ya, betul, Dea!”. Kemudian guru
menyimpulkan materi yang sudah dijelaskan dan membuat pecahan yang senilai dengan pecahan tertentu dengan cara mengalikan atau membagi pembilang dan penyebut pecahan tersebut dengan bilangan yang sama. Kegiatan selanjutnya, yaitu kerja kelompok dimana dalam kegiatan ini guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan beberapa lembar kertas warna kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok mengulangi peragaan untuk menunjukan pecahan senilai lainnya. Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan LKS 4 kepada masingmasing kelompok dan membahasnya secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini masih ada 2 subyek (S16, dan S18) dari kelompok II yang bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. Sebelum guru menutup pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR). 2) Pertemuan ke-6/Rabu, 22 Mei 2013 Pada pertemuan keenam ini jumlah subyek yang hadir ada 26 orang siswa, 2 orang siswa S1 dan S9 tidak hadir dengan alasan izin. Pokok pembahasan pada pertemuan keenam ini adalah meyederhanakan pecahan. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa hasil pekerjaan rumah (PR) yang diberikan pada pertemuan kelima. Masih ada 2 subyek (S5 dan S16) yang masih saja mengabaikan pekerjaan rumahnya dengan
71
alasan ketinggalan buku PR nya, kemudian guru mengingatkan dan menegurnya dengan motivasi supaya mereka lebih giat lagi belajar di rumah dan tidak mengabaikan PR nya. Pada awal pembelajaran guru memulai dengan melakukan tanya jawab untuk mengingatkan siswa tentang materi yang diajarkan pada materi sebelumya. Guru memberikan beberapa permasalahan real secara lisan dan meminta siswa untuk menjawabnya. Siswa terlihat antusias pada saat dilakukannya tanya jawab, hampir semua siswa bisa menjawab contoh permasalahan real yang diberikan.
Gambar 4.9 Guru Sedang Menjelaskan Materi Tentang Cara Menyederhanakan Pecahan Selanjutnya guru menjelaskan materi menyederhanakan pecahan dengan media gambar yang dibuat di papan tulis. Kegiatan selanjutnya, yaitu guru meminta siswa untuk berdiskusi, guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 anak. Kemudian guru memberikan bahan-bahan diskusi dan LKS 5. Pada saat diskusi dan menyelesaikan tugas kelompok semua siswa terlihat santai dan fokus (bisa berkonsentrasi) pada saat mengerjakan tugas kelompoknya. Semua kelompok berlomba-lomba dalam menyelesaikan tugasnya, karena guru sudah menyiapkan reward (hadiah) bagi kelompok yang
72
bisa mengerjakan tugas dengan cepat dan benar. Pembelajaran ini terlihat lebih menyenangkan dan mampu mendorong
aktivitas dan
interaktivitas siswa. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan latihan soal individu kepada semua siswa. Hampir semua siswa sudah terbiasa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. Namun ada 1 subyek (S4) yang terlihat tidak bisa mengerjakan soal latihan dan mondar mandir keluar dengan alasan buang air ketika teman-teman yang lain sibuk mengerjakan soal latihan. Sebelum menutup pelajaran guru seperti biasa memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada semua siswa. 3) Pertemuan ke-7/Kamis 23 Mei 2013 Siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 28 orang. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah operasi hitung bilangan pecahan dengan sub materi pokok yaitu penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa hasil pekerjaan rumah (PR) yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menyuruh siswa secara acak menurut absen untuk mengerjakan PR di papan tulis. Setiap siswa yang disuruh maju kedepan untuk mengerjakan PR sudah terlihat terbiasa dan tidak takut lagi dikala disuruh mengerjakan soal di depan kelas. Pada awal pembelajaran guru memberikan beberapa permasalahan real dan melakukan tanya jawab kepada siswa untuk merangsang kemampuan siswa dan mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi sebelumnya. Guru
memulai
menjelaskan
materi
penjumlahan
pecahan
berpenyebut sama dengan menggunakan media pembelajaran yakni dua helai kertas lipat. Kemudian guru menyuruh 2 orang siswa (S7 dan S28 ) untuk membantu melipat kertas tersebut didepan kelas. S7 mengambil kertas pertama dan disuruh melipat kertas tersebut menjadi 4 bagian yang sama, dan salah satu bagian diarsir untuk menunjukan pecahan
,
73
kemudian S28 mengambil kertas kedua dan disuruh melipat kertas tersebut sama seperti yang dilakukan oleh S7 yakni melipat menjadi 4 bagian yang sama dan mengarsir salah satu bagian hingga menunjukan pecahan
. Guru menggambarkan hasil lipatan kertas tersebut dipapan
tulis, kemudian guru menuliskan hasil kertas lipatan tersebut menjadi suatu penjumlahan pecahan. Untuk menjelaskan cara penjumlahan pecahan guru memotong kertas yang sudah dilipat dan diarsir oleh S7 dan menempelkannya dengan kertas yang dilipat dan diarsir oleh S28. Kegiatan selanjutnya, yaitu kerja kelompok dimana dalam kegiatan ini guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 – 5 anak. Kemudian guru membagikan beberapa lembar kertas lipat warna kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengulangi peragaan yang telah dijelaskan tadi oleh guru dan mengerjakan LKS 6. Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan latihan soal kepada semua
siswa
dan
membahasnya
secara
bersama-sama.
Guru
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini masih ada 2 subyek (S19, dan S23) yang bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. 4) Pertemuan ke-8/Senin, 27 Mei 2013 Pada pertemuan ini berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 28 orang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pertemuan ini pembelajaran akan diisi dengan pemberian tes akhir siklus II. Siswa terlihat sudah mempersiapkan semua alat-alat tulis mereka di meja masing-masing dan telah mempersiapkan diri untuk mengikuti tes yang akan diberikan oleh guru. Tidak terlihat satu pun siswa yang terlihat takut dan gugup untuk mengikuti tes akhir siklus II.
74
Pelaksanaan tes akhir siklus II ini berjalan dengan lancar, sudah tidak ada lagi siswa yang menanyakan untuk memastikan jawaban mereka, semua siswa terlihat bersemangat dan percaya diri dalam mengerjakan soal-soal siklus II tersebut. Siswa sudah terbiasa dengan soal-soal realistik yang diberikan oleh peneliti.
Gambar. 4.10 Guru Kolaborator Sedang Mengawasi Tes Akhir Siklus II
Setelah pelaksanaan tes akhir siklus II selesai, kemudian peneliti melakukan
wawancara
dengan
guru
kelas
dan
siswa
untuk
mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). c. Tahap Observasi Tahap ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator yang mencatat seluruh aspek indikator aktivitas siswa dan semua hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Fokus pengamatan aktivitas belajar siswa terdiri dari 11 indikator asfek pengamatan yang diberi skor nilai dengan skala 0 – 4. Skor masing-masing indikator kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai dengan rumus sebagai berikut:
75
Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal Hasil pengamatan subyek melalui lembar observasi aktivitas siswa
dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. 4.6 Rekafitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No 1
Siswa siap mengikuti pelajaran Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan
2
Pertemuan Ke
Aspek Yang Diamati
materi
5
6
7
4
4
4
4
4
4
3
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
3
4
4
4
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
3
3
4
2
3
3
1
1
2
1
2
3
2
2
3
2
2
2
3
4
4
3
3
3
Jumlah Skor
28
32
36
Rata-rata Persentase
63,64
72,73
81,82
Siswa cepat merespon pertanyaan yang 5
diberikan Siswa menggunakan cara sendiri dalam
6 7
menyelesaikan soal Siswa mengemukakan pendapat Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan
8
masalah yang dihadapi Siswa/kelompok mempresentasikan
9 10
pekerjaannya di depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan terhadap jawaban
11
teman lainnya.
76
Dari hasil observasi tersebut terlihat bahwa aktivitas pembelajaran siswa dengan pendekatan PMRI sudah menunjukan peningkatan. Dari tabel di atas, diperoleh informasi tentang asfek aktivitas belajar siswa dalam meningkatakan hasil belajar siswa pada siklus II, yaitu pada pertemuan ketujuh dengan pencapaian total skor 36 dengan persentase 81,82%. Selain lembar observasi, peneliti juga menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan PMRI. Beberapa respon siswa terhadap tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 4.7 Rekafitulasi Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus II
Pertemuan Ke
Respon
Rata-rata
5
6
7
Respon Positif
80,36%
84,82%
90,18%
85,12%
Respon Negatif
19,69%
15,18%
14,26%
16,38%
Dari hasil jurnal harian siswa di atas jika diubah kebentuk diagram batang seperti pada diagram berikut:
77
Diagram. 4.2 Persentase Hasil Jurnal Harian Siswa pada Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI pada Siklus II Dilihat dari diagram 4.2 di atas bahwa respon positif siswa terhadap pembelajaran siklus II lebih besar dibandingkan dengan respon negatif. Ini artinya bahwa sebagaian besar siswa menyatakan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika yang diterapkan dengan pendekatan PMRI. Rata-rata persentase respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan PMRI meningkat dari 77,83% pada siklus I menjadi 85,12% pada siklus II. Sedangkan persentase respon negatif siswa menurun dari 21,78% pada siklus I menadi 16,38% pada siklus II. Adapun hasil belajar selama siklus II diperoleh dari tes akhir pada pertemuan kedelapan. Hasil tes siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel beikut:
78
Tabel. 4.8 Nilai Tes Akhir Siklus II No
Kelas Interval
fi
xi
fi . xi
1
70 - 75
5
72.5
362.5
2
76 - 80
10
78
780
3
81 - 85
0
83
0
4
86 - 90
9
88
792
5
91 - 95
0
93
0
6
96 - 100
4
98
392
Jumlah
28
2327
Keterangan: Nilai tertinggi = 100
Jumlah Siswa = 28
Nilai terendah = 70
Rata-rata
= 83,11
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus II ini sudah mencapai rata-rata 83,11. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II ini sudah baik dan tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM yaitu 60,00. d. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti dan guru kolaborator melakukan refleksi terhadap hasil dari analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: Selama proses pembelajaran pada siklus II ini siswa memberikan respon positif yang semakin baik. Pada siklus II ini siswa yang merespon negatif sudah menurun, semua siswa terlihat semangat dan merasa senang belajar matematika dengan penerapan pendekatan PMRI sehingga tidak ada lagi siswa yang mondar mandir keluar kelas. Dengan penggunaan media yang menarik dan pertanyaan yang lebih variatif, siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa juga lebih berani dalam mengemukakan pendapatnya. Berdasarkan hasil observasi, diperoleh rata-rata persentase aktivitas belajar siswa adalah 81,82% pada pertemuan ke tujuh siklus II. Hal ini
79
menunjukan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus II sudah meningkat. Berdasarkan tes akhir siklus II diperoleh hasil belajar siswa mencapai rata-rata 83,11 dengan tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini menunjukan bahwa tes hasil belajar siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian ini, dimana sudah tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai dibawah KKM.yaitu 60,00. Adapun hasil wawancara terhadap guru dan siswa diperoleh informasi bahwa pendekatan PMRI sudah cukup baik diterapkan di kelas IV. Semua siswa sangat merespon baik penerapan pendekatan PMRI ini dan guru kelas juga menganggap bahwa penerapan pendekatan PMRI ini telah dilaksanakan dengan baik sehingga dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil refleksi siklus II ini, yaitu bahwa kedua indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan saampai dengan siklus II.
