205
OLAHRAGA DAN KESEHATAN REPRODUKSI
Oleh: I Nyoman Kanca Dosen F P I K Universitas Negeri Pendidikan Ganesha Singaraja-Bali Abstrak Pelaksanaan p r o g r a m pelatihan olahraga yang bertujuan u n t u k m e n i n g k a t k a n k i n e r j a gerak f i s i k seharusnya
dapat
m e n i m b u l k a n respons adaptasi ketahanan t u b u h yang tercermin dalam kondisi sehat. K o n d i s i sehat merupakan dasar dan sekaligus menjadi tujuan dalam pembinaan kebugaran jasmani Pelatihan olahraga dapat meningkatkan ketahanan t u b u h dan dapat digunakan u n t u k mengatasi kecepatan k e m u n d u r a n organ dan pengembangan terapi b i o l o g i k pada beberapa macam penyakit. Pelatihan olahraga y a n g teratur dapat m e n i n g k a t k a n kemampuan fisiologik organ tubuh 25 % lebih tinggi dibandingkan dengan o r a n g y a n g t i d a k aktif, d e m i k i a n juga o r a n g y a n g melakukan pelatihan olahraga yang terattir d i waktu umur 50 tahun didapatkan k e m a m p u a n fungsi n e u r o m u s k u l o - s k e l e t a l dan kardiorespirasi yang h a m p i r sama dengan orang yang b e r u m u r 20-30 tahun. Pelatihan olahraga merupakan salah satu cara yang efektif u n t u k m e n i n g k a t k a n k o n d i s i fisik, psikis, dan sosial seseorang, sebab dengan melakukan olahraga kebugaran seseorang tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit dan stres yang dapat mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitas seksual.
Olahraga dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
206 Kebugaran dan kesehatan fisik, psikis, dan sosial merupakan m o d a l utama u n t u k dapat m e l a k u k a n aktivitas seksual dengan optimal, dengan demikian kebugaran dan kesehatan fisik, psikis, dan sosial harus dijaga dengan baik m e l a l u i pelatihan olahraga. Seseorang tidak dapat melakukan aktivitas seksual apabila keadaan tubuh dan pikirannya terganggu. Jadi kehidupan seksual yang sehat terdapat pada pasangan yang sehat baik secara fisik, psikis, maupun sosialnya. Gairah seks bertambah berkat aktivitas olahraga yang teratur, sebab olahraga t e r b u k t i m a m p u m e n i n g k a t k a n kadar h o r m o n testoteron bagi l a k i - l a k i dan h o r m o n estrogen bagi perempuan. Kedua h o r m o n tersebut memberi pengaruh langsung terhadap kemauan dan kepuasan seksual.
Rata kunci: olahraga,
kesehatan, reproduksi.
A n d r o g e n adalah h o r m o n seks steroid yang efeknya adalah maskulinisasi, estrogen adalah h o r m o n yang menyebabkan feminisasi. K e d u a jenis h o r m o n secara n o r m a l disekresikan oleh kedua jenis k e l a m i n . Testis mensekresikan sejumlah besar androgen, terutama testosteron, tetapi testis juga mensekresikan sedikit estrogen. O v a r i u m mensekresikan sejumlah besar estrogen dan sedikit androgen. Pada kedua jenis kelamin, androgen disekresikan oleh korteks adrenal dan sebagian androgen diubah menjadi estrogen d i lemak dan jaringan l a i n . O v a r i u m juga mensekresikan progesteron, suatu steroid yang m e m i U k i fungsi khusus dalam mempersiapkan rahim untuk hamil. Perbedaan h o r m o n a l antara wanita dan p r i a memegang peranan yang sangat besar terhadap perbedaan p e n a m p i l a n seseorang. Testosteron y a n g disekresi oleh testis pria memiliki efek anabolik yang kuat terhadap penyimpanan protein yang sangat besar d i setiap tempat d i dalam t u b u h , terutama d i dalam otot. Pria yang sangat sedikit melakukan aktivitas olahraga m e m i l i k i testosteron yang banyak, akan m e m i l i k i otot yang akan t u m b u h menjadi berukuran 40 % atau lebih besar daripada otot pasangan w a n i t a n y a dan disertai peningkatan kekuatan yang sesuai.
IKIEitnilll
Vol. II, No. 1, Oktober 2006: 205 - 218.
