Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
NIKAH: SUATU TINJAUAN PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Tatta Herawati Daulae
Abstract Marriage in language means ”coltus” and ”forgather”. Based on the terms, marriage is aqad which gives the benefit of law that permits people to have family relation (husband, wife) between man and woman, holds helping and gives the right limitation of the owner and the fulfillment of the obligatims for each other (Abu Isroh). The aims of marriage is fullfil religions guedance in building sakinah, mawaddah and rahmah family. From shar’i marriage nas the important values, they are; it can keep descent (maintain nasah), natural tendency and humanism values, keeps the holiness of descent, saves society from morale decadency, gets peace of mind and fostering love, makes people free from varrions diseases and built the sprit of responsible. Keywords: marriage, islamic education Abstrak Nikah dalam bahasa berarti jimak dan berhimpun. Menurut istilah nikah adalah aqad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami, istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masingnya (Abu Isroh). Tujuan nikah ini untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang sakinah, mawaddah dan Rahmah. Dari pensyariatan nikah mengandung nilai-nilai yang sangat penting, yaitu, dapat melestarikan keturunan, (memelihara nasab), Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
85
menjaga fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan, memelihara kesucian keturunan, menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral, memperoleh ketenangan jiwa dan menumbuhkan rasa kasih sayang membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit dan menumbuhkan semangat bertanggung jawab. Kata Kunci: Nikah, Pendidikan Islam Pendahuluan Nikah adalah salah satu asal pokok hidup yang terutama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan turunan kemudian dipandang sebagai satu jalan menuju perkenalan antara suatu kaum dengan yang lain, serta perkenalan itu akan menjadi jalan buat menyampaikan kepada bertolong-tolongan antara satu dengan yang lainnya. Pertalian nikah adalah yang seteguh-teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia bukan saja antara suami istri dan turunan bahkan antara dua keluarga. Dari sebab pergaulan antara si istri dengan suaminya, kasih mengasihi, akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua belah pihaknya. Sehingga mereka itu dalam segala urusan tolong sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan menjaga segala kesejahteraan. Selain dari pada itu dengan perkawinan seseorang akan terpelihara dari pada kebinasaan hawa nafsu. Pernikahan ini adalah untuk memberi dasar kesucian dalam pergaulan hidup laki-laki dan perempuan, sehingga dari kumpulan rumah tangga yang baik dan suci ini, akan membentuk satu lingkungan kehidupan masyarakat yang baik dan suci pula. Melihat kedudukan serta tujuan pensyariatan nikah tersebut tentu banyak mengandung nilai-nilai pendidikan. Nikah 1. Pengertian Pernikahan adalah satu ketentuan untuk mengikat hubungan lahir dan bathin antara pria dan wanita, karena itu pernikahan ini sesuai dengan fitrah manusia yang selalu menghajatkan hubungan dengan lawan jenisnya.
86
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
Menurut pengertian sebagian fuquha perkawinan ialah aqad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan kelamin dengan lafadl nikah atau ziwaj atau yang semakna keduanya.1 Abu Ishrah menyatakan bahwa nikah adalah “Aqad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong menolong dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta kewajiban bagi masing-masingnya. Tegasnya, perkawinan ialah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketenteraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah Swt. 2. Dasar Pelaksanaan Perkawinan Dalam pelaksanaan perkawinan didasarkan kepada firman Allah:
... Artinya: ”Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja”.2 Dan sabda Rasulullah Saw:
يا يؼشرانشثاب يٍ اسطاع يُكى انثاءج فهيتسٔج فاءَّ اغض نهثصرٔا حصٍ نهفرج ٔيٍ نى ّيستطغ فؼهيّ يا نصٕو فاَّ نّ ٔجااء رٔاِ انجًاػ Artinya: “Hai pemuda-pemuda, barang siapa yang mampu diantara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin, karena sesungguhnya -perkawinan itu akan memejamkan matanya terhadap orang yang tidak halal dilihatnya, dan akan memeliharanya dari godaan syahwat, dan siap yang tidak mampu hendaklah berpuasa karena dengan puasa hawa nafsu akan terpelihara”.3
1
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, Ilmu Fiqih Jilid I, (Jakarta: 1985), hlm. 48. QS. An-Nisa : 3. 3 Ibnu Hajar al-Asqolani, Bulughol Murom, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1996), hlm. 200. 2
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
87