B. Analisis Data Berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar observasi siswa yang dilakukan selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.9 Rekafitulasi Total Persentase Aktivitas Siswa
No
Aspek Yang Diamati Siswa siap mengikuti
1
pelajaran Siswa memperhatikan guru
2
yang menjelaskan materi Siswa tekun dalam
3
mengerjakan soal
Siklus I Pertemuan Ke
Siklus II Pertemuan Ke
1
2
3
5
6
7
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
4
2
2
3
3
4
4
80
Siswa mengumpulkan tugas 4
dengan tepat waktu Siswa cepat merespon
5
pertanyaan yang diberikan
2
3
3
3
3
4
1
2
2
2
3
3
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
2
3
1
2
2
2
2
3
1
1
1
2
2
2
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
3
21
24
26
28
32
36
Siswa menggunakan cara 6
sendiri dalam menyelesaikan soal Siswa mengemukakan
7
pendapat Siswa aktif bertanya dan
8
mengungkapkan masalah yang dihadapi Siswa/kelompok
9
mempresentasikan pekerjaannya di depan kelas Siswa bekerjasama
10
(berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan
11
terhadap jawaban teman lainnya. Jumlah Skor Rata-rata Persentase Rata-rata Total Persentase Aktivitas Siswa
47,73 54,55 59,09 63,64 72,73 81,82
53,79
72,73
Peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar matematika siswa pada setiap akhir siklus jika disajikan dalam diagram sebagai berikut:
81
Diagram. 4.3 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan diperoleh data bahwa aktifitas belajar siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktifitas belajar siswa dari siklus I sampai dengan siklus II. Hal ini terlihat dari total rata-rata persentase pada siklus I sebesar 53,79% menjadi 72,73% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa aktifitas belajar siswa memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Perolehan tes hasil belajar matematika siswa pada setiap akhir siklus disajikan pada table berikut: Tabel. 4.10 Statistik Deskriptif Peningkatan Hasil Belajar Siswa Statistik
Siklus I
Siklus II
Nilai Tertinggi
100
100
Nilai Terendah
50
70
77,14
83,11
Rata-rata
Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa mencapai hasil rata-rata yang baik. Rata-rata nilai pada siklus II
82
mengalami peningkatan yaitu dari sebelumnya pada siklus I 77,14 menjadi 83,11. pada siklus I masih ada siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 60,00. Namun pada siklus II nilai terndahnya adalah 70 dan sudah tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM. Peningkatan hasil belajar siswa jika disajikan dalam diagram batang adalah sebagai berikut:
Diagram. 4.4 Diagram Batang Peningkatan Rata-rata Hasil Belajar Siswa Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas, menunjukan bahwa pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Pembahasan 1. Penerapan Pendekatan PMRI dapat Meningkatkan Aktifitas Belajar Siswa Penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan aktifitas belajar matematika siswa karena prinsip pembelajaran dari pendekatan PMRI ini terdiri dari 6 macam prinsip, antara lain: prinsip aktifitas, prinsip nyata, prinsip bertahap, prinsip saling menjalin, prinsip interaksi, dan prinsip bimbingan. Jadi dalam setiap pembelajaran yang lebih berperan aktif adalah siswa.
83
Peningkatan aktifitas belajar siswa ini dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukan bahwa rata-rata total persentase aktifitas belajar siswa pada siklus I adalah 53,79% dan meningkat pada siklus II menjadi 72,73%. 2. Siswa Memiliki Respon Positif Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Pendekatan PMRI Pada siklus I dari hasil pengamatan menunjukan siswa cukup senang dan semangat belajar dengan diterapkannya pendekatan PMRI. Dengan adanya antusias dan semangat siswa dalam belajar matematika dengan penerapan pendekatan PMRI dapat menginformasikan bahwa pendekatan PMRI ini dapat menciptakan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil jurnal siswa yang diperoleh respon positif siswa dari siklus I sebesar 77,38% menjadi 85,12% pada siklus II. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 7,74% dengan rata-rata keseluruhan siswa yang merespon positif pada siklus I dan siklus II sebesar 81,25%. Sedangkan rata-rata siswa yang merespon negatif dipeoleh 21,78% pada siklus I menjadi 14,26% pada siklus II, ini artinya sebagian besar siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan PMRI. 3. Penerapan Pendekatan PMRI dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Peningkatan aktifitas belajar siswa dengan penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa terlihat dari hasil tes akhir siklus I dan siklus II yang nilai rataratanya meningkat dari yang sebelumnya 77,14 pada siklus I menjadi 83,11 pada siklus II.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan deskrifsi data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang sebelumnya rata-rata hasil belajar matematika siswa 77,14 pada siklus I menjadi 83,11 pada siklus II. 2. Penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata total persentase aktivitas belajar siswa dari sebelumnya 53,79% menjadi 72,73% pada siklus II. 3. Respon siswa terhadap penerapan pendekatan PMRI sangat positif. Hal ini ditunjukan dengan adanya peningkatan rata-rata respon positif siswa dari 77,38% pada siklus I menjadi 85,12% pada siklus II.
B.
Saran 1.
Berdasarkan penelitian ini, hendaknya guru matematika di MI Ghidaul Athfal Kota Sukabumi bersedia menerapkan pendekatan PMRI sebagai salah satu pendekatan yang inovatif dalam mengajarkan mata pelajaran matematika. Karena penelitian ini terbukti bahwa siswa sangat senang dan aktif dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
2.
Guru diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dalam membuat soal-soal diskusi dengan lebih mengaitkan masalah pada kegiatan sehari-hari siswa serta lebih bervariatif dalam mengkombinasikan pendekatan PMRI tersebut dengan metode dan strategi belajar lain.
84
3.
Dalam proses pembelajaran di kelas perlu diciptakan suasana kompetitif bersaing atau diadakan games antara siswa yang dapat memberikan semangat belajar lebih tinggi dan dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
85
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. 2011. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset. Abd. Rojak, Fauzan, H. Ali Nurdin. 2010. Kompilasi Undang-undang dan Peraturan Bidang Pendidikan, Jakarta: FITK PRESS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Budiamin dan Hj. Setiawati. 2009. Bimbingan Konseling, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Burhan Mustaqim dan Ary Astuti. 2008. Ayo Belajar Matematika, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Enjah Takari. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Genesindo. Erna Suwangsih dan Tiurlina. 2009. Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI PRESS. Esti Yuli Widayanti. Dkk. 2009. Pembelajaran Matematika MI, Surabaya: LAPIS-PGMI. Heruman. 2010. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya. H. Endin Nasrudin. 2010. Psikologi Manajemen, Bandung: Pustaka Setia. H. M. Alisuf Sabri. 2010. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. H. Mohammad Asrori. 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV. Wacana Prima. http://chocoronotomo.blogspot.com/2013/04/definisi-mengajar-menurut-paraahli.html (diakses pada tanggal 17/07/2013). http://www.m-edukasi.web.id/2013/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html (diakses pada tanggal 23/03/2013). http://esihkeyc.blogspot.com/2013/03/pengertian-definisi-hasil-belajar.html. (diakss pada tanggal 27/04/2013). http://rangkuman-pelajaran.blogspot.com/2008/12/materi-matematika-bilangan pecahan.html. (diakses pada tanggal 23/04/2013).
,
http://www.preceptorial.com/materi-matematika-smp-kelas-vii-semester-i-jenisjenis-bilangan-pecahan/. (diakses pada tanggal 23/04/2013). http://nazwandi.wordpress.com/2010/06/22/jurnalpmri-pembelajaranmatematika-realistik-indonesia-suatu-inovasi-dalam-pendidikanmatematika-di-indonesia/(diakses pada tanggal 28-03-2013). Masitoh dan Laksmi Dewi. 2009. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. M. Ngalim Purwanto. 1994. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima. Turmudi dan Aljufri. 2009. Pembelajaran Matematika, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Thoifuri. 2008. Menjadi Guru Inisiator, Semarang: Rasail Media Grup. Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
.
86
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI
Hari, Tanggal
: Senin, 13 Mei 2013
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi: 6. Mengunakan pecahan dalam pemecahan masalah
II.
Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran - Mengenal konsep pecahan sederhana - Menuliskan lambang bilangan pecahan
IV. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat mengenal konsep pecahan (Kerja Keras, disiplin, tanggungjawab) - Siswa dapat Menuliskan lambang bilangan pecahan (rasa ingin tahu, kreatif) V. Materi Pembelajaran A. Materi Pokok Bilangan Pecahan B. Sub Materi Pokok Pecahan Sederhana
87
C. Deskripsi Sub Materi Pokok Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimkasud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
VI.
Pendekatan Pembelajaran - Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
VII.
Metode Pembelajaran - Penemuan terbimbing -
Diskusi
- Latihan
88
VIII.
Langkah-langkah pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (waktu 10 menit) Kegiatan
Apersepsi:
Nilai Karakter (religius, disiplin, tekun,
- Menyiapkan siswa baik secara pisik maupun
tanggungjawab)
psikis untuk memulai pelajaran - berdo’a sebelum memulai pelajaran - Mengabsen siswa - menyampaikan tujuan pembelajaran - melakukan ice breaking - membuat kelompok diskusi
b.
Kegiatan Inti (waktu 50 menit) b.1Eksplorasi (waktu 15 menit)
Kegiatan - Tanya jawab mengenai materi tentang pecahan
Nilai Karakter (rasa ingin
- Memberikan masalah yang real tentang pecahan
tahu,disiplin,
- Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
tekun, tanggungjawab)
b.2 Elaborasi (waktu 25 menit) Kegiatan Nilai Karakter 1) Guru mengawali pembelajaran dengan mempersiapkan (disiplin, tekun, beberapa buah apel, beberapa buah pisau dan beberapa tanggungjawab, piring sebagai alas.
kerjasama,
2) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang kreatif) terdiri dari 2 anak, 3 anak, dan 4 anak. Kemudian guru membagikan satu buah apel kepada setiap kelompok. 3) Siswa-siswa diminta untuk membagi satu buah apel tersebut secara adil sesuai dengan jumlah anak dalam setiap
89
kelompok. Pada kegiatan ini siswa diberikan kebebasan untuk membuat kalimat untuk membagika sebuah apel tersebut sesuai dengan bahasa mereka sendiri. 4) Setelah semua kelompok selesai memotong buah apel menjadi bagian-bagian yang sesuai dengan banyak anggota pada setiap kelompok, guru meminta mereka memegang apel yang mereka dapatkan. 5) Secara bergantian guru bertanya kepada siswa “berapa bagian apel yang kamu dapatkan dari kelompokmu”. 6) Guru mulai menjelaskan siswa tentang pecahan sederhana dalam bentuk formal. 7) Guru memberikan LKS 1 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan 8) Guru dan siswa membahas LKS 1 secara bersama-sama. Guru memeinta siswa untuk mempresentasikan jawaban LKS 1 di papan tulis. 9) Guru memberikan beberapa soal pecahan sederhana untuk dikerjakan siswa secara individu. b.3Konfirmasi (waktu 10 menit) Kegiatan Guru - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa
Nilai Karakter (rasa ingin tahu,
- Meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan
disiplin, tekun,
tentang materi yang telah disampaikan
tanggungjawab)
90
c.
Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru - Menyimpulkan materi yang telah disasmpaikan
Nilai Karakter (religius, disiplin,
- Menutup pembelajaran dengan berdo’a
tekun, tanggungjawab)
IX.
Media/alat/bahan/sumber belajar - Buku paket matematika kelas IV - LKS 1 (terlampir) - Lambar Soal 1 (terlampir) - Buku lain yang relevan - Beberapa buah apel, gambar tentang pecahan
X.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi - Mengenal konsep pecahan
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen Soal/Jawaban
Tugas Individu
Isian
Berapakah nilai pecahan
dan Kelompok
pada gambar dibawah ini!
sederhana Melalui
1.
gambar
2.
- Menuliskan lambang bilangan pecahan
Arsirlah gambar dibawah ini dengan nilai pecahan berikut: 3. ½
4. ¼
91
5. 3 4 Jawaban 1. 2 3 2. 1 2 3. 4.
5.
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 2 PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI
Hari, Tanggal
: Rabu, 15 Mei 2013
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi: 6. Mengunakan pecahan dalam pemecahan masalah
II.
Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran - Membandingkan pecahan sederhana
IV. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat membandingkan pecahan sederhana (Kerja Keras, disiplin, tanggungjawab) V. Materi Pembelajaran A. Materi Pokok Bilangan Pecahan B. Sub Materi Pokok Membandingkan pecahan sederhana C. Deskripsi Sub Materi Pokok Untuk membandingkan pecahan, dapat kalian lihat letaknya pada garis bilangan. Semakin ke kanan, nilainya semakin besar.
93
Contoh: dan
Jadi VI.
>
Pendekatan Pembelajaran - Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
VII.
Metode Pembelajaran - Ekspositori - Diskusi - Latihan
VIII.
Langkah-langkah pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (waktu 10 menit) Kegiatan
Apersepsi:
Nilai Karakter (religius, disiplin, tekun,
- Menyiapkan siswa baik secara pisik maupun
tanggungjawab)
psikis untuk memulai pelajaran - berdo’a sebelum memulai pelajaran - Mengabsen siswa - menyampaikan tujuan pembelajaran - melakukan ice breaking - membuat kelompok diskusi
94
b.
