PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS di SMA Negeri 1 Kuningan) Oleh : Yeyen Suryani dan Sintia Dewiana Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran serta kurangnya kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang membutuhkan kemampuan analisis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) terdapat perbedaan kemampuan awal siswa,2) setelah pembelajaran berlangsung kemampuan berpikir kritis siswa kelas yang menggunakan PjBL lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunkan metode ceramah, 3) peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa kelas yang menggunakan PjBL lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode ceramah. Metode yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan non-equivalent control group pretes-posttest design. Dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 75 orang yaitu 38 siswa di kelas eksperimen, dan 37 siswa di kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis, diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada tes awal terbukti dengan thitung=0,2616ttabel=1,993. Ketiga, peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode PjBL lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah terbukti dengan thitung =5,173 > ttabel =1,993. Adapun saran dari penelitian ini yaitu, perlu adanya penjelasan yang mendalam dalam proses persiapan sehingga siswa tidak kesulitan dalam menyusun pertanyaan penyelidikan. Dalam penggunaan PjBL guru berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga dibutuhkan penguasaan materi dan pengelolaan kelas yang baik. Penggunaan metode PjBL meningkatkan kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dari metode ceramah sehingga disarankan guru untuk menerapkan metode ini yang disesuaikan dengan materi sehingga kemampuan berpikir kritis siswa berkembang dan terlatih. Penyesuaian penggunaan metode pembelajaran dengan materi dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih optimal serta pengetahuan yang diperoleh siswa benar-benar melekat dan lebih bermakna. 1. Latar Belakang Masalah
Kemampuan berpikir kritis merupakan aspek kognitif yang penting dimiliki oleh siswa, sehingga mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran dari banyaknya informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas X IIS SMA Negeri 1 Kuningan mata pelajaran Ekonomi pada tahun akademik 2014/2015 siswa masih kesulitan dalam menganalisis dan memecahkan permasalahan yang dibahas dalam mata pelajaran ekonomi. Kemampuan berpikir kritis sebagian besar siswa masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan kurangnya partisipasi aktif sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran serta kurangnya kemampuan siswa untuk secara mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang membutuhkan kemampuan analisis. Selain itu, siswa sangat tergantung dan terpaku dengan apa yang diberikan oleh guru. Siswa tidak mampu menelaah sendiri konsep ekonomi yang diberikan oleh guru serta belum mampu menerapkannya dalam menyelesaikan masalah ekonomi yang bersifat konseptual. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran, hal ini ditunjukkan dengan rendahnya hasil ulangan tengah semester yang dapat dilihat dalam Tabel 1.1. Tabel. 1 Data Nilai Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X IIS Tahun Akademik 2014/2015 Kelas Jumlah Siswa Rata-Rata Nilai UTS KKM X IIS 1 38 60 75 X IIS 2 39 61 75 X IIS 3 38 55 75 X IIS 4 37 59 75 Sumber : Guru Ekonomi Kelas X IIS Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kebanyakan lebih mementingkan pada penghafalan konsep dan bukan pada pemahaman siswa. Mata pelajaran ekonomi seperti halnya mata pelajaran yang lain, itu memerlukan adanya proses belajar mengajar yang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa membutuhkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang dapat mendukung pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki pola pembelajaran dan mengupayakan sebuah inovasi dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek dimana siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja siswa yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan, sehingga menghasilkan produk nyata yang dapat mendorong siswa mampu berpikir kritis dalam menganalisis masalah yang dihadapinya. 2. Rumusan Masalah Beranjak dari latar belakang penelitian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan awal siswa dalam pembelajaran Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah ? 2) Apakah setelah pembelajaran berlangsung kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah?
