Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Think Pair Share Untuk Meningkatkan Pemahaman Terhadap Hukum Paten, Hukum Merek Dan Hukum Cipta Indonesia Pada Peserta Didik Kelas X PM SMK Sore Kota Madiun Tahun Pelajaran 2011/2012. Oleh : Widya Adi Kartika Guru SMK SORE Kota Madiun E-mail :
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini mendeskripsikan hasil belajar Kompetensi Kejuruan melalui model pembelajaran think pair share, sebagai upaya meningkatkan pemahaman peserta didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun pada kompetensi dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia ”. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus, masing-masing siklus terdiridari 4 tahap, yaitu: Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Kompetensi Kejuruan melalui model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep yang dipelajari, yang dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik melalui rata-rata hasil penilaian proses(tugas) dan hasil post test. Pada siklus I, terdapat 68% peserta didik tuntas belajar. Nilai hasil belajar terendah pada siklus I adalah 60, nilai tertinggi 88. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 81% peserta didik tuntas belajar, nilai terendah 64 dan tertinggi 92. Pada siklus III ketuntasan belajar klasikal tercapai yaitu 90 % peserta didik tuntas belajar, nilai terendah 59 dan tertinggi 93. Kata Kunci : Meningkatkan pemahaman, pembelajaran kooperatif, think pare share A. PENDAHULUAN Pembaharuan Kurikulum diarah kan pada kurikulum berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dari suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional mencakup keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama masing-masing, memiliki nilai etika, estetika, demokrasi,
toleransi, humaniora, menguasai ilmu, teknologi, kemampuan akademik, ketrampilan berkomunikasi, kecakapan hidup, beradaptasi dengan perkembang an lingkungan sosial dan budaya, kemandirian, kreativitas, kesehatan jasmani dan rochani dan kewarganegaraan. (Depdiknas, 2003). Proses pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan berbasis kompetensi adalah proses pembelajaran yang: (1) Berpusat pada peserta didik, (2) Mengembangkan kreativitas peserta
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
238
didik, (3) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai, (5) Menyediakan pengalaman belajar yang beragam, (6) Belajar melalui berbuat (Modus Pengalaman Belajar). (Depdiknas, 2003) Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar dapat dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Jadi kegiatan belajar mengajar ditekankan kepada peserta didik sebagai pembelajar bukan kepada guru yang bertugas sebagai pengajar (Suparno, 1966). Karena dalam proses belajar mengajar duperlukan upaya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam upaya menguasai seluruh kompetensi yang telah ditentukan. Hal inilah yang diharapkan dalam pendidikan berbasis kompetensi untuk semua mata pelajaran tanpa terkecuali. Apalagi pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembang kan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja. Namun kenyataan dilapangan masih banyak guru Pemasaran yang
masih menggunakan metode ceramah (termasuk peneliti sendiri), dengan alasan lebih mudah digunakan, praktis dan dapat mencakup materi yang lebih banyak, tanpa berfikir apakah tujuan, fungsi dan pendekatan pengajaran dapat tercapai dengan metode tersebut atau tidak. Pada hal menurut penelitian, materi ceramah yang disampaikan secara lisan murni hanya sekitar 15 % yang dapat diterima pada saat penyampaian (Susilo, 2001:25). Dengan demikian akibatnya mata pelajaran Pemasaran menjadi mata pelajaran yang sangat membosankan dan tidak menarik bagi peserta didik. Kondisi pembelajaran tersebut di atas menyebabkan prestasi belajar peserta didik rendah. Untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik dan merubah kenyataan