Kegiatan Inti (waktu 50 menit) b.1Eksplorasi (waktu 15 menit)
Kegiatan - Tanya jawab mengenai materi tentang pecahan
Nilai Karakter (rasa ingin
- Memberikan masalah yang real tentang pecahan
tahu,disiplin,
- Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
tekun,
- Mengingatkan kembali kepada siswa tentang tanda yang tanggungjawab) digunakan untuk membandingkan 2 bilangan (<, >, =) b.2 Elaborasi (waktu 25 menit) Kegiatan Nilai Karakter 1) Guru mengawali pembelajaran dengan mempersiapkan (disiplin, tekun, kertas lipat warna-warni, penggaris, dan gunting.
tanggungjawab,
2) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang kerjasama, terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan satu lembar kreatif) kertas lipat warna kepada setiap kelompok. 3) Masing-masing kelompok membuat pasangan pecahan dari kertas warna yang dibagikan kemudian membandingkan pecahan yang diperoleh. 4) Beberapa kelompok mepresentasikan pasangan pecahan yang dibuat dan membandingkannya. 5) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. 6) Guru memberikan LKS 2 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan 7) Guru dan siswa membahas LKS 2 secara bersama-sama. 8) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban LKS 2 di papan tulis. 9) Guru memberikan beberapa soal-soal untuk dikerjakan siswa secara individu.
95
b.3Konfirmasi (waktu 10 menit) Kegiatan Guru - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa
Nilai Karakter (rasa ingin tahu,
- Meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan
disiplin, tekun,
tentang materi yang telah disampaikan
c.
tanggungjawab)
Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru - Menyimpulkan materi yang telah disasmpaikan
Nilai Karakter (religius, disiplin,
- Menutup pembelajaran dengan berdo’a
tekun, tanggungjawab)
IX.
Media/alat/bahan/sumber belajar - Buku paket matematika kelas IV - LKS 2 (terlampir) - Lembar Soal 2 (terlampir) - Buku lain yang relevan - Kertas lipat warna, penggaris, dan gunting
96
X.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi - Membandingkan pecahan sederhana
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Tugas Individu
Isian
dan Kelompok
Contoh Instrumen Soal/Jawaban Bandingkan pecahanpecahan dibawah ini dengan lambang <, >, = 1. 1 2 2. 3 4 3. 2 4 4. 5 8 5. 4 7
... 2 2 ... 1 4 ... 1 2 ... 6 8 ... 6 7
Jawaban 1. 1 < 2 2. 3 > 4 3. 2 = 4 4. 5 < 8 5. 4 < 7
2 2 1 4 1 2 6 8 6 7
97
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 3 PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI
Hari, Tanggal
: Jum’at, 17 Mei 2013
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi: 6. Mengunakan pecahan dalam pemecahan masalah
II.
Kompetensi Dasar 6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran - Mengurutkan pecahan berpenyebut sama - Menuliskan letak pecahan pada garis bilangan
IV. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat mengurutkan pecahan berpenyebut sama (rasa ingin tahu, kreatif) - Siswa dapat Menuliskan letak pecahan pada garis bilangan (rasa ingin tahu, kreatif) V. Materi Pembelajaran A. Materi Pokok Bilangan Pecahan B. Sub Materi Pokok Mengurutkan pecahan berpenyebut sama, dan menuliskan letak pecahan pada garis bilangan
98
C. Deskripsi Sub Materi Pokok Untuk mengetahui pecahan yang lebih kecil dan pecahan yang lebih besar, maka kalian dapat mengurutkan kelompokan bilangan pecahan. Dan menuliskannya dalam garis bilangan.
VI.
Pendekatan Pembelajaran - Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
VII.
Metode Pembelajaran - Ekspositori - Diskusi - Latihan
VIII.
Langkah-langkah pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (waktu 10 menit)
Apersepsi:
Kegiatan
Nilai Karakter (religius, disiplin, tekun,
- Menyiapkan siswa baik secara pisik maupun
tanggungjawab)
psikis untuk memulai pelajaran - berdo’a sebelum memulai pelajaran - Mengabsen siswa - menyampaikan tujuan pembelajaran - melakukan ice breaking - membuat kelompok diskusi
99
b.
Kegiatan Inti (waktu 50 menit) b.1Eksplorasi (waktu 15 menit)
Kegiatan - Tanya jawab mengenai materi tentang pecahan
Nilai Karakter (rasa ingin
- Memberikan masalah yang real tentang pecahan
tahu,disiplin,
- Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
tekun,
- Mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi tanggungjawab) membandingkan pecahan berpenyebut sama, misalnya dengan pertanyaan lebih besar mana ¼ dengan b.2 Elaborasi (waktu 25 menit) Kegiatan Nilai Karakter 1) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang (disiplin, tekun, terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan beberapa tanggungjawab, lembar pita warna kepada setiap kelompok.
kerjasama,
2) Masing-masing kelompok membuat garis bilangan dengan kreatif) pita, kemudian disuruh membuat nilai pecahan dan mengurutkan pecahan yang diperoleh dan menuliskan letak pecahan tersebut pada garis bilangan. 3) Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. 4) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. 5) Guru memberikan LKS 3 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan 6) Guru dan siswa membahas LKS 3 secara bersama-sama. 7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban LKS 3 di papan tulis. 8) Guru memberikan beberapa soal-soal untuk dikerjakan
100
siswa secara individu. b.3Konfirmasi (waktu 10 menit) Kegiatan Guru - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa
Nilai Karakter (rasa ingin tahu,
- Meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan
disiplin, tekun,
tentang materi yang telah disampaikan
c.
tanggungjawab)
Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru - Menyimpulkan materi yang telah disasmpaikan
Nilai Karakter (religius, disiplin,
- Menutup pembelajaran dengan berdo’a
tekun, tanggungjawab)
IX.
Media/alat/bahan/sumber belajar - Buku paket matematika kelas IV - LKS 3 (terlampir) - Lembar Soal 3 (terlampir) - Buku lain yang relevan - Pita warna, penggaris, dan gunting
101
X.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi - Mengurutkan pecahan
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Contoh Instrumen Soal/Jawaban
Tugas Individu
Isian
Urutkan pecahan berikut
dan Kelompok
dari yang terbesar
berpenyebut 1.
sama - Menuliskan letak pecahan pada bilangan
, ,
2. ,
,
3. ,
, ,
, ,
garis Lengkapi garis bilangan berikut dengan bilangan pecahan
102
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 4 PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI
Hari, Tanggal
: Selasa, 21 Mei 2013
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi: 6. Mengunakan pecahan dalam pemecahan masalah
II.
Kompetensi Dasar 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran - Menentukan pecahan-pecahan senilai
IV. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat menentukan pecahan-pecahan senilai (rasa ingin tahu, kreatif) V. Materi Pembelajaran A. Materi Pokok Bilangan Pecahan B. Sub Materi Pokok Pecahan Senilai C. Deskripsi Sub Materi Pokok Dalam bilangan pecahan dikenal pecahan-pecahan senilai, artinya pecahanpecahan tersebut mempunyai nilai yang sama meskipun dituliskan dalam bentuk pecahan yang berbeda.
103
Mari kita perhatikan garis bilangan berikut ini.
Contoh pecahan-pecahan senilai ditunjukkan dengan garis tegak putus-putus. Pecahan-pecahan senilai mempunyai nilai yang sama. Mari kita tuliskan pecahan-pecahan yang mempunyai nilai setengah dengan gambar lingkaran berikut.
104
Jika dperhatikan gaambar di atas, bagian yang diarsir dari masing-masing lingkaran adalah sama. Maka dari itu pecahan-pecahan tersebut dikatakan senilai atau senilai. Sebuah pecahan juga tidak akan berubah nilainya jika pembilang dan penyebutnya dibagi atau dikali dengan bilangan yang sama. Sehingga pecahan senilai dapat kita tentukan dengan mengalikan atau membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. VI.
Pendekatan Pembelajaran - Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
VII.
Metode Pembelajaran - Ekspositori - Diskusi - Latihan
105
VIII.
Langkah-langkah pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (waktu 10 menit) Kegiatan
Apersepsi:
Nilai Karakter (religius, disiplin, tekun,
- Menyiapkan siswa baik secara pisik maupun
tanggungjawab)
psikis untuk memulai pelajaran - berdo’a sebelum memulai pelajaran - Mengabsen siswa - menyampaikan tujuan pembelajaran - melakukan ice breaking - membuat kelompok diskusi
b.
Kegiatan Inti (waktu 50 menit) b.1Eksplorasi (waktu 15 menit)
Kegiatan - Tanya jawab mengenai materi tentang pecahan
Nilai Karakter (rasa ingin
- Memberikan masalah yang real tentang pecahan
tahu,disiplin,
- Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
tekun, tanggungjawab)
b.2 Elaborasi (waktu 25 menit) Kegiatan Nilai Karakter 1) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang (disiplin, tekun, terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan beberapa tanggungjawab, lembar kertas lipat warna kepada setiap kelompok. 2) Masing-masing
kelompok
diperintahkan
kerjasama,
menunjukan kreatif)
pecahan ½ melalui arsiran satu bagian lipatan kertas. Kemudian siswa melipat lagi kertas tersebut menjadi 4 bagian. 3) Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjaannya
106
didepan kelas. 4) Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. 5) Guru memberikan LKS 4 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan 6) Guru dan siswa membahas LKS 4 secara bersama-sama. 7) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban LKS 3 di papan tulis. 8) Guru memberikan beberapa soal-soal untuk dikerjakan siswa secara individu. b.3Konfirmasi (waktu 10 menit) Kegiatan Guru - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa
Nilai Karakter (rasa ingin tahu,
- Meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan
disiplin, tekun,
tentang materi yang telah disampaikan
c.
tanggungjawab)
Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru - Menyimpulkan materi yang telah disasmpaikan
Nilai Karakter (religius, disiplin,
- Menutup pembelajaran dengan berdo’a
tekun, tanggungjawab)
IX.
Media/alat/bahan/sumber belajar - Buku paket matematika kelas IV - LKS 4 (terlampir) - Lembar Soal Latihan 4 (terlampir) - Buku lain yang relevan - Kertas lipat warna, penggaris, dan gunting
107
X.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi - Menentukan
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Tugas Individu
Isian
pecahan-
dan Kelompok
pecahan senilai
Contoh Instrumen Soal/Jawaban Tentukan 5 pecahanpecahan senilai dari pecahan berikut 1. 1 = 2 2. 1 = 3 3. 2 = 4 4. 5 = 6 5. 2 = 3
108
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 5 PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI
Hari, Tanggal
: Rabu, 22 Mei 2013
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi: 6. Mengunakan pecahan dalam pemecahan masalah
II.
Kompetensi Dasar 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran - Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan
IV. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat menyederhanakan berbagai bentuk pecahan (rasa ingin tahu, kreatif) V. Materi Pembelajaran A. Materi Pokok Bilangan Pecahan B. Sub Materi Pokok Menyederhanakan Pecahan C. Deskripsi Sub Materi Pokok Suatu pecahan dikatakan sederhana bila pembilang dan penyebutnya tidak mempunyai factor persekutuan lagi, kecuali 1. Untuk memperoleh pecahan yang paling sederhana, maka pembilang dan penyebutnya harus dibagi dengan
109
faktor persekutuan yang paling besar. Sehingga pembaginya merupakan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari pembilang dan penyebutnya. Contoh: Tentukan pecahan paling sederhana dari Jawab: Faktor dari 12 (pembilang) adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 (penyebut) adalah 1, 2, 4, 8, 16 FPB dari 12 dan 16 adalah 4 =
=
Jadi, bentuk paling sederhana dari VI.
adalah
Pendekatan Pembelajaran - Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
VII.
Metode Pembelajaran - Ekspositori - Diskusi - Latihan
VIII.
Langkah-langkah pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (waktu 10 menit) Kegiatan
Apersepsi:
Nilai Karakter (religius, disiplin, tekun,
- Menyiapkan siswa baik secara pisik maupun
tanggungjawab)
psikis untuk memulai pelajaran - berdo’a sebelum memulai pelajaran - Mengabsen siswa - menyampaikan tujuan pembelajaran - melakukan ice breaking - membuat kelompok diskusi
110
b.
Kegiatan Inti (waktu 50 menit) b.1Eksplorasi (waktu 15 menit)
Kegiatan - Tanya jawab mengenai materi tentang pecahan
Nilai Karakter (rasa ingin
- Memberikan masalah yang real tentang pecahan
tahu,disiplin,
- Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
tekun, tanggungjawab)
b.2 Elaborasi (waktu 25 menit) Kegiatan Nilai Karakter 1) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang (disiplin, tekun, terdiri 4 anak. 2) Guru
menjelaskan
tanggungjawab, materi
tentang
menyederhanakan kerjasama,
pecahan
kreatif)
3) Guru memberikan LKS 5 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan 4) Guru dan siswa membahas LKS 5 secara bersama-sama. 5) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban LKS 3 di papan tulis. 6) Guru memberikan beberapa soal-soal untuk dikerjakan siswa secara individu. b.3Konfirmasi (waktu 10 menit) Kegiatan Guru - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa
Nilai Karakter (rasa ingin tahu,
- Meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan
disiplin, tekun,
tentang materi yang telah disampaikan
tanggungjawab)
111
c.
Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru - Menyimpulkan materi yang telah disasmpaikan
Nilai Karakter (religius, disiplin,
- Menutup pembelajaran dengan berdo’a
tekun, tanggungjawab)
IX.
Media/alat/bahan/sumber belajar - Buku paket matematika kelas IV - LKS 4 (terlampir) - Lembar Soal Latihan 5 (terlampir) - Buku lain yang relevan - Kertas lipat warna, penggaris, dan gunting
X.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi - Menyederhanakan berbagai pecahan
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Tugas Individu
Isian
bentuk dan Kelompok
Contoh Instrumen Soal/Jawaban Tentukan bentuk pecahan paling sederhana dari pecahan berikut 1. 4 = 8 2. 12 = 16 3. 24 = 32 4. 54 = 36 5. 72 = 81
112
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 6 PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI
Hari, Tanggal
: Kamis, 23 Mei 2013
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
I.
Standar Kompetensi: 6. Mengunakan pecahan dalam pemecahan masalah
II.
Kompetensi Dasar 6.3 Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama
III.
Indikator Pencapaian Kompetensi Pembelajaran - Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama
IV. Tujuan Pembelajaran - Siswa dapat Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama (rasa ingin tahu, kreatif) V. Materi Pembelajaran D. Materi Pokok Bilangan Pecahan E. Sub Materi Pokok Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama F. Deskripsi Sub Materi Pokok Dalam operasi penjumlahan terdapat aturan-aturan dalam menyelesaikan, yaitu Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya.
113
VI.
Pendekatan Pembelajaran - Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
VII.
Metode Pembelajaran - Ekspositori - Diskusi - Latihan
VIII.
Langkah-langkah pembelajaran a. Kegiatan Pendahuluan (waktu 10 menit) Kegiatan
Apersepsi:
Nilai Karakter (religius, disiplin, tekun,
- Menyiapkan siswa baik secara pisik maupun
tanggungjawab)
psikis untuk memulai pelajaran - berdo’a sebelum memulai pelajaran - Mengabsen siswa - menyampaikan tujuan pembelajaran - melakukan ice breaking - membuat kelompok diskusi
b.
Kegiatan Inti (waktu 50 menit) b.1Eksplorasi (waktu 15 menit)
Kegiatan - Tanya jawab mengenai materi tentang pecahan
Nilai Karakter (rasa ingin
- Memberikan masalah yang real tentang pecahan
tahu,disiplin,
- Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari
tekun, tanggungjawab)
114
b.2 Elaborasi (waktu 25 menit) Kegiatan Nilai Karakter 1) Guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang (disiplin, tekun, terdiri 4 anak.
tanggungjawab,
2) Sebagai pengantar, siswa diingatkan lagi tentang nilai kerjasama, pecahan dan pecahan senilai.
kreatif)
3) Guru menjelaskan materi tentang menjumlahkan pecahan berpenyebut sama dengan media gambar. 4) Masing-masing kelompok diberikan dua helai kertas warna. Kertas pertama dilipat menjadi empat bagian yang sama, dan salah satu bagian diarsir untuk menunjukan nilai pecahan. Kemudian kertas yang satunya lagi dilapat sama seperti kertas yang tadi. 5) Siswa mendiskusikan tentang penjumlahan pecahan dengan menempelkan kertas yang satu dengan kertas yang satunya lagi. 6) Masing-masing
kelompok
mempresentasikan
hasil
diskusinya didepan kelas. 7) Guru memberikan LKS 6 kepada setiap kelompok untuk dikerjakan 8) Guru dan siswa membahas LKS 6 secara bersama-sama. 9) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan jawaban LKS 3 di papan tulis. 10)
Guru memberikan beberapa soal-soal untuk dikerjakan
siswa secara individu.
115
b.3Konfirmasi (waktu 10 menit) Kegiatan Guru - Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa
Nilai Karakter (rasa ingin tahu,
- Meluruskan kesalah pahaman, memberikan penguatan
disiplin, tekun,
tentang materi yang telah disampaikan
c.
tanggungjawab)
Penutup (waktu 5 menit)
Kegiatan Guru - Menyimpulkan materi yang telah disasmpaikan
Nilai Karakter (religius, disiplin,
- Menutup pembelajaran dengan berdo’a
tekun, tanggungjawab)
IX.
Media/alat/bahan/sumber belajar - Buku paket matematika kelas IV - LKS 4 (terlampir) - Lembar Latihan Soal 6 (terlampir) - Buku lain yang relevan - Kertas lipat warna, penggaris, dan gunting
116
X.
Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi - Menjumlahkan Pecahan
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Tugas Individu
Isian
dan Kelompok
Contoh Instrumen Soal/Jawaban Tentukan bentuk pecahan paling
Berpenyebut
sederhana dari pecahan
Sama
berikut 1. 4 + 6 = 8 8 2. 2 + 3 = 6 6 3. 4 + 6 = 12 12 4. 5 + 2 = 7 7 5. 2 + 1 = 4 4
117
Lampiran 2
LEMBAR LATIHAN SOAL 1
Berapakah nilai pecahan pada gambar dibawah ini! 1. 2. Arsirlah gambar dibawah ini dengan nilai pecahan berikut: 3. ½ 4. ¼ 5. 3 4
118
LEMBAR LATIHAN SOAL 2
Bandingkan pecahan-pecahan dibawah ini dengan lambang <, >, = 1. 1 ... 2 2 2 2. 3 ... 1 4 4 3. 2 ... 1 4 2 4. 5 ... 6 8 8 5. 4 ... 6 7 7
119
LEMBAR LATIHAN SOAL 3
Urutkan pecahan berikut dari yang terbesar
1.
, ,
,
2. ,
,
3. ,
, ,
,
Lengkapi garis bilangan berikut dengan bilangan pecahan
120
LEMBAR LATIHAN SOAL 4
Tentukan 5 pecahan-pecahan senilai dari pecahan berikut 1.
1= 2
2.
1= 3
3.
2= 4
4.
5= 6
5.
2= 3
121
LEMBAR LATIHAN SOAL 5
Tentukan bentuk pecahan paling sederhana dari pecahan berikut 1. 4 = 8 2.
12 = 16
3.
24 = 32
4.
54 = 36
5.
72 = 81
122
LEMBAR LATIHAN SOAL 6
Tentukan bentuk pecahan paling sederhana dari pecahan berikut 1. 4 + 6 = 8 8 2. 2 + 3 = 6 6 3. 4 + 6 = 12 12 4. 5 + 2 = 7 7 5. 2 4
+ 1 = 4
123
Lampiran 3
LKS 1 PECAHAN SEDERHANA Nama: 1. ...................................... 2. ...................................... Petunjuk Umum: Kerjakan soal secara berkelompok. Cermati permasalahan pada tiap-tiap soal dan lengkapilah titik-titiknya. Setelah mengerjakan tugas ini kalian diminta melaporkan hasilnya. Soal 1 Ibu membeli 8 butir telur yang dimasukan kedalam kantong plastik. Ternyata ketika dibuka terdapat 3 butir telur yang pecah. Berapa nilai pecahan dari butir telur yang pecah? a) Banyaknya semua telur ... butir b) Banyaknya telur yang pecah ... butir c) Nilai pecahan dari telur yang pecah ... Soal 2 Arsirlah gambar sesuai dengan nilai pecahan! a)
b)
c)
124
LKS 2 MEMBANDINGKAN PECAHAN BERPENYEBUT SAMA Nama: 1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ...................................... Petunjuk Umum: Kerjakan soal secara berkelompok. Cermati permasalahan pada tiap-tiap soal dan lengkapilah titik-titiknya. Setelah mengerjakan tugas ini kalian diminta melaporkan hasilnya. Soal 1 Kakak mempunyai sebuah kue bolu yang diberikan kepada Arif dan Lusi. Arif mendapat kue sebesar
bagian, dan Lusi mendapatkan
bagian. Siapakah yang
mendapat bagian kue yang paling besar?Jelaskan alasanmu? ......................................................................................................................................... ......................................................................................................................................... ............................................................................................................................. Soal 2 Gambar dan arsirlah nilai pecahan dibawah ini, kemudian bandingkan dengan ketentuan “>”, “<”, “=”! a)
dan
b)
dan
c)
dan
125
LKS 3 MENGURUTKAN PECAHAN BERPENYEBUT SAMA dan MENULISKAN LETAK PECAHAN PADA GARIS BILANGAN Nama: 1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ...................................... Petunjuk Umum: Kerjakan soal secara berkelompok. Bacalah tiap soal dengan seksama dan lengkapilah.. Setelah mengerjakan tugas ini kalian diminta melaporkan hasilnya. Soal 1 Urutkan bilangan pecahan dibawah ini! ,
,
, , , ,
a) Tuliskan secara urut pecahan tersebut dari pembilangnya yang paling kecil? b) Tuliskan secara urut pecahan tersebut dari pembilangnya yang paling besar? Soal 2 Isilah titik-titik pada garis bilangan dibawah ini!
126
LKS 4 PECAHAN-PECAHAN SENILAI Nama: 1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ...................................... Petunjuk Umum: Kerjakan soal secara berkelompok. Bacalah tiap soal dengan seksama dan lengkapilah. Setelah mengerjakan tugas ini kalian diminta melaporkan hasilnya. Soal 1 Rina mempunyai 3 buah apel yang sama besar. Apel yang pertama dipotong menjadi 2 bagian yang sama besar, Apel kedua dipotong 4 bagian yang sama besar, dan Apel yang ketiga dipotong menjadi 8 bagian yang sama besar. Rina memakan dari apel yang pertama,
bagian dari apel yang kedua, dan
bagian dari Apel yang
ketiga. a) Gambarkan buah Apel yang dipotong Rina? b) Tuliskan kesimpulan dari gambar Apel yang kalian buat? Soal 2 Tentukan 5 pecahan-pecahan senilai dari pecahan dibawah ini! a)
= ... = ... = ... = ... = ...
b)
= ... = ... = ... = ... = ...
c)
= ... = ... = ... = ... = ...
bagian
127
LKS 5 MENYEDERHANAKAN PECAHAN Nama: 1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ...................................... Petunjuk Umum: Kerjakan soal secara berkelompok. Setelah mengerjakan tugas ini kalian diminta melaporkan hasilnya. Soal 1 Nyatakan
dalam bentuk pecahan paling sederhana!
a) Langkah pertama, menentukan FPB dari 12 dan 16. FPB dari 12 dan 16 adalah ... b) Langkah kedua, membagi pembilang dan penyebutnya dengan FPB atau dengan membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. =
=
Jadi bentuk pecahan paling sederhana dari
adalah ....
Soal 2 Tentukan bentuk pecahan paling sederhana dari pecahan dibawah ini! a)
=
b)
=
c)
=
128
LKS 6 MENJUMLAHKAN PECAHAN BERPENYEBUT SAMA Nama: 1. ...................................... 2. ...................................... 3. ...................................... 4. ...................................... Petunjuk Umum: Kerjakan soal secara berkelompok. Setelah mengerjakan tugas ini kalian diminta melaporkan hasilnya. Soal 1 Ibu Ema membuat sebuah kue yang cukup besar. Kue tersebut dipotong-potong menjadi 8 bagian yang sama besar. Pulang sekolah Ema mengajak Menik ke rumahnya. Ema dan Menik masing-masing makan 2 potong kue. a) Gambarkan kue yang Ibu ema buat? b) Berapa bagian kue yang dimakan Ema dan Menik?
