Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE TERHADAP REAKSI INVESTOR DENGAN ENVIRONMENTAL PERFORMANCE RATING dan CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI 1 MUH. ZULFA MINACHUL FALICHIN 2 RR. SRI HANDAYANI 3 ABSTRACT This study aims to analyze and provide empirical evidence of the influence between the three dimensions of disclosure of corporate social responsibility (CSR-disclosure) is based on Global Reporting Initiative (Economy, Environment, and Social) on investor reaction to the abnormal return proxies. Based on inconsistent results among previous studies, proposed a regression model with variables moderating the environmental performance rating (EnP) and corporate governance (CG) are suspected to strengthen the positive relationship between the three dimensions of CSR disclosures by the abnormal return based on the theory of agency. This research is a quantitative model using multiple regression analysis to determine the direction and effect relationship dependent and independent variables. Models with moderating variables were analyzed with multiple regression analysis method of absolute difference value. Multiple regression analysis conducted on 17 samples of non-financial and non-banking companies period of 2008-2010 which followed the Rating Program for Environmental Management in Companies (PROPER), because in fact not all companies listed on the Stock Exchange following the PROPER. The result showed that the higher the economic dimension of CSR disclosures increase the value commulative abnormal return (CAR) significantly. There is an increasing CSR disclosure of Environmental and Social dimensions of each lower and increase the value of CAR is not significant. Variable EnP unable to moderate the relationship the three dimensions of CSR with CAR, while the interaction of CSR-disclosure Economic dimension with positive effect on CAR CG, but CG was not able to strengthen the positive relationship between CSR disclosure Economic dimension with CAR. In addition, CG could reinforce negative correlation dimension of CSR disclosure Environment by CAR, whereas the social dimension of CSR disclosure relationship can not be strengthened or weakened by the CG. Keywords:
Economic dimension of Corporate Social Responsibility Disclosure, Environmental dimensions of Corporate Social Responsibility Disclosure, Social dimension of Corporate Social Responsibility Disclosure, cumulative abnormal return, environmental performance, rating, corporate governance.
1 Jurnal ilmiah ini merupakan bagian dari Skripsi (S1) pada Program Reguler 2, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dengan judul: Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure terhadap Reaksi Investor dengan Environmental Performance Rating dan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi (Muh. Zulfa, 2011). 2 Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang, Tel. +6285640401110, Email/Facebook/twitter:
[email protected] 3 Staf Pengajar pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang dan selaku dosen pembimbing karya ilmiah ini, Tel. +628156516318, email:
[email protected]
1
2
I.
PENDAHULUAN Akhir-akhir ini, terdapat berbagai penelitian mengenai pengaruh Corporate Social
Responsibility Disclosure (CSR-disclosure) terhadap reaksi investor atau kinerja pasar perusahaan. Nurdin dan Cahyandito (2006), membuktikan secara empiris, bahwa secara simultan pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam annual report perusahaan berpengaruh terhadap keputusan investor yang dilihat dari perubahan harga saham dan volume perdagangan saham. Eipstain dan Freedman (2001) dalam Dahlia dan Veronica (2008) juga menemukan bahwa, investor individual tertarik terhadap informasi sosial yang dilaporkan dalam annual report. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Almilia dan Wijayanto (2007) bahwa, perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus akan direspon positif oleh para investor melalui peningkatan harga saham dari periode ke periode. Namun demikian, pada penelitian-penelitian lain telah menunjukan hasil yang tidak konsisten. Salah satunya adalah Veronica (2008),
penelitian Balabanis et. al (1988) dalam Dahlia dan
hipotesis mengenai etika investor menunjukkan bahwa pasar modal