207 H o r m o n kelamin wanita estrogen m u n g k i n juga berperan pada beberapa perbedaan penampilan antara wanita dan pria, w a l a u p u n tidak begitu banyak seperti testosteron. Estrogen diketahui meningkatkan penimbunan lemak pada wanita, terutama dalam beberapa jaringan khusus, seperti payudara dan paha. T i m b a l percanyaan, apakah pelatihan olahraga berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi?
PELATIHAN OLAHRAGA Efek pelatihan olahraga dipengaruhi oleh: (1) intensitas, frekuensi, dan lamanya pelatihan, (2) genetik, dan (3) jenis k e l a m i n dan u m u r . Secara u m u m , m a k i n intensif, m a k i n sering, dan m a k i n panjang p r o g r a m pelatihan olahraga m a k i n besar pengaruhnya pada kebugaran jasmani (Kanca, 2004). U n t u k menjalankan program pelatihan olahraga bagi mereka yang tergolong atlet pemtila dilakukan 3 hari per m i n g g u , sedangkan bagi top atlet (atlet bertaraf nasional dan internasional) pelatihan dilakukan 6 hari per minggu (Kanca, 2004). Pelatihan olahraga merupakan bentuk pemberian beban pada t u b u h y a n g m e m p u n y a i tujuan u n t u k kebugaran jasmani, rekreatif m a u p u n prestasi dengan sasaran meningkatkan derajat kebugaran jasmani, kesehatan, dan prestasi. Agar pelatihan olahraga tidak berdampak negatif terhadap ftmgsi organ tubuh, latihan olahraga sebaiknya dilakukan melalui 6 tahap, yaitu: (1) aktivitas peregangan {stretching) ± 5 menit, (2) pemanasan {warming up) ± 10 menit, (3) pelaksanaan latihan inti dasar (formalactivity)
± 45 menit, (4) latihan inti lanjutan
± 45 menit, (5) aktivitas peregangan {stretching
± 5 menit, dan (6) latihan
pendinginan (co/ingt/oicw) + 10 menit (Kanca, 2004). Pembagian w a k t u pelatihan fisik tersebut d i atas adalah sebagai contoh jika seseorang memprogram pelatihan olahraga selama 120 menit (2 jam).
EFEK PELATIHAN O L A H R A G A PADA FAAL T U B U H K o n d i s i hidup sehat harus dibangun dan diimbangi dengan peningkatan kebugaran jasmani, sehingga m e m u n g k i n k a n seseorang m e m i l i k i tingkat daya tahan u n t u k m a m p u m e l a k u k a n aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah dan menghasilkan kerja fisik atau nonfisik secara maksimal. Kondisi kebugaran jasmani yang baik akan menentukan status kesehatan sehingga tidak mudah sakit, energik, dan disiplin dalam beraktivitas. T u j u a n berlatih olahraga adalah sebagai upaya Olahr^a dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
208 u n t u k meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatan, kualitas gerak fisik, dan pencegahan penyakit. Aspek kebugaran pada jenjang pembinaan olahraga dapat d i t u n j u k k a n dalam i n d i k a t o r total fitness yang m e l i p u t i kebugaran jasmani, kebugaran psikologis, dan kebugaran sosial. Kualitas kebugaran jasmani dapat ditunjtikkan dengan adanya peningkatan kemampuan seluruh sistem fisiobiologis tubuh, Kebugaran jasmani merupakan cermin kemampuan dan efisiensi respons fisiobiologis yang disenai dengan k o n d i s i sehat (Bouchard, 1993). J i k a ditinjau dari m a k n a keterkaitan antara aktivitas fisik, kebugaran jasmani, dan sehat, aspek sehat dapat m e r u p a k a n prasyarat dan tujuan dalam upaya pembinaan kebugaran m e l a l u i pelatihan olahraga. Pelaksanaan p r o g r a m pelatihan olahraga yang bertujuan u n t u k meningkatkan kinerja gerak fisik seharusnya dapat menimbulkan respons adaptasi ketahanan t u b u h yang tercermin dalam k o n d i s i sehat, sebab k o n d i s i sehat merupakan dasar dan sekaligus menjadi tujuan dalam pembinaan kebugaran jasmani Pelatihan olahraga yang teratur dapat m e n i n g k a t k a n k e m a m p u a n fisiologik organ tubuh 25 % lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak aktif, demikian juga orang yang melakukan pelatihan olahraga yang teratur d i waktu umur 50 tahun didapatkan kemampuan fungsi neuromuskuloskeletal dan kardiorespirasi yang h a m p i r sama dengan orang y a n g b e r u m u r 20-30 t a h u n ( M c A r d l e , 1986). Latihan olahraga dapat meningkatkan ketahanan t u b u h dan respons sistem saraf h o r m o n terhadap sistem ketahanan t u b u h menyebabkan peningkatan kualitas ketahanan tubuh (Setyawan, 1996). Latihan olahraga dapat digunakan untuk mengatasi kecepatan k e m u n d u r a n organ dan pengembangan terapi biologik pada beberapa macam penyakit (Bouchard, 1993). Peningkatan kemampuan fisiologik pada sistem kardiorespirasi dapat d i t u n j u k k a n melalui efisiensi denyut jantung dan cardiac output. Adaptasi sistem metabolik dan saraf dapat tercermin pada kualitas neuromuskuloskeletal yang mendukung kekuatan, kecepatan, ketahanan kontraksi, kelincahan, dan koordinasi.
