PELAKSANAAN PROYEK REKLAMASI LANSKAP PASCAPENAMBANGAN BATUBARA DI PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, SITE MANGKALAPI, KABUPATEN TANAH BUMBU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
OLEH: CHANDRA FERIANSYAH A44051180
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN CHANDRA FERIANSYAH. Pelaksanaan Proyek Reklamasi Lanskap Pascapenambangan Batubara Di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Site Mangkalapi, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan (dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA) Kegiatan magang dilaksanakan di PT Arutmin Indonesia, Tambang Batulicin tepatnya pada Departemen SHE (Safety, Health and Environment) yang menangani aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang salah satunya berupa reklamasi lanskap pascapenambangan. PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin adalah sebuah perusahaan pertambangan bertaraf internasional yang memperoleh izin dari pemerintah Republik Indonesia melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) No. J2/JI.DU/45/1981 pada tanggal 2 November 1981 untuk melaksanakan kegiatan pertambangan di wilayah Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi proyek reklamasi adalah Site Mangkalapi, Tambang Batulicin, pada area Pit 2 Blok 18-21. Luas lahan berdasarkan pengajuan permit regrade (ijin pengaturan bentuk lahan) tanggal 6 Maret 2008 adalah 7,405 ha, tetapi karena berbagai kendala ternyata yang mampu direalisasikan sampai tahap revegetasi sampai akhir Juni 2009 adalah 5,319 ha. Kegiatan magang berlangsung selama 14 minggu, yaitu mulai minggu kedua bulan Maret 2009 hingga minggu keempat bulan Juni 2009. Selama magang, kegiatan pelaksanaan reklamasi dilakukan di Site Mangkalapi Pit 2 Blok 18-21. Pelaksanaan kegiatan baru masuk tahap spreading topsoil pada saat magang dimulai. Metode kerja yang digunakan adalah mempelajari dan berpartisipasi aktif dalam lingkup kegiatan studio dan lapang yang berlangsung di Divisi Lingkungan Departemen SHE pihak owner (pemilik proyek). Untuk itu dilakukan juga pengamatan baik di lapang maupun di kantor melalui wawancara dan studi pustaka. Selanjutnya, hasil kegiatan magang tersebut dianalisis secara deskriptif. Batasan magang hanya membahas kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan proyek reklamasi sampai batasan bagaimana revegetasi sebagai tahap reklamasi dapat berhasil dan tanaman tumbuh dengan baik melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Batasan juga digunakan untuk mendefinisikan bahwa kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan reklamasi mengacu pada unit kegiatan proyek tambang yang menjadi kewajiban kontraktor sebagaimana tertuang dalam dokumen kontrak tambang. Untuk batasan kebijakan, titik berat atau fokus kegiatan magang ini adalah pada sistem kebijakan pemerintah baik yang formal maupun non formal, serta kebijakan internal perusahaan pertambangan dalam hal ini PT Arutmin Indonesia dalam melakukan proyek reklamasi area pascapenambangan dari tahap pelaksanaan administrasi sampai dengan pemeliharaan area yang sudah direklamasi. Proses pembelajaran (magang) mencakup tiga aspek, yaitu 1. aspek legal, kelembagaan, dan SDM yang meliputi pengenalan lembaga kerja dan sistem kerja; 2. aspek pelaksanaan reklamasi sebagai unit kegiatan proyek tambang yang meliputi kegiatan pelaksanaan fisik dan mempelajari proses administrasi; 3. aspek pemeliharaan yang meliputi pemeliharaan rutin dan pembibitan.
Ketiga aspek tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengidentifikasi masalah pada tempat magang, dan membandingkan dengan kriteria ideal untuk memberikan solusi dari sudut pandang arsitektur lanskap serta potensi yang dapat dipertahankan selama di lapangan. Dari aspek legal, kelembagaan dan SDM, hal penting yang ditemukan adalah informasi pada dokumen kontrak yang menyatakan kontrak kerja yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi merupakan kontrak kerja tambang. Selain untuk melaksanakan proyek eksploitasi seperti disebutkan dalam dokumen kontrak, kontraktor juga wajib melaksanakan reklamasi dengan ketentuan harga lump sum dengan harga tetap sebesar 15.000 USD/ha. Dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi, PT Arutmin Indonesia hanya menunjuk kontraktor tambang (PT Cipta Kridatama) yang sudah menang tender jika tiba saatnya kegiatan reklamasi akan dilakukan. Kontraktor dapat langsung bekerja tanpa perlu menyiapkan pasal-pasal kontrak baru. Dari aspek pelaksanaan reklamasi, tahap administrasi pertama adalah pengajuan lembar pengajuan oleh pihak kontraktor untuk melakukan kegiatan reklamasi berupa dokumen permit berdasarkan form yang sudah disediakan oleh pemilik proyek dan segera diserahkan kepada pihak Enviro PT Arutmin Indonesia. Pengajuan dokumen permit dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan tahapan pekerjaan. Pekerjaan pendahuluan terdiri atas pengukuran dan pematokan serta pengaturan bentuk lahan (regrading). Pekerjaan infrastruktur adalah pembuatan bangunan drainase. Pekerjaan lanskap terdiri atas penyebaran topsoil, penyebaran bibit cover crop, dan penanaman tanaman reklamasi. Kegiatan terakhir adalah pekerjaan pemeliharaan. Kegunaan magang di Departemen SHE (Safety Health and Environment) khususnya di Divisi Lingkungan PT Arutmin Indonesia (PT AI) telah dapat memberikan pengalaman kerja secara profesional, pengetahuan, serta wawasan di bidang lingkungan yang terkait langsung dengan bidang keprofesian arsitektur lanskap, khususnya mengenai pelaksanaan unit kegiatan proyek tambang berupa kegiatan reklamasi. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam mengikuti proses pelaksanaan proyek lanskap tersebut mulai dari tahap pelaksanaan administrasi hingga pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan beserta permasalahanpermasalahan yang sering timbul dalam proses pekerjaan lanskap. Kegiatan pelaksanaan reklamasi adalah jenis pekerjaan lanskap yang belum banyak di bahas dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap. Secara umum pekerjaan lanskap kegiatan reklamasi sebagai unit kegiatan dari proyek tambang telah berjalan dengan baik sesuai dengan acuan pustaka dan pengalaman teori selama di kampus dan berbagai pekerjaan lanskap pada umumnya. Hal ini dibuktikan oleh beberapa area yang sudah ditanami dan berhasil ditumbuhi pohon jenis fast growing atau tanaman utama dalam pekerjaan reklamasi yang telah berumur 3-5 tahun. Terkait dengan pelaksanaan reklamasi Pit 2 Blok 18-21, Site Mangkalapi, Tambang Batulicin, tanaman masih dapat digolongkan 90% tumbuh dengan baik. Namun, jika dilihat dari percepatannya, pekerjaan reklamasi belum seimbang dengan besarnya pembukaan lahan.
PELAKSANAAN PROYEK REKLAMASI LANSKAP PASCAPENAMBANGAN BATUBARA DI PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, SITE MANGKALAPI, KABUPATEN TANAH BUMBU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
CHANDRA FERIANSYAH A44051180
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Magang
:
PELAKSANAAN PROYEK REKLAMASI LANSKAP PASCAPENAMBANGAN
BATUBARA
DI
PT
ARUTMIN INDONESIA TAMBANG BATULICIN, SITE
MANGKALAPI,
KABUPATEN
TANAH
BUMBU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Nama
:
Chandra Feriansyah
NRP
:
A44051180
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr NIP. 19601022 198601 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Disetujui :
RIWAYAT HIDUP
Chandra Feriansyah dilahirkan di Curup pada tanggal 2 Mei 1987 dari ayah Harun Rasid, SP. dan ibu Kartini. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan penulis diawali di SDN 88 Curup, Kabupaten Rejang Lebong, pada tahun 1993 dan lulus tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTPN 1 Curup, Kabupaten Rejang Lebong, dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMA Negeri 1 Curup, Kabupaten Rejang Lebong dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan penulis pernah tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) pada periode 2006/2007 sebagai anggota Divisi Eksternal. Selain itu juga sebagai Ketua Divisi Infokom Green Concept IPB, Lay outer Majalah Kampus Gema Almamater IPB, English Club C3 EASY TPB IPB, dan Penanggungjawab mata kuliah Proyek Studio. Selain itu, penulis ikut dalam berbagai macam kompetisi dalam bidang keprofesian Arsitektur Lanskap, antara lain kompetisi dalam LKTM (Lomba Karya Tulis Mahasiswa) pada tahun 2007 serta berbagai sayembara desain oleh Dinas Pertamanan DKI Jakarta pada tahun 2008. Salah satu pencapaian terbaik penulis adalah menjadi Juara 3 Kategori Taman Besar, lomba Taman Bunga Nusantara, Cianjur, Jawa Barat pada tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah Swt karena dengan karunia dan kehendak-Nya skripsi yang berjudul Pelaksanaan Proyek Reklamasi Lanskap Pascapenambangan Batubara di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Site Mangkalapi, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada 1. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr. sebagai pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, serta pengertiannya dalam proses penyusunan skripsi; 2. Prof. Dr. Ir. Wahyu Qomara Mugnisjah, M. Agr dan Dr. Ir. Afra. D.N.M, Msc sebagai dosen penguji skripsi; 3. keluarga tercinta atas doa dan kasih sayang serta dukungan yang tiada henti; 4. Bapak Joko Wintolo selaku Kepala Teknik Tambang PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin atas kebaikan hatinya dalam menfasilitasi kegiatan magang skripsi ini. 5. Bapak Muhammad Yusuf selaku SHE Superintendent atas pengertian dan kerja samanya dalam memberikan informasi, dukungan, dan data yang penulis butuhkan; 6. Mbak Erni Setyawati selaku Environmental Engineer atas rasa keibuannya yang selalu membimbing penulis dan kesediaannya disibukkan selama kegiatan magang; 7. Miss Reni atas kursus singkatnya, Mbak Ani, Mbak Ida, Pak Yudi, Pak Andhi, Pak Muchtar, Pak Roni, Pak Ilham, Pak Zai, Pak Edy, Pak Fawa, Pak Ibnu, Pak Haji Elmi dan Om Zaenal atas tumpangannya kemanapun penulis memerlukannya; 8. teman-teman di Departemen Arsitektur Lanskap Angkatan 42, serta sahabat-sahabat terbaik yang selalu bersedia berbagi serta memberikan dukungan dan bantuan di saat dibutuhkan serta kebersamaannya selama ini; 9. Echa, Nurina, Megami, Bapao, Nanang, Mas Bay, dan Saepolah, atas banyak masukan yang diberikan;
10. Mbak Dian Asri LA’39 atas informasi magangnya; 11. semua teman-teman di Departemen Arsitektur Lanskap dari berbagai angkatan; 12. pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, namun tidak dapat disebutkan satu per satu. Skripsi ini berisikan laporan kegiatan pembelajaran (magang) yang dilakukan di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, terkait dengan pelaksanaan proyek reklamasi sebagai salah satu jenis pekerjaan dalam profesi bidang arsitektur lanskap yang masih sedikit dipelajari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan Magang ...................................................................................... 4 Manfaat Magang .................................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap ................................................................................................... 6 Metode Penambangan Batubara di Indonesia ......................................... 7 Lanskap Area Pascapenambangan .......................................................... 8 Kegiatan Reklamasi pascapenambangan ................................................ 9 Pelaksanaan Lanskap ............................................................................. 10 Pelaksanaan Administrasi ...................................................................... 10 Pelaksanaan Fisik ................................................................................... 11 Proyek .................................................................................................... 11 METODOLOGI Lokasi Magang ...................................................................................... 13 Waktu Magang ....................................................................................... 15 Metode Magang .................................................................................... 16 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ......................................................... 17 Batasan Magang .................................................................................... 18 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 19 HASIL KEGIATAN MAGANG Profil Perusahaan .................................................................................. 22 Sejarah ............................................................................................. 22 Perkembangan Usaha ...................................................................... 22 Struktur Organisasi, Kedudukan, Tugas, dan Fungsi...................... 23
Kebijakan Reklamasi ...................................................................... 27 Aspek Legal dan Kelembagaan Pelaksanaan Reklamasi ...................... 28 Aspek Legal .................................................................................... 28 Aspek Kelembagaan ........................................................................ 29 Keadaan Umum Tapak.......................................................................... 32 Aspek Luas dan Lokasi ................................................................... 32 Aspek Topografi .............................................................................. 36 Aspek Tanah dan Geologi ............................................................... 39 Aspek Hidrologi .............................................................................. 42 Aspek Iklim dan Curah Hujan ........................................................ 43 Aspek Kebijakan Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah ........... 45 Pelaksanaan Eksploitasi Penambangan ................................................. 47 Pelaksanaan Reklamasi .......................................................................... 52 Pelaksanaan Administrasi ............................................................... 52 Pelaksanaan Fisik ............................................................................. 55 Pekerjaan Pendahuluan ............................................................. 56 Pengukuran dan Pematokan ................................................ 57 Regrading .......................................................................... 57 Pekerjaan Infrastruktur .............................................................. 59 Pekerjaan Lanskap .................................................................... 61 Spreading Topsoil ............................................................... 61 Penyebaran Cover crop ..................................................... 64 Penanaman .......................................................................... 65 Pelaksanaan Pemeliharaan .................................................................... 67 Pemeliharaan Rutin ......................................................................... 67 Pembibitan ...................................................................................... 68 PEMBAHASAN Struktur Organisasi ............................................................................... 72 Struktur Organisasi Internal Owner ................................................ 72 Struktur Organisasi Internal Kontraktor ......................................... 73 Hubungan Kerja Owner dan Kontraktor .......................................... 75 Aspek Legal .......................................................................................... 76
Aspek Kelembagaan .............................................................................. 77 Kontrak Kerja Tambang .................................................................. 77 SOP (Standard Operational Procedure) .......................................... 78 Keterkaitan Proses Eksplorasi dan Reklamasi ...................................... 79 Pelaksanaan Administrasi ..................................................................... 80 Pelaksanaan Fisik ................................................................................... 81 Memperbaiki Kondisi Tanah .......................................................... 81 Analisis Stabilitas Lereng ............................................................... 83 Cara Penanggulangan Erosi ............................................................. 84 Teknik Penanaman .......................................................................... 89 Pemeliharaan ......................................................................................... 90 Perencanaan Penutupan Tambang.......................................................... 91 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 98 Saran....................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 100 LAMPIRAN ............................................................................................. 103
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1.
Jenis dan waktu kegiatan selama magang ..................................................... 15
2.
Kelas stabilitas tanah ..................................................................................... 40
3.
Daftar harga satuan sesuai harga kontrak lump sum...................................... 53
4.
Jenis dan jumlah alat regrading ..................................................................... 57
5.
Jenis dan jumlah alat pembuatan drainase ..................................................... 59
6.
Jenis dan jumlah alat spreading topsoil ......................................................... 62
7.
Aktivitas revegetasi dan perawatan tanaman ................................................. 67
8.
Kegiatan pengisian poly bag dan penyemaian bibit Albazzia falcataria (sengon), Gamelina sp, mahoni dan tanaman lain di Nursery pada bulan Mei 2009 ............................................................................................................... 69
9.
Kegiatan pembuatan kompos di Nursery pada bulan Mei 2009 .................... 70
10. Tujuan dan motivasi peserta proyek .............................................................. 75
DAFTAR GAMBAR No. 1.
Teks
Halaman
Peta Administratif Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan ........................................................................................ 13
2.
Peta Lokasi Tambang Batulicin PT Arutmin Indonesia ................................ 14
3.
Peta Lokasi Pelaksanaan dan Pemeliharaan reklamasi Tambang Batulicin PT Arutmin Indonesia ......................................................................................... 14
4.
Kerangka Pikir ............................................................................................... 21
5.
Struktur organisasi departemen SHE PT Arutmin Indonesia ........................ 24
6.
Area hasil reklamasi ...................................................................................... 28
7.
Peta Lokasi Pelaksanaan dan Pemeliharaan reklamasi Tambang Batulicin PT Arutmin Indonesia ......................................................................................... 33
8.
Kondisi umum area reklamasi Tambang Mangkalapi ................................... 34
9.
Peta kondisi umum area reklamasi Tambang Mangkalapi ............................ 35
10. Kondisi umum topografi area reklamasi Pit 2 Blok 18-21 Mangkalapi ........ 36 11. Peta Topografi awal Tambang Mangkalapi ................................................... 37 12. Peta Topografi akhir Tambang Mangkalapi .................................................. 38 13. Kondisi fisik Tanah ........................................................................................ 41 14. Lokasi Settling ponds Pit 1............................................................................. 43 15. Grafik curah hujan Batulicin bulanan bulan Januari-Desember 2007 ........... 44 16. Grafik curah hujan Batulicin bulanan bulan Januari-Desember 2008 ........... 45 17. Peta kawasan hutan sekitar batas PKP2B PT AI ........................................... 46 18. Pembukaan dan pembersihan lahan ............................................................... 48 19. Perlakuan terhadap lapisan batuan penutup ................................................... 49 20. Proses pengambilan dan penyimpanan batubara............................................ 50 21. Skema pola penambangan dan kegiatan reklamasi ........................................ 51 22. Skema pelaksanaan adminitrasi pelaksanaan proyek reklamasi .................... 55 23. Tahapan pelaksanaan fisik ............................................................................. 56 24. Bentuk lereng timbunan yang direklamasi..................................................... 58 25. Proses regrading/pengaturan bentuk lahan .................................................... 59 26. Konstruksi system bangunan drainase ........................................................... 61 28. Proses spreading topsoil ................................................................................ 63
29. Kegiatan revegetasi ........................................................................................ 66 30. Tahapan hasil kegiatan reklamasi Pit 2 Blok 18-21 Mangkalapi ................... 66 31. Proses pemeliharaan rutin .............................................................................. 68 32. Aktivitas di area nursery ................................................................................ 70 33. Konsisi umum nursery .................................................................................. 71 34. Usulan struktur organisasi proyek coordinator (OPK) diperusahaan yang dikelola dengan struktur fungsional .............................................................. 73 35. Struktur organisasi departemen OSHE Kontraktor ........................................ 74 36. Monthly Land Use Status Tambang Batulicin ............................................... 80 37. Masalah yang terdapat pada lereng area reklamasi ........................................ 83 38. Pertumbuhan tanaman penutup tanah ............................................................ 85 39. Vetiveria zizanoides L atau Akar wangi ......................................................... 85 40. Model hidraulik aliran air yang melalui tanaman vetiver .............................. 86 41. Penggunaan Vetiveria zizanoides L dengan metode strip cropping (memotong lereng atau searah kontur).............................................................................. 87 42. Penggunaan Vetiveria zizanoides L pada saluran drainase ............................ 87 43. Penggunaan rip rap pada saluran drainase..................................................... 88 44. Guludan dan saluran drainase pada area reklamasi........................................ 89 45. Proses pemeliharaan rutin .............................................................................. 91 46. Foto-foto potensi, kendala, dan amenity di Tambang Mangkalapi ............... 93 47. Peta Kawasan Batas PKP2B PT AI Tambang Mangkalapi ........................... 95 48. Peta Kesesuaian Topografi Tambang Mangkalapi ........................................ 96 49. Block plan atau Zonasi Area Agrowisata Tambang Mangkalapi .................. 97
DAFTAR LAMPIRAN No.
Lampiran
Halaman
1.
Gambar kondisi sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan reklamasi ... …..104
2.
Tabel hasil analisis kualitas air limbah .................................................. …..105
3.
Tabel Persediaan tanaman di Nursery sampai pada akhir bulai Mei 2009...106
4.
Tabel Curah Hujan Bulanan Batulicin 2007 .................................................107
5.
Tabel Curah Hujan Bulanan Batulicin 2008 ................................................ 107
6.
Kisaran kemampuan adaptasi tanaman vetiver di Australia dan negara-negara lain.... ..................................................................................................... ......108
7.
Dokumen kontrak proyek tambang ....................................................... …..109
8.
Harga satuan berdasarkan harga lump sum ............................................ …..112
9.
SOP Pembukaan dan Pembersihan Lahan ............................................. …..113
10. SOP Rehabilitasi lahan .......................................................................... …..117 11. SOP Penanaman dan perawatan tanaman reklamasi ............................. …..121 12. SOP Pembibitan tanaman ...................................................................... …..125 13. SOP Pemantauan keberhasilan reklamasi.............................................. …..128 14. Berita acara reklamasi lahan .................................................................. …..130 15. Form pengukuran luasan daerah reklamasi .......................................... …..134 16. Form inspeksi lahan reklamasi ............................................................. …..135 17. Form permit regrading dan spreading topsoil ..................................... …..136 18. Form inspeksi kegiatan regrading ........................................................ …..137 19. Desain penempatan batuan penutup ..................................................... …..140 20. Sertifikat magang .................................................................................. …..141
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Peradaban manusia tidak dapat dilepaskan dari bahan tambang. Di samping hasil pertanian/perkebunan, bahan tambang adalah pondasi bagi peri kehidupan sosial ekonomi masyarakat di segenap penjuru dunia. Pada masa yang akan datang, produksi batubara Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (domestik), tetapi juga untuk memenuhi permintaan luar negeri (ekspor). Hal ini mengingat sumber daya batubara Indonesia yang masih melimpah. Selain itu, harga bahan bakar minyak yang tetap tinggi menuntut industri yang selama ini berbahan bakar minyak untuk beralih menggunakan batubara. Secara geologi, Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat strategis karena terbentuk dari hasil tumbukan empat lempeng, dua lempeng samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dua lempeng benua, yaitu Benua Eurasia dan Benua India Australia. Akibat dari proses tumbukan ini maka wilayah Indonesia sangat aktif dengan proses mineralisasi magma dan hasil sedimentasi yang sangat beragam Van Bemmelen (1949) dalam Soelarno (2007). Salah satu daerah penambangan batubara di Indonesia adalah wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan ini secara legal dikelola oleh PT Arutmin Indonesia yang menjadi lokasi magang. Penambangan batubara di satu pihak memberikan kontribusi terhadap penyediaan sumber energi, penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi, tetapi di lain pihak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penambangan batubara yang biasanya dilakukan dengan sistem terbuka (open mining system) secara nyata melenyapkan vegetasi, mengubah susunan lapisan tanah, dan menimbulkan erosi, sedimentasi, dan pemadatan tanah yang dapat mengakibatkan degradasi lahan. Degradasi lahan tersebut akan terus berlanjut jika tidak ditangani dengan baik. Degradasi lahan dapat diartikan sebagai lahan yang tanahnya telah mengalami proses degradasi atau penurunan tingkat produktivitas tanah (Sarief,
2
1985). Degradasi lahan akan membuat karakter lanskap yang tidak baik. Padahal menurut Simonds (1983), lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu, yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia. Lanskap dapat digolongkan sebagai lanskap yang baik (beauty) jika memiliki kesatuan harmoni dalam hubungan antar komponen pembentuknya, dan dikatakan tidak baik jika tidak
terdapat
unsur
kesatuan
(unity)
di
antara
komponen-komponen
pembentuknya. Dalam suatu lanskap, karakter harus menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat karakter lanskap tersebut. Dengan membahas mengenai aspek tersebut, kita menyadari pentingnya menjaga lingkungan
dari degradasi untuk mencapai sebuah keberlanjutan.
