Occupational Medicine “Kecelakaan Kerja” Fakultas Kedokteran UKRIDA Maitri Kalyani/ 10.2008.055
[email protected] Pendahuluan Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 2,6 milyar pekerja dan tenaga kerja yang terusmenerus berkembang. Sekitar 75% -nya merupakan pekerja di negara berkembang yang risiko di tempat kerjanya jauh lebih parah. Setiap tahun terdapat sekitar 250 juta kasus cedera akibat kerja yang mengakibatkan 330.000 kematian. Jika kita masukkan juga kasus penyakit akibat pekerjaan, kira-kira 1,1 juta orang di seluruh dunia meninggal setiap tahunnya. Setiap tahun sekitar 160 juta kasus baru penyakit terkait pekerjaan terjadi di seluruh dunia. Semua perkiraan itu tentu saja berada di bawah angka sebenarnya karena laporan dari berbagai wilayah di dunia tidak dapat reliable. Jumlah penduduk Amerika yang termasuk dalam angkatan kerja negara ini mencapai sekitar 133,5 juta. Setelah rumah, orang Amerika menghabiskan sebagian besar waktunya pada pekerjaan; karenanya tempat kerja yang aman dan sehat sangat penting jika Amerika ingin memenuhi tujuan khusus kesehatan mereka di tahun 2010. Memang tidak selalu mudah untuk membedakan antara terminologi kecelakaan kerja dengan terminologi sakit atau penyakit akibat kerja. Namun secara umum telah diterima bahwa penyakit akibat pekerjaan (occupational desease) adalah gangguan atau kondisi abnormal apapun, selain kondisi atau gangguan akibat cedera terkait pekerjaan, yang disebabkan oleh factor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan. Termasuk di dalamnya adalah sakit atau penyakit akut kronis yang dapat terjadi akibat menghirup , menyerap, menelan, atau kontak langsung. Kasus cedera akibat pekerjaan (occupational injury) adalah cedera apapun, semacam luka terpotong, patah, keseleo, amputasi, dan lain-lain, yang terjadi akibat suatu peristiwa terkait pekerjaan atau akibat satu kejadian yang tiba-tiba di lingkungan tempat kerja.1 Page | 1
Risiko pekerjaan sudah pasti ada bahkan pada zaman prasejarah, bukan saja selama berburu atau berperang, tetapi juga selama aktivitas yang lebih tenang seperti persiapan pembuatan api dengan batu. Penemuan pembuatan api ini menyiratkan bahwa bahkan pada zaman terawal itu pun, pekerja kemungkinan berisiko terkena silikosis(debu dalam paruparu). Tinjauan sejarah yang lebih mendalam terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja dari zaman awal mesir sampai saat ini telah dipublikasikan. Tonggak bersejarah ini berawal pada tahun 1561 dengan catatan kerja harian George Agricola tentang pertambangan, De Re Metallica, yang menekankan pentingnya keberadaan ventilasi pada tambang. Pada tahun 1567, karya Philipus Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim, juga dikenal dengan Paracelsus, dipublikasikan dengan judul On the Miner’s Sickness and Other Miner’s Deseases. Kedua buku itu merupakan karya signifikan pertama yang menggambarkan penyakit terkait pekerjaan tertentu. Karya pertama tentang penyakit akibat kerja secara umum adalah Discourse on the Deseases of Workers dari Ramazzini, yang dibuat pada tahun 1700. Populasi yang bekerja di suatu industri merupakan bagian dari populasi dalam komunitas yang lebih besar tempat industri tersebut berdiri. Pekerja, biasanya merupakan orang tersehat di masyarakat , akan terpajan bahan-bahan berbahaya tertentu dalam konsentrasi tertingginya selama melaksanakan pekerjaannya. Di pabrik inilah, tersedia data kesehatan dan pajanan yang paling akurat yang dapat disebarkan bagi masyarakat umum. Kebanyakan polutan, yang aturan tingkat pajanan amannya telah diterapkan, merupakan bahan-bahan di tempat kerja yang telah dikaji terlebih dahulu. Bahan berbahaya di tempat kerja bukan saja mempengaruhi pekerja, tetapi juga mereka yang berada di luar lokasi kerja. Pengaruh itu dapat muncul melalui kontaminasi tanah dan air tanah oleh bahan padat dan cair, ataupun melalui pencemaran udara oleh gas dan debu industri. Pengaruh juga dapat muncul melalui kontaminasi pakaian dan kendaraan, seperti kasus pekerja asbes yang istri dan anaknya ikut terpajan asbestos dari sumber-sumber tersebut. Penting untuk diperhatikan bahwa populasi umum, yang mencakup anak-anak, orang tua, dan wanita hamil, lebih sensitive terhadap polutan disbandingkan tenaga kerja. Cara lain industri dan masyarakatnya berbagi masalah kesehatan adalah pada saat terjadinya bencana industri. Contohnya mencakup kebocoran reactor nuklir Three Mile Island(Pennsylvania) di Amerika Serikat pada tahun 1979, tragedi Bhopal di India tahun 1984, dan bencana nuklir Chernobyl di Ukraina pada tahun 1986. Dalam kasus-kasus Page | 2
tersebut, risiko pajanan terhadap sumber energi kimia atau nuklir ini, yang semula terbatas di tempat kerja, meluas menjadi risiko masyarakat umum. Terakhir, kita perlu mengakui pekerja itu sendiri sebagai suatu komunitas, yang memiliki masalah sosial dan risiko lingkungan yang sama. Kegagalan untuk mengenal sifat komunitas dari kelompok-kelompok pekerja dan memantau kondisi medis semacam dermatitis, sakit kepala, tekanan darah, atau kimia darah menjadi kelemahan besar di dalam pendekatan konvensional kita terhadap masalah kesehatan kerja. Ruang lingkup masalah Walau kematian satu pekerja pun sudah terlalu banyak , perlu dicatat bahwa tingkat kematian yang berhubungan dengan pekerjaan di Amerika Serikat menunjukkan penurunan yang berarti dalam abad ini. Pada tahun 1912, diperkirakan 18.000 sampai 21.000 kasus kematian akibat cedera terkait kerja terjadi dengan angka kematian sebesar 21 per 100.000 pekerja. Pada tahun 1999, angka kemtian mencapai sekitar 4 per 100.000. Sejumlah 5,7 juta kasus cedera dan sakit dilaporkan di lapangan kerja industri swasta pada tahun 1999, mengakibatkan angka sebesar 6,3 kasus per 100 pekerja purnawaktu. Setiap hari di Amerika Serikat rata-rata 9000 pekerja mengalami cedera yang melumpuhkan pada saat bekerja, 17 pekerja meninggal akibat cedera di tempat kerja, dan 137 pekerja meninggal akibat penyakit terkait pekerjaan. Pada tahun 1999, National Safety Council memperkirakan biaya tahunan akibat kasus kematian dan kecelakaan terkait pekerjaan di Amerika Serikat mencapai $123 milyar. Data meenyebutkan bahwa angka fatalitas terkait pekerjaan di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan Swedia, Jerman, atau di Jepang. Selain peningkatan jumlah kematian, juga terdapat kerugian ekonomi. Kemungkinan yang tampak adalah bahwa peningkatan keamanan di tempat kerja dapat mengurangi biaya manfaat dan biaya medis terkait pekerjaan tanpa mengurangi manfaat yang ditawarkan oleh pemilik usaha sehingga perusahaanperusahaan di Amerika menjadi lebih kompetitif. Anamnesis Terkait PAK Antara soal yang bisa dikemukakan untuk skrining pada penderita : 1. Apakah jenis pekerjaan yang dilakukan?
