oleh: Tetriana Sawitri
Penerjemahan (Nida & Taber: 1974): Upaya pengungkapan kembali suatu pesan dari Bahasa Sumber (BSu) ke Bahasa Sasaran (BSa). Pesan yang disampaikan dalam BSu haruslah dalam padanan yang terdekat dan wajar dalam BSa.
Penerjemah (Venuti 1995:21) orang yang menyingkap perbedaan kebahasaan dan budaya agar pembaca melihat relevansi TSu dalam TSa. tidak ada kesepadanan sempurna
Tiga proses yang dilalui dalam penerjemahan (Nida & Taber) adalah 1. analisis memahami teks yang akan
diterjemahkan 2. transfer/pengalihan mengalihbahasakan teks dari BSu ke BSa 3. penyerasian menyesuaikan dengan faktor-faktor yang ada dalam BSa
Mencari Kesepadanan Penerjemahan adalah tindak komunikatif
penyampaian pesan dari pengirim (penerjemah) kepada penerima (pembaca). Penerjemahan menuntut kesamaan tanggapan antara pembaca teks sasaran (TSa) dan pembaca teks sumber (TSu). Terdapat kesepadanan makna antara TSa dan TSu.
DINAMIKA PENERJEMAHAN SL (BSu)
TL(Bsa)
The Truth (The fact of the matter) SL Writer
TL Readership
SL Norms
TL Norms
SL Culture
TL Culture
SL Setting & Tradition
TL Setting & Tradition The Translator
Metode Penerjemahan Diagram V Bsu Word 4 word tr. (kata demi kata) Literal tr. (harfiah) Faithful tr. (setia) Semantic tr. (semantis)
Bsa Adaptation tr. (adaptasi) Free tr. (bebas) Idiomatic tr. (idiomatis) Communicative tr. (Komunikatif)
Metode ini translator based theory krn perbedaan yang semakin kecil
UNSUR BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN
Kebudayaan: himpunan kepercayaan, sikap, nilai, dan aturan yang dimiliki bersama oleh sekelompok orang. Hubungan bahasa dan budaya Bahasa mencerminkan berbagai aspek kebudayaan. Tiap masyarakat menafsirkan amanat/pesan dalam teks terjemahannya berdasarkan kebudayaan BSa.
KENDALA PENERJEMAHAN timbul karena adanya perbedaan antara Bsu dan Bsa, yaitu 1. kebudayaan linguistik (linguistic culture) Contoh: Dengan hormat (pembuka surat)
拝啓(はいけい)・拝復(はいふく)・前略(ぜんりゃく)・謹 啓(きんけい) 2. Kebudayaan sosial (social culture) mas/bang 兄貴・お兄さん・お兄ちゃん・兄上 mbak/kak 姉貴・お姉さん・お姉ちゃん・姉上 ibu/mak/mama/mami/bunda お母さん・おふくろ・ママ・母上 Bapak/abah/papa(h)/papi/ayah お父さん・親父・パパ・父上
KENDALA PENERJEMAHAN (2) Kebudayaan religius/agama (religius culture) Contoh:istilah-istilah keagamaan dalam penerjemahan bahasaTimur Tengah 3.
Mukena Selametan
イスラム教徒が礼拝するための長い服
Kebudayaan material (material culture) Segala bentuk hasil kebudayaan yang berwujud Contoh:Songket 伝統的な織物(おりもの) Gamelan ジャワ人の伝統的な打楽器 Rencong 4.
Ekologi Istilah yang digunakan suatu bahasa yang muncul karena pengaruh lingkungan tempat tinggalnya.
Contoh: Perancis mempunyai puluhan jenis keju Eskimo mempunyai 12 jenis salju Indonesia mempunyai belasan jenis pisang, dsb.
MENCARI PADANAN YANG TEPAT Venuti 1995:21 Tidak ada kesepadanan yang sempurna Venuti 1995:227 kesepadanan ditentukan oleh skopos (tujuan penerjemahan): Tujuan tertentu yang kompleks (pribadi, pemesan
terjemahan, sensor, dsb.) TSa dapat jauh berbeda denganTSu karena tujuan
penerjemahannya untuk memenuhi kesesuaian dengan pembaca sasaran. Korelasi antara jenis teks dan tuntutan metode penerjemahan
Padanan tepat (2) Venuti 2004: Ada 2 pencarian padanan, yaitu
Foreignization (=pengasingan) Menggunakan latar asing demi mempertahankan suasana yang diciptakan penulis TSu (menggunakan kata pinjaman) 2. Domestication (=domestikasi) Menyesuaikan latar dengan kebudayaan pembaca TSa (adaptasi) 1.