cenderung tidak tertarik terhadap aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut, hal ini terbukti secara empiris dimana pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja pasar. Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitian-penelitian tersebut menimbulkan keraguan baik bagi akademisi maupun bagi praktisi. Bagi akademisi, sebuah teori akan menjadi bias kalau hasil uji terhadap teori terhadap teori tersebut adalah tidak konsisten. Yang menjadi pertanyaan bagi praktisi adalah: apa manfaat yang akan diperoleh dari pengungkapan CSR? dengan demikian, isu ini menjadi topik yang penting untuk diteliti kembali, untuk menjawab pertanyaan tersebut dan membuktikan kebenaran sebuah teori. Ditinjau dari teori agensi, adannya kontradiksi penelitian-penelitian terdahulu dapat diakibatkan karena adannya faktor beliefs para investor sebagai principal terhadap informasi yang dipublikasikan (dalam hal ini CSR-disclosure) oleh manajemen sebagai agent. Menurut Donato et al. (2007), bahwa Investor dapat menganggap informasi CSR hanya sebuah iklan sehingga isi dari informai terebut tidak akurat dan dapat dilebih-lebihkan. Sebagian investor merasa tidak percaya terhadap informasi CSR, karena informasi tersebut hanya bersifat voluntary untuk pengungkapannya, belum ada standar baku yang mengatur pengungkapan CSR, dan tidak ada yang menjamin kebenaran dari isi laporan tersebut sehingga diragukan reliabilitas dan verifiabilitas-nya. Untuk meningkatkan reliabilitas dan verifiabilitas informasi maka perlu penilaian dari pihak independen serta dipastikan bahwa fungsi pengawasan dan pengendalian perusahaan telah berjalan dengan baik. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
3
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali dan mengembangkan hubungan pengungkapan CSR dengan reaksi invetor. Pengembangan yang dilakukan adalah dalam hal : (1) indeks pengungkapan CSR, (2) fungsi variabel moderasi. CSR-disclosure tidak diukur berdasarkan indeks pengungkapan CSR secara keseluruhan, namun diukur berdasarkan indeks pengungkapan CSR per dimensi yaitu dimensi Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial berdasarkan Global Reporting Initiative (GRI). Dengan demikian, arah dan pengaruh masingmasing dimensi terhadap reaksi investor akan terlihat. Variabel moderasi pada penelitian ini berfungsi sebagai peningkat faktor beliefs investor terhadap kinerja CSR perusahaan dalam sebuah pengungkapan. Variabel moderasi yang diharapkan mampu memperkuat hubungan CSR-disclosure dan reaksi investor adalah enveronmental performance rating oleh pihak yang independen yaitu Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) dalam Program Penilaian Peringkat Pengelolaan Lingkungan pada Perusahaan (PROPER). Variabel lain yang dijadikan moderasi adalah mekanisme corporate governance sesuai peraturan dan pedoman Good Corporate Governance Indonesia. Praduga awal bahwa CSR-disclosure mempunyai pengaruh positif terhadap reaksi investor dan corporate governance maupun environmental performance rating dapat memperkuat hubugan keduannya. Reaksi investor diproksikan dengan nilai abnormal return. Hal ini dibenarkan oleh Jogianto (2003), bahwa informasi yang memiliki content bagi investor dapat dilihat dari ada atau tidaknya abnormal return.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
4
II. TELAAH TEORI Hubungan CSR-Disclosure dan Reaksi Investor yang Ditunjukan Dengan Abnormal Return Saham Menurut Global Reporting Initiative (GRI) dalam konsep sustainability development bahwa, keberlanjutan perusahaan akan bergantung pada seberapa besar perusahaan dapat bertanggungjawab terhadap dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan, yaitu: dampak Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial. Tanggungjawab tersebut dikomunikasikan kepada stakeholder melalui CSR-disclosure. CSR-disclosure baik dimensi Ekonomi, Lingkungan atau Sosial berdasarkan GRI dijadikan sebagai sinyal dari manajemen kepada seluruh stakeholder termasuk investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang bahwa perusahaan memberikan guarantee atas keberlangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang. Sinyal berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain karena perduli terhadap dampak ekonomi, lingkungan dan sosial akibat dari aktivfitas perusahaan. Laporan CSR yang mencangkup dimensi Ekonomi, Lingkungan dan Sosial diharapkan memiliki kandungan informasi (content information), sehingga pasar atau investor akan bereaksi setelah pengumuman tersebut diterima. Reaksi investor menurut Jogianto (2003) dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Menurut Jogianto (2003), jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar dan sebaliknya seperti tampak di gambar 2.1. Gambar 2.1 Kandungan Informasi suatu pengumuman