Page | 3
2. Apakah
merasakan sakit yang dideritai punya kaitan dengan pekerjaan yang
dilakukan? 3. Apakah gejala di rumah dan di tempat kerja berbeda? 4. Apakah
terpajan terhadap bahan kimia, debu, logam, radiasi, bunyi bising atau
pekerjaan yang berulang-ulang? (pada riwayat sekarang dan juga riwayat terdahulu) 5. Apakah ada karyawan lain mempunyai gejala yang sama? Jika jawaban menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pekerjaan dengan penyakit yang dideritai, riwayat pekerjaan yang komprehensif haruslah didapatkan. Self-Administered Riwayat Pekerjaan Merupakan formulir yang diisi oleh pasien sebelum dirawat oleh dokter. Patient name/number: ________________________________ Occupational history: List the jobs you've had since you first started working. Include the years worked at each job. Also include any military service. Use the next page if additional space is needed.
Job
Date
title Major exposures (such Protective
Employer name: and
as
product
noise, repetitive motion, as
or specific
service provided
duties
dusts,
chemicals, equipment (such
stress)
respirator,
earplugs, gloves)
Example: Acme Industries: 1987-
shoe
polish
1989
manufacturer
Shoe Inspector
polish,
trichloroethylene
solvents, Respirator, earplugs
Gambar 2: Sampel formulir yang diisi oleh pasien.
Page | 4
Riwayat Pekerjaan yang Komprehensif Tabel 1: Elemen Riwayat Pekerjaan. Senarai Pekerjaan: Riwayat seumur hidup, dilengkapi dengan tanggal mulai bekerja serta tugasan pekerjaan Riwayat militer Pajanan : Tipe Kimiawi (cth. formaldehid, solvent organic, pestisida) Metal (cth. timbal, arsenik, kadmium) Debu (cth. asbestos, silika, batu bara) Biologik (cth. HIV, hepatitis B, tuberkulosis) Fisik (cth. Bising, pergerakan yang berulang, radiasi) Psikologik (cth. stress) Penilaian dosis Durasi paparan Konsentrasi Paparan Route of exposure Adanya serta efikasi dalam mengontrol paparan Data kuantitatif paparan daripa inspeksi dan monitoring Onset munculnya gejala yang berhubungan dengan pekerjaan Gejala muncul atau terjadi ekserbasi di tempat kerja dan membaik apabila pulang Gejala terjadi apabila adanya paparan baru di tempat pekerjaan atau disebabkan perubahan lingkungan kerja Adanya gejala yang sama pada karyawan lain yang mempunyai tipe kerja yang sama serta pajanan yang serupa Evaluasi terhadap pajanan di tempat lain Lingkungan rumah (cth. Air, udara, kontaminasi tanah) Kegemaran pada masa lapang atau aktivitas rekreasi
Page | 5
HIV=human immunodeficiency virus. Pajanan- pajanan yang mengenai karyawan mengikut tugasan pekerjaan
harus direkod.
Pajanan termasuklah metal, bahan kimia, debu, atau faktor fisika, mikroorganisma dan stress. Pajanan yang direk serta indirek harus direkod karena bisa berpengaruh pada kesehatan. Dosis pajanan haruslah dinilai. Walaupun karyawan terpajan dengan pelbagai jenis bahan kimia di lingkungan pekerjaan, tetapi terdapat bahan yang tidak digunakan selalu atau dosisnya kecil, ada yang digunakan selalu serta dengan dosis yang banyak. Kadar pajanan bisa dikontrol dengan adanya ventilasi yang baik. Karyawan harus ditanyakan tentang ventilasi umum yaitu pintu dan tingkap yang beroperasi, lokasi-lokasi dinding, pemisah(partitions) yang bisa berpengaruh pada aliran udara, dan konfigurasi sistem mekanik ventilasi. Biasanya karyawan mengetahui adanya local exhaust ventilation system yaitu, apparatus vakum yang bersambungan dengan mesi atau eksos tangki. Harus ditanyakan sama ada ia berfungsi atau tidak.and the configuration of the mechanical ventilation system. Alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, earplugs adalah perkaran yang sering dititik berat dalam mengontrol kadar pajanan. Ditanyakan apakah karyawan menggunakan alat pelindung diri yang disediakan secara konsisten, apakah alat pelindung diri sesuai dengan tubuhnya(terutama respirator), apakah alat bersesuaian dengan jenis pajanan dan apakah alat itu disimpan dan dijaga dengan baik. Temporal Relationship of Symptoms to Work. Dalam menilai sama ada sesuatu penyakit diakibatkan oleh pekerjaan ataupun tidak, harus dilihat kapan gejala sakitnya itu muncul. Gejala yang muncul bisa diakibatkan pajanan terhadap suatu bahan kimia, disebabkan oleh proses produksi atau kondisi lain. Hubungan ini dapat dilihat dengan jelas apabila karyawan tidak di tempat kerja, apakah gejalanya masih ada atau tidak. Symptoms Among Co-workers. Jika karyawan lain turut mengalami gejala yang sama, probabilitas PAK adalah tinggi. Nonoccupational Exposures. Pajanan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan harus juga ditanyakan. Hal ini karena aktivitas ini juga bis aberpengaruh pada kesehatan. Contohnya seperti merokok dan konsumsi alcohol yang berlebihan bisa meningkatkan risiko untuk sakit. Selain itu, aktivitas rekreasi, hobi dan obat yang sedang digunakan juga harus diketahui. Page | 6
Pemeriksaan terkait PAK (Intoksikasi Solvent) Terdapat tujuh langkah dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja yaitu: 1. Diagnosis klinis ditentukan. 2. Pajanan yang dialami tenaga kerja selama ini ditentukan. 3. Ditentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut. 4. Ditentukan apakah jumlah pajanan cukup besar untuk mengakibatkan penyakit tersebut. 5. Dikenalpasti apakah ada faktor lain yang dapat berpengaruh. 6. Dicari apakah adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit. 7. Keputusan dibuat sama ada penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan. PAK yang disebabkan oleh solvent bisa menimbulkan kelainan kulit, gangguan sistem saraf pusat, sistem saraf perifer, sistem respiratori, kelainan jantung, hepar, darah, ginjal, sistem reproduksi dan potensi kanker. Komposisi bahan kimia yang biasanya terdapat dalam lem ialah hexane, methyl ethyl ketone dan toluene. Jika terhidu dalam jangka waktu yang lama bisa mengganggu sistem saraf pusat dan perifer. Selain itu, tindakan monitoring biologis juga harus dilakukan pada tenaga kerja bagi memastikan pekerjaan tidak menjejaskan kesehatan mereka.
