ANALISIS APLIKASI PROSEDUR ANALITIK DALAM AUDIT UMUM ATAS LAPORAN KEUANGAN OLEH KANTOR AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Oleh Aris Sumarwan NIM : 104082002639
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008
ANALISIS APLIKASI PROSEDUR ANALITIK DALAM AUDIT UMUM ATAS LAPORAN KEUANGAN OLEH KANTOR AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Aris Sumarwan NIM : 104082002639 Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Yahya Hamja, MM
Amilin SE., Ak., MSi.
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M
Hari ini Jum’at tanggal 31 Oktober tahun 2008 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Aris Sumarwan NIM: 104082002639 dengan judul Skripsi “ANALISIS APLIKASI PROSEDUR ANALITIK DALAM
AUDIT UMUM ATAS LAPORAN KEUANGAN OLEH KANTOR AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat siterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 31 Oktober 2008 Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs Abdul Hamid Cebba Ak., MBA Ketua
Abbas Ghazali Ph.d Penguji Ahli
Dr Amilin SE.,Ak., MSi Sekretaris
Hari ini Jum’at tanggal 28 November tahun 2008 telah dilakukan Ujian Sidang Skripsi atas nama Aris Sumarwan NIM: 104082002639 dengan judul Skripsi “ANALISIS APLIKASI PROSEDUR ANALITIK DALAM AUDIT
UMUM
ATAS
LAPORAN
KEUANGAN
OLEH
KANTOR
AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat siterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 28 November 2008 Tim Penguji Ujian Sidang Skripsi
Dr. Yahya Hamja, MM Pembimbing I
Drs. Abdul Hamid Cebba Ak., MBA Penguji Ahli
Rini SE.,Ak.,MSi Pembimbing II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS DIRI 1. Nama 2. Tempat & Tgl. Lahir 3. Tinggal di 4. Alamat
5. Telepon
II.
PENDIDIKAN 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. S1
: Aris Sumarwan : Jakarta, 10 Maret 1986 : Rumah Orang Tua : Jl Pesantren Al-Ma’mur Rt. 01 Rw. 04 No. 83 Kreo Selatan, Larangan, Tangerang : 0815 111 43934 / 021-736 2735
: SD Negeri Kreo 1 : SMP Negeri 110 Jakarta : SMU Negeri 63 Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pegalaman Organisasi 1. ROHIS SMU 63 2. Pengurus OSIS Bidang Olahraga & Seni SMP 110 IV. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah 2. Tempat & Tgl. Lahir 3. Alamat
4. Telepon 5. Ibu 6. Tempat & Tgl. Lahir 7. Alamat
8. Telepon 9. Anak Ke dari
: Sakidjo Hadi Susilo : Yogyakarta, 28 Maret 1956 : Jl Pesantren Al-Ma’mur Rt. 01 Rw. 04 No. 83 Kreo Selatan, Larangan, Tangerang : 021-736 2735 / 021-910 5660 : Kartinah : Yogyakarta, 7 Juli 1960 : Jl Pesantren Al-Ma’mur Rt. 01 Rw. 04 No. 83 Kreo Selatan, Larangan, Tangerang : 021-736 2735 : 3 dari 3 bersaudara
ABSTRACT Aris Sumarwan NIM: 104082002639 Accounting Majors Faculty of Economic and Social Science Islamic State University Syarif Hidaytullah, the title of scription “ Analysis Application of Analytical Procedures in General Audit for Financial Report by Public Accounting Firms (The Empirical Study of Public Accounting Firms at Jakarta)”. The objectives of this research are to know the degree of the obedience of auditor or public accounting firms in applying analytical procedures in auditing, to know influence of understanding the aim of and the benefit of analytical procedures on the application of those procedures in auditing, to determine are there available dependent relations among public accounting firms in applying analytical procedures Type of data in this research is primary data which is direct acquired from public accounting firms at Jakarta by a instrument of questionnaires. The sampling method is stratified random sampling. Method of data analysis is descriptive statistic, t-test, chi-square, and simple regression. The result of research shown that auditor follow the Indonesian Auditing Standards (SPAP) in their audit tasks, rank of obedience show that most auditors responses are in the third categories (adequate obedience) and fourth categories (obedience) is 73,7%, and responses in the fifth categories/most obedience is 25%, unavailable of average difference application of analytical procedures among public accounting firms, and availabilities of dependent relations among public accounting firms in applying analytical procedures. Keyword: Analytical procedures, Application, Auditing, Public accounting firms, Auditor.
ABSTRAK Aris Sumarwan NIM: 104082002639 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, judul skripsi “Analisis Aplikasi Prosedur Analitik dalam Audit Umum atas Laporan Keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan kantor akuntan publik dalam mengaplikasikan prosedur analitik dalam audit, menentukan apakah ada pengaruh pemahaman atas manfaat dan tujuan prosedur analitik terhadap aplikasi prosedur analitik, dan menentukkan apakah ada hubungan dependen antara kantor akuntan publik dalam mengaplikaskan prosedur analitik. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari kantor akuntan publik di Jakarta dengan instrumen penelitian yaitu kuesioner. Metode penentuan sampel adalah stratified random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji beda, chi square, dan regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kantor akuntan publik mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur Analitik, peringkat kepatuhannya menunjukkan bahwa hampir semua jawaban auditor ada dalam kategori 3 (cukup patuh) dan peringkat 4 (patuh) sebesar 73,7%; dan jawaban patuh sekali sebesar 25%, tidak terdapat perbedaan rata-rata aplikasi prosedur analitik antara kantor akuntan publik, dan terdapat hubungan dependen antara kantor akuntan publik dalam melaksanakan prosedur analitik. Kata kunci: Prosedur analitik, Aplikasi, Auditing, Kantor akuntan publik, Auditor.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil’alamiin, Puji syukur terpanjatkan kepada Zat Yang Maha Kekal, Zat Yang Paling Dirindukan Perjumpaan Dengan-NYA, pemilik Segala Ilmu, Sang Pengasih yang tak pernah henti-hentinya mencurahkan nikmat yang tak terbalaskan dan tak bisa tergantikan, ALLAH Subhaanallahu wa ta’ala atas izin, berkah, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Aplikasi Prosedur Analitik dalam Audit Umum atas Laporan Keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”, sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tak lupa shalawat serta salam semoga tercurah untuk Nabi penutup zaman, Baginda Nabi besar Muhammad S.A.W yang telah menuntun umatnya dari zaman jahilliyah ke zaman yang penuh dengan cahaya ilmu dan kebenaran. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan akhir untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari, bahwa tanpa dukungan, arahan, bimbingan, dan bantuan dari semua pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Orang tua tercinta Tn. Sakidjo HS dan Ny. Kartinah yang telah mencurahkan segenap waktu, perhatian, dukungan moril maupun materil, motivasi yang sangat berarti bagi penulis, serta melalui pengorbanan dan perjuangan tulus nan iklhlas disertai doa kepada Sang Khalik yang tak pernah henti-hentinya, untuk suatu harapan agar putranya menjadi orang yang sukses, baik di dunia maupun akhirat kelak, amien. Semoga ananda dapat membahagiakanmu selamanya. 2. Kakak-kakakku, Mas Agus dan Mba Ari, terima kasih atas dukungan, bantuan, dan motivasinya. 3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku pembimbing pertama dan Bapak Amilin SE., Ak., MSi selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk selalu memberikan arahan, bimbingan, bantuan, dan dukungan yang luar biasa serta doa bagi penulis selama proses penyusunan skripsi ini. 4. Bapak M. Faisal Badroen., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 5. Herlina “Alina” Widiyanti terima kasih atas perhatian, dukungan, kasih sayang, bantuan, motivasi, serta kesabarannya yang luar biasa dalam menghadapiku, semoga semua ini dapat ini dapat terus terjalin serta di ridhoi oleh Allah SWT untuk menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang memiliki akhlak dan pribadi yang mendekati sempurna. 6. Sahabat-sahabatku di The Eden Band, Fajar, Giry, Danu, Rade, Mimi, dan Eka, terima kasih telah mewarnai hidup ini dengan alunan musik persahabatan, melodi-melodi kebersamaan, motivasi yang bisa menghilangkan kejenuhan sejenak saat proses pembuatan skripsi 7. Sahabat-sahabatku, Widhya “nink”, Rahma “onenk”, Sumarni “dewe”, Ady, dan Doni, terima kasih atas, dukungan, perhatian, motivasi dan kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini, semoga persahabatan ini dapat terus terjalin serta di ridhoi oleh Allah SWT. 8. Teman-teman Akuntansi B 2004, Rama, Taufik, Andi “ello”, Rizki “qibley”, Raihan, Agin, Faat, Putra, Mahdi, Beni, Epenk, Rahil, Ochi, Fina, Pipit, Nurul, Iyoq, Yani, Nicca, Dika, Desi, Dwi, dan Ayu, terima kasih atas kebersamaan, kekompakan, dan kerjasamanya semoga semua ini dapat terus terjalin. 9. Teman-teman kost-an, parwis, heri, lutfi, adit, terima kasih telah menyediakan tempat untuk istirahat. 10. Teman-teman audit 2004, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya, meskipun terlalu singkat kebersamaan di dalam kelas. 11. Serta kepada pihak-pihak yang berperan dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu penulis megharapkan saran dan kritik yang menbangun agar tercapainya kesempurnaan penelitian. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tangerang, Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN LULUS UJIAN KOMPREHENSIF ............ iii LEMBAR PERNYATAAN LULUS UJIAN SKRIPSI ............................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v ABSTRACT ................................................................................................. vi ABSTRAK .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI .............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xix BAB I.
PENDAHULUAN ..................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .............................................................. 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 4
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6 A. Pengertian Prosedur Analitik ................................................. 6 B. Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik .................................. 7 1. Tujuan Prosedur Analitik ................................................ 7
a................................................................................. Taha p Perencanaan ........................................................... 7 b. ............................................................................... Taha p Pengujian ............................................................... 7 c................................................................................. Taha p Penyelesaian ........................................................... 7 2. Manfaat Prosedur Analitik .............................................. 12 C. Prosedur Analitik Sebagai Pengujian Pemeriksaan Dasar ...... 14 D. Merancang Prosedur Analitik ................................................ 16 E. Waktu Pelaksanaan Aplikasi Prosedur Analitik ..................... 18 F. Prosedur Analitik dalam Tahap Perencanaan Audit ............... 19 1. Mengidentifikasi Penghitungan dan Perbandingan yang Akan Dilakukan .............................................................. 19 a................................................................................. P erbandingan
data
absolut
(absolute
data
comparations) ........................................................... 20 b. ............................................................................... L aporan
keuangan
ukuran
umum
(common-size
financial statement) ................................................... 20
c................................................................................. Anali sis rasio (ratio analysis) ............................................. 20 d. ............................................................................... Anali sis tren (trend analysis) ............................................. 20 e................................................................................. H ubungan informasi keuangan dengan informasi non keuangan yang relevan (relationships of financial information with relevant non financial information) . 21 2. Mengembangkan Ekspetasi ............................................. 21 3. Melaksanakan Perhitungan/Perbandingan ....................... 23 4. Menganalisis Data dan Mengidentifikasi Perbedaan Signifikan ....................................................................... 23 5. Menyelidiki
Perbedaan
Signifikan
Yang
Tidak
Diharapkan ..................................................................... 24 6. Menentukan Dampak Atas Perencanaan Audit ................ 25 G. Prosedur Analitik Sebagai Pengujian Subtantif ..................... 26
1. Sifat asersi ...................................................................... 27 2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan ........................................................................ 27 3. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan ................................................ 28 4. Ketepatan harapan ........................................................... 29 H. Prosedur Analitik dalam Tahap Review yang Menyeluruh .... 31 I. Tinjauan Penelitian Terdahulu .............................................. 32 J. Kerangka Pemikiran ............................................................. 36 K. Perumusan Hipotesis ............................................................. 38 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 39 A. Ruang Lingkup ..................................................................... 39 B. Metode Penentuan Sampel .................................................... 39 C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 41 D. Metode Analisis .................................................................... 41 1. Uji Validitas .................................................................... 41 2. Uji Reliabilitas ................................................................ 43 3. Uji Keacakan (Test of Randomness) ................................ 44 4. Uji Hipotesis ................................................................... 44
a................................................................................. Uji Hipotesis I ................................................................. 44 b. ............................................................................... Uji Hipotesis II ................................................................ 46 c................................................................................. Uji Hipotesis III .............................................................. 46 d. ............................................................................... Uji Hipotesis IV .............................................................. 48 E. Operasionalisasi Variabel ...................................................... 50 BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 54 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................... 54 1...................................................................................... Gam baran Umum Objek Penelitian ......................................... 54 2...................................................................................... Gam baran Umum Data ........................................................... 55 B. Uji Instrumen dan Data Penelitian Data ................................ 58 1...................................................................................... Uji Validitas .......................................................................... 58 2...................................................................................... Uji Reliabilitas ...................................................................... 59 3...................................................................................... Uji Keacakan (Test of randomness) ....................................... 60 C. Pengujian dan Pembahasan ................................................... 62
1...................................................................................... Peng ujian Hipotesis ................................................................ 62 a................................................................................. Uji Hipotesis I ................................................................. 62 b. ............................................................................... Uji Hipotesis II ................................................................ 65 c................................................................................. Uji Hipotesis III .............................................................. 66 d. ............................................................................... Uji Hipotesis IV .............................................................. 68 2...................................................................................... Pemb ahasan Hasil Analisis ...................................................... 71 a................................................................................. A nalisis Kepatuhan KAP terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam Setiap Audit ........................ 71 b. ............................................................................... A nalisis Hubungan Dependen Jenis KAP Terhadap Tingkat Kepatuhan .................................................... 77 1).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-13 ....................................... 77
2).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-14 ....................................... 78 3).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-15 ....................................... 80 4).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-16 ....................................... 81 5).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-17 ....................................... 82 6).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-18 ....................................... 83 7).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-19 ....................................... 84 8).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-20 ....................................... 85 9).......................................................................... A nalisis pertanyaan ke-21 ....................................... 87 10)........................................................................ A nalisis pertanyaan ke-22 ....................................... 88 11)........................................................................ A nalisis pertanyaan ke-23 ....................................... 89 12)........................................................................ A nalisis pertanyaan ke-24 ....................................... 90
c................................................................................. A nalisis Hubungan Pemahaman Atas Manfaat dan Tujuan Prosedur Analitik ........................................... 92 d. ............................................................................... A nalisis Pengaruh Pemahaman Atas Manfaat dan Tujuan Prosedur Analitik ........................................... 92 D. Temuan Dalam Penelitian ..................................................... 93 BAB V.
PENUTUP ................................................................................. 96 A. Kesimpulan ........................................................................... 96 B. Implikasi ............................................................................... 97 C. Saran .................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 102
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Perbandingan dan Hubungan Intern .....................................
11
2.2
Hubungan Antara Pengujian dan Bukti ................................
15
3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian ……………………...
52
4.1
Penyebaran Kuesioner ……………………………………..
55
4.2
Pengembalian Kuesioner ………………………………......
55
4.3
Distribusi Responden yang Tidak Menjawab Kuesioner .....
56
4.4
Persentase Data Sampel Kuesioner ......................................
56
4.5
Jabatan Pengisi Kuesioner ....................................................
57
4.6
Pengalaman Bekerja Pengisi Kuesioner ...............................
57
4.7
Validitas Variabel Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik …………………………………………..
4.8
Validitas Variabel Aplikasi Prosedur Analitik Dalam Audit Umum ……………………………………………………...
4.9
4.11
59
Reliabilitas Variabel Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik …………………………………………..
4.10
58
59
Reliabilitas Variabel Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik …………………………………………..
60
Chi square Uji Keacakan …………………………...……..
61
4.12
Median per Item …………………………………………...
63
4.13
Peringkat Kepatuhan Prosedur Analitik …………………...
64
4.14
Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Independen ………………
65
4.15
Rekapitulasi Seluruh Jawaban Aplikasi Prosedur Analitik ..
67
4.16
Chi-square …………………………………………………
67
4.17
Koefisien Regresi ………………………………………….
68
4.18
Model Summary dan ANOVA …………………………….
69
4.19
Tabel Kontijensi No. 13 …………………………………...
77
4.20
Tabel Kontijensi No. 14 …………………………………...
79
4.21
Tabel Kontijensi No. 15 …………………………………...
80
4.22
Tabel Kontijensi No. 16 …………………………………...
81
4.23
Tabel Kontijensi No. 17 …………………………………...
82
4.24
Tabel Kontijensi No. 18 …………………………………...
83
4.25
Tabel Kontijensi No. 19 …………………………………...
84
4.26
Tabel Kontijensi No. 20 …………………………………...
86
4.27
Tabel Kontijensi No. 21 …………………………………...
87
4.28
Tabel Kontijensi No. 22 …………………………………...
88
4.29
Tabel Kontijensi No. 23 …………………………………...
89
4.30
Tabel Kontijensi No. 24 …………………………………...
90
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Pengujian Pemeriksaan ………………………………..
15
2.2
Langkah-langkah Auditor Dalam Pembuatan
26
Keputusan Untuk Prosedur Analitik ………….………. 2.3
Kerangka Pemikiran …………………………………...
37
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Kuesioner …………………………………………….
102
2
Daftar KAP …………………………………………..
109
3
Rekapitulasi Jawaban Kuesioner ………………….....
114
4
Validitas dan Reliabel Pemahaman Manfaat dan Tujuan Prosedur Analitik …………………………….