yang ada selama ini maka seorang guru kompetensi kejuruan harus selalu inovatif serta mau mencoba berbagai metode pembelajaran serta strategi yang tepat. Untuk itu peneliti beranggapan bahwa model pembelajaran kooperatif metode Think-Pare-Share, sangat tepat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran kompetensi kejuruan, karena : 1) Memberikan waktu kepada peserta didik untuk berpikir tentang pertanyaan/masalah yang dilontarkan oleh guru, 2). Memberikan waktu kepada peserta didik untuk bertukar pendapat, berdiskusi topik pertanyaan/masalah, 3). Memberikan waktu kepada peserta didik untuk merumuskan jawaban, tentang pertanyaan/masalah yang dilontarkan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
239
oleh guru, 4) Memberikan waktua. Peningkatan pemahaman peserta didik kepada peserta didik untuk melaporkan dapat diukur melalui penilaian hasil hasil diskusi kelas maupun hasil diskusi pembelajaran berupa hasil tes dan hasil kelompok, 5). Memberikan kesempatan penilaian lembar jawaban think dan kepada peserta didik untuk memahami lembar jawaban pair (sebagai nilai materi pembelajaran. tugas). Nilai tes diperoleh dari hasil Berkaitan dengan pernyataan di post tes setiap akhir siklus tindakan. atas, maka dilakukan penelitian Hasil belajar dikatakan baik apabila tindakan kelas dengan judul “Penerapan peserta didik telah memperoleh nilai Model Pembelajaran Kooperatif standar Ketuntasan Belajar Minimal ≥ Metode Think Pair Share Untuk 70 untuk setiap siklus. Meningkatkan Pemahaman Terhadapb. Model pembelajaran Think Pair Share Hukum Paten, Hukum Merek dan adalah suatu model pembelajaran Hukum Cipta Indonesia Pada Peserta kooperatif yang memperkenalkan ide Didik Kelas X PM SMK Sore Kota “waktu berpikir atau waktu tunggu” Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran yang banyak menjadi faktor kuat dalam 2011/2012”. meningkatkan kemampuan peserta Tujuan penelitian ini untuk didik merespon pertanyaan/menanggapi meningkatkan pemahaman peserta permasalahan. Nama think-pair-share didik kelas X PM SMK Sore Kota berasal dari tiga tahap kegiatan peserta Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran didik yang menekankan pada apa yang 2011/2012, terhadap kompetensi dasar dikerjakan peserta didik pada setiap “Mengidentifikasi hukum paten, hukum tahap (Jones dalam Susilo, 2005). merek dan hukum cipta Indonesia”.c. Pembelajaran kooperativ adalah Melalui penerapan Model Pembelajaran pembelajaran yang secara sadar dan Kooperative Metode Think Pair Share. sistimatis mengembangkan interaksi Adapun asumsi tindakannya adalah yang silih asah, silih asih, dan silih jJika Model Pembelajaran Kooperative asuh antara sesama peserta didik Metode Thing Pair Share diterapkan sebagai latihan hidup didalam dalam proses pembelajaran pada masyarakat nyata (Nurhadi,dkk, 2004) kompetensi dasar “Mengidentifikasi Atas dasar teori tersebut peserta hukum paten, hukum merek dan hukum didik akan lebih mudah menemukan cipta Indonesia”, maka pemahaman dan memahami konsep-konsep yang peserta didik kelas X PM SMK Sore sulit apabila mereka dapat saling Kota Madiun Semester 1 Tahun mendiskusikan konsep-konsep itu Pelajaran 2011/2012, dapat meningkat. dengan temannya. Dengan demikian Untuk memperjelas pembelajaran kooperatif turut permasalahan yang dibahas, dapat menambah unsur-unsur interaksi sosial dijelaskan beberapa hal sebagai berikut: pada pembelajaran pemasaran.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
240
B. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun Semester 1 Tahun Pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 31 peserta didik. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih mendalam tentang penggunaan model think pair share yang dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahamannya terhadap kompetensi dasar yang akan dikuasai Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research, sehingga terdapat tindakan-tindakan untuk perbaikan kegiatan pembelajaran maupun untuk peningkatan mutu pembelajaran di kelas (Kasbollah, 1999). Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model Kemmis dan M.C. Taggart (1988) yang terdiri dari 4 komponen yaitu : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini mencakup 1) tahap pendahuluan (pra tindakan) dan 2) tahap tindakan. Rincian kegiatan tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tahap Pendahuluan (Pra Tindakan) Tahap pendahuluan dilaku kan sebelum pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, untuk mengetahui pengetahuan awal
peserta didik pada kompetensi kejuruan yang dijaring dari hasil ulangan harian pada kompetensi dasar sebelumnya dengan menggunakan metode pembelajarn konvensional (ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas). Selanjutnya pada tahap pendahuluan juga dilakukan dengan menyampaikan pada para peserta didik bahwa: a. Pembelajaran kompetensi dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia” menggunakan model TPS. b. Penjelasan tentang apa, dan bagaimana langkah-langkah model TPS. c. Semua aktifitas saat pembelajaran akan diamati dan dinilai. 2. Tahap Tindakan 1) Rencana tindakan (Planning) Rencana tindakan yang dibuat meliputi : a) menyusun rencana pembelajaran, b) menempatkan peserta didik sesuai denah yang disusun oleh guru, c) menyiapkan Lembar Kerja Peserta didik, d) menyiapkan lembar jawab tahap think dan lembar jawab tahap Pair e) menyiapkan soal ulangan harian/post test, f) menyiapkan angket, dan g) lembar pengamatan yang akan digunakan saat mengamati pembelajaran. 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting) Semua yang sudah disiapkan selanjutnya
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
241
diimplentasikan di kelas sebagai 2) Guru bersama peserta berikut: didik membuat kesimpul an. a. Pendahuluan - Guru membuka pelajaran dan 3) Pengamatan (Observing) meminta peserta didik duduk Pengamatan dilakukan berdasarkan denah yang oleh guru bersama kolaborator. dibuat guru Guru dan kolaborator meng - Guru menjelaskan tujuan amati kinerja peserta didik pembelajaran, indikator dalam proses pembelajaran. pembelajaran, memberi Kinerja guru diamati oleh motivasi dan mengekplorasi kolaborator. Kedua jenis itu pengetahuan peserta didik. menggunakan instrumen yang telah disesuaikan dengan fungsi b. Kegiatan Inti 1. Guru menyampaikan nya masing – masing. materi secara garis besar 4) Refleksi (Reflecting ) 2. Guru membagikan Setelah menyelesaikan satu Lembar Kegiatan Peserta siklus peneliti bersama pengamat Didik (LKPD), melakukan diskusi guna 3. peserta didik secara membahas hasil observasi individu mengerjakan terhadap pelaksanaan tindakan, LKPD, dan menuliskan untuk dijadikan sebagai bahan jawaban pada lembar refleksi dalam upaya memper jawaban think (berpikir baiki tindakan pada siklus sendiri) berikutnya. 4. peserta didik mengerjakan Data yang dikumpulkan dalam LKPD berkelompok (4 penelitian ini mencakup : 1) lembar atau 5 peserta didik) dan jawaban tahap think, dan tahap pair, menuliskan jawaban 2) jawaban peserta didik dalam LKPD pada lembar menyelesaikan soal post test, 3) hasil jawaban pair (berpikir pengamatan proses belajar peserta berpasangan), untuk didik dalam kegiatan diskusi presentasi. kelompok dan diskusi kelas, 4) hasil 5. diskusi kelas (saling angket respon peserta didik terhadap sharing) penggunaan model think pair share 5) 6. pelaksanaan post test catatan lapangan, 6) dokumentasi. Pengumpulan data dalam c. Penutup 1) Peserta didik diberi penelitian ini digunakan Instrumen ulasan singkat tentang sebagai berikut : materi yang baru 1) Tes dipelajari.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
242