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulann, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yyang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali. Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk menentukan sebab dari suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis kecelakaan kerja adalah sebagai berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja tidak Page | 7
perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia mengikuti pedoman kerja yang selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah faktor manusia. Faktor mekanis dan lingkungan dapat pula dikelompokkan menurut keperluan dengan suatu maksud tertentu. Misalnya di perusahaan penyebab kecelakaan dapat disusun menurut kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang dipegang dengan tangan(manual), menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar, dan transportasi. Kira-kira sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh, baik dari tempat yang tinggi, maupun di tempat datar. Kesehatan berpengaruh penting bagi terwujudnya keselamatan. Sebaliknya gangguan kesehatan atau penyakit dapat menjadi sebab kecelakaan. Orang sakit tidak boleh dipaksa bekerja, ia perlu pengobatan, perawatan dan istirahat. Jika dipaksakan untuk bekerja, sangat besar kemungkinan orang sakit mengalami kecelakaan. Bukan hanya penyakit keras saja, gangguan kesehatan ringan pun misalnya pusing kepala, rasa kurang enak badan, atau sekedar merasa hidung tersumbat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan. Sekalipun ringan, gangguan kesehatan menurunkan konsentrasi dan mengurangi kewaspadaan sehingga kecelakaan terjadi. Apabila ditelaah lebih dalam, kecelakaan kerja yang terjadi dapat dibagi berdasarkan faktor dari tempat kerjanya dan faktor individu. Yang dimana faktor tempat kerja dapat dibagi lagi menjadi fisika, kimia, biologik, ergonomic dan psikologis(lebih kearah individu) dan industrial Hygene. 1. Faktor tempat kerja Di dalam tempat kerja akan banyak dijumpai faktor-faktor pajanan yang apabila diabaikan akan sangat membahayakan keselamatan ketika bekerja. a. Fisika -
Banyak pajanan yang berupa fisik yang dapat dijumpai di tempat kerja manapun. Pajanan bahaya potensial faktor fisik antara lain : kebisingan, suhu panas dan dingin, getaran, pencahayaan dan radiasi elektromagnetik.
Page | 8
Kebisingan
Bising adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas bising ditentukan oleh : frekuensi bunyi(Hz) dan Intensitas bunyi(db). Dengan NAB(Nilai Ambang Batas) : 85 dbA per 8 jam/hari.
Dampak kesehatan yang terlihat : kerusakan auditorik dan non-auditorik.
Kerusakan auditorik : trauma akustik, ketulian sementara(Temporary Threshold Shift), dan Ketulian menetap(Permanen Temporary Shift dan akan menjadi NIHL apabila dibiarkan dan tidak ada upaya pencegahan/preventif.6
Kerusakan non-auditorik : gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan juga gangguan perilaku.
Untuk gangguan perilaku akan timbul paranoid dan
depresi.
Upaya pencegahan : Program konservasi pendengaran (Hearing Conservation Program) dan penggunaan sumbat telinga(earplug), penutup telinga(earmuff) dan helm pelindung telinga(ear protektif helmet).
Suhu panas dan dingin
Terdapat mekanisme control yang terlihat yakni : evaporasi, konveksi, radiasi dan juga vasodilatasi. Lalu dapat menciptakan tekanan panas yakni kombinasi dari suhu udara, radiasi, kelembaban dan pergerakan udara.
Satuan : Indeks suhu basah dan bola(ISBB).
Apabila
tekanan
panas
secara
terus-menerus
terpajan
maka
akan
mempengaruhi kesehatan pekerjanya , antara lain : heat fatique, heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke.
Sedangkan untuk tekanan dingin yang terpajan terus-menerus juga dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya antara lain: Hipoterm, Frosbite, Trenchfoot dan Chillblain.
Getaran/vibrasi
Suatu fenomena dimana terjadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap suatu nilai dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah jarak, kecepatan dan akselerasi.
Unit akselerasi : m/s2. Dengan NAB : 4 m/s2.
Sumber vibrasi : segmental dan juga seluruh tubuh(kendaraan forcliff) Page | 9
Efek getaran terhadap tubuh : Motion sickness, penglihatan kabur, kelelahan dan ketidaknyamanan dan Hand-Arm Vibaration(HAV) yang dimana memiliki beberapa gangguan. Gangguan pada sirkulasi darah berupa Vibration induced White Finger(VWF) yang dimana gejalanya seperti Raynuad;s syndrome : blanching, numbness, tingling dan Cyanosis.
Pencahayaan
Faktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dimana nantinya akan menimbulkan suasana nyaman dan tentunya meningkatkan produktivitas pekerja.
Ada 2 jenis faktor yang mempengaruhi pencahayaan, yakni : Intensitas cahaya(luks) dan juga tingkat kesilauan(brightness)
Dan juga terdapat 2 kategori cahaya yang menyilaukan, yakni : Discomfort glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman tapi belum menimbulkan keluhan organ) dan juga Disability glare(sudah menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan juga keluhan organ sudah timbul). .
Radiasi elektromagnetik
Radiasi sinar ultraviolet, sumber : sinar UV , las.Dan dapat ,enimbulkan penyakit kulit yakni iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni dengan menggunakan kacamata kobal saat las.
Radiasi sinar infra merah, Sumber : peleburan baja, peleburan gelas, dan bara logam. Tentunya dapat meningkatkan bebabn panas tubuh. Dan juga mempunyai efek terhadap mata yaitu katarak.
Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit : konjunctivitis, gangguan sistem saraf, dab gangguan reproduksi.
Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa : efek stokastik dan non-stokastik. Memiliki efek akut : eritem, depresi sum-sum tulang, penurunan fertilitas sementara/permanen. Efek kronis : kemandulan, kanker, cacat congenital dan juga katarak.
Page | 10
b. Biologik -
Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada si sekitar manusia, dalam bentuk mikroorganisme(virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan(debu organic), dan binatang. Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat dibedakan : penyakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi di masyarakat luas.
-
Penggolongan pajanan biologi : Pajanan biologi akibbat kerja Pajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja. Pajanan biologi lingkungan kerja Pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan merupakan akibat tidak langsung akibat proses kerja, seperti higine dan pemeliharaan tempat kerja yang kurang baik. Pajanan biologis alamiah/bukan akibat kerja Pajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat kerja, yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di tempat tersebut, seperti malaria, demam berdarah.