Pengumuman (disclosure)
Ada abnormal return Tidak ada abnormal return
ADA KANDUNGAN INFORMASI TIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASI
Sumber : Jogianto (2003) Adapun reaksi investor adalah beragam atas sebuah informasi yang memiliki content. Sebuah informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus dimasa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin besar kandungan informasi yang terdapat pada CSR-disclosure Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
5
baik dimensi Ekonomi, Lingkungan maupun dimensi Sosial dapat berpengaruh terhadap besarnya return. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR sesuai harapan investor, semakin tinggi pula return saham yang sebenarnya terjadi (reality return). Dengan kata lain, kelebihan return dari yang diharapkan oleh investor akan meningkat dengan adanya sebuah goodnews tersebut. Adanya selisih dari return realisasi dan return yang diharapkan adalah abnormal return. Dari uraian tersebut maka, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian adalah: H1a = CSR-disclosure dimensi Ekonomi berpengaruh positif terhadap Abnormal Return H1b = CSR-disclosure dimensi Lingkungan berpengaruh positif terhadap Abnormal Return H1c = CSR-disclosure dimensi Sosial berpengaruh positif terhadap Abnormal Return Peran Enveronmental Performance Rating Dalam Memperkuat Hubungan Antara CSRdisclosure dan Reaksi Investor Yang Ditunjukan Dengan Adanya Abnormal Return Ditinjau dari teori agensi, manajemen yang bertindak sebagai agent menyusun CSRdisclosure dengan harapan agar laporan tersebut dapat menjadi goodnews bagi investor (principal). Namun apabila pada kenyataanya, kinerja sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan adalah buruk dan akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang, maka sebisa mungkin manajer akan menutupi kinerja yang buruk kepada para investor maupun stakeholder lainya dengan memanfaatkan fleksibilitas dalam penyampaian CSR kepada stakeholder. Maka CSR-disclosure tidak menjadi badnews yang akan menurunkan reputasi manajer itu sendiri dan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, timbul adanya adverse section dimana manajer lebih mengetahui informasi kinerja sosial yang sebenarnya dari pada para inverstor. Dalam hal tersebut diatas, juga terjadi conflict of interest antara manajemen selaku penyusun laporan dan investor selaku pengguna laporan. Investor jangka panjang mengharapkan prospek return dimasa yang akan datang dan kepastian adannya sustainability development. Disisi lain, manajemen cenderung memiliki daya pikir terbatas mengenai presepsi masa mendatang (bounded rationality), sehingga aktivitas CSR dianggap tidak perlu dengan pertimbangan cost yang terjadi saat ini dan benefit dimasa yang akan datang yang susah diukur nilai ekonomisnya. Selain itu, manajer juga bersifat self interest dimana manajer akan lebih suka untuk memakmurkan dirinnya sendiri dari pada mengeluarkan banyak biaya untuk bertanggungjawab kepada pihak lain. Oleh karena itu, CSR-disclosure hanya dijadikan sebagai instrument of advertising, manajemen menghindari informasi yang relevan (Donato et al., 2007). Dengan demikian harus ada pihak yang independen untuk menilai kinerja CSR perusahaan. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
6
Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KLH) dapat dikatakan sebagai pihak yang independen antara pihak manajemen (agent) maupun Investor (principal), Sehingga informasi yang disampaikan KLH dalam bentuk PROPER adalah lebih transparan dan reliabel. Informasi berbentuk PROPER dapat membentuk suatu kepercayaan baru dikalangan para investor mengenai kinerja CSR perusahaan. Selanjutnya, kepercayaan itu dapat mengubah fungsi demand dan supply investor terhadap sekuritas yang diterbitkan perusahaan sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Peningkatan harga saham yang tak terduga akan meningkatkan return berupa capital gain diatas return yang diharapkan investor. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara CSR-disclosure baik dimensi Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial dan reaksi investor yang ditunjukan dengan Abnormal Return dapat diperkuat oleh informasi berbentuk PROPER. Dari uraian diatas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H2a = Environmental Performance Rating memperkuat hubungan positif CSR – Disclosure dimensi Ekonomi dengan Abnormal Return H2b = Environmental Performance Rating memperkuat hubungan positif CSR – Disclosure dimensi Lingkungan dengan Abnormal Return H2c = Environmental Performance Rating memperkuat hubungan positif CSR – Disclosure dimensi Sosial dengan Abnormal Return Peran Mekanisme Internal Corporate Governance Dalam Memperkuat Hubungan Antara CSR-disclosure dan Reaksi Investor Yang Ditunjukan Dengan Adanya Abnormal Return CSR-disclosure ditunjukan kepada pengguna laporan termasuk shareholder atau investor dengan maksud sebagai signal bahwa perusahaan memiliki keperdulian terhadap dampak dari aktivitas yang telah dilakukan dan taat peraturan. Perusahaan mengharapkan investor akan bereaksi positif terhadap itikad baik yang dilakukan perusahaan kepada lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan harga saham. Namun demikian, disclosure menjadi tidak berarti dan diragukan reliabilitasnya ketika subjek pengungkap memiliki kepentingan yang berbeda dengan investor sebagai pengguna laporan. Investor mengharapkan manajerial perusahaan dapat meningkatkan kemakmuran mereka tanpa mengorbankan pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk karyawan, masyarakat sekitar, dan lingkungan. Di lain pihak, manajerial seringkali bertindak demi kepentingan pribadi (self interest) tanpa memandang kepentingan investor apalagi stakeholder lainnya.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
7
Tanpa fungsi monitoring yang baik terhadap tata kelola perusahaan (good corporate governance), menejerial perusahaan dapat memanfaatkan fleksibilitas dalam menyusun laporan sedemikian rupa sehingga kinerja perusahaan terlihat baik dengan tujuan meningkatkan reputasi tanpa upaya yang benar-benar dilakukan. Dengan demikian, fungsi monitoring perusahaan menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan (trust) invertor terhadap kinerja perusahaan. Fungsi monitoring yang baik, menjadi guarantee bagi investor terhadap sebuah pengungkapan kinerja perusahaan termasuk CSR-disclosure. Adanya guarantee menjadikan CSR-disclosure memiliki content sehingga dapat mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan investasi (decesion making). Penelitian Rustiarini (2010) secara empiris membuktikan adannya pengaruh corporate governance pada hubungan antara pengungkapan CSR dengan nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa salah satu tujuan pelaksanaan corporate governance adalah meningkatkan kepercayaan investor dan stakeholder lainnya terhadap pengungkapan CSR, sehingga diharapkan dengan adannya peningkatan penerapan corporate governance akan meningkatkan kualitas pengungkapan CSR (CSR-disclosure). Dari uraian diatas, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah: H3a = Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan positif CSR – Disclosure dimensi Ekonomi dengan Abnormal Return H3b = Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan positif CSR – Disclosure dimensi Lingkungan dengan Abnormal Return H3c = Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan positif CSR – Disclosure dimensi Sosial dengan Abnormal Return
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
8
III. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel Variabel Dependen : Abnormal Return abnormal return merupakan return tidak normal yang ditunjukan oleh selisih antara return realiasi dengan return ekspektasi (expected return). Return realisasi adalah return yang diharapkan investor, sedangkan kelebihan atau kekurangan dari return yang diharapkan adalah abnormal return (AR). Pengukuran expected return untuk menghitung abnormal return dalam penelitian ini menggunakan market-adjusted model. Periode jendela yang digunakan untuk menghitung abnormal return adalah 121 hari melibatkan 60 hari sesudah dan sebelum dan 1 hari pada saat dipublikasikannya annual report masing-masing perusahaan kemudian AR selama 121 hari diakumulasikan menjadi commulative abnormal return (CAR) Berikut adalah rumus untuk menghitung AR dan CAR: Rt =