118
5
Validitas dan Reliabel Aplikasi Prosedur Analitik …..
120
6
Chi-square Uji Keacakan ……………………………
122
7
Descriptive statistic/frekuensi tabel ………………….
123
8
T-test …………………………………………………
125
9
Chi-square Uji Dependen ……………………………
126
10
Regresi Sederhana …………………………………...
133
11
Tabel r Product Moment dan Tabel t ………………...
134
12
Tabel Chi-square …………………………………….
135
13
Tabel Critical Values F Distribution ………………...
136
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) merupakan pedoman bagi auditor dalam melaksanakan audit umum atas laporan keuangan perusahaan klien, dan juga sebagai ukuran pelaksanaan tugas untuk menjamin mutu audit. Auditor pada umumnya melakukan tugas audit atas laporan keuangan umum secara sampling, hanya mengumpulkan dan mengevaluasi sebagian bukti yang dipandang representatif guna menyatakan kewajaran mengenai seluruh saldo rekening dan kelompok saldo, kecuali special audit. Audit sampling dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya, dan juga SPAP tidak mewajibkan proses audit secara menyeluruh dan terinci terhadap transaksi laporan keuangan perusahaan. Tetapi proses audit dengan sampling bukannya tidak mengandung risiko audit atas kemungkinan salah saji atau penyelewengan yang material yang tidak dapat diketemukan selama proses audit. Sampling yang efektif dan efisien, dan juga sesuai dengan SPAP yang mendukung pemberian pendapat auditor atas laporan keuangan yang diperiksanya, harus dicari prosedur audit yang sesuai dan tepat, salah satunya adalah prosedur analitik. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan yang lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan
(IAI, 2006:329.1). Penelitian yang dilakukan Kreutzfeldt dan Wallace tahun 1986 yang dikutip oleh Djagera (1993) membuktikan bahwa 40% dari semua kesalahan yang berhasil dideteksi oleh auditor berasal dari prosedur analitik. Menurut SPAP seksi 329, prosedur analitik digunakan untuk tujuan sebagai berikut: a) membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya, b) sebagai pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, c) sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit (IAI, 2006:329.1). Statement on Auditing Standarts (SAS) Nomor 56, “Analytical Procedures” mengharuskan prosedur analitik harus diterapkan selama tahap perencanaan dan tahap review akhir untuk semua pemeriksaan laporan keuangan. Wright dan Aston melakukan penelitian pada tahun 1989 yang dikutip oleh Djagera (1993) mengatakan bahwa dalam hal tertentu prosedur analitik lebih efektif dan efisien dari pada pengujian secara terinci dalam mencapai tujuan pengujian subtantif. Hasil penelitian yang mereka lakukan terbukti bahwa 65% dari semua penyesuaian audit (audit adjusment) yang diperoleh dari petunjuk prosedur analitik dideteksi selama tahap pekerjaan lapangan. Akhmad (1993) dalam tesisnya yang berjudul “Kajian Empiris Aplikasi Prosedur Analitik Dalam Pemeriksaan Akuntan Oleh Kantor Akuntan Publik di Indonesia” memberikan hasil penelitiannya bahwa 1) kantor akuntan publik yang mempunyai izin untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public maupun yang tidak memiliki izin memeriksa
laporan keuangan perusahaan go-public mematuhi NPA suplemen No.6 dalam pemeriksaannya, 2) tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan antara kantor akuntan publik yang mempunyai izin untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public maupun yang tidak memiliki izin memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public, 3) pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik berpengaruh sangat signifikan terhadap pelaksanaan prosedur analitik. O’Donnell dan Schultz (2003) meneliti tentang pengaruh software pendukung audit pemusatan proses bisnis dalam penilaian prosedur analitik. Berdasarkan pengamatan peneliti, di Indonesia penelitian tentang prosedur analitik sejak perubahan Norma Pemeriksan Akuntan (NPA), yang menjadi dasar Akhmad melakukan penelitiannya, berubah menjadi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sejak tahun 1994 belum pernah dilakukan kembali. Berdasarkan uraian diatas peneliti akan meneliti kembali topik prosedur analitik dengan memberi judul penelitian ini yaitu: “Analisis Aplikasi Prosedur Analitik dalam Audit Umum atas Laporan Keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”.
B. Perumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa pertanyaan yang dijadikan sebagai rumusan masalah, yaitu:
1. Apakah KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur analitik dalam setiap auditnya? 2. Apakah terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing? 3. Apakah terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan dalam melaksanakan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik? 4. Apakah
pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik
berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan prosedur analitik dalam setiap audit?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan mendapatkan informasi tentang pelaksanaan dan kepatuhan auditor dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. b. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing. c. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan yang tidak
berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan dalam melaksanakan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. d. Untuk mengetahui apakah aplikasi prosedur analitik dalam mengaudit berhubungan dengan dan dipengaruhi oleh pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik dalam mengaudit. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Masyarakat Masyarakat
khusunya
auditor,
diharapkan
dapat
lebih
mengoptimalkan aplikasi prosedur analitik yang dapat mempermudah auditor dalam menentukkan sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan digunakan serta menemukan risiko salah saji dalam proses audit. b. Bagi Pihak Terkait Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang menjadi wadah utama bagi auditor. c. Bagi Peneliti Untuk mengetahui apakah auditor mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam proses auditnya. Dan juga sebagai bukti empiris tentang pemahaman, kepatuhan serta keahlian profesional auditor atas aplikasi prosedur analitik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Prosedur Analitik AU 329.02, Analytical Procedures (SAS 56), mendefinisikan prosedur analitik (analytical procedures) sebagai “evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan”. Prosedur tersebut berkisar dari perbandingan sederhana hingga penggunaan matematika kompleks dan model statistik yang melibatkan banyak hubungan dan elemen data (Boyton dan Johnson, 2006:324). Menurut Louwers, Ramsay, Sinason, dan Strawser (2007:87), data keuangan dan non keuangan tersebut dapat diperoleh dari: 1. Informasi keuangan tahun sebelumnya, 2. Budget perusahaan dan prakiraan yang dibuat perusahaan, 3. Hubungan antar unsur keuangan pada periode yang sama, 4. Statistik industri, 5. Informasi data non keuangan seperti statistik produksi fisik perusahaan. Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya (IAI, 2006:329.1).
B. Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik. 1. Tujuan Prosedur Analitik Tujuan prosedur analitik dapat dibagi ke dalam 3 tahap, menurut Arens dan Loebbeccke, yang di terjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003:165), tujuan dan tahap tersebut adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Tujuan dilakukan prosedur analitik pada tahap ini adalah: 1). Untuk memahami industri dan bidang usaha klien, 2). Untuk menilai kelangsungan hidup, 3). Untuk menunjukkan kemungkinan salah saji, 4). Untuk mengurangi penyajian terinci. b. Tahap Pengujian Tujuan dilakukan prosedur pada tahap yang kedua ini adalah: 1). Untuk menunjukkan kemungkinan salah saji, 2). Untuk mengurangi penyajian terinci. c. Tahap Penyelesaian Tujuan dilakukan prosedur pada tahap akhir ini adalah: 1). Untuk menilai kelangsungan hidup, 2). Untuk menunjukkan kemungkinan salah saji. Menurut IAI dalam SPAP, prosedur analitik digunakan untuk tujuan sebagai berikut: a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya,
b. Sebagai pengujian subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi, c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit. Prosedur analitik harus diterapkan untuk tujuan a dan c diatas untuk semua audit laporan keuangan yang dilakukan berdasarkan standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Auditor mengembangkan harapan tersebut dengan mengidentifikasi dan menggunakan hubungan yang masuk akal, yang secara pantas diharapkan terjadi berdasarkan pemahaman auditor mengenai klien dan industrinya. Berikut ini adalah contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan: a. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan dengan memperhatikan perubahan yang diketahui, b. Hasil yang diantisipasikan, misalnya anggaran atau prakiraan termasuk ekstrapolasi dari data interim atau tahunan, c. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam satu periode, d. Informasi industri bidang usaha klien, misalnya informasi laba bruto, e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan (IAI, 2006:329.2).
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2008:204), tujuan dari aplikasi prosedur analitik adalah untuk: 1) memahami bisnis klien, 2) penilaian atas kemampuan perusahaan untuk terus beroperasi, 3) menunjukkan keberadaan kesalahan yang mungkin terdapat dalam laporan keuangan, dan 4) mengurangi pengujian yang terinci. Bagian penting dalam menggunakan prosedur analitik adalah memilih prosedur yang paling layak. Terdapat lima jenis prosedur analitik, yaitu: a. Membandingkan data klien dengan industri Misalkan dalam sebuah audit informasi yang diperoleh tentang klien dan rata-rata perusahaan dalam industri klien adalah: perputaran persediaan klien tahun 2007 = 3,4; tahun 2006 = 3,5; perputaran persediaan industri tahun 2007 = 3,9; tahun 2006 = 3,4. Persentase margin kotor klien tahun 2007 = 26,3%; tahun 2006 = 26,4%. Persentase margin kotor industri tahun 2007 = 27.3%; tahun 2006 = 26,2%. Jika hanya melihat informasi klien untuk kedua rasio tersebut, perusahaan klien tampaknya stabil tanpa ada indikasi mengalami kesulitan. Tetapi, jika dibandingkan dengan industri serupa, posisi klien telah memburuk. Dalam tahun 2006, klien memperoleh posisi yang lebih baik dibandingkan industri serupa untuk kedua rasio. Contoh itu menunjukkan bagaimana perbandingan data klien dengan data industri dapat memberikan informasi berguna untuk menilai
kinerja klien. Misalkan, perusahaan bisa jadi telah kehilangan pangsa pasar, penetapan harga produknya mungkin tidak bersaing, bisa jadi perusahaan telah mengeluarkan biaya yang tidak biasa, atau mungkin mempunyai persediaan yang telah usang (Arens et. al., 2008:224-225). b. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya Perbandingan antara data sekarang dengan data yang serupa tahun sebelumnya penting untuk dilakukan, misalnya persentase marjin kotor suatu perusahaan adalah antara 26 sampai 27 persen untuk empat tahun lalu, tetapi untuk tahun berjalan hanya 23 persen, penurunan margin kotor tersebut perlu diperhatikan oleh auditor. Penyebab penurunan dapat berupa perubahan kondisi ekonomi. Tetapi, dapat juga disebabkan oleh kekeliruan laporan keuangan, seperti kekeliruan pisah batas untuk pembelian atau penjualan, penjualan yang tidak dicatat, lebih saji utang usaha, atau kekelliruan penetapan harga persediaan. Auditor harus menentukkan penyebab penurunan tersebut dan mempertimbangkan dampaknya terhadap pengumpulan bahan bukti (Arens et. al., 2008:225). Saat membandingkan data klien dengan data yang serupa tahun sebelumnya dapat dilakukan dengan variasi prosedur analitik. Berikut contoh-contoh umum yang sering digunakan: 1) Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu,
2) Membandingkan rincian total saldo dengan rincian serupa tahun sebelumnya, 3) Menghitung rasio dan hubungan persentase untuk perbandingan dengan tahun sebelumnya (Arens et. al., 2008:225-226). c. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien Sebagian besar perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil keuanganya. Karena anggaran mencerminkan akun klien untuk suatu periode, penyelidikan atas bidang-bidang terpenting di mana terdapat perbedaan antara hasil yang dianggarkan dengan yang sebenarnya, dapat menunjukkan adanya kemungkinan salah saji (Arens et. al., 2008:228). Contoh perbandingan dan hubungan intern menurut Arens et. al.(2008:226) adalah sebagai berikut: Tabel.2.1 Perbandingan dan Hubungan Intern RASIO ATAU
KEMBANGKAN SALAH
PERBANDINGAN
SAJI
Perputaran bahan baku untuk suatu Salah saji persediaan atau perusahaan manufaktur
harga pokok penjualan atau keusangan persediaan bahan baku
Komisi penjualan dibagi dengan
Salah saji komisi penjualan
penjualan bersih Retur penjualan dan pengurangan
Salah klasifikasi retur
harga dengan penjualan kotor
penjualan dan pengurangan harga atau retur dan potongan
yang tidak dicatat setelah akhir tahun Nilai penyerahan tunai asuransi
Tidak dicatatnya perubahan
jiwa (tahun berjalan) dibagi
dalam nilai penyerahan tunai
dengan nilai penyerahan tunai
atau kekeliruan dalam
asuransi jiwa (tahun lalu)
mencatat perubahan
Masing-masing beban manufaktur
Salah saji yang signifikan
sebagai persentase dari beban
untuk masing-masing beban
manufaktur
secara tunai
d. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor Dalam prosedur analitik ini, auditor membuat estimasi berapa seharusnya saldo akun dengan cara mengaitkan dengan beberapa akun lain di neraca atau laporan laba rugi, atau dengan membuat proyeksi atas dasar kecenderungan historis (Arens et. al., 2008:228). e. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data non-keuangan Misalkan dalam mengaudit sebuah hotel, diketahui jumlah kamar, tarif untuk setiap kamar, dan tingkat hunian. Dengan memanfaatkan data itu, akan lebih mudah untuk mengestimasi total pendapatan dari semua kamar untuk dibandingkan dengan pendapatan tercatat (Arens et. al., 2008:228). 2. Manfaat Prosedur Analitik Adapun manfaat yang dapat diambil atas penerapan prosedur analitik dalam setiap audit, terutama dalam hal waktu dan biaya audit. Penerapan prosedur analitik memungkinkan proses audit lebih efektif dan efisien,
karena prosedur analitik memberikan masukan informasi dalam tahap perencanaan pemeriksaan tentang akun laporan keuangan mana yang memerlukan audit lebih rinci atau intensif, dan akun mana yang tidak memerlukan hal tersebut. Kondisi ini sangat akomodatif sehingga semua prosedur audit yang telah dibuat benar-benar tepat sasaran dan relevan. Demikian juga dalam hal biaya, prosedur analitik hanya membutuhkan biaya relatif sedikit, karena prosedur ini memungkinkan kemudahan atau dapat
mengurangi perhitungan/perbandingan,
dibandingkan dengan
pengujian terinci atau pengujian subtantif transaksi. Dalam pemberiaan opini
auditor,
prosedur
analitik
mempermudah
auditor
menarik
kesimpulan tentang jenis opini apa yang cocok diberikan atas kewajaran laporan keuangan yang diperiksanya. Oleh karena semua informasi yang tidak terungkap melalui pemeriksaan bukti secara mendetail, dapat terungkap melalui aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit. Sebagai contoh, dalam pembayaran gaji dan upah karyawan, kewajaran total gaji dan upah dapat dideteksi melalui perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah gaji dan upah yang telah dibayarkan, sehingga dapat terungkap pembayaran tidak sah atau tidak tercatat yang mungkin tidak diketahui melalui pengujian bukti rinci per karyawan. Dengan demikian, pemberian opini auditor lebih dapat dipertanggungjawabkan. Tambahan lagi berkat temuan-temuan pemeriksaan melalui penerapan prosedur analitik, auditor dapat memberikan rekomendasi perbaikan, misalnya dalam bidang
administrasi keuangan atau struktur pengawasan internya. Kesemuanya ini akan menambah kredibilitas profesi auditor (Arens et. al., 2008:410).
C. Prosedur Analitik Sebagai Pengujian Pemeriksaan Dasar Menurut Arens et. al. (2008:410), pengujian pemeriksaan (audit test) yang sering digunakan dalam proses audit biasanya terdiri dari lima jenis. Auditor dalam setiap proses audit untuk menentukan kewajaran penyajian laporan keuangan, dapat mengaplikasikan satu atau lebih dari kelima jenis pengujian audit berikut ini: 1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengawasan intern, 2. Pengujian pengawasan, 3. Pengujian subtantif transaksi, 4. Prosedur analitik, dan 5. Pengujian subtantif terinci saldo-saldo. Kelima pengujian pemeriksaan dasar (audit test) ini saling berhubungan satu sama lain dalam rangka memperoleh bukti-bukti yang cukup kompeten guna memenuhi SPAP seksi 329. Hubungan kelima pengujian pemeriksaan dasar ini dan hubungan antara pengujian dan bukti, dapat digambarkan sebagai berikut: Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengawasan intern + Prosedur analitis + Pengujian subtantif transaksi +
Pengujian subtantif terinci saldo-saldo = Bukti yang cukup kompeten per GAAS / SPAP Gambar.2.1 Pengujian Pemeriksaan Sumber: (Arens et. al., 2008:404). Tabel.2.2 Hubungan Antara Pengujian dan Bukti Jenis Pengujian
Jenis Bukti Pemeriksaan Phisik
DokuObser- KeteKonrangan firmasi mentasi vasi dari klien
Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengawasan intern Pengujian subtantif transaksi Prosedur analitis Pengujian rincian saldo √ √ Sumber: (Arens et. al., 2008:409).