-
Penyakit akibat pajanan biologi : Penyakit Legionaire Terjangkit melalui pernapasan dalam(menghirup) udara ber-aerosol yang tercemar. Tidak menular dari orang ke orang. Kuman ini dapat ditemukan di danau sungai tapi juga dapat pada alat-alat maupun tempat-tempat tertentu, seperti : system buatan manusia seperti menara pendingin pada AC, humidifiers, system sirkulasi air hangat, kamar mansi system semprot, kran air, alat pembangkit uap, air mancur hias, peraltan pengobatan saluran pernafasan. Gejala : demam Pontiak(gejala seperti flu), infeksi yang lebih serius termasuk pneumonia. Penyakit di sektor pertanian : Antraks PAK(Penyakit Akibat Kerja) pertama menurut ILO. Transmisi : udara, makanan dan kontak. Penyebab : Bacillus anthracis. Page | 11
Avian flu Menyebabkan pneumonia berat dan progresif. Transmisinya melalui udara dari unggas ke manusia.
c. Kimia -
Yang terpenting untuk mencegah PAK(Penyakit Akibat Kerja) karena bahan kimia diperlukan suatu criteria yang dikatakan wajib ada pada bahan kimia tersebut. Hal yang terpenting tersebut adalah MSDS(Material Safety Data Sheet).
-
Dari MSDS tersebut maka akan langsung diketahui semua informasi mengenai bahan kimia tersebut.
-
MSDS adalah suatu Lembar Data Keselamatan Bahan(LDKB) memberikan informasi yang penting yang dapat digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan kimia dan meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan tempat kerja.
-
MSDS meliputi : nama bahan kimia, informasi tentang komposisi bahan, sifatsifat fisik dan kimiawi, kestabilan dan daya reaktif, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan pemadam kebakaran, tindakan penyelamatan kecelakaan, metode penanganan dan penyimpanan yang tepat, pengawasan dan perlindungan diri yang diperlukan,
informasi
tentang
toksikologi(keracunan),
informasi
tentang
ekologi(lingkungan), pertimbangan pembuangan, informasi tentang angkutan, informasi tentang peraturan, informasi tambahan.
d. Ergonomik -
Ilmu
yang
mempelajari
kemampuan
dan
karakteristik
manusia
yang
mempengaruhi rancangan peralatan, system kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Definisi lain : Ilmu seni dan penerapan teknologi untuk meyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.3 -
Unsur-unsur ergonomik yakni : 1) Anatomi o Antropometri (dimensi tubuh manusia) dan biomekanik(aplikasi tenaga).
Page | 12
2) Fisiologis o Fisiologis kerja : pengeluaran energi. o Fisiologis lingkungan : efek lingkungan fisik. 3) Psikologis o Psikologi ketrampilan proses informasi dan pembuatan keputusan o Psikologi kerja : training, usaha dan perbedaan individu. -
Manfaat data antropometrik : merupakan data statistik mengenai ukuran manusia, massa dan bentuknya, yang dapat digunakan di tempat kerja, membuat tempat duduk serta untuk keperluan desain peralatan.
-
Kriteria antropometrik : Jarak ruangan o Ruang untuk kepala, ruang kaki, ruang siku termasuk kemudahan melalui rintangan Jangkauan o Termasuk lokasi control atau penyimpanan material, serta pelabgai situasi menjangkau melalui rintangan. Postur/sikap tubuh o Termasuk lokasi display dan control ditempat ketinggian. kekuatan
-
dikatakan pada kasus di atas, stager yang dipakai pastinya juga memenuhi standar ergonomik suatu alat, namun sayangnya stager mungkin tidak di cek secara berkala(rapuh termakan usia). Ditambah pula unsafe action yang dilakukan oleh pekerja tersebut yang tidak memakai tali pengaman untuk menghinfari kecekalakaan yang terjadi tiba-tiba. Lebih kearah unsafe action yang dilakukan oleh pekerja tersebut.
2. Faktor individu - Untuk faktor individu ini lebih mengarah ke arah psikologi seseorang pada saat melakukan pekerjaannya sehari-hari. Psikologi kerja ini merupakan bagian dari unsur ergonomik (anatomi, fisiologis, psikologi). Stress akibat kerja adalah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena berbagai faktor seperti : kepribadian, stress di lingkungan kerja yang dialami, coping mechanism dan mekanisme pertahanan. Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihn, bekerja monotonic, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain. Page | 13
Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit jantung adalah orang yang memiliki kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe kepribadian dengan cirri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan relative tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki kepribadian seperti ini sangat rentan sekali. Stress akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di tempat pekerjaan yang berdampak negative pada kinerja seseorang dan atau kesehatan fisik dan jiwanya. Stress merupakan problem kesehatan kerja yang penting karena secaraa signifikan menyebabkan kerugian ekonomis. Stress kerja mempunyai aspek fisik, aspek perilaku dan emosi.
Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah : Gaya management(diri) yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya management (diri) yang buruk , diantaranya : Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambila keputusan. Komunikasi yang uruk di tempat kerja. Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga. Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk. Jenjang karir yang tidak jelas. Kondisi lingkungan : sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomic. Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan. Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain:
Gaji/upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional(UPR)/ Upah Minimum Provinsi(UMP).
Beban kerja yang tidak teratur.
Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak.
Tidak prospek dalam jenjang karir.
Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal.
Kurang penghargaan.
Page | 14
Kecenderungan untuk celaka Adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan. Kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan. Frekuensi kecelkaan pada pekerja tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa pentingnya faktor manusia selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan termasuk kecelakaan di tempat kerja. Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berprilaku asal-asalan, bberbuat semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, berlaku masa bodoh, suka melamun, terlalu berani, selalu bergegas, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sidat lainnya, sehingga orang itu berulang kali ditimpa kecelakaan dan oleh karenanya ia dinyatakan sebagai mempunyai kecenderungan untuk celaka. Pekerja yang terlalu lamban tentu tidak sesuai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan kegesitan. Jika pekerja dipaksakan untuk mengerjakan pekerjaan yang memerlukan kecekatan, dan hal itu tidak sesuai dengan sifat yang dimilikinya, cepat atau lambat pada kahirnya kecelakaan akan terjadi kepadanya. Demikian pula dengan pekerja yang kebiasaannya selalu tergesa-gesa, terburu-buru mengejar waktu, pekerja demikian cenderung pula untuk mengalami kecelakaan; mungkin ia akan terjatuh atau terpeleset atau tergelincir atau mungkin pula akan terlindas kendaraan bermotor di perjalanan. Kecenderungan untuk mengalami kecelakaan dapat pula bersumber kepada keadaan kesehatan pekerja. Kelambanan yang menjadi cirri pekerja mungkin dasarnya kurang gizi atau anemia, sedangkan ketergesaan seseorang dapat saja dikarenakan kelainan jiwa yang impulsive. Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor manusia. Apabila berbicara tentang faktor manusia, sebagai konsekuensinya persoalannya cukup rumit. Ambillah missal kecelakaan yang dikarenakan oleh keadaan emosi para pekerja, seperti rasa ketidakadilan, persengketaan dengan sesama pekerja atau keributan di rumah tangga dengan keluarga, atau peristiwa percintaan segitiga. Tanpa diduga dan benar-benar di luar perkiraan seseorang dapat saja dengan sengaja mencelakakan diri sendiri atau merekayasa terjadinya suatu kecelakaan, sehingga kata kecelkaan menjadi tidak tepat lagi. Peristiwa seperti itu menjelam misalnya sebagai akibat luar biasanya kejemuan, pekatnya kebencian, atau pun dalamnya keputusasaan. Mudah dipahami, bahwa dalam hal ini faktor kejiwaan memainkan peranan besar. Memang benar bahwa ada orang yang mempunyai dorongan kejiwaan untuk membuat nekad dan melakukan apa saja menurut gejolak batinnya. Sering pula bahwa kecelakaan disengaja guna memperoleh kompensasi terhadap cacat yang Page | 15