IHSI it − IHSI it −1 IHSI t -1
Rmt =
IHSG mt − IHSG mt −1 IHSG mt −1
AR it = Rit − Rmt
Dimana: ARit
: Abnormal return untuk perusahaan i pada hari ke-t
Rit
: Return harian perusahaan i pada hari ke-t
Rm
: Return indeks pasar pada hari ke-t
IHSIit
: Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t
IHSIit-1 : Indeks harga saham individual perusahaan i pada waktu t-1 IHSGmt : Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t IHSGmt-1: Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1. 121
CARit=
∑
ARi,a
a=t1
Dimana: CAR it
: Cumulative Abnormal Return perusahaan i pada waktu t
Variabel Independen : Dimensi CSR-disclosure CSR-disclosure diukur berdasarkan konsep oleh GRI. Ada 3 dimensi pengungkapan (Ekonomi, Lingkungan dan Sosial) dimana dimensi sosial diperluas menjadi 4 konstruk, jadi total 6 konstruk pengungkapan dengan total item adalah 79 item, yaitu: Ekonomi: 9 item, Lingkungan: 30 item, Sosial: 40 item (terbagi dalam, praktek tenaga kerja: 14 item, hak asasi manusia: 9 item, masyarakat: 8, dan tanggungjawab produk: 9 item). Penilaian pengungkapannya menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
9
instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item untuk masing-masing dimensi dijumlahkan dibagi skor yang diharapkan untuk memperoleh indeks setiap dimensi pengungkapan pada masingmasing perusahaan sampel. Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks dimensi CSRdisclosure adalah sebagai berikut:
CSDI-EC j =
∑ X IjEC n j EC
CSDI-EN j =
∑ X IjEN n j EN
CSDI-SO j =
∑ X IjSO n j SO
Dimana: CSDI – ECJ
= Corporate Sosial Disclosure Indeks - Parameter Ekonomi Perusahaan j
CSDI – ENJ
= Corporate Sosial Disclosure Indeks - Parameter Lingkungan Perusahaan j
CSDI – SOJ
= Corporate Sosial Disclosure Indeks - Parameter Sosial Perusahaan j
= Jumlah item yang diharapkan untuk parameter Ekonomi pada perusahaan j, nj = 9
= Jumlah item yang diharapkan untuk parameter Lingkungan pada perusahaan j, nj=30
= Jumlah item yang diharapkan untuk parameter Masyarakat pada perusahaan j, nj = 40
Xij
= 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
Variabel Pemoderasi (1): Environmental Performance Rating
Peringkat Emas Hijau Biru Peringkat Biru minus Merah Merah minus Hitam
Tabel 3.1 Skor Peringkat PROPER Kriteria Sangat sangat baik Sangat baik Baik Kriteria Cukup Buruk Sangat buruk Sangat sangat buruk
Skor 7 6 5 Skor 4 3 2 1
Variabel Moderasi (2): Corporate Governance
No 1.
Tabel 3.2 Definisi Oprasional Variabel Corporate Governance Organ Definisi Pedoman Pengukuran Skala Komisaris Organ perusahaan -Keputusan Proporsi Rasio Independen yang diangkat oleh Direksi PT. komisaris RUPS sebagai fungsi Bursa Efek independen Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
10
No
2.
3.
Organ
Komite Audit
Definisi pengawas pengelolaan perusahaan dan penasehat direksi yang memiliki sikap mental independen
Komite yang bertugas untuk membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa laporan keuangan dan non keuangan disajikan secara wajar, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal dan eksternal dilaksanankan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen Komite Bertugas membantu Nominasi Dewan Komisaris dan dalam menetapkan Remunerasi kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem remunerasinya, membantu Dewan Komisaris mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya
Pedoman Jakarta BEJ Nomor: Kep315/BEJ/062000 -Keputusan Direksi PT. BEI Nomor: Kep305/BEJ/072004 - ASX Peraturan Pencatatan Efek Nomor IA dalam Lampiran I Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep305/BEJ/072004
Pengukuran yang dimiliki perusahaan
Skala
-Pedoman Umum GCG Indonesia (oleh KNKG)
Jumlah Rasio komite Nominasi dan Remunerasi yang dimiliki perusahaan dan sesuai dengan kriteria
Jumlah Rasio komite audit yang dimiliki perusahaan dan sesuai dengan kriteria
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
11
No 4.
Organ Komite Manajemen Resiko
5.
Komite GCG
Definisi Komite yang bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan Komite yang bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).