Konsep pembangunan berkelanjutan lahir dengan batasan bahwa pembangunan yang berkelanjutan, menurut World Commision on Environment and Development (WCED) dalam laporan Our Common Future tahun 1987, adalah ”pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya”. WCED dibentuk PBB tahun 1983. Dalam menanggapi hal tersebut, menurut Harris dan Goodwin (2001) dalam Soelarno (2007) diskusi ekstensif dan pengalaman sewaktu menjalankan konsep tersebut menyimpulkan tiga aspek penting dalam pembangunan berkelanjutan, yaitu keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Konsep dasar pengaturan yang diterapkan dalam kebijakan pertambangan sebenarnya adalah penekanan pada upaya perlindungan lingkungan sejak dini, yaitu dengan mengintegrasikannya ke dalam perencanaan pertambangan. Dengan adanya Peraturan Menteri ESDM No 18 Tahun 2008, dalam konteks penutupan tambang, reklamasi merupakan bagian pekerjaan untuk menuju pemanfaatan lahan pascapenambangan. Dengan demikian, reklamasi dan penutupan tambang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kegiatan
perbaikan
lingkungan
khususnya
reklamasi
lanskap
pascapenambangan batubara sudah menjadi kewajiban setiap perusahaan tambang batubara. Namun, perencanaan baik segi teknik maupun adminitrasi pelaksanaan reklamasi sebagai unit kegiatan proyek tambang masih memerlukan banyak kajian karena kegiatan reklamasi ini adalah bagian kecil dari perencanaan akhir penutupan tambang, dan juga karena mempertimbangkan perencanaan tersebut
3
haruslah dinamis dan merupakan evolusi, artinya perlu adanya identifikasi isu-isu potensial yang perlu dikelola di kemudian hari. Oleh karena itu, diperlukan upayaupaya untuk meningkatkan dan memperbaiki manajemen sumber daya alam di bidang pertambangan, salah satunya dengan mengkaji aspek perencanaan kegiatan reklamasi yang merupakan bagian pekerjaan yang berhubungan dengan profesi bidang arsitektur lanskap sehingga dapat terwujud sebuah perencanaan lanskap reklamasi areal pascapenambangan yang baik. Menurut Permen ESDM No 18 Tahun 2008, reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Salah satu tahap reklamasi adalah kegiatan revegetasi yang dilakukan oleh PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin. Usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak dilihat melalui kegiatan penanaman kembali dan pemeliharaan pada lahan bekas penambangan batubara. Kegiatan reklamasi tersebut dilakukan di wilayah administratif Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan yang mencakup Kecamatan Batulicin dan Kecamatan Kusan Hulu.
4
Tujuan Magang
Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari dan meningkatkan pengetahuan, skill, dan attitude selama melakukan kegiatan kerja sama dalam proses pelaksanaan proyek reklamasi dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap yang berfokus pada teknik-teknik pelaksanaan administrasi dan pelaksanaan fisik proyek reklamasi lanskap pascapenambangan. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut 1. memperoleh pengetahuan tentang sistem dan mekanisme kerja studio dan lapang dalam kegiatan pelaksanaan proyek reklamasi lanskap pascapenambangan, site Mangkalapi, Tambang Batulicin; 2. mempelajari dan mengikuti proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan
proyek
reklamasi
lanskap
pascapenambangan, site Mangkalapi, Tambang Batulicin; 3. mengidentifikasi dan menganalisis berbagai masalah dan kendala dalam aspek teknik dan manajemen, serta berbagai alternatif praktis sebagai solusinya; 4. mempelajari
mekanisme
pengalokasian
waktu
dalam
menyelesaikan manajemen suatu pelaksanaan proyek reklamasi lanskap pascapenambangan yang diterapkan pada PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin.
5
Manfaat Magang
Kegiatan magang yang dilakukan di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin ini diharapkan mempunyai manfaat baik secara internal dan eksternal. Secara internal dapat membantu mengembangkan profesionalisme diri sebagai mahasiswa arsitektur lanskap dalam berbagai kegiatan praktek pelaksanaan lanskap, khususnya lanskap areal pascapenambangan. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai teknik pelaksanaan dan pemeliharaan proyek dalam skala yang lebih kompleks,. Selain itu, kegiatan magang ini diharapkan dapat meningkatkan softskill mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja, khususnya pada proses pelaksanaan lanskap areal pascapenambangan. Secara eksternal, magang diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang ruang lingkup pekerjaan lanskap khususnya pelaksanaan proyek. Dan sebagai media pertukaran informasi, ilmu, dan teknologi antara mahasiswa dan pihak tempat magang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap Lanskap merupakan fitur yang terlihat dari suatu area pada lahan termasuk elemen fisik seperti bentuk lahan, elemen hidup didalamnya seperti flora dan fauna, elemen abstrak, seperti pencahayaan dan kondisi cuaca dan unsur manusia, sebagai contoh aktivitas manusia atau lingkungan yang terbangun. Lanskap atau bentang darat merujuk pada susunan bentuk lahan dan representasi visualnya. Dalam hal fisik, istilah lanskap menyatakan penafsiran visual atas susunan bentuk lahan, karena ini adalah cara utama di mana lanskap dirasakan. Lanskap terdiri atas beberapa kategori unsur utama, yaitu bentuk tanah, vegetasi dan unsur struktural buatan manusia, serta kedalaman dan luas pandangan. Lanskap bisa termasuk juga:badan air, bentuk kehidupan lain, keberadaan manusia, representasi artistik buatan manusia, dan arah pencahayaan. Praktek mendesain lanskap untuk kepuasan visual dan aspek fungsional lainnya adalah arsitektur lanskap, yang ahlinya disebut arsitek lanskap (Wikipedia Encyclopedia, 2009). Lanskap adalah keseluruhan elemen fisik secara kompleks di suatu area atau daerah. Lanskap secara fisik merupakan hasil interaksi antara manusia dengan alam, baik sebagai individu maupun makhluk sosial, sebagai satu kesatuan proses. Suatu unit lanskap yang berupa sifat fisik dan ekologi, memberikan pengorganisasian
informasi
yang
dapat
digunakan
untuk
perencanaan,
perancangan dan manajemen (Eckbo, 1964). Lebih lanjut, disebutkan bahwa lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia yang mencakup segala sesuatu yang dapat dilihat dan dirasakan serta merupakan pengalaman terus menerus sepanjang waktu dan seluruh ruang kehidupan manusia. Lanskap dapat diinterpretasikan berbeda menurut pandangan setiap orang. Persepsi pandangan orang terhadap lanskap dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Lanskap sebagai alam, dimana alam dianggap lebih dominan dibanding manusia. 2. Lanskap sebagai habitat, di mana lanskap adalah rumah bagi manusia.
7
3. Lanskap sebagai artefak, di mana lanskap secara historis merupakan suatu benda yang dapat diciptakan dan dimanipulasi oleh manusia. 4. Lanskap sebagai sistem, di mana lanskap adalah suatu sistem dengan subsistem yang mengikuti dibawahnya. 5. Lanskap sebagai permasalahan, di mana lanskap yang ada dipandang sebagai kondisi yang membutuhkan suatu perbaikan. 6. Lanskap sebagai kekayaan, di mana lanskap memiliki nilai yang secara ekonomi sangat berharga. 7. Lanskap sebagai ideologi, di mana lanskap dilihat sebagai suatu simbol, nilainilai, idealisme, pemikiran, harapan, dan impian suatu kebudayaan. 8. Lanskap sebagai sejarah, di mana lanskap dilihat sebagai suatu dokumentasi yang kompleks, sejarah aktifitas antara manusia dan alam dari masa lalu hingga saat ini. 9. Lanskap sebagai tempat, di mana lanskap difokuskan pada rasa, suara, dan kekayaan, sehingga secara lokasi dapat diingat sepanjang waktu. 10. Lanskap sebagai estetika, di mana lanskap ditekankan pada sisi kualitas artistik.
Metode penambangan batubara di Indonesia Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan
umum,
eksplorasi,
studi
kelayakan,
konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009). Menurut Kartosudjono (1994) dalam Hermansyah (1999) proses penambangan merupakan salah satu mata rantai dari kegiatan penambangan yang berfungsi untuk menyediakan bahan baku. Agar penyediaan bahan baku tersebut dapat terjamin maka kegiatan penambangan harus ditangani secara baik dan sistematik. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka dengan metode konvensional yang merupakan kombinasi
8
penggunaan excavator/shovel dan truk. Urutan kegiatannya meliputi : (1) pembukaan lahan, (2) pengupasan dan penimbunan tanah tertutup, (3) pengambilan dan pengangkatan batubara serta pengecilan ukuran tanpa proses pencucian batubara. Sistem penambangan ini belum memungkinkan untuk dilaksanakan pengisian lubang bekas tambang (back filling) sehingga tanah pucuk yang terkumpul segera disebarkan pada lahan yang sudah siap direklamasi (brech final). Apabila brech final belum tersedia, maka tanah pucuk tersebut harus dikumpulkan keluar batas daerah penimbunan atau diamankan ke tempat kumpulan tanah pucuk (stock top soil). Kemudian lapisan tanah penutup ditimbun diluar areal tambang dengan sistem terasiring dan recountoring. Pada kaki daerah penimbunan (waste dump/disposal) dibuat kolam pengendapan (settling pond) untuk menangkap air
larian permukaan dan mengendapkan lumpur yang
terangkut (Setyawan, 2004) Metode penambangan yang dilakukan oleh PT Arutmin Indonesia adalah metode tambang terbuka (surface mining). Diantara metode tambang terbuka yang ada dengan mempertimbangkan kondisi endapan batubara yang akan ditambang pada beberap lokasi tambang (pit), maka lebih spesifik dipilih metode open pit mining
dimana
digunakan
sistem
in
pit
dump
dalam
memindahkan
overburdennya. Urutan kegiatannya meliputi pembersihan lahan, pemindahan lapisan bawah tanah, penambangan batubara, pengangkutan batubara, proses penghancuran batubara, dan reklamasi.
Lanskap area pasca penambangan Kegiatan penambangan terbuka (open minning) dapat mengakibatkan gangguan seperti : 1. Menimbulkan lubang besar pada tanah 2. Penurunan muka tanah atau bentuk cadangan pada sisa bahan galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian. 3. Penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau yang
ditelantarkan.
Penambangan
mengakibatkan permasalahan.
yang
dibiarkan
terlantar
akan
9
4. Bahan galian tambang apabila ditumpuk atau disimpan dapat mengakibatkan bahaya longsor, dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir. 5. Mengganggu proses penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutam bila terdapat bahan beracun, kurang bahan organik/humus atau unsur hara telah tercuci. Dampak lingkungan akibat kegiatan pertambangan anatara lain berupa : 1. Penurunan produktivitas tanah. 2. Pemadatan tanah. 3. Terjadinya erosi dan sedimentasi. 4. Terjadinya gerakan tanah dan longsoran. 5. Terganggunya flora dan fauna. 6. Terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk. 7. Perubahan iklim mikro. Ciri-ciri tanah yang sudah terganggu adalah horisonisasi tanah yang sudah tidak teratur, lapisan hitam dan lapisan-lapisan lainnya sudah terbalik-balik (Suwardi dan Hidayat, 1998). Peningkatan dan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah dapat dilakukan dengan pemberian bahan amelioran yang lain seperti : kapur pertanian, dolomit, gypsum, bahan tras (tufa), bitumen, kompos, gambut, pupuk kandang, abu (kayu, batubara), terak baja atau ampas tebu, melapisi permukaan areal timbunan sisa galian tambang dengan tanah merah/ulyisol yang ada di sekitar (Tala’ohu et al., 1995). Kegiatan pasca tambang, yang selanjutnya disebut pasca tambang, adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan (UU RI No 4 Tahun 2009).
Kegiatan Reklamasi pascapenambangan Reklamasi adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang telah rusak (kritis) sebagai akibat dari kegiatan
10
usaha pertambangan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu 1. pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya; 2. mempersiapkan
lahan
bekas
tambang
yang
sudah
diperbaiki
ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Melalui upaya reklamasi lahan dengan menggunakan teknologi dan pemberdayaan masyarakat, maka diharapkan dapat menambah luas areal tanam yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi tanaman (Pedoman Teknis Reklamasi Lahan, 2006). Pelaksanaan lanskap Pelaksanaan (construction) merupakan tahap yang dilakukan setelah proses perencanaan dan perancangan selesai. Tahap pelaksanaan pekerjaan lanskap meliputi pekerjaan penyerahan kontrak, pengawasan, sanksi pelanggaran, dan batas-batas pelaksanaan (Simonds, 1983). Di dalam proses pelaksanaan lanskap, hal yang sangat penting untuk dilakukan yaitu pengawasan dan evaluasi secara kontinyu dan fleksibel serta peka terhadap penyempurnaan sejauh waktu dan dana memungkinkan.
Pelaksanaan Administrasi Dalam upaya meningkatkan efisiensi pengadaan sumber daya, umumnya ditempuh dengan cara mendelegasikan pekerjaan fisik kepada pihak ketiga yaitu kontraktor. Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003, pelaksanaan administrasi merupakan seluruh proses pengadaan barang dan jasa untuk suatu proyek. Kegiatan ini meliputi keseluruhan proses pelelangan, pembuatan surat-surat, berita acara dan dokumen serta perjanjian kerja atau kontrak. Pengadaan barang dan jasa ini dapat dilakuakn dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung atau pengadaan langsung.
11
Pelaksanaan fisik Pelaksanaan fisik meliputi pekerjaan penyelesaian
dan pengawasan.
Rachman (1984) dalam Kaleb (2001) menyatakan bahwa pelaksanaan fisik antara lain terdiri dari pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, pelaksanaan hard material dan soft material serta pemeliharaan. Setiap pekerjaan perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan baik dan teratur agar hasil pekerjaan memenuhi syarat. Pengawasan merupakan bentuk pemeriksaan terhadap penerapan pelaksanaan yang sedang beraku agar terhindar dari penyimpanganpenyimpangan. Pelaksanaan pengawasan dapat diatur oleh pemilik, desainer, kontraktor ataupun konsultan pelaksana. Menurut Prijono (1992) pengawasan terdiri dari empat tahap, yaitu : (1) Penentuan norma dan standar untuk mengukur hasil pekerjaan atas dasar kualitas dan waktu, (2) Pemeriksaan untuk melihat sampai berapa jauh hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, (3) Perbandingan untuk melakukan koreksi terhadap suatu pekerjaan sesuai dengan rencana, (4) Tindakan korektif untuk meluruskan adanya penyimpangan-penyimpangan pekerjaan. Hasil pengawasan nantinya akan dilaporkan kepada owner atau pemilik secara berkala, laporan dapat dibuat dalam bentuk mingguan dan bulanan.
Proyek Menurut Soeharto (1995) Kegiatan Proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Definisi ini terkait langsung dengan posisi kontraktor sebagai rekanan utama dalam melakukan operasional eksplorasi tambang. Dimana dalam proses pemilihan kontraktor terdiri dari serangkaian kegiatan yang umum dilakukan yaitu mulai dari identifikasi kebutuhan, prakualifikasi, menyiapkan paket lelang, lelang, evaluasi proposal, negosiasi, dan akhirnya tanda tangan kontrak. Sebuah kegiatan pasti mempunyai sasaran yang dituju, menurut Soeharto (1995) parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek antara lain adalah : (1) Anggaran; (2) Jadwal; dan (3)
12
Mutu. Dilihat dari kompleksitas proyek maka hal tersebut akan mempengaruhi seberapa penting sasaran yang akan dicapai. Salah satu faktor yang mempengaruhi kompleksitas proyek adalah jumlah dan jenis macam kegiatan dalam suatu proyek dan bukan tergantung dari besar kecilnya ukuran proyek. Proyek pertambangan merupakan suatu referensi sebuah proyek besar yang memiliki kompleksitas yang tinggi. Salah satu jenis kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan reklamasi yang menjadi fokus dalam kegiatan magang.
BAB III METODOLOGI
Lokasi Magang Kegiatan magang dilaksanakan di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin tepatnya pada departemen SHE (Safety, Health and Environment) yang menangani aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang salah satunya yaitu reklamasi lanskap pasca tambang.
PT Arutmin Indonesia Tambang
Batulicin adalah sebuah perusahaan pertambangan bertaraf internasional yang memperoleh izin dari pemerintah Republik Indonesia melalui Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) No. J2/JI.DU/45/1981 pada tanggal 2 November 1981. Lokasi proyek reklamasi yaitu Site Mangkalapi, Tambang Batulicin, PT Arutmin Indonesia secara administratif terletak di Kecamatan Batu Licin dan sebagian lagi di Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Posisi geografis tapak adalah pada 343979,63 E -348899,620 E dan 9623845,26 N - 9625815,260 N dengan luas keseluruhan adalah 563,649 Ha.
Gambar 1. Peta Administratif Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan
14
Gambar 2. Peta Lokasi Tambang Batulicin PT Arutmin Indonesia (Sumber: Dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia, 2003)
Lokasi tapak pelaksanaan dan pemeliharaan reklamasi berada di Site Mangkalapi
Gambar 3. Peta Lokasi Pelaksanaan dan Pemeliharaan Reklamasi Tambang Batulicin PT Arutmin Indonesia (Sumber: Dokumen AMDAL PT Arutmin Indonesia, 2003)
15
Waktu Magang Kegiatan magang berlangsung selama 14 minggu, yaitu mulai minggu kedua bulan Maret 2009 hingga minggu keempat bulan Juni 2009. Selama magang, kegiatan pelaksanaan reklamasi dilakukan di Site Mangkalapi Blok 1821 Pit 2. Pelaksanaan kegiatan baru masuk tahap spreading topsoil pada saat magang dimulai. Jadwal kegiatan magang secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis dan waktu kegiatan selama magang No
Jenis Kegiatan
1
Orientasi kantor dan kondisi lapang (tapak sudah dilakukan spreading topsoil) Mengikuti dan membantu kegiatan rutin departemen SHE Observasi organisasi dan manajemen 3.1 Observasi lembaga kerja dan struktur organisasi 3.2 Observasi kondisi lapang Pelaksanaan pekerjaan lanskap 4.1 pelaksanaan administrasi 4.2 Pelaksanaan fisik Observasi Kegiatan Kontraktor 5.1 Observasi Kegiatan Pemeliharaan 5.2 Observasi kegiatan Nursery Analisis dan evaluasi pekerjaan
Maret III
2
3
4
5
6
IV
April I
II
III
Mei IV
I
II
III
Juni IV
I
II
III
IV
16
Metode Selama kegiatan magang, metode kerja yang digunakan adalah mempelajari dan berpartisipasi aktif dalam lingkup kegiatan studio dan lapang yang berlangsung di divisi Lingkungan Departemen SHE pihak owner (Pemilik Proyek). Untuk itu dilakukan juga pengamatan baik di lapang maupun di kantor melalui wawancara, dan studi pustaka. Selanjutnya, hasil Kegiatan magang tersebut dianalisis secara deskriptif. Selama magang, mahasiswa mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut. A. Kegiatan Studio 1. Mempelajari konsep Tata Hijau Area Reklamasi. 2. Ikut membantu Menyusun Dokumen RPT (Rencana Penutupan Tambang) yang harus dilaporkan ke Pemerintah dengan membuat desain site plan reklamasi akhir tambang berupa display 3 Lokasi Tambang, yaitu Tambang Mangkalapi, Ata, dan Mereh. 3. Mendesain Media publikasi untuk berbagai kegiatan perusahaan baik dari departemen SHE maupun Luar departemen SHE, seperti poster, pamflet, kaos, dan sticker. 4. Mendesain site plan Rest Area KM 25 Jalan tambang Batulicin. 5. Menggambar ulang Desain Kolam waste water Kantor Gua Sugung. 6. Menggambar ulang Desain Desa Batuharang sebagai area relokasi warga yang terkena dampak langsung kegiatan penambangan dari Departemen CD (Community Development). 7. Mendesain Media publikasi Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2009.
B. Kegiatan lapang 1. Ikut serta dalam kegiatan pengawasan terkait kesehatan dan keselamatan kerja. 2. Ikut serta dalam kegiatan pengawasan terhadap pekerjaan reklamasi yang dilakukan oleh pihak kontraktor. 3. Ikut serta dalam kegiatan pengawasan Kualitas air pada sediment pond.
17
4. Ikut serta Studi Banding ke PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin dalam Penyusunan RPT (Rencana Penutupan Tambang). 5. Ikut serta kegiatan Departemen OSHE (Occupational Safety, Health, & Environment) Divisi Lingkungan/Enviro pihak Kontraktor Yaitu PT Cipta Kridatama. 6. Ikut serta dalam kegiatan “Menanam Pohon” dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia 5 Juni 2009. 7. Ikut serta dalam kegiatan Mining Tour dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia 5 Juni 2009.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Untuk memenuhi tujuan dari kegiatan magang maka data dikumpulkan dan diurutkan sesuai dengan tujuan magang. Dalam pengumpulan data untuk Tujuan ke-2 dan ke-3 data yang dikumpulkan meliputi 1. publikasi ilmiah tentang penggunaan tanaman kehutanan jenis lambat tumbuh, cepat tumbuh, dan jenis serbaguna dalam reklamasi tambang; 2. data Biofisik yang mencerminkan kondisi lokasi bekas tambang, antara lain : Aspek Topografi, Aspek Tanah dan Geologi, Aspek Hidrologi, Aspek Iklim dan Curah Hujan, dan Aspek kebijakan Tata ruang dan Pengembangan wilayah; 3. data hasil Survey lapang pada lokasi area reklamasi yang menjadi fokus magang; 4. data hasil Survey lapang dan wawancara terhadap kontraktor terkait kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan proyek reklamasi yang dilakukan oleh pihak kontraktor. Sedangkan dalam pengumpulan data untuk Tujuan ke-1 dan ke-4 maka data yang dikumpulkan meliputi 1. data sekunder dari dokumen perusahaan terkait proses pelaksanaan reklamasi; 2. kebijakan perusahaan tentang perencanaan reklamasi lahan bekas tambang;
18
3. peraturan
pemerintah
dari
berbagai
sektor
(Departemen
Kehutanan, ESDM, KLH, PEMDA) berkaitan dengan kebijakan reklamasi lahan bekas tambang; 4. data hasil wawancara terhadap Owner (PT Arutmin Indonesia) terkait kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan proyek reklamasi yang dilakukan.