Sudjana (2001) menjelaskan tes aktivitas peserta didik selama sebagai alat penilaian adalah kegiatan pembelajaran, sebagai pertanyaan-pertanyaan yang diberi upaya untuk mengetahui kesesuaian kan kepada peserta didik untuk antara perencanaan dan plaksanaan mendapat jawaban dari peserta didik tindakan. dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam 4) Catatan Lapangan bentuk tulisan (tes tulisan), atau Catatan lapangan dilakukan untuk dalam bentuk perbuatan (tes mendiskripsikan kegiatan pembel tindakan). ajaran, dalam rangka memperoleh Instrumen tes yang digunakan data secara objektif, yang tidak dalam penelitian ini disusun oleh tertulis dalam lembar obsevasi peneliti yang telah didiskusikan selama pemberian tindakan, sebagai dengan teman sejawat, berupa bahan pertimbangan penyempurnaan ulangan harian, berbentuk soal tindakan selanjutnya. uraian. 2) Angket C. HASIL PENELITIAN Angket diberikan kepada peserta Siklus I didik setelah keseluruhan pembel Dari hasil Observasi dan Evaluasi ajaran selesai, bertujuan untuk yang dilakukan oleh peneliti bersama memperoleh respon peserta didik pengamat diperoleh data sbb: terhadap penggunaan model think pair share. 3) Observasi Observasi dilakukan secara menye luruh dalam kelas, untuk mengamati
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
243
Berdasarkan nilai akhir proses dan hasil belajar masih terdapat 11 (32 %) peserta didik yang harus mengalami remidi. Sesuai hasil observasi dan hasil evaluasi, ada beberapa catatan penting selama siklus I antara lain: a) Ketika mengerjakan lembar jawab Think, peserta didik terkesan kurang siap, karena memerlukan waktu relatif lama, b) beban anggota kelompok dalam menjawab pertanyaan tidak merata, c) peserta didik nampak kurang bersemangat dalam mengikuti jalannya diskusi kelas, d) diskusi kelas kurang
berjalan dengan baik, peserta didik kurang aktif. Siklus II Pada siklus 2 tahap-tahap pelaksnaannya hampir sama dengan pelaksanaan siklus I, perbedaannya ada pada bagian-bagian tertentu yang merupakan tindak lanjut dari hasil refleksi pada siklus I. 1) Rencana Tindakan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka siklus II direncanakan sebagai berikut: a) Menyusun rencana pembelajar an yang meliputi penyusunan LKPD
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
244
b) Peneliti menyampaikan kepada peserta didik untuk mempersiap kan diri dalam kegiatan pembelajaran berikutnya dengan cara membaca materi yang dipersiapkan sebagai sumber belajar dan akan memberi penghargaan kepada peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran berupa bonus tambahan nilai. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada siklus II, wujud pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: a) Peneliti sebagai guru membuka pelajaran dengan meminta peserta didik duduk dalam formasi tempat duduk sesuai denah yang dibuat guru b) Guru membagikan LKPD dan Lembar Jawaban Tahap Think c) Peserta didik secara mandiri mengerjakan LKPD. d) Guru meminta peserta didik mengerjakan LKPD secara berpasangan dengan teman sekelompok (4-5 orang peserta didik) dan menuliskan jawabannya pada Lembar Jawaban Tahap Pair sebagai bahan presentasi ( diskusi kelas/ tahap share)
e) Guru meminta salah satu kelompok secara bergantian untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, anggota kelompok lain menanggapi. f). Guru meminta peserta didik mengatur anggota dalam kelom pok saat pelaksanaan presentasi, sebagai berikut: 1 orang yang presentasi, 1 orang sebagai notulis, 2-3 orang membantu menjawab pertanya an teman saat diskusi kelas g). Guru memperbaiki miskonsepsi peserta didik dan bersama peserta didik membuat kesimpulan. h) Guru mengumpulkan lembar jawaban tahap TPS dan mengecek hasil diskusi i). Peneliti melaksanakan post test sub konsep, hak merek 3) Observasi dan Evaluasi Seperti halnya pada siklus I, observasi dilakukan terhadap aspekaspek yang sesuai dengan petunjuk lembar observasi. Dari hasil observasi dan evaluasi diperoleh data, sebagai berikut:
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
245