√
√
√
Ketepatan perhitungan
√
√
√
√
√
Prosedur Analitis
√
√
√
Dari keempat jenis pengujian audit diatas, lebih difokuskan kepada prosedur analitik sebagai suatu pengujian dasar (audit test). Seperti yang telah dibahas pada bagian terdahulu, bahwa prosedur analitik meliputi perbandingan penyajian jumlah dan perhitungan rasio untuk dibandingkan dengan rasio
tahun lalu serta data lain yang berhubungan dengan ini, dalam rangka mengembangkan taksiran-taksiran yang dibuat oleh auditor. Auditor dapat membuat perbandingan pengujian penjualan, penagihan piutang dan piutang dagang tahun berjalan dengan jumlah yang sama tahun lalu, dan perhitungan prosentase gross margin tahun lalu. Jika prosedur analitik dapat menunjukkan kesalahan, maka penyelidikan lebih intensif tidak diperlukan lagi (Arens et. al., 2008:325-326). Prosedur analitik menegaskan kelayakan seluruh transaksi dan saldo buku besar, sedangkan pengujian rinci saldo menegaskan kelayakan saldo akhir buku besar dan selalu dipertimbangkan dengan biaya pemeriksaan yang lebih besar dari pengujian pemeriksaan lainnya. Adapun alasan prosedur analitik dapat diaplikasikan dengan biaya yang sedikit, sebab pembuatan perhitungan dan perbandingan relatif mudah atau berkurang dibandingkan dengan pengujian lainnya. Tentu saja, biaya untuk memperoleh jenis bukti diatas beraneka ragam dalam situasi yang bebeda pula. Sering informasi tentang kesalahan potensial diperoleh dengan mudah melalui aplikasi prosedur ini, dengan cara memperbandingkan dua atau tiga jumlah tertentu (Arens et. al., 2008:208).
D. Merancang Prosedur Analitik Menurut Arens et. al. (2008:208), terdapat tiga aspek dalam merancang prosedur analitik. Pertama, memilih prosedur analitik yang paling sesuai. Kedua, memilih data yang cocok, dan ketiga, membuat suatu kaidah keputusan untuk menentukan fluktuasi yang tidak biasa. Walaupun masih ada
faktor yang lain yang dapat memberikan kontribusi agar tercapai efektivitas rancangan prosedur analitik. Umpamanya: keandalan data, data beberapa tahun, data yang tidak cukup/terkumpul, teknik statistik maupun perangkat lunak komputer yang dimiliki auditor. Tetapi harus dipertimbangkan, prosedur pemeriksaan untuk prosedur analitik baru dapat dibuat dan dirancang setelah auditor menyelesaikan kajian struktur pengendalian intern, menilai risiko pengawasan dan telah melakukan pengujian transaksi. Pemilihan data yang cocok untuk merancang prosedur analitik sangat menentukan efektivitas penerapannya. Untuk maksud perbandingan yang bermanfaat, data yang digunakan haruslah relevan dengan tujuan diadakannya prosedur analitik. Contohnya, jika penjualan tunai cukup material, maka jumlah penjualan yang digunakan dalam perhitungan/perbandingan auditor haruslah penjualan kredit, bukan total penjualan (Arens et. al., 2008:215). Kaidah keputusan untuk menentukan fluktuasi yang tidak biasa telah terjadi, sedikit dibahas dalam kepustakaan professional yang dapat dijadikan sebagai pedoman. Walaupun demikian, berdasarkan observasi Arens dan Loebbecke, ada dua pendekatan yang layak dan banyak digunakan dalam praktik. Pertama, perbedaan kelebihan penyajian jumlah dollar, dan kedua, perbedaan kelebihan dalam prosentase yang tetap (Arens et. al., 2008:214). Auditor pada suatu saat mungkin tidak dapat menerima kelebihan jumlah akun tertentu, sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Contohya, dalam mengaudit biaya komisi yang diberikan klien, auditor dapat menyatakan bahwa kelebihan diatas Rp.2.500.000,- tidak dapat diterima. Jika terjadi
perbedaan yang lebih besar dari jumlah tersebut, saldo akun biaya komisi tidak dapat dinyatakan disajikan secara wajar. Pengujian rinci tambahan mungkin perlu dilaksanakan. Dalam prosedur analitik sulit membuat kerangka kaidah keputusan dalam syarat jumlah absolut, karena itu sering digunakan kaidah
keputusan
dalam
bentuk
prosentase.
Contohnya,
auditor
membandingkan rincian saldo akun beban tahun berjalan dengan saldo tahun sebelumnya dan menghitung perubahan prosentasenya. Dapat diputuskan, kapan saja terjadi perubahan melebihi 10% atau beberapa prosentase yang pantas dipercaya auditor bahwa perubahan tersebut wajar dipertimbangkan sebagai suatu fluktuasi tidak biasa (Arens et. al., 2008:208).
E. Waktu Pelaksanaan Aplikasi Prosedur Analitik Menurut Louwers et. al. (2007:123), aplikasi prosedur analitk dapat digunakan dalam keadaan: (1) saat awal audit, tahap perencanaan, (2) saat akhir audit ketika patrners mereview kualitas keseluruhan pekerjaan dan melihat permasalahan yang terjadi. Pendapat lain menyatakan, prosedur analitik dapat dilakukan tiga tahap dalam mengaudit. Pertama, prosedur analitik di butuhkan dalam persiapan tahap penyusunan rencana audit untuk membantu auditor dalam menentukkan sifat, luas, dan pemilihan waktu pelaksanaan audit. Dalam tahap perencanaan, prosedur
analitik
digunakan
untuk
mengembangkan
ekpektasi
dan
mengidentifikasi masalah yang krusial atau material yang akhirnya memerlukan pertimbangan khusus dalam proses audit. Kedua, prosedur analitik selalu digunakan selama pengujian audit berlangsung dalam
hubungannya dengan prosedur audit lainya. Contohnya premi asuransi dibayar dimuka dibandingkan dengan asuransi dibayar dimuka tahun lalu sebagai bagian pengujian premi asuransi dibayar dimuka yang belum jatuh tempo. Ketiga, prosedur analitik diperlukan pada tahap penyelesaian (review) akhir audit. Prosedur ini diperlukan sebagai penelaahan final atas kemungkinan salah saji yang material atau masalah keuangan, dan untuk membantu auditor dalam memberikan keputusan kewajaran laporan keuangan yang telah di auditnya, tetapi belum diberikan opini audit. Umumnya pada tahap final ini prosedur analitik dilakukan oleh Patner (Arens et. al., 2008:208).
F. Prosedur Analitik dalam Tahap Perencanaan Audit Agar penerapan prosedur analitik berjalan dengan efektif dan efisien, serta mencapai sasaran dalam tahapan ini, harus ada langkah-langkah yang tepat sehingga dapat membantu auditor, yaitu dengan cara: 1. Meningkatkan pemahaman auditor tentang bisnis klien, dan 2. Mengidentifikasi hubungan yang tidak biasa serta fluktuasi yang tidak diharapkan dalam data yang mungkin mengindikasikan bidang yang memiliki risiko salah saji paling besar (Boyton dan Johnson, 2006:324). Untuk mencapai tujuan tersebut, disusun langkah-langkah dalam prosedur analitik, yaitu: 1. Mengidentifikasi Penghitungan dan Perbandingan yang akan Dilakukan Kecanggihan dan luasnya prosedur analitik yang digunakan dalam perencanaan bervariasi berdasarkan ukuran dan kompleksitas klien,
ketersediaan data, dan pertimbangan auditor. Jenis perhitungan dan perbandingan yang digunakan secara umum termasuk hal-hal berikut : a. Perbandingan data absolut (absolute data comparations). Prosedur ini melibatkan perbandingan sederhana suatu jumlah saat ini, seperti saldo akun, dengan suatu jumlah yang diharapkan atau diprediksi, b. Laporan keuangan ukuran umum (common-size financial statement). Juga dikenal sebagai analisis vertikal, teknik ini melibatkan penghitungan
persentase
dari
total
yang
berhubungan
yang
direpresentasikan oleh komponen laporan keuangan (misalnya, kas sebagai persentase dari total aktiva, atau marjin kotor sebagai suatu persentase dari penjualan). Persentase kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, c. Analisis rasio (ratio analysis). Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh manajemen atau analisis keuangan dapat dihitung dan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan untuk rasio tersebut, jumlah dari hasil perhitungan dapat dianalisis secara individual atau dalam kelompok yang berhubungan seperti rasio solvabilitas, efisiensi, dan profitabilitas, d. Analisis tren (tren analysis). Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data (absolute, ukuran umum, atau rasio) bagi lebih dari dua periode akuntansi untuk mengidentifikasi perubahan penting yang mungkin tidak nyata dari perbandingan yang terbatas pada periode saat ini dan periode masa lalu,
e. Hubungan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan yang relevan (relationships of financial nonfinancial
information).
Data
information
nonkeuangan
with
relevant
seperti
jumlah
karyawan, luas ruang penjualan, dan volume barang yang diproduksi mungkin berguna dalam memperkirakan saldo akun yang berhubungan seperti beban gaji, penjualan dan harga pokok produksi. Informasi keuangan adalah penting karena mengukur aktivitas ekonomi yang memicu hasil keuangan (Boynton dan Johnson, 2006:325). 2. Mengembangkan Ekspetasi Dasar pemikiran yang mendasari penggunaan prosedur analitik dalam audit adalah hubungan antar data dapat diharapkan untuk terus berlanjut dalam ketidakberadaan kondisi yang diketahui atau sebaliknya (Boynton dan Johnson, 2006:328). Contoh estimasi yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut: informasi keuangan klien yang dapat dibandingkan dengan periodeperiode sebelumnya yang akan memberikan isyarat pertimbangan untuk mengetahui/mengenali perubahan-perubahan, mengantisipasi penghasilan berdasarkan budget formal ataupun budget ramalan, hubungan diantara unsur-unsur informasi keuangan dalam periode yang bersangkutan, data industri, dan hubungan informasi keuangan yang relevan dengan informasi keuangan. Pengembangan estimasi pada tingkat lebih terinci akan memberikan kesempatan yang lebih besar bagi auditor untuk menemukan salah saji (M. Guy et. al., 1990:453).
Selain itu, penting bagi auditor untuk mengembangkan secara independen ekspektasi sebelum melaksanakan perhitungan mengenai data klien sehingga perbandingan akhir tidak bias. Dasar pemikiran ini digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dari berbagai sumber. Sumber-sumber ini termasukdata histories dan data internal yang berorientasi pada masa mendatang (klien) dan data eksternal (industri). a. Informasi keuangan klien untuk periode masa lalu yang dapat dibandingkan (comparable prior method) memberikan pertimbangan bagi perubahan yang diketahui. Menurut pendekatan ini, dengan tidak adanya kondisi yang diketahui, secara sederhana diasumsikan bahwa suatusaldo akun periode berjalan, persentase ukuran umum, rasio, atau hubungan antara data keuangan dan data nono keuangan harus memperkirakan jumlah peride masa lalu, b. Hasil yang diantisipasi berdasarkan anggaran formal (formal budgets) dan peramalan (forecast). Pendekatan ini termasuk penggunaan anggaran yang disiapkan klien, dan peramalan untuk periode berjalan baik peramalan yang disiapkan oleh auditor. Hal yang terakhir dapat termasuk ekstrapolasi dari data interim masa lalu atau data tahunan, atau hasil dari jasa bernilai tambah lain yang dilaksanakan untuk klien, c. Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan dalam suatu period (relationship among elements of financial information within the period). Hal ini termasuk mempertimbangkan bagaimana
perubahan dalam satu akun diharapkan akan mempengaruhi akun lainnya, d. Data industri (industry data). Persentase ukuran umum, rasio, dan data tren perusahaan dalam
suatu
industri tersedia
untuk tujuan
perbandingan dari sumber-sumber (Boynton dan Johnson, 2006:328). 3. Melaksanakan Perhitungan/Perbandingan Langkah ini termasuk mengakumulasi data yang akan digunakan dalam menghitung jumlah absolut dan persentase perbedaan antara jumlah saat ini dan tahun lalu, menghitung data ukuran umum serta data rasio, dan lain sebagainya. Karena perencanaan dilakukan beberapa bulan sebelum saldo akun akhir tahun berjalan tersedia, maka langkah ini melibatkan penggunaan data satu tahun hingga tanggal saat ini aktual dan/atau proyeksi akhir tahun. Langkah ini juga termasuk pengumpulan data industri untuk tujuan perbandingan. Perangkat lunak komputer telah secara umum digunakan dalam membuat perhitungan dan perbandingan, serta dapat juga digunakan dalam memperoleh informasi dari database industri dan organisasi (Boynton dan Johnson, 2006:329). 4. Menganalisis Data dan Mengidentifikasi Perbedaan Signifikan Analisis atas perhitungan dan perbandingan harus membuat auditor lebih memahami bisnis klien. Sebagai contoh, analisis mengenai rasio yang tepat menyediakan penilaian berkelanjutan atas solvabilitas, efisiensi, dan profitabilitas relatif terhadap tahun lalu dan terhadap perusahaan lain dalam industri yang sama. Secara serupa, perbandingan data entitas tahun
berjalan dan tahun lalu akan membantu auditor untuk memahami dampak kejadian atau keputusan penting terhadap laporan keuangan entitas. Bagian terpenting dari analisis tersebut adalah mengidentifikasi fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidak adanya fluktuasi yang diharapkan yang dapat memberikan pertanda adanya peningkatan risiko salah saji. Beberapa perusahaan menggunakan model statistik sebagai alat bantu keputusan dalam menentukan kapan sebuah perbedaan dianggap cukup besar sehingga diperlukan penyelidikan. Namun demikian, kebanyakan perusahaan tetap menggunakan peraturan sederhana seperti menyelidiki perbedaan yang melebihi dari, (1) suatu jumlah dollar yang ditentukan, (2) persentase perbedaan, atau (3) kombinasi dari keduanya. Auditor seharusnya waspada bahwa suatu persentase perubahan yang kecil sekalipun antara jumlah tahun lalu dengan jumlah tahun berjalan dari suatu akun dengan suatu saldo yang besar seperti penjualan dapat menghasilkan perubahan persentase yang lebih besar dalam laba bersih. Akhirnya, proses untuk menentukan kapan suatu perbedaan adalah signifikan melibatkan pertimbangan dan konsep materialitas (Boynton dan Johnson, 2006:329330). 5. Menyelidiki Perbedaan Signifikan yang tidak Diharapkan Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya melibatkan pertimbangan ulang metode-metode dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengembangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, kadang-kadang informasi baru akan
mendukung
perbaikan
ekspektasi,
yang
pada
akhirnya
akan
menghilangkan perbedaan signifikan. Sebelum tindakan tersebut dilakukan berdasarkan jawaban manajemen terhadap pertanyaan yang diajukan, jawaban harus dikuatkan dengan bahan bukti lainnya.oleh karena itu, perbedan signifikan harus dipertimbangkan ketika menentukan dampak atas perencanaan audit dan ketika mengevaluasi bukti audit (Boynton dan Johnson, 2006:330). Menurut Taylor dan Glezen, yang dikutip Akhmad (1993:30), jumlah tidak biasa atau tidak diharapkan, akan memberi kesan tentang keberadaan risiko kesalahan yang lebih tinggi, sehingga auditor harus membuat rencana perluasan prosedur audit atas jumlah-jumlah tersebut. 6. Menentukan Dampak Atas Perencanaan Audit Perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan biasanya dianggap sebagai indikasi suatu peningkatan risiko salah saji dalam akun-akun yang terlibat dalam perhitungan perbandingan. Dalam kasus ini, auditor biasanya akan merencanakan untuk melaksanakan pengujian yang lebih mendetail terhadap
akun-akun
tersebut.
Prosedur
analitik
sering
menyediakan auditor petunjuk mengenai apakah suatu akun lebih mungkin dinyatakan lebih saji atau kurang saji. Dengan mengarahkan perhatian auditor terhadap bidang-bidang yang memiliki risiko lebih tinggi, prosedur analitik dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan audit yang lebih efektif dan efisien (Boynton dan Johnson, 2003:330).
G. Prosedur Analitik Sebagai Pengujian Subtantif Kepercayaan auditor terhadap pengujian subtantif untuk mencapai tujuan audit yang berhubungan dengan suatu asersi dapat berasal dari pengujian rinci, dari prosedur analitik, atau dari kombinasi keduanya. Keputusan mengenai prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan audit tertentu didasarkan pada pertimbangan auditor terhadap efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari prosedur audit yang ada (IAI, 2006:329.4)
Membandingkan ekspektasi dengan jumlah transaksi masa lalu
Pengembangan ekspektasi
Apakah terdapat perbedaan material?
Tdk
Ya
Lakukan prosedur audit lainnya
Tdk
Apakah manajemen dapat meberi penjelasan dan bukti uang mendukung mencukupi?
Membuat pertanyaan kepada manajemen dan memperoleh bukti yang mendukung
Ya
Menerima jumlah tersebut
Dokumen akhir
Gambar.2.2 Langkah-langkah Auditor Dalam Pembuatan Keputusan Untuk Prosedur Analitik Sumber: William F Messier Jr 2003:193).
Menurut IAI dalam SPAP seksi 329, efektivitas dan efisiensi yang diharapkan
dari
suatu
prosedur
analitik
dalam
mengidentifikasikan
kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain: sifat asersi, kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan, ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan, ketepatan harapan. 1. Sifat asersi Prosedur analitik mungkin merupakan pengujian efektif dan efisien atas asersi yang kemungkinan salah sajinya tidak akan tampak dari pemeriksaan bukti rinci atau bila bukti yang rinci tidak langsung tersedia. Sebagai contoh, perbandingan dari kumpulan gaji yang dibayar dengan jumlah karyawan mungkin menunjukkan pembayaran yang tidak sah yang mungkin tidak tampak dari pengujian transaksi individual. Perbedaan dari hubungan yang diharapkan dapat juga menunjukkan kemungkinan penghilangan dari catatan akuntansi, bilamana bukti transaksi individual dari pihak yang independen yang seharusnya dibukukan tidak langsung tersedia. 2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan Penting bagi auditor untuk memahami alasan yang membuat hubungan menjadi masuk akal sebab data kadang-kadang seperti berkaitan padahal kenyataannya tidak demikian, sehingga dapat mengarahkan auditor ke pengambilan kesimpulan yang salah. Disamping itu, adanya satu ubungan yang tidak diharapkan dapat memberikan bukti yang penting jika diteliti secara memadai.