Padanan tepat (3) Beekman & Callow (1974:191-211) Ada 3 alternatif dasar yang dapat dipilih penerjemah untuk menemukan ungkapan sepadan dalam BSa, yaitu: 1. padanan dengan memodifikasi kata generik dengan frasa
deskriptif, 2. padanan dengan memodifikasi kata asing, 3. padanan dengan pengganti kebudayaan.
1.Padanan modifikasi kata generik dengan frasa deskriptif a. Frasa deskriptif dengan eksplisit bentuk benda-benda hasil kebudayaan materi
Contoh: “ …tolong semprong itu, yu. Apinya rewel dari tadi.”
ねえ、ちょっとあのガラスのチューブを 取って、さっきから火が落ち着きませんの。
frasa deskriptif (2) Bidang kuliner
Contoh: Atik tak dapat berbuat apapun selain menangis dan kue cucur neneknya tak mampu menghiburnya.
アティックちゃんは泣くしかできません でした。おばあさんが作った米のお菓子(か し)でも彼女を喜ばせませんでした。
frasa deskriptif (2) Bidang fesyen
Contoh:
Pertama kalinya aku mengenakan kebaya adalah pada hari pernikahan kakakku. 初めて伝統的な長袖(ながそで)のブラウ スを着たのは姉の結婚式の日でした。
frasa deskriptif (2) b. frasa deskriptif dengan eksplisit fungsi
Contoh:
Ia mulai berkelakar bahwa gunung berapi zaman sekarang sudah menjadi semacam sekaten model baru. 現代、火山の噴火(ふんか)は新しい形のイ スラム教のお正月祝(いわ)いになっていると 彼は冗談(じょうだん)を言い出しました。
frasa deskriptif (2) c. frasa deskriptif dengan eksplisit bentuk dan fungsi
Contoh: Di kota besar seperti Jakarta pun, kita masih dapat menemukan kendaraan ketinggalan zaman seperti bemo.
ジャカルタのような都会にでも時代遅れ の三輪車の公衆運輸を見つけることもでき る。
frasa deskriptif (2) d. modifikasi generik dengan perbandingan BSa
Contoh: serigala (bahasa Peru) binatang semacam anjing galak
2. Padanan dengan memodifikasi kata asing diingat perbedaan antara kata asing dan kata pinjaman. Kata asing adalah Kata yang mengacu kepada kata dalam BSu dan bukan merupakan kata yang dikenal oleh kebanyakan penutur BSa. Ada 2 cara yang digunakan untuk membantu pembaca
a. Kata asing yang dimunculkan harus ditambah dengan suatu penggolong (classifier) yang menjelaskan apakah kata tersebut merupakan nama orang, tempat (kota, negara), atau sungai. Contoh: John
orang yang bernama John.
Yanto Gunung Salak Salak
ヤントという人 サラック山 サラックという果物
b. Kata asing yang digunakan dapat dibubuhi dengan modifikasi kata generik, yaitu modifikasi bentuk, fungsi, atau gabungan keduanya.
Contoh: Bemo
ベモという三輪車(さんりんしゃ)
の公衆(こうしゅう)運輸(うんゆ) Konde (まげ)
コンデというインドネシア風の髷
3. Padanan dengan pengganti kebudayaan Metode ini dipilih apabila dalam BSa tidak dapat diterangkan meskipun dengan menggunakan frasa
deskriptif. Hal seperti itu terjadi karena adanya perbedaan kemajuan kebudayaan yang relatif jauh. Agar dapat dimengerti dalam BSa, maka digunakan padanan kata yang tidak sama tetapi lebih dikenal dalam dunia nyata BSa. Contoh: lampu listrik (bagi masyarakat pedalaman ) obor bambu
Contoh teks: Aku berkeliling naik andong di kota itu . Hari sudah senja, sudah hampir maghrib. Aku
Melihat di pinggir jalan ada orang memakai belangkon, ada pula yang memakai sarung dan kopiah. Ada yang sedang makan onde-onde, ada pula yang sedang makan gorengan. Sayupsayup terdengar suara azan dari kejauhan. Dua hari kemudian aku berangkat ke Bali untuk melihat pelaksanaan Ngaben.