Soal 2 Tentukan hasil penjumlahan pecahan dibawah ini! a)
+
=
b)
+
=
c)
+
=
d)
+
=
129
Lampiran 4
Daftar Nama-nama Subyek Penelitian No. Urut
No. Absen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa ACHMAD DANI AL ZAELANI AHMAD MAULANA ALDI SEPTIAN ARDIAS SUGALIH BINTANG MUHAMMAD RIZKY CINTA AL SAHAR DEA AULYA ZUYYINA FITRIA DIVA DINULLAH MOCH FADIL HANU NURAENI HENI KARMILA M. ARYA PRATAMA MUHAMMAD CANDRA ZAKARIA MUHAMMAD GOFUR MUHAMMAD RENALDI MUHAMMAD RIFKI GRAHA SUBANDI MUHAMMAD SULAEMAN MELSA FAUZIA MILA MELIANI NIDA SEPTIANA UTAMI RAMDAN FIRMANSYAH RIDA RESDIANTI RIFKI ABDUL HAMID RIRIN MAULANI SODIKIN SYALWA DESTRIANA POETRI TIARA CINTANA RUSMALA DEWI YUAIBAH
Jenis Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
130
Lampiran 5
Daftar Nilai Harian Siswa Sebelum Penelitian No. No. Urut Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa ACHMAD DANI AL ZAELANI AHMAD MAULANA ALDI SEPTIAN ARDIAS SUGALIH BINTANG MUHAMMAD RIZKY CINTA AL SAHAR DEA AULYA ZUYYINA FITRIA DIVA DINULLAH MOCH FADIL HANU NURAENI HENI KARMILA M. ARYA PRATAMA MUHAMMAD CANDRA ZAKARIA MUHAMMAD GOFUR MUHAMMAD RENALDI MUHAMMAD RIFKI GRAHA SUBANDI MUHAMMAD SULAEMAN MELSA FAUZIA MILA MELIANI NIDA SEPTIANA UTAMI RAMDAN FIRMANSYAH RIDA RESDIANTI RIFKI ABDUL HAMID RIRIN MAULANI SODIKIN SYALWA DESTRIANA POETRI TIARA CINTANA RUSMALA DEWI YUAIBAH
Jenis Kela min L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Nilai
KKM
70,00 70,00 70,00 70,00 60,00 60,00 90,00 70,00 70,00 70,00 70,00 70,00 60,00 50,00 50,00 60,00 60,00 70,00 80,00 70,00 80,00 80,00 70,00 60,00 50,00 80,00 80,00 90,00
60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
131
Lampiran 6
PEDOMAN WAWANCARA GURU SEBELUM PENELITIAN
1.
Metode apa yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika?
2.
Bagaimana situasi posisi duduk siswa pada saat pembelajaran?
3.
Bagaimanakah respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung?
4.
Apakah ibu menggunakan alat peraga atau media kontekstual pada saat pembelajaran?
5.
Bagaimana cara Ibu memberikan tugas pada siswa, dan bagaimana hasilnya?
132
PEDOMAN WAWANCARA SISWA SEBELUM PENELITIAN
1.
Bagaimana
pendapat
siswa
tentang
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan?mengapa? 2.
Apakah siswa berani mengungkapkan jawaban didepan kelas?
3.
Bagaimana pendapat siswa tentang pemberian tugas atau PR yang diberikan oleh guru?
133
Lampiran 7
PEDOMAN WAWANCARA GURU
1.
Bagaimana
pendapat
Ibu
mengenai
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan pendekatan PMRI? 2.
Bagaimana keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran matematika?
3.
Apa manfaat yang dapat Bapak dapat ambil dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI?
4.
Seberapa besar peranan alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI?
5.
Kendala-kendala apa yang dialami guru dan siswa selama mengajar matematika dengan menggunakan PMRI?
134
PEDOMAN WAWANCARA SISWA
1.
Bagaimana
pendapat
siswa
tentang
pembelajaran
yang
telah
dilaksanakan?mengapa? 2.
Bagaimana pendapat siswa mengenai soal-soal yang diberikan?
3.
Jika mengalami kesulitan dalam pembelajaran, siswa lebih senang bertanya kepada guru atau kepada teman?
4.
Apakah siswa berani mengungkapkan jawaban didepan kelas?
5.
Apakah yang membuat siswa semangat dalam belajar matematika?
135
Lampiran 8
KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
NO 1
ASPEK YANG DIAMATI Motivasi: - Ketekunan dan semangat mengerjakan tugas
3, 4
- Kesiapan dan perhatian selama proses pembelajaran
1, 2
- Respon terhadap setiap pertanyaan 2
NO BUTIR
5
Keaktifan: - Bertanya dan menjawab pertanyaan - Mengemukakan pendapat - Berdiskusi dan bekerjasama
6, 7, 8, 11 9,10
136
Lampiran 9
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Nama Pengamat
: .......................................
Siklus/Pertemuan ke : ....................................... Hari, Tanggal
: .......................................
Waktu
: ........................................
Pokok Bahasan
: ........................................
Sub Pokok Bahasan
: ........................................
Berilah tanda ceklis ( √ ) dengan kriteria skor sebagai berikut: 1
= Jika siswa yang melakukan aktivitas kurang dari 5 anak
2
= Jika siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 6 s/d 10 anak
3
= Jika siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 11 s/d 20 anak
4
= Jika siswa yang melakukan aktivitas sebanyak 21 s/d 30 anak
No
Aspek yang diamati
1
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
6.
Siswa
menggunakan
cara
sendiri
dalam
menyelesaikan soal 7.
Siswa mengemukakan pendapat
8.
Siswa aktif bertanya dan masalah yang dihadapi
mengungkapkan
2
3
4
137
9.
Siswa/kelompok mempresentasikan pekerjaannya di depan kelas
10.
Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok
11.
Siswa memberi tanggapan terhadap jawaban teman lainnya.
Catatan:
Sukabumi, ................... 2013 Pengamat
( ......................................... )
138
Lampiran 10
Jurnal harian Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika Materi Bilangan Pecahan Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Siklus : .......................................... Pertemuan : .......................................... Nama Sekolah : MI Ghidaul Athfal Kelas/Semester : IV/II Materi : Pecahan Sederhana Hari/Tanggal : .......................................... Nama : .......................................... Nomor Absen : ..........................................
Petunjuk: 1. Bacalah dengan cermat pertanyaan-pertanyaan yang ada dengan teliti! 2. Berilah tanda check (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan pilihanmu! Jawaban NO Pertanyaan Ya Tidak 1 Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi? 2
Menarikkah pembelajaran Matematika tadi ?
3
Apakah belajar Matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
Sukabumi, ..............................2013 Peneliti
ZAINAL ARIFIN
139
Lampiran 11 KISI-KISI TES SIKLUS I
Indikator
No Soal
Jumlah Soal
1, 2, 3, 4, 5
5
6, 7, 8, 9, 10
5
Menyatakan beberapa bagian dari keseluruhan ke bentuk pecahan Menyajikan nilai pecahan ke bentuk gambar Membandingkan pecahan berpenyebut sama Mengurutkan pecahan berpenyebut sama Menuliskan letak pecahan pada garis bilangan
140
Lampiran 12
TES SIKLUS I Nama
: ……………………………...
Waktu
: 60 Menit
Berilah tanda silang(X) pada huruf A, B, C, dan D pada jawaban yang paling benar !
Daerah yang diarsir pada gambar disamping nilainya …
1.
a.
2.
b.
c.
d.
Daerah yang diarsir pada gambar disamping menunjukan pecahan ... a.
3.
b.
c.
d.
Satu buah melon dibagi menjadi 5 bagian yang sama besar. Kakak memakan satu potong. Berapa nilai pecahan dari sisa melon yang dimakan kakak? a.
4.
c.
d.
Pada gambar dibawah ini yang menunjukan pecahan
a.
5.
b.
b.
adalah ...
c.
d.
Novi mempunyai sebuah kue bolu yang cukup besar, kue tersebut dipotong menjadi 6 bagian yang sama besar.
untuk dibagikan kepada teman-
temannya. Gambar yang menunjukan pecahan
a.
b.
c.
adalah ...
d.
141
6.
Pecahan berikut ini, yang lebih kecil dari a.
7.
d.
>
b.
>
c.
<
d.
=
Urutan pecahan mulai dari yang tekecil berikut ini yang benar adalah ... a.
9.
c.
Pernyataan yang benar untuk membandingkan pecahan dibawah ini adalah... a.
8.
b.
adalah ...
, , ,
b.
,
,
,
c. , ,
,
d. ,
,
,
Urutan pecahan mulai dari yang terbesar berikut ini yang benar adalah ... a. , , ,
b. ,
,
,
c.
, ,
,
d.
, ,
,
10. Untuk melengkapi garis bilangan dibawah ini letak pecahan yang benar adalah ...
a.
dan
b.
dan
c.
dan
d.
dan
142
Lampiran 13
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS I Jawaban
Skor
1.
B
1
2.
B
1
3.
C
1
4.
C
1
5.
D
1
6.
A
1
7.
B
1
8.
B
1
9.
C
1
10. C
1
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Nilai =
X 100 Skor Maksimal
143
Lampiran 14 KISI-KISI TES SIKLUS II
Indikator
No Soal
Jumlah Soal
Menyajikan nilai pecahan ke bentuk gambar
1
1
Membandingkan pecahan berpenyebut sama
2
1
Mengurutkan pecahan berpenyebut sama
3
1
4, 5, 6
3
Menyederhanakan berbagai bentuk Pecahan
7,8
2
Menjumlahkan pecahan berpenyebut sama
9,10
2
Menentukan Pecahan-pecahan senilai
144
Lampiran 15
TES SIKLUS II Nama
: ……………………………...
Waktu
: 60 Menit
Berilah tanda silang(X) pada huruf A, B, C, dan D pada jawaban yang paling benar !
11.
Daerah yang diarsir menunjukkan pecahan . . . .
a.
b.
c.
d.
12. Pernyataan yang benar untuk membandingkan pecahan dibawah ini adalah... b.
>
b.
=
c.
<
d.
=
13. Urutan pecahan mulai dari yang tekecil berikut ini yang benar adalah ... b.
, , ,
b.
,
,
14. Pecahan yang senilai dengan a.
b.
,
c. , ,
b.
d. ,
adalah … c.
15. Pecahan yang tidak senilai dengan b.
,
c.
d.
adalah ... d.
,
,
145
16. Berikut ini yang merupakan pernyataan yang benar adalah ... b. Pecahan
, senilai dengan
c. Pecahan , senilai dengan
c. Pecahan
, senilai dengan
d. Pecahan
17. Bentuk pecahan paling sederhana dari b.
b.
c.
18. Bentuk pecahan paling sederhana dari a.
b.
19. Hasil dari +
b.
20.
adalah ... d.
adalah ...
c.
d.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
adalah ...
+ ... = 1
a.
, senilai dengan
146
Lampiran 16
KUNCI JAWABAN TES SIKLUS II Jawaban
Skor
11. B
1
12. D
1
13. B
1
14. D
1
15. B
1
16. B
1
17. C
1
18. C
1
19. B
1
20. A
1
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Nilai =
X 100 Skor Maksimal
147
Lampiran 17
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: I/1
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Pecahan Sederhana
Hari/Tanggal
: Senin/13 Mei 2013
a. Ruang kelas yang digunakan oleh kelas IV ini kurang begitu kondusif karena berada diujung komplek yang berdekatan dengan ruang kelas RA dan MTs yang berada dilingkungan Yayasan tersebut. b. Jumlah subyek yang hadir pada pertemuan ini yaitu 26 orang, 2 subyek S18 dan S22 tidak hadir dikarenakan sakit. Materi pelajaran pada pertemuan pertama adalah mengenal bilangan pecahan sederhana dan menuliskan lambang bilangan pecahan. c. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan siswa baik secara fisik maupun psikis kemudian melakukan apersepsi. d. Pembelajaran
pada
pertemuan
ini
diawali
dengan
memberikan
sebuah
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan , seperti: “Lusi mempunyai sebuah kue donat. Kue donat tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama dengan adiknya. Adiknya mendapatkan ... bagian”. e. Guru melakukan peragaan tentang masalah di atas guru menyuruh siswa menyediakan kertas berbentuk persegi panjang, lalu kertas tersebut dilipat menjadi dua bagian yang sama. Kemudian berilah garis bekas lipatan dan arsir salah satu bagian lipatan. Kemudian guru memberikan serangkaian pertanyaan secara lisan,
148
yakni(1) Berapa bagian kertas yang dilipat? (2) Berapakah bagian kertas yang diarsir? (3) Berapa bagian kertas yang diarsir dari semua bagian?. f. Subyek S5, S14, dan S25 mondar mandir keluar kelas dengan alasan buang air g. Kegiatan selanjutnya, yaitu diskusi kelompok dengan tiap kelompok diberikan media satu buah apel untuk dipotong menjadi beberapa bagian. Media ini digunakan untuk membantu siswa mengenal pecahan setengah, sepertiga, seperempat, dan seperenaman. h. Setiap kelompok terlihat hanya mengandalkan siswa yang pintar saja dalam mengerjakan tugas kelompoknya. i. Pada pertemuan pertama diakhiri dengan guru memberikan latihan soal 1 kepada seluruh siswa kelas IV. j. Sebelum menutup pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada semua siswa.