3. Tujuan Pernikahan Dalam melangsungkan perkawinan harus mempunyai Tujuan. Menurut Hadis di atas tujuan perkawinan ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam angka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan lahir dan batinnya, sehingga timbullh kebahagiaan yakni kasih sayang antara anggota keluarga. Kalau diringkas ada dua tujuan orang melangungkan perkawinan yaitu memenuhi naluri dan memenuhi petunjuk agama. Melihat dua tujuan di atas, dan memperhatikan uraian Imam Al-Ghozali dalam Ihyanya, bahwa tujuan perkawinan ada lima yaitu: Mendapatkan dan melangsungkan keturunan a. Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan kasih sayangnya b. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan c. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab untuk memperoleh harta kekayaan yang halal d. Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang Faried Ma’ruf Noor mengatakan, bahwa tujuan perkawinan menurut ajaran Islam ada 6 yaitu: a. Untuk menegakkan dan menjunjung tinggi syariat agama b. Untuk memelihara berlakunya hubungan biologis c. Untuk menjaga fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan d. Untuk mencapai ketenteraman hidup e. Untuk mempererat serta memperluas hubungan persaudaraan f. Untuk memelihara kedudukan harta pusaka.4 Pendidikan Islam Pendidikan secara etimologi berasal dari kata didik yang berarti proses pengubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan latihan. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, pedagogie yang berarti bimbingan yang
4
88
Faried Ma’ruf Noor, Menuju Sejahtera dan Bahagia, (Jakarta: Al-Ma’arif, 1980), hlm. 3.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
diberikan kepada anak, kemudian istilah ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan kata education yang berarti pengembangan atau bimbingan.5 Pendidikan agama Islam merupakan upaya terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadist melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, dan penggunaan pengalaman.6 Dasar-dasar pendidikan agama Islam itu meliputi al-Qur’an dan alHadis/sunnah yang merupakan sumber ajaran yang paling utama. Dimana alQur’an al-Hadist ini akan menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.7 Pendidikan sangat dibutuhkn oleh semua orang, khususnya pendidikan yang baik, karena pendidikan yang baik memberi sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu, baik jasmaniah maupun rohaniah. Dapat juga membantu menumbuhkan kesediaan, bakat-bakat, keterampilan-keterampilan, begitu juga memperoleh pengetahuan. Oleh sebab iu pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia tidak boleh terhenti atau terputus. Makna pendidikan ini tidak semata-mata diperoleh dari sekolah saja, tapi sangat luas, baik melalui kursus-kursus, latihan-latihan begitu juga melalui bimbingan, makanya dikatakan bahwa pendidikan itu adalah usaha membantu anak dengan sengaja atau dengan jalan membimbingnya menjadi yang dewasa, bertanggung jawab apa yang dilakukannya, baik jasmani maupun rohani, begitu juga pendidikan Islam itu adalah bimbingan jasmani dan rohani, berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam.8 Jadi pendidikan itu harus dilakukan sedini mungkin, di rumah maupun di luar rumah, agar seseorang tumbuh kembang dengan baik dengan harapan menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
5
Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 2. 6 Mardianto, Pesantren Kilat, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 6. 7 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadist, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 54. 8 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), hlm. 23.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
89
Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Nikah Nikah adalah suatu aqad (ijab dan qabul) untuk menghalalkan hubungan antara pria dan wanita yang bukan muhrimnya dengan tujuan membentuk keluarga yang sah. Karena itulah, maka Rasulullah Saw amat menganjurkan agar umatnya bernikah (hidup berkeluarga menurut ketentuan agama). Beliau menjelaskan:
اٌ انُثي صهٗ هللا ػهيّ ٔسهى حًدهللا ٔاثٗ ئٍ ػهيّ ٔقا ل نكٍ اَا اصهٗ ٔاَا و ٔاصٕو ٔافظر .ّ يتفق ػهي.ٔاتسٔج انُسا ء اتساء فًٍ رغة ػٍ سُتئ فهيس يُئ Artinya: ”Bahwa Nabi Saw memuji Allah dan menyebut-nyebut kebaikannya, dan berkata, akan tetapi saya sholat, dan saya tidur, saya puasa, saya berbuka dan saya kawin dengan perempuan, saya tidak suka dengan sunnahku maka bukan golonganku”.9 Dalam Al-Qur’an pun diperintahkan untuk mengawinkan orang-orang yang sendirian:
Artinya: ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui”.10 Dari dua dalil di atas (qur’an dan hadis), menunjukkan bahwa nikah merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan bagi orang-orang yang sudah betul-betul mampu. Rasulullah menganjurkan nikah, karena setiap ibadah yang dilaksanakan dengan mengharapkan ridho Allah Swt sungguh banyak nilainya, maka khusus dalam tulisan ini tentang nikah, yang akan melihat nilainya dari segi nilainya pendidikan. Dari buku-buku dan pendapat para pakar bahwa dalam nikah terdapat hikmah antara lain: 1. Melestarikan keturunan (Memelihara Nasab) 2. Menjaga fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan 9
Ibnu Hajar, Op.cit., hlm, 200. QS. An-Nur/24: 32.