Batasan Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan sebagian besar di pihak pemilik proyek dalam hal ini PT Arutmin Indonesia sebagai penyandang dana dan hanya sedikit orientasi di pihak Kontraktor (PT Cipta Kridatama). Dalam melaksanakan kegiatan magang pelaksanaan dan pemeliharaan reklamasi terdapat beberapa batasan yang dibahas dalam skripsi ini, antara lain adalah sebagai berikut. 1. Batasan Pengertian reklamasi Definisi reklamasi yang digunakan secara umum mengacu kepada Peraturan Menteri ESDM No 18 Tahun 2008 yang juga digunakan oleh PT Arutmin Indonesia dengan beberapa batasan tertentu. Menurut Permen tersebut, Reklamasi adalah Kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Pada konteks tersebut, magang hanya membahas kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan proyek reklamasi sampai batasan bagaimana revegetasi sebagai tahap reklamasi dapat berhasil dan tanaman tumbuh dengan baik, melalui kegiatan penanaman kembali dan pemeliharaan area reklamasi pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan.
2. Batasan Pengertian Proyek Menurut Soeharto (1995) Kegiatan Proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Definisi ini terkait langsung dengan posisi kontraktor sebagai rekanan utama dalam melakukan operasional eksploitasi
19
tambang, di mana dalam proses pemilihan kontraktor terdiri dari serangkaian kegiatan yang umum dilakukan yaitu mulai dari identifikasi kebutuhan, prakualifikasi, menyiapkan paket lelang, lelang, evaluasi proposal, negosiasi, dan diakhiri dengan penandatanganan kontrak. Batasan yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan reklamasi mengacu kepada bahwa kegiatan tersebut merupakan unit kegiatan proyek tambang yang menjadi kewajiban kontraktor untuk memenuhinya sebagaimana tertuang dalam dokumen kontrak tambang. Secara umum batasan proyek yang digunakan dalam bahasan skripsi ini adalah proyek yang menurut Soeharto (1995) sebagai jenis proyek Engineering-Konstruksi, dimana komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. 3. Batasan Kebijakan Titik berat atau fokus kegiatan magang ini adalah pada sistem kebijakan Pemerintah, serta kebijakan internal perusahaan pertambangan dalam hal ini PT Arutmin Indonesia dalam melakukan proyek reklamasi area pascatambang dari tahap pelaksanaan administrasi sampai dengan pemeliharaan area yang sudah dilakukan reklamasi. Kebijakan internal perusahaan merupakan skenario penutupan tambang yang terbaik, baik yang tertuang dalam dokumen penutupan tambang dan dibahas bersama dengan semua stakeholder maupun inisiatif perusahaan, misalnya dengan melakukan tahapan proyek sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan.
Kerangka Pemikiran Aktivitas
tambang
selain
menimbulkan
dampak
positif
juga
mengakibatkan berubahnya karakter lanskap yang berpotensi terjadinya degradasi lahan. Hal tersebut membuat konsekuensi baru dalam hal tanggung jawab dalam mengelola lingkungan sesuai dengan dokumen AMDAL yang salah satunya adalah pelaksanaan reklamasi. Kegiatan revegetasi lahan bekas tambang di dalam kawasan hutan pada umumnya diarahkan untuk menanam jenis-jenis tanaman kayu cepat tumbuh (fast growing species) dengan tujuan untuk mempercepat pembentukan land cover
20
terhadap lahan yang berdampak pada perbaikan kualitas tanah. Menurut Rahmawaty (2002) dalam melakukan pemulihan lahan bekas tambang terdapat beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh jenis tumbuhan terpilih yaitu 1. mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi; 2. merupakan jenis yang cepat tumbuh; 3. teknik silvikultur diketahui; 4. ketersediaan bahan tanaman; 5. dapat bersimbiosis dengan mikroba. Hal ini mendorong perusahaan untuk menjaga bahwa kegiatan reklamasi seiring dengan bukaan lahan dalam artian reklamasi yang dilakukan selama kegiatan ekploitasi berlangsung, dilakukan dengan kecepatan yang sama dengan pembukaan lahan dan dapat dipastikan tidak ada kepentingan finansial dan politis dalam rangka pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Proses pembelajaran (magang) dilakukan di bawah bimbingan departemen SHE (Safety Health and Environment) khususnya Divisi lingkungan. Kegiatan magang mencakup 3 aspek yaitu 1. aspek Kelembagaan dan SDM meliputi pengenalan lembaga kerja dan sistem kerja; 2. aspek Pelaksanaan reklamasi sebagai unit kegiatan proyek tambang yang meliputi kegiatan pelaksanaan fisik dan mempelajari proses administrasi; 3. aspek Pemeliharaan meliputi pemeliharaan rutin dan pembibitan. Ketiga aspek tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengidentifikasi masalah pada tempat magang, dan membandingkan dengan kriteria ideal untuk memberikan solusi dari sudut pandang arsitektur lanskap serta potensi yang dapat dipertahankan selama di lapangan.
21
Kegiatan Eksploitasi Batubara PT Arutmin Indonesia
Kontraktor dan Sub Kontraktor
Dampak Positif (Pendapatan Ekonomi)
Dampak Negatif (Degradasi Lahan)
Kegiatan Reklamasi
Pelaksanaan Unit Kegiatan Proyek (Administrasi dan fisik)
Pemeliharaan 1. Pemeliharaan Rutin 2. Pembibitan
Kelembagaan dan SDM
Hipotesa Reklamasi yang berhasil
1. Kegiatan Eksploitasi kecepatan yang sama dengan Kegiatan Reklamasi 2. Tanaman Tumbuh dengan baik
Potensi
Kendala di lapangan
Analisis Deskriptif
Rekomendasi
Gambar 4. Kerangka pikir
BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG
4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pengembangan sumber daya batubara merupakan salah satu program Pemerintah Indonesia dalam rangka mengundang para investor sumber daya alam khususnya batubara ke Indonesia pada awal era tahun 1980-an dalam rangka meningkatkan pendapatan negara. PT Arutmin Indonesia (Arco Utah Mineral Indonesia) merupakan salah satu kontraktor Perusahaan Negara Tambang Batubara (PNTB) pada saat itu yang mendapatkan kepercayaan dalam rangka pengembangan sumber daya batubara. PT AI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Bumi Resources tbk yang memiliki kantor pusat di Jakarta. Sedangkan untuk menjalankan produksi, PT AI memiliki kantor cabang pada setiap tambang, yaitu Tambang Senakin, Satui, Mulia, Asam-asam dan Batulicin yang dipimpin oleh seorang Mine manager (Kepala Teknik Tambang). Sebagai generasi pertama kontraktor pertambangan batubara melalui kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) No:JD/JI.DU/45/81 tanggal 2 Nopember 1981, PT Arutmin Indonesia diizinkan mengadakan pengembangan sumber daya batubara di lokasi Blok 6 Batulicin selama 30 tahun. Di bawah manajemen PT AI Jakarta, setiap kantor cabang memiliki otonomi dalam menjalankan manajemen produksi sehari-hari.
4.1.2
Perkembangan usaha Salah satu lokasi penambangan di wilayah Blok 6 adalah Tambang
Batulicin yang memiliki beberapa daerah usaha atau daerah yang memiliki potensi batubara antara lain site Mangkalapi (PKP2B-DU310/Kalsel), site Ata (PKP2BDU306/Kalsel), site Mereh (PKP2B-DU309/Kalsel), site Serongga (PKP2BDU317/Kalsel), serta site Saring. Tambang Batulicin ini telah mulai dieksploitasi sejak tahun 2004 dan beberapa sudah mulai tidak produktif lagi sehingga dipersiapkan untuk rencana penutupan tambangnya. Banyaknya penambang tanpa ijin yang beroperasi di daerah Batulicin merupakan salah satu alasan pemerintah
23
untuk memberikan ijin kepada PT Arutmin Indonesia untuk menjalankan usahanya di daerah Batulicin demi menyelamatkan cadangan batubara dan kerusakan lingkungan dari para penambang ilegal tersebut. Karena relatif berdekatan jaraknya antara satu dengan yang lainnya maka pengembangan sumber daya batubara pada tiga lokasi penambangan yaitu Tambang Ata, Tambang Mangkalapi dan Tambang Mereh fasilitas/prasarana dan sarana pendukung yang sama.
menggunakan
Selain menggunakan
fasilitas secara bersama-sama, ketiga lokasi penambangan milik PT Arutmin Indonesia tersebut dikelola oleh satu manajemen yang sama yaitu manajemen Tambang Batulicin. Secara umum data perusahaan PT AI Tambang Batulicin adalah sebagai berikut :
Nama Perusahaan
: PT Arutmin Indonesia
Alamat Perusahaan
: Jl. Raya Serongga Km 3.5 Batulicin Kab. Tanah Bumbu
Kantor dan Mess
: Jl. Kodeco Km 48 Desa Mantewe Batulicin Kab. Tanah Bumbu
Penanggung Jawab
: Joko Wintolo
Permintaan pasar batubara mendikte urutan penambangan sehingga pengembangan batubara pada ketiga lokasi yaitu lokasi Tambang Ata, Mangkalapi dan Mereh tidak dilakukan secara simultan atau bersamaan, namun disesuaikan dengan permintaan pasar sehingga akhir operasional penambangan batubara pada setiap lokasi tersebut tidak bersamaan dan Tambang Mangkalapi adalah tambang pertama yang akan berakhir masa operasional penambangannya diperkirakan pada bulan Desember Tahun 2010.
4.1.3 Struktur organisasi, Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Secara umum Struktur organisasi PT AI Tambang Batulicin dipimpin oleh seorang KTT (Kepala Teknik Tambang) atau Mine manager. Sedangkan,
24
departemen yang bertanggung jawab langsung dalam program reklamasi adalah departemen SHE (Safety Health and Environment).
Mine Manager Batulicin/ Kepala Teknik Tambang (Joko Wintolo) Superintendent Safety Health & Environment (Muhammad Yusuf) Supervisor SHE (Vacant)
Officer Safety (Yudi Artha)
Officer Safety (Andhi)
Environmental Engineer (Erni Setyawati)
Clerk SHE (Fitriani)
Environmental Assistant (Zainal Abidin)
Gambar 5. Struktur Organisasi Departemen SHE PT Arutmin Indonesia
SHE Superintendent Kedudukan SHE Superintendent bertanggung jawab langsung kepada Kepala Teknik Tambang. Dalam menjalankan perannya SHE Supt bertugas dalam menyusun rencana pengelolaan lingkungan dan program pemantauan, pengelolaan perijinan lingkungan, pengelolaan air dan limbah, menyiapkan rencana penutupan tambang, dan memperbaharui rantai reklamasi dan pengembangan diri dalam melaksanakan tugasnya. SHE Supt menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Aktif melakukan pengelolaan terhadap isu-isu yang dapat berpengaruh kepada performance dan reputasi perusahaan b. Mengevaluasi program pemantauan lingkungan yang dilakukan oleh konsultan, baik itu bulanan, triwulan dan tahunan
25
c. Mengembangkan rencana dalam mengoptimalkan jumlah rehabilitasi lahan sebagai bagian dari proses penambangan dengan biaya minimal dengan mengembangkan strategi penghematan biaya dan penonaktifan pertambangan, dan untuk menjamin bahwa integrasi perencanaan lingkungan pertambangan merupakan bagian dari pemeliharaan site pertambangan. d. Melakukan rapat rutin mingguan, dan pengecekan tambang sesuai isue lingkungan yang ada di lingkungan kontraktor e. Mengontrol ijin untuk semua kegiatan lingkungan f. Mengadakan audit internal dan external g. Membantu dan meyakinkan pelaksanaan PT CK berjalan dengan baik dalam lingkungan : pembebasan, kualitas air, pengelolaan limbah, reklamasi, dan revegetasi h. Berkerjasama melakukan inspeksi dengan PT CK dalam hal : oil trap, silt trap, settling ponds dan pengelolaan limbah. i. Site performance report to PT AI JAKARTA dengan pihak ketiga (UNLAM) untuk melakukan kontrol bulanan serta menyusun pembayaran kepada pemerintah atas penggunaan air. j. Pengelolaan lingkungan dan laporan monitoring ke Departemen Pertambangan dan Energi, Bapedal, gubernur dan Bupati. k. Laporan penggunaan air yang berbahaya ke Departemen Pertambangan dan Energi dan Bapedal l. Melakukan tindak lanjut terhadap temuan inspeksi m. Mendampingi
pihak
inspekstor
tambang
dari
Departemen
Pertambangan dan Energi dan Dinas PE Kalsel, Kehutanan, Bapedal/Bapedalda. n. Mengawasi dan mengatur semua anggota SHE dan aktivitasnya untuk menjaga
ketersediaan
biaya
yang
efektif
dan
aman
untuk
sumberdayanya tersebut SHE Supervisor Kedudukan SHE Supervisor bertanggung jawab langsung kepada SHE Supt. Tugasnya adalah bertanggung jawab penuh atas keselamatan diri,
26
pengelolaan dan monitoring lingkungan serta perijinan. Dalam menjalankan tugas tersebut SHE Supv menjalankan fungsi : a. Mengelola dan mengembangkan program kesehatan dan keselamatan agar kegiatan dapat berjalan sesuai prosedur b. Mengelola dan mengontrol program medical untuk meyakinkan bahwa semua karyawan dalam kondisi fit saat bekerja c. Mengelola dan mengembangkan program manajemen lingkungan pada sarea tambang dan kontraktor agar sejalan dengan AMDAL, untuk mengelola sumberdaya alam, dan mengontrol sumber polusi d. Melakukan pengawasan program lingkungan untuk memastikan bahwa perlindungan lingkungan bekerja efektif dan sesuai dengan peraturan dan standar yang ada e. Mengelola dan mengkoordinasikan semua persyaratan untuk memenuhi perijinan yang berhubungan dengan keselamatan dan lingkungan
Enviro Engineer Kedudukan Enviro Engineer bertanggung jawab langsung kepada SHE Supervisor yang bertugas dalam membantu dalam menyiapkan dokumen dan kebutuhan terkait aspek pengelolaan dan pemantauan lingkungan, Enviro Engineer menyelenggarakan fungsi : a. Mengembangkan dan mereview JSA (Job Safety Analysis)/SOP (Standard Operation Procedure) pelaksanaan program lingkungan dan meyakinkan pelaksanaan program sesuai dengan standar. b. Menyiapkan persyaratan untuk persetujuan izin pinjam pakai hutan, UKL-UPL dari Rona awal bekas PETI (Penambang Tanpa Ijin). c. Melakukan Inspeksi terhadap pekerjaan yang berdampak terhadap lingkungan. d. Mengawasi
dan
mengontrol
kegiatan
pengelolaan
lingkungan
(pembersihan lahan dan penyimpanan topsoil, regrading dan spreading topsoil, revegetasi dan aktivitas nursery, perlakuan terhadap air tambang di settling pond, penyiraman jalan tambang dan hauling, penanganan terhadap B3).
27
e. Melakukan monitoring lingkungan baik bulanan ataupun triwulan. f. Melaporkan hasil pengelolaan dan monitoring lingkungan. g. Mengatur Pertemuan SCG (Site Control Group) dengan pihak kontraktor. h. Melakukan audit sistem pengelolaan lingkungan i. Melakukan pengembangan diri dengan mengikuti training j. Memelihara komunikasi yang baik dengan team dan orang lain
Enviro Assistant Bertanggungjawab penuh terhadap keselamatan diri, dan membantu Enviro Engineer dalam rangka pengelolaan lingkungan serta melaksanakan beberapa fungsi sebagai berikut: a. Bertanggung jawab dalam memonitor keadaan lingkungan berdasarkan dokumen amdal b. Menyelenggarakan aktivitas dan studi lingkungan jika dibutuhkan c. Bertanggung jawab dalam hal pelaporan terkait masalah aktivitas lingkungan di daerah tambang (rehabilitasi lahan, settling pond, penanganan limbah) d. Bertanggung
jawab
proyek
dan
program
lingkungan
(kampanye/publikasi lingkungan).
4.1.4
Kebijakan reklamasi Sejalan dengan visi perusahaan yaitu : Preserve the environment
surrounding our operations in a sustainable manner (Melakukan preservasi lingkungan sekitar wilayah operasi dengan cara yang menuju keberlanjutan). Maka dalam mewujudkan sebuah pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan serta mengacu pada aspek legal yang ada PT AI melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan salah satunya adalah pelaksanaan program reklamasi. Program
ini
dilakukan
di
mana
reklamasi
dan
revegetasi
diimplementasikan sejalan dengan perkembangan kemajuan tambang dimulai sejak awal operasional penambangan dimulai. Penimbunan material penutup baik di dalam maupun di luar lubang bekas penambangan diikuti dengan penataan
28
dengan kemiringan lereng maksimal 25% dilengkapi dengan drainage construction sehingga mampu menjaga kestabilan lereng dan mencegah erosi. Penyebaran tanah pucuk dilakukan segera setelah penataan diikuti oleh penanaman tanaman penutup tanah dan tanaman pioneer jenis Fast growing yaitu akasia dan sengon, serta beberapa tanaman buah-buahan. Kegiatan revegetasi yang telah dilakukan selama ini menghasilkan pohon tanaman pioneer dengan tanaman tertua berumur 5 tahun dan termuda berumur 3 bulan. Kondisi vegetasi yang demikian beragam dan melimpahnya menjadi daya tarik tersendiri bagi fauna lokal yang sempat terusik untuk kembali dan mendiami habitat tersebut. Dampak positif turunan sebagai akibat keberhasilan revegetasi adalah kualitas air. Kualitas air selama operasional menunjukkan nilai dibawah batas maksimal yang diperbolehkan oleh pemerintah. Selama pasca penambangan kualitas air tersebut mengalami perubahan menjadi lebih baik yaitu mendekati kualitas sebelum penambangan bahkan ada yang lebih baik daripada kualitas sebelum operasional penambangan.
(a) Area reklamasi Pit 3 MKP umur 3 Tahun
(b) Bagian bawah kanopi Tanaman Akasia
Gambar 6. Area hasil reklamasi
4.2 Aspek Legal dan Kelembagaan 4.2.1
Aspek legal Peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dan mendasari kegiatan
reklamasi adalah : a. UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
29
b. PP No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara d. SK Dirjend. Pertambangan Umum No.336.K/008/DDP/1996 tentang penetapan Jaminan Reklamasi e. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang
4.2.2
Aspek kelembagaan A. Kontrak kerja Tambang Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Kontrak kerja
yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi merupakan kontrak kerja tambang. Selain untuk melaksanakan proyek eksploitasi seperti disebutkan dalam dokumen kotrak kontraktor juga wajib melaksanakan reklamasi dengan ketentuan harga lump sum dengan harga tetap sebesar 15.000 USD/ha. Dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi PT Arutmin Indonesia hanya menunjuk kontraktor tambang (PT Cipta Kridatama) yang sudah menang tender bila tiba saatnya kegiatan reklamasi akan dilakukan. Dan Kontraktor bisa langsung bekerja tanpa perlu menyiapkan pasal-pasal kontrak baru. Kontraktor akan melaksanakan kewajibannya melakukan reklamasi dan bertanggung jawab melakukan pemeliharaan selama 6 bulan setelah dilakukan penanaman. Data tentang kontraktor yang menjadi rekanan PT AI dan Judul dokumen kontrak yang telah disepakati adalah sebagai berikut :
Nama perusahaan / kontraktor
: PT Cipta Kridatama
No Izin
: IUJPU No. 855.K/45.07/DPM.2005 (Dirjen Mineral, Batubara & Panas Bumi)
Data Kontrak
: FORMAL
INSTRUMENT
AGREEMENT,
CONTRACT
OF NO:
BTL/04/C02R Ata dan Mangkalapi Mining Project (1 Desember 2004)
30
Dalam dokumen kontrak dicantumkan beberapa hal seperti nomor dokumen kontrak, tanggal dikeluarkannya dokumen, identitas pemberi dan penerima tugas (PT AI dan PT CK). Contoh dokumen kontrak dapat dilihat pada Lampiran 5. Berikut adalah komponen dokumen kontrak tambang yang menjadi dasar pelaksanaan reklamasi : 1. Pernyataan dari pihak pertama dan pihak kedua (Recital) 2. Ruang lingkup pekerjaan a. PT CK akan melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah tambang Ata dan Mangkalapi dengan fokus mengambil batubara selama periode kontrak. b. Batubara akan didistribusikan menuju pelabuhan batubara di Batulicin c. Transportasi dilakukan melalui jalan eksisting yaitu jalan tambang Kodeco, pekerjaan ini mencakup pemeliharaan jalan dan pembuatan akses jalan yang baru. d. PT AI mempunyai tanggung jawab penuh dalam menangani PETI yang dapat mengganggu aktivitas Kontraktor. e. PT AI dan PT CK akan bekerjasama dalam mengkoordinasikan penanganan PETI serta hubungan baik dengan pemerintah regional wilayah tambang. f. PT AI mempunyai tanggung jawab penuh dalam mengelola pemilik lahan dan isu lain terkait masyarakat lokal. 3. Periode kontrak Kontrak berlaku selama 12 bulan, selanjutnya akan ada renegosiasi untuk kelanjutan pekerjaan maksimal 6 minggu setelah jatuh tempo. 4. Hak dan kewajiban 5. Lampiran (Daftar rencana pekerjaan dan batasan pekerjaan) Dalam rencana pekerjaan ada tiga bagian yang dijelaskan yaitu daftar rencana produksi, daftar harga unit kegiatan kontrak, dan daftar harga penyewaan alat berat. Pihak PT AI akan melakukan monthly
31
progress claim terhadap kegiatan kontraktor dengan claim validaty selama 60 hari sejak kegiatan pekerjaan kontraktor dilakukan. Sesuai dengan batasan skripsi maka yang akan dibahas adalah substansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan reklamasi, yaitu bahwa kontrak ini adalah bentuk kontrak dengan harga tetap (Lump Sum). Untuk pelaksanaan reklamasi harga kontrak yang disebutkan adalah 15.000 USD/ha. Penjelasan lebih lanjut untuk setiap pekerjaan dituangkan dalam batasan pekerjaan, batasan pekerjaan untuk pelaksanaan reklamasi antara lain : a. Revegetasi baru akan dilaksanakan pada area penimbunan (dumping area) yang telah disetujui antara kedua belah pihak (Owner dan Kontraktor) secara tertulis. b. Proses Regrade dilakukan sampai area penimbunan (dumping area) memiliki kemiringan sekitar 25% dan dilakukan menggunakan unit dozers. c. Proses spreading topsoil dilakukan dengan ketebalan maksimum 75 cm, atau berdasarkan pertimbangan perwakilan PT AI. d. Membuat bangunan drainase sepanjang kontur dan menambahkan rip rap jika dibutuhkan. e. Melakukan penebaran alang-alang di atas topsoil. f. Menanam akasia setinggi 30 cm dengan jarak tanam 3x4 m. g. Melakukan
pemupukan
menggunakan
NPK,
setelah
1
bulan
penanaman dan selanjutnya setiap 2 bulan selama 6 bulan sejak penanaman. h. Menanam cover crop pada lereng. i. Pemeliharaan dilakukan selama 6 bulan sejak hari pertama penanaman.