Karena tingkat keyakinan yang lebih tinggi diharapkan dari prosedur analitik, dibutuhkan lebih banyak hubungan untuk mengembangkan harapan. Hubungan dalam satu lingkungan yang stabil biasanya lebih dapat diduga daripada hubungan dalam satu lingkungan yang dinamis atau tidak stabil. Hubungan yang melibatkan akun laba-rugi cenderung lebih dapat diduga daripada hubungan yang melibatkan akun neraca, karena akun laba-rugi mencerminkan transaksi selama satu periode waktu. Hubungan yang menyangkut transaksi yang tergantung kepada keputusan manajemen kadang-kadang kurang dapat diduga. Sebagai contoh, manajemen mungkin memilih untuk mengeluarkan biaya pemeliharaan daripada mengganti aktiva tetap, atau mungkin mereka menunda suatu pengeluaran iklan. 3. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan Data mungkin atau tidak mungkin langsung tersedia untuk mengembangkan taksiran bagi beberapa asersi. Sebagai contoh, untuk menguji asersi kelengkapan, penjualan yang ditaksir bagi jenis usaha tertentu mungkin dapat dikembangkan dari statistik produksi atau ukuran tempat penjualan. Bagi jenis usaha lain, data yang relevan untuk asersi kelengkapan penjualan mungkin tidak langsung tersedia dan mungkin akan lebih efektif dan efisien untuk menggunakan catatan pengiriman yang rinci dalam menguji asersi tersebut.
Auditor memperoleh keyakinan dari prosedur analitik berdasarkan konsistensi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan dari data yang diperoleh dari sumber lainnya. Keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan harus sesuai dengan tingkat keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik. Auditor harus menilai keandalan data dengan mempertimbangkan sumber data dan kondisi yang melingkupi pengumpulan data serta pengetahuan lain yang mungkin dimiliki auditor mengenai data itu. Faktor berikut ini mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap keandalan data untuk mencapai tujuan audit: a. Apakah diperoleh dari sumber yang independen di luar entitas atau dari sumber di dalam entitas, b. Apakah sumber dari dalam entitas independen dari mereka yang bertanggung jawab atas jumlah yang diaudit, c. Apakah data dikembangkan dari sistem yang dapat diandalkan dengan pengendalian memadai, d. Apakah data menjadi sasaran pengujian dalam tahun berjalan atau tahun sebelumnya, e. Apakah harapan dikembangkan dengan memakai data dari berbagai sumber. 4. Ketepatan harapan Harapan auditor harus cukup tepat untuk memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan sehingga perbedaan yang mungkin merupakan salah saji yang material, baik secara individu atau secara kelompok,
dengan salah saji lainnya, akan teridentifikasi untuk diaudit oleh auditor. Ketika harapan menjadi lebih tepat, toleransi perbedaan yang diharapkan menjadi lebih sempit, sehingga jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasi prosedur analitik dengan angka sesungguhnya, perbedaan tersebut kemungkinan bersar karena salah saji. Ketepatan harapan tergantung pada, antara lain, identifikasi dan pertimbangan auditor terhadap faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi jumlah yang diaudit dan tingkat kerincian data yang digunakan untuk mengembangkan harapan. Banyak faktor yang mempengaruhi hubungan keuangan. Sebagai contoh, penjualan dipengaruhi oleh harga, vlume dan campuran produk. Sebaliknya, masing-masing hal itu dipengaruhi leh sejumlah faktor dan factor yang bertentengan dapat menutupi salah saji. Identifikasi yang lebih efektif terhadap faktor yang secara signifikan mempengaruhi hubungan umumnya dibutuhkan sejalan dengan meningkatnya keyakinan yang diinginkan dari prosedur analitik. Harapan yang dikembangkan pada tingkatyang rinci biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih besar dalam mendeteksi salah saji jumlah tertentu daripada perbandingan secara luas. Jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif daripada jumlah tahunan dan perbandingan berdasarkan lokasi atau jalur usaha biasanya akan lebih efektif daripada membandingkan perusahaan secara keseluruhan. Tingkat kerincian yang cocok akan dipengaruhi oleh sifat klien, besarnya dan kerumitannya.
Umumnya risiko salah saji yang material menjadi kabur akibat meningkatnya faktor yang bertentangan karena operasi klien menjadi lebih rumit dan lebih beragam. Penguraian masalah akan membantu mengurangi risiko ini (IAI, 2006:329.4-329.5). Contoh penerapan prosedur analitik sebagai pengujian subtantif salah satunya adalah terhadap siklus pengeluaran aktiva tetap, rasio yang biasa digunakan oleh auditor adalah: 1) tingkat perputaran aktiva, dihitung dengan rumus, yaitu hasil penjualan bersih dibagi rata-rata saldo aktiva, 2) rasio laba bersih dengan aktiva dihitung dengan membagi hasil penjualan bersih dengan saldo rata-rata aktiva tetap. Berbagai rasio tersebut jika dihitung oleh auditor dan kemudian dibandingkan dengan angka harapan (rasio yang sama dari data masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain) akan dapat memberikan indikasi bagi auditor ke fokus mana auditor perlu diarahkan dalam pelaksanaan pengujian transaksi rinci dan saldo akun rinci (Mulyadi dan Puradirejda, 1998:185).
H. Prosedur Analitik dalam Tahap Review yang Menyeluruh Tujuan prosedur analitik yang diterapkan dalam tahap review menyeluruh adalah untuk membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Berbagai macam prosedur analitik mungkin bermanfaat untuk tujuan ini. Review menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan:
1. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak biasa atau yang tidak diharapkan, yang diidentifikasi pada waktu perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit, dan 2. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atau tidak diharapkan yang sebelumnya tidak diidentifikasi. Hasil review menyeluruh dapat menunjukkan bahwa bukti tambahan mungkin diperlukan oleh auditor (IAI, 2006:329.6). Dalam melakukan review menyeluruh, auditor wajib membaca laporan keuangan yang telah diauditnya beserta catatannya dan mempertimbangkan kecukupan bukti audit yang kompeten untuk saldo-saldo tidak biasa atau saldo yang diharapkan dan berhubungan dengan antisipasi dalam perencanaan audit, atau identifikasi selama audit dalam pengujian subtantif. Prosedur analitik diterapkan terhadap laporan keuangan yang telah diaudit, guna menentukan apakah masih ada hubungan tidak biasa dan tidak diharapkan tambahan, jika masih ada, perlu prosedur audit tambahan dalam tahap penyelesaian audit. Auditor harus mengetahui betul alas an variasi jumlah tidak biasa sebelum audit diselesaikan (Taylor dan Glezen, 1991:241).
I. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian dengan tema yang mengangkat tentang prosedur analitik dalam proses audit telah banyak dilakukan di Luar Negeri, khususnya Amerika Serikat. Di Indonesia penelitian semacam ini telah dilakukan oleh ini oleh Akhmad (1993) dalam tesisnya yang berjudul yang berjudul Suatu Kajian Empiris Penerapan Prosedur Analitis Atas Laporan Keuangan Oleh Kantor
Akuntan Publik di Indonesia, permasalahan yang dibahas adalah: 1) untuk mengetahui apakah kantor akuntan publik yang mempunyai izin untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public maupun yang tidak memiliki izin memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public mematuhi NPA suplemen No.6 dalam pemeriksaannya, 2) untuk mengetahui apakah tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan antara kantor akuntan publik yang mempunyai izin untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public maupun yang tidak memiliki izin memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public, 3) untuk mengetahui apakah pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitis berpengaruh sangat signifikan terhadap pelaksanaan prosedur analitis. Hasil penelitiannya yaitu: 1) telah teruji bahwa kantor akuntan publik yang mempunyai izin untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public maupun yang tidak memiliki izin memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public mematuhi NPA suplemen No.6 dalam pemeriksaanya, 2) telah teruji bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan antara kantor akuntan publik yang mempunyai izin untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public maupun yang tidak memiliki izin memeriksa laporan keuangan perusahaan go-public, 3) telah teruji bahwa pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitis berpengaruh sangat signifikan terhadap pelaksanaan prosedur analitis (Akhmad, 1993:109-111). Penelitian Heiman tahun 1990 terhadap akuntan publik dari 2 KAP BigEight menyatakan secara keseluruhan hasil penelitiannya dapat dijadikan
petunjuk untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi audit melalui penerapan prosedur analitis. Prosedur analitis dianggap sebagai suatu proses diagnosis, meliputi evaluasi atas hipotesis yang dibuat atas terjadinya perubahanperubahan yang tidak biasa pada laporan keuangan klien. Informasi ini sangat diperlukan oleh akuntan (Akhmad, 1993:36). Cohen dan Kida juga menguraikan hasil penelitiannya tahun 1983 terhadap sampel 96 akuntan The Big-Eight, bahwa penelaahan analitik memberikan efek sangat besar terhadap penilaian manajer audit, dibandingkan penilaian akuntan senior, kebanyakan akuntan enggan mengurangi pengujian walaupun hasil penelaahan analitik mengisyaratkan tidak ada problem audit yang memerlukan perhatian khusus. Mereka juga menemukan fakta bahwa prosedur penelaahan analitik merupakan variabel paling signifikan bagi manajer audit, dan manajer audit lebih berpengalaman dalam menggunakan penelaahan analitis dibandingkan dengan akuntan senior. Akuntan senior lebih sering mengadakan evaluasi pengawasan (pengendalian) intern,
karena
reliabilitas pengawasan intern merupakan variabel yang paling signifikan baginya (Akhmad, 1993:35-36). Libby (1985), terhadap 37 , manajer audit dari sebuah KAP Big-Eight menunjukkan sekelompok auditor melaksanakan prosedur diagnosis untuk mendeteksi kesalahan material laporan keuangan melalui penggunaan prosedur analitis. Penggunaan prosedur analitik oleh auditor dengan membuat suatu hipotesis kesalahan dipengaruhi oleh struktur pengetahuan dan pengalaman auditor dalam mengakses kembali memorinya untuk menemukan
potensi kesalahan yang ditemukan berhubungan dengan hipotesis kesalahan yang dibuat oleh auditor. Rata-rata frekuensi kesalahan yang ditemukan berkorelasi dengan sampel data aktual yang digunakan oleh auditor. Holder tahun 1983 terhadap 35 akuntan senior dari KAP lokal, regional dan nasional untuk mengetahui bagaimana responden memilih dan mengaplikasikan prosedur analitik dalam perencanaan audit. Setiap responden diminta untuk mengevaluasi sebuah kasus dengan menggunakan prosedur analitik dan menyiapkan memorandumnya yang mengidentifikasi risiko audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menggunakan prosedur analitis dalam lingkup yang lebih luas pada tahap perencanaan audit, misalnya dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi secara umum, sifat-sifat industri, posisi individu klien, dan sistem pengendalian intern klien (Holder, 1983:100107). O’Donnell dan Schultz meneliti tentang pengaruh software pendukung audit pemusatan proses business dalam penilaian prosedur analitik. Dimana, sebagian besar KAP yang menekankan metodologi audit resiko bisnis merubah software pendukung audit mereka untuk mengumpulkan bukti audit berdasarkan proses bisnis dibandingkan dengan perputaran transaksi. Sistem pemfokusan terhadap proses bisnis ini memberikan informasi tentang klien yang dikelompokkan berdasarkan aktivitas rantai nilai, sedangkan kantor yang menggunakan software pendukung audit tradisional dengan pemusatan perputaran transaksi (TCF) mengelompokkan informasi klien terutama berdasarkan klasifikasi rekening. Studi ini menguji bagaimana perbedaan
penyajian antara software pendukung audit BPF dan TCF mempengaruhi resiko penilaian audit selama tahap perencanaan prosedur analitik. Dalam percobaan lapangan, pengalaman senior audit yang telah melaksanakan prosedur analitik terhadap permasalahan yang material mengandung jenis faktor-faktor resiko yang telah ditentukan. Satu kelompok telah menyelesaikan uji coba menggunakan software yang telah diatur berdasarkan BPF sedangkan kelompok lain menggunakan software yang telah diatur berdasarkan TCF. Sukarelawan yang menggunakan sistem BPF mengidentifikasikan lebih banyak kondisi resiko yang telah ditentukan dan memperkirakan resiko pernyataan yang tidak tepat pada level yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan mereka
yang menggunakan sistem TCF.
Penemuan/hasil ini
membuktikan bahwa bukti percobaan yang diatur oleh software pendukung audit disekitar proses bisnis dapat mempengaruhi hasil keputusan selama pengadaan tahap perencanaan prosedur analitik. Temuan dari penelitian lapangan mengindikasikan bahwa senior audit berpengalaman yang terbiasa menggunakan software TCF mengidentifikasi lebih banyak faktor-faktor resiko ketika informasi klien menggunakan format BPF dari pada TCF (O’Donnell dan Schultz, 2003:265-275). Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu No
Keterangan
Penelitian Arifin Akhmad (1993)
Penelitian saat ini
1.
Periode Waktu
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data tahun 1993.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data 2008.
2.
Metode Analisis
Deskriptif kualitatif, regresi sederhana, T-test.
3.
Runag lingkup penelitian
KAP se Indonesia, yang terdaftar di BAPPEPAM, dan tidak terdaftar di BAPPEPAM.
Deskriptif Kualitatif, Ttest, Chi-square, regeresi sederhana. KAP se Jakarta, yang berafiliasi dengan KAP asing, dan tidak berafiliasi dengan KAP asing.
J. Kerangka Pemikiran Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kepatuhan auditor terhadap SPAP 329 “Prosedur Analitik”, dalam bentuk variabel bivariat yaitu: variabel pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik, dan variabel aplikasi prosedur analitik dalam audit umum. Peneliti mengajukan beberapa hal yang mungkin dapat mempengaruhi aplikasi prosedur analitik dalam pelaksanaan audit umum oleh KAP, yaitu: Afilisasi dengan KAP asing dan pemahaman terhadap tujuan dan manfaat prosedur analitik. Kap Berafiliasi Dengan KAP Asing
KAP Tidak Berafiliasi Dengan KAP Asing
Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analtik
Aplikasi Prosedur Analitik
Tahap Perencanaan Audit
Tahap Pengujian Subtantif
Kepatuhan Terhadap SPAP Seksi 329 Prosedur Analitik Gambar.2.3 Kerangka Pemikiran
Tahap Review Akhir Audit
K. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Karena jawaban yang diberikan masih didasarkan pada teori yang relevan, tidak berdasar pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005). Berdasarkan rumusan masalah yang telah dicantumkan pada Bab I, hipotesis yang dapat di buat adalah sebagai berikut: Ha1
=
KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing mematuhi SPAP seksi 329 dalam proses audit.
Ha2
=
Terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan terhadap SPAP Seksi 329 Prosedur Analitik antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing.
Ha3
=
Terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik.
Ha4
=
Pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik tidak berpengaruh signifikan terhadap aplikasi prosedur analitik dalam audit.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu, universe-nya adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Jakarta. Populasinya adalah KAP yang terdaftar di Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) per Januari 2008. Elemen penelitian adalah kantor pusat, dengan alasan anggota populasi setara kedudukannya. Waktu penelitian adalah sejak bulan Mei 2008 sampai Juli 2008. Penelitian ini ditujukan hanya untuk mengetahui pemahaman tentang prosedur analitik, aplikasi prosedur analitik, dan kepatuhan auditor dalam setiap proses audit. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitiannya adalah partner, manajer,
supervisor,
dan
atau
senior
auditor
yang
menjadi
penanggungjawab tim audit (in charge).
B. Metode Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel dengan rumus yang dikembangkan dari Isaac dan Michael yang dikutip oleh Sugiyono (2008:124), yaitu:
λ2 .Ν.Ρ.Q S= 2 d (Ν − 1) + λ2 .Ρ.Q Keterangan: N = populasi KAP dengan anggota populasi sebanyak. P = Q = 0,5
d = 0,05 S = jumlah sampel λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel atau s seperti hasil perhitungan dibawah ini: jumlah KAP pusat yang ada di Jakarta dan terdaftar di IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) per 2007 sebanyak 219 KAP. Maka untuk penentuan sampel dapat di hitung sebanyak, yaitu: 1. 219. 0,5. 0,5
S= 0,052 (219-1) + 1. 0,5. 0,5 =
68 (dibulatkan) Setelah didapatkan jumlah sampel sebanyak 68 KAP, dilakukan
pembedaan strata untuk KAP, dengan menggunakan metode stratified
random sampling. Selanjutnya dari tiap-tiap subpopulasi diambil sampel penelitian dengan teknik random sampling. KAP dibedakan menjadi dua strata, yaitu KAP yang berafiliasi dengan KAP asing (S1) sebanyak 33 KAP, dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing (S2) sebanyak 186 KAP. Dari masing masing strata tersebut diambil sampel dengan perhitungan sebagai berikut: S1 = 33/219
X 68 = 10,24 = 10
S2 = 186/ 219 X 68 = 57.75 = 58 Jadi, jumlah sampel untuk masing-masing strata adalah: 1. Strata 1 (S1) = 10 KAP, dan 2. Strata 2 (S2) = 58 KAP.