10
90
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
3. 4. 5. 6. 7.
2015
Memelihara kesucian keturunan Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral Memperoleh ketenangan jiwa dan menumbuhkan rasa kasih sayang Membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit Menumbuhkan semangat bertanggung jawab. Melestarikan Keturunan (memelihara nasab)
Dalam melaksanakan kehidupan di alam ini, dan untuk terus adanya keturunan (dzurrizh) umat manusia, Allah wujudkan naluri (thabiiyah) saling membutuhkan antara laki-laki dan perempuan. Karena tidak sempurna kehidupan seseorang tanpa memiliki pasangan. Maka untuk mengatur hubungan antara lakilaki dan perempuan Allah Swt menetapkan suatu peraturan yang dinamakan nikah. Dengan nikah ini manusia akan memiliki keturunan, manusia sangat mendambakan keturunan dalam pernikahannya, karena seorang laki-laki (suami) tidak akan merasa sempurna tanpa memiliki keturunan, hal ini diungkapkan dalam firman Allah:
Artinya: ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak”.11 Anak adalah merupakan lanjutan darah daging dari orang tua. Anak adalah pengikut dan pengukuh perkawinan. Anak adalah amanah Allah kepada orang tua, maka melalui perkawinan ini akan terpeliharalah keturunan seseorang (silsilahnya), dan dengannya akan terwujudlah keluarga, kerabat, famili dan ahli waris.12 Dengan nikah, nasab seseorang menjadi suci dan terang. Dengan nasab ikatan kekeluargaan terpelihara, terbina dan menimbulkan kasih sayang yang bertanggung jawab. Dengan nikah terwujud keturunan yang sah, sanak saudara, famili dan kerabat, tanpa nikah merosotlah derajat manusia laksana hewan. 13 Karena itulah Rasulullah menganjurkannya. Beliau sendiri dan Rasul-rasul sebelumnya adalah menikah. Firman Allah:
11
QS. Ali Imron/3: 14. Ahmad Usman, Petunjuk Membina Keluarga Bahagia, (Surabaya: Toha Putra), hlm. 53. 13 Ibid., 12
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
91
Artinya: ”Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan.14 Disisi lain dapat dilihat Rumah tangga dan keluarga adalah sumber manusia, yang bermakna bahwa dari rumah tanggalah lahirnya generasi keturunan umat manusia yang akan mengisi alam ini. Jika diperhatikan setiap hari selalu bertambah, padahal asalnya hanya Nabi Adam as lahir keturunan yang banyak, berbagai macam bangsa, sehingga dapat mengisi seluruh penjuru dunia. Firman Allah:
Artinya: ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak”.15 Sedangkan bagi pengembangan keturunan manusia tersebut, semuanya dilakukan dalam kehidupan rumah tangga (melalui perkawinan). Oleh karenanya rumah tangga berfungsi sebagai tempat mengembangkan keturunan, tempat mempersiapkan lahirnya generasi ummat yang akan mewarisi dan melanjutkan generasi sebelumnya pada masa mendatang, sampai sedunia ini mengakhiri peranannya. Dalam hal ini menjadi sunatulloh yang berlaku bagi kehidupan manusia di dunia ini, bahwa kelahiran satu generasi turunan manusia itu adalah untuk melestarikan keturunan (memelihara nasab) serta sebagai pengganti terhadap generasi yang hidup sebelumnya. Kehilangan satu generasi ummat yang terdahulu, selalu diganti oleh generasi berikutnya sebagai generasi pengganti generasi dan penerus yang akan mengisi kehidupan di dunia ini. Menjaga Fitrah dan Nilai-nilai Kemanusiaan Pernikahan adalah satu ketentuan untuk mengikat hubungan lahir dan batin antara laki-laki dan perempuan, karena itu pernikahan ini sesuai dengan fitrah manusia yang selalu menghajatkan hubungan dengan lawan jenisnya, 14 15
92
Al-Qur’an Aro’du/13: 38. QS. Annisa/4: 1.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
makanya membujang merupakan suatu pelanggaran atas naluri manusia. Inilah sebabnya mengapa Islam tak mengizinkan membujang atau paham kebiaraan satu jalan hidup. Firman Allah:
Artinya: ”Dan mereka mengada-adakan Robbaniyah Padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah”.16 Islam memandang sifat kedewasaan (sifat kebapaan dan keibuan) merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Sekarang ini banyak orang yang akan menolak untuk mengambil tanggung jawab sebagai orang tua dengan dalil tak cukupnya kekayaan untuk menunjang kehidupan keluarga. Ajaran Islam tidak membenarkan bahkan sangat mencela terhadap orang-orang yang sengaja menjauhi pernikahannya (celibacy). Perbuatan membujang seumur hidup bagi pria dan wanita adalah perbuatan yang sangat menyimpang dan fitrah kejadian manusia itu sendiri. “Perbuatan demikian itu tidak menguntungkan, baik ditinjau dari segi subjektif, maupun tinjauan dari segi perkembangan sosial, atau menurut istilah lain, hidup membujang itu akan menghilangkan kehormatan diri pribadi, baik menurut pandangan agama, maupun menurut pandangan masyarakat”.17 Dengan adanya pernikahan ditinjau dari segi pendidikan, kehormatan dan kesucian diri setiap muslim akan terpelihara, sebab dengan pernikahan ini manusia akan bersikap dewasa dalam arti sudah mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya dan terhadap keluarganya, serta akan selalu memelihara dan menjaga dirinya dari setiap perkara yang dapat menimbulkan cacat dan cela serta fitnah dari pandangan masyarakat di sekelilingnya. Maka sungguh jelas bahwa dengan pernikahan fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai makhluk Allah yang mulia dapat terpelihara. Orang-orang yang belum mampu untuk melangsungkan pernikahan karena sesuatu hal yang benar-benar menjadikan dirinya tidak mampu, ajaran Islam menganjurkan agar setiap muslim memelihara kehormatan dirinya yaitu dengan jalan menahan keinginan syahwatnya (berpuasa) dari perbuatan yang akan menjerumuskan kepada perbuatan-perbuatan yang hina dan tercela 16 17
QS. Al-Hadid/57: 27. Farid Ma’ruf Noor, Op.cit., hlm. 25.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
93
seperti perzinaan, pelacuran, serta sebangsanya homo sex, lesbian dan onani. Firman Allah:
Artinya: ”Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah memelihara kehormatan dirinya, hingga Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunianya”.18 Memelihara Kesucian Keturunan Dalam pandangan masyarakat dan agama, orang yang memelihara keturunan hasil dari perhubungan gelap (perzinahan) sangat tercela dan hina. Perbuatan tersebut disamping akan menghilangkan kehormatan diri pribadi juga akan menghilangkann kehormatan keturunan. Pada kehidupan masyarakat kita, anak-anak yang dilahirkan karena perzinaan dianggap manusia kotor, hina dan rendah. Padahal Islam memandang terhadap setiap anak yang dilahirkan sama derajatnya. Menikah merupakan jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab.19 Dalam kehidupan sehari-hari, jarang kedapatan orang yang suka berbuat maksiat dapat memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anaknya. Biasanya mereka itu akan memberikan pendidikan yang sesuai dengan sifat dan kepribadian mereka. Dalam hal inilah syariat Islam memberikan satu kriteria dalam hal memilih jodoh yaitu persyaratan keturunan (nasab), “karena faktor keturunan ini menentukan sekali terhadap nilai-nilai watak, sikap, akhlak serta kepribadian keturunan walaupun tidak bersifat mutlak.20 Karena pentingnya faktor keturunan ini terhadap penentuan watak serta tabiat seseorang, Rasulullah Saw telah mengatakan bahwa orang yang cantik dari keturunan orang-orang yang jahat harus dihindari, oleh sebab itu jika ditinjau dari segi pendidikan pernikahan ini sangat penting artinya dan menjadi dasar yang fundamental bagi pembentukan satu kehidupan rumah tangga yang bahagia dalam rangka mempersiapkan dan memelihara kesucian keturunan di belakang hari.