diakibatkan kecelakaan yang disengajanya. Juga terdapat berbagai hal unik lainnya yang berkaitan dengan faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan. Gaya hidup utnuk selamat dan tidak mengalami kecelakaan adalah satu aspek pennting dalam budaya kerja dari kehidupan modern. Pada masyarakat industri keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan diwujudkan melalui ketentuan perundang-undangan di samping segala upaya lainnya ditingkatkan pelaksanaannya. Keselamatan kerja dan bebas dari kecelakaan kerja merupakan hak azasi manusia(HAM). Transformasi dari kehidupan agraris kepada masyarakat indutri maju antara lain mencakup perubahan cara hidup dari tidak menjadi pemerduli keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan sebagai gaya hidup yang terparteri pada sikap dan perilaku sehari-hari. Sehubungan dengan itu, tidak ada lagi tempat bagi siapa pun dengan dalih apa pun untuk mempunyai kecenderungan untuk mengalami kecelakaan.4 Teori Kecelakaan Kerja Secara umum Kecelakaan kerja di bagi menjadi dua golongan :3
Kecelakaan industri (Industrial Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
Kecelakaan dalam perjalanan (Community Accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja
Beberapa teori yang banyak berkembang adalah :3 1. Teori kebetulan murni (Pure Chance Theory) mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atas Kehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja kejadiannya, sehingga tak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya. 2. Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan. Disini jelas betapa pentingnya factor manusia dalam terjadinya kecelakaan akibat kerja. Memang ada orang-orang yang bersifat sembrono, asal saja, semaunya, terlalu lambat, masa bodoh, suka ngelamun, terlalu berani, selalu bergegas, dan lain-lain, sehingga mereka itu mempunyai kecenderungan untuk celaka. Seorang pekerja yang terlalu lamban tidak sesuai untuk
Page | 16
pekerjaan yang memerlukan kegesitan, hingga akhirnya ia celaka. Namun juga tergesa-gesa, pekerja demikian ada kemungkinan terjatuh atau kelindas kendaraan.3,4 3. Teori tiga faktor Utama (Three Main Factor Theory), mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri. 4. Teori Dua Factor (Two Factor Theory), mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action). Unsafe action adalah suatu tindakan berbahaya pada waktu melakukan suatu pekerjaan dimana situasi atau lingkungan kerja rawan kecelakan, jika seorang operator suatu mesin melakukan kecerobohan. Unsafe conditions adalah suatu keadaan pada lingkungan kerja yang berbahaya seperti rawan terjadinya tanah longsor, kejatuhan batu-batuan,tempat pengecoran logam dan lain-lain. 5. Teori Faktor manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, langsung dan tdk langsung disebabkan kesalahan manusia. Menurut hasil penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan faktor manusia ini. Hal itu dikarenakan pekerja (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. 6. Teori Domino (Domino Sequence Theory) Lebih lanjut, teori mengenai terjadinya kecelakaan kerja dapat di upayakan pencegahannya dengan mekanisme terjadinya kecelakaan kerja di uraikan “domino sequence “ berupa berikut ini :3 a) Ancestry and social environment, yakni pada orang yang keras kepala mempunyai sifat tidak baik yang diperoleh karena factor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seseorang bekerja kurang hati-hati dan banyak berbuat kesalahan. b) Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungannya, yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan. c) Unsafe Action and/or mechanical or Physical hazard, tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya. d) Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai kerugian.
Page | 17
e) Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka ringan maupn berat menuju kecacatan dan bahkan kematian. Thompkin (1982) memberikan gambaran di dalam teori domino Henirich, yang intinya adalah :3
Penyebab Kecelakaan Kerja Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup kemauan untuk mencegahnya. Oleh karena itu pula sebabsebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan usaha-usaha koreksi yang ditujukan kepada sebab itu kecelakaan dapat dicegah dan tidak berulang kembali.4 Penyebab Kecelakaan kerja :3 1. Penyebab Langsung (Immediate Causes) Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, yang dibagi 2 kelompok: A. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe action) yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:
Page | 18
1. Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom) 2. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman 3. Pengetahuan B. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan menyebababkan kecelakaan, terdiri dari: 1. Mesin, peralatan, bahan 2. Lingkungan 3. Proses pekerjaan 4. Sifat pekerjaan 5. Cara kerja 2. Penyebab Dasar (Basic causes). Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu A. Faktor manusia/personal (personal factor) :
Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi
Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill
Stress
Motivasi yang tidak cukup/salah
B. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work environment factor)
Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.
Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst
Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga.
Ergonomi dan psikososial.
Menurut Henrich, faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tndakan-tindakan tidak aman (unsafe action) 80 % dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 20%. Menurut Suma’mur, faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-tindakan tidak aman (unsafe action) 85 % dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 15 %. Menurut Hastuti dan Adiatma, faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor tindakan-
Page | 19
tindakan tidak aman (unsafe action) 85 % dan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) 10% dan faktor alam (act of god) 5%. Menurut Phoon (1988), penyebab kecelakaan sangat banyak, beraneka ragam, dan kompleks.3 Faktor utama yang menyebabkan kecelakaan adalah:3 1. Lingkungan kerja 2. Metode kerja 3. Pekerja sendiri Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap proses/ aktifitas pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan/ potensi kecelakaan kerja harus dicegah/ dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.3 Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial.3 Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:3 1. Kelelahan (fatigue) 2. Kondisi tempat kerja (environmental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition) 3. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, bias karena kurangnya training 4. Karakteristik pekerjaan itu sendiri. 5. Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain). Dasar Hukum Kecelakaan Kerja Pada pekerja terdapat dasar hukum yang mengatur, yaitu berupa undang-undang dan juga meliputi Jamsostek. Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja, yang memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga kerja, mengatur hygiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai berikut :5
Page | 20
1. Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama (pasal 9). 2. Pemerintah membina perlindungan kerja yang mencakup : (pasal 10) a. Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan b. Norma keselamatan kerja c. Norma kerja d. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86 :5 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. Keselamatan & kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia d. Untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yangoptimaldiselenggarakan upaya K3. 2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) & ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 :5 1) Agar pekerja dan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. 2) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien. 3) Agar proses produksi berjalan secara lancar tanpa hambatan. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 :6 1. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 2. Jaminan kecelakaan kerja
Page | 21
Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja meliputi: 1. Biaya pengangkutan. 2. Biaya pemeriksaan pengobatan dan/atauperawatan. 3. Biaya rehabilitasi. 4. Santunan berupa uang meliputi : a. Santunan sementara tidak mampu bekerja. b. Santunan cacat sebagian untuk selamanya. c. Santunan cacat total untuk selamanya baik fisik maupun mental. d. Santunan kematian Sistem Manejemen Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) SMK3 diatur dalam Permenaker No.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.8 Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menghilangkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.8 Tujuan7-8 Tujuan Sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Tujuan Umum K3 sesuai gdn UU No.1 th 1970 adalah : a. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat diwujudkan peningkatan produksi dan produktifitas kerja.