B. SOP (Standard Operational Procedure) Dalam melakukan kegiatan teknis khususnya bidang lingkungan PT AI mengacu kepada Prosedur Kerja Standar disebut SOP, PT AI memiliki kepedulian dan
komitmen
yang
tinggi
dalam
upaya
meningkatkan
kinerja
yang
32
berkesinambungan dalam bidang lingkungan baik dari Kebijakan standar mutu, Kebijakan keselamatan dan keseharan kerja, serta kebijakan lingkungan. Beberapa SOP yang terkait pelaksanaan reklamasi adalah sebagai berikut : a. SOP (Kebijakan dan Prosedur) PT AI tentang Rehabilitasi lahan b. SOP (Kebijakan dan Prosedur) PT AI tentang Pembibitan tanaman c. SOP (Kebijakan dan Prosedur) PT AI tentang Penanaman dan perawatan tanaman reklamasi d. SOP (Kebijakan dan Prosedur) PT AI tentang Pemantauan keberhasilan reklamasi
4.3 Kondisi Umum Tapak 4.3.1
Aspek Luas dan Lokasi Tambang Batu Licin secara administratif masuk ke wilayah kecamatan
Tanah Bumbu dan sebagian di kecamatan Kusan Hulu. Untuk Tambang Mangkalapi sendiri terletak di desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi kalimantan Selatan yang terletak pada posisi geografis 343979,63 E - 348899,620 E dan 9623845,26 N - 9625815,260 N dengan luas keseluruhan adalah 563,649 Ha. Lokasi tambang Mangkalapi dapat dicapai melalui jalur darat yaitu melalui jalan propinsi Banjarmasin-BatulicinMangkalapi yang dapat ditempuh selama kurang lebih 9 jam. Sarana transportasi yang digunakan dari dan ke lokasi tambang Mangkalapi oleh masyarakat umum adalah dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan pribadi dan menumpang dengan angkutan perusahaan. Sedangkan sarana transportasi yang digunakan oleh karyawan persahaan untuk menuju ke lokasi tambang adalah dengan menggunakan mobil perusahaan. Area reklamasi yang menjadi fokus magang kegiatan reklamasi adalah Tambang Mangkalapi Pit 2 Blok 18-21. Luas lahan berdasarkan pengajuan permit regrade tanggal 6 Maret 2008 adalah 7,405 ha, namun karena berbagai kendala ternyata yang mampu direalisasikan sampai tahap revegetasi sampai akhir Juni 2009 adalah 5,319 ha.
33
Adapun batas-batas tapak area reklamasi Tambang Mangkalapi adalah : Utara
: Kecamatan Batulicin
Selatan
: Kecamatan Sungai Loban
Timur
: Kecamatan Batulicin
Barat
: Kecamatan Aranio
Letak Area Reklamasi Tambang Mangkalapi dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan kondisi umum dari area Reklamasi Tambang Mangkalapi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 7. Peta Lokasi Pelaksanaan dan pemeliharaan reklamasi Tambang Batulicin PT Arutmin Indonesia (Sumber : Dokumen AMDAL Batulicin PT Arutmin Indonesia, 2003)
34
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 8. Kondisi Umum Area reklamasi Tambang Mangkalapi
35
5 7 6
8
2
4 3 1
Gambar 9. Peta Kondisi Umum Area reklamasi Tambang Mangkalapi (Sumber : Dokumen Rencana Penutupan Tambang PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, 2008)
36
Keterangan Gambar 8: 1. Foto 1 Menunjukkan area pintu masuk Tambang Mangkalapi ditandai dengan banyaknya parkiran unit Dump Truck. 2. Foto 2 Merupakan area kantor kontraktor Tambang Mangkalapi. 3. Foto 3 View dari barat ke arah area reklamasi Pit 2 Mangkalapi. 4. Foto 4 View dari Timur ke arah area reklamasi Pit 2 Mangkalapi. 5. Foto 5 View dari area reklamasi ke arah Pit 1 Mangkalapi. 6. Foto 6, 7, 8 Menunjukkan sirkulasi kearah area reklamasi.
4.3.2
Aspek Topografi Berdasarkan rona awal tambang, topografi wilayah Tambang Batulicin
pada umumnya berombak hingga bergelombang dengan ketinggian maksimum mencapai 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Ketinggian terus berubah hingga mencapai ketinggian 10 meter dpl pada daerah yang semakin dekat dengan jalan propinsi atau yang mengarah ke Selat Laut. Sejalan dengan kemajuan tambang maka perubahan topografi juga sangat terlihat jelas, secara umum topografi area reklamasi didesain sesuai dengan standar operasional yang berlaku untuk pelaksanaan reklamasi yaitu sampai kemiringan lereng secara umum maksimal 25% pada daerah timbunan tanah penutup (dumping area) yang berlereng, sedangkan untuk daerah yang relatif datar akan dibiarkan seperti itu sehingga membentuk topografi akhir tambang ketika tambang akan ditutup.
Gambar 10. Kondisi Topografi areal reklamasi Pit 2 Blok 18-21 Mangkalapi
37
Gambar 11. Peta Topografi Awal Tambang Mangkalapi (Sumber : Dokumen Rencana Penutupan Tambang PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, 2008)
38
Gambar 12. Peta Topografi Akhir Tambang Mangkalapi (Sumber : Dokumen Rencana Penutupan Tambang PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, 2008)
39
4.3.3
Aspek Tanah dan Geologi Berdasarkan dokumen AMDAL PT. Arutmin Indonesia, jenis tanah di
wilayah Tambang Batulicin terdapat 2 macam jenis tanah, yaitu Ultisol dan Inceptisol (Soil Taxonomy) yang mendominasi lokasi magang ini dan penyebarannya dapat dijumpai pada landform teras sungai, dataran lipatan, angkatan sampai ke pegunungan intrusi dengan proporsi minor sampai dominan. A. Karakterisik Fisik Tanah Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang banyak berkaitan erat dan berpengaruh terhadap berbagai sifat fisik tanah lain. Tekstur suatu tanah relatif sulit berubah. Perubahan tekstur suatu tanah dapat terjadi antara lain disebabkan oleh erosi dan deposisi. Tekstur suatu tanah dipengaruhi oleh bahan induk tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya. Ardianto (2008) menunjukkan melalui perbandingan persen pasir, debu, dan liat dapat disimpulkan bahwa kelas tektur tanah pada lahan reklamasi tersebut adalah berliat. Ardianto (2008) juga menunjukkan, dari hasil analisis diketahui bobot isi sekitar 1,46 g/cm3 namun bobot isi tersebut masih tergolong tinggi karena bobot isi tanah pada umumnya hanya berkisar 0.9 g/cm3 sampai 1 g/cm3. Bobot isi tinggi berpengaruh pada kemampuan penetrasi akar tanaman, semakin tinggi bobot isi penetrasi akar ke dalam tanah akan menjadi semakin terganggu. Hal ini disebabkan karena pada saat penyebaran tanah pucuk untuk reklamasi terjadi pemadatan karena penyebaran tanah dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer). Selain itu tanah yang disebar baru berumur sekitar 3 minggu. Menurut Soepardi (1983) lama aktivitas reklamasi berpengaruh nyata terhadap bobot isi tanah. Agregat tanah merupakan penggabungan sejumlah butir-butir primer tanah. Pembentukan agregat tergantung pada terdapatnya butir-butir primer yang dapat beragregasi, pengumpulan dan penjonjotan butir-butir tanah, serta sementasi dari bahan-bahan yang menggumpal menjadi agregat yang stabil. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan agregat adalah tekstur, bahan organik, kationkation pada kompleks jerapan, faktor biotik dan pengolahan tanah. Tekstur tanah yang kasar cenderung membentuk agregat yang tidak stabil, sedangkan pemberian
40
bahan organik akan dapat meningkatkan pembentukan agregat menjadi lebih stabil. Bahan organik berfungsi sebagai sementasi liat, seperti senyawa humat dan fulvat yang dapat meningkatkan stabilitas agregat. Pengolahan tanah yang intensif juga berakibat pada menurunnya agregat tanah. Ardianto
(2008)
menunjukkan
Indeks
stabilitasnya
adalah
32.9,
berdasarkan kelas stabilitas agregat, tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara merupakan kelas tidak stabil. Penggunaan alat berat (buldozer) dalam penyebaran tanah dapat menjadi penyebab rusaknya struktur tanah sehingga agregat tanah tidak stabil. Kemantapan agregat ini berhubungan dengan kemampuan tanah dalam menahan erosi, baik oleh air maupun angin.
Tabel 2. Kelas stabilitas tanah No 1 2 3 4 5 6
Kelas Sangat stabil sekali Sangat stabil Stabil Agak Stabil Kurang Stabil Tidak stabil
Indeks Stabilitas >200 80-200 66-80 50-66 40-50 <40
Sumber : Ardianto, 2008 Karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat berbeda jika dibandingkan dengan karakter fisik tanah pada umumnya. Tanah pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan sangat terganggu sebagai akibat dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot isi yang sangat tinggi dan kemantapan agregat yang sangat rendah. Bobot isi berkaitan dengan pori-pori mikro dan makro dalam tanah yang berperan dalam drainase dan aerasi tanah, serta penetrasi akar terhadap tanah. Bobot isi tinggi menyebabkan buruknya aerasi dan drainase, serta penetrasi akar ke dalam tanah untuk mengambil unsur hara menjadi terhambat. Sedangkan kemantapan agregat berkaitan dengan kemampuan erodibilitas tanah. Jika agregat tanah tidak stabil maka akan mudah mengalami erosi.
41
(a) Penampang melintang topsoil
(b) Topsoil yang sudah diolah
Gambar 13. Kondisi Fisik Tanah B. Karakteristik Kimia Tanah Ardianto (2008) pH tanah reklamasi
berkisar
4, 21. Lebih lanjut
dijelaskan kondisi pH rendah ini bisa disebabkan pemberian pupuk anorganik pada tanah yang cenderung meningkatkan suasana masam dalam tanah. Hal ini terutama disebabkan oleh pembawa nitrogen, terutama yang menyuplai amonia atau yang menghasilkan amonia bila ditambahkan ke dalam tanah. Disamping senyawa amonium, bahan seperti urea dan beberapa bahan organik yang bila dihidrolisis akan menghasilkan ion NH4+ merupakan sumber berpotensi kemasaman (Soepardi, 1983). KTK tanah terutama dipengaruhi oleh jumlah dan macam bahan organik tanah, serta jumlah dan jenis liat. KTK pada lahan reklamasi tersebut masih tergolong rendah yaitu sekitar 7,67 me/100g. Karakteristik kimia lahan reklamasi bekas penambangan batubara ditunjukkan dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah. Hal ini ditunjukkan di antaranya dengan pH tanah yang sangat masam dan kandungan bahan organik yang sangat rendah.
C. Karakteristik Geologi PT Minvest Jasatama Teknik adalah konsultan yang bergerak dalam bidang pertambangan, telah diberi kepercayaan oleh PT Arutmin Indonesia untuk memonitor dan mensupervisi kegiatan ekplorasi batubara. Geologi daerah Mangkalapi terdiri dari endapan tersier dan termasuk ke dalam formasi tanjung
42
bagian bawah berumur eosin yang terdiri dari terrestrial basal konglomerat yang secara gradual berubah menjadi batupasir sangat kasar sampai halus, batu lanau, batu lumpur dengan sisipan-sisipan lapisan batubara. Unit ini diendapkan tidak selaras di atas batuan dasar yang berumur pra tersier. Batuan dasar ini di beberapa tempat tersingkap memanjang dari utara ke selatan dan terletak di bagian barat dari daerah konsesi yang terdiri dari metasedimen, andesit dan serpentinit. Lapisan utama batubara di daerah Mangkalapi secara stratigrafi dari muda ke tua terdiri dari lapisan MU (Mangkalapi Upper), MM (Mangkalapi Middle), ML (Mangkalapi lower) dan lapisan additional yaitu Rider dan Base (PT MJT, 2004). Melalui wawancara dengan geologist PT Arutmin Indonesia Bapak Hikmat, struktur geologi Mangkalapi secara umum memiliki karakter yang stabil dan aman kecuali terdapat gangguan yang signifikan seperti gempa bumi dan blasting atau peledakan yang cukup hebat. Oleh karena itu, jika terdapat adanya hasil regrade yang longsor hal tersebut bisa disebabkan oleh faktor lain seperti drainase, keadaan base lapisan dasar yang tidak direkomendasikan.
4.3.4
Aspek Hidrologi Kualitas air permukaan hanya bergantung pada curah hujan tanpa
dipengaruhi oleh sumber lain, pada area reklamasi tidak dilewati oleh sungai seperti yang terdapat dalam area reklamasi yang lain. Hal ini menyebabkan kualitas air tambang yang ada berpotensi menjadi air asam tambang serta tercemar oleh bahan kimia lain. Sistem hidrologi dalam tambang menggunakan sistem settling dan sediment pond untuk menangkap aliran air yang jatuh dalam area tambang sebelum dialirkan menuju outlet ke luar area tambang dan badan air lain yang lewat area reklamasi site mangkalapi tambang batulicin. Tolok ukur pengelolaan dampak yang digunakan terkait dengan kondisi hidrologi sekitar area reklamasi adalah berdasarkan Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113
43
tahun 2003. Secara lengkap tentang baku mutu air limbah dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan
Laporan
Pelaksanaan
Pengelolaan
dan
Pemantauan
Lingkungan PT Arutmin Indonesia, Tambang Batulicin periode OktoberDesember 2008, ditunjukkan bahwa dari 4 parameter kunci kualitas limbah cair untuk kegiatan penambangan batubara seperti yang disebutkan dalam Lampiran Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.113 tahun 2003 (TSS, pH, Fe dan Mn), hanya pH dan Mn yang potensial terukur melebihi baku mutu limbah cair yang dipersyaratkan untuk kegiatan pertambangan batubara. Namun, untuk wilayah yang menjadi fokus reklamasi kualitas air permukaan yang jatuh menuju settling ponds (kolam pengendapan) Pit 1 menunjukkan keadaan di bawah baku mutu limbah cair. Kegiatan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan tersebut dilakukan setiap hari selama kegiatan operasional berlangsung. Pemantauan kualitas air limbah dipantau pada setiap outlet kolam pengendap tambang. Hasil lengkap pemantauan kualitas air limbah dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 14. Lokasi Settling ponds Pit 1
4.3.5
Aspek Iklim dan Curah Hujan Menurut dokumen AMDAL Tambang Batulicin, Batulicin dan sekitarnya
beriklim tropika basah dengan tipe iklim Af/Am menurut Koppen yaitu daerah iklim hujan tropik dan beriklim B menurut Schmidt & Ferguson yaitu daerah
44
basah dengan vegetasi masih hutan hujan tropik. Suhu udara berkisar antara 2334˚C. Lokasi pemantauan curah hujan dilakukan di 3 lokasi, yaitu di Office Pit ATA, Pit Mangkalapi, dan Sungkai. Pengambilan data curah hujan dilaksanakan di 3 lokasi pengamatan tersebut dan dilakukan setiap jam 07.00 pagi setiap hari. Berdasarkan data curah hujan bulanan dalam laporan pemantauan lingkungan bulanan oleh kontraktor di Batulicin, apabila dilihat berdasarkan sistem klasifikasi Oldeman yang menyebutkan bulan basah dengan bulan yang memiliki rata-rata curah hujan >200 mm dan bulan kering yaitu bulan yang memiliki rata-rata curah hujan <100 mm maka pada Januari-Desember 2007 menunjukkan bulan kering terdapat pada bulan September-November 2007, sedangkan bulan basah yaitu bulan Januari-Agustus 2007 dan untuk periode Januari-Desember 2008 menunjukkan bulan kering hanya terdapat pada bulan Oktober 2008 selebihnya merupakan klasifikasi bulan basah. Data curah hujan bulanan secara lengkap tersaji pada Lampiran 4 dan 5.
Gambar 15. Grafik Curah Hujan Bulanan Batulicin Bulan Januari-Desember 2007
45
Gambar 16. Grafik Curah Hujan Bulanan Batulicin Bulan Januari-Desember 2008
4.3.6
Aspek Kebijakan Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah Lokasi dimana deposit batubara tambang Mangkalapi berada adalah
kawasan hutan dan penggunaan lahan tersebut dalam rangka pengembangan sumber daya batubara mengharuskan pihak PT Arutmin Indonesia mendapatkan persetujuan dari Departemen Kehutanan.
Melalui Perjanjian Pinjam Pakai
Kawasan Hutan Tanpa Kompensasi antara Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan PT Arutmin Indonesia, maka PT Arutmin Indonesia dapat menggunakan kawasan hutan tersebut untuk keperluan penambangan batubara. Kawasan hutan Mangkalapi berdasarkan Peta Kawasan Hutan Propinsi Kalimantan Selatan (Lampiran SK Menhutbun No. 453/ Kpts-II/1999 dalam Rencana Penutupan Tambang Batulicin, 2009) terdiri dari hutan produksi terbatas, Hutan produksi dan sisanya merupakan areal penggunaan lain (APL). Lahan dalam kawasan hutan tersebut pada tahap persiapan penambangan telah dimanfaatkan oleh masyarakat seperti lahan menanam padi, berkebun dan lain-lainnya, sehingga PT Arutmin Indonesia harus melakukan pembebasan lahanlahan tersebut berdasarkan peraturan pemerintah Indonesia.
46
Gambar 17. Peta Kawasan Hutan Sekitar Batas PKP2B PT AI (Sumber : Departemen Engineering PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, 2008)
47
Kepemilikan lahan
di wilayah PKP2B tambang Mangkalapi terbagi
menjadi dua bagian yaitu daerah Mangkalapi dan daerah Teluk Kepayang. Daerah Teluk Kepayang lahan dimiliki oleh masyarakat/KUD dan Basanudin. Sedangkan daerah Mangkalapi dimiliki oleh Yansyah, Jali, Sapri, H Bajuri, Badi, Enal dan Maslan. Pada beberapa lokasi didalam wilayah PKP2B PT AI, terdapat lubang bekas penambangan liar/tanpa izin (PETI). Kegiatan penambangan liar ini terjadi sebelum PT AI masuk dan melakukan kegiatan pertambangan di sana.
4.4 Pelaksanaan Eksploitasi Tambang Berdasarkan pertimbangan bentuk dan kedudukan lapisan batubara, maka metode penambangan yang diterapkan dalam kegiatan penambangan batubara tambang Batulicin adalah metode tambang terbuka (strip mine). Kemajuan bukaan tambang mengikuti arah jurus dan kemiringan lapisan batubara. Bukaan tambang dibuat benjenjang dengan slope umum 30º di bagian low wall dan 60º di bagian high wall. Lubang tambang awal akan digali terus sampai ke kedalaman akhir lubang tambang (final high wall) sehingga akan terbentuk box cut.
Untuk
selanjutnya kemajuan bukaan akan bergerak ke arah jurus perlapisan batubara. 4.4.1
Pembukaan/pembersihan lahan Kegiatan persiapan yang pertama-tama dilakukan dalam penambangan
batubara adalah penebangan pohon-pohon dan pembersihan semak belukar. Pembersihan semak belukar dengan menggunakan bulldozer
(land clearing).
Namun, kondisi sebagian lahan yang akan ditambang merupakan lahan yang telah dibuka atau diganggu oleh kegiatan penambang tanpa ijin (PETI) sehingga pada beberapa lokasi, pembukaan lahan tidak dilakukan melainkan melakukan penyelamatan tanah pucuk (topsoil) dan penataan tanah penutup (overburden atau OB) terlebih dahulu.
48
(b) Area pembukaan lahan
(b) Proses pembersihan lahan
Gambar 18. Pembukaan dan Pembersihan lahan
4.4.2 Pengupasan Tanah Pucuk Setelah dilakukan penebangan pohon-pohon, maka selanjutnya dilakukan pengupasan tanah pucuk. Pengupasan tanah pucuk menggunakan truk dan shovel method dimana lapisan tanah pucuk yang terdiri dari horizon A, B dan C didorong dengan menggunakan dozer lalu dimuat ke dalam truk dengan menggunakan excavator dan selanjutnya ditimbun pada tempat penimbunan tanah pucuk atau ditebarkan langsung pada lokasi reklamasi yang telah siap ditebari tanah pucuk.
4.4.3 Pemindahan dan Penimbunan Lapisan Tanah Penutup Lapisan tanah penutup yang berupa material lapuk (kira-kira 10% dari total tanah penutup) langsung digali menggunakan excavator dan diangkut menggunakan truk menuju lokasi penimbunan yaitu pada lubang bekas tambang atau lokasi penimbunan di luar tambang khususnya pada tahun pertama penambangan. Sisa lapisan tanah penutup berupa material keras memerlukan peledakan dengan menggunakan ANFO atau powergel sebelum digali menggunakan excavator hidrolik dan diangkut menggunakan truk menuju lokasi penimbunan, yaitu pada lubang bekas tambang atau lokasi penimbunan diluar tambang khususnya pada tahun pertama penambangan.
49
Lokasi penimbunan tanah penutup baik di luar tambang maupun di dalam tambang dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan aspek-aspek kestabilan hidrologi serta selaras dengan topografi di sekitarnya atau dikenal dengan prinsip mendekati kontor original atau approximately original contour (AOC). Pengendalian air limpasan disiapkan dengan membangun saluran limpasan berupa gradient channel, perimeter drainage, check dam dan rip rap bila diperlukan. Umumnya ditempatkan
lapisan
batuan
penutup
(overburden)
sebagian
besar
kembali untuk mengisi lubang bekas galian tambang melalui
metode back filling in pit dump area, dan hanya sebagian kecil yang ditempatkan di tempat penimbunan di luar lubang galian tambang (out pit dump area). Batuan penutup Golongan 4 atau berkadar asam toksik akan ditempatkan di bawah lapisan batuan penutup Golongan 1, 2 dan 3. Lapisan batuan penutup teratas adalah batuan NAF atau yang tidak berpotensi membentuk asam, selanjutnya ditutup dengan tanah pucuk.