ADAPTASI AKIBAT B E R O L A H R A G A PADA SISTEM ENDOKRIN Sistem saraf dan sistem e n d o k r i n adalah m e r u p a k a n dua sistem organ yang berperan besar terhadap respons dan adaptasi. K e d u a sistem tersebut
MEBmift
Vol. II, No. 2, Oktober 2006: 205 - 218.
209 bekerja u n t u k mengatur kecepatan aktivitas k i m i a w i sel d i berbagai jaringan. Sistem saraf akan merespons lebih cepat terhadap perubahan homeostasis seluler dibandingkan dengan sistem e n d o k r i n . W a l a u p u n sistem e n d o k r i n merespons lebih lambat, seringkali lebih besar d a n l e b i h lama, sebab efek pengaturan endokrin pada fungsi sel sangat luas. D i p e r k i r a k a n perubahan fungsi e n d o k r i n inilah yang bertanggung j awab terhadap berbagai respons dan adaptasi fisiologis terhadap pelatihan olahraga (Fox, 1988). M e k a n i s m e aksi e n d o k r i n biasanya berbentuk tiga, y a i t u : (1) perubahan kecepatan sintesis e n z i m p r o t e i n , (2) perubahan kecepatan sintesis molekul, misalnya: c A M P atau prostaglandin yang kemudian mengubah aktivitas e n z i m atau permeabilitas membran sel terhadap substansi yang penting, (3) perubahan permeabilitas m e m b r a n sel. Perubahan konsentrasi h o r m o n sangat sulit diinterpretasi karena konsentrasi h o r m o n sewaktu-waktu dipengaruhi oleh berbagai variabel, sepeni: (a) kecepatan kelenjar dalam m e m p r o d u k s i h o r m o n , (b) kecepatan perusakan h o r m o n oleh e n z i m d i hati, ginjal, dan jaringan lain, (c) kecepatan a m b i l a n h o r m o n oleh jaringan, dan (d) perubahan v o l u m e darah. D a r i fakta tersebut d i atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi h o r m o n selama pelatihan olahraga dapat diinterpretasikan sebagai peningkatan p r o d u k s i , pengurangan destruksi.