18
QS. An-Nur/24: 33. Sayyid Sabiq, fiqh Sunnah Jilid 2, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2008), hlm. 488. 20 Farid Ma’ruf Noor, Op.cit., hlm. 29. 19
94
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
Menyelamatkan Masyarakat dari Dekadensi Moral Agama adalah satu aturan ketentuan Allah untuk mengatur kehidupan manusia yang harus diindahkan oleh setiap manusia yakni dengan melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya daalam rangka mencapai kebahagiaan hidup di dunia da di akhirat. Pernikahn ini adalahsalah satu dari ketentuan Allah yang telah digariskan dalam agamanya untuk mengatur pergaulan hidup antara laki-laki dan perempuan, serta memelihara kebersihan di dalam percampuran antara laki-laki dan perempuan, agar tidak terjatuh pada kehinaan yakni satu pergaulan bebas. Setiap manusia menghajatkan pergaulan dengan lawan jenisnya dan bergaul dengan sesamanya, sedangkan dengan lawan jenis dan berkumpul dengan sesamanya adalah menjadi fitrah setiap insan. Dewasa ini dikalangan muda mudi yang kurang mengenal pendidikan Agama, terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari peraturan-peraturan pernikahan, sehingga sering terjadi hubungan diantara jejaka dan gadis-gadis di luar pernikahan dan sebelum nikah. Pergaulan bebas antara pria dan wanita sangat berbahaya bagi agama. Terutama terhadap muda-mudi. Agama melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya saling kawin mengawini, berada di suatu tempat tersendiri berdua-duaan, karena nanti akan hadir sebagai pihak ke tiga. “Bahwa pada manusia apakah itu laki-laki atau perempuan pada dirinya terdapat “dasar birahi” yang tidak dapat dirasakan karena terletak di bawah ambang kesadaran, dimana manusia sendiri amat lemah terhadap daya tarik yang berhubungan dengan rasa birahi itu, sehingga apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan berhadaphadapan sendiri memungkinkan timbulnya kortsluiting dari kedua belah pihak21 dan disebutkan bahwa sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling kuat dan keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Bila mana jalan keluar tidak dapat memuaskannya maka banyaklah manusia yang mengalami kegoncangan dan kacau serta menerobos jalan yang jahat, pernikahanlah jalan alami dan biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluri seks ini.22 Sekarang banyak hal yang mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama generasi muda berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang medis 21
Z. Kasizan, Tinjauan Psikologis Larangan Mendekati Zina, Moh. Tauchid (ed) Karya Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa, hlm. 30. 22 Sayyid Sabiq, Op.cit., hlm. 487.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
95
yang dapat menemukan obat-obatan untuk mencegah terjadinya kehamilan. Obatobatan tersebut banyak dipakai penyelewengan pada anak muda, sehingga bagi mereka bukan masalah yang tabu lagi dalam melakukan perzinaan. Perbuatan zina adalah satu dosa besar, sedangkan akibat dari perbuatan zina tersebut selain akan mendapat hukuman Allah di akhirat, akan diperlihatkan pula akibatnya di dunia. Perbuatan zina merupakan salah satu Dekadensi Moral yang sangat merugikan kehidupan kedua belah pihak serta merusak masa depannya. Karena pentingnya menghindari Dekadensi Moral ini Allah memberikan ancaman keras kepada pelaksanaannya.