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penyebaran kuesioner kepada sampel (KAP) dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) melalui perantara yaitu seseorang yang dikenal oleh peneliti yang bekerja di KAP dan, 2) peneliti datang langsung ke tempat sampel. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber referensi yang diterbitkan untuk umum (buku text
books, artikel, jurnal ilmiah, dan lain-lain) maupun referensi yang tidak diterbitkan untuk umum (skripsi, tesis).
D. Metode Analisis Data Metode pegujian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas. 1. Uji Validitas Suatu instrumen pengukur dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Indriantoro dan Supomo, 2002:181). Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat, akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang
tinggi apabila test tersebut menjalankan fungsi ukurnya. Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian skor item dengan skor total. Bila korelasi diantara skor item dengan skor total menghasilkan korelasi yang rendah, maka item akan dikatakan gugur atau akan dimodifikasikan, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan skor tinggi maka item tersebut akan digunakan. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan terhadap data jawaban responden yang tertuang dalam kuesioner terdiri atas 24 pertanyaan/pernyataan (item). Dari 24 item tersebut terdiri dari dua variabel, yaitu variabel pemahaman manfaat dan tujuan prosedur analitik (item nomor 1 sampai dengan 12). Masing-masing jawaban diberi nilai 1 sampai dengan 5, nilai 1 (jawaban sangat tidak setuju), nilai 2 (jawaban tidak setuju), nilai 3 (jawaban ragu-ragu), nilai 4 (jawaban setuju), dan nilai 5 (jawaban sangat setuju). Variabel yang kedua adalah variabel aplikasi prosedur analitik dalam audit umum (item nomor 12 sampai 24). Sama halnya dengan variabel pertama, masing-masing jawaban diberi nilai 1 sampai dengan 5, dari jawaban tidak pernah sampai jawaban selalu. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus Korelasi Product
Moment yang dikemukakan oleh Pearson, dan untuk penghitungannya menggunakan program SPSS. Adapun rumus Korelasi Product
Moment sebagai berikut:
rxy =
(∑ X )(∑Y ) (N∑ X − (∑ X ) N∑Y − (∑Y ) ) N ∑ XY − 2
2
2
2
Dimana: rxy
= Angka indeks Korelasi Product Moment
N
= Jumlah sampel
∑ XY
= Jumlah asli perkalian antara X dan Y
∑X
= Jumlah seluruh skor X
∑Y
= Jumlah seluruh skor Y Suatu item dikatakan valid jika rxy lebih besar dari pada rt dengan
df = n-2 dan level of significant <0,05. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui bagaimana item-item dalam kuesioner saling berhubungan. Reliabilitas adalah ketepatan yang dicapai pada pengukuran dengan menggunakan instrumen sehingga hasil yang diperoleh bersifat konsisten. Tes dikatakan sebagai reliabilitas tinggi apabila skor tampak tes itu berkorelasi tinggi dengan skor murninya sendiri. Dalam penelitian ini menggunakan ukuran reliabilitas dengan Alpha Cronbach yang merupakan model internal
consistency dimana apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 menunjukkan bahwa instrument yang digunakan reliabel.
3. Uji Keacakan (Test of Randomness) Uji ini dilakukan terhadap data penelitian untuk mendapatkan keyakinan apakah responden menjawab kuesioner yang diajukan secara acak atau tidak. Seandainya responden menjawab secara acak, distribusi jawaban mengikuti distribusi binomial dan data dalam bentuk jawaban kuesioner mengandung bias. Data yang mengandung unsur bias tidak layak diolah, dianalisis dan dilaporkan. Untuk menguji telah terjadi jawaban acak/bias ataupun tidak, digunakan alat uji chi-
square. Rumus dasar chi-square adalah: k 2
χ =
∑
( fo
I =1
− fh ) fh
2
Keterangan: χ 2 = Chi- square
fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan Jika hasil uji menunjukkan perbedaan signifikan (χ2h > χ2t), berarti responden menjawab pertanyaan tidak secara acak, dan dalam penelitian tidak terdapat unsur bias. Taraf signifikansi α = 5%, maka χ2t = χ20,05;db(5-1) = 9,488 (Lampiran 11). 4. Uji Hipotesis a. Uji Hipotesis I Dalam pengujian hipotesis digunakan teknik statistik deskriptif yaitu rata-rata dan median. Median adalah pengukuran
tendensi sentral berdasarkan nilai data yang terletak ditengahtengah (midpoint) dari suatu distribusi data penelitian yang disusun secara berurutan (Indriantoro dan Supomo, 2002: 175). Dalam hal ini, yang di uji adalah median dari tingkat kepatuhan. Ada beberapa tahapan untuk menguji median dari tingkat kepatuhan tersebut, yaitu: 1. Menetapkan kriteria antara patuh sekali dengan tidak patuh sekali. Dengan cara menjumlahkan skor hasil pengisian kuesioner dibagi jumlah item (pertanyaan) dalam kuesioner. Jika kuesioner dijawab 100% skor 5, maka total skor adalah (n x 5 x 12) : (n x 12) = 5, menunjukkan responden patuh sekali, dan hasil skor sama dengan 1, berarti responden tidak patuh sekali, 2. Menentukan batas antara patuh sekali dengan tidak patuh sekali, yaitu (100% : 2) x skor tertinggi (5) = 2,5, 3. Menentukan urutan interval tingkat kepatuhan, yaitu: skor 0 – 1,5 = tidak patuh sekali, skor 1,51 – 2,5 = kurang patuh, skor 2,51 – 3,5 = cukup patuh, skor 3,51 – 4,1 = patuh, skor 4,11 – 5 = patuh sekali, 4. Menentukan kriteria Ho1 diterima jika OK (Observasi Kepatuhan)/rata-rata/median < nilai TK (Teoritis Kepatuhan) dan menerima Ha1 jika OK (Observasi Kepatuhan)/ratarata/median > TK,
5. Menghitung OK (Observasi Kepatuhan)/rata-rata/median dari data hasil pengisian kuesioner untuk menentukkan tingkat kepatuhan dan kecenderungan letak ditengah-tengah, 6. Menguji hipotesis, 7. Kesimpulan. b. Uji Hipotesis II 1) Uji beda t-test Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua grup yang tidak berhubungan satu dengan yang lain. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standart error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau secara rumus dapat ditiliskan sebagai berikut: Rata-rata sampel pertama – rata-rata sampel kedua t= Standar error perbedan rata-rata kedua sampel Ketentuan Ho 2 diterima atau Ha2 ditolak jika р > α dan th < t0,05;df (n-2), dan Ho 2 ditolak atau Ha2 diterma jika р < α dan th > t0,05;df (n-2). c. Uji Hipotesis III Statistik non parametris digunakan untuk menguji hipotesis bila
datanya
berbentuk
nominal
dan
ordinal,
dan
tidak
berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus normal. Untuk menguji hipotesis yang ke-3 di gunakan salah satu dari jenis pengujian nonparametris, yaitu uji chi- square (χ2) (Sugiyono, 2008:293).
Chi-square (χ 2) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbetuk nominal dan sampelnya besar. Rumus chi-square adalah sebagai berikut: r
χ =∑ 2
I =k
k
∑
(O
I =1
ij
− Eij
)
2
Eij
Keterangan: χ2
= Chi- square
Oij
= Frekuensi yang diobservasi
Eij
= Frekuensi yang diharapkan Tahapan pengujian untuk hipotesis ke 2 ini adalah sebagai
berikut: 1) Membuat dan menyusun tabel penggunaan sampling statistik beserta atribut lainnya (tabel kontijensi) untuk tiap-tiap pertanyaan, 2) Menentukan tingkat signifikansi dalam penelitian yaitu α = 10%, 3) Menentukan frekuensi harapan (Eij), 4) Menggunakan uji chi-square, seperti rumus diatas,
5) Menentukkan kriteria pengujian hipotesis dengan mencari nilai
chi-square pada tabel distribusi chi-square dengan level of significant 10% dan degree of freedom (df) = (r-1) (k-1), 6) Ho 3 diterima atau Ha3 ditolak jika χ2 h < χ2t, dan Ho 3 ditolak atau Ha3 diterima jika χ2h > χ2t, dan 7) Kesimpulan. d. Uji Hipotesis IV Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menentukan besarnya pengaruh pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik (variabel X) terhadap aplikasi prosedur analitis dalam audit umum (variabel Y). Penentuan besarnya pengaruh dilakukan dengan menggunakan
analisis
regresi
sederhana.
Analisis
regresi
digunakan bila kita ingin mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau prediktor, secara individual (Sugiyono, 2008:270). Bentuk persamaan umum regresi sederhana adalah: Υ
= a + bΧ
Dimana: Y=
Sumber
dalam
variabel
dependen
yang
diprediksikan A=
harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b=
angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel
dependen
yang
didasarkan
pada
variabel
independent. Bila b (+) maka naik, bila b (-) maka terjadi penurunan X=
subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
Langkah-langkah yang ditempuh untuk analisis ini adalah: 1) Menghitung a dan b, 2) Menghitung koefisien korelasi (R) untuk mengetahui seberapa jauh tingkat/derajat asosiasi variabel X dengan variabel Y. Kemudian
dihitung
koefisien
determinasi
(R2)
untuk
mengetahui berapa persen kekuatan pengaruh variabel X dari sampel yang dipilih dapat menjelaskan variabel Y, 3) Uji analisis korelasi, untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan antara tingkat pemahaman dengan aplikasi prosedur analitik dan mengukur tingkat atau kekuatan hubungan linier antara dua variabel. Dengan metode korelasi Product moment Pearson. Dengan ketentuan taraf signifikansi α = 5%. Maka nilai kritis rt = r0,05;df (n-2). Dan Ho diterima atau Ha ditolak jika rh < rt, dan Ho ditolak atau Ha diterima jika rh > rt. 4) Uji analisis varian, merupakan metode untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau
kategorikal dengan kategori lebih dari dua). Hubungan antara satu variabel dependen dengan satu variabel independen disebut One Way ANOVA. Rumusnya adalah sebagai berikut:
S1
2
S
2 2
= =
∑
Χ
2 1
−
µ1 − 1
∑ µ
Χ 2
2 2
− 1
−
(∑
Χ
)
2
1
µ 1 (µ 1 − 1 )
(∑ µ
2
Χ
(µ 2
)
2
2
− 1)
Dengan ketentuan, Ho4 diterima atau Ha4 diterima jika Fh < Ft, dan Ho4 ditolak atau Ha4 ditolak jika Fh > Ft. Taraf signifikansi α = 5%, maka Ft = F0,05;df (k-1), (n-k).
E. Operasionalisasi Variabel Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2002:69). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kepatuhan auditor terhadap SPAP 329 “Prosedur analitik”, dalam bentuk variabel bivariat yaitu: 1. Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel ini dinamakan juga dengan variabel yang diduga sebagai sebab atau variabel yang mendahului.
Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik. 2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dinamakan juga dengan variabel yang diduga sebagai akibat ataupun variabel konsekuensi. Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah aplikasi prosedur analitik dalam audit umum. Kedua variabel tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert dan data ordinal dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan (item) yang berjumlah 24 item dalam kuesioner dengan alternatif jawaban berperingkat, dan masing-masing diberi skor 1 sampai dengan 5.
Tabel.3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel (Terikat) 1. Kepatuhan
Subvariabel
Indikator
1. Pemahaman atas tujuan a. Manfaat prosedur
auditor terhadap
dan manfaat prosedur
analitik dalam
SPAP 329
analitik (Variabel
pembuatan kesimpulan
“Prosedur
independen).
audit.
Analitik”.
b. Pelaksana prosedur
(Sumber:
analitik.
Variabel dalam
c. Manfaat prosedur
Penelitian Arifin
analitik dalam
Akhmad).
pengujian subtantif atas transaksi. d. Manfaat prosedur analitik dalam tahap perencanaan. e. Fungsi informasi keuangan dan informasi non keuangan. f. Jenis audit test dasar. 2. Aplikasi prosedur
a. Perbandingan rasio
analitik dalam audit
perusahaan dengan
umum (Variabel
rasio industri.
dependen).
b. Kecukupan bukti audit
untuk saldo yang tidak diharapkan. c. Prosedur analitik dalam tahap review. d. Perbandingan saldo buku. e. Perbandingan rincian total subsaldo. f. Perbandingan data klien dengan estimasi auditor. g. Perhitungan hubungan rasio dengan persentase. h. Perbandingan rasio internal perusahaan. Sumber: Teori-teori dari tinjauan pustaka (Bab II)
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
D. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah KAP yang berdomosili di Jakarta dan terdaftar di IAPI per Januari 2008, yaitu terdapat sebanyak 247 KAP. Dari jumlah tesebut KAP dikelompokkan menjadi sebagai berikut: a) KAP afiliasi dengan KAP asing, adalah KAP yang melakukan perjanjian kerjasama dengan KAP asing, yaitu sebanyak 33 KAP, b) KAP Persekutuan perdata atau persekutuan firma, adalah KAP yang hanya dapat didirikan paling sedikit 75% dari seluruh sekutu auditor. Masing-masing sekutu disebut rekan (dalam bahasa inggris disebut partner). Salah seorang sekutu bertindak sebagai pimpinan. Jumlahnya sebanyak 112 KAP, c) KAP Perseorangan, adalah KAP yang hanya dapat didirikan dan dijalankan sendiri oleh seorang auditor yang juga bertindak sebagai pimpinan/pemilik. Jumlahnya sebanyak 108 KAP, d) KAP cabang, adalah KAP yang memiliki kantor pusat di Jakarta atau di luar Jakarta. Jumlahnya sebanyak 28 KAP.
2. Gambaran Umum Data Jumlah populasi data adalah 219 KAP, yang dijadikan populasi adalah KAP pusat yang berdomisili di Jakarta. Jumlah tersebut dibagi menjadi 2 kategori yaitu: KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing. Ukuran sampel penelitian ini adalah 68, ditentukan dengan menggunakan rumus yang telah tercantum pada Bab III. Dalam penelitian ini kuesioner dikirimkan secara langsung oleh peneliti dan juga melalui perantara yaitu seseorang yang bekerja di KAP. Waktu penyebaran dan pengembalian kuesioner adalah sebagai berikut: Tabel.4.1 Penyebaran Kuesioner Bulan Mei 2008
Waktu
Jenis
Bulan Juni 2008
Total
Tgl 4-10
Tgl 11-17
Tgl 18-24
Tgl 25-31
Tgl 1-7
Tgl 8-14
Tgl 15-21
Tgl 22-30
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
4 9 13
3 8 11
2 7 9
3 8 11
4 9 13
3 7 10
4 6 10
3 8 11
Afiliasi Nonafiliasi Jumlah
(set)
26 62 88
Tabel.4.2 Pengembalian Kuesioner Waktu
Bulan Mei 2008
Kategori Afiliasi Nonafiliasi Jumlah
Bulan Juni 2008
Tgl 11-17
Tgl 18-24
Tgl 25-31
Tgl 1-7
Tgl 8-14
Tgl 15-21
Tgl 22-30
Bulan Juli 2008 Tgl 1-11
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
(set)
1 5 6
1 6 7
2 5 7
2 7 9
3 7 10
2 7 9
2 7 9
5 13 17
Total (set)
19 57 76
Dari tabel 4.1 total kuesioner yang disebar peneliti adalah 88 set. Rata-rata peneliti menyebar kuesioner ke KAP adalah sebanyak 11 set kuesioner per minggu atau jika di rata-ratakan per hari, sebanyak 3 set
kuesioner yang disebarkan oleh peneliti. Sedangkan, dari tabel 4.2 dapat dilihat tingkat pengembalian terbesar adalah periode bulan Juli 2008 antara tanggal 1 sampai 11. Dari 88 set kuesioner yang disebarkan peneliti ada beberapa kuesioner yang tidak kembali, yaitu berjumlah 12 set. Hal itu berarti, tingkat response pengembalian kuesioner adalah 86,3%. Alasan kuesioner tidak kembali adalah sebagai berikut: Tabel.4.3 Distribusi Responden yang Tidak Menjawab Kuesioner No 1 2 3
Alasan
Jumlah
Kesibukan pimpinan Pindah alamat Lain-lain Jumlah
8 2 2 12
Gambaran data (persentase) dari kuesioner yang dikembalikan adalah sebagai berikut: Tabel.4.4 Persentase Data Sampel Kuesioner No
Kelompok responden
1 2
KAP Afiliasi
Jumlah populasi 33
Jumlah Sampel 19
Persentase (%) sampel 57.58%
KAP Nonafiliasi
186
57
30.65%
219
76
34.70%
Jumlah
Data responden yang mengembalikan jawaban kuesioner: 1. Bentuk usaha KAP: a. KAP afiliasi asing
= 19 unit.
b. KAP non afiliasi asing
= 57 unit
2. Responden pengisi kuesioner: a. Jabatan pengisi kuesioner
Tabel.4.5 Jabatan Pengisi Kuesioner
No Jenis KAP 1 Afiliasi 2 Non afiliasi Jumlah
Partner 1 2 3
Jabatan Pengisi Kuesioner Senior Junior Manajer Supervisor Auditor auditor 2 4 9 3 5 11 28 11 7 15 37 14
Jumlah 19 57 76
Dari tabel 4.5 terlihat kelompok responden yang paling banyak mengisi kuesioner adalah kelompok senior auditor, jadi kualitas jawaban bisa dikatakan baik, karena senior auditor telah memiliki pengalaman yang lama dalam mengaudit. b. Lama Bekerja Pengisi Kuesioner: Tabel.4.6 Pengalaman Bekerja Pengisi Kuesioner
No 1 2
Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Pengalaman Bekerja Sebagai Auditor 1–2 >2 – 5 >5 - 10 > 10 tahun tahun tahun tahun Jumlah 3 10 4 2 19 12 25 15 5 57 15 35 19 7 76
Dari tabel 4.6 dapat dilihat rata-rata yang mengisi kuesioner memiliki pengalaman bekerja sebagai auditor antara lebih dari 2 sampai dengan 5 tahun. Dan yang memiliki pengalaman antara 1 sampai dengan 2 tahun sebesar 15 responden atau 19,7% dari total responden. Jadi, dapat disimpulkan responden yang mengisi kuesioner memiliki pengalaman yang cukup lama sebagai auditor, sehingga kualitas jawaban kuesioner adalah baik. E. Uji Instrumen dan Data Penelitian 1. Uji Validitas
Tabel 4.7 di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas data dengan bantuan alat uji statistik SPSS 12. Tabel.4.7 Validitas Variabel Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik Item-Total Statistics
PPA0001 PPA0002 PPA0003 PPA0004 PPA0005 PPA0006 PPA0007 PPA0008 PPA0009 PPA0010 PPA0011 PPA0012
Scale Mean if Item Deleted 42.66 42.89 42.16 42.37 42.76 42.72 42.82 42.50 42.71 42.71 42.70 42.64
Scale Variance if Item Deleted 35.748 39.802 39.095 41.782 36.530 36.176 42.499 44.867 36.368 36.368 41.547 35.912
Corrected Item-Total Correlation .915 .415 .545 .361 .729 .735 .217 -.007 .733 .708 .285 .904
Cronbach's Alpha if Item Deleted .821 .855 .846 .857 .833 .832 .867 .883 .832 .834 .863 .822
Pengukuran validitas dengan menggunakan metode Korelasi Product
Moment. Berdasarkan hasil output SPSS tabel 4.7 dapat di tentukan item yang valid dengan melihat kolom corrected item-total correlation, jika nilai dalam corrected item-total correlation lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan df (76-2) = 0,2257 (Lampiran 10). Dengan ketentuan tersebut, terdapat dua item, yaitu item ke-7 = 0,217 dan item ke8 = -0,007 lebih kecil dari r tabel, berarti item-item tersebut tidak valid. Jadi, dapat disimpulkan, dari 12 item variabel pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik, item yang valid berjumlah 10 dan yang tidak valid berjumlah 2. Sehingga, 2 item yang tidak valid tersebut tidak diikutsertakan kembali dalam pengolahan data selanjutnya.