149
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: I/2
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Membandingkan Pecahan
Hari/Tanggal
: Rabu/15 Mei 2013
a. Pada pertemuan kedua ini jumlah subyek yang hadir ada 27 orang siswa, 1 orang siswa S17 tidak hadir dengan alasan izin. Pokok pembahasan pada pertemuan kedua ini adalah membandingkan bilangan pecahan sederhana. b. Guru memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan pertama, ada 2 subyek (S1 dan S5) yang tidak mengerjakan PR kemudian guru menanyakan kepada 2 siswa tersebut dengan pertanyaan sebagai berikut: Guru
: “Kenapa kamu tidak mengerjakan PR?”
S1 dan S5 : “ Saya lupa Pak”. c. Guru memulai pembelajaran dengan melakukan tanya jawab untuk mengingatkan siswa tentang lambang bilangan pecahan setengah, sepertiga, seperempat, dan seperenam pada pertemuan sebelumnya dan diingatkan kepada siswa tentang tanda yang digunakan untuk membandingkan 2 bilangan (<, >, =). d. Guru mulai menjelaskan materi membandingkan pecahan dengan menggunakan media gambar. Benda real yang digunakan oleh guru adalah dua lembar roti tawar yang berbentuk persegi yang kemudian dipotong menjadi dua bagian yang berbeda. Kemudian guru meminta 2 orang siswa maju ke depan untuk memotong roti tersebut. S5 dan S12 yang duduk sebangku dibelakang langsung maju ke depan kelas dan berkata: “Pa, boleh gak kita maju ke depan untuk membantu Bapak memotong rotinya”. Walaupun S5 dan S12 tergolong siswa yang kurang
150
pintar tetapi S5 dan S12 sudah menunjukan keberaniannya. Kemudian S5 meotong roti menjadi 2 bagian yang sama dan S12 memotong roti menjadi 4 bagian yang sama. Setelah S5 dan S12 selesai memotong roti tersebut, guru memperlihatkan hasil potongan roti tersebut dan meminta semua siswa untuk membandingkan kedua bagian roti. e. Kegiatan selanjutnya, yaitu guru meminta siswa untuk berdiskusi, guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan satu lembar kertas lipat warna kepada setiap kelompok. Masingmasing kelompok membuat pasangan pecahan dari kertas warna yang dibagikan kemudian membandingkan pecahan yang diperoleh. f. Guru berkeliling mengamati pekerjaan siswa terlihat ada sepasang siswa (S24 dan S27) yang masih asik bercanda. Ketika ditanya oleh guru, S27 berkata: ”Ini Pa, temen aku gangguin terus ngajakin bercanda terus”. g. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan LKS 2 kepada masing-masing kelompok dan membahasnya secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini ada 3 subyek (S2, S18, dan S25) dari masing-masing kelompok yang berani bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. Sebelum menutup pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada semua siswa.
151
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: I/3
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Mengurutkan bilangan pecahan dan menuliskan letak pecahan pada garis bilangan
Hari/Tanggal
: Jum’at/17 Mei 2013
a. Pada pertemuan ini siswa yang hadir 28 orang siswa. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah mengurutkan bilangan pecahan berpenyebut sama dan menuliskan letak bilangan pecahan sederhana pada garis bilangan. b. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan kedua, dalam pertemuan ini masih ada 1 subyek (S18) yang tidak mengerjakan PR ketika guru menanyakan kepada siswa tersebut S18 menjawab dengan alasan tidak bisa dan lupa cara mengerjakannya. c. Pada awal pembelajaran guru melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi membandingkan pecahan berpenyebut sama, misalnya dengan pertanyaan lebih besar mana ¼ dengan
.
kemudian guru memberikan beberapa permasalahan yang real secara lisan kepada siswa dan meminta siswa untuk menjawabnya. Hampir semua siswa bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru, tetapi ada 2 subyek (S11 dan S25) yang masih menghindar ketika ditanya oleh guru. d. Kegiatan selanjutnya, yaitu kerja kelompok dimana dalam kegiatan ini guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan beberapa lembar pita warna kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok membuat garis bilangan dengan pita, kemudian disuruh membuat nilai
152
pecahan dan mengurutkan pecahan yang diperoleh dan menuliskan letak pecahan tersebut pada garis bilangan. e. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan LKS 3 kepada masing-masing kelompok dan membahasnya secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini masih ada 2 subyek (S18, dan S25) dari masing-masing kelompok yang bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. Pertanyaan mereka adalah sebagai berikut: S18
: “Pa...Ini tuh diurutkan kemudian di tulis pada garis bilangan bukan pa?”.
Guru
: ”Ya...begitu coba kamu diskusikan lagii sama teman sekelompokmu!”.
S15
: ”Pa..ini diurutkannya dari yang terkecil dulu apa dari yang terbesar dulu?”.
Guru
: ”Nah kalian mengurutkannya dari yang terkecil dulu baru ke urutan yang laing besar!”.
153
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: I/4
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Tes Akhir Siklus I
Hari/Tanggal
: Senin/20 Mei 2013
a. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 28 orang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pertemuan ini pembelajaran akan diisi dengan pemberian tes akhir siklus I. b. Posisi duduk siswa pada pertemuan ini dirubah sesuai dengan nama siswa pada absen yang ada, hal ini dilakukan agar siswa tidak mencontek dengan teman sebangkunya. c. Pelaksanaan tes akhir siklus I berjalan dengan lancar selama 70 menit. d. Setelah pelaksanaan tes akhir siklus I selesai, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas dan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
154
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: II/5
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Pecahan-pecahan Senilai
Hari/Tanggal
: Selasa/21 Mei 2013
a. Ada 3 subyek dalam pertemuan ini S11 dan S19 tidak hadir dikarenakan sakit dan S26 tidak hadir dengan alasan izin. Jumlah subyek yang hadir pada pertemuan ini yaitu 25 orang, Materi pelajaran pada pertemuan ini adalah pecahan-pecahan senilai. b. Pembelajaran
pada
pertemuan
ini
diawali
dengan
memberikan
sebuah
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) yang berkaitan dengan pecahan. c. Selanjutnya guru mulai menjelaskan materi pecahan senilai dengan cara mendemontrasikan nilai pecahan dengan kegiatan peragaan menggunakan selembar kertas. Selanjutnya guru meminta kepada semua siswa untuk menyobek kertas satu lembar. S15 langsung bertanya kepada guru “Pa... Buat apa kertas selembar”, sebelum guru menjawab pertanyaan dari S15, ada subyek (S2) yang berani menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari S15. d. Guru menjelaskan materi pecahan senilai dengan mendemosntrasikan atau melakukan peragaan dengan kertas lipat dan menggambarkannya di papan tulis. S8 yang duduk di pojok kemudian mengacungkan tangannya dan bertanya: “Pa, kalau saya perhatikan gambar di depan saya melihat juga sama dengan
itu sama dengan
betul gak pa..?”, “Ya, betul, Dea!”.
, dan
155
e. Kegiatan selanjutnya, yaitu kerja kelompok dimana dalam kegiatan ini guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri 4 anak. Kemudian guru membagikan beberapa lembar kertas warna kepada setiap kelompok. Masingmasing kelompok mengulangi peragaan untuk menunjukan pecahan senilai lainnya. Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. f. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan LKS 4 kepada masing-masing kelompok dan membahasnya secara bersama-sama. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum mengerti. Pada kesempatan ini masih ada 2 subyek (S16, dan S18) dari kelompok II yang bertanya tentang materi yang belum meraka mengerti. Sebelum guru menutup pelajaran guru memberikan pekerjaan rumah (PR).
156
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: II/6
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Menyederhanakan Pecahan
Hari/Tanggal
: Rabu/22 Mei 2013
a. Jumlah subyek yang hadir ada 26 orang siswa, 2 orang siswa S1 dan S9 tidak hadir dengan alasan izin. Pokok pembahasan pada pertemuan keenam ini adalah meyederhanakan pecahan. b. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa hasil pekerjaan rumah (PR) yang diberikan pada pertemuan kelima. Masih ada 2 subyek (S5 dan S16) yang masih saja mengabaikan pekerjaan rumahnya dengan alasan ketinggalan buku PR nya ketika guru bertanya kepada mereka, kemudian guru mengingatkan dan menegurnya dengan motivasi supaya mereka lebih giat lagi belajar di rumah dan tidak mengabaikan PR nya. c. Guru memulai Pembelajaran dengan melakukan tanya jawab untuk mengingatkan siswa tentang materi yang diajarkan pada materi sebelumya. Guru memberikan beberapa permasalahan real secara lisan dan meminta siswa untuk menjawabnya. d. Selanjutnya guru menjelaskan materi menyederhanakan pecahan dengan media gambar yang dibuat di papan tulis. e. Kegiatan selanjutnya, yaitu guru meminta siswa untuk berdiskusi, guru membagi siswa atas beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4 - 5 anak. Kemudian guru memberikan bahan-bahan diskusi dan LKS 5.
157
f. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan latihan soal individu kepada semua siswa. Sebelum menutup pelajaran guru seperti biasa memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada semua siswa.
158
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: II/7
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama
Hari/Tanggal
: Kamis/23 Mei 2013
a. Sebelum memulai pelajaran guru memeriksa hasil pekerjaan rumah (PR) yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menyuruh siswa secara acak menurut absen untuk mengerjakan PR di papan tulis. b. Diawal pembelajaran guru memberikan beberapa permasalahan real dan melakukan tanya jawab kepada siswa untuk merangsang kemampuan siswa dan mengingatkan kembali kepada siswa tentang materi sebelumnya. c. Guru memulai menjelaskan materi penjumlahan pecahan berpenyebut sama dengan menggunakan media pembelajaran yakni dua helai kertas lipat. d. Kemudian guru menyuruh 2 orang siswa (S7 dan S28 ) untuk membantu melipat kertas tersebut didepan kelas. e. Kegiatan selanjutnya, yaitu kerja kelompok kecil yang terdiri 4 – 5 anak. Kemudian guru membagikan beberapa lembar kertas lipat warna kepada setiap kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk mengulangi peragaan yang telah dijelaskan tadi oleh guru dan mengerjakan LKS 6. Beberapa kelompok mepresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya dan memberi tanggapan. f. Pada akhir pertemuan ini guru memberikan latihan soal kepada semua siswa dan membahasnya secara bersama-sama.
159
CATATAN LAPANGAN
Nama Sekolah
: MI Ghidaul Athfal
Siklus/Pertemuan
: II/8
Kelas/Semester
: IV/II
Materi
: Tes Akhir Siklus II
Hari/Tanggal
: Senin/27 Mei 2013
a. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan ini adalah 28 orang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada pertemuan ini pembelajaran akan diisi dengan pemberian tes akhir siklus II. b. Pelaksanaan tes akhir siklus I berjalan dengan lancar selama 70 menit. c. Setelah pelaksanaan tes akhir siklus I selesai, kemudian peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas dan siswa untuk mengungkapkan pendapat mereka tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
160
Lampiran 18
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SEBELUM PENELITIAN
Hari, Tanggal
: Rabu, 24 April 2013
Subyek yang diwawancarai
: Guru Kelas IV MI Ghidaul Athfal
Tempat
: Ruang Guru
Situasi
: Wawancara berlangsung setelah pulang
1.
Metode apa yang sering digunakan dalam pembelajaran matematika? Guru
: “Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, penugasan atau latihan”.
2.
Bagaimana situasi posisi duduk siswa pada saat pembelajaran? Guru
: Pada saat pembelajaran berlangsung siswa yang kurang pintar lebih memilih posisi duduk dibangku belakang”.
3.
Bagaimanakah respon siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung? Guru
: “Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, terutama yang duduk dibangku belakang”.
4.
Apakah ibu menggunakan alat peraga atau media kontekstual pada saat pembelajaran? Guru
: “Tidak pernah.... saya jarang mengaitkan materi yang dijelaskan dengan masalah kontekstual dan jarang memakai alat peraga dalam pembelajaran”.
5.
Bagaimana cara Ibu memberikan tugas pada siswa, dan bagaimana hasilnya? Guru
: “Dalam memberikan tugas kurang efektif, soal terlalu banyak sehingga siswa tidak bisa mengerjakan semua soal-soal tersebut Nilai sebagian besar subyek pada kelas IV ini masih tergolong rendah dan masih banyak yang mendapat nilai dibawah KKM.
161
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SEBELUM PENELITIAN
Hari, Tanggal
: Rabu, 24 April 2013
Subyek yang diwawancarai
: Gofur, Sodikin, Mila, Nida, Tiara, dan Yuaibah
Tempat
: Ruang Kelas IV
Situasi
: Wawancara berlangsung pada jam istirahat, hasil wawancara sebagai berikut (P: Peneliti, S14: Gofur, S25: Sodikin, S20: Mila, S21: Nida, S27: Tiara, S28: Yuaibah)
1.