Artinya: ”Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina, sesungguhnya zina itu kotor dan jalan yang sesat”.23
Artinya: ”Dan janganlah kamu berzina, dan siapa yang berbuat demikian ia telah menempuh dosa yang besar”.24
Artinya: ”Wanita dan pria yang berzina, kedua-duanya deralah seratus kali”.25 Oleh sebab itu, dengan melaksanakan ajaran Agama Islam yakni Nikah, manusia akan selamat dari dekadensi moral. Sabda Rasulullah Saw:
يا يؼثرانثثاب يٍ استطاع يُكى انثاءج فهيترٔج فاَّ اغض نهثصرٔا حصٍ نهفرج ٔيٍ نى يستطغ رٔاِ انجًا ػح.فؼهيّ تا نصٕو فاَّ نّ ٔجاء Artinya: ”Hai pemuda-pemuda barangsiapa yang mampu diantara kamu serta berkeinginan untuk kawin hendaklah dia kawin, karena sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan matanya terhadap orang yang tidak halal dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan yahwat, dan siapa yang tidak
23
QS. Bani Isroil/17: 32. QS. Al-Furqon/25: 68. 25 QS. An-Nur/24: 3. 24
96
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
mampu hendaklah berpuasa, karena hawa nafsunya akan terpelihara”.26 Disamping itu dikatakan orang yang beruntung adalah orang yang mukmin yang menjaga farjinya (Q.S. Almukminun: 5). Maka setiap orang mukmin harus menjaga farjinya. Jika tidak dapat memeliharanya akan menimbulkan perbuatan zina. Sedangkan bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dari perbuatan zina itu sungguh besar yaitu: 1. Perzinaan sebagai patologi sosial 2. Perzinaan sebagai sumber kejahatan dan korupsi 3. Perzinaan sebagai penghancur moral bangsa 4. Perzinaan sebagai perusak keturunan Perzinaan sebagai penghambat pembentukan keluarga bahagia.27 Dalam kitab Al-kabair, disebutkan bahaya zina itu ada 6, tiga di dunia yaitu hilang sinar muka, memperpendek umur, dan mengekalkan kemiskinan, tiga diakhirat yaitu, murka Allah, buruk perhitungan dan siksa neraka. Begitu juga hal-hal yang mengantarkan pada mendekati perbuatan zina harus dijaga seperti: 1. Mode dan mekap 2. Pergaulan bebas 3. Film, gambar, dan bacaan porno 4. Panti pijat dan mandi uap 5. Bar-bar dan klab-klab malam.28 Memperoleh Ketenangan Jiwa dan Menumbuhkan Rasa Kasih Saying Hidup berumah tangga bukan untuk mencari-cari kesulitan, akan tetapi berumah tangga adalah untuk mencari ketenangan dan ketenteraman serta menumbuhkan rasa kasih sayang, firman Allah:
26
Ibnu Hajar Asqolani Op. cit., hlm. 200. Kasjian, Op.cit., hlm. 86. 28 Ibid., hlm. 23-41. 27
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
97
Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.29 Ketenangan jiwa mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia, khususnya dalam rumah tangga. Ini merupakan kekuatan dari dalam yang memadukan semua unsur pada diri manusia, ia menjadi penggerak dari dalam yang membawa kepada pencapaian tujuannya. Dengan menikah badan menjadi segar, jiwa menjadi tenang mata terpelihara dari melihat yang haram perasaan tenang menikmati barang yang halal.30 Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam hidup manusia. Maka melalui pernikahan akan tumbuh rasa kasih sayang antara suami dan istri, kasih sayang itu terpantul dalam sikap, tindakan, pelayanan dan kata-kata yang membawa ketenteraman bagi suami dan istri. Membebaskan Masyarakat dari Berbagai Penyakit Pengendali utama kehidupan manusia adalah Agama, dengan mengamalkan ajaran agama (syariat Islam), manusia akan terhindar dari berbagai penyakit, baik penyakit jasmaniah maupun rohaniah. Dalam dunia modern, orang kelihatannya kurang mengindahkan ajaran Agama, banyak muncul perbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama, seperti berbuat zina, ini dapat menyebarkan penyakit Aids. Padahal Al-Qur’an mengatur kehidupan berkelamin, yang sangat terjamin kesuciannya dan kebersihannya. Maka Al-Qur’an menyatakan senggama adalah berdasar fitrah, ini sesuai dengan pendapat ilmu kesehatan. Dalam sejarah dapat dijelaskan bahwa, sebelum datang Islam atau masyarakat Jahiliyah hidup dalam keadaan yang tidak sehat, jasmani mereka sangat rusak oleh minuman-minuman keras dan perbuatan sex yang sangat melewati batas. Apa yang mereka sukai, mereka makan, meskipun mengganggu kesehatannya, sehingga terjangkit penyakit kelamin karena perzinaan merajalela.