Tabel.4.8 Validitas Variabel Aplikasi Prosedur Analitik Dalam Audit Umum Item-Total Statistics
APA0001 APA0002 APA0003 APA0004 APA0005 APA0006 APA0007 APA0008 APA0009 APA0010 APA0011 APA0012
Scale Mean if Item Deleted 42.79 42.41 42.30 41.99 42.18 42.42 43.28 42.66 43.00 42.51 42.71 42.24
Scale Variance if Item Deleted 26.168 25.871 24.294 27.586 26.366 27.394 25.163 25.455 25.520 26.973 25.968 27.223
Corrected Item-Total Correlation .425 .308 .568 .246 .313 .259 .405 .302 .481 .262 .426 .365
Cronbach's Alpha if Item Deleted .699 .715 .677 .720 .713 .719 .700 .718 .692 .719 .698 .708
Dari hasil output SPSS tabel 4.8 item-item variabel aplikasi prosedur analitik dalam audit umum menunjukkan bahwa seluruh item tersebut adalah valid karena
seluruh item memiliki nilai yang terdapat dalam
kolom corrected item-total correlation lebih besar dari r tabel, taraf signifikansi 5% dan df (76-2) = 0,2257 (Lampiran 10). 2. Uji Reliabilitas Tabel 4.9 di bawah ini menunjukkan hasil uji reliabilitas data dengan bantuan alat uji statistik SPSS 12 Tabel.4.9 Reliabilitas Variabel Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik Reliability Statistics Cronbach's Alpha .858
N of Items 12
Tabel 4.9 hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai alpha
cronbach sebesar 0,858. Dan itu berarti variabel pemahaman atas tujuan
dan manfaat prosedur analitik dikatakan reliabel, karena nilai hitung alpha
cronbach (0,858) > 0,6. Tabel.4.10 Reliabilitas Variabel Pemahaman Atas Tujuan dan Manfaat Prosedur Analitik Reliability Statistics Cronbach's Alpha .725
N of Items 12
Tabel 4.10 hasil output SPSS menjelaskan bahwa nilai alpha
cronbach sebesar 0,725. Dan itu berarti variabel pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik dikatakan reliabel, karena nilai hitung alpha
cronbach (0,725) > 0,6. Jadi, dapat disimpulkan seluruh item dalam kuesioner adalah reliabel. Dari 24 item kuesioner, terdapat 22 item kuesioner yang valid dan reliabel dan 2 item kuesioner yang tidak valid. Ke 24 item yang valid dan reliabel itulah yang dapat digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. 3. Uji Keacakan (Test of randomness) Uji ini untuk mendapatkan keyakinan apakah data kuesioner yang diterima dari responden dijawab secara acak atau kuesioner disi asal jawab sehinnga timbul response bias. Prosedur yang digunakan untuk mengetahui ini adalah dengan cara membandingkan antara distribusi frekuensi skor jawaban responden (observasi) dan distribusi frekuensi yang diharapkan (ekspektasi) dengan rumus chi-square. Jika, hasil uji menunjukkan perbedaan yang signifikan (χ2 h > χ2t), berarti responden
menjawab pertanyaan tidak secara acak, dan dalam penelitian tidak terdapat unsur bias. Prosedur uji keacakannya adalah sebagai berikut: Ho =
Distrbusi frekuensi skor jawaban (observasi) sesuai atau tidak berbeda secara signifikan dengan distribusi frekuensi harapan (ekspektasi),
Ha =
Distrbusi frekuensi skor jawaban (observasi) tidak sesuai atau berbeda secara signifikan dengan distribusi frekuensi harapan (ekspektasi), Dengan ketentuan, Ho diterima atau Ha ditolak jika χ2h < χ2t dan Ho
ditolak atau Ha diterima jika (χ2h > χ2 t) dengan df (4), taraf signifikansi 5% = 9,488 (Lampiran 11). Tabel.4.11 Chi square Uji Keacakan Test Statistics skala likert Chi-Square df
a
Asymp. Sig.
916.224 4 .000
Output SPSS menghasilkan nilai chi-square sebesar 916,224. Karena nilai χ2h = (916, 224) > χ2t (9,488), maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara distribusi frekuensi skor jawaban (observasi) dengan distribusi frekuensi harapan (ekspektasi). Kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa responden yang menjadi sampel penelitian ini tidak asal menjawab dalam mengisi kuesioner yang diajukan, berarti tidak terdapat unsur bias dalam data sampel, maka data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut.
F. Pengujian dan Pembahasan 1. Pengujian Hipotesis Prosedur yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini adalah seperti yang telah dijelaskan pada Bab III, yaitu sebagai berikut: a. Uji Hipotesis I Pegujian hipotesis ini dilakukan dengan tehnik statistik deskriptif, dengan cara membandingkan skor teoritis kepatuhan dengan skor observasi kepatuhan. Skor yang digunakan adalah hanya skor yang berasal dari variabel aplikasi prosedur analitik dalam audit umum, yaitu item kuesioner nomor 13 sampai dengan item nomor 24. Prosedur uji hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis Ha1
=
KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing mematuhi SPAP seksi 329 dalam proses audit.
2) Kriteria Ho 1 diterima atau Ha1 ditolak jika, OK (Observasi Kepatuhan)/Rata-rata/Median < TK (Teoritis Kepatuhan), dan Ho1 ditolak atau Ha1 diterima jika, OK (Observasi Kepatuhan)/Ratarata/Median > TK (Teoritis Kepatuhan)
3) Perhitungan nilai TK
Perhitungan berdasarkan nilai jawaban item kuesioner (skala likert) tertinggi dan jumlah item kuesioner yang valid dan reliabel dengan cut-off 50%, yaitu: TK = {(12 X 5) / 12} X 50% = 2,50 4) Perhitungan nilai OK OK = Total skor 12 item kuesioner / (N X jumlah item valid dan reliabel OK = 3527 / 912 = 3,87 5) Perhitungan nilai rata-rata per item dan median per item Dari hasil output SPSS pada Lampiran 4 diperoleh nilai: a) Rata-rata atau Mean = 46,41, maka nilai rata-rata per item adalah 3,8675 didapat dari nilai rata-rata seluruh item dibagi jumlah item (46, 41 : 12), b) Median per total seluruh item = 47, maka nilai median per item adalah 3,917 didapat dari nilai rata-rata seluruh item dibagi jumlah item (47 : 12), c) Rata-rata/mean dan median per item kuesioner seperti tercantum pada dibawah ini, Tabel.4.12 Median per Item Statistics No 13 No 14 No 15 No 16 No 17 No 18 No 19 No 20 No 21 No 22 No 23 No 24 Valid 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 76 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 3.62 4.00 4.11 4.42 4.22 3.99 3.13 3.75 3.41 3.89 3.70 4.17 Median 4.00 4.00 4.00 5.00 4.00 4.00 3.00 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00 Mode 4 5 4 5 5 4 3 4 3a 4 4 4 Sum 275 304 312 336 321 303 238 285 259 296 281 317 N
a.
Multiple modes exist. The smallest value is shown 6) Penentuan Peringkat Kepatuhan
Penentuan nilai peringkat kepatuhan seperti yang telah dijelaskan pada Bab III.
Tabel.4.13 Peringkat Kepatuhan Prosedur Analitik Peringkat Kepatuhan
Valid
Frequency Kurang Patuh 1 Cukup patuh 11 Patuh 45 Patuh sekali 19 Total 76
Percent Valid Percent 1.3 1.3 14.5 14.5 59.2 59.2 25.0 25.0 100.0 100.0
Cumulative Percent 1.3 15.8 75.0 100.0
Tabel 4.13, hasil o utput SPSS diatas menunjukkan, bahwa KAP yang kurang patuh terhadap SPAP 329 Prosedur Analitik adalah 1 unit (1.3% dari total responden KAP), cukup patuh adalah 11 unit (14,5%), patuh adalah 45 unit (59,2%), dan patuh sekali 19 unit (25%) 7) Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil perhitungan diatas didapatkan nilai OK/Rata-rata/Median > TK yaitu 3,87/3,8675/3,917 > 2,50; dan itu berarti Ha diterima. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam proses audit. Kesimpulan ini diperjelas oleh nilai median per item kuesioner seperti pada tabel 4.12 di atas masingmasing pada skala 4, 4, 4, 5, 4, 4, 3, 4, 3, 4, 4, 4. Skala median ini
sudah dapat mewakili untuk menyatakan bahwa KAP telah mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam setiap audit. b. Uji Hipotesis II Untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menggunakan teknik uji beda rata-rata t-test. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis Ha2 =
Terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing
2) Kriteria Ho 2 diterima atau Ha2 ditolak jika р > α dan th < t0,05;df (762).
dan Ho 2 ditolak atau Ha2 diterima jika р < α dan th > t0,05;df (76-2).
Taraf signifikansi α = 5% 3) Perhitungan nilai p Tabel.4.14 Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Independen Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means Sig. (2tailed)
F Aplikasi Prosedur Equal variance 2.060 Analitik assumed Equal variances not assumed
Sig.
t
.155
-1.193
df
Std. 95% Confidence Mean Differen Error Interval of the Difference Differ ce ence Lower Upper
74
.237
-1.737 1.456
-4.638
1.164
-1.010 24.418
.322
-1.737 1.719
-5.282 1.808
Berdasarkan output SPSS diatas diperoleh nilai F hitung
levene test sebesar 2,060 dengan probabilitas 0,155. Sedangkan, nilai th = -1,193 pada df =74 (tabel t one tail).
4) Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan p = 0,155 > α = 0,05; dan nilai th = -1,193 < tt = 1,6657 (Lampiran 10), maka Ho2 diterima atau Ha2 ditolak, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signfikan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing, dengan taraf signifikansi sebesar α = 5% atau taraf kepercayaan 95% dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. c. Uji Hipotesis III Untuk menguji hipotesis ini adalah dengan menggunakan teknik statistik non parametrik chi-square (χ2) dengan prosedur sebagai berikut: 1) Hipotesis Ha3 =
Terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi
dengan
KAP
asing
terhadap
tingkat
kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. 2) Kriteria Ho3 diterima atau Ha4 ditolak jika χ2 h < χ2t , dan Ho3 ditolak atau Ha4 diterima jika χ2h > χ2t. Taraf signifikansi α = 10%.
3) Hasil Jawaban Responden Tabel.4.15 Rekapitulasi Seluruh Jawaban Aplikasi Prosedur Analitik
Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Tabel Kontijensi Seluruh Jawaban TP HTP J HS S 20 7 51 80 70 12 22 177 282 191 32 29 228 362 261
Total 228 684 912
4) Perhitungan nilai chi-square hitung (χ2h) Tabel.4.16 Chi-square Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 26.939 23.014 3.721
4
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000
1
.054
df a
4
912
5) Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.16 didapatkan nilai
chi-square sebesar 26,939 dengan df = 4. Jadi, karena chi-square hitung (χ2h) sebesar 26,939 > chi-square tabel (χ2h) sebesar 7,799 (Lampiran 11), maka Ha3 dapat diterima. Hal itu berarti, terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik.
d. Uji Hipotesis IV Untuk menguji hipotesis ini digunakan teknik regresi sederhana dengan prosedur sebagai berikut: 1) Menghitung nilai regresi Untuk mendapatkan nilai persamaan regresi Y = a + bX + e, dilakukan dengan teknik regresi linier sederhana dengan alat bantu uji statistik SPSS. Tabel.4.17 Koefisien Regresi a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 29.162 3.330
Model 1 (Constant) Pemahaman atas Manfaat dan Tujuan prosedur Analitik
.444
.085
t 8.758
Sig. .000
5.250
.000
.521
Dari hasil output SPSS tabel 4.17 nilai pesamaan regresi yang dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least square
method ) adalah nilai persamaan a ditunjukkan oleh nilai constant yaitu 29,162 dan nilai b ditunjukkan oleh nilai pemahaman atas manfaat dan tujuan prosedur analitik yaitu 0,444. Jadi, dapat disimpulkan persamaan regresinya adalah, Y = 29,162 + 0,444X + 0.85. Dari hasil perhitungan standar error dibandingkan dengan nilai
R,
dapat
disimpulkan
bahwa
penelitian
ini
dapat
dipertanggung jawabkan karena, R (0,521) > standar error (3.330 x 0.085).