Dari data nilai akhir proses dan hasil belajar, masih terdapat 6 peserta didik (19%) yang harus melakukan remidi. Dengan demikian pada siklus yang ke II ini Ketuntasan Minimal secara klasikal (85 %) belum terpenuhi. 4) Refleksi Sesuai hasil observasi dan hasil evaluasi siklus II, meskipun ketuntasan minimal klasikal belum tercapai namun pembelajaran yang sudah berlangsung lebih baik dibandingkan dengan siklus I, Siklus III Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II, maka siklus III direncanakan sebagai berikut: a).Menyusun rencana pembelajaran yang meliputi penyusunan LKPD, untuk sub konsep : 1) Hak Cipta, 2) Menyiapkan soal post tesb).Peneliti menyampaikan kepada peserta didik untuk merangkum materi yang dipersiapkan sebagai sumber belajar, sehingga speserta didik siap untuk mengerjakan LKPD. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus III, wujud pelaksanaan tindakan pada hari Senin, tanggal.3
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
246
Oktober 2011 ( 4 x 45 menit) adalah orang yang presentasi, 1 orang sebagai berikut: sebagai notulis, 2-3 orang membantu a). Peneliti sebagai guru membuka menjawab pertanyaan teman saat pelajaran dengan meminta peserta diskusi kelas, dalam menjawab didik duduk dalam formasi tempat pertanyaan peserta didik yang belum duduk sesuai denah yang dibuat guru pernah menjawab pertanyaan supaya b).Peserta didik duduk berdasarkan diberi kesempatan untuk menjawab denah, guru membagikan LKPD dan dengan bantuan anggota kelompok Lembar Jawaban Tahap Think yang lain c). Peserta didik secara mandiri g). Guru dan pengamat mencatat semua mengerjakan LKPD dengan melihat temuan dalam kegiatan pembelajaran hasil rangkuman yang sudah dibuat, h). Guru memperbaiki miskonsepsi sesuai pembagian waktu yang telah peserta didik dan bersama peserta ditentukan oleh peneliti. didik membuat kesimpulan. d). Guru meminta peserta didik i). Guru mengumpulkan lembar jawaban mengerjakan LKPD secara tahap TPS dan mengecek hasil berpasangan dengan teman diskusi sekelompok ( 4-5 orang peserta j). Guru dan pengamat mencatat semua didik) dan menuliskan jawabannya temuan dalam proses pembelajaran. pada Lembar Jawaban Tahap Pairk). Peneliti melaksanakan post test sub sebagai bahan presentasi ( diskusi konsep, Hak Cipta kelas/ tahap share) l). Peserta didik mengisi angket e). Guru meminta salah satu kelompok pembelajaran model TPS yang secara bergantian untuk dibagikan oleh peneliti mempresentasikan hasil diskusi m). Peneliti mengumpulkan angket kelompoknya, anggota kelompok lain Observasi dan Evaluasi menanggapi. Dari hasil obsercasi dan f).Guru meminta peserta didik mengatur evaluasi diperolaeh data sbb: anggota dalam kelompok saat pelaksanaan presentasi. Anggota kelompok diatur sebagai berikut: 1
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
247
Dari nilai akhir proses dan hasil belajar siklus III, tinggal 3 peserta didik (10 %) yang harus melakukan remidi. Refleksi Sesuai hasil observasi dan hasil evaluasi, ada beberapa catatan penting pada siklus III sebagai berikut: a) Pembelajaran sudah berlangsung baik, b) tinggal 3 peserta didik (10 %) yang
tidak tuntas, berarti batas ketuntasan minimal secara klasikal terpenuhi. 3. Hasil analisis Respon Peserta Didik Hasil analisis mengenai respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share, diperoleh skor rata-rata sebesar 4,54 atau berada pada skala sikap sangat setuju atau sangat berminat.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
248
Pemahaman peserta didik terhadap “Hak Paten” yang dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik pada siklus I masih belum memenuhi kriteria keberhasilan. Hal ini terjadi dimungkinkan karena peserta didik belum pernah menggunakan model pembelajaran think pair share. Pada saat presentasi/diskusi kelas belum ada pembagian tugas yang jelas antar anggota kelompok, dan pada saat diskusi kelas nampak peserta didik kurang percaya diri dalam mengemukakan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun mengajukan pendapat dan sanggahan. Pada siklus II, peserta didik mengerjakan tugas dengan lebih baik, hal ini dimungkinkan peserta