Pedoman -Pedoman Umum GCG Indonesia (oleh KNKG)
Pengukuran Jumlah komite Manajemen Resiko yang dimiliki perusahaan
Skala Rasio
-Pedoman Umum GCG Indonesia (oleh KNKG)
Jumlah Rasio komite GCG yang dimiliki perusahaan dan sesuai dengan kriteria
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan dan non perbankan yang list di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010 dan mengikuti PROPER (Program Penilaian Peringkat Pengelolaan Lingkungan pada Perusahaan) selama periode penelitian. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode judgement sampling, yaitu salah satu bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian selama periode penelitian (Sakaran, 2006). Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel, yaitu: 1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dan sahamnya aktif diperdagangkan selama periode 2008-2009, perusahaan tidak mengalami delisting selama periode tersebut (121 hari periode jendela) karena variabel dependen (abnormal return) diukur berdasarkan data harga saham harian dan IHSG pada saat closing. 2. Perusahaan mempublikasikan annual report. Penyampaian annual report ke BAPEPAM adalah wajib berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-134/BL/2006
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
12
lampiran peraturan no. X.K.6, sedangkan publikasi tidak diwajibkan. Dengan demikian, tidak semua perusahaan yang terdaftar di BEI mempublikasikan atau memberikan izin untuk mempublikasikan annual report kepada masyarakat luas. Metode Analisis Atas objek penelitian dilakukan 4 tahapan analisis dengan berurutan yaitu: (1) Analisis Statistik Deskriptif, (2) Analisis Faktor, (3) Uji Asumsi Klasik, (4) Regresi Berganda. Tahap yang pertama adalah analisis deskriptif, analisis ini digunakan untuk mendeskripsifkan variabel-variabel dalam penelitian. Alat yang digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan adalah rata-rata, median, maksimum, minimum, dan standar devisiasi, sedangkan nilai kurtosis dan skewness untuk melihat kemencengan data, untuk selanjutnya membuang data outlier yaitu data yang memiliki nilai z diatas 2,5. Analisis yang kedua adalah analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk meringkas informasi (summarize) informasi yang ada dalam variabel asli (awal) menjadi satu set dimensi baru atau variabel faktor. Untuk dapat dilakukan analisis faktor maka matrik data harus memililki korelasi yang cukup. Uji yang dilakukan untuk melihat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya analisis faktor dilakukan adalah measure of sampling adequency (MSA). Nilai MSA bervariasi dari 0 sampai 1, jika nilai MSA < 0,50 maka analisis faktor tidak dapat dilakukan. Selain itu, digunakan anti image matrices untuk mengetahui variabel yang memiliki nilai korelasi < 0,50 untuk selanjutnya dibuang dan tidak digunakan lagi untuk analisis faktor selanjutnya. Analisis yang ketiga adalah uji asumsi klasik. Menurut Ghozali (2006), bahwa dalam pengujian persamaan regresi berganda terdapat beberapa asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu, asumsi-asumsi tersebut adalah model regresi tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi, dan data terdistribusi secara normal. Setelah memenuhi asumsi klasik maka dilakukan Regresi Berganda untuk menguji hipotesis. Model regresi yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel pemoderasi adalah uji nilai selisih mutlak (absolute difference value). Penelitian ini menggunakan uji nilai selisih mutlak dengan alasan yaitu (1) model ini mampu mengatasi multikolinearitas yang umumnya terjadi sangat tinggi apabila menggunakan uji interaksi, (2) model ini memasukkan variabel efek utama dalam analisis regresi, sedangkan uji residual hanya memasukkan efek interaksi saja. Dengan demikian terdapat 3 model dalam penelitian ini. Model pertama digunakan untuk menguji hipotesis 1, model kedua untuk uji hipotesis 2, dan model ketiga untuk menguji hipotesis ketiga. Adapun rumus persamaan ketiga model sebagai berikut:
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
13