3) Apakah peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah? 3. Kerangka Pemikiran Seorang guru dituntut untuk mampu menerapkan Metode pembelajaran yang sekiranya dapat menumbuhkan kemampuan siswanya tidak hanya pada pengetahuan saja tetapi juga pada kemampuan berpikir kritis, kreatif, analitis, sistematis dan logis. Apabila kita teliti secara seksama siswa pada umumnya kurang mampu menyelesaikan soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan berpikir kritis siswa adalah metode Pembelajaran Berbasis Proyek. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah dimana siswa menemukan suatu masalah, lalu mengumpulkan fakta dan data dalam penelitian untuk memberikan solusi terhadap masalah tersebut dalam suatu proyek yang menghasilkan karya atau produk. Dengan demikian pada saat pertanyaan/ masalah terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikaji. Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagi cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa. Dengan metode Pembelajaran ini diharapkan siswa mampu meningkatkan kemampuan berpikir pada tingkat tinggi. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Secara sederhana, kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Raw Input Pelaksanaan pembelajaran di kelas didominasi metode ceramah yang kurang mendukung aktivitas siswa, kemampuar berpikir kritis dan hasil belajar pun tidak optimal
Process
Output
Pembelajaran mata pelajaran Ekonomi dengan metode ceramah, pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
Hasil dan Kesimpulan
Treatment
Permasalahan : “Seberapa besar peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti metode PjBL dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran metode ceramah dalam mata pelajaran Ekonomi”
Pembelajaran mata pelajaran Ekonomi dengan metode PjBL, pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
Pembelajaran dengan metode PjBL lebih meningkatkan kemampuan berfikir kritis dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode ceramah
Saran (feed back)
Gambar 1. Paradigma Pengaruh Variabel X terhadap Variabel Y
4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan kemampuan awal siswa dalam pembelajaran Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. H2 : Setelah pembelajaran berlangsung kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah H3 : Peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. 5. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dimana sampel penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan sampel apa adanya menurut Ruseffendi (2006:2) dalam Suryani (2014:20). Adapun desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent control group pretes-posttest designt. Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kelas A B
Pretest O1 O1
Perlakuan X1 Gambar 2 Nonequivalent Control Groups Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2013:116)
Posttest O2 O2
Keterangan: A = Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) B = Kelompok Kontrol yang mendapat perlakuan metode ceramah O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan O2 = Tes akhir setelah perlakuan diberikan X1 = Perlakuan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIS SMA Negeri 1 Kuningan tahun akademik 2014/2015 yang terdiri dari satu kelas kontrol (pembanding) dengan metode ceramah yaitu X IIS 4 dengan jumlah siswa 37 orang dan satu kelas eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis proyek yaitu X IIS 3 dengan jumlah siswa 38 orang. 6. Hasil Dan Pembahasan a. Deskripsi tes awal (Pre-test) Tes awal diberikan pada dua kelompok sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan. Berdasarkan pengolahan data hasil tes awal (pretest) kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diperoleh data sebagai berikut :
Tabel. 2 Hasil Analisis Data Pre-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas N Skor Total Xmin Xmax Rata-Rata SD Eksperimen 37 1867 27 73 51.26 11.99 Kontrol 38 1953 27 73 51.97 11.63 Berdasarkan tabel 4.1 kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah memiliki skor yang tidak jauh berbeda. Kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL memiliki jumlah siswa sebanyak 37 orang diperoleh skor total 1867 dan rata-ratanya 51,26 dengan skor tertinggi 73, skor terendah 27, dan standar deviasi 11,99. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang diperoleh skor total 1953 dan rata-ratanya dengan skor tertinggi 73, skor terendah 27, dan standar deviasi 11,63. b. Deskripsi tes akhir (Post-test) Berdasarkan pengolahan data hasil tes akhir (posttest) kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh data sebagai berikut: Tabel. 3 Hasil Analisis Data Post-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas N Skor Total Xmin Xmax Rata-Rata Eksperimen 37 3133 67 100 84.72 Kontrol 38 2820 53 93 75.16