Olahraga dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
210 Tabel 1. Perubahan H o r m o n a l Selama Latihan (Exercise) dan Pelatihan {Training} Hoimon
Respons
Katekolamin
Memngkat
Gnmth Honnme
Menlngkat
Acm
Meningkat
kortisol
LH-FSH
Tidak ada perubahan
Testosteron
Meningkat Meningkat
EstradiolProgesteron Insulin
Berhubungan Khusus
Signifikan
Meningkat besar dengan latihan intensif, norepinefrin, epinefrin, meningkat Peningkatan tidak sama pada individu, cepat menurunkan kebugaran seseorang
Glukosa darah meningkat, regulasi sistem cardiovaskuler Tidak pasti, mungkin teiiambat pemindahan FFA
Meningkat besar dengan latihan intensif, meningkat tidak sebanyak sesudah pelatihan dengan latihan sub maksimal Menunin dengan pelatihan yang keras atau berat
Meningkatkan glukoneogenesis dalam hati (ginjal)
Meningkat selama bersepeda
Amenorho ? }
Menunin
Menurun tidak sebanyak sesudah pelatihan
Penurunan stimulus memanfaatkan glukosa darah
Glukagon
Meningkat
Meningkat tidak sebanyak sesudah pelatihan
Peningkatan glukosa darah melalui gUkogenolisis dan glukoneogenesis
Prostaglandi n
Meningkat
Respons menmgkat secara terus menenis pada kontraksi isometerik
Terjadi vasodllatasi local
ADAPTASI AKIBAT BEROLAHRAGA PADA H O R M O N PERTUMBUHAN Pelatihan olahraga menyebabkan perubahan fisiologis sistem h o r m o n a l di dalam tubuh. Peningkatan kadar suatu h o r m o n di dalam darah akibat pelatihan olahraga dapat terjadi karena adanya k e n a i k a n sekresi h o r m o n tersebut oleh kelenjar e n d o k r i n (Lamb, 1984). Pelatihan olahraga diketahui merangsang pelepasan sejumlah h o r m o n hipofisis, seperti h o r m o n p e r t u m b u h a n , tyroid stimulating hormone (TSH), vasopresin, dan adenokortikotropik hormon ( A C T H ) , sedangkan hormon gonadotroph!, luteinizing h o r m o n (LH), danfollicle stimulating hormone (FSH) mengalami penurunan (Lamb, 1984). H o r m o n p e r t u m b u h a n berasal dari kelenjar hipofisis anterior, di bawah pengaruh growth hormone releasing hormone ( G H R H ) yang dihasilkan oleh hipotalamus. Kelenjar hipofisis anterior
D/IEDIKCIRA Vol. II, No. 2, Oktober 2006: 205 - 218.
211 biasanya dinamakan master gland. Tiap h o r m o n master gland mempunyai efek yang nyata pada fungsi t u b u h pada saat istirahat dan selama kerja fisik ( M c A r d l e , 1986). Growth hormone ( G H ) mempunyai aktivitas fisiologik yang luas, karena G H m e n i n g k a t k a n m i t o s i s sel d a n p r o l i f e r a s i seluler t u b u h . H o r m o n pertumbuhan juga bermanfaat u n t u k otot, tulang, jaringan pertumbuhan, dan zat metabolik selama latihan fisik ( M c A r d l e , 1986). Peningkatan konsentrasi h o r m o n pertumbuhan juga t e r b u k t i berhubungan dengan pelatihan olahraga (Lassarde, 1974). Pelatihan olahraga m e n i n g k a t k a n konsentrasi h o r m o n pertumbuhan dalam darah, bahkan pelatihan dengan intensitas yang berat sangat meningkatkan konsentrasi h o r m o n p e r t u m b u h a n ( G u y t o n , 2000). H o r m o n pertumbuhan tidak segera meningkat selama pelatihan olahraga, tetapi berangsurangsur sesuai dengan waktu. Peningkatan pelepasan h o r m o n pernambuhan selama pelatihan olahraga berperan d i d a l a m m o b i l i s a s i asam l e m a k bebas d a n metabolisme (Shepherd, 1978). Pelatihan fisik submaksimal meningkatkan h o r m o n somatotropin dalam darah, (Lamb, 1984). Pelatihan olahraga m e n i n g k a t k a n konsentrasi h o r m o n pertumbuhan pada orang yang sudah tua (Shepherd, 1978). Peningkatan h o r m o n pertumbuhan dibutuhkan bagi orang yang stidah tua. Pada kerja fisik peningkatan h o r m o n pertumbuhan manusia sedikitnya 30 mg/ml. Kerja fisik yang berat dapat meningkat sampai lebih dari 120 m g / m l (Masson, 1972). Pada umumnya, h o r m o n membebaskan energi melalui mobilisasi glukosa hati dan asam lemak bebas dari jaringan adipose yang meningkat selama pelatihan olahraga. Termasuk d i dalamnya adalah katekolamin, h o r m o n pertumbuhan, dan glukagon. Sebaliknya, dengan insulin, h o r m o n utama yang terlibat dalam penyimpanan energi menghambat pelepasan glukosa dari hati, dan asam lemak bebas dari jaringan adipose m e n u r u n selama pelatihan olahraga.