2.
3.
P
: “Menurut kalian....gimana pembelajarannya”?
S14
: “Ahhh membosankan pak...”
S25
: “Bingung pak pusing...”
S20
: “Susah belajarnya dan jenuh...”
S21
: “yuahh gito pak lumayan membosankan....”
S27
: “bisa belajarnya tapi jenuh sama penjelasannya...”
S28
: “kurang rame dikelasnya pak...”
P
: “Apakah kalian berani mengungkapkan jawaban didepan kelas”?
S14
: “nggak pak takut salah..”
S25
: “malu pak takut diketawain sama temen...”
S20
: “kalo berdua saya berani pak”
S21
: “kadang berani kadang nggak”
S27
: “berani kalo sudah tau jawabannya”
S28
: “beranii”
P
: “Bagaimana pendapat kalian tentang pemberian tugas atau PR yang diberikan oleh guru?
S14
: “pusing pak nggak bisa menjawabnya..”
S25
: “males pak ngtung terus”
162
4.
S20
: “lumayan pusing karena terlalu banyak soalnya”
S21
: “bisa”
S27
: “gampang Cuma PR ny terlalu banyak”
S28
: “mudah sekali pak”
163
Lampiran 19
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
Hari, Tanggal
: Senin, 27 Mei 2013
Subyek yang diwawancarai
: Guru Kelas IV MI Ghidaul Athfal
Tempat
: Ruang Guru
Situasi
: Wawancara berlangsung setelah pulang Sekolah (usai tes siklus II)
1.
Bagaimana
pendapat
Ibu
mengenai
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan pendekatan PMRI? Guru : “Menurut saya bagus juga Pak, seperti kemarin pas Bapak membawa buah apel siswa kelihatan senang. Saya rasa masalah-masalah yang ada di LKS juga sudah cukup bagus karena berkaitan dengan masalahmasalah
sehari-hari
siswa.
Jadi
siswa
lebih
bisa
memahami
pembelajaran karena langsung dengan masalah kontekstual”. 2.
Bagaimana keaktifan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat dalam pembelajaran matematika? Guru : “Kalau anak-anak sudah banyak yang aktif bertanya, terutama ketika mereka bingung dalam mengerjakan soal-soal. Kalau dalam menjawab pertanyaan, paling siswa yang itu-itu aja yang pinter seperti Dea, Aldi, Yuyu, dan Dani, kalau yang lainnya nggak menjawab paling cuma diam saja, biasanya mereka berani menjawab kalau bareng-bareng. Kalaua masalah mengemukakan pendapat, anak-anak juga sudah bisa, kalau saya tanya juga mereka bisa menjelaskan, tapi yaa Cuma beberapa siswa saja”.
3.
Apa manfaat yang dapat Ibu dapat ambil dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI?
164
Guru : “Menurut saya banyak manfaat yang bisa diambil dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI. Salah satunya dapat memotivasi siswa, menjadikan siswa merasa senang dan menumbuhkan kreativitas siswa”. 4.
Seberapa besar peranan alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan PMRI? Guru : “Anak-anak sangat termotivasi dan merasa senang dengan adanya alat peraga. Meskipun alat peraga tersebut tergolong murah dan sederhana tetapi
sangat
bermanfaat
buat
kelancaran
berlangsungnya
pembelajaran”. 5.
Kendala-kendala apa yang dialami guru dan siswa selama mengajar matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI? Guru : “Kendala yang ditemui dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI yaitu masih adanya siswa yang kurang memperhatikan apabila gurunya sedang menjelaskan materi atau temannya sedang mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas, untuk gurunya sendiri masih terdapat kendala yaitu guru masih kurang bervariasi dan terlalu banyak dalam memberikan soal-soal sehingga siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan karena sudah habis waktunya.
165
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SIKLUS I
Hari, Tanggal
: Senin, 20 Mei 2013
Subyek yang diwawancarai
: Maulana, Dea, dan Yuaibah
Tempat
: Ruang Kelas IV
Situasi
: Wawancara berlangsung pada jam istirahat Sekolah (usai tes siklus I), hasil wawancara sebagai berikut (P: Peneliti, S1: Maulana, S2: Dea, S3: Yuaibah)
1.
P: “Menurut kalian, pembelajarannya gimana?”. S1: “Aku gak suka ngitung-ngitung males ngitungnya pa”. S2: “Suka pa, ada memeotong buah apel, dan juga memotong kertas warnawarni jadi gak bosen belajarnya”. S3: “Suka pa, kalu aku gak bisa mengerjakan soal yuah aku tanya kepada guru caranya”.
2.
P: “Bagaimana dengan soal-soal yang diberikan? Apakah kalian bisa mengerjakan?”. S1: “Sulit, kadang-kadang”. S2: “Bisa, tapi kadang-kadang ada juga yang gak bisa menjawab”. S3: “Ada yang bisa ada yang susah”.
3.
P: “Saat mengalami kesulitan apa yang kalian lakukan? Lebih senang menanyakan kepada teman apa kepada Guru? S1: “Tanya ke guru”. “Lebih senang ke temen karena langsung dikasih tau jawabannya”. S2: “Tanya langsung ke guru”. “lebih senang ke guru lah”. S3: “Kadang tanya ke temen kadang ke guru”. “dua-duanya seneng lah”.
4.
P: “Apakah kalian berani menjawab pertanyaan didepan kelas?”. S1: “Nggak, karena takut salah”. S2: “Berani, kalau sudah tau jawabannya”. S3: “Kadang berani kadang nggak”.
166
5.
P: “Apa yang bisa membuat kalian semangat belajar matematika di kelas?” S1: “Ada permainannya, terus harus ada cerita-ceritanya”. S2: “Ada hadiahnya”. S3: “yuah dikasih hadiah gitu kalau bisa mengerjakan”.
167
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA SIKLUS II Hari, Tanggal
: Senin, 27 Mei 2013
Subyek yang diwawancarai
: Ririn, Arya, dan Salwa
Tempat
: Ruang Kelas IV
Situasi
: Wawancara berlangsung pada jam istirahat Sekolah (usai tes siklus I), hasil wawancara sebagai berikut (P: Peneliti, S1: Ririn, S2: Arya, S3: Salwa)
1.
P: “Menurut kalian, pembelajarannya gimana?”. S1: “Kurang suka males suka cape kalau ngitung”. S2: “Suka banget”. S3: “Seneng”.
2.
P: “Bagaimana dengan soal-soal yang diberikan? Apakah kalian bisa mengerjakan?”. S1: “Ada yang sulit ada yang gampang”. S2: “Bisa, tapi kadang gak bisa”. S3: “Bisa, gampang”.
3.
P: “Saat mengalami kesulitan apa yang kalian lakukan? Lebih senang menanyakan kepada teman apa kepada Guru? S1: “Tanya ke guru”. “Lebih senang ke temen”. S2: “Tanya langsung ke guru”. “lebih senang ke guru”. S3: “Kadang tanya ke temen kadang ke guru”. “seneng ke guru”.
4.
P: “Apakah kalian berani menjawab pertanyaan didepan kelas?”. S1: “Nggak, takut diketawain sama temen kalau salah”. S2: “Berani”. S3: “Kadang berani kadang nggak”.
5.
P: “Apa yang bisa membuat kalian semangat belajar matematika di kelas?” S1: “Ada permainannya”. S2: “Ada hadiahnya”. S3: “Dikasih hadiah”.
168
Lampiran 20
TABEL HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I/1
No
Aspek yang diamati
Skor
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
3
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
3
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
2
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
3
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
2
6. 7. 8.
9. 10. 11.
Siswa menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan soal Siswa mengemukakan pendapat
1
Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan masalah yang dihadapi Siswa/kelompok
1
mempresentasikan pekerjaannya di
depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan terhadap jawaban teman lainnya.
Jumlah Skor
2
1 3 3 21
Rata-Rata Persentase
47,73%
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal
169
TABEL HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I/2
No
Aspek yang diamati
Skor
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
3
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
3
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
2
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
3
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
2
6. 7. 8.
9. 10. 11.
Siswa menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan
1
soal Siswa mengemukakan pendapat
1
Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan masalah yang
2
dihadapi Siswa/kelompok
mempresentasikan pekerjaannya di
1
depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan terhadap jawaban teman
3 3
lainnya.
Jumlah Skor
24
Rata-Rata Persentase
54,55%
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal
170
TABEL HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I/3
No
Aspek yang diamati
Skor
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
3
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
3
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
3
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
3
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
2
6. 7. 8.
9. 10. 11.
Siswa menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan
1
soal Siswa mengemukakan pendapat
2
Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan masalah yang
2
dihadapi Siswa/kelompok
mempresentasikan pekerjaannya di
1
depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan sterhadap jawaban teman
3 3
lainnya.
Jumlah Skor
26
Rata-Rata Persentase
59,09%
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal
171
TABEL HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II/5
No
Aspek yang diamati
Skor
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
4
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
4
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
3
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
3
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
2
6. 7. 8.
9. 10. 11.
Siswa menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan
1
soal Siswa mengemukakan pendapat
1
Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan masalah yang
2
dihadapi Siswa/kelompok
mempresentasikan pekerjaannya di
2
depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan sterhadap jawaban teman
3 3
lainnya.
Jumlah Skor
28
Rata-Rata Persentase
63,64%
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal
172
TABEL HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II/6
No
Aspek yang diamati
Skor
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
4
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
4
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
4
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
3
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
3
6. 7. 8.
9. 10. 11.
Siswa menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan
1
soal Siswa mengemukakan pendapat
2
Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan masalah yang
2
dihadapi Siswa/kelompok
mempresentasikan pekerjaannya di
2
depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan sterhadap jawaban teman
4 3
lainnya.
Jumlah Skor
32
Rata-Rata Persentase
72,73%
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal
173
TABEL HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II/7
No
Aspek yang diamati
Skor
1.
Siswa siap mengikuti pelajaran
4
2.
Siswa memperhatikan guru yang menjelaskan materi
4
3.
Siswa tekun dalam mengerjakan soal
4
4.
Siswa mengumpulkan tugas dengan tepat waktu
4
5.
Siswa cepat merespon pertanyaan yang diberikan
3
6. 7. 8.
9. 10. 11.
Siswa menggunakan cara sendiri dalam menyelesaikan
2
soal Siswa mengemukakan pendapat
3
Siswa aktif bertanya dan mengungkapkan masalah yang
3
dihadapi Siswa/kelompok
mempresentasikan pekerjaannya di
2
depan kelas Siswa bekerjasama (berdiskusi) dalam kelompok Siswa memberi tanggapan sterhadap jawaban teman
4 3
lainnya.
Jumlah Skor
36
Rata-Rata Persentase
81,82%
Pedoman penskoran: Skor yang diperoleh Persentase =
X 100 Jml. Butir x Skor Maksimal
174
Lampiran 21
TABEL JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA PERTEMUAN KE-1 SIKLUS I NO
Pertanyaan
Jawaban Ya Tidak
1
Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi?
20 (71,43%)
8 (28,57 %)
2
Menarikkah pembelajaran matematika tadi ?
18 (64,29%)
10 (35,71%)
3
Apakah belajar matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
16 (57,14%)
12 (42,86%)
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
22 (78,57%)
4 (14,29%)
67,86%
30,36%
Positif
Negatif
% Rata-Rata Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kategori
175
TABEL JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA PERTEMUAN KE-2 SIKLUS I NO
Pertanyaan
Jawaban Ya Tidak
1
Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
2
Menarikkah pembelajaran matematika tadi ?
22 (78,57%)
6 (21,43%)
3
Apakah belajar matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
20 (71,43%)
8 (25,57%)
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
22 (78,57%)
6 (21,43%)
78,57% Positif
20,68% Negatif
% Rata-Rata Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kategori
176
TABEL JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA PERTEMUAN KE-3 SIKLUS I NO
Pertanyaan
Jawaban Ya Tidak
1
Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi?
25 (89,29%)
3 (10,71%)
2
Menarikkah pembelajaran matematika tadi ?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
3
Apakah belajar matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
23 (82,14%)
5 (17,86%)
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
85,71%
14,29%
Positif
Negatif
% Rata-Rata Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kategori
177
TABEL JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA PERTEMUAN KE-5 SIKLUS II NO
Pertanyaan
Jawaban Ya Tidak
1
Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
2
Menarikkah pembelajaran matematika tadi ?