didik telah memahami langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran TPS dan sudah mempersiapkan diri dengan membaca materi. Kegiatan diskusi juga telah mengalami kemajuan baik diskusi pada tahap pair maupun tahap share, peserta didik mulai menunjukkan rasa percaya dirinya yang ditandai dengan penampilan mereka yang tidak lagi ragu-ragu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Pembagian tugas diantara kelompokpun sudah mulai nampak lebih baik, pembagian tugas antara anggota kelompok mulai imbang, tidak lagi didomnasi oleh anggota kelompok yang pandai. Pada siklus III, peserta didik mengerjakan lembar think dengan lebih baik dan lebih siap, waktu yang diperlukan relatif sesuai dengan yang
telah ditentukan, hal ini dimungkinkan karena peserta didik telah memahami langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran TPS dan sudah lebih mempersiapkan diri dengan merangkum materi pada waktu sebelumnya. Aktivitas diskusi sudah mengalami kemajuan baik diskusi pada tahap pair maupun tahap share, suasana diskusi yang sangat dinamis jika dibandingkan pada siklus I dan siklus II. Sebagian besar peserta didik menunjukkan rasa percaya dirinya yang ditandai dengan penampilan mereka yang tidak lagi ragu-ragu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, mereka juga dapat menjawab pertanyaan temannya dengan baik. Bagi peserta didik, kegiatan bertanya (Quationing) merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan bertanya dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui ( Nurhadi, 2002). Disamping itu peserta didik juga nampak mulai membangun kerjasama dan interaksi dengan teman kelompoknya. Tercipta keakraban diantara anggota kelompok merupakan faktor pendukung terbentuknya suasana diskusi kelas yang dinamis sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community). Masyarakat belajar terjadi apabila ada poses komunikasi dua arah, seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
249
yang diperlukan oleh teman bicaranya sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan oleh teman belajarnya (Nurhadi, 2002). Kenyataan di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran TPS dapat memaksa pesera didik untuk berpikir tentang ranah isi (content domain) agar mengenal dan menguji konsep-konsep penting yang dipelajari dan menilai maknanya. Dalam hal ini telah tercipta pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And Learning). Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkandengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, peserta didik dan tenaga kerja (University of Washington, 2001 dalam Nur, 2001). Dengan demikian melalui model pembelajaran, waktu pembelajaran yang diatur secara efektif dan efisien, maka pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep semakin tertanam dalam ingatannya, dan akhirnya akan memudahkan peserta didik dalam meningkatkan hasil belajarnya. Dari hasil pembelajaran siklus I, II dan III dengan pendekatan kontekstual melalui model pembelajaran think pair share dapat memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil belajar. Nilai yang diperoleh pada siklus III telah memenuhi KKM yang ditetapkan oleh peneliti sekaligus
guru Kompetensi Kejuruan SMK Sore Kota Madiun. Respon Peserta Didik Terhadap Model Pembelajaran Think Pair share Berdasarkan analisis respon peserta didik yang telah dilakukan, didapatkan bahwa respon peserta didik terhadap strategi model pembelajaran think pair share sebesar atau berada pada skala sikap sangat setuju. Melalui penelitian ini dapat dijelaskan secara umum bahwa strategi model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan (confidence), dan kepuasan (satisfication) hal ini disebabkan karena melalui model pembelajaran think pair share peserta didik memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar, sangat tertarik dan senang belajar, lebih cepat memahami materi, termotivasi untuk belajar, terbantu menyelesaikan masalah, meningkat penalarannya, terbantu untuk berpikir kritis, memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapat, merasa lebih dihargai dalam mengeluarkan pendapat dan dapat memanfaatkan waktu belajar secara baik. Dengan demikian model pembelajaran TPS, dapat mengubah pembelajaran dari yang “teacher centered” menjadi “student centered”, dimana pembelajaran akan menjadi semakin bermakna, sehingga para peserta didik dapat berhasil dalam proses pembelajarannya.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