OLAHRAGA D A N MENSTRUASI Menstruasi biasanya berlangsung 5-7 h a r i , o l e h karena i t u tidak dapat d i h i n d a r k a n bahwa w a n i t a harus berlatih atau b e r l o m b a dalam periode mentruasi. Menurut data-data yang terkumpul bahwa pemecahan rekor olahraga terjadi d i semua fase dari siklus termasuk menstruasi. O l e h karena i t u banyak pelatih yang tidak mengubah jadwal latihan maupun perlombaan. Jadi rupanya Olahraga dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
212 menstruasi tidak berpengaruh terhadap prestasi terutama dalam lari. Y a n g perlu diperhatikan adalah kekurangan besi pada mentruasi. A p a b i l a kekuarangan persediaan besi, sebaiknya pada wanita tes hemoglobin (Hb) dikerjakan apabila ada penurunan prestasi m a u p u n ada gejala-gejala k u r a n g darah. Tabel 2. Penampilan Atlet pada Saat Mentruasi Penampilan Peris tiwa
Olimpiade
Pengikut
Olahraga
Lebih baik
Tak berubah
Mundur
Tak Teratur
(%)
(%)
(%)
(%)
72
Adetik
19
63
8
-
62
Aneka
19
43
38
-
122
Aneka
3
37
17
28
OLAHRAGA D A N KEBUGARAN REPRODUKSI U n t u k mendapatkan k o n d i s i fisik y a n g p r i m a salah satunya dapat d i l a k u k a n dengan pelatihan olahraga secara k o n t i n u dan teratur. Olahraga m e r u p a k a n p e r i l a k u a k t i f y a n g dapat m e n i n g k a t k a n m e t a b o l i s m e d a n mempengaruhi fungsi kelenjar d i dalam t u b u h u n t u k m e m p r o d u k s i sistem kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit dan stres. Satiadarma (2001) mengatakan bahwa olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting u n t u k mempertahankan kebugaran. Berolahraga secara teratur membuat seseorang akan menjadi lebih bersemangat dan terlihat muda, tidak hanya i t u olahraga juga dapat m e n g h i l a n g k a n ketegangan, stress, dan ketakutan yang berlebihan yang m u n g k i n dapat mengganggu kenikmatan dalam berhubungan intim. Olahraga juga membuat sirkulasi darah menjadi lebih lancar termasuk aliran darah yang menuju titik-titik peka yang m a m p u meningkatkan gairah seks. H a n y a dari fisik yang sehat m u n c u l seks yang sehat, dan fisik yang sehat sangat bergantung pada kesehatan fisik, mental, dan sosial (Boyke, 1996). Kesehatan fisik dan p s i k i s m e r u p a k a n m o d a l utama u n t u k dapat melakukan aktivitas seksual dengan o p t i m a l , dengan d e m i k i a n kesehatan fisik dan psikis harus dijaga dengan baik m e l a l u i latihan olahraga. B o y k e (1996)
KQngft
Vol. II, No. 2, Oktober 2006: 205 - 218.
213 mengatakan bahwa seseorang tidak dapat melakukan aktivitas seksual apabila keadaan t u b u h dan p i k i r a n orang tersebut terganggu. Jadi k e h i d u p a n seksual yang sehat biasanya terdapat pada pasangan y a n g sehat pula baik secara fisik maupun psikis. Jika salah satu merasa tidak bugar, loyo, dan staminanya menurun bahkan merasa sakit, aktivitas seksual tidak akan optimal, demikian pula dengan keadaan psikhisnya, apabila ada masalah dan banyak pikiran aktivitas seksualnya tidak akan berjalan dengan baik, G a i r a h seks bertambah berkat aktivitas olahraga yang teratur, sebab olahraga terbukti m a m p u meningkatkan kadar h o r m o n testoteron bagi laki-laki dan h o r m o n estrogen bagi perempuan. K e d u a h o r m o n tersebut m e m b e r i pengaruh langsung terhadap kemauan dan kepuasan seksual. Olahraga y a n g dilakukan sesuai dengan takaran yang benar akan dapat meningkatkan kebugaran jasmani seseorang (Sadoso, 2002). D e n g a n meningkatkan kebugaran jasmani, semua fungsi alat tubuh akan membaik, tidak terkecuali fungsi alat-alat kelamin baik pria maupun wanita. Dengan demikian kemauan dan aktivitas seksual akan meningkat serta frekuensi bermain akan menjadi lebih baik (Nala, 1992). Selain menjaga kesehatan t u b u h , latihan senam berperan