SD 8.93 9.99
Berdasarkan tabel 4.2 kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL dan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah memiliki skor total yang jauh berbeda. Kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL memiliki jumlah siswa sebanyak 37 orang diperoleh skor total 3133 dan rata-ratanya 84,72 dengan skor tertinggi 100, skor terendah 67, dan standar deviasi 8,93. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang diperoleh skor total 2820 dan rata-ratanya 75,16 dengan skor tertinggi 93, skor terendah 47, dan standar deviasi 9,99. c. Deskripsi N-Gain Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode PjBL pada kelas eksperimen dan penggunaan metode pembelajaran ceramah pada kelas kontrol digunakan perhitungan gain ternormalisasi dengan rumus Hoke. Dari hasil analisis data N-gain dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. 4 Hasil Analisis Data Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas Pretest Posttest N-gain Kriteria Eksperimen 51.26 84.72 0.7076 Tinggi Kontrol 51.97 75.16 0.4951 Sedang Dari tabel diatas, data nilai pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai gain pada kelas eksperimen sebesar 0,7076 dengan kriteria tinggi dan pada kelas kontrol sebesar 0,4951 dengan kriteria sedang. Dari tabel diatas, dapat dilihat dalam diagram dibawah ini
0,7076 0,4951
84,72 75,16
51,26 51,97
100 50
Eksperimen Kontrol
0 pretest
posttest
n-gain
Gambar 2 Diagram Pretest, Posttest, dan N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Jika dibandingkan nilai N-gain antara kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol dengan menggunakan metode ceramah hasilnya lebih tinggi kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL). d. Uji Persyaratan Statistik 1) Uji Normalitas Hasil uji normalitas distribusi frekuensi pada pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode Project Based Learning (PjBL) dan kelas kontrol dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah, dengan pengujian taraf signifikan (α) = 0,05 dan derajat kebebasan dk = 3, dapat dilihat pada tabel berikut ini : a. Jika x2hitung < x2tabel maka data berdistribusi normal b. Jika x2hitung > x2tabel maka data berdistribusi tidak normal Tabel.5 Hasil Uji Normalitas Data Pre test dan Post test Eksperimen (PjBL) Kontrol (Ceramah) Statistik Pre test Post test Pre test Post test Rata-Rata 51.26 84.72 51.97 75.16 SD 11.99 8.93 11.63 9.99 2 x hitung 4.2425 2.8538 4.0315 4.3504 x2tabel 7.8147 7.8147 7.8147 7.8147 Normal Normal Normal Normal Keterangan Berdasarkan tabel 4.4 pengujian normalitas data pre test dan post test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai yang berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk menguji kesamaan atau perbedaan dua ratarata. Hasil uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika Fhitung < Ftabel, maka kedua varians tersebut dinyatakan homogen untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji t. b. Jika Fhitung > Ftabel, maka kedua varians tersebut dinyatakan tidak homogen untuk perhitungan selanjutnya menggunakan uji t1.
Tabel. 6 Hasil Uji Homogenitas Data Pre test dan Post test Pretest Posttest Statistik Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Varians 143.76 135.26 79.7 99.8 Fhitung 1.063 1.252 Ftabel 1.734 1.738 n1 37 38 n2 38 37 Keterangan Homogen Homogen Dari tabel diatas dengan taraf kepecayaan 95% dan taraf signifikansi 0,05 , nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel dimana Ftabel = F0,05(36,37) = 1,734 untuk data pre test dan nilai Ftabel = F0,05(37,36) = 1,738 untuk data post test. Dari perhitungan untuk pre test Fhitung = 1.063 dan untuk post test Fhitung = 1.252. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel artinya kedua data tersebut homogen. e. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan uji t. Adapun kriteria pengambilan keputusan pada uji t yaitu sebagai berikut : a. Terima H0 jika t hitung < t tabel b. Tolak H0 jika t hitung > t tabel 1) Uji Hipotesis Tes Awal (Pre-test) Adapun hasil uji hipotesis tes awal (pretest) dengan uji t dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel. 7 Hasil Uji Hipotesis Tes Awal (Pretest) Kelas Rata-rata Varians Jumlah siswa thitung ttabel Eksperimen 51.26 143.76 37 0.2616 1.993 Kontrol 51.97 135.26 38 Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 0,2616, sedangkan α = 0,05 dan db = 73, diperoleh t tabel = t 0,05 (73) = 1,993 maka H0 diterima sebab t hitung (0,2616) < t tabel (1,993). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada tes awal dalam pembelajaran Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. 2) Uji Hipotesis Tes Akhir (Post-test) Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tes akhir diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Uji Hipotesis Tes Akhir (Posttest) Kelas Rata-rata Varians Jumlah siswa Eksperimen 84.72 79.7 37 Kontrol 75.16 99.8 38
