NERACA Jurnal Pendidikan Ekonomi, Mei 2017, Volume 2 Nomor 2 (17-21) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/neraca ISSN: 2477-6076
PENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE SCRAMBLE DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII-9 SMP NEGERI 6 PALANGKA RAYA Oleh Dina Ariyana*, Ilham** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Aktivitas belajar peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya tahun pelajaran 2016/2017 pada saat pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual; (2) Ada atau tidak peningkatan hasil belajar IPS pada peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual. Metode dalam penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian pada kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya sebanyak 27 peserta didik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Analisis data menggunakan dekriptif kualitatif dan kuantitatif.\ Hasil penelitian ini yaitu: (1) Aktivitas belajar peserta didik kelas VIII-9SMPN 6 Palangka Raya tahun pelajaran 2016/2017 pada saat pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual dikatakan baik atau mencapai indikator keberhasilan yaitu sangat tercapat. Hal itu dapat dilihat dari skor aktivitas belajar peserta didik pada siklus I secara individual yang mendapat nilai ≥ 3,0 yaitu 18 peserta didik dan yang mendapat nilai < 3,0 yaitu 9 peserta didik dengan skor rata-rata 72,18 . Sedangkan pada siklus II secara individual yang mendapat nilai ≥ 3,0 yaitu 24 peserta didik dan yang mendapat nilai > 3,0 yaitu 3 peserta didik dengan skor rata-rata 90,33; (2) Hasil belajar peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya tahun pelajaran 2016/2017 pada pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual dikatakan meningkat atau mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar peserta didik pada saat tes awal (pre-test) mendapat nilai rata-rata 59,44 dengan ketuntasan secara klasikal 25,92% (sangat kurang tercapai). Pada tes akhir (post-test) siklus I mendapat nilai rata-rata 72,03 dengan ketuntasan secara klasikal 59,25% (cukup tercapai). Dan pada tes akhir (post-test) siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 85,56 serta ketuntasan secara klasikal 92,59% (sangat tercapai). © Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Kata Kunci: Hasil Belajar IPS, Model Pembelajaran Tipe Scramble, Pendekatan Kontekstual. PENDAHULUAN Pada umumnya guru selalu menggunakan model pembelajaran ceramah, tanya jawab dan latihan. Selain itu guru juga menggunakan pendekatan secara konvensional dalam
kegiatan belajar mengajar dimana pembelajaran konvensional dalam artian guru melakukan pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Selain itu kegiatan belajar mengajar ya didominasi oleh guru,
Dina Ariyana* Mahasiswa FKIP UM Palangkaraya Ilham** Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
17
NERACA Jurnal Pendidikan Ekonomi, Mei 2017, Volume 2 Nomor 2 (17-21) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/neraca ISSN: 2477-6076
dimana guru lebih berperan aktif serta lebih menekankan pada hafalan sehingga membuat peserta didik dalam posisi pasif sebagai penerima materi. Hal ini mengakibatkan peserta didik kurang termotivasi dalam belajar, kurang memperhatikan penjelasan guru, selalu bersenda gurau dengan temannya pada saat kegiatan belajar mengajar, serta peserta didik kurang aktif dalam kegiatan bertanya pada saat kegiatan belajar mengajar. Selain itu banyak peserta didik yang hanya sibuk bermain dengan Gadgetnya masingmasing secara diam-diam tanpa diketahui oleh guru yang mengajar. Dari hal tersebutlah mengakibatkan banyaknya peserta didik yang tidak memahami dan masih bingung terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga pada kegiatan mengerjakan lembar tugas, banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengisi lembar tugas mereka dengan jawaban yang tepat. Ini menyebabkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik kurang maksimal. Akan lebih baik lagi jika seorang guru dituntut agar lebih kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model-model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan. Model pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan tidak hanya memberikan motivasi belajar terhadap peserta didik, tetapi juga menjadikan hasil belajar peserta didik lebih baik lagi. Pada jaman modern seperti ini