(a) Proses pengambilan batuan penutup (b) Proses pemindahan batuan penutup Gambar 19. Perlakuan terhadap lapisan batuan penutup
50
4.4.4
Penggalian batubara Batubara yang sudah digali kemudian diangkut ke run of mine (ROM)
stockpile atau langsung ke stockpile di pelabuhan menggunakan haul trucks. Untuk selanjutnya batubara diremukkan (crushing) di pelabuhan yang berjarak 77 km dari Mangkalapi. Produk batubara Batulicin pada tahun 2007 merupakan batubara yang cukup baik kualitasnya dan tidak memerlukan pencucian. Produk batubara ini kemudian dikirim ke pelabuhan khusus batubara PT Arutmin Indonesia (NPLCT), sebagai pelabuhan pemasaran batubara PT Arutmin Indonesia untuk domestik maupun internasional, maupun dikirimkan melalui transhipment. Selanjutnya dilakukan penataan permukaan dan pembentukan lereng (recontouring) menggunakan dozer dan ripper setelah lahan siap ditanami dan musim yang memungkinkan untuk penanaman (revegetasi).
(a) Aktivitas pengambilan batubara
(b) Proses pengambilan batubara dengan unit Excavator
(c) Aktivitas Pengangkutan batubara
(d) Penyimpanan batubara sementara
Gambar 20. Proses pengambilan dan penyimpanan batubara
51
Gambar 21. Skema pola penambangan dan Kegiatan Reklamasi (Sumber : Dokumen AMDAL Batulicin PT Arutmin Indonesia, 2003)
52
4.5 Pelaksanaan Reklamasi Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang Mineral dan Batubara No 4 Tahun 2009 bahwa dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan hidup, serta penjelasan Peraturan Menteri ESDM No 18 Tahun 2008 bahwa karena kegiatan pertambangan berpotensi mengubah bentang alam, diperlukan upaya untuk menjamin pemanfaatan lahan di wilayah bekas kegiatan pertambangan dengan melakukan kegiatan reklamasi sehingga hal tersebut sudah menjadi kewajiban dari setiap perusahaan pertambangan termasuk PT Arutmin Tambang Batulicin. Salah satu tahap kegiatan reklamasi adalah kegiatan revegetasi yang dilakukan dengan menanam tumbuhan pioneer jenis fast growing yaitu akasia dan sengon sebagai langkah awal menuju keadaan akhir area pascatambang yang disebutkan dalam undang-undang. Kegiatan reklamasi tidak serta merta dapat langsung menjadikan area pascatambang kembali ke kondisi awal, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama sampai tumbuhan pioneer lokal sudah mulai menginvasi atau dengan kata lain suksesi alami sudah mulai berlangsung. Proses reklamasi merupakan komitmen lingkungan dari PT AI Tambang Batulicin (owner) dan rekanannya PT Cipta Kridatama (Kontraktor). Sebagai Kontraktor PT Cipta Kridatama berkewajiban melaksanakan prosedur yang telah ditentukan oleh PT AI. Tim Engineering (Kontraktor dan Owner) mendiskusikan rencana dumping area yang merupakan area penimbunan tanah penutup berdasarkan pertimbangan teknis dan non-teknis di lapangan. Rencana ini disampaikan kepada Tim Environment setiap bulan untuk memastikan area mana yang akan direklamasi. 4.5.1
Pelaksanaan administrasi
1. Penyerahan Unit Rate Breakdown (Daftar Harga Satuan) Dalam dokumen ini menjelaskan tentang Unit Rate Breakdown atau Daftar Harga Satuan yang diberikan oleh kontraktor kepada owner sesuai dengan ketentuan harga kontrak Lump sum dalam dokumen kontrak tambang. Daftar harga satuan dapat dilihat pada Tabel 3.
53
Tabel 3. Daftar Harga Satuan sesuai Harga kontrak Lump sum No
1
2
3
4
Deskripsi
Regrading Sub total Topsoil Dissemination (Penebaran Tanah pucuk) 2.1 Topsoil Removal 2.2 Topsoil Spreading Sub total Drainage Construction (Konstruksi Drainase)
3.1 Guludan 3.2 Channel Digging 3.3 Rip Rap Construction Sub total Revegetasi 4.1 Bibit
Qty
1 ha
Unit Harga (USD) 4443.41
Jumlah Keterangan Harga (USD) 4443.41 Cut and fill material :12.884 m3 4,443.41 Dalam luasan 1 ha, ketebalan topsoil 75cm
7,500Bcm 7,500Bcm
0.93 0.28
6,974.50 2,063.19 9,037.69 Dalam luasan 1 ha, dan dilakukan jika seandainya diperlukan
100 m 100 m
1.36 0.48
136.24 48.02
100 m
4.9
489.68 673.94
1 ha 900 Pohon
0.133
119.96
3
4.2 Mulsa 4.3 Cover Crop 4.4 Pupuk
75 m 25 kg 215 kg
2 4 1
150 Ketebalan 0.0075mm 100 215 Pupuk dasar=50g ; M2=75g ; M3=75g
4.5 Kapur 4.6 Tenaga Kerja Planting Maintenance 1 Maintenance 2 Maintenance 3 Sub total Total Biaya reklamasi
100 kg
0.4
40 75-100g/lubangtanam
4 Orang 4 Orang 4 Orang 4 Orang
20 15 10 10
80 60 40 40 844.96 15,000.00
umur 1 bulan umur 3 bulan umur 6 bulan Harga per ha
Sumber : Dokumen PT Arutmin Tambang Batulicin, 2004
54
2. Administrasi selama pekerjaan di lapangan Setelah Tim Environment Kontraktor memberitahukan Tim Environment pihak Owner bila kegiatan dumping pada suatu area telah selesai, seterusnya adalah mendiskusikan rencana selanjutnya yaitu proses reklamasi. Tahap administrasi pertama adalah pihak kontraktor akan mengajukan lembar pengajuan untuk mulai melakukan kegiatan reklamasi berupa dokumen permit berdasarkan form yang sudah disediakan oleh Owner dan segera diserahkan kembali kepada pihak Enviro PT AI. Pengajuan dokumen permit dilakukan sebanyak tiga kali sesuai dengan tahapan pekerjaan, yaitu : a. Pengajuan dokumen permit regrade. Dalam dokumen ini pihak kontraktor akan menjelaskan secara rinci tentang Lokasi pemeriksaan yang akan dilakukan regrade, luas daerah yang dilakukan regrade serta wajib melampirkan peta lokasi dengan skala 1:5000 b. Pengajuan dokumen permit spreading. Dalam dokumen ini pihak kontraktor juga akan menjelaskan secara rinci tentang Lokasi pemeriksaan yang akan dilakukan spreading, luas daerah yang dilakukan spreading serta wajib melampirkan peta lokasi dengan skala 1:5000 c. Pengajuan dokumen permit penanaman. Dalam dokumen ini pihak kontraktor akan menjelaskan secara rinci tentang Lokasi pemeriksaan yang akan dilakukan penanaman, luas daerah yang dilakukan penanaman, jumlah dan jenis tanaman yang akan ditanam, serta jadwal revegetasi namun tidak melampirkan peta lokasi atau planting plan drawing Selanjutnya akan dilakukan inspeksi oleh Enviro PT AI per pekerjaan untuk memastikan bahwa pekerjaan pada lahan yang disebutkan dalam dokumen permit tersebut sesuai dengan prosedur. Jika Telah ada persetujuan dengan adanya penandatanganan berita acara reklamasi reklamasi lahan maka Pihak kontraktor baru dapat mengajukan Invoice penagihan pembayaran kepada pihak owner sesuai dengan perjanjian dalam dokumen kontrak tambang untuk pelaksanaan kegiatan reklamasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22.
55
Perjanjian Kontrak Pekerjaan
Penunjukan Pekerjaan Kepada Pihak Kontraktor Pengajuan Dokumen Permit Regrade YES Administrasi Selama Pekerjaan Berlangsung
Pengajuan Dokumen Permit Spreading Topsoil
NO
NO
YES Pengajuan Dokumen Permit Penanaman NO YES Serah Terima Pekerjaan dari Kontraktor ke Owner Gambar 22. Skema Pelaksanaan administrasi pelaksanaan proyek reklamasi
4.5.2
Pelaksanaan fisik Pelaksanaan fisik dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan
pelaksanaan administrasi yang sudah terlebih dahulu diselesaikan pada setiap tahap pekerjaan pada Gambar 23. Pelaksanaan fisik meliputi pekerjaan pengukuran dan pematokan, pengolahan tanah, pelaksanaan hard material dan soft material serta pemeliharaan (Rachman, 1984). Pada pelaksanaan fisik banyak sekali kendala yang diakibatkan oleh terbatasnya unit atau alat berat dikarenakan selama ini pihak kontraktor hanya mengandalkan alat berat yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekploitasi tambang, sehingga dalam pelaksanaan di lapang sering terjadi benturan kepentingan. Namun sejak awal tahun 2009 pihak kontraktor telah menunjuk subkontraktor penyedia alat berat khusus yang digunakan hanya untuk kegiatan
56
reklamasi, yaitu CV.Prima Nusantara, sehingga pada saat kegiatan magang dimulai masalah terkait tersedianya alat berat tidak lagi menjadi masalah.
Pengukuran dan Pematokan Pekerjaan Pendahuluan Pengaturan Bentuk Lahan (Regrading)
Pekerjaan Infrastruktur
Pembuatan Drainase
Penebaran Topsoil (Topsoil Dissemination) Pekerjaan Lanskap
Penebaran Cover crop
Penanaman Tanaman Fast Growing
Pemeliharaan Rutin Pekerjaan Pemeliharaan Pembibitan di Nursery
Gambar 23. Tahapan Pelaksanaan Fisik
1. Pekerjaan pendahuluan Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan proyek reklamasi yang baik setelah area dumping telah selesai didesain secara teknis. Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk dalam kelompok pekerjaan pendahuluan antara lain adalah sebagai berikut :
57
1.1 Pengukuran dan pematokan Tahap ini dilakukan oleh Tim Engineering Divisi Survey dari pihak kontraktor yakni PT Cipta Kridatama. Kemudian hasil pengukuran dibuat berupa peta
lokasi dengan skala 1:5000 sebagai dokumentasi awal yang akan
dilampirkan dalam dokumen pengajuan permit regrade (Lampiran 13) oleh pihak Enviro Kontraktor kepada Enviro PT AI untuk tahap selanjutnya. 1.2 Pengaturan Bentuk Lahan (Regrading) Regrading adalah proses pengaturan bentuk lahan untuk mengurangi resiko akibat erosi. Setelah Enviro PT AI melakukan inspeksi lahan berdasarkan tahap administrasi yang ada maka tahap pertama proses reklamasi yaitu regrading dapat dilakukan. Berdasarkan Dokumen permit regrade yang diajukan Enviro Kontraktor, area reklamasi yang menjadi fokus magang yakni site Mangkalapi Pit 2 Blok 18-21 tersebut dilakukan regrade pada tanggal 25 Februari 2008. a. Luasan lahan Berdasarkan
Dokumen
permit
regrade
yang
diajukan
Enviro
Kontraktor pada tanggal 25 februari 2008 luas lahan adalah 7,405 Ha, dan dilakukan inspeksi tanggal 6 maret 2008 oleh Pihak Owner. b. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan Proses Regrade dilakukan dengan menggunakan Unit Dump Truck, Excavator, dan Dozer serta dilakukan pengawasan oleh beberapa orang Supervisor (Foreman) dari pihak Enviro Kontraktor.
Tabel 4. Jenis dan jumlah alat regrading No Jumlah dan Jenis Alat
Keterangan
1
1 Unit Dozer D 65 KOMATSU PN
Regrading & Smoothing
2
1 Unit EXC.PC 200 KOMATSU PN
Regrading & Smoothing
3
5 Unit Dump Truck PN
Muat Topsoil (Sumber : Survey lapang dan wawancara, 2009)
58
c. Teknis pengerjaan Bentuk umum lereng adalah cembung (convex) pada 20-30 % lereng atas dan cekung (concave) pada 70-80% lereng bawah, atau Kemiringan lereng secara umum adalah maksimal 25%, seperti Gambar 24. Tahapan pekerjaan regrade adalah sebagai berikut : 1. Unit dump truck akan menuju lokasi penimbunan tanah penutup (dumping Area) setelah mengambil material bahan tanah penutup dari lokasi penambangan. Proses pengambilan dibantu oleh unit Excavator. 2. Material bahan penutup akan disebarkan sedikit demi sedikit sehingga membentuk lereng yang berteras (Lampiran 15). 3. Setelah penimbunan selesai maka unit dozer akan meratakan lapisan tanah penutup tadi agar lereng yang terbentuk sesuai dengan standar operasional.
V:1 H:4 Gambar 24. Bentuk lereng timbunan yang direklamasi d. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan berasal dari paket penyewaan alat berat yang dilakukan pihak kontraktor kepada pihak subkontraktor karena dalam pekerjaan regrade semua pekerjaan dilakukan oleh alat berat, dan tidak mengambil tenaga lapang harian maupun enviro crew.
59
(a) Proses Regrading pada kontur yang (b) Proses Regrading pada lahan yang relatif datar berkontur curam Gambar 25. Proses Regrading / pengaturan bentuk lahan 2. Pekerjaan Infrastruktur (drainage construction) Pelaksanaan pengerjaan drainase sebenarnya beriringan setelah dilakukan penebaran topsoil. Berdasarkan Dokumen permit spreading topsoil yang diajukan Enviro Kontraktor, area reklamasi yang menjadi fokus magang yakni site Mangkalapi Pit 2 Blok 18-21 tersebut dilakukan pembuatan drainase tanggal 15 April 2008 beberapa hari setelah dilakukannya spreading topsoil. a. Luasan lahan Luasnya sama dengan luasan lahan pada pelaksanaan regrade mengacu berdasarkan Dokumen permit regrade yang diajukan Enviro Kontraktor pada tanggal 25 Februari 2008 luas lahan adalah 7,405 Ha b. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan Proses pembuatan drainase dilakukan dengan menggunakan Unit Dump Truck, dan Excavator. Serta dilakukan pengawasan oleh beberapa orang Supervisor (Foreman) Enviro pihak Kontraktor. Tabel 5. Jenis dan jumlah alat pembuatan drainase No Jumlah dan Jenis Alat
Keterangan
1
1 Unit EXC.PC 200 KOMATSU PN
Regrading & Smoothing
2
5 Unit Dump Truck PN
Muat Topsoil (Sumber : Survey lapang dan wawancara, 2009)
60
c. Teknis pengerjaan Konstruksi drainase yang dibuat oleh kontraktor yakni : 1. Countour channel / Drainage on Bench (guludan) setiap 50 meter diukur tegak lurus kontur dan dibuat sepanjang dan searah kontur menggunakan excavator komatsu PC 200. Pada guludan ini terdapat saluran drainase yang serah kontur dimensi saluran yang dibuat dengan lebar dasar 1 meter, kedalaman 1 meter dan kemiringan dinding saluran 1:1 (v:h) 2. Slope channel / Channel digging Pembuatan Slope channel di areal reklamasi menggunakan unit excavator komatsu PC 200. Konstruksi slope channel berupa saluran yang dibuat tegak lurus kontur untuk mengalirkan air menuju saluran drainase utama di ujung lereng dan Slope channel dibuat membelah guludan. 3. Saluran penirisan, yakni fasilitas pendukung yang dapat membantu menahan aliran air yang jatuh pada tapak atau mengurangi laju erosi pada bidang lereng serta memudahkan dalam proses penanaman karena tanah akan menjadi lebih gembur yaitu berupa lubang sedalam 0.5 m dengan diameter 1 cm searah dengan bentuk kontur. Konstruksi ini dibuat menggunakan unit Grader d. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan tidak terlalu banyak karena sebagian besar pengerjaan dilakukan dengan bantuan alat berat. Hanya beberapa orang tergantung jumlah unit yang digunakan serta berasal dari sub kontraktor, karena kontraktor menyewa alat sekaligus operator unit sehingga tidak mengambil tenaga lapang harian dan enviro crew.
61
(a)Saluran Penirisan
(b) Guludan dan slope channel
(c) Guludan dan slope channel
(d) Guludan dan slope channel
Gambar 26. Konstruksi sistem bangunan drainase
3. Pekerjaan Lanskap Pelaksanaan pekerjaan lanskap adalah pekerjaan yang berhubungan langsung dengan soft material, dalam hal ini adalah tanaman, kegiatan tersebut antara lain, sebagai berikut : 3.1 Spreading Topsoil Setelah Enviro PT AI melakukan inspeksi lahan berdasarkan
tahap
administrasi yang ada terhadap pengajuan permit spreading topsoil oleh Enviro Kontraktor, maka tahap selanjutnya yaitu spreading topsoil. Topsoil diambil dari tempat penyimpanan topsoil (stockpile topsoil) yang ada di beberapa tempat serta dipilih tempat yang terdekat untuk efisiensi biaya. Ketebalan spreading topsoil berkisar hanya 50 – 75 cm, atau dapat berdasarkan kondisi dan ketersediaan topsoil atas hasil diskusi Tim Env Kontraktor dan Arutmin.
62
Berdasarkan Dokumen permit spreading topsoil yang diajukan Enviro Kontraktor, ternyata area reklamasi yang menjadi fokus magang yakni site Mangkalapi Pit 2 Blok 18-21 tersebut dilakukan pada tanggal 28 Maret 2008. a. Luasan lahan Luasnya sama dengan luasan lahan pada pelaksanaan regrade mengacu berdasarkan Dokumen permit regrade yang diajukan Enviro Kontraktor pada tanggal 25 Februari 2008 luas lahan adalah 7,405 Ha b. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan Proses spreading topsoil dilakukan dengan menggunakan Unit Dump Truck, Excavator, dan Dozer serta dilakukan pengawasan oleh beberapa orang Supervisor (Foreman) Enviro Pihak Kontraktor. Tabel 6. Jenis dan jumlah alat Spreading Topsoil No Jumlah dan Jenis Alat
Keterangan
1
1 Unit Dozer D 65 KOMATSU PN
Regrading & Smoothing
2
1 Unit EXC.PC 200 KOMATSU PN
Regrading & Smoothing
3
5 Unit Dump Truck PN
Muat Topsoil
4
Kapur (jika diperlukan)
150 kg per hektar (Sumber : Survey lapang dan wawancara, 2009)
c. Teknis pengerjaan Pelaksanaan spreading topsoil dilakukan dengan prosedur yang sudah ditetapkan termasuk dari segi keselamatan. Topsoil yang sudah dimuat oleh unit Dump Truck akan dikeluarkan setelah itu unit dozer akan melakukan proses ripping dengan mendistribusikan topsoil secara merata di seluruh area reklamasi sampai dan searah kontur. Untuk lereng yang curam maka topsoil akan disebar dan diratakan dengan menggunakan unit excavator setelah itu dilakukan pemberian kapur untuk memperbaiki kondisi tanah dengan dosis 150 kg per hektar hal ini tergantung kondisi tanah yang ada. Tahapan pelaksanaan spreading topsoil adalah sebagai berikut :
63
1. Unit dump truck akan mengambil topsoil di tempat penyimpanan terdekat dalam tahap ini topsoil diangkut menggunakan bantuan excavator dan dimuat kedalam unit dump truck. 2. Unit dump truck akan mendistribusikan topsoil di atas area yang siap direklamasi. 3. Tumpukan topsoil dari dump truck akan diratakan dan disebar menggunakan unit dozer sehingga merata sesuai ketentuan standar operasional reklamasi. d. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang pergunakan adalah 3 orang yaitu tenaga dari enviro crew. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk melakukan penyebaran kapur. Sedangkan untuk penyebaran topsoil pengerjaannya dilakukan dengan bantuan alat berat. Hanya beberapa orang tergantung jumlah unit yang digunakan serta berasal dari sub kontraktor.
(a) Spreading topsoil di daerah yang curam dengan unit Excavator
(b) view area spreading topsoil
(c) Spreading topsoil dengan unit dozer
(d) Penurunan topsoil dari unit dump truck
Gambar 28. Proses Spreading topsoil
64
3.2 Penyebaran Cover crop Proses penyebaran cover crop dilakukan untuk mengurangi erosi Topsoil yang telah disebarkan digaru (ripping) searah kontur dan ditebari tanaman penutup (legume cover crop). Cover crop yang digunakan berupa kombinasi Colopogonium mucunoides (CM),
Peuraria javanica (PJ) dan Centrocema
pubescens (CP) sebanyak 6 Karung dan masing-masing karung memiliki berat 50 kg. Tahap ini dilakukan pada tanggal 5 Mei 2009 selama 3 hari. a. Luasan lahan Luas lahan yang dilakukan penebaran cover crop tidak sama dengan luasan lahan pada pelaksanaan regrade maupun spreading topsoil dikarenakan faktor teknis dan non-teknis yang menyebabkan area yang memungkinkan untuk ditanami jadi berkurang, seperti faktor tingginya curah hujan sehingga membuat topsoil tergerus dan alasan teknis lain seperti longsor. Mengacu berdasarkan Dokumen berita acara reklamasi lahan penebaran cover crop dilakukan pada area yang siap tanam seluas 5,319 Ha. b. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan Proses penebaran cover crop dilakukan dengan menggunakan alat pertanian seperti cangkul, sekop dan gerobak untuk mengakut bibit cover crop. c. Teknis pengerjaan Bibit disebarkan merata pada semua lahan reklamasi terutama untuk bagian lereng untuk mencegah erosi. d. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang pergunakan adalah 3-5 orang yaitu tenaga dari enviro crew.