29 30
98
QS. Ar-Rum/30: 21. Sayyid Sabiq, Op.cit., hlm. 487.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
Ditambah dengan rohani mereka penuh dengan penyakit kemusyrikan, kekafiran dan ketakhayyulan. Dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah, ummat Islam menjadi sehat dan kuat, karena Islam melarang minum-minuman keras yang membahayakan kesehatan. Islam melarang berzina yang menghancurkan keturunan karena penyakit kelamin. Dan rohani mereka pun menjadi sehat setelah meninggalkan, kemusyrikan, kekafiran dan ketakhayyulan. Dengan perkawinan dapat membebaskan masyarakat dari penyakit stres, gelisah, cemas, mudah marah, serta penyakit kepala. Karena permasalahan yang terjadi, tidak mmpu menyelesaikannya dengan sendirian. Maka dengan perkawinan akan memiliki teman musyawarah, teman menyelesaikan masalah serta teman berkonsultasi. Makanya dikatakan bahwa dengan perkawinan itu akan terhindar dari penyakit, karena di dalam ada sakinah (ketenangan), ada mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang). (Q.S. Arrum: 2)
Artinya: ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Disamping itu, melalui perkawinan dapat membebaskan manusia dari penyakit impoten dan kemandulan karena orang yang membujang terus menerus akan dikhawatirkan impoten dan mandul, makanya Rasulullah menganjurkan melaksanakan pernikahan bagi orang yang mampu dan jangan terus membujang. Untuk mencapai daya intelektual yang penuh, maka perlu adanya perkembangan kelenjar seksual yang baik serta pengendalian nafsu syahwat yang berdayaguna. Kalau kedua daya ini diabaikan maka ia akan menjadi jahat.31 Kemudian dengan perkawinan akan menunjukkan pandangan seseorang serta membatasi pergaulannya. Dalam hadist Rasulullah diungkapkan bahwa dengan menikah lebih mudah menjaga pandangan dan menjaga kemaluan.
31
Abdurrahaman, Ilmiah Syari’ah Islam, (Jakarta: Pustaka, Panjimas, 1991), hlm. 173.
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
99
Menumbuhkan Semangat Bertanggung Jawab Pernikahan merupakan dasar pertama bagi peletakan pembangunan suatu rumah tangga dalam masyarakat, bukan hanya sebagai variasi dan romantika kehidupan manusia, dan bukan pula satu ketentuan yang ditimbulkan dari hasil pemikiran manusia, akan tetapi merupakan satu syariat Agama untuk mengatur tata hidup pergaulan hidup manusia di dunia. Oleh karena itu pernikahan termasuk satu pengabdian seseorang hamba kepada Allah, dan dengan melaksanakan pernikahan ini, berarti melaksanakan syariat Agama. Sebuah rumah tangga merupakan satu kelompok kecil masyarakat yang terdiri dari suami, istri, anak, yang masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap pembinaan kehidupan rumah tangga. Dengan menikah, kesadaran atas tanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya akan menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bahan dan pembawaan seseorang ia akan lebih cekatan bekerja karena dorongan tanggung jawab dan kewajibannya.32 Dapat dilihat dalam kehidupan laki-laki dan perempuan, sebelum mereka menikah, tujuan hidup belum terencana dan terarah, kurang memikirkan kebutuhannya dan usahanya, dan walaupun mereka telah memiliki usaha, nampaknya selalu bersifat boros, belum muncul sifat tanggung jawab, karena hanya memikirkan diri sendiri. Kenyataan setelah terjadi pernikahan, tanggung jawab itu segera tumbuh, si suami bertanggung jawab penuh dengan memimpin anggota rumah tangganya secara maksimal, baik terhadap keperluan jasmani (material) maupun pembinaan terhadap masalah rohaniah (spritual). Si istri mempunyai tanggung jawab mengurus rumah tangga sehari-hari yaitu mengatur nafkah yang di dapatkan suaminya, mengurus anak-anak dan memberikan pendidikannya. Perempuan bertugas mengatur dan mengurus rumah tangga, memelihara dan mendidik anakanak serta menciptakan suasana yang sehat untuk suaminya.33 Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anakanak .34 Pertanggung jawaban seorang laki-laki setelah menikah semakin tinggi dalam memelihara dan memimpin keluarganya. Pertanggung jawaban suami tersebut bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tapi yang paling
32
Sayyid Sabiq, Op.cit., hlm. 488. Ibid ., 34 Ibid., 33
100
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 03, No. 01 Januari
2015
berat, bahwa tanggung jawab itu merupakan amanah dari Allah dan hal ini akan ditanyak.