banyak sekali model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan untuk dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti yang telah dikemukakan oleh Isjoni (dalam Yetriani, 2009:15) bahwa terdapat beberapa tipe model pembelajaran yang dapat diterapkan, yaitu: “(1) Student Teams Achievement Division (STAD); (2) Jigsaw; (3) Teams Games Tournament (TGT); (4) Group Investigation (GI); (5) Scramble”. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan ialah dengan menggunakan model pembelajaran tipe Scramble pada kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran tipe Scramble dapat membuat peserta didik tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar, selain itu dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam berfikir. Sehingga dengan kegiatan belajar mengajar seperti itu hasil belajar peserta didik juga dapat meningkat menjadi lebih baik. Di dalam model pembelajaran tipe Scramble tersebut guru dapat menyampaikan materi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Seperti yang dikemukakan oleh Komalasari (dalam Kokom, 2013:54) bahwa: “Pendekatan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam pendekatan konvensional/tradisional dan pendekatan kontekstual”. Sesuai dengan penjelasan tersebut maka guru dapat menerapkan model pembelajaran tipe Scramble dengan menggunakan pendekatan pembelajaran secara kontekstual. Agar peserta didik dapat
Dina Ariyana* Mahasiswa FKIP UM Palangkaraya Ilham** Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
18
NERACA Jurnal Pendidikan Ekonomi, Mei 2017, Volume 2 Nomor 2 (17-21) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/neraca ISSN: 2477-6076
memahami dengan mudah materi yang telah disampaikan oleh guru. Robert B. Taylor (dalam Miftahul Huda, 2013:303), mengemukakan bahwa: “Scramble merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berfikir siswa”. Sedangkan menurut Budihartono (dalam Yetriani, 2016:22) menjelaskan bahwa Scramble berasal dari Bahasa Inggris yang artinya “perebutan, perjuangan, pertarungan”, dimana belajar ditekankan sambil bermain sehingga siswa mendapatkan suasana menyenangkan. Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran tipe Scramble adalah belajar yang dilakukan sambil bermain, namun ditekankan pada kosentrasi peserta didik dengan cara perjuangan atau pertarungan, kecepatan berfikir untuk mendapatkan hasilnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru wali kelas VIII-9 di SMPN 6 Palangka Raya melalui hasil ulangan harian pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dari 27 peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya diperoleh sekitar 44% atau sekitar 12 peserta didik mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah, yaitu 75. Kemudian dari 27 peserta didik kelas VIII-9 di SMPN Palangkaraya diperoleh sekitar 56% atau sekitar 15 peserta didik yang mendapat nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah, yaitu 75.
Berdasarkan paparan di atas tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya saat mengunakan pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya setelah menggunakan pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaannya peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2010:45) “PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas dengan fokus pada peserta didik atau PBM yang terjadi di kelas”. Menurut Wijaya dan Dedi (2012:9) menjelaskan bahwa: “PTK atau Classroom Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas”. Kehadiran dan peran peneliti dalam penelitian tindakan kelas (PTK) memegang peranan penting yang merupakan sebagai peneliti sekaligus pendidik. Di samping itu, peneliti bekerjasama dengan guru untuk berperan sebagai pengamat (Observer) yang bertugas mengumpulkan data pada saat proses
Dina Ariyana* Mahasiswa FKIP UM Palangkaraya Ilham** Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
19
NERACA Jurnal Pendidikan Ekonomi, Mei 2017, Volume 2 Nomor 2 (17-21) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/neraca ISSN: 2477-6076