3.3 Revegetasi Proses revegetasi merupakan tahap yang sangat penting karena keberhasilan pelaksanaan reklamasi bergantung dari keberhasilan tumbuh tanaman terlepas dari faktor lain yang mendukungnya. Karena proses revegetasi sangat penting maka pelaksanaannya juga menunggu saat kondisi lahan agak
65
lembab agar tanaman mudah beradaptasi. Pelaksanaan penanaman dilakukan satu minggu setelah penebaran cover crop yaitu tanggal 12 Mei 2009 dan pelaksanaannya dilakukan selama 2 minggu. Adapun Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis fast growing plant, serta beberapa tanaman komersil untuk mendukung keberlanjutan ekonomi setelah area tambang ditinggalkan yaitu tanaman buah-buahan seperti rambutan dan jeruk. Jumlah tanaman yang ditanam adalah 4.432 pohon dengan komposisi jenis tanaman yang ditanam adalah sebagai berikut : 1. Akasia (Acacia mangium)
: 50%
2. Sengon (Paraserianthes falcataria L)
: 30%
3. Trembesi (Samanea saman)
: 10%
4. Buah
: 10%
a. Luasan lahan Mengacu
berdasarkan
Dokumen
berita
acara
reklamasi lahan
penanaman dilakukan pada area yang siap tanam seluas 5,319 Ha. b. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan adalah alat pertanian seperti cangkul, sekop dan gerobak serta bor tanah untuk membuat lubang tanam. c. Teknis pengerjaan Jarak tanaman 3 x 4 meter, dengan jenis tanaman keras cepat tumbuh Usia bibit 6 (enam) bulan atau dengan ketinggian 30 cm. Pemupukan diberikan pada saat penanaman sebanyak 50 gr/tanaman dan masingmasing 75 gram/lubang pada pemupukan ke-2 dan ke-3 dengan jarak waktu setiap 2 (dua) bulan. d. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang pergunakan adalah 6 orang yaitu tenaga dari enviro crew. Tenaga kerja ini dibutuhkan untuk melakukan pembuatan ajir dan penanaman.
66
(a) Pembuatan jalur penanaman (Ajir) (b) Proses penanaman bibit Gambar 29. Kegiatan Revegetasi
16 maret 2009
18 April 2009
2 juni 2009
30 juni 2009
Gambar 30. Tahapan hasil kegiatan reklamasi Pit 2 Blok 18 Mangkalapi
67
4.6 Pelaksanaan pemeliharaan Proses pemeliharan dilakukan selama 6 bulan sejak penanaman sesuai dengan yang tertulis dalam dokumen kontrak. Pemeliharaan dilakukan pada umur 1 bulan, umur 3 bulan dan terakhir pada umur tanaman 6 bulan sehingga praktis tanaman hanya dilakukan pemeliharaan beberapa kali saja. Kegiatan pemeliharaan cukup sederhana hanya terdiri dari kegiatan pemupukan, penyulaman, dan penggemburan tanah. 4.6.1
Pemeliharaan Rutin Jaminan pemeliharaan tanaman diberikan oleh kontraktor selama 6 bulan
dalam hal ini pihak kontraktor pelaksana juga sekaligus menjadi kontraktor pemelihara. Breakdown kegiatan pemeliharaan tidak tercatat secara detil namun, hanya melihat secara umum keadaan tanaman dan apabila diperlukan pemupukan dan penyulaman maka akan dilakukan kegiatan tersebut. a. Bahan dan alat Bahan yang digunakan terdiri dari pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 150 kg/ha disertai dengan beberapa bibit baru untuk penyulaman. Serta menggunakan alat-alat pertanian dan bor tanah. b. Kebutuhan Tenaga Kerja Pelaksanaan pemeliharaan menggunakan tenaga kerja sekitar 2-3 orang Enviro crew tergantung jenis pemeliharaan yang ditemukan dilapangan.
Tabel 7. Aktivitas Revegetasi & Perawatan Tanaman PIT 1 MA 2 MKPI
3 Ata
Lokasi Blok 16 -18 MA Blok 18-21 Mangkalapi Blok 30-32 Ata
Luas (ha) 2,33 5,31
6,44
Keterangan Spreading top soil (On progress) Penyulaman dan maintenance Tanaman (Finish) Penyulaman tanaman, Maintenance III (On progress)
(Sumber : Monthly Report Departemen OSHE PT Cipta Kridatama, 2009)
68
(b) Pemupukan dan penggemburan tanah
(a) Penyulaman
Gambar 31. Proses Pemeliharaan Rutin 4.6.2
Pembibitan (Nursery) Kegitan di Nursery meliputi penyedian media tanam, produksi tanaman,
perawatan tanaman, dan pembuatan kompos. Selain itu juga ada percobaanpercobaan kecil untuk mendapatkan produksi tanaman yang lebih maksimal. Selain tanaman non-lokal juga dikembangkan tanaman jenis lokal dan buahbuahan.
1. Kondisi umum Nursery Luasnya sekitar 0,08 Ha, dan lokasi Area pembibitan yang dikelola oleh kontraktor untuk memenuhi kebutuhan proyek reklamasi terletak dalam area kantor sekaligus workshop PT Cipta Kridatama yakni di Tambang Ata KM 51. Kondisi umum Nursery dapat dilihat pada Gambar 33.
2. Organisasi pengelola Organisasi pengelola Nursery Ini dikelola dibawah Departemen OSHE (Ocupational Safety Health and Environmental) khususnya enviro Section
3. Kebutuhan tenaga kerja Tenaga kerja terampil yang khusus menangani nursery ini sangat sedikit yaitu ada dua orang Foreman Enviro yang sehari-harinya juga harus mengawasi dan mensupervisi tambang ata, sungkai, dan mangkalapi dengan sistem rolling.
69
Begitu juga dengan pegawai lainnya tidak selalu bisa mengontrol keadaan nursery karena juga harus ke lapangan ketika harus ada kegiatan enviro dilakukan. Disimpulkan bahwa pegawai yang mengelola nursery tidak tetap yang hanya mengandalkan Enviro Crew yang berjumlah 9 Orang.
4. Metode kerja Pengelolaan Nursery dilakukan dengan sistem Rolling terhadap Enviro Crew yang ada sehingga setiap hari pasti ada yang mengawasi nursery atau full days work. Namun terkait sistem rolling setiap individu enviro crew secara umum memiliki 12 hari kerja dan 2 hari libur, dengan rata-rata jam kerja adalah 11 jam/hari.
5. Aktivitas di Nursery Pelaksanaan kegiatan di Nursery setiap hari dilakukan oleh enviro crew (pelaksana lapang) berupa kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan bibit tanaman yang akan digunakan pada pelaksanaan reklamasi. Pekerjaan tersebut antara lain penyemaian bibit, penyiapan media tanam, pengisian poli bag, pembuatan kompos, dan beberapa kegiatan pemeliharaan seperti : pembersihan, penyiraman, pembersihan gulma, dan penanggulangan HPT. Beberapa kegiatan di area nursery yang diamati pada pelaksanaan magang dapat dilihat pada Gambar 32.
Tabel 8. Kegiatan pengisian polybag dan penyemaian bibit Albazzia falcataria (Sengon), Gamelina sp, Mahoni dan tanaman di Nursery pada bulan Mei 2009 No 1 2
Item Pengisian Poly bag Penyemaian biji Sengon
Unit Ea Ea
Jumlah Keterangan Ada pengisian poly bag 5000 Ada penyemaian biji sengon 4000 ke polybag
3
Penyemaian biji Gamelina sp
Ea
1000
Ada penyemaian biji Gamelina sp. ke poly bag
4
Penyemaian biji Akasia
Ea
1500
Ada penyemaian biji Akasia ke poly bag
5
Penyemaian biji Akasia
Ea
1000
Ada penyemaian biji Akasia ke poly bag
(Sumber : Monthly Report Departemen OSHE PT Cipta Kridatama, 2009)
70
Tabel 9. Kegiatan pembuatan kompos di Nursery pada bulan Mei 2009 No Item 1 Pembuatan kompos 2 Pemakaian kompos
Unit Jumlah Keterangan Kg 500 Ada pembuatan kompos Kg 400 Ada pemakaian kompos untuk pengisian polybag.
(Sumber : Monthly Report Departemen OSHE PT Cipta Kridatama, 2009)
(a) Proses penanaman biji bibit
(d) Aktivitas menghaluskan topsoil
(b) Proses pengisian polybag
(d) Pembersihan nursery
Gambar 32. Aktivitas di Area Nursery
71
(a) Tempat pembibitan
(b) Tempat pemeliharaan bibit
(c) Tempat penyemaian
(d) Terpal penutup tempat penyemaian
(e) Tempat Penyimpanan bibit, pupuk, (f) Tempat pembuatan pupuk kompos dan alat-alat pertanian
Gambar 33. Kondisi umum Nursery
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Struktur Organisasi 5.1.1
Struktur Organisasi Internal Owner Secara umum sudah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya mengenai
struktur yang menggambarkan hubungan formal, tetapi tidak menggambarkan hubungan informal yang umumnya timbul bila ada interaksi sosial. Singkatnya, dalam struktur organisasi tersebut menunjukkan hal-hal berikut : 1. Macam pokok-pokok kegiatan organisasi, yaitu bidang Kesehatan, Keselamatan kerja, dan Lingkungan. 2. Pembagian menjadi kelompok atau subsistem 3. Adanya Hirarki, wewenang dan tanggung jawab bagi kelompok dan pemimpin. 4. Pengaturan kerjasama, jalur pelaporan, dan komunikasi, meliputi jalur vertikal dan horizontal. Kekosongan posisi Supervisor secara langsung mengurangi kontrol perusahaan termasuk terhadap kegiatan reklamasi. Selain itu, ketersediaan sumber daya yang berhubungan langsung dengan kegiatan inspeksi reklamasi terlalu sedikit yaitu hanya terdapat dua orang tenaga ahli yang terdiri dari Enviro Engineer dan Enviro Assistant serta dua orang tenaga lapang. Mereka bertugas untuk melakukan inspeksi kegiatan kontraktor di sekian banyak Site tambang (Mangkalapi, Ata, Serongga, dan Mereh). Dilihat dari segi manajemen proyek, organisasi yang digunakan adalah Organisasi Proyek Fungsional (OPF) di mana lingkup kegiatan proyek diserahkan dan menjadi bagian atau tambahan kegiatan fungsional serta dipimpin oleh manajer lini (Superintendent) yang ada. Jadi semua kegiatan proyek dilakukan dengan mengikuti jalur fungsional yang telah ada di perusahaan yang bersangkutan. Kelemahan sistem organisasi ini adalah disamping tanggung jawab organisasi bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan, seorang manajer lini dalam hal ini adalah Superintendent
73
SHE dengan sumberdaya yang terbatas juga harus bartanggung jawab dan menyusun prioritas agar bisa menangani pelaksanaan proyek reklamasi, hal ini menyebabkan pelaksanaan proyek reklamasi mendapatkan perhatian yang tidak optimal. Menurut Soeharto (1995) dalam situasi demikian, seringkali proyek menempati urutan kedua yang berakibat sulitnya mencapai sasaran yang telah ditentukan, misalnya jadwal penyelesaian. Hal tersebut bisa dilihat dengan lambatnya proses reklamasi Blok 18-21 Pit 2 Mangkalapi ini dari semula yang merupakan planning tahun 2008 baru bisa diselesaikan pada periode tahun 2009 terlepas dari faktor lain seperti cuaca, dan lambatnya koordinasi dengan pihak kontraktor. Act. Superintendent Safety Health & Env Muhammad Yusuf Supervisor SHE Vacant
Environemntal Engineer Erni Setyawati Environemntal Assistant Zainal Abidin
Koordinator Proyek reklamasi
Gambar 34. Usulan Struktur Organisasi Proyek Koordinator-OPK di perusahaan yang dikelola dengan struktur fungsional Jalur fungsional Jalur Koordinasi Proyek
5.1.2 Struktur Organisasi Internal Kontraktor. Dalam melaksanakan proyek reklamasi pihak kontraktor juga memiliki organisasi yang disebut Enviro Section. Kedudukan Enviro Section sebenarnya berada dibawah OSHE (Safety Health and Environment) yang dipimpin oleh seorang manajer lini dalam hal ini OSHE Koordinator. Departemen OSHE
74
bertanggung jawab atas fungsi kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan sama seperti organisasi Departemen SHE yang ada pada pemilik proyek. Dilihat dari aspek manajemen proyek, organisasi dalam menangani unit kegiatan reklamasi ini menggunakan jenis organisasi proyek Koordinator (OPK) di mana terdapat penunjukan seorang koordinator yang bertugas sepenuhnya mengurusi proyek, yaitu mengkoordinasikan pekerjaan, tenaga, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan proyek. Menurut Soeharto (1995) Koordinator proyek berfungsi sebagai anggota staf manajer lini dan melaksanakan kepemimpinannya atas proyek dengan prosedur yang digariskan dan bukan dengan wewenang seperti yang dimiliki oleh manajer lini. Dengan adanya seorang koordinator maka berarti membebaskan manajer lini, tempat ia melapor, dari masalah-masalah rinci (detail) proyek. Koordinator proyek bertindak sebagai “pusat“ sumber informasi tentang kemajuan proyek, kesulitan yang dihadapi, dan sebagai pemberi saran atas perbaikan yang diperlukan. Dilihat secara struktural sudah baik karena adanya koordinator yang melapor kepada manajer lini (OSHE Koordinator) sehingga urusan proyek akan mendapatkan perhatian lebih banyak. Jonathan (OSHE Coordinator) M Gunawan (Enviro Coordinator) Vacant (Enviro Officer) Vacant (Jr. Enviro Foreman) Bambang Harianto (LH Enviro)
Rubby (Jr. Enviro Foreman) 1. 2. 3. 4.
Akhmadi Arfani Gardo Baderani (Enviro Crew)
Irpan Wahyuni (Jr. Enviro Foreman) 1. 2. 3. 4.
Lambri Syarif Thambrin Rijaludin Joko S. (Enviro Crew)
Gambar 35. Struktur Organisasi Departemen OSHE Kontraktor
75
5.1.3 Hubungan Kerja Owner dan Kontraktor Keberhasilan pelaksanaan kegiatan reklamasi bila dilihat dari sudut pandang sebuah unit kegiatan dalam suatu proyek tambang merupakan tanggung jawab dari sebuah tim proyek. Menurut Soeharto (1995) tim proyek dapat diartikan sebagai semua pihak atau peserta yang berkepentingan dan terlibat dalam penyelenggaraan dan hasil proyek. Sering pula disebut sebagai stake holder. Dalam proses mencapai tujuan tersebut pemilik melakukan ikatan atau kontrak dengan kontraktor dalam melaksanakan kegiatan fisik. Dalam perjalanannya kedua belah pihak memiliki dua kepentingan yang berbeda seperti pada Tabel 10.
Tabel 10. Tujuan dan motivasi peserta proyek No Sasaran proyek 1 Jadwal Penyelesaian
2
Biaya proyek
3
Mutu pekerjaan dan peralatan
Pemilik Cepat selesai, agar hasil proyek dapat segera dipergunakan Harga terendah memenuhi persyaratan teknik. Minimal tidak melewati anggaran Berfungsi sesuai harapan, minimal sesuai spesifikasi
Konsultan Cepat selesai, minimal sesuai kontrak
Kontraktor Cepat selesai, minimal sesuai kontrak
Mendapat keuntungan sebaik mungkin
Mendapat keuntungan sebaik mungkin
Memenuhi kriteria dan spesifikasi dalam kontrak
Memenuhi kriteria dan spesifikasi dalam kontrak
(Sumber : Soeharto, 1995)
Namun kenyataan di lapangan sebaliknya pihak pemilik proyek dalam hal ini PT Arutmin Indonesia tidak selalu menjalankan fungsi tersebut secara maksimal dalam artian hubungan di lapangan jauh lebih fleksibel tergantung kondisi lapang dan memahami keadaan kontraktor. Sebagai contoh ada beberapa substansi dalam kontrak yang tidak dilaksanakan oleh kontraktor seperti menebarkan mulsa dan membuat konstruksi rip rap pada saluran drainase.
76
Kedua substansi tersebut memang tidak terlalu signifikan terhadap hasil akhir pelaksanaan reklamasi sejauh hasil akhir memenuhi standar yaitu tanaman tumbuh dengan baik. Dalam kenyataan di lapangan pelaksanaan reklamasi masih saja terlambat sehingga tidak seimbang dengan pembukaan lahan. Hal ini jelas membutuhkan koordinasi secara jelas dan ketat yang harus dilakukan oleh pemilik proyek terhadap kontraktor walaupun tidak ada sasaran waktu yang ditentukan dalam kontrak untuk pelaksanaan reklamasi.
5.2 Aspek Legal Konsep dasar pengaturan yang diterapkan dalam kebijakan pertambangan sebenarnya adalah penekanan pada upaya perlindungan lingkungan sejak dini, yaitu dengan mengintegrasikannya ke dalam perencanaan pertambangan, selalu proaktif dan mengambil prakarsa (inisiatif), memahami sistem alam bekerja untuk mempertahankan keberlanjutan fungsi lingkungan dan menganalogikannya ke dalam sistem perusahaan, serta pembinaan kepada perusahaan agar menempatkan dirinya sebagai bagian yang integral dari komunitas maupun lingkungan setempat. Pemerintah Indonesia sudah sejak lama memperhatikan dan mengatur integrasi
kegiatan
pertambangan
dengan
lingkungan,
yaitu
dengan
dicantumkannya kewajiban pemegang Kuasa Pertambangan (KP) untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan seperti yang tertuang di dalam UndangUndang
Nomor
11
Tahun
1967
tentang
Ketentuan-ketentuan
Pokok
Pertambangan. Undang-undang tersebut sebenarnya sudah diganti dengan Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, beberapa hal yang berbeda adalah mengenai metode perijinan yaitu dari sitem kontrak menjadi sistem perijinan, namun pemerintah memberikan kompensasi sampai berakhirnya kontrak bagi perusahaan yang masih beroperasi pada saat Undang-undang baru ini disahkan. Berdasarkan hasil wawancara lamanya ijin kontrak yang disebut PKP2B adalah selama 30 tahun. Selain itu undang-undang tersebut juga diikuti oleh undang-undang lain yang lebih khusus lagi mengatur pengelolaan lingkungan hidup, yaitu Undangundang Nomor 4 Tahun 1982 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Disamping hal tersebut
77
Pemerintah telah menindaklanjuti dengan menerbitkan beberapa ketentuan di bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, dan Keputusan Direktur Jenderal dan dari pihak perusahaan telah dengan patuh mengikuti aturan yang telah diterapkan. Jaminan reklamasi dibuat untuk menjamin kepatuhan perusahaan tambang atas kewajibannya melakukan reklamasi lahan bekas tambang. Dengan demikian diharapkan Pemerintah mempunyai dana yang cukup memadai untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang jika perusahaan tersebut tidak melakukannya atau mengalami kebangkrutan. Hal-hal yang berkaitan dengan penetapan, penempatan, dan pencairan atau pelepasan jaminan reklamasi dan sangsi-sangsi, diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum Nomor 336.K/271/DDJP/1996 tentang Jaminan Reklamasi. Upaya reklamasi diperlukan perencanaannya sedini mungkin agar lahan bekas tambang dapat dikelola secara efektif dan efisien, serta masyarakat dapat mengetahui perlakuan/pemanfaatan lahan bekas tambang.
5.3 Aspek Kelembagaan 5.3.1 Kontrak Kerja Tambang Terkait pelaksanaan reklamasi hal yang menjadi sorotan adalah mengenai jadwal pelaksanaan, penyelesaian dan keterlambatan. Substansi tersebut tidak dijelaskan dalam dokumen kontrak untuk unit kegiatan pelaksanaan reklamasi ataupun dokumen pendukung lainnya. Untuk jadwal pelaksanaan hal ini memang dapat dipertimbangkan karena karakter pekerjaan adalah menunggu selesainya pekerjaan yang lain yaitu pelaksanaan kegiatan penimbunan tanah penutup (dumping area). Sehingga hipotesa dalam mencapai keberhasilan reklamasi yang dilihat dari cepatnya pekerjaan reklamasi tidak akan dibahas lebih lanjut dari komponen ini. Jadwal penyelesaian yang terperinci seharusnya bisa menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan reklamasi. Dalam dokumen kontrak tidak disebutkan kurun waktu (jumlah hari/minggu/bulan) pelaksanaan reklamasi. Hal ini yang menyebabkan telambatnya pelaksanaan pekerjaan reklamasi yang seharusnya merupakan rencana kegiatan bulan Februari 2008
78
namun baru selesai pada bulan Juni 2009 padahal dilihat dari kompleksitas kerja pekerjaan tersebut bisa saja diselesaikan dalam beberapa bulan saja. Hal ini secara langsung menyebabkan pelaksanaan reklamasi terlihat tidak seimbang dengan pelaksanaan eksploitasi. Tidak adanya jadwal penyelesaian untuk unit kegiatan reklamasi disebabkan karena kegiatan ini adalah sub kegiatan dari proyek tambang sehingga secara langsung mengikuti jadwal secara umum pelaksanaan eksplorasi yang memakan waktu lama bahkan kenyataannya kontrak kerja selalu diperpanjang sehingga secara langsung pekerjaan reklamasi pun tidak diberikan patokan lama penyelesaian. Keterlambatan kerja kontraktor disebabkan masalah teknis yang tidak sesuai dengan SOP dari pihak pemilik proyek ketika dilakukan inspeksi reklamasi. Pihak kontraktor seringkali hanya mendapatkan teguran dan diminta untuk memperbaiki pekerjaannya sampai sesuai dengan SOP tanpa ada ketentuan lain. Menurut Soeharto (1995) di kontrak harus jelas disebutkan bagaimana akibat yang harus ditanggung kontraktor, bila terjadi keterlambatan yang disebabkan olehnya, dan mengakibatkan pemilik menderita kerugian dan kesulitan. Sangat sukar untuk menghitung jumlah besar kerugian yang sesungguhnya, sebagai gantinya dicantumkan pasal liquidated damage, yang menyatakan jumlah uang per hari sebagai ganti rugi keterlambatan, sampai pekerjaan selesai atau sampai pada angka maksimum. 5.3.2 SOP Untuk pelaksanaan reklamasi sendiri perusahaan telah mempunyai tekad yang bulat dengan mengeluarkan standar operasi kerja yang menjadi pedoman dalam melaksanakan pekerjaan di lapang. Hal ini sesuai dengan pendapat Soeharto (1995) bila kebijakan memberikan petunjuk tentang apa yang perlu, boleh dan tidak boleh dilakukan, maka prosedur merupakan penjelasan yang dibakukan perihal bagaimana melakukannya. Prosedur menempati kedudukan penting bagi setiap kegiatan, demikian halnya untuk proyek. Jika dipersiapkan dengan baik, prosedur berguna untuk : 1. Mengurangi kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi.
79
2. Mengurangi adanya tumpang tindih dan pengulangan. 3. Mengurangi tugas-tugas pengambilan keputusan, karena prosedur itu sendiri sudah merupakan keputusan tentang bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan. Ada beberapa bagian prosedur kerja yang belum diperbarui sehingga bertentangan dengan
apa yang dilakukan
di
lapangan. Hal ini bisa
dipertimbangkan karena prosedur kerja harus dijaga agar tidak sampai menghilangkan kreatifitas dan pemikiran-pemikiran baru untuk mengembangkan cara-cara pelaksanaan yang lebih efisien, diluar kebijakan dan prosedur yang berlaku. Hal ini menuntut dilakukan pengkajian berkala, dan bila perlu mengubah atau mengganti dengan kebijakan dan prosedur yang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi yang baru. Hal yang tidak ditemui adalah mengenai prosedur koordinasi dimana prosedur ini memberikan petunjuk-petunjuk dasar tentang bagaimana pekerjaan proyek dilaksanakan dalam kaitannya dengan pihak-pihak peserta proyek (pemilik dan kontraktor). Hal-hal yang tercakup dalam prosedur ini salah satunya adalah prosedur komunikasi yang berupa pelaporan, surat menyurat dan kode arsip.