m e n u r u n k a n angka kesakitan dan kematian i b u serta bayi yang dilahirkan dan juga m a m p u meningkatkan k e m a m p u a n seks secara alami (Seputra, 2005). D e n g a n latihan fisik secatra rutin, teratur, dan berkesinambungan seseorang akan memperoleh kemampuan seksnya kembali setelah sebelumnya mengalami penurunan gairah seks (Sadoso, 2002). Para pakar kesehatan merekomendasikan b a h w a u n t u k mengatasi masalah seksual dalam keluarga adalah dengan berolahraga secara teratur (Orakas, 1999). K e h i d u p a n seksual yang sehat biasanya terdapat pada pasangan yang sehat baik secara fisik dan psikis (Ratnawati, 2001). Salah satu bentuk olahraga yang d i b u t u h k a n wanita berkeluarga u n t u k dapat mengatasi masalah seksualitasnya adalah berolahraga y a n g bertujuan menguatkan otot vagina y a n g d i k e n a l dengan latihan otot vagina (Kuntaraf, 1992). Olahraga senam banyak digemari o l e h wanita dewasa m a u p u n w a n i t a yang sudah berkeluarga. H a l i n i dapat dilihat dengan m a k i n banyak m u n c u l k l u b sanggar senam yang diikuti oleh wanita berkeluarga. Banyak ragam senam yang dilatihkan di klub sanggar senam, hal i n i bergantung pada tujuan dan jenis latihan senam yang dilatihkan.
Olahraga dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
214 D a r i berbagai pendapat tersebut d i atas dapat dislmptxlkan b a h w a pelatihan olahraga merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan kondisi fisik, psikis, dan sosial seseorang sebab dengan m e l a k u k a n olahraga kebugaran seseorang tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit dan stres yang dapat mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitas seksual. Salah satu jenis olahraga yang dibutuhkan untuk dapat melakukan aktivitas seksual adalah senam seks {kegelexercise). Tujuan semula dari latihan senam seks adalah u n t u k m e m p e r b a i k i kelemahan otot vagina yang disebabkan oleh kerusakan-kerusakan akibat melahirkan dan mengatasi incontinentria urinaej tetapi latihan senam seks berkembang dan m e m b e r i k a n keuntungan-keuntungan, seperti: m e n i n g k a t k a n perasaan seksual pada otot-otot panggul (pelvis) y meningkatkan respons seksual pada otot-otot panggtil, dan meningkatkan kuahtas dan kuantitas orgasme secara teratur. K u n t a r a f (1992) m e n g a t a k a n b a h w a l a t i h a n o t o t v a g i n a a k a n memperbaiki tubuh seorang wanita u n t u k : (1) lebih siap dalam melahirkan, (2) mengontrol pengeluaran air seni, (3) mengurangi sakit belakang, (4) menambah kenikmatan bagi pasangan suami-istri. Dengan melakukan senam seks secara r u t i n dan teratur sesuai petunjuk teknisnya, akan terjadi proses pembentukan, perbaikan jaringan otot pada vagina dan meningkatkan elastisitas jaringan otot vagina serta bermanfaat u n t u k membantu proses melahirkan seorang bayi (Listyarini, 1997). L a t i h a n senam seks memperkuat bagian pinggul wanita sehingga kuat bersenggama dan menambah potensi seks wanita berkeluarga ( N u g r o h o , 2001). O r a k a s (1999) mengatakan b a h w a senam seks berguna u n t u k m e n y e h a t k a n
sehingga
kebahagiaan dan kenikmatan rumah tangga bisa dinikmati dengan keadaan fisik dan psikis yang sehat.
..
;
.
.
, • ,
RESPONS BIOLOGIS ^ H N O P ^ l a5£ T E R H A D A P O L A H R A G A
Menopause adalah berhentinya menstruasi. K l i m a k t e r i k (perimenopause) merupakan perubahan bertahap dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif, suatu proses yang memakan w a k t u beberapa tahun u n t u k berhenti sama sekali. Menstruasi biasanya menjadi irreguler dan berhenti antara 45-55 tahim. Dengan kemajuan zaman, usia menopouse meningkat menjadi 52 tahun (Wells, 1985; G a n o n g , 2001).
MEBIKdift
Vol. 11, No. 1, Oktober 2006: 205 - 218.