Page | 22
b. Melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja yang selalu dalam keadaan selamat dan sehat c. Melindungi bahan dan peralatan produksi agar di capai secara aman dan efisien. Tujuan khusus: 1. Mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja kebakaran, peledakan dan PAK (Penyakit Akibat Kerja). 2. Mengamankam mesin, instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil produksi. 3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuaian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan. Alasan Penerapan SMK37 Karena SMK3 bukan hanya tuntutan pemerintah, masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya. Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri antara lain : Manfaat Langsung : a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja. b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja. c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam bekerja. Manfaat tidak langsung : a. Meningkatkan image market terhadap perusahaan. b. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan. c. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin lama. Dasar Hukum SMK3 menurut Undang-Undang No 1 Tahun 19708 Pasal 3 ayat 1 Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan Page | 23
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan e. Memberi alat-alat pelindung diri kepada pekerja f. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, pskikis, keracunan, infeksi dan penularan g. Dan lain-lain Sesuai Pasal 3 Permenaker 05/MEN/1996, perusahaan yang mempekerjakan minimal 100 tenaga kerja dan atau ada potensi bahaya ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan SMK3. Alat Pelindung Diri8 Peralatan Perlindungan Diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Peralatan Perlindungan Diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian (APD) harus memenuhi persyaratan : 1. Enak dipakai 2. Tidak mengganggu kerja 3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya Jenis-jenis Peralatan Perlindungan Diri dan Kegunaannya : I. i.
Alat Pelindung Kepala
Topi Pelindung, Pengaman (Safety Helmet ) atau topi proyek: Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena aruslistrik.
Gambar 1: Helm Proyek
Page | 24
ii.
Alat Pelindung Muka dan Mata Berfungsi untuk melindungi muka dan mata dari: a. Lemparan benda-benda kecil. b. Lemparan benda-benda panas. c. Pengaruh cahaya. d. Pengaruh radiasi tertentu.
iii.
Alat Pelindung Telinga (ear plug) Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
iv.
Alat pelindung pernapasan Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti: a. kekurangan oksigen b. pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap dan uap logam) c. pencemaran oleh gas atau uap II.
Alat Pelindung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di esuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
III.
Alat Pelindung Kaki
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb. IV.
Pakaian Pelindung
Berfungsi melindungi tubuh dari percikan air, bunga api, dsb saat bekerja. V.
Safety Belt
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler dan harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg. Jenis- jenisnya : a. Penggantung unifilar b. Penggantung berbentuk U Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U c. Penunjang dada (chest harness) d. Penunjang dada dan punggung (chest waist harness) e. Penunjang seluruh tubuh (full body harness)
Page | 25
Gambar 2 : harness Semua jenis Peralatan Perlindungan Diri harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakanlah pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L “Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan”). Analisis Keselamatan Kerja8 Analisis keselamatan kerja sangatlah penting dilakukan, selain untuk mengetahui sebab terjadinya kecelakaan kerja, juga sebagai evaluasi agar perusahaan tersebut bisa lebih meningkatkan keselamatan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi terbagi dalam 3 golongan bahaya, yaitu: bahaya kimia, bahaya fisik dan bahaya ergonomik. a. Bahaya kimia: terhirup atau kontak kulit dengan cairan metal, cairan nonmetal, hidrokarbon, debu, uap steam, asap, gas dan embun beracun. b. Bahaya fisik: suhu lingkungan yang ekstrim panas, dingin, radiasi non pengion dan pengion, bising, vibrasi dan tekanan udara yang tidak normal. c. Bahaya
ergonomic:
bahaya
karena
pencahayaan
yang
kurang,
pekerjaan pengangkutan dan peralatan. Tiga tahapan penyebab kecelakaan yang dianalisis: a. Penyebab umum : penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan keselamatan dan kesehatan kerja, b. Penyebab terperinci : penyebab yang mengakibatkan terjadinya penyebabumum. c. Penyebab pokok : penyebab paling dasar yang mengakibatkan kecelakaan. Setelah setiap tahapan penyebab dijelaskan, akan diberikan penjelasan tambahan mengenai kondisi lingkungan yang tidak aman dan perilaku yang tidak aman.
Page | 26
Upaya Pencegahan Karena dalam melakukan pekerjaan banyak sekali faktor risiko yang terdapat di lingkungan sekitar, seperti; pajanan fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikologis. Itu semua dapat mempengaruhi kinerja pekerja dalam melakukan pekerjaan. Sehingga upaya pencegahan merupakan upaya yang paling baik untuk mengurangi jumlah pajanan yang didapat. 1) Pajanan fisik a. Bising Upaya pencehagannya adalah dengan program konservasi pendengaran(hearing conservation program) dan penggunaan sumbat telinga(earplug), penutup telinga(ear muff), helm pelindung telinga(ear protektif helmet).5 b. Vibarsi Usahakan menghindari alat-alat yang memiliki efek vibrasi yang besar atau apabila tidak dapat dihindari dapat juga mengurang waktu pajanan terhadap alat tersebut atau memakai alat pelindung seperti sarung tangan yang tebal. c. Pencahayaan Menghindari tempat-tempat yang memiliki pencahayaan yang kurang lalu apabila kurang pencahayaannya perlu ditingkatkan lebih lagi. d. Suhu panas dan dingin Menghindari tempat-tempat sumber pajanan ataupun dapat memakai alat pelindung diri yaitu pakaian yang tebal atau pakaian khusus. e. Radiasi elektromagnetik Menghindari daerah pajanan. 2) Pajanan biologik Pencegahan yang dapat dilakukan adalah : Penerapan Higine perorangan Cara kerja yang aman Pemakaian alat pelindung diri yang sesuai Proteksi yang spesifik(imunisasi dan profilaksis) Penyuluhan dan edukasi mengenai bahaya potensial di tempat kerja dengan gangguan kesehatan yang mungkin timbul.
Page | 27
Penyuluhan dan edukasi higine perorangan dengan penyediaan fasilitasnya (mis : cuci tangan , mandi) Pelatihan cara kerja yang aman beserta pemakaian alat pelindung diri yang sesuai, dengan standard precaution. Surveilans medic terhadap penyakit yang mungkin timbul Penanggulangan di tempat kerja : pengendalian vector dll. 3) Pajanan kimia Perhatikan MSDS-nya Memakai alat pelindung diri menurut aturan. Kurangi besarnya pajanan. 4) Ergonomic Menelaah aturan ergonomic sesuai dengan unsur yang sesuai Memakai alat-alat sesuai dengan aturan Hindari unsafe action 5) Psikologis a. Pencegahan primer Penceggahan primer bertujuan mengurangi insidensi gangguan psikiatrik dalam suatu populasi dan untuk kelompok merka yang tidak termasuk kelompok berisiko. Diusahakan dengan mengurangi atau meniadakan pengaruh buruk lingkungan kerja
dan
memperkuat
kemampuan
individu
untuk
menghadapi
dan
menanggulangi kesulitan yang dihadapinya.4 Dilakukan dengan kampanye promosi dan edukasi kesehatan jiwa dan pesan disampaikan kepada setiap orang yang termasuk kelompok berisiko atau tidak b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan gangguan psikatrik yang dialami pekerja serta mengurangi / memperpendek durasi penyakit. Pencegahan sekunder ditujukan kepada kelompok yang dicurigai terkena risiko atau gangguan stress akibat kerja. c. Pencegahan tersier Difokuskan pada kelompok orang yang telah megalami gangguan stress akibat kerja dan diupayakan untuk dipulihkan kesehatannya. Page | 28
Dalam pencegahan ini diupayakan konseling, pengobatan klinis dan rehabilitsi mental. Setelah pulih dari gangguan stress akibat kerja, pekerja tersebut diupayakan kembali ke tempat kerja semula dengan supervisi dari supervisornya. Gradasi beban kerja ditingkatkan mulai dari kerja ringan, sedang, sampai kembali bekerja seperti semula.
Jelas bahwa kecelakaan kerja menelan biaya yang luar biasa tinggi. Dari segi biaya saja dapat dipahami, bahwa terjadinya kecelakaan kerja harus dicegah. Pernyataan ini berbeda dari pendapat umum jaman dahulu yang menyatakan bahwa kecelakaan adalah nasib. Kecelakaan kerja seolah-olah takdir yang harus diterima. Tidak! Kecelakaan dapat dicegah, asal ada kemauan yang cukup untuk mencegahnya dan pencegahan dilakukan atas dasar pengetahuan yang memadai tentang sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan penguasaan teknik-teknologi upaya preventif terhadap kecelakaan.2 Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan yang terjadi. Metoda analisis penyebab kecelakaan harus betul-betul diketahui dan diterapkan sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukannya identifikasi bahaya yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengakses besarnya risiko bahaya. Tujuan Pencegahan Kecelakaan kerja di dasarkan pada 3 hal :2 1. Perikemanusian. Pekerja bukanlah mesin yang dapat diperlakukan sebagai benda mati. Sebagai sesama manusia, pekerja juga menuntut untuk di perlakukan sebagai manusia yang utuh. Dampak dari kecelakaan kerja akan lebih lanjut dirasakan bila pekerja yang bersangkutan adalah kepala keluarga yang bekerja untuk menafkahi keluargannya. 2. Mengurangi Ongkos Produksi Berkurang kecelakaan kerja akan mengurangi ongkos produksi yang disebabkan oleh biaya langsung & biaya tidak langsung dari suatu kecacatan. Page | 29
3. Kelangsungan Produksi Kesanggupan perusahaan untuk berproduksi secara terus menerus merupakan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Bagaimanapun ringannya suatu kecelakaan, pada hakekatnya mengakibatkan hilangnya waktu produksi yang besarnya sesuai dengan derajat cacad yg terjadi. Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin-mesin alat kerja, perkakas kerja, dan manusia. Lingkungan harus memenuhi syarat-syarat lingkungan kerja yang baik, pemeliharaan rumah tangga yang baik, keadaan gedung yang selamat dan perencanaan yang baik. Syarat-syarat lingkungan kerja meliputi ventilasi, penerangan cahaya, sanitasi dan suhu udara. Pemeliharaan rumah tangga perusahaan meliputi penimbunan, pengaturan mesin, bejana-bejana dan lain-lainnya. Gedung harus memiliki alat pemadam kebakaran, pintu keluar darurat, lobang ventilasi, dan lantai yang baik.4 Mesin-mesin, alat-alat dan perkakas kerja harus memenuhi perencanaan yang baik, cukup dilengkapi alat-alat pelindung , dan lain-lain. Selain tentang perencanaan, perawatan mesin-mesin dan perkakas kerja juga harus diperhatikan. Kurangnya perawatan sering mengakibatkan bencana besar, seperti misalnya peledakan mesin-mesin diesel.4 Tentang factor manusia harus diperhatikan adanya aturan-aturan kerja, kemampuan pekerja, kurangnya konsentrasi, disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidakcocokan fisik dan mental. Ketidakmampuan pekerja meliputi kurangnya pengalaman, kurangnya kecakapan, dan lambatnya mengambil keputusan. Konsentrasi berkurang biasanya sebagai akibat ngelamun, kurangnya perhatian, dan tidak mau memperhatikan, atau pelupa. Cara kerja yang mendatangkan bahaya ialah iseng atau main coba-coba, ambil cara pendek atau mudahnya, dan sifat tergesa-gesa. Ketidakcocokan mental yang terutama perlu diatasi adalah kelelahan mental berupa kejemuan, sifat pemarah yang hebat , dan mudah tersinggung.4 Pemeriksaan kesehatan sebelum dan pada waktu kerja akan berguna dalam menemukan factor-faktor manusia yang mendatangkan kecelakaan. Latihan kerja selalu mengurangi jumlahnya kecelakaan, oleh karena pengalaman dan keterampilan ditingkatkan. Pengawasan yang kontinu akan mempertahankan tingkat keselamatan dan usaha-usaha pemberantasan Page | 30
kecelakaan. Sebaliknya peringatanpun sangat perlu, bahkan sampai kepada pemberhentian pekerja-pekerja yang mengabaikan tindakan-tindakan atau aturan-aturan pencegahan kecelakaan.4 Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan kerja, yaitu: 9 1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara fisik maupun mental. 2. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja 3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya. 4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka mentaatinya. 5. Penggunaan pakaian pelindung 6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat bising. 7. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat dihisap dan dialirkan keluar. 8. Substitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali. 9. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara ke dalam ruang kerja sesuai dengan kebutuhan. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan sistem rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi :9 1. Pemeriksaan Awal adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon/pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan Page | 31
pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. Anamnese umum Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi: a. Anamnese pekerjaan b. Penyakit yang pernah diderita c. Alergi d. Imunisasi yang pernah didapat e. Pemeriksaan badan 2. Pemeriksaan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan. 3. Pemeriksaan Khusus yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya.
Dampak Kecelakaan Kerja Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:5 1. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin, pesawat alat kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja. 2. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan dai dalam organisasi dalam proses produksi.
Page | 32
3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja akan bersedih. 4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan juga akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat. 5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang dan berakibat kematian. Tiap kecelakaan adalah kerugian; kerugian ini terlihat dari adanya dan besarnya biaya kecelakaan. Biaya untuk kecelakaan ini sering sangat besar, padahal biaya itu menjadi beban Negara dan rakyat seluruhnya. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi. Biaya langsung adalah biaya atas PPPK, pengobatan, dan perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan-bahan, alat-alat dan mesin. Biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja-pekerja lainnya menolong atau tertarik oleh peristiwa kecelakaan itu, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang sedang menderita oleh karena kecelakaan dengan orang baru yang belum biasa bekerja di tempat itu, dan lain-lainnya lagi.4 Selain itu penyelidikan menunjukkan, bahwa selain kecelakaan besar terdapat kecelakaan-kecelakaan kecil-kecil. Yang biasa dicatat dan dilaporkan adalah kecelakaan besar, kecelakaan-kecelakaan keci tidak, padahal justru jumlah keseluruhan dari kecelakaankecelakaan kecillah biayanya terbesar. Sebagai penjelasan, kecelakaan kecil adalah kecelakaan yang tidak menyebabkan pekerja tidak masuk kerja sebagai akibat kecelakaan tersebut. Biasanya pada kecelakaan kecil pekerja yang tidak bersangkutan sehat, tetapi ia tidak dapat melaksanakan pekerjaannya. Contoh kecelakaan kecil ialah luka pada telunjuk; badan sehat; tapi oleh karena telunjuk luka, pekerja tidak bisa kerja.4 Selain itu, dampak dari kecelakaan juga dapat menyebabkan nama perusahaan yang sering mengalami kecelakaan kerja itu buruk. Karena mungkin dianggap tidak dapat mengendalikan K3 dengan baik dan benar. Dari segi psikologi juga dapat berpengaruh, yaitu dalam rasa aman dan juga trauma yang dialami setelah mengalami kecelakaan kerja tersebut. 4
Page | 33
Syarat- syarat keselamatan tangga Tangga harus terbuat dari bahan yangbaik dam memiliki kekuatan yang tepat ditinjau dari sudut beban dan tekanan yang dihadapinya. Bisa terbuat dari bambu dan kayu untuk pemakaian sehari- hari. Bila kayu ukuran kayu harus cukup besar. Jika dipakai kayu borneo ukuran sebagai berikut: 1. Jika tinggi tangga tidak lebih dari 3 meter, kayu tegak hendaknya berukuran 5 x 7 cm dan anak tangganya 2 x 7 cm 2. Jika tingginya lebih dari 3 meter, kayu tegak hendaknya berukuran 3 x 10 cm dan anak tangga 2,5 x 7 cm Dibawah ini dapat contoh dari tangga yang baik Bagian- bagian kayu yang dipergunakan untuk tangga harus terbuat dari bahan dengan kualitas baik, harus memiliki serat- serat yang panjang, harus berada dalam keadaan yang baik, dan tidak boleh dicat atau dibuat sedemikian sehingga cacat- cacatnya tidak diketahui. Teras atau bentuk- bentuk tak teratur lainnya pada serat- serrat kayu mungkin menjadi sebab terjadinya patah, jika beban yang relatif besar ditempatkan pada tangga atau jika tangga tersebut terkena perubahan beban yang besar. Tempat- tempat lemah pada tangga mudah disembunyikan dengan pengecatan. Maka dari itu, pengecetan tidak diperbolehkan. Penggunaan pernis diperbolehkan, asal tembus cahaya sehingga kualitas kayu mudah diperiksa. Selanjutnya perlu diperhatikan hal- hal sebagai berikut: 1. Setiap tangga yang dipakai untuk naik dan turun harus memiliki panjang sekurang- kurangnya 1 meter diatas tempat yang tertingi yang akan dicapai setiap orang yang menggunakan atau satu dari sisi tegaknya mempunyai panjang 1 meter lebih untuk diggunakan sebagai pegangan 2. Tangga tidak boleh berdiri diatas bata- bata atau barang lain yang goyah, harus berdiri di dataran yang kokoh 3. Tangga harus ditaruh sedemikian agar atas dan bawah tidak mungkin bergerak. Jika bagian atas tidak bisa dikokohkan letaknya, bagian bawah harus kuat kedudukannya terhadap Page | 34
lantai. Jika kedudukan dilantai juga tidak bisa dikokohkan, orang lain harus memegang tangga dari bawah 4. Cara kerja harus menjamin agar tangga tidak bergerak ke samping 5. Tangga
yang
sangat
panjang
harus
dikokohkan
kedudukannya terhadap penunjang 6. Tangga-tangga harus-ditunjang secara sama dan tepat pada kedua sisinya. 7. Jika suatu tangga menghubungkan beberapa lantai, tangga harus dilengkapi pasangan perancah dan suatu tempat untuk singgah ke lantai yang bersangkutan dengan lobang yang sekecil mungkin. 8. Suatu tangga yang anak tangganya cacat atau hilang tidak boleh dipakai 9. Pemasangan anak tangga harus sedemikian sehingga tidak hanya tergantung dari paku saja, tetapi lebih kokoh lagi. C. PEMAKAIAN TANGGA Di PERUSAHAAN. Tangga-tangga banyak dipakai di perusahaan-perusahaan atau. tempat-tempat kerja. Untuk keperluan tersebut perlu diikuti pedoman-pedoman sebagai berikut: 1.
Tersedianya tangga dalam jumlah yang cukup menurut jenis dan panjang yang tepat merupakan kebutuhan di perusahaan atau tempat keija khususnya untuk pekerjaan perawatan dan pembaikan.
2.
Tangga-tangga harus selalu dipelihara dalam kondisi yang sebaik-baiknya dan harus diperiksa secara teratur oleh orang-orang yang kompeten.
3.
Tangga-tangga dengan anak-anak tangga yang hilang atau cacat tidak boleh dikeluarkan untuk dipakai atau diterima untuk dipergunakan.
4.
Tangga-tangga yang kurang sempurna harus segera diperbaiki
5.
Tangga-tangga harus dilengkapi landasan penguat yang tidak selip, jika landasan tersebut membantu mengurangi bahaya terselip. 4
Page | 35
Daftar Pustaka 1. Usaha-Usaha Pencegahan Terjadinya Kecelakaan Kerja. Edisi Juni 2008. Diunduh dari http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/1822345-usaha-usahapencegahan-terjadinya-kecelakaan/ 2. Kecelakaan
Kerja.
Edisi
Februari
2010.
Diunduh
dari
http://tuloe.wordpress.com/2010/02/20/penyebab-kecelakaan-kerja/ 3. Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. Edisi Februari 2010. Diunduh dari http://tuloe.wordpress.com/2010/02/20/penyebab-kecelakaan-kerja/ 4. Suma’Mur PK. Kecelakaan Akibat Kerja. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung Agung; 2009.h.212-7 5. Billy N. Dasar Hukum dan Keselamatan Kerja. Edisi April 2008. Diunduh dari http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/dasar-hukum-keselamatan-kesehatan-kerja/ 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
Diunduh
dar
http://www.jamsosindonesia.com/kjs/files/PerUU/Jamsostek/UU%20No_%203_1992_ja msostek.pdf 7. Silalahi, Bennett N.B, Rumondang.1991. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. 8. Faktor
Penyebab
Kecelakaan
Kerja.
Diunduh
dari
http://www.scribd.com/doc/55412984/8/Faktor-Penyebab-Kecelakaan-Kerja
Page | 36