2) Pengujian R Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Hipotesis: Ha = Ada
korelasi
yang
signifikan
antara
tingkat
pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik terhadap tingkat aplikasi prosedur analitik dalam audit b) Kriteria Ho diterima atau Ha ditolak jika Rh > Rto,o5;
df (76-2)
=
0,1001 (Lampiran 10) c) Menghitung nilai R Tabel.4.18 Model Summary dan ANOVA R .521
Model 1 Model 1
a
Regression Residual Total
R Square .271
Adjusted R Square .262
Sum of Squares 618.270
Df 1
Mean Square 618.270
1660.085
74
22.434
2278.355
75
Std. Error of the Estimate 4.736 F 27.560
Sig. .000(a)
Hasil output SPSS diatas menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,521; koefisien determinasi (R2) sebesar 0,271; dan nilai p = 0,000 d) Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.18, didapat nilai Rh (0,521) > Rt (0,1001), maka Ho ditolak atau Ha diterima, berarti ada korelasi yang signifikan antara tingkat pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik dengan tingkat aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit. Pernyataan itu
dapat diperjelas oleh nilai p (0,000) < α (0,01). Nilai R2 menunjukkan bahwa 27,1% dari variance aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit dapat dijelaskan oleh perubahan dari
variance pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik. 3) Pengujian F (Analisis Varian) Prosedur uji F adalah sebagai berikut: a) Hipotesis Ha4 = Pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik berpengaruh signifikan terhadap aplikasi prosedur analitik dalam audit b) Kriteria Ho4 diterima atau Ha4 ditolak jika Fh < Ft atau p > α dan Ho4 ditolak atau Ha4 diterima jika Fh > Ft.atau p < α. c) Perhitungan uji F Dari tabel 4.18 hasil output SPSS diatas menunjukkan bahwa regresi secara statistik sangat signifikan dengan nilai F = 27,560 untuk derajat kebebasan k =1 dan n – k – 1 = 76 – 1 – 1 = 74 dan P-value = 0,000, d) Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan nilai Fh 27,560 > Ft sebesar 3,98 (Lampiran 12), maka Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Hal itu berarti bahwa pemahaman atas manfaat dan tujuan prosedur analitik (variabel X) berpengaruh sangat signifikan terhadap aplikasi prosedur analitik dalam setiap
audit. Pernyataan ini juga diperjelas oleh nilai p (0,000) < α (0,05). 2. Pembahasan Hasil Analisis a. Analisis Kepatuhan KAP terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam Setiap Audit Dari hasil uji hipotesis I dan II, dapat disimpulkan secara umum bahwa KAP mematuhi dan tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam setiap audit. Kesimpulan ini dapat dilihat dari median per item kuesioner (item nomor 13 – nomor 24) pada tabel 4.12, yaitu nilai median per item ≥ 3, dimana nilai tersebut > 2,5 (Teoritis Kepatuhan). Adapun peringkat kepatuhan KAP terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik adalah sebagai berikut: 1) patuh sekali adalah 19 unit (25%), 2) patuh adalah 45 unit (59,62), 3) cukup patuh adalah 11 unit (14,5%), dan 4) kurang patuh adalah 1 unit (1.3%). Derajat kepatuhan KAP dengan kategori patuh sekali 25%, lebih baik dari hasil penelitian sebelumnya Akhmad sebesar 10,64%. Hal itu berarti terjadi peningkatan aplikasi prosedur analitik setelah IAI mengubah standar audit dari Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi SPAP pada tahun 1994. Kepatuhan KAP dapat dilihat secara khusus pada persentase jawaban selalu ditambah jawaban hampir selalu, dari masing-masing
item kuesioner nomor 13 sampai dengan nomor 24, dapat dilihat dari lampiran 7. Untuk pertanyaan nomor 13 sebesar 61,8%; nomor 14 sebesar 75%; nomor 15 sebesar 80,3%; nomor 16 sebesar 81,5%; nomor 17 sebesar 81,6%; nomor 18 sebesar 73,6%; nomor 19 sebesar 27,6%; nomor 20 sebesar 68,4%; nomor 21 sebesar 48,8%; nomor 22 sebesar 67,1%; nomor 23 sebesar 71%; dan nomor 24 sebesar 82,9%. Aplikasi prosedur analitik yang paling tinggi adalah item nomor 24, yaitu sebesar 82,9% tentang perbandingan antara saldo buku tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Tetapi masih ada 11,1% responden KAP yang tidak melaksanakan prosedur analitik ini, padahal teknik ini umumnya selalu dilakukan dalam audit untuk mengetahui saldo akun laporan keangan yang memerlukan perhatian lebih intensif. Aplikasi prosedur analitik yang paling rendah adalah item nomor 19 sebesar 27,6% tentang perbandingan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor, karena menurut komentar responden, prosedur ini bisa digantikan
dengan
menggunakan
pengalaman
(feeling)
dalam
mengaudit. Teknik prosedur analitik yang paling banyak diaplikasikan KAP dalam setiap audit dengan asumsi diatas 70% adalah item nomor 14 sampai nomor 18 serta item nomor 23 dan nomor 24. item nomor 24 dengan aplikasi sebesar 82,9% terdiri dari jawaban hampir selalu sebesar 48,7% dan jawaban selalu sebesar 10,5 %. Peringkat tertinggi kedua adalah aplikasi item nomor 17 sebesar 80,6% tentang
penyusunan rencana dan prosedur audit, antara lain berdasarkan analisis rasio, data/informasi hasil perbandingan laporan keuangan tahun sebelumnya dengan tahun berjalan (unaudited ). Aplikasi sebesar 80,6% terdiri dari jawaban hampir selalu sebesar 32,9% dan jawaban selalu sebesar 48,7%. Kondisi ini sangat memuaskan (hanya 19,4% KAP yang tidak pernah atau jarang melakukan teknik ini), karena KAP telah memenuhi salah satu tujuan dari prosedur analitik yaitu membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat dan luas prosedur audit lainnya, dengan begitu pelaksanaan audit dapat berjalan efektif dan efisien karena auditor telah merencanakan audit dengan baik melalui teknik prosedur analitik tersebut. Aplikasi prosedur analitik terendah kedua adalah item nomor 21 sebesar 48,8% tentang perbandingan rasio internal dengan informasi lain dalam perusahaan, misalnya membandingkan rencana anggaran perusahaan dengan realisasi anggaran. Aplikasi sebesar 48% ini terdiri dari jawaban hampir selalu sebesar 43,4% dan jawaban selalu sebesar 5,3%. Selain 48% tersebut, responden memilih jawaban jarang sebesar 43,4% (sama halnya dengan jawaban hampir selalu), jawaban hampir tidak pernah sebesar 2,6% dan jawaban tidak pernah sebesar 5,3%. Menurut komentar responden, alasan prosedur ini tidak pernah/jarang dilakukan karena tidak tersedianya data yang lengkap, terutama data nonkeuangan. Hal ini bisa terjadi jika perusahaan klien yang diaudit belum memiliki internal control yang baik. Jadi, diharapkan kepada
auditor untuk memberikan solusi kepada perusahaan klien tersebut agar
memiliki
system
internal
control
yang
baik.
Auditor
diperbolehkan memberikan jasa tersebut dan ini merupakan added
value bagi auditor tersebut. Jika sistem internal control perusahaan klien baik, maka itu dapat mempermudah auditor dalam melakukan audit. Dan data yang dihasilkan lebih kompeten, karena berasal dari sistem internal control yang baik. Untuk item nomor 13 tentang perbandingan rasio perusahaan klien dengan rasio industri, jawaban hampir selalu sebesar 52, 6%; jawaban selalu 9,2%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 31,6%; hampir tidak pernah sebesar 3% dan jawaban tidak pernah sebesar 2,6%. Hal ini menunjukkan masih ada responden yang tidak melakukan prosedur analitik ini. Alasan yang dikemukakan responden adalah kurang tersedianya rasio industri yang memadai sebagai pembanding rasio perusahaan. Persentase aplikasi ini lebih baik jika dilihat dari jawaban hampir selalu dan jawaban selalu dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan Akhmad yaitu sebesar 21,18%. Hal ini menunjukkan informasi yang memadai sebagai pembanding rasio perusahan sudah lebih membaik, dikarenakan saat ini sistem teknologi informasi sudah berkembang pesat, dan segala bentuk informasi bisa mudah untuk diperoleh. Untuk item nomor 14 tentang penelaahan menyeluruh, mempertimbangkan juga kecukupan bukti untuk saldo yang tidak diharapkan, jawaban hampir selalu sebesar 35,5%; jawaban
selalu 39,5%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 13,2%; hampir tidak pernah sebesar 9,2% dan jawaban tidak pernah sebesar 2,6%. Untuk item nomor 15 tentang prosedur analitik pada akhir audit untuk menelusuri kesalahan material ataupun masalah kesulitan keuangan, jawaban hampir selalu sebesar 42,1%; jawaban selalu 38,2%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 14,5%; jawaban hampir tidak pernah 2,6% dan jawaban tidak pernah 2,6%. Untuk item nomor 16 tentang penyelidikan terhadap perbedaan signifikan yang tidak diharapkan, jawaban hampir selalu sebesar 19,7%; jawaban selalu 61,8%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 17,1% dan jawaban hampir tidak pernah 1,3%. Prosedur analitik ini memiliki tingkat jawaban selalu (61,8%) yang paling tinggi dibandingkan prosedur analitik lainnya. Untuk item nomor 18 tentang perbandingan rincian total subsaldo dengan rincian serupa dari tahun sebelumnya, jawaban hampir selalu sebesar 44,7%; jawaban selalu 28,9%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 23,7%; jawaban hampir tidak pernah 1,3% dan jawaban tidak pernah 1,3%. Untuk item nomor 20 tentang perbandingan antara saldo bulanan setiap akun tahun berjalan (unaudited) dengan saldo akun yang sama pada tahun sebelumnya, jawaban hampir selalu sebesar 40,8%; jawaban selalu 27,6%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 19,7%; jawaban hampir tidak pernah 2,6% dan jawaban tidak pernah 9,2%. Untuk item nomor 22 tentang perhitungan hubungan rasio dan
persentase untuk perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya, jawaban hampir selalu sebesar 38,2%; jawaban selalu 28,9%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 28,9%; jawaban hampir tidak pernah 1,3% dan jawaban tidak pernah 2,6%. Untuk item nomor 23 tentang perbandingan data klien dengan hasil estimasi yang menggunakan data nonkeuangan, jawaban hampir selalu sebesar 60,5%; jawaban selalu 10,5%. Sisa responden menjawab jarang sebesar 19,7%; jawaban hampir tidak pernah 6,6,% dan jawaban tidak pernah 2,6%. Alasan beberapa responden tidak melakukan prosedur ini adalah karena staff audit yang kurang kritis. Kesimpulan yang dapat diambil, pada umumnya KAP telah mengaplikasikan prosedur analitik dalam setiap audit, pernyataan ini didukung oleh persentase jawaban hampir selalu dan jawaban selalu dari seluruh item pertanyaan yaitu 39,7% dan 28,6% (Lampiran 4). Persentase ini cukup memuaskan karena sebesar 68,3% (39,7 %+ 28,6%) atau lebih dari setengah responden telah mematuhi prosedur analitik. Hasil temuan ini lebih baik dibandingkan penelitian terdahulu oleh Akhmad, dimana jawaban hampir selalu diatambah jawaban selalu sebesar 53,9%. Jika, dibandingkan dari segi jawaban tidak pernah ditambah jawaban hampir tidak pernah, tingkat kepatuhan aplikasi prosedur analitik mengalami peningkatan, dimana dalam penelitian ini jawaban tidak pernah ditambah jawaban hampir tidak pernah sebesar 6,7%; jauh lebih kecil daripada penelitian terdahulu oleh Akhmad, yaitu sebesar 16,24%.
Akan tetapi, untuk responden yang masih jarang melakukan prosedur analitik yaitu sebesar 25%; dan responden hampir tidak pernah atau bahkan tidak pernah melakukan prosedur analitik sebesar 3,25 dan 3,5%; perlu dikaji lebih lanjut, agar kualitas dan kredibilitas KAP meningkat. Uji hipotesis II menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata tingkat kepatuhan terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing. b. Analisis Hubungan Dependen Jenis KAP Terhadap Tingkat Kepatuhan Mereka Dalam Mengaplikasikan SPAP Seksi 329 Prosedur Analitik Analisis dilakukan terhadap pertanyaan-pertanyaan valid dan reliabel untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak. 1) Analisis pertanyaan ke-13 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dilakukan perbandingan rasio perusahaan klien dengan rasio industri. Jawaban responden mengenai hal ini adalah sebagai berikut: Tabel.4.19 Tabel Kontijensi No. 13 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Jawaban Responden TP HTP J 1 2 8 1 1 16 2 3 24
HS 6 34 40
S 2 5 7
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, dan jarang masingmasing adalah sebesar 10.52%; 31,5%; 42,1%. Sedangkan, yang
hampir tidak pernah melakukan dan tidak pernah melakukan adalah sebesar 10,52% dan 5,2%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 8,77% (selalu), 59,64% (hampir selalu), 28,07% (jarang) dan 1,75% (hampir tidak pernah dan tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan, responden rata-rata hampir selalu melakukan perbandingan rasio ini. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 6,514 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (6,514) < χ2t (7,779), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP Seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan dependen. 2) Analisis pertanyaan ke-14 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dilakukan penelaahan menyeluruh, mempertimbangkan juga kecukupan bukti untuk saldo yang tidak diharapkan. Jawaban responden mengenai jawaban ini adalah:
Tabel.4.20 Tabel Kontijensi No.14 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi
Jawaban Responden TP HTP J 1 1 2 1 6 8
HS 8 19
S 7 23
Total 19 57
Jumlah
2
7
10
27
30
76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, dan jarang masingmasing adalah sebesar 36,84%; 42,10%; 10,52%. Sedangkan, yang hampir tidak pernah melakukan dan tidak pernah melakukan adalah sebesar 5,26%. Untuk kelompok KAP non afiliasi adalah 40,35% (selalu), 33,33% (hampir selalu), 14,03% (jarang), 10,52% (hampir tidak pernah) dan 1,75% (tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan, responden rata-rata selalu melakukan teknik prosedur analitik ini. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 1,582 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (1,582) < χ2t (7,779), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan dependen.
3) Analisis pertanyaan ke-15 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dilakukan prosedur analitik pada akhir audit untuk menelusuri kesalahan
material ataupun masalah kesulitan keuangan. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.21 Tabel Kontijensi No. 15 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Jawaban Responden TP HTP J 1 2 3 1 0 8 2 2 11
HS 9 23 32
S 4 25 29
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, jarang, hampir tidak pernah melakukan dan tidak pernah melakukan, masing-masing adalah sebesar 21,05%; 47,37%; 15,79%; 10,53% dan 5,26%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 40,86% (selalu), 40,35% (hampir selalu), 14,03% (jarang) dan 1,17% (tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata hampir selalu melakukan prosedur analitik pada akhir audit. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 8,806 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (8,806) > χ2t (7,779), maka Ha diterima. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dapat diterima. 4) Analisis pertanyaan ke-16
Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dilakukan penyelidikan terhadap perbedaan signifikan yang tidak diharapkan. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.22 Tabel Kontijensi No. 16 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
TP 0 0 0
Jawaban Responden HTP J 0 0 1 13 1 13
HS 4 11 15
S 15 32 47
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan dan hampir selalu, masing-masing adalah sebesar 78,94%; 26,67%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 56,14 (selalu), 19,29% (hampir selalu), 22,81% (jarang) dan 1,75% (hampir tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata selalu melakukan prosedur analitik terhadap perbedaan signifikan yang tidak diharapkan. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 5,887 (Lampiran 8) dengan df = 3, α = 10% = 6,251 (Lampiran 11). Karena χ2h (5,887) < χ2t (6,251), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan dependen. 5) Analisis pertanyaan ke-17
Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dalam menyusun rencana dan prosedur audit, antara lain berdasarkan analisis rasio, data/informasi hasil perbandingan laporan keuangan tahun sebelumnya dengan tahun berjalan (unaudited). Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.23 Tabel Kontijensi No. 17
Afiliasi Non afiliasi Jumlah
TP 1 1 2
Jawaban Responden HTP J 0 2 2 8 2 10
HS 8 17 25
S 8 29 37
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, masing-masing adalah sebesar 42,10%. Sedangkan, untuk jawaban jarang dan tidak pernah adalah sebesar 10,52% dan 5,26%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 50,87% (selalu), 29,82% (hampir selalu), 10,52% (jarang), 1,75% (hampir tidak pernah), dan 1,75% (tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata selalu melakukan analisis rasio, data/informasi hasil perbandingan laporan keuangan tahun sebelumnya dengan tahun berjalan (unaudited).
Analisis
selanjutnya
adalah
uji
chi-square.
Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 2,345 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (2,345) < χ2t (7,779), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang
berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan dependen. 6) Analisis pertanyaan ke-18 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dalam setiap pemeriksaan di buat perbandingan rincian total subsaldo dengan rincian serupa dari tahun sebelumnya. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.24 Tabel Kontijensi No. 18 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
TP 0 1 1
Jawaban Responden HTP J 0 5 1 13 1 18
HS 7 27 34
S 7 15 22
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan dan hampir selalu, masing-masing adalah sebesar 36,84%. Sedangkan, untuk jawaban jarang adalah sebesar 26,31%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 26,31% (selalu), 47,36% (hampir selalu), 22,81% (jarang), dan masingmasing 1,75% untuk jawaban hampir tidak pernah dan tidak pernah. Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata hampir selalu melakukan perbandingan rincian total subsaldo dengan rincian serupa dari tahun sebelumnya. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai
1,639 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (1,639) < χ2t (7,779), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. Jadi, tidak terdapat hubungan dependen. 7) Analisis pertanyaan ke-19 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah di buat perbandingan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.25 Tabel Kontijensi No. 19 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Jawaban Responden TP HTP J 5 0 10 3 3 34 8 3 44
HS 1 12 13
S 3 5 8
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, jarang, dan tidak pernah, masing-masing adalah sebesar 15,78%; 5,26%; 52,63%; dan 2,77%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 8,77% (selalu); 21,52% (hampir selalu), 59,64% (jarang), dan masing-masing 5,26% untuk jawaban hampir tidak pernah dan tidak pernah. Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata jarang melakukan perbandingan data klien dengan data yang diperkirakan oleh
auditor. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 9,865 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (9,865) > χ2t (7,779), maka Ha diterima. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dapat diterima. Jadi, terdapat hubungan dependen antara KAP afiliasi asing dengan KAP non afiliasi
asing terhadap
tingkat
aplikasi
prosedur
analitik.
Pernyataan ini didukung oleh jawaban hampir selalu, dimana hanya 5,26% KAP afiliasi hampir selalu melakukan prosedur analitik ini, sedangkan KAP non afiliasi sebesar 21,10%. 8) Analisis pertanyaan ke-20 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah dibuat perbandingan antara saldo bulanan setiap akun tahun berjalan (unaudited) dengan saldo akun yang sama pada tahun sebelumnya. Jawaban responden adalah sebagai berikut:
Tabel.4.26 Tabel Kontijensi No. 20 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi
TP 4 3
Jawaban Responden HTP J 0 3 2 12
HS 7 24
S 5 16
Total 19 57
Jumlah
7
2
15
31
21
76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, jarang, dan tidak pernah, masing-masing adalah sebesar 26,31%; 36,84%; 15,78%; dan 21,05%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 28,07% (selalu); 42,10% (hampir selalu), 21,05% (jarang), 3,51% (hampir tidak pernah), dan 5,26% (tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata hampir selalu melakukan perbandingan antara saldo bulanan setiap akun tahun berjalan (unaudited) dengan saldo akun yang sama pada tahun sebelumnya. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 4,836 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (4,836) < χ2t (7,779), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima.