215 Kejadian utama pada wanita menopause y a i t u p r o d u k s i estrogen y a n g rendah bersama dengan peningkatan gonadotropin serum, F S H , dan L H . Menstruasi yang tidak teratur disebabkan oleh maturasi folikel o v a r i u m yang tidak teratur pula, tanpa atau disenai ovulasi. Perdarahan vaginal masih terjadi setelah peningkatan dan penurunan estrogen, Masa transisi kemunduran fungsi menstruasi ini disebut perimenopouse. Rasa panas memancar dari badan ke wajah ijjotflashes)y wanita menopause yang berolahraga, m e s k i p u n mengalami gejala tersebut, n a m u n tidak seberat wanita yang tidak berolahraga. A p a b i l a hot plash disebabkan oleh defisiensi estrogen, pengurangan gejala dapat disebabkan oleh kadar estrogen dan progesteron darah meningkat setelah berolahraga. D i m u n g k i n k a n , olahraga teratur dapat mengurangi derajat defisiensi estrogen perimenopausal, setidaknya mengaktifkan produksi estrogen yang bukan berasal dari o v a r i u m . A p a b i l a hot plash disebabkan oleh peningkatan L H yang pulsatil, latihan teratur akan mengurangi hot plash dengan menurunnya konsentrasi L H . Sebuah h a s i l p e n e l i t i a n m e n e m u k a n b a h w a b e r o l a h r a g a
dapat
memperlambat onset menopause mcnj^idiptefnenopause, danpostmenoupause menjadi mirippremenopause. Dua kelompok wAmiApredmpostnienopame^ 65 %postmenopause sudah mengalami flushing ringan. D i b e r i perlakuan 6 minggu latihan, 4 kali per minggu, dengan intensitas latihan 70 % denyut nadi maksimal. V o l u m e oksigen maksimal ( V m a k s ) kedua k e l o m p o k meningkat bermakna dan lemak tubuh menurun. Estradiol (E2) meningkat pada kedua k e l o m p o k , dan p r o f i l estroneestradiol pada waniupostmenopausal rmrip premenopausal. Beratnyaflushing menurun pada 36 % -waniupostmenopause dan 29 % tidak berubah. PeneUti menyimpulkan bahwa pengkondisian fisik dapat memperlambat onsetmenopause m e l a l u i mekanisme yang meningkatkan konsentrasi estradiol serum ( G u y t o n , 2000; Ganong, 2001).
KEBUGARAN T U B U H MEMPERPANJANG KEHIDUPAN Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang mempertahankan kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan berbagai ragam latihan dengan bijaksana dan pengaturan berat badan, m e m i l i k i keuntungan tambahan, y a i t u hidup lebih panjang. K h u s u s n y a antara usia 50 dan 70 tahun, penelitian telah Olahraga dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
216 menunjukkan bahwa kematian menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang melakukan kebugaran daripada yang tidak melakukan kebugaran. G u y t o n (2000) mengatakan bahwa kebugaran t u b u h memperpanjang kehidupan. H a l i n i disebabkan oleh: (1) kebugaran tubuh dan pengaturan berat badan sangat mengurangi penyakit kardiovaskular; H a l i n i disebabkan oleh: (a) pengaturan tekanan darah yang cukup rendah, (b) pengurangan kolesterol darah dan l i p o p r o t e i n densitas rendah bersamaan dengan peningkatan l i p o p r o t e i n densitas tinggi, perubahan-perubahan i n i semua bekerja bersama-sama u n t u k mengurangi jumlah serangan jantung dan stroke otak; (2) orang yang sehat secara atletik memiliki cadangan kebugaran jasmani yang lebih banyak apabila ia sedang sakit. C o n t o h , seorang yang bertxsia 80 tahim yang tidak melakukan kebugaran mungkin memiliki sistem pernapasan yang membatasi pemakaian oksigen tidak lebih dari 1 liter/menit, hal i n i berarti bahwa cadangan pernapasan tidak lebih dari 3-4 kaU lipat. Usia harapan hidup manusia Indonesia pada tahun 1993 adalah 62 tahun, yang menjadi 65 tahun pada tahun 2000. Pada tahun 2000 j u m l a h p e n d u d u k berusia d i atas 60 tahun berjumlah 7,2 % dari seluruh populasi (Roeshadi, 1997). Peningkatan usia harapan hidup, perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup dan semestinya mendapat prioritas utama.