Model regresi 1: CAR = a + b1CSDI-EC + b2CSDI-EN + b3CSDI-SO + e Model regresi 2: CAR = a + b1ZCSDI-EC + b2ZCSDI-EN + b3ZCSDI-SO + b4ZEnP + b6AbsCSDIEC_EnP + b6AbsCSDI-EN_EnP + b7AbsCSDI-SO_EnP + e Model regresi 3: CAR = a + b1ZCSDI-EC + b2ZCSDI-EN + b3ZCSDI-SO + b4ZCG + b5AbsCSDI-EC_CG + b6AbsCSDI-EN_CG + b7AbsCSDI-SO_CG + e Dimana: CAR : Comulative Abnormal Return CUTV : Comulative Unexpected Trading Volume CSDI-EC : Corporate Sosial Disclosure Index – Economic CSDI-EN : Corporate Sosial Disclosure Index – Environmental CSDI-SO : Corporate Sosial Disclosure Index – Social EnP : Environmental Performance Rating CG : Corporate Governance CSDI-EC_EnP : ZCSDI-EC - ZEnP CSDI-EN_EnP : ZCSDI-EN - ZEnP CSDI-SO_EnP : ZCSDI-SO - ZEnP CSDI-EC_CG : ZCSDI-EC - ZCg CSDI-EN_CG : ZCSDI-EN – ZCg CSDI-SO_CG : ZCSDI-SO - ZCg Abs : Transformasi ke nilai absolute Z : z-score (standardized) Analisis yang dilakukan terhadap hasil regres ketiga model yaitu: uji statistik F, uji koefisien determinasi (R2), dan uji statistik t. Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model regresi (fit test). Dalam penelitian ini nilai signifikansi untuk uji hipotesisi adalah 10% (Uji 2 sisi), Jika angka signifikansi F <α (0,1) maka model dikatakan layak untuk memprediksi variabel independen. Kemudian Koefisien Diterminasi, digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen (Ghozali, 2005). Yang terakhir adalah Uji t, digunakan untuk mengetahui ada tidaknnya pengaruh secara linier antara variabel independen dan variabel dependen Jika angka signifikansi t<α (0,1) maka dapat dikatakan ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
14
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Faktor Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus memililiki korelasi yang cukup (sufficient correlation) (Ghozali, 2006). Pada tabel 4.1 nilai kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequency (KMO-MSA) > 0,50 yaitu 0,813 dan bartlett test dengan Chi-squeres= 127,520 signifikan pada 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa uji analisis faktor dapat dilanjutkan. Tabel 4.1 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square
.813 127.520
df
10
Sig.
.000
Tabel 4.2 Anti-image Matrices Kom.In Anti-image Covariance
.911
K.Audit K.NR K.MR K.GCG Anti-image Correlation
K.Audit
Kom.In
K.NR
K.MR
K.GCG
-.008
-.138
.018
.037
-.008
.608
-.050
-.031
-.071
-.138
-.050
.296
-.089
-.070
.018
-.031
-.089
.202
-.126 .207
.037
-.071
-.070
-.126
Kom.In
.582
a
-.010
-.266
.042
.086
K.Audit
-.010
.944
a
-.117
-.087
-.200
K.NR
-.266
-.117
.848a
-.364
-.282
K.MR
.042
-.087
-.364
.773a
-.614
K.GCG
.086
-.200
-.282
-.614
.778
a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 Untuk mendapatkan faktor skor yang akan digunakan pada analisis data selanjutnya, maka pada analisis faktor tiap variabel yang akan diredukasi harus memiliki nilai korelasi > 50%. Pada tabel 4.2, anti-image corelation variabel Kom.In, K.Aud, K.NR, K.MR, dan K.GCG berturut-turut adalah 58%, 94%, 85%, 77% dan 78%. Dengan demikian, pada analisis faktor hanya melalui satu tahap tanpa membuang variabel. Pada tabel 4.3, SPSS mengelompokan keempat variabel (Kom.Ind, K.Aud, K.NR, K.MR, K.GCG) menjadi satu faktor berdasarkan nilai eigen value > 1, yaitu 3,170. Faktor 1 mampu menjelaskan variasi sebesar 63,406%.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
15
Tabel 4.3 Total Variance Explained Compo nent
Initial Eigenvalues Total
% of Variance
Extraction Sums of Squared Loadings
Cumulative %
1 2
3.170
63.406
63.406
.974
19.484
82.889
3
.516
10.324
93.214
4
.213
4.258
97.472
5
.126
2.528
100.000
Total 3.170
% of Variance 63.406
Cumulative % 63.406
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 Tabel 4.4 Component Matrixa Component 1 Kom.In K.Audit K.NR K.MR K.GCG
.254 .756 .904 .926 .926
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 Pada tabel 4.4 nampak bahwa keempat variabel memiliki loading factor yang tinggi dan mengelompok menjadi satu, Jadi jelas dapat disimpulkan bahwa factor score dapat digunakan sebagai variabel baru yaitu corporate governance atau sebuah dimensi baru yang menjelaskan keempat konstruk yaitu Kom.In, K.Aud, K.NR, K.MR, K.GCG dan semuannya valid. Uji Hipotesis Model Regresi 1 Model Regresi 1 digunakan untuk mengguji hipotesis pertama yang dibagi menjadi 3 hipotesis yaitu H1a, H1b, dan H1c. Hasil uji dengan regresi berganda ini diintepretasikan berdasarkan hasil