9) Analisis pertanyaan ke-21 Dimaksudkan untuk memperoleh jawaban apakah di buat perbandingan rasio
internal dengan informasi lain dalam
perusahaan,
misalnya
membandingkan
rencana
anggaran
perusahaan dengan realisasi anggaran. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.27 Tabel Kontijensi No. 21
Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Jawaban Responden TP HTP J HS 3 0 8 6 1 2 25 27 4 2 33 33
S 2 2 4
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, jarang, dan tidak pernah, masing-masing adalah sebesar 10,52%; 31,58%; 42,10% dan 15,79%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 3,51% (selalu); 47,36% (hampir selalu), 43,85% (jarang), 3,51% (hampir tidak pernah), dan 1,75% (tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata
hampir
perbandingan rasio
internal dengan informasi lain dalam
perusahaan.
Analisis
selalu
selanjutnya
dan jarang
adalah
uji
melakukan
chi-square.
Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 8,162 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (8,162) > χ2t (7,779), maka Ha diterima. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dapat diterima.
KAP non afiliasi cenderung untuk melakukan prosedur analitik ini, pernyataan ini didukung oleh jawaban tidak pernah, dimana hanya 1,75% KAP non afiliasi, yang tidak pernah melakukan prosedur ini, sedangkan KAP afiliasi sebesar 15,78%. Hampir sepuluh kali lipat KAP afiliasi tidak pernah melakukan prosedur analitik ini dibandingkan dengan KAP non afiliasi. 10) Analisis pertanyaan ke-22 Dimaksudkan
untuk
mengetahui
apakah
dilakukan
perhitungan hubungan rasio dan persentase untuk perbandingan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jawaban responden adalah: Tabel.4.28 Tabel Kontijensi No. 22
Afiliasi Non afiliasi Jumlah
TP 2 0 2
Jawaban Responden HTP J 0 4 1 18 1 22
HS 7 22 29
S 6 16 22
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, jarang, dan tidak pernah, masing-masing adalah sebesar 31,57%; 36,84%; 21,05% dan 10,53%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 28,07% (selalu); 38,59% (hampir selalu), 31,58% (jarang), dan 1,75% (hampir tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata hampir selalu melakukan perhitungan hubungan rasio dan persentase untuk perbandingan
dengan
tahun-tahun
sebelumnya.
Analisis
selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-
square, didapat nilai 6,951 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (6,951) < χ2t (7,779), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. 11) Analisis pertanyaan ke-23 Dimaksudkan untuk mengetahui apakah dibuat perbandingan data klien dengan hasil estimasi yang menggunakan data nonkeuangan. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.29 Tabel Kontijensi No. 23
Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Jawaban Responden TP HTP J 2 2 4 0 3 11 2 5 15
HS 8 38 46
S 3 5 8
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP Afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, dan jarang, berturutturut adalah sebesar 15,78%; 42,10%; 21,05%; serta hampir tidak pernah dan tidak pernah, masing-masing sebesar 10,52%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 8,77% (selalu); 66,67% (hampir selalu), 19,29% (jarang), dan 5,26% (hampir tidak pernah). Secara umum, dapat dikatakan responden rata-rata hampir selalu melakukan perbandingan data klien dengan hasil estimasi yang
menggunakan data nonkeuangan. Analisis selanjutnya adalah uji
chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 8,709 (Lampiran 8) dengan df = 4, α = 10% = 7,779 (Lampiran 11). Karena χ2h (8,709) > χ2t (7,779), maka Ha diterima. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dapat diterima. KAP non afiliasi cederung untuk melakukan prosedur analitik ini, terbukti dengan tidak adanya responden KAP non afiliasi yang memilih jawaban tidak pernah, sedangkan responden KAP afiliasi memilih jawaban tidak pernah sebesar 10,52%. 12) Analisis pertanyaan ke-24 Dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam setiap audit di buat perbandingan antara saldo buku tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Jawaban responden adalah sebagai berikut: Tabel.4.30 Tabel Kontijensi No. 24 Jenis KAP Afiliasi Non afiliasi Jumlah
Jawaban Responden TP HTP J 0 0 2 0 0 11 0 0 13
HS 9 28 37
S 8 18 26
Total 19 57 76
Dari jawaban diatas dapat disimpulkan, responden KAP Afiliasi yang selalu melakukan, hampir selalu, dan jarang, berturutturut adalah sebesar 42,10%; 47,36%; 10,53%. Untuk kelompok KAP non afiliasi, 31,57% (selalu); 49,12% (hampir selalu), dan
19,29% (jarang). Secara umum, dapat dikatakan responden ratarata hampir selalu melakukan perbandingan antara saldo buku tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Analisis selanjutnya adalah uji chi-square. Berdasarkan perhitungan chi-square, didapat nilai 1,112 (Lampiran 8) dengan df = 2, α = 10% = 4,605 (Lampiran 11). Karena χ2h (1,112) < χ2t (4,605), maka Ha ditolak. Berarti, hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan dependen antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik tidak dapat diterima. Kesimpulan umum yang dapat diambil dari jawaban seluruh item pertanyaan aplikasi prosedur analitik adalah bahwa, dalam beberapa teknik prosedur analitik, terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. Teknikteknik prosedur analitik tersebut adalah: 1) prosedur analitik pada akhir audit untuk menelusuri kesalahan material ataupun masalah kesulitan keuangan, 2) perbandingan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor, 3) perbandingan rasio internal dengan informasi lain dalam perusahaan, dan 4)
perbandingan
data
klien
dengan
hasil
estimasi
yang
menggunakan data non keuangan. c. Analisis Hubungan Pemahaman Atas Manfaat dan Tujuan Prosedur Analitik Tujuan dilakukan pengujian ini adalah untuk menentukan besarnya pengaruh pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik (variabel X) terhadap aplikasi prosedur analitis dalam audit umum (variabel Y). Dari hasil pengujian dengan hasil R sebesar 0,521 > Ft (3,98), memberikan kesimpulan, bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik dengan tingkat aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit. Selain itu, nilai p = 0,000 < 0,05 juga menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan. Sedangkan nilai R2 menunjukkan bahwa 27,1% dari variance aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit dapat dijelaskan oleh perubahan dari variance pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik. Sedangakan selebihnya (72,9%) variance dari aplikasi prosedur analitik dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang belum tercakup dalam penelitian ini. d. Analisis Pengaruh Pemahaman Atas Manfaat dan Tujuan Prosedur Analitik Tujuan analisis regresi adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu, pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik
berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu, aplikasi prosedur analitik. Hasil pengujian hipotesis III menunjukkan bahwa Ho3 ditolak dan Ha3 diterima yang menyatakan bahwa pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik berpengaruh signifikan terhadap aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit. Pengaruh yang sangat signifikan ini dapat dilihat dari nilai p = 0,000 < 0,05 pada taraf signifikansi α = 5%. Jika, dilihat dari persamaan yang dihasilkan yaitu Y = 29,162 + 0,444X; berarti bahwa setiap ada peningkatan pemahaman prosedur analitik, aplikasi prosedur analitik akan meningkat sebesar 40,4%. Contohnya jika pemahaman prosedur analitik adalah sebesar 1, maka aplikasi prosedur analitik akan meningkat sebesar 0,444.
G. Temuan Dalam Penelitian Ada beberapa catatan yang menjadi temuan dalam penelitian, yang tertuang dalam kuesioner bagian B (Pertanyaan mengenai prosedur analitik) masalah yang dihadapi auditor dalam menjalankan prosedur analitik, yaitu: 1. Data tidak lengkap, 2. Kurang mendapat akses atas data yang dibutuhkan, 3. Belum ada rasio industri yang memadai sebagai pembanding rasio perusahaan, terutama perusahaan dengan bisnis yang spesifik atau perusahaan yang belum masuk pasar modal, 4. Rendahnya pemahaman auditor terhadap prosedur analitik,
5. Staff audit kurang kritis, 6. Prosedur analitik tidak selalu dilakukan di awal pelaksanaan audit sehingga menjadi tidak efektif, 7. Laporan keuangan yang disampaikan terlambat, sehingga prosedur analitik berjalan saat audit baru dimulai, 8. Industri klien yang complicated , Komentar catatan responden tentang penelitian yang belum tercakup, adalah sebagai berikut: 1. Prosedur analitik atas mutasi bulanan (pendapatan dan biaya), 2. Prosedur analitik atas rasio kecukupan beban penyisihan/pencadangan atas penurunan nilai aktiva, 3. Pengaruh hasil prosedur analitik terhadap luas prosedur subtantif, 4. Pengaruh prosedur analitik terhadap waktu dan pelaksanan audit, 5. Bagaimana auditor mengetahui kelemahan internal control perusahaan melalui prosedur analitik. Dari temuan tersebut diatas, ternyata masih ada kendala dalam mengaplikasikan prosedur analitik sesuai SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. Kondisi ini terjadi karena tidak semua perusahaan memiliki inisiatif untuk mengaudit perusahaannya dengan jasa auditor independen. Perusahaanperusahaan tersebut baru menggunakan jasa auditor independen, jika perusahaan tersebut mengalami masalah. Selain itu, masih banyak perusahaan yang tidak auditable sehingga dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan prosedur analitik.
BAB V PENUTUP
A. PENUTUP Berdasarkan uraian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sehubungan dengan penelitian tentang aplikasi prosedur analitik. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hasil uji hipotesis I dengan menggunakan teknik statistik deskriptif, menyatakan bahwa, baik KAP afiliasi asing maupun KAP non afiliasi asing, mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur Analitik dalam setiap audit. Tingkat kepatuhan dapat dilihat dari, OK (3,87)/Rata-rata (3,8675)/Median (3,917 ) > TK (2,50). Dan median per item ≥3 sudah dapat mewakili
bahwa KAP mematuhi SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. Peringkat kepatuhannya dibagi menjadi 4 kategori yaitu sebagai berikut: 1) kurang patuh adalah sebesar 1,3%; 2) cukup patuh adalah sebesar 14,5%; 3) patuh adalah 59,2%; dan 4) patuh sekali adalah sebesar 25%. 2. Hasil uji hipotesis II dengan menggunakan teknik uji beda rata-rata
independent t-test, didapatkan p = 0,155 > α = 0,05; dan nilai th = -1,193 < tt = 1,6657, dengan taraf signifikansi sebesar α = 5% atau taraf kepercayaan 95%, menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara KAP yang berafiliasi dengan KAP asing maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing, terhadap tingkat kepatuhan mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. 3. Hasil uji hipotesis III dengan menggunakan teknik statistik non parametrik
chi-square, didapat nilai chi-square sebesar 26,939. Karena chi-square hitung (χ2h) sebesar 26,939 > chi-square tabel (χ2h) sebesar 7,799; menyatakan bahwa, terdapat hubungan dependen antara kelompok KAP yang berafiliasi dengan KAP asing dan KAP yang tidak berafiliasi dengan KAP asing terhadap tingkat kepatuhan mereka dalam mengaplikasikan SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. 4. Hasil uji hipotesis IV dengan menggunakan teknik regresi linier sederhana, didapat nilai R sebesar 0,521 dan nilai p = 0,000. Karena Rh (0,521) > Rt (0,1001) dan nilai p (0,000) < α (0,01), maka dalam uji ini Ho ditolak atau Ha diterima, yang menunjukkan adanya korelasi yang
signifikan antara tingkat pemahaman atas tujuan dan manfaat prosedur analitik dengan tingkat aplikasi prosedur analitik dalam setiap audit.
B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian didapatkan implikasi dari aplikasi prosedur analitik, implikasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman atas manfaat dan tujuan prosedur analitik berpengaruh signifikan terhadap aplikasi prosedur analitik, tetapi dalam prakteknya bukan hanya pemahaman terhadap aplikasi prosedur analitik yang mempengaruhi auditor dalam mengaplikasikasikan prosedur analitik, masih ada variabel (unsur) lain yang mempengaruhi aplikasi tersebut, contohnya sistem internal control perusahaan klien. 2. Kendala-kendala yang sering dihadapi dalam aplikasi prosedur analitik seperti belum adanya rasio industri yang memadai sebagai pembanding rasio perusahaan, terutama perusahaan dengan bisnis yang spesifik atau perusahaan yang belum masuk pasar modal, staff audit yang kurang kritis, laporan keuangan yang disampaikan terlambat, sehingga prosedur analitik berjalan saat audit baru dimulai, rendahnya pemahaman auditor terhadap prosedur analitik
menyebabkan KAP masih ada yang kurang patuh
terhadap SPAP seksi 329 Prosedur Analitik. 3. Berpengaruhnya pemahaman atas manfaat dan tujuan prosedur analitik mengindikasikan bahwa auditor dalam melaksanakan audit telah menggunakan salah satu kemahirannya, yaitu pemahaman tentang prosedur analitik.
C. SARAN Berdasarkan hasil implikasi diatas penulis memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Saran-saran tersebut antara lain: 1. Auditor seharusnya memberikan saran atau masukan terhadap sistem
internal control perusahaan. Agar perusahaan tersebut memiliki sistem yang auditable. Jika, sistem internal control perusahaan adalah baik, bagi auditor, hal ini dapat membantu dalam pelaksanaan audit, dapat melakukan seluruh pengujian audit dasar (audit test) sehingga waktu dan biaya yang digunakan relatif lebh singkat dan murah. Bagi perusahaan, manfaat sistem internal control yang baik adalah, manajemen menjadi lebih mudah bilamana diperlukan dalam pengambilan keputusan. 2. Variabel independen dalam penelitian ini hanya ada satu yaitu, pemahaman terhadap tujuan dan manfaat prosedur analitik. Masih terdapat unsur lain yang dapat mempengaruhi aplikasi prosedur analitik, contohnya antara lain adalah, unsur sistem internal control perusahaan, dan unsur profesionalitas auditor dalam melaksanakan audit. Bagi para peneliti yang bermaksud mengkaji lebih lanjut topik aplikasi prosedur analitik, bisa memasukkan unsur-unsur lain tersebut dalam penelitiannya. 3. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam aplikasi prosedur analitik, yaitu dengan memberikan pelatihan, supervisi yang lebih baik khususnya kepada staff auditor, supaya dalam pelaksanaan audit dapat menggunakan
kemahirannya dan lebih kritis, salah satunya yaitu mengaplikasikan teknik prosedur analitik. 4. Khusus untuk kendala kurang tersedianya rasio pembanding, dan data yang tidak lengkap, auditor dapat menggunakan bantuan sistem informasi teknologi, contohnya media internet, dimana semua informasi tersedia di media tersebut. Jika memang belum memenuhi, sebaiknya IAPI berusaha menghasilkan standar-standar dalam mengaudit dan pembuatan laporan keuangan yang baru disesuai dengan iklim ekonomi di Negara ini.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad, Arifin. “Kajian Empiris Aplikasi Prosedur Analitis Dalam Pemeriksaan Akuntan Oleh KAP di Indonesia”, Tesis, Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta: 1993. Arens, Alvin A. et. al. “Auditing and Assurance Service AN INTEGRATED APPROACH”, 12 th Edition, Pearson Prentice Hall, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, 2008. Amir Abadi Jusuf “Auditing Pendekatan Terpadu”, Edisi Indonesia, Adaptasi dari Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K., Salemba Empat, 2003. Arrington, Edward C. et. al. “An Application of Analitycal Hierarchy Process to Model Expert Judgements on Analitycal review Procedures”, USA, Journal of Accounting research, Vol. 22 No. 1 Spring, 1984. Boyton, William C dan Raymond N Johnson. “Modern Auditing, Assurance Service and The Integrity of Financial Reporting”.8th edition, John Wiley & Sons Inc, 111 River Street, Hoboken, New Jersey, 2006. Djagera, Ida Bagus. “Pengujian Analitis Sebagai Alat di Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Suatu Tunjauan Teoritis”. Majalah Kopertis TH 5, No 9, 1993.
Ghozali, Imam. ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi 3. Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. Hamid, Abdul. “PanduanPenulisan Skripsi”. UIN Press, Jakarta, 2007. Holder, William W. “Analytical Review Procedures In Planning The Audit: An Application Study”, Auditing A Journal Of Practice and Theory, AAA, Florida, 1983. Ikatan Akuntan Indonesia. “STANDAR PROFESI AKUNTAN PUBLIK Per 1 Januari 2001”, IAI, Jakarta, 2006. Ikatan Akuntan Indonesia. ”KAP”, artikel ini diakses pada tanggal 15 Juli 2008, dari http://id.wikipedia.org/wiki/kantor-akuntan-publik/Nama-KAP Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelititan Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen”. BPFE, Yogyakarta, 2002. Louwers, Timothy. et. al.“Auditing and Assurance Service”, 2 th Edition, McGraw-Hill Irwin Companies Inc, New York, 2007. M. Guy, Dan. et. al. “Auditing”, 2nd edition, Harcourt Brace Jovanovich Inc, Florida, 1990. Messier Jr, William F. “AUDITING & ASSURANCE SERVICES, A Systematic Approach”, 3rd Edition. Mc Grawhill Companies Inc, 2003. Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. “AUDITING”. Edisi ke-5. Salemba Empat, Jakarta, 1998. O’Donnell, Ed dan Joseph J Schultz Jr. “The Influence of Business ProcessFocused-Audit Support Software on Analytical Procedures Judgments”. AUDITING: A JOURNAL OF PRACTICE & THEORY, Vol 22, No. 2 September 2003, pp 265-279. Artikel ini diakses pada tanggal 7 Agustus 2008 dari http://www.edodonnell.comresearchmanuscriptsstudy046.pdf.pdf Rusmin, “Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Dalam Prosedur Analitis”. Wahana, Vol 4 No 1, Februari 2001. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2008. Taylor, Donald H dan Glezen, William. “Auditing: Integrated Concepts and Procedures”, 5th edition, John Willey & Sons Inc, New York, 1991.
Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analisis Data SPSS”, Cetakan Pertama, Edisi Kedua. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.