thitung
ttabel
4,375
1.993
Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 4,375 sedangkan α = 0,05 dan dk = 72, diperoleh harga t tabel = t 0,05 (73) = 1,993 maka H0 ditolak dan H1 diterima sebab t hitung = 4,375 > t tabel= 1,993 maka. Dapat disimpulkan bahwa setelah pembelajaran berlangsung kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode
Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. 3) Uji Hipotesis N-Gain Adapun hasil uji hipotesis N-Gain dengan uji t dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 9 Hasil Uji Hipotesis N-Gain Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen Kontrol
Rata-Rata
Varians
Jumlah Siswa
thitung
ttabel
0.7076 0.4951
0.0326 0.0312
37 38
5,173
1.993
Berdasarkan pengolahan data uji t diperoleh t hitung sebesar 5,173 sedangkan ttabel dengan taraf signifikan α = 0,05 dimana dk = 73 yang menunjukkan nilai ttabel = 1,993. Maka hal ini berarti bahwa thitung > ttabel yaitu 5,173 > 1,993 atau tolak H0. Dengan demikian peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. f. Pembahasan Berdasarkan hasil tes yang diberikan sebelum mendapatkan pembelajaran (pretes), kedua kelas memiliki kemampuan awal yang tidak jauh berbeda. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada tes awal dalam pembelajaran Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas eksperimen 51,26 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 51,97. Selain itu dengan menggunakan uji hipotesis kesamaan dua rata-rata (uji t) dari hasil pretest diperoleh thitung < t tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = 73, diperoleh t hitung 0,2616 < t tabel 1,993. Setelah dilakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan perlakuan yang berbeda, ternyata kedua kelas mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari hasil post-test. Namun peningkatan tersebut yang terjadi pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji kesamaan dua rata-rata (uji t) dari hasil post-test diperoleh thitung >ttabel. Pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 73 diperoleh t hitung 4,375>t tabel 1,993 . Jadi, kesimpulannya adalah setelah pembelajaran berlangsung kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. Selanjutnya dari hasil perhitungan gain terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol sebesar 0,4951 sedangkan pada kelas eksperimen sebesar 0,7076. Jika dibandingkan gain antara kedua kelas tersebut maka kelas eksperimen yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) memiliki gain lebih tinggi sebesar 0,2125 dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. Berdasarkan hasil uji t terhadap n-gain maka diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan gain antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dimana diperoleh hasil t gain thitung>ttabel dengan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (db) = 73 yaitu thitung 5,173>ttabel 1,993. Sehingga terbukti bahwa peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran
Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen terjadi karena metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) menuntut siswa untuk berpikir kritis sebab dalam metode ini akan memunculkan pertanyaan atau masalah yang menantang dimana pertanyaan menantang ini akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif karena siswa akan tahu tersedia banyak cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukanan Warsono dan Hariyanto (2013:154) bahwa “PjBL meningkatkan kebiasaan belajar yang khas serta praktik pembelajaran yang baru. Para siswa harus berpikir secara orisinal sampai akhirnya mereka dapat memecahkan suatu masalah dalam kehidupan nyata”. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek ini para siswa bekerjasama dengan anggota kelompoknya melakukan kolaborasi untuk bersama memecahkan masalah. Model belajar secara berkelompok serta penciptaan hubungan belajar yang multiarah antara siswa dengan berbagai sumber belajar dengan memberikan peran aktif dan kreativitas siswa dalam mewujudkan seluruh potensi belajarnya secara optimal. Adapun kendala-kenadala yang dihadapi dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis proyek yaitu diantaranya beberapa siswa kesulitan dalam menemukan dan menyusun pertanyaan yang mengarah pada penyelidikan, alokasi waktu yang disediakan kurang untuk menjalankan proyek, adanya kesalahpahaman sehingga proyek kurang tepat, siswa kadang-kadang tidak serius dengan proyeknya, hanya melakukan seadanya. Akan tetapi, meski terdapat kendala namun masih bisa dihadapi dan pembelajaran masih bisa berjalan lancar. Dari paparan diatas, jelas bahwa penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Taufik Rahman (2014:2) yaitu “berdasarkan hasil penelitian PjBL dapat meningkatkan penguasaan konsep, kemampuan pemecahan masalah, kemampaun komunikasi, kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan dapat menumbuhkan karakter”. Penelitian berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis” yang dilakukan oleh Ida Ayu Kade Sastrika, I Wayan Sadia, dan I Wayan Muderawan tahun 2013 model pembelajaran berbasis proyek memberikan hasil pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa lebih baik daripada model pembelajar konvensional. Sejalan dengan teori dan penelitian terdahulu diatas, hasil penelitian yang menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis proyek mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dimana berdasarkan hasil peneliian terdapat perbedaan signifikan antara kelas eksperimen (yang mendapat perlakuan dengan metode Project Based Learning) dan kelas kontrol (yang mendapat perlakuan dengan metode pembelajaran ceramah), dengan demikian bahwa pada mata pelajaran ekonomi dengan materi “Koperasi” yang disampaikan pada kedua kelas tersebut terdapat perbedaan, karena setelah mendapat perlakuan siswa kelas eksperimen dapat meningkatkan ratarata kemampuan berpikir kritisnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. 7. Kesimpulan Dan Saran a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan tentang penggunaan metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa (studi eksperimen pada mata pelajaran ekonomi siswa kelas X IIS di SMA Negeri 1 Kuningan), maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa dalam pembelajaran Ekonomi antara kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. 2. Setelah pembelajaran berlangsung kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah 3. Peningkatan (N-Gain) kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang menggunakan metode Pembelajaran Berbasis Proyek lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah. b. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk itu penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan bagi pembaca umumnya dan SMA Negeri 1 Kuningan khususnya. Adapun saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya penjelasan yang mendalam dalam proses persiapan sehingga siswa tidak kesulitan dalam menyusun pertanyaan penyelidikan 2. Dalam penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) guru berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga dibutuhkan penguasaan materi dan pengelolaan kelas yang baik. 3. Penggunaaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) meningkatkan kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan Metode Ceramah, oleh karena itu disarankan guru menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) yang disesuaikan dengan materi sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dan terlatih dengan baik. 4. Penyesuaian penggunaan metode pembelajaran dengan materi dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih optimal serta pengetahuan yang diperoleh siswa benar-benar melekat dan lebih bermakna. DAFTAR PUSTAKA Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Johnson, Elaine B. 2014. Contextual Teaching &Learning. Bandung: Kaifa Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP Ilmu Pengetahuan Sosial. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Mendidik dan Kebudayaan Kemendikbud Rahman, Taufik. 2014. Model Pembelajaran Project Based Learning. Makalah. Disampaikan pada Pelatihan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI) Dosen Tetap Yayasan Universitas Kuningan, 11 September 2014. Sastrika, Ida Ayu Kade., I Wayan Sadia, dan I Wayan Muderawan. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis pada kelas XI IPA SMA Negeri 2 Negara tahun
pelajaran 2012/2013. E-journal Program Pascasarjana Undiksha, Vol 3. No 1. [Online]. Tersedia dalam: http://www.pasca.undiksha.ac.id. 28 Desember 2014 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Suryani, Yeyen dan Rosi Asriani. 2014. “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Subang Kabupaten Kuningan”. Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi. Vol. 10 No. 19. Kuningan: PE-AP PRESS. Warsono dan Hariyanto. 2013. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: Remaja Rosdakarya.