belajar mengajar. Sebelum melakukan pengamatan, para pengamat (Observer) dilatih terlebih dahulu agar memahami materi pengamatan dan pendekatan pembelajaran serta model pembelajaran yang akan diterapkan beserta materi yang akan diajarkan pada saat melakukan penelitian. Subjek penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc. Tagart. Melalui model ini, apabila ada kesalahan pada awal tindakan ditemukan kekurangan, maka pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada daur/siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah dengan tercapainya tujuan penelitian, yaitu: 1. Dilihat dari aktivitas peserta didik Proses pembelajaran Ilmu Penegtahuan Sosial (IPS) yang dilakukan menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual pada peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya dapat dikatakan baik atau berhasil apabila aktivitas peserta didik mencapai nilai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, yaitu 3,0 (katagori baik). 2. Dilihat dari hasil belajar peserta didik Terjadinya peningkatan hasil belajar peserta didik
menggunakan pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual pada peserta didik kelas VIII-9 di SMPN 6 Palangka Raya, yaitu apabila peserta didik memperoleh hasil belajar yang ditandai tercapainya persentase ketuntasan belajar klasiskal mencapai 85% dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75, maka penelitian dapat dikatakan berhasil. HASIL DAN PEMBAHASAN Skor aktivitas belajar peserta didik pada siklus I secara individual terdapat 18 peserta didik yang mendapat skor rata-rata ≥ 3,0 dan 8 peserta didik yang mendapat skor rata-rata < 3,0. Maka persentase dari skor rata-rata aktivitas peserta didik tersebut yaitu 72,18%. Sehingga aktivitas peserta didik pada siklus I masih dikatakan kurang baik. Sedangkan pada siklus II secara individual terdapat 24 peserta didik yang mendapat skor rata-rata ≥ 3,0 dan 2 peserta didik yang mendapatkan skor rata-rata < 3,0. Maka persentase dari skor rata-rata aktivitas peserta didik pada siklus II yaitu 90,33%. Menandakan aktivitas peserta didik pada siklus II dapat dikatakan baik. Hasil belajar IPS pada peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual berdasarkan pelaksanaan tindakan kelas (PTK) pada siklus I dan siklus II. Meskipun terdapat bebrapa kelemahan seperti halnya tidak semua
Dina Ariyana* Mahasiswa FKIP UM Palangkaraya Ilham** Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
20
NERACA Jurnal Pendidikan Ekonomi, Mei 2017, Volume 2 Nomor 2 (17-21) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/neraca ISSN: 2477-6076
materi pembelajaran tidak dapat menggunakan model pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual sebagai pembelajaran dan pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran sehari-hari. Namun, di dalam pelaksanaannya terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS ini yang dari kondisi awal (pre-test) dengan ketuntasan 25,92% (7 peserta didik) yang mendapat nilai ≥ 75 (tuntas) hingga meningkat pada tes akhir (posttest) siklus II dengan ketuntasan 92,59% (25 peserta didik) yang mendapat nilai ≥ 75 (tuntas). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut: 1. Aktivitas belajar peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya tahun pelajaran 2016/2017 pada saat pembelajaran IPS menggunakan pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual dikatakan baik atau mencapai indikator keberhasilan yaitu sangat tercapat. Hal itu dapat dilihat dari skor aktivitas belajar peserta didik pada siklus I secara individual yang mendapat nilai ≥ 3,0 yaitu 18 peserta didik dan yang mendapat nilai < 3,0 yaitu 9 peserta didik dengan skor rata-rata 72,18. Sedangkan pada siklus II secara individual yang mendapat nilai ≥ 3,0 yaitu 24 peserta didik dan yang mendapat nilai > 3,0 yaitu
2.
3 peserta didik dengan skor ratarata 90,33. Hasil belajar peserta didik kelas VIII-9 SMPN 6 Palangka Raya tahun pelajaran 2016/2017 pada pembelajaran IPS menggunakan pembelajaran tipe Scramble dengan pendekatan kontekstual dikatakan meningkat atau mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar peserta didik pada saat tes awal (pre-test) memperoleh nilai rata-rata 59,44 dengan ketuntasan secara klasikal 25,92% (sangat kurang tercapai). Pada tes akhir (post-test) siklus I mendapat rata-rata 72,03 dengan ketuntasan secara klasikal 59,25% (cukup tercapai). Dan pada tes akhir (pot-test) siklus II mengalami peningkatan dengan rata- rata 85,56 serta ketuntasan secara klasikal 92,59% (sangat tercapai).
DAFTAR PUSTAKA Kokom, Kumalasari. 2013. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT. Refika Aditama. Miftahul, Huda. 2013. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: PT. Pustaka Belajar. Wijaya & Dedi. 2012. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarat Barat: PT. PermataPuri Media
Dina Ariyana* Mahasiswa FKIP UM Palangkaraya Ilham** Dosen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
21