KESIMPULAN Berlatih olahraga secara benar, k o n t i n u , dan teratur merupakan metode yang efektif dalam meningkatkan kondisi fisik, psikis, dan sosial seseorang, sebab dengan demikian kebugaran seseorang tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit dan stres yang dapat mengganggu kebugaran jasmani pada u m u m n y a dan kesehatan reproduksi pada khususnya. Peningkatan usia harapan h i d u p , p e r l u dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup dan semestinya mendapat prioritas utama. Pelatihan olahraga yang adekuat dan menyenangkan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas hidup, sebab berlatih olahraga yang benar, k o n t i n u , dan teratur dapat membentuk kebugaran jasmani yang prima, menyehatkan termasuk menyehatkan reproduksi dan membentuk karakter seseorang u n t u k dapat hidup berkualitas dan mandiri dalam menghadapi, menjalani, sena mengisi kehidupannya.
H U l K Q i y i Vol. 11, No. 2, Oktober 2006: 205 - 218.
217 DAFTARPUSTAKA Bouchard, C , Shephard, R.J., & Stephens, T . (1993). Physical Activity, Fitness and Health Consensus Statement. Kingwood, South Austraha: Human Kinetics PubUshers. Boyke, D . N . (1996). "Cara Efektif untuk Menjaga Kesehatan dan Kebugaran." Makalah. Jakarta. Fox. E.L., Bowers, R.W., & Foss, M.L. (1988). The Physiological Basis ofPhysical Education and Athletics. USA: Saunders College Publishing. Ganong, W.F., (^(X})). Review of Medical Physiology, Twentieth Edition, USA: McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved. Guyton, A . C . (2000). Textbook of Medical Physiology. 8'*' ed. West Washington Aquare: WB Saunders Company. Kanca, N . (2004). "Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Absorpsi Karbohidrat dan Protein di Usus Halus Rattus Norvegicus Strain Wistar." Disertasi. Program Pascasarjana Unair Surabaya. Kartono dan Kartini. (1992). Psikologi Wanita. Bandimg: Penerbit Mandar Maju. Ktintaraf J dan Liwijaya K. (1992). Olahraga SumberKesehatan. Bandtmg: Percetakan Advent Indonesia. Lamb, D.R. (1984). Physiology of Exercise Responses & Adaptations. New York: Macmillan Publishing Company. Lassarde, C.et.al. (1974). "Kinetics O f Human Growth Hormone During Submaximal Exercise." JAppl. Physiol. 37:830-836. Listyarini M . (1997). Panduan Olah Tubuh Pria dan Wanita. Pekalongan: C V Gunung Mas. Masson, A.S. (1972). Human Growth Hormone. P'.ed. London: Wilham Heinemann Medical Books Limited. Nala N . (1992). Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar: Koni Propinsi BaU. Nugroho A. (2001). Seksualitasdalam Perkawinan. Yogyakarta: Penerbit Maju Jaya. Orakas S. (1999). Senam Seks. Pekalongan: C V Bahagia. Pyke, F.S. & Woodman, L.R. (1991). "Principles of Sports Training." In Pyke, F.S. (eds). Better Coaching. Belconner, Australian coaching Council incorporated. Rushadi D . (1997). "Deteksl Dini Osteoporosis pada Wanita Pra dan Pascamenopouse." Disertasi Program Pascasarjana Unair Surabaya.
Olahraga dan Kesehatan Reproduksi (I Nyoman Kanca)
218 Sadoso S. (2002). Meningkatkan K^Tjampmn
SecaraAlamiah. Jakarta: Tckoh.
Satiadarma M . (2001). MenyikapiPer^din^suhan. Jakarta: Populer Obor. Seputra A (2005). "Senam Hamil Turunkan Angka Kesakitan Ibu." Makalah Seminar dan Workshop. Bali Post, Denpasar. Setyawan S. (1996). "Pengaruh Latihan Fisik Aerobik dan Anaerobik terhadap Respons Ketahanan Tubuh." Disertasi. Program Pascasarjana, Universitas Airlangga Surabaya. Shephard, R.J. (1978). Physical Activity iwdA^g. London: Croom Helm Limited. Soekarman. (1989). D:jsar(yahragauntukPembirkiyPdatih,danAtlet.]^kar^ CVHajiMasagung. Wells, C L . (1985). Wyman, Sport & P&fjrtnance: A Physiolo^calPeiformance. Illinois: Human Kinetics Publisher, Inc.
MiWii
Vol. II, No. 2, Oktober 2006: 205 - 218.