5.4 Keterkaitan proses Eksplorasi dan Reklamasi Kegiatan eksplorasi dilakukan dengan mengikuti pola ketersediaan batubara dan pelaksanaan reklamasi akan dilakukan sejalan dengan kemajuan tambang. Area yang sudah tidak di ekplorasi lagi akan menjadi lubang tambang dan pada akhirnya akan ditinggalkan dan didesain penggunanaan lahannya sesuai dengan dokumen rencana penutupan tambang. Proses reklamasi khususnya pada bahasan magang ini adalah area tambang yang merupakan area timbunan tanah penutup yang diambil pada saat penambangan. Kedua aktivitas ini diharapkan sejalan dalam artian sama cepatnya dan mempunyai grafik yang sama antara pembukaan lahan dengan yang direklamasi. Pada kenyataannya ditemukan pekerjaan lanskap reklamasi yang menjadi terlambat pekerjaannya karena berbagai faktor sehingga grafik pembukaan lahan dan reklamasi tidak sejalan. Grafik tersebut bisa dilihat pada Gambar 36.
80
Ha 900.00 750.00 600.00 450.00 300.00 150.00 -
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
RECONTOURED 147 150 154 159 172 177 TOPSOILED 124 129 129 129 140 147 REVEGETATED 102 102 105 105 110 110 DISTURBED 604 616 617 617 632 637
179 179 179 180 198 210 149 149 150 150 156 162 115 115 118 122 125 132 637 661 661 661 701 777
Gambar 36a. Monthly Land Use Status Tambang Batulicin 2008 Ha 900.00 750.00 600.00 450.00 300.00 150.00 -
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
RECONTOURED 210 220 220 223 232 TOPSOILED 162 172 172 178 185 REVEGETATED 133 145 146 152 152 DISTURBED 777 808 809 809 833
Gambar 36b. Monthly Land Use Status Tambang Batulicin 2009 Pada gambar di atas idealnya grafik disturbed yaitu total luasan lahan yang diganggu atau bukaan lahan seharusnya tidak terlalu jauh jaraknya dengan grafik revegetated atau area yang direklamasi.
5.5 Pelaksanaan administrasi Proses administrasi sudah terencana dengan baik, setiap pelaksanaan tahap kegiatan reklamasi pihak kontraktor akan berkoordinasi dengan pemilik proyek dengan rincian kegiatan yang sudah tertulis dan persetujuan kedua belah pihak.
81
Hal yang penting yang tidak ditemukan dalam salah satu dokumen dalam tahap administrasi ini adalah form pengajuan penanaman dimana dalam SOP selayaknya pihak kontraktor akan menjelaskan secara rinci tentang lokasi pemeriksaan yang akan dilakukan penanaman, luas daerah yang dilakukan penanaman, jumlah dan jenis tanaman yang akan ditanam, serta jadwal revegetasi. Dengan demikiann pemilik proyek tidak dapat mengecek jumlah tanaman yang sebenarnya ditanam oleh kontraktor. Selain itu lampiran berupa gambar site plan penanaman sangat penting, namun tidak melampirkan peta lokasi atau planting plan drawing
5.6 Pelaksanaan Fisik 5.6.1
Memperbaiki kondisi tanah Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria L) dan Akasia (Acacia
mangium) sebagai tanaman utama dalam kegiatan reklamasi adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan kondisi tanah yang tidak subur dan dengan sedikit pemupukan. Namun berbeda dengan tanaman lain seperti tanaman buah-buahan yang juga ditanam pada saat reklamasi antara lain buah cempedak, manggis, nangka, mangga, rambutan, durian, dan jeruk. Jenis tanaman perkebunan ini memerlukan syarat tumbuh yang berbeda-beda namun pada umumnya tanaman perkebunan dapat tumbuh baik dengan pH mendekati normal antara 6,5 - 7. Kondisi topsoil yang ada merupakan topsoil yang sudah mengalami banyak pengolahan tanah. Dari data sekunder yang ada bahwa karakter fisik tanah pada lahan reklamasi bekas tambang batubara sangat berbeda jika dibandingkan dengan karakter fisik tanah pada umumnya. Tanah pada lahan reklamasi ini merupakan tanah yang sudah rusak dan sangat terganggu sebagai akibat dari kegiatan penambangan. Kerusakan tanah secara fisik dapat dilihat dari bobot isi yang sangat tinggi dan kemantapan agregat yang sangat rendah. Karakteristik kimia lahan reklamasi bekas penambangan batubara ditunjukkan dengan tingkat kesuburan yang sangat rendah. Hal ini ditunjukkan diantaranya dengan pH tanah yang sangat masam dan kandungan bahan organik yang sangat rendah.
82
Ada berbagai cara dalam memperbaiki kondisi tanah ini antara lain dengan menggunakan bahan pemantap tanah (Soil conditioner) untuk memperbaiki kondisi fisik tanah dan Bioremediasi untuk memperbaiki kondisi kimia tanah. 1. Bahan pemantap tanah (Soil conditioner) Pemantapan tanah (soil conditioner) bertujuan untuk memperbaiki keadaan sifat-sifat fisik tanah dengan menggunakan bahan kimia baik secara buatan maupun secara alami. Pengertian pemantapan tanah sendiri adalah pembentukan struktur tanah dengan pori-pori (ruang udara) di dalam dan di antara agregat tanah yang sekaligus mantap atau stabil De boodt (1971) dalam Sarief (1985). Bahan-bahan polimer pemantap tanah tersebut dapat dibagi ke dalam bahan-bahan yang larut dan tidak larut dalam air. Pemakaiannya kedalam tanah berupa larutan yang meliputi polimer-polimer, polyvinylalkohol (PVA), garamgaram
dari
asam
polyacrilik,
polyacrylamide
(PAM),
hydrolyzed
polyacrilonitrille, dan lain-lain. Sedangkan, bahan polimer yang larut dalam air dipakai kedalam tanah sebagai emulsi, yaitu meliputi karet alam, bitumen, latexlatex seperti copolymer-copolymer dari styrene dan 1.3 butadine, dan lain-lain. Emulsi-emulsi tersebut yang tersedia di pasaran dan telah dipakai secara luas untuk memperbaiki struktur tanah (Sarief, 1985). 2. Bioremediasi Salah satu masalah yang potensial dalam kegiatan penambangan adalah dalam mengendalikan Air Asam Tambang. Salah satu metode yang ramah lingkungan adalah bioremediasi, yaitu suatu proses dengan menggunakan mikroorganisme, fungi, tanaman hijau atau ensim yang dihasilkan untuk mengembalikan kondisi lingkungan dengan cara mengeliminasi kontaminan. Kelompok mikroba yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas tanah bekas tambang batubara adalah bakteri pereduksi sulfat (BPS). Bakteri pereduksi sulfat (BPS) diisolasi dari limbah industri kertas (sludge). Dalam aktivitas metabolismenya BPS dapat mereduksi sulfat menjadi H2S. Gas ini akan segera berikatan dengan logam-logam yang banyak terdapat pada lahan bekas tambang dan dipresipitasikan dalam bentuk logam sulfida yang reduktif (Hards and Higgins (2004) dalam Widyati (2007).
83
Berdasarkan penelitian Widyati (2007) Bakteri pereduksi sulfat (BPS) efektif digunakan dalam proses bioremediasi tanah bekas tambang batubara dengan waktu inkubasi 20 hari. Aktivitas BPS dapat menurunkan konsentrasi sulfat pada tanah bekas tambang batubara dengan efisiensi 89,76% dalam waktu inkubasi 20 hari. Penurunan sulfat tersebut dapat meningkatkan pH tanah bekas tambang batubara dari 4,15 menjadi 6,66 dalam waktu yang sama. Nilai pH tersebut merupakan pH yang ideal untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman, sehingga bioremediasi tanah dengan BPS akan sangat membantu kegiatan rehabilitasi lahan bekas tambang batubara.
5.6.2
Analisis stabilitas lereng Analisis stabilitas lereng mempertimbangkan banyak faktor seperti:
topografi, geologi, dan sifat-sifat material, dan pula dipertimbangkan apakah lereng terbentuk secara alami atau dibuat oleh manusia (Hardiyatmo, 2006). Dalam hal ini lereng yang terbentuk adalah jenis lereng buatan. Hal yang menjadi faktor penting dalam kestabilan lereng area reklamasi ini adalah terkait aspek geologi dan tanah sebagai material pembentuk lereng karena hal ini sangat menentukan kestabilan lahan yang akan direklamasi. Di lapangan ditemui beberapa bagian area reklamasi yang longsor. Hal ini disebabkan karena kurang stabilnya proses penimbunan dan perataan lapisan penutup tanah (Overburden) yang berada di bawah lapisan topsoil.
(a) Lereng yang longsor
(b) Penggenangan air yang menjadi lumpur
Gambar 37. Masalah yang terdapat pada lereng area reklamasi
84
5.6.3
Cara Penanggulangan Erosi Erosi yang disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan oleh manusia
seperti kegiatan pertanian, pertambangan, pembangunan jalan, kota, dan pengembangan pemukiman dan lain-lain akan menimbulkan pengaruh terhadap lingkungan. Tipe erosi yang disebabkan oleh hal tersebut dikenal dengan sebutan accelerated erosion (erosi yang dipercepat). 1. Biologis Dalam pelaksanaan reklamasi, pihak pemilik proyek sudah melakukan tindakan-tindakan dalam menanggulangi erosi secara biologis. Kebijakan itu sudah tertuang dalam dokumen kontrak dan SOP perusahaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan kombinasi tanaman penutup tanah dari jenis legume yaitu Colopogonium mucunoides (CM), Peuraria javanica (PJ) dan Centrocema pubescens (CP). Tanaman penutup tanah selain dapat menyediakan bahan organik juga dapat menahan pukulan air hujan yang jatuh pada permukaan tanah. Namun di lapangan ada beberapa hal yang tidak dilakukan dalam pelaksanaan reklamasi yaitu penggunaan mulsa. Penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa penutup tanah benar-benar akan mencegah terjadinya erosi dan menghindarkan pengaruh-pengaruh langsung dari curah hujan terhadap tanah (Sarief, 1985). Lebih lanjut Sarief mengungkapkan untuk usaha konservasi dengan sisa tanaman yang tidak mudah lapuk seperti jerami, adalah lebih baik dari sisa tanaman leguminosa yang lebih lekas melapuk. Kenyataannya penggunaan tanaman penutup tanah juga tidak cukup selain karena sedikitnya tanaman penutup tanah yang tumbuh, curah hujan juga menjadi faktor yang menentukan. Hal ini sangat menentukan untuk awal tumbuh tanaman utama. Untuk area reklamasi yang berlereng penggunaan teknik VGT (Vetiver Grass Technology) yaitu menggunakan tanaman (Vetiveria zizanoides L.) sebagai cara untuk mengurangi laju erosi sangatlah baik, karena selain menahan laju erosi keberadaan vetiver juga dapat menahan sedimen yang terbawa oleh air sehingga topsoil tidak akan cepat hilang.
85
(b) Tidak meratanya penutupan tanaman penutup tanah
(b) tanaman penutup tanah yang sedikit
Gambar 38. Pertumbuhan tanaman penutup tanah
Gambar 39. Vetiveria zizanoides L atau Akar Wangi (http://media.photobucket.com/image/vetiveria%20zizanoides/Leu51/Grasses/7f4c.jpg?o=1)
Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides L ) mempunyai morfologi dan karakteristisk fisologi yang unik, tanaman ini sudah sangat dikenal dikarenakan kefektifannya dalam mengontrol erosi dan sedimen yang diakibatkan oleh erosi, Greefield (1989) dalam Troung (1999b), dan juga berdasarkan penelitian merupakan tanaman yang toleran terhadap kondisi tanah yang ekstrim, termasuk kontaminasi logam berat, Troung and Baker (1998) dalam Troung (1999b). Di Indonesia dikenal dengan sebutan Akar wangi, Tanaman ini adalah rumput menahun yang membentuk rumpun yang besar, padat dengan arah tumbuh tegak lurus, kompak, beraroma, bercabang-cabang, memiliki rimpang dan sistem
86
a akar serabu ut yang dalaam. Rumpunn tumbuh hingga h menncapai tinggii 1-1.5 m, b berdiameter 2-8 mm. Daun berbenttuk garis, pip pih, kaku, permukaan bawah daun l licin. Perbun ngaan malai (tandan majjemuk) term minal, tiap tanndan memiliiki panjang m mencapai 10 cm; ruass yang terbbentuk antarra tandan dengan d tang gkai bunga b berbentuk beenang, namuun di bagian apeksnya taampak menebbal. Ketik ka ditanam dalam sebbuah baris, vetiver akan membenntuk pagar b bendungan yang y keras, dimana dapaat menahan aliran air deengan kedalaaman lebih d 0.6-0.8 m, bentukan dari n dengan caara demikian n yaitu sebuaah pembatass hidup hal i akan meemperlambatt dan menyeebarkan aliraan air permuukaan secaraa konsisten ini s sebagai peraangkap sedim men. Tata leetak yang teepat, akan m membuat pag gar ini juga d dapat berfuungsi sebag gai struktur pengalihaan yang sangat s efekktif dalam m menyebarka an dan menggalihkan gerrakan aliran air permukaan menujuu area yang l lebih stabil atau menujuu saluran peembuangan yang y tepat. Karakteristik K k hidraulik d pagar vetiver dari v di baawah aliran air yang dallam ditentukkan melalui uji saluran a dalam prroyek mitigaasi banjir di Queensland, air Q , Dalton et aal (1996) dalam Troung ( (1999b).
Gambaar 40. Modeel Hidraulik aliran air yanng melalui tanaman Vetiiver (Sumber : Troung, P.N, 1999)
Lebihh lanjut hassil percobaann diatas mem mbuktikan bbahwa vetivver berhasil d dalam menggurangi keceepatan alirann air dan meengurangi peergerakan toopsoil yang t terjadi diantaara jarak sellang antara yyang ditanam mi dan tidak ditanami vettiver.
87
Gambar 411. Penggunaaan Vetiveriaa zizanoides L dengan m metode strip cropping (mem motong lerengg atau searahh dengan konntur) (Sumberr : Troung, P.N N, 1999)
Gambar 422. Penggunaaan Vetiveriaa zizanoides L pada saluuran drainase (Sumber : Trooung, P.N, 19999)
88
2. Teknis-Mek T kanis Usahha pengendaalian erosi seecara mekanis ini pada ppokoknya addalah untuk m mengurangi atau menghhalangi alirann air di perm mukaan (run off), sebelum m aliran air i ini dapat mengikis m taanah dan menghanyuutkannya. M Metode ini umumnya m memerlukan n biaya yang g lebih tingggi dibandinggkan dengann cara biologgis. Biayab biaya tersebu ut menyangkkut pengadaan alat beratt. Pembbuatan konstruksi draiinase berupa guludan, slope draiinage, dan s saluran peniirisan yang dilakukan d suudah baik daan sesuai denngan pustakka yang ada h tersebut berfungsi mengurangi hal m laju air perrmukaan yaang bisa meenyebabkan e erosi. Walauupun ada bebberapa bagiaan dalam dokkumen kontrrak yang kem mbali tidak d dilakukan olleh kontrakto or yaitu pem mbuatan rip rap. r Rip rap adalah bangunan yang y berfunngsi untuk melindungi m permukaan p l lereng dan menghambat m t lajunya aliiran air perm mukaan, biassanya digunaakan untuk m mencegah errosi kaki lerreng oleh akkibat aliran sungai, danauu atau gelom mbang laut. R rap terrdiri dari batuan Rip b besaar yang dihhamparkan dengan graadasi yang m memenuhi syarat filter (Hardiyatmo, 2006). mun untuk peelaksanaan reklamasi r baatuan yang digunakan disesuaikan d Nam d dengan kond disi lereng dan d besarnyaa guludan. Berikut B (Gam mbar 43) adaalah contoh p penggunaan rip-rap padaa saluran draainase.
Gambar 43. Penggunaan rip rap paada saluran drainase d (Sumber : Simonds, 19983)
89
Gambar 44. Guludan dan saluran drainase pada area reklamasi 5.6.4
Teknik Penanaman 1. Penanaman Tanaman penutup tanah Penanaman tanaman penutup tanah atau Leguminosa Cover Crop (LCC)
dilakukan dengan sederhana yaitu dengan menaburkannya keseluruh bagian permukaan area reklamasi, tidak dibatasi pada area tertentu. Namun setelah beberapa hari setelah penyebaran LCC, tanaman ini tidak optimal dalam menutupi tanah area reklamasi, masih ada beberapa bagian yang tidak tertutupi atau LCC tidak tumbuh, hal ini disebabkan oleh terbawanya bibit oleh aliran air permukaan dan karena memang tidak dilakukan penyebaran. Dalam penanaman LCC sebaiknya dilakukan menurut larikan-larikan di antara tanaman pokok, di mana tanaman pokok tersebut merupakan tanaman yang tinggi. Penanaman tumbuhan dalam bentuk larikan-larikan ini lebih lanjut dijelaskan adalah penanaman dengan cara membuat larikan-larikan secukupnya yang searah garis kontur (Hardiyatmo, 2006). 2. Penanaman pohon Penanaman pohon tidak terlalu rumit seperti halnya menanam pohon yang sudah memiliki umur 2-3 tahun, karena tanaman yang ditanam baru berumur 6 bulan dengan tinggi sekitar 30 cm. Penanamannya pun dapat dilakukan dengan sederhana. Pada dasarnya hanya melakukan pemindahan tanaman yaitu merupakan suatu pekerjaan memindahkan tanaman dari suatu tempat dan
90
menanamkannya kembali ke tempat lain, misalnya dari pembibitan ke lokasi tanaman (Arifin dan Arifin, 2000). Pemindahan tanaman dilakukan bila datang hujan agar tanaman bisa optimum beradaptasi. Proses pemindahan cukup membuka pohon dari media tanam (polibag) dan memasukkannya ke dalam lubang tanam sesuai dengan ukuran akar yaitu sedalam 15-20 cm dengan diameter 10 cm serta memiliki jarak tanam 3x4 cm. Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dilakukan untuk setiap lubang tanam yang telah ditutup sebagian dengan tanah, pupuk diberikan dengan dosis kira-kira satu sendok makan. Pemberian pupuk dilakukan dengan disebar di sekililing tanaman.
5.7 Pemeliharaan Dilihat segi organisasi dalam kinerja di lapangan cukup fleksibel/tidak kaku. Kegiatan pemeliharaan tidak memiliki organisasi khusus dan hanya menjadi bagian atau tambahan kegiatan fungsional serta dipimpin langsung oleh koordinator Enviro Section (bagian lingkungan) serta 2 orang foreman enviro yang melakukan koordinasi di lapangan terhadap 9 orang pelaksana operasional (enviro crew). Pelaksana operasional lapangan bertugas melakukan kegiatan pemeliharaan sesuai jadwal yang tertulis dalam SOP dan dokumen kontrak yaitu selama 6 bulan yang terdiri dari pemeliharaan pada umur 1 bulan, umur 3 bulan, dan terakhir pada umur tanaman 6 bulan sehingga praktis tanaman hanya di lakukan pemeliharaan beberapa kali saja. Tidak adanya pembagian kerja yang khusus menyebabkan struktur organisasi pemeliharaan seperti ini sangat beresiko karena dapat membagi konsentrasi perusahaan terhadap tugas yang lain di bidang lingkungan. Selain digunakan untuk kegiatan pemeliharaan pelaksana operasional ini juga bertanggung jawab terhadap kondisi nursery (pembibitan). Dijelaskan pula sebagai suatu bagian, pemeliharaan taman biasanya terdiri dari beberapa seksi yang bekerja secara spesifik dan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja (Arifin dan Arifin, 2005).
91
(b) Pemupukan dan penggemburan tanah
(a) Penyulaman
Gambar 45. Proses Pemeliharaan Rutin
5.8 Perencanaan Penutupan Tambang Hasil akhir dari proses reklamasi adalah tercapainya tata guna lahan yang baru atau menyesuaikan dengan kondisi eksisting. Hal ini bisa diwujudkan melalui kegiatan perencanaan dengan menganalisis setiap potensi dan kendala pada tapak sehingga pada tahap sintesis bisa dicapai hasil akhir yang ideal. Kegiatan perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk kegiatan yang menitikberatkan pada data dan informasi yang dikumpulkan serta proses pengolahan data dan informasi tersebut untuk mendapatkan hasil seperti yang diinginkan atau dikonsepkan. Pihak PT Arutmin Indonesia melihat bahwa area tambang Mangkalapi sangat sesuai untuk dijadikan sebuah area agrowisata. Hal ini diperkuat dengan tujuan akhir tutup tambang yang harus mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar tambang yang selama ini bergantung terhadap adanya kegiatan tambang. Untuk melihat kesesuaian lahan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai maka diperlukan sebuah langkah perencanaan yang baik. Konsep Dasar yang akan di kembangkan adalah perencanaan revitalisasi lanskap pascapenambangan batubara sebagai kawasan agrowisata masyarakat Desa Mangkalapi dan Desa Teluk kepayang dalam program tutup tambang PT AI Batulicin dalam rangka pemanfaatan lahan berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi.
92
Proses dan tahapan utama kegiatan perencanaan lanskap Tambang Mangkalapi, adalah sebagai berikut : 1. Persiapan Tahap persiapan terdiri dari penyusunan peta dasar, perumusan kriteria standar dan penetapan tujuan perencanaan. Dalam hal ini menyediakan lanskap yang berkelanjutan bagi kelangsungan kehidupan masyarakat sekitar tambang yaitu dengan menjadikan area pascapenambangan sebagai kawasan agrowisata. 2. Inventarisasi Tahap inventarisasi dilakukan dengan pengumpulan data awal berupa data primer dan data sekunder yang telah disesuaikan dengan tujuan awal perencanaan. Data primer diperoleh melalui survey lapang dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka yaitu buku acuan dan pustaka lainnya yang dapat mendukung ruang lingkup studi. Data yang dikumpulkan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu data fisik dan biofisik, seperti : lokasi, aksesibilitas, iklim, tanah, topografi, hidrologi, vegetasi, satwa, kualitas visual lanskap, fasilitas dan utilitas pascapenambangan; data sosial, seperti: sosial ekonomi masyarakat sekitar tambang, persepsi masyarakat; dan data teknik berupa tata guna lahan. 3. Analisis Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh dipisahkan menjadi potensi, kendala, amenity dan danger signal. Semua potensi, kendala, amenity, dan danger signal tersebut dinilai berdasarkan program dan fungsi wisata yang direncanakan. Semua data yang menguntungkan untuk pengembangan kegiatan dan fasilitas wisata seperti kondisi tanah yang baik, lereng yang stabil, vegetasi yang teduh dan sumber air yang baik dijadikan sebagai potensi. Sedangkan kendala yang ada seperti lereng yang terjal, iklim yang panas, kebisingan dan debu akibat aktifitas penambangan, dan tanah yang becek dicarikan alternatif penyesuaiannya untuk kegiatan wisata yang direncanakan. Amenity adalah elemen tapak kondisi awal yang memenuhi unsur estetika sehingga layak untuk dikembangkan seperti pemandangan yang bagus, air terjun, keindahan vegetasi dan satwa. Di tambang mangkalapi yang termasuk unsure amenity adalah bentuk danau yang alami, lapisan batuan geologi yang tersisa dari
93
penambangan batubara, bentukan lahan disekitar danau, dan arsitektur vegetasi alami di sekitar tambang Mangkalapi. Danger signal di tambang Mangkalapi adalah elemen tapak yang berbahaya untuk dikembangkan sebagai fungsi lanskap dan membutuhkan biaya yang besar agar dapat dikembangkan, seperti lereng dengan kemiringan lebih dari 45%. Contoh-contoh potensi, kendala, amenity, dan danger signal di tambang Mangkalapi dapat dilihat pada Gambar 46.
(a) Potensi, untuk dijadikan welcome area
(c) Kendala, lereng yang curam
(b) Potensi, untuk dijadikan pedestrian line
(d) Amenity, Good view danau dan lapisan batuan
Gambar 46. Foto-foto potensi, kendala, dan amenity di Tambang Mangkalapi Untuk menghubungkan semua informasi kondisi awal Tambang Mangkalapi tersebut dengan fungsi dan program wisata yang direncanakan dalam tahap sintesis, perlu dibuat fungsi dan program yang akan direncanakan. Cara pengembangan program dan fungsi wisata Tambang Mangkalapi adalah dengan mengorganisasikan dan menata secara lengkap kebutuhan tentang dasar-dasar
94
desain lanskap wisata, selain itu berkonsultasi dengan staf dan pengelola PT Arutmin Indonesia, LSM, dan masyarakat sekitar lokasi tambang. Pengembangan program dan fungsi agrowisata tambang Mangkalapi adalah: a. Fungsi Pertanian, fungsi ini dikembangkan bagi pengembangan berbagai macam komoditi perkebunan dan buah-buahan yang bisa dijadikan atraksi bagi pengunjung yang ingin langsung mendapatkan sensasi memetik buah langsung dari tanamannya atau sekedar berjalan santai di area perkebunan untuk menambah informasi mengenai tanaman perkebunan. Selain itu masyarakat sekitar bisa diikutsertakan menjadi pengelola sehingga juga bisa menjadi sumber penghasilan baru setelah tambang ditutup. b. Fungsi Perikanan, fungsi ini dikembangkan bagi pengguna untuk melakukan aktifitas berupa memancing, berperahu, dan sekedar melihat-lihat. c. Fungsi Peternakan, fungsi ini dikembangkan bagi pengguna untuk melakukan aktifitas berjalan atau melihat proses pengambilan susu ternak. Setelah program wisata dan kondisi awal tambang Mangkalapi diketahui, dilakukan analisis tapak yaitu menggabungkan data kondisi awal tapak dan fungsi wisata yang direncanakan pada Pit Mangkalapi. Masing-masing elemen tapak seperti tanah dan geologi, vegetasi dan satwa, iklim dan kenyamanan, kemiringan lahan dan hidrologi dikelompokkan denga fungsi wisata yang direncanakan. Pengelompokkan tersebut dilakukan menurut tiga kriteria, yaitu: a. Sangat sesuai, apabila kondisi awal tapak cocok untuk lanskap yang direncanakan tanpa mengubah kondisi awal tapaknya. b. Sesuai, apabila kondisi awal tapak cocok untuk fungsi wisata yang direncanakan namun perlu pengubahan atau perbaikan yang tidak mendasar terhadap kondisi awalnya. c. Tidak sesuai, apabila kondisi awal tapaknya tidak cocok atau berbahaya bagi fungsi lanskap wisata yang direncanakan.
95
Pada tiap data kesesuaian tapak dibuatkan petanya, sehingga setiap elemen tapak yang sesuai dengan fungsi yang direncanakan dapat diketahui posisinya pada tambang Mangkalapi. Peta kesesuaian kondisi awal tambang Mangkalapi dengan fungsi yang direncanakan meliputi ; (a) peta kesesuaian tanah dan geologi, (b) peta kesesuaian iklim dan kenyamanan, (c) peta kesesuaian vegetasi dan satwa, (d) peta kesesuaian kemiringan lereng dan hidrologi, dan (e) peta kesesuaian tata guna lahan. 4. Sintesis Tahap terakhir dari analisis tapak adalah menggabungkan kelima peta kesesuaian tersebut, sehingga didapat suatu peta akhir mengenai lokasi yang paling sesuai dari semua elemen kondisi awal tapak di Pit Mangkalapi. 5. Usulan alternatif perencanaan Dalam kegiatan magang ini proses perencanaan secara keseluruhan tidak dilakukan namun hanya sekedar menawarkan pola pikir perencanaan kepada pihak perusahaan dalam hal ini PT Arutmin Indonesia tambang Batulicin khususnya Pit Mangkalapi. Usulan ini hanya di lakukan dengan melihat beberapa faktor atau elemen tapak seperti kondisi topografi sehingga secara umum area tambang Mangkalapi bisa dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu : a. Zona Penerimaan b. Zona Pengembangan Perikanan c. Zona Pengembangan Peternakan d. Zona Pengembangan Pertanian
Gambar 47. Peta Kawasan Batas PKP2B PT AI Tambang Mangkalapi (Sumber : Departemen Engineering PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, 2008)
96
h No Scale
Gambar 48. Peta Kesesuaian Topografi Tambang Mangkalapi
97
h No Scale
Gambar 49. Block plan atau Zonasi Area Agrowisata Tambang Mangkalapi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Kegunaan magang di Departemen SHE (Safety Health and Environment) khususnya di Divisi Lingkungan PT Arutmin Indonesia (PT AI) telah dapat memberikan pengalaman kerja secara professional, pengetahuan, serta wawasan di bidang lingkungan yang terkait langsung dengan bidang keprofesian arsitektur lanskap, khususnya mengenai pelaksanaan unit kegiatan proyek tambang yaitu kegiatan reklamasi. Mahasiswa memperoleh pengalaman dalam mengikuti proses pelaksanaan proyek lanskap tersebut mulai dari tahap pelaksanaan administrasi hingga pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan beserta permasalahanpermasalahan yang sering timbul dalam proses pekerjaan lanskap. Kegiatan pelaksanaan reklamasi adalah jenis pekerjaan lanskap yang belum banyak dibahas dalam lingkup keprofesian arsitektur lanskap, secara umum pekerjaan lanskap kegiatan reklamasi sebagai unit kegiatan dari proyek tambang telah berjalan dengan baik sesuai dengan acuan pustaka dan pengalaman lapang selama di kampus, dan berbagai pekerjaan lanskap pada umumnya. Keberhasilan kegiatan dibuktikan dengan beberapa area yang sudah ditanami dan berhasil tumbuh pohon jenis fast growing atau tanaman utama dalam pekerjaan reklamasi yang telah berumur 3-5 tahun. Terkait dengan pelaksanaan reklamasi Pit 2 Mangkalapi Tambang Batulicin, tanaman masih dapat digolongkan 90% tumbuh dengan baik. Namun, bila dilihat dari percepatannya, pekerjaan reklamasi belum bisa seimbang dengan besarnya pembukaan lahan.
6.2 Saran Berdasarkan
hasil
pengamatan
selama
kegiatan
magang,
maka
pelaksanaan suatu pekerjaan reklamasi terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain : 1. Dalam melaksanakan kegiatan reklamasi perusahaan bisa menggunakan kontraktor khusus yang spesifikasinya memang dikhususkan untuk
99
melakukan kegiatan reklamasi sehingga ada efektivitas baik dari segi administrasi dan teknis di lapangan. 2. Pada proses pemeliharaan tanaman sebaiknya pihak pemilik proyek dalam hal ini PT Arutmin Indonesia mengubah masa jaminan reklamasi yang harus dilakukan oleh kontraktor dalam dokumen kontrak, karena dengan masa pemeliharaan dalam waktu 6 bulan saja akan sangat beresiko terhadap keberlangsungan hidup tanaman reklamasi sehingga pencapaian tutup tambang yang baik dapat tercapai. 3. Pihak pemilik proyek bisa lebih tegas dan memastikan bahwa kontraktor menjalankan hak dan kewajiban dalam dokumen kontrak. 4. Melakukan kegiatan persiapan lahan yang lebih intensif terutama dalam kegiatan perbaikan kondisi fisik dan kimia lahan sebelum penanaman. 5. Mewujudkan kerjasama yang baik antar disiplin ilmu terkait dengan lanskap pasca tambang. 6. Keberlanjutan kerjasama antara departemen arsitektur lanskap IPB dengan PT AI sebagai wadah yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk memperluas pengetahuan di bidang arsitektur lanskap.
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, A. E. 2006. Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran Senyawa Humat, Bahan Organik dan Kapur Terhadap Pertumbuhan Koro Benguk (Mucuna pruriens) Pada Lahan Bekas Tambang Batubara PT. Arutmin Indonesia Tambang Batulicin Kalimantan Selatan. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Arifin, H.S. dan N.H.S Arifin. 2005. Pemeliharaan Taman. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hal. Carpenter, P. L, T. D. Walker and F. O. Lanphear. 1975. Plant In The Landscape. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. 418 p. Departemen Energi dan Sumber daya Mineral. 2008. Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Jakarta:ESDM. Direktorat Pengelolaan Lahan. 2006. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan. www.google.com (diakses tanggal 5 Februari 2009). Eckbo, Garrett. 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill Book Company, New York. Hardiyatmo, H.C. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 450 hal. Haries, C. W and N. T. Dines. 1988. Time-Saver Standards for Landsape Architecture. Mc Graw-Hill Book Co. New York. 968 p. Hermansyah, Y. 1999. Karakteristik Tanah Bekas Tambang di Wilayah Pertambangan Cikotok Kabupaten Lebak Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jatmiko, I. 2008. Pengolahan Air Asam Tambang Batubara dengan Bioreaktor berisi limbah kulit kayu dan bakteri Desulfotomaculum orientis ICBB 1220. Skripsi, IPB. Bogor Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara. Jakarta:KLH
101
Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta:Presiden RI. Prijono, 1992. Manajemen Proyek. Andi Offset. Yoyakarta. 77 hal. PT Arutmin Indonesia. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
PT.
Arutmin Indonesia Tambang Batulicin. Batulicin:PT AI. PT Minevest Jasatama Teknik. 2004. Geological Report on The Mangkalapi Deposit Batulicin Mine. Jakarta: PT MJT. PT Arutmin Indonesia. 2009. Rencana Penutupan Tambang Batubara Mangkalapi (DU310/Kalsel) PT Arutmin Indonesia. Batulicin:PT AI. Rachman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Makalah Diskusi dalam Festival Tanaman VI. Bogor. Tidak Dipublikasikan. Rahmawaty, 2002. Restorasi Lahan Bekas Tambang berdasarkan Kaidah Ekologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sarief, S.E. 1985. Konservasi Tanah dan Air. CV Pustaka Buana. Bandung. 146 hal. Setyawan, Deny. 2004. Perubahan Karakter Tanah Pada Kawasan Reklamasi Bekas Tambang Batubara yang Direvegetasi Selama Satu, Dua, Tiga, dan Empat Tahun Dengan Sengon dan Akasia. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. Mc Graw-Hill Book Co. New York. 331 p. Soedarsono, Y.S.2001. Kamus Istilah Proyek. Elex Media Komputindo. Jakarta Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek : dari konseptual sampai operasional. Jakarta:Erlangga Soelarno S. W. 2007. Perencanaan Pembangunan Pasca Tambang Untuk Menunjang Pembangunan Berkelanjutan.
Disertasi. Jakarta: Program
Pascasarjana, Universitas Indonesia. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB
102
Suwardi dan Hidayat, W. 1998. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tala’ohu, S.H, Moersidi S, Suskristiyonubowo dan Gunawan S. 1995. Sifat Fisika-Kimia Tanah Timbunan Tambang Batubara (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bidang Konservasi Tanah dan Air, Serta Agroklimat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Hal 42-52, Cisarua 26-28 September 1995. Bogor. Troung, P.N. 1999b. Vetiver grass technology for mine tailings rehabilitation. Proc. Ground Water Bioengineering for Erosion Control and Slope Stabilization. April 1999. Manila, Philippines. Editor David H Barker et all science publishers, Inc New Hampshire, USA 2004 Undang-undang Republik Indonesia No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta:Presiden RI. UU RI. Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. http://www.penataanruang.net/taru/nspm/PP_No351991.pdf (5 Februari 2009). Widyati, Enny. 2007. Formulasi Inokulum Mikroba: MA, BPF dan Rhizobium Asal Lahan Bekas Tambang Batubara untuk Bibit Acacia Crassicarpa Cunn. Ex-Benth. Biodiversitas, Vol. 8, No. 3. Juli 2007 Wikipedia Encylopedia. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Lanskap [ 5 Februari 2009]
LAMPIRAN
104
Lampiran 1. Gambar Kondisi sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan reklamasi
(a). Kondisi Sebelum dilakukan reklamasi
(b) Kondisi Sesudah dilakukan reklamasi
105
Lampiran 2. Tabel Hasil Analisis Kualitas Air Limbah No
Parameter
Satuan
SP-1
SP-2
SP-3
SP-4
SP-5
SP-6
SP-7
SP-8
SP-9
SP-10
BMA
1
Suhu
ºC
25.5
27.8
26. 70
25.5
28.1
27.7
25.7
28.1
27.1
28.1
Tidak Ada
2
TDS
mg/ l
1910
76
139
4480
2560
4620
7610
670
544
193
Tidak Ada
3
TSS
mg/ l
120
125
216
156
157
155
122
119
120
12
≤400
4
Turbidity
NTU
32
26
43
27
27
26
24
18
20
8
Tidak Ada
5
DHL
mS/ cm
3.62
1.57
3.97
8.28
4.89
8.49
13.6
12.33
11.25
4.04
Tidak Ada
6
Salinitas
ppt
1.2
0
0.2
8.4
5.3
8.6
9.2
0.2
0.3
0.3
Tidak Ada
7
pH
-
6.02
7.03
6.96
7.9
6.74
9.06
7.16
7.93
6.7
7.2
6−9
8
SO4
mg/ l
82
79
126
128
215
188
178
196
142
44
Tidak Ada
9
H2S
mg/ l
<0.001
<0.001
<0.001
<0.001
<0.001
<0.001
0.001
0.002
<0.001
<0.001
Tidak Ada
10
DO
mg/ l
4.5
5.2
4.7
4.5
4.2
5.5
4.7
4.5
5.2
5.4
Tidak Ada
11
BOD5
mg/ l
12.62
8.14
6.1
5.28
5.44
6.15
9.22
8.24
8.65
9.12
Tidak Ada
12
COD
mg/ l
28.62
24.14
22.48
20.16
18.24
22.18
24.85
23.78
24.19
24.16
Tidak Ada
13
Fe
mg/ l
0.08
0.1
1.24
0.18
0.18
0.22
0.2
1.2
1.86
0.1
≤7
14
Mn
mg/ l
0.12
0.1
0.21
0.2
0.1
0.18
0.3
0.1
2.15
0.1
≤4
15
Pb
mg/ l
0.07
0.06
0.1
0.07
0.05
0.07
0.05
0.06
0.07
< 0.002
Tidak Ada
16
Hg
µg/ l
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
< 0.10
Tidak Ada
17
Cu
mg/ l
<0.01
<0.01
0.01
<0.01
<0.01
<0.01
0.1
<0.01
0.02
<0.01
Tidak Ada
18
Minyak
mg/ l
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
< 0.01
Tidak Ada
(Sumber : Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, 2008)
Keterangan: BMA : Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003. SP
: Sediment Pond (Kolam Pengendapan) ; SP-3
: Sediment Pond Mangkalapi CK Pit 1
106
Lampiran 3. Persediaan tanaman di Nursery sampai pada akhir bulan Mei 2009
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Item
Jumlah Tanaman Yang Ditanam Bulan Ini (pohon)
Sengon (Albazia falcatarienthes)
Produksi Tanaman Bulan Ini (pohon)
Non local 775
5000
Stek Sungkai Stek Ceiba pentandra (Kapuk) Stek Kembang Cempedak Manggis Acacia Actocarpus sp (Nangka) Red Rose Anggrek Mangga Rambutan Durio sp Ketapang Sukun Stek Gamal Jeruk Trambesi Mahoni Pinus Gamelia Meranti Ulin Cempedak Total
Kumulatif Keterangan Tanaman per Mei (pohon)
50
100
320
2000
15 35 500 (-12) 500 500
1195
8600
29500 25 178 150 30 16 9000 26 100 95 3 40 28 30 6 600 11 4000 1400 9 1000 250 2 10 46509
Local Local Local fruit Fruits Non Local Fruits Flowers Flowers Local Fruit Fruit Local Fruit Local Fruit Non Local Non local Non Local Local Local Local Local
(Sumber : Monthly Report Departemen OSHE PT Cipta Kridatama, 2009)
107
Lampiran 4. Tabel Curah Hujan bulanan Batulicin 2007 Ata
Mangkalapi
Port
Batulicin
Bulan
Curah Hujan Bulanan (mm)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
327.5 482 327 710.4 404 621.5 461.5 104.5 91.5 99.7 153.5 214.3
Curah Hujan Bulanan (mm) 323 444 244 330.8 244 553.7 361 279 125.5 123 89.8 245.5
Curah Hujan Bulanan (mm) 132 330 89 206 93 258 234.5 52 57 69 52.64 179.56
Curah Hujan Bulanan (mm) 260.8 418.7 220 415.7 247 477.7 352.3 145.2 91.3 97.2 98.6 213.1
(Sumber : Departemen OSHE PT Cipta Kridatama Monthly Report, 2009)
Lampiran 5. Tabel Curah Hujan bulanan Batulicin 2008 Ata
Mangkalapi
Port
Batulicin
Bulan
Curah Hujan Bulanan (mm)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
210.3 251.5 438.5 278.5 220 152.7 445 223 466.5 62.3 269 265.3
Curah Hujan Bulanan (mm) 200.5 215.5 149.5 384 311 344.6 456.5 206 306 61.8 414 223.1
Curah Hujan Bulanan (mm) 195.5 187 174 128.5 282 111 247 133 380.9 60 189.5 154
Curah Hujan Bulanan (mm) 202.1 218 254 263.67 271 202.76 382.83 187.33 384.46 61.36 290.96 214.13
(Sumber : Departemen OSHE PT Cipta Kridatama Monthly Report, 2009)
108
Lampiran 6. Kisaran kemampuan adaptasi tanaman vetiver di Australia dan negara-negara lain No 1
2
3 4
5
Faktor Adaptasi Tolerance to adverse soil confitions 1.1 Acidity
Australia pH 3.3
Other Countries pH 4.2 (with high level soluble alumunium )
1.2 Alumunium level (Al saturation, %)
antara 68-87 %
1.3 Manganese level
>578 mg/kg
1.4 Alkalinity (highly sodic)
pH 9.5
1.5 Salinity (survived) 1.6 Sodicity
47.5 mS/cm 33 % ( exchangeable Na)
1.7 Magnesicity
2,400 mg/kg (Mg)
pH 12.5
Heavy metal tolerance 2.1 Arsenic
100-250 mg/kg
2.2 Cadmium
20 mg/kg
2.3 Copper
35-50 mg/kg
2.4 Chromium
200-600 mg/kg
2.5 Nickel
50-100 mg/kg
2.6 Mercury
>6 mg/kg
2.7 Lead
>1,500 mg/kg
2.8 Selenium
>74 mg/kg
2.9 Zinc
>750 mg/kg
Location
15-37˚S
41˚N-38˚S
4.1 Annual rainfall (mm)
450-4,000
250-5,000
4.2 Frost (Ground temperature)
−11˚C
−14˚C
4.3 Heat wave
45˚C
55˚C
4.4 Drought (without effective rain)
15 Months
Climate
6
Fertilizer 5.1 Vetiver can be establish on very infertile soil due its strong association with mycorrhizae Palatability
7
Nutritional value
N dan P (300 kg/ha DAP)
N dan P, farm manure
Dairy cows, cattle, horse, rabbits, sheep, kangaroo
Cows, cattle, goats, sheep, pigs, carp
N = 1.1%
Crude protein 3.3%
P = 0.17%
Crude fat 0.4%
K = 2.2%
Crude fiber 7.1% (Sumber : Paul N.V Troung, 1999)
109
Lampiran L 7. Dokumen Kontrak proyyek tambang g
110
llanjutan
111
llanjutan
112
Lampiran 8. Harga satuuan berdasarrkan harga luump sum keggiatan reklam masi
113
Lampiran 9. SOP Pembbukaan dan Pembersihann Lahan
114
lanjutan
115
lanjutan
116
lanjutan
117
Lampiran 10. SOP Reehabilitasi Laahan
118
lanjutan
119
lanjutan
120
lanjutan
121
Lampiran 11. SOP Pen nanaman dann Perawatan Tanaman Reklamasi
122
lanjutan
123
lanjutan
124
lanjutan
125
Lampiran 12. SOP Pem mbibitan Tannaman
126
lanjutan
127
lanjutan
128
Lampiran 13. SOP Pem mantaun Kebberhasilan Reklamasi
129
lanjutan
130
Lampiran 14. Berita Acara Reklam masi lahan
131
Lanjutan
132
Lanjutan
133
Lanjutan
134
Lampiran 15. Form Peengukuran Luuasan daerahh reklamasi
135
Lampiran 16. Form Insspeksi Lahann Reklamasii
136
Lampiran 17. Form Peermit Regradding dan Spreading Topssoil
137
Lampiran 18. Form Insspeksi Kegiaatan Regradiing
138
lanjutan
139
Lanjutan
140
Lampiran 19. Desain Penempatan Batuan Penuutup
141
Lampiran 20 Sertifikaat magang