250
D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Pemahaman peserta didik kelas X PM SMK Sore Kota Madiun terhadap Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia ” dapat meningkat dengan mnggunakan model pembelajaran think pair share, yang dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik melalui rata-rata hasil penilaian proses(tugas) dan hasil post test (produk), Pada siklus I, 68% peserta didik yang tuntas belajar, dan 32 % peserta didik yang harus mengalami remidi. Nilai hasil belajar terendah pada siklus I adalah 60, nilai tertinggi 88. Pada siklus II 81 % peserta didik tuntas belajar dan 19% yang harus menjalani remidi dengan nilai terendah 64 dan nilai tertinggi 92. Pada siklus III 90 % peserta didik tuntas belajar dan 10% yang masih harus menjalani remidi dengan nilai terendah 59 dan nilai tertinggi 93. 2. Respon peserta didik terhadap penggunaan model pembelajaran think pair share pada Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi hukum paten, hukum merek dan hukum cipta Indonesia ” menunjukkan respon yang positif.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas sebagaimana diuraikan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi tenaga pengajar yang tertarik menggunakan model pembelajaran think pair share seyogyanya mempertimbangkan hal-hal seperti : kesiapan guru, kesiapan peserta didik, ketersediaan waktu untuk menyusun bahan pembelajaran. 2. Untuk memudahkan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sebaiknya memberikan tugas untuk mempelajari materi yang akan dibahas 3. Bagi peneliti lain yang berminat menggunakan pembelajaran model think pair share dapat dikembangkan lebih lanjut pada materi yang lain dalam mata pelajaran Kompetensi Kejuruan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Bllom, S. Benyamin, 1968. Mastry Learning. New York : Holt, Rinehart and Wiston, Inc. Corebina, 2002. Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Direktorat Sekolah lanjutan Tingkat Pertama. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
251
Depdiknas, 2007. Model Silabus Sudjana, N. 2001. Penilaian Hasil Kurikulum Tingkat Satuan Proses Belajar Mengajar. Pendidikan. Jakarta: Depdikbud, Bandung: PT Remaja dirjen dikdasmen, direktorat Rosdakarya. Pendidikan Menengah. Susilo, Herawati. 2002. Pembelajaran Kemmis, S. & Mc Taggart, R. 1988. Kontekstual untuk peningkatan The Action Research Planner. Pemahaman Peserta didik. Victoria: Deakin Univrsity Makalah Disampaikan pada Press. Kegiatan Peningkatan pembelajarandi SMU LAB UM Milles, M. B. & Huberman, A.M. 1992. pada Tanggal 16 januari Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Susilo, Herawati. 2005. Pembelajaran Rohendi Rohidi. Jakarta: Kooperatif Think Pair share. Universitas Indonesia. Makalah Pelatihan PBMP pada Pembelajaran dengan tema Moleong, L. J. 1994. Metodologi “Pembelajaran dengan Penelitian Kualitatif. Bandung: Kemampuan Berpikir selama PT Remaja Rosdakarya. Pembelajaran sebagai Langkah strategis Implementasi Nur, M. 2002. Buku Panduan Kurikulum 2004” bagi Para guru dan Mahapeserta didik Ketrampilan proses dan hakikat Sains. Surabaya: Sains Biologi dalam rangka UNESA-University Press. RUKKVA tanggal 25 Juni Nurhadi. 2002. Kontekstual teaching and Cendekia
Pendekatan Winkel, 1996. Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta. Gramedia (Contextual Widiasarana Indonesia. Learning)
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
252