22 (78,57%)
6 (21,43%)
3
Apakah belajar matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
20 (71,43%)
8 (28,57 %)
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
80,36% Positif
19,69% Negatif
% Rata-Rata Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kategori
178
TABEL JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA PERTEMUAN KE-6 SIKLUS II NO
Pertanyaan
Jawaban Ya Tidak
1
Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi?
25 (89,29%)
3 (10,71%)
2
Menarikkah pembelajaran matematika tadi ?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
3
Apakah belajar matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
22 (78,57%)
6 (21,43%)
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
84,82%
15,18%
Positif
Negatif
% Rata-Rata Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kategori
179
TABEL JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA PERTEMUAN KE-7 SIKLUS II NO
Pertanyaan
Jawaban Ya Tidak
1
Senangkah kalian dengan pembelajaran Matematika yang Bapak berikan tadi?
26 (92,86%)
2 (17,14%)
2
Menarikkah pembelajaran matematika tadi ?
24 (85,71%)
4 (14,29%)
3
Apakah belajar matematika dengan cara seperti tadi terasa lebih mudah ?
25 (89,29%)
3 (10,71%)
4
Maukah kalian belajar kembali dengan pembelajaran tadi?
26 (92,86%)
2 (17,14%)
90,18% Positif
14,26% Negatif
% Rata-Rata Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kategori
180
Lampiran 22
REKAFITULASI JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SIKLUS I
Pertemuan Ke
Respon
Rata-rata
1
2
3
Respon Positif
67.86%
78.57%
85.71%
77.38%
Respon Negatif
30.36%
20.68%
14.29%
21.78%
REKAFITULASI JURNAL HARIAN SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SIKLUS II Pertemuan Ke
Respon
Rata-rata
5
6
7
Respon Positif
80.36%
84.82%
90.18%
85.12%
Respon Negatif
19.69%
15.18%
14.26%
16.38%
REKAFITULASI JURNAL HARIAN SISWA PADA SIKLUS I DAN II
Respon
Siklus I
Siklus II
Rata-rata Total
Respon Positif
77.38%
85.12%
81.25%
Respon Negatif
21.78%
14.26%
18.02%
181
Lampiran 23
PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA NILAI HARIAN SEBELUM PENELITIAN Langkah-langkah Perhitungan : 1.
2.
Menentukan Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah dengan cara seperti di bawah ini : 80
80
80
80
80
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
70
60
60
60
60
60
60
50
50
50
=
H-L
=
90 - 50
=
40
Menentukan Kelas Interval ( K ) dengan rumus : K
4.
90
Menghitung Rentang Kelas ( R ) dengan rumus : R
3.
90
=
1 + 3,3 Log N
=
1 + 3,3 Log 28
=
1 + 3,3 (1,44)
=
1 + 4,75
=
5,75
=
6 (Dibulatkan)
Menentukan Panjang Kelas Interval ( P ) dengan rumus : P
=
R K
182
= = = 5.
40 6 6,7 7 (Dibulatkan ke atas)
Membuat Tabel Perhitungan Rata - Rata, seperti di bawah ini : No
Kelas Interval
fi
xi
fi . xi
1
50 - 57
3
53,5
160,5
2
58 - 64
6
61
366
3
65 - 71
12
68
816
4
72 - 78
0
75
0
5
79 - 85
5
82
410
6
86 - 92
2
89
178
Jumlah 6.
28
1930,5
Menentukan Nilai Rata-Rata ( X ) dengan rumus : X
∑ fi.xi =
∑ fi
1930,5 =
28
= 68,95
183
Lampiran 24
PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA SKOR TES AKHIR PEMBELAJARAN SIKLUS I Langkah-langkah Perhitungan : 1.
2.
Menentukan Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah dengan cara seperti di bawah ini : 90
90
90
90
90
80
80
80
80
80
80
80
70
70
70
70
70
70
70
70
70
60
60
60
50
50
=
H-L
=
100 - 50
=
50
Menentukan Kelas Interval ( K ) dengan rumus : K
4.
100
Menghitung Rentang Kelas ( R ) dengan rumus : R
3.
100
=
1 + 3,3 Log N
=
1 + 3,3 Log 28
=
1 + 3,3 (1,44)
=
1 + 4,75
=
5,75
=
6 (Dibulatkan)
Menentukan Panjang Kelas Interval ( P ) dengan rumus : P
=
= =
R K 50 6 8,33
184
= 5.
9 (Dibulatkan ke atas)
Membuat Tabel Perhitungan Rata - Rata, seperti di bawah ini : No
Kelas Interval
fi
xi
fi . xi
1
50 - 58
2
54
108
2
59 - 67
3
63
189
3
68 - 76
9
72
648
4
77 - 85
7
81
567
5
86 - 94
5
90
450
6
95 - 103
2
99
198
Jumlah 6.
28
2160
Menentukan Nilai Rata-Rata ( X ) dengan rumus : ∑ fi.xi X
=
∑ fi
2160 =
= 77,14 28
185
Lampiran 25
PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA SKOR TES AKHIR PEMBELAJARAN SIKLUS II Langkah-langkah Perhitungan : 1.
2.
Menentukan Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah dengan cara seperti di bawah ini : 100
100
90
90
90
90
90
90
90
90
90
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
70
70
70
70
70
=
H-L
=
100 - 70
=
30
Menentukan Kelas Interval ( K ) dengan rumus : K
4.
100
Menghitung Rentang Kelas ( R ) dengan rumus : R
3.
100
=
1 + 3,3 Log N
=
1 + 3,3 Log 28
=
1 + 3,3 (1,44)
=
1 + 4,75
=
5,75
=
6 (Dibulatkan)
Menentukan Panjang Kelas Interval ( P ) dengan rumus : P
=
=
R K 30 6
186
= 5.
5,00
Membuat Tabel Perhitungan Rata - Rata, seperti di bawah ini : No 1 2 3 4 5 6
6.
Kelas Interval fi xi 70 - 75 5 72,5 76 - 80 10 78 81 - 85 0 83 86 - 90 9 88 91 - 95 0 93 96 - 100 4 98 Jumlah 28 Menentukan Nilai Rata-Rata ( X ) dengan rumus : X
∑ fi.xi =
∑ fi
fi . xi 362,5 780 0 792 0 392 2327
2327 =
28
= 83,11
187
Lampiran 26
HASIL NILAI AKHIR TES SIKLUS I No. No. Urut Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa ACHMAD DANI AL ZAELANI AHMAD MAULANA ALDI SEPTIAN ARDIAS SUGALIH BINTANG MUHAMMAD RIZKY CINTA AL SAHAR DEA AULYA ZUYYINA FITRIA DIVA DINULLAH MOCH FADIL HANU NURAENI HENI KARMILA M. ARYA PRATAMA MUHAMMAD CANDRA ZAKARIA MUHAMMAD GOFUR MUHAMMAD RENALDI MUHAMMAD RIFKI GRAHA SUBANDI MUHAMMAD SULAEMAN MELSA FAUZIA MILA MELIANI NIDA SEPTIANA UTAMI RAMDAN FIRMANSYAH RIDA RESDIANTI RIFKI ABDUL HAMID RIRIN MAULANI SODIKIN SYALWA DESTRIANA POETRI TIARA CINTANA RUSMALA DEWI YUAIBAH
Jenis Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Nilai
KKM
70 70 60 70 80 70 100 50 80 90 70 80 60 70 90 70 90 80 90 60 70 80 70 80 50 80 90 100
60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
188
Lampiran 27
HASIL NILAI AKHIR TES SIKLUS II No. No. Urut Absen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama Siswa ACHMAD DANI AL ZAELANI AHMAD MAULANA ALDI SEPTIAN ARDIAS SUGALIH BINTANG MUHAMMAD RIZKY CINTA AL SAHAR DEA AULYA ZUYYINA FITRIA DIVA DINULLAH MOCH FADIL HANU NURAENI HENI KARMILA M. ARYA PRATAMA MUHAMMAD CANDRA ZAKARIA MUHAMMAD GOFUR MUHAMMAD RENALDI MUHAMMAD RIFKI GRAHA SUBANDI MUHAMMAD SULAEMAN MELSA FAUZIA MILA MELIANI NIDA SEPTIANA UTAMI RAMDAN FIRMANSYAH RIDA RESDIANTI RIFKI ABDUL HAMID RIRIN MAULANI SODIKIN SYALWA DESTRIANA POETRI TIARA CINTANA RUSMALA DEWI YUAIBAH
Jenis Kelamin L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Nilai KKM 90 80 90 80 90 80 100 80 90 90 80 80 70 70 90 70 90 80 90 80 70 80 80 90 70 100 100 100
60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00 60,00
189
Lampiran 28
RINCIAN SKOR NILAI TES SIKLUS I
Jumlah Siswa KKM
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
S.1 S.2 S.3 S.4 S.5 S.6 S.7 S.8 S.9 S.10 S.11 S.12 S.13
Blm Tuntas
Pokok Bahasan
: 4 (Senin, 20 Mei 2013) : Pecahan Sederhana, Membandingkan Pecahan, dan Mengurutkan bilangan Pecahan Pada Garis Bilangan serta Menuliskan Letak Pecahan : 28 Orang : 60,00 NO SOAL Ketuntasan Nilai ∑ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SKOR NILAI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 7 70 √ 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 70 √ 7 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 60 √ 6 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 70 √ 7 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 80 √ 8 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 70 √ 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 √ 10 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 50 √ 5 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 80 √ 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 √ 9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 70 √ 7 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 80 √ 8 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 60 √ 6 Tuntas
Pertemuan Ke
190
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
S.14 S.15 S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28
∑ % Daya Seraf (Rata-Rata)
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20
1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 16
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18
0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 17
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 17
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 17
1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 16
0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 19
67,86
75
71,43
57,14
64,29
60,71
60,71
60,71
57,14
67,86
% Ketuntasan Ket : 1. Skor Tiap Soal 2. Skor Maksimal Nilai =
:1 : 10 ∑ Skor Skor Maksimal
x
100
7 9 7 9 8 9 6 7 8 7 8 5 8 9 10 180
70 90 70 90 80 90 60 70 80 70 80 50 80 90 100
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 23
5
82,14
17,86
75,00
191
RINCIAN SKOR NILAI TES SIKLUS II
No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
S.1 S.2 S.3 S.4 S.5 S.6 S.7 S.8 S.9 S.10 S.11 S.12 S.13
Ketuntasan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Blm Tuntas
Jumlah Siswa KKM
: 8 (Senin, 20 Mei 2013) : Pecahan Senilai, Menyederhanakan Pecahan dan Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama : 28 Orang : 60,00 NO SOAL Nilai ∑ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SKOR NILAI 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 80 8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 9 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80 8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 9 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 80 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 10 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80 8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 9 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 80 8 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 80 8 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 70 7
Tuntas
Pertemuan Ke Pokok Bahasan
192
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
S.14 S.15 S.16 S.17 S.18 S.19 S.20 S.21 S.22 S.23 S.24 S.25 S.26 S.27 S.28
∑ % Daya Seraf (Rata-Rata)
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 19
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21
67,86
75
75
1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 19
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 20
0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19
Nilai =
:1 : 10 ∑ Skor Skor Maksimal
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 20
1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 19
67,86 71,43 67,86 71,43 71,43 67,86 % Ketuntasan
Ket : 1. Skor Tiap Soal 2. Skor Maksimal
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
x
100
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 21 75
7 9 7 9 8 9 8 7 8 8 9 7 10 10 10 199
70 90 70 90 80 90 80 70 80 80 90 70 100 100 100
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 28
84,29 100
193
193
Lampiran 29
HASIL DOKUMENTASI SELAMA PENELITIAN
194
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: ZAINAL ARIFIN
Tempat dan tanggal lahir
: Sukabumi, 20 Mei 1984
Agama
: Islam
Alamat
: Subang Wetan RT 02/05 Kel. Subangjaya Kec. Cikole Kota Sukabumi
Nama Orang Tua Ayah
: Awan Setiawan
Ibu
: Ai Jamilah
Alamat
: Subang Wetan RT 02/05 Kel. Subangjaya Kec. Cikole Kota Sukabumi
Pendidikan 1.
Madrasah Ibtidaiyah Ghidaul Athfal Kota Sukabumi Tahun 1996.
2.
Madrasah Tsanawiyah Darul Muta’allimin Kabupaten Sukabumi Tahun 1999.
3.
SMK Teknika Cisaat Kabupaten Sukabumi Tahun 2002.
4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta masuk Tahun 2009.
Demikianlah Daftar Riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Sukabumi, Juli 2013 Penyusun,
( ZAINAL ARIFIN ) NIM. 809018300624