ٖ رٔاِ انثخار.ّٔ انر جم راع فٗ اْهّ ٔ ْٕ يسؤل ػٍ راػي Artinya: ”Dan seorang laki-laki adalah memimpin dalam urusan anggota keluarganya. Dan kepadanya diminta pertanggung jawaban atas pimpinannya itu”.35 Demikian halnya dengan pertanggung jawaban seorang perempuan, sebelum menikah, ia hanya mengurus diri sendiri, pakaiannya dan kebutuhannya merupakan tanggung jawab orang tuanya. Tapi setelah menikah mendapat tugas berat sekaligus tugas mulia yaitu mengurus suami dan rumah tangga serta anakanaknya. Tugas ini bukan hanya sekedar tuntutan yang mesti dikerjakan tapi merupakan amanah yang akan dipertanggung jawabakan.
ٔنًراج راػيح فٗ تيت زٔجٓا ْٔٗ يسؤنّ ػٍ رػيُٓا Artinya: ”Dan wanita itu pemimpin dalam memelihara rumah tangga atas yang dipimpinnya”.36 Penutup Pernikahan adalah satu ketentuan untuk mengikat hubungan lahir dan batin antara laki-laki dan perempuan, untuk membentuk suatu rumah tangga, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani serta pergaulan yang sah dan didirikan atas kesucian serta memenuhi syarat-syarat dan tujuannya. Pernikahan adalah satu ketentuan dan aturan Allah untuk memelihara kebersihan di dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan, agar tidak terjatuh kepada kehinaan. Maka dalam hal ini ajaran Agama Islam tidak membenarkan, bahkan sangat tercela terhadap orang-orang yang sengaja menjauhi pernikahan. Perbuatan membujang seumur hidup bagi laki-laki dan perempuan adalah perbuatan yang sangat menyimpang dari fitrah kejadian manusia itu sendiri. Sehingga Rasulullah menagatakan Nikah itu adalah sunnah ku, dan barang siapa yang tidak suka terhadap sunnahku, maka ia bukanlah dari ummatku. Demikian pentingnya untuk melaksanakan pernikahan, tentu anjuran itu banyak mengandung nilai, khususunya dari segi pendidikan, nilai-nilai itu antara 35 36
Hadiyah Salim, Terjemahan Mukhtarul Hadis, (Bandung: Al-Ma’ruf, 1995), hlm. 607 Ibid .,
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae
101
lain, bahwa dengan adanya pernikahan dapat melestarikan keturunan, menjaga fitrah dan nilai-nilai kemanusiaan, memelihara kesucian keturuna, menyelamatkan masyarakat dari Dekadensi Moral, memperoleh ketenagan jiwa dan menumbuhkan rasa kasih sayang, membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit serta menumbuhkan semangat bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut bukan suatu hal yang mudah untuk mendapatkannya. Maka untuk mencapainya tentu pelaksanaan nikah itu harus dengan syarat rukunnya serta didasari dengan niat yang ikhlas. Referensi
Al-Qur’an Al-Karim. Abdurrahman, Ilmiah Syari’ah Islam, Jakarta: Pustaka, Panjimas, 1999. al-Asqolani, Ibnu Hajar, Bulughol Murom, Surabaya: Al-Ikhlas, 1996. Dewantara, Ki Hajar, Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa. Mardianto, Pesantren Kilat, Jakarta: Ciputat Press, 2005. Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1989. Nata, Abuddin, Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Noor, Faried Ma’ruf, Menuju Sejahtera dan Bahagia, Jakarta: Al-Ma’arif, 1980. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi, Ilmu Fiqih, Jld I, Jakarta: 1985. Sabiq, Sayyid, fiqh Sunnah Jilid 2, Jakarata: Pena Pundi Aksara, 2008. Saleh, Abdul Rahman, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Salim, Hadiyah, Terjemahan Mukhtarul Hadis, Bandung: Al-Ma’ruf, 1995. Usman, Ahmad, Petunjuk Membina Keluarga Bahagia, Surabaya: Toha Putra. tt. Z. Kasizan, Tinjauan Psikologis Larangan Mendekati Zina, Moh. Tauchid (ed) Karya
102
Nikah: Suatu Tinjauan ....................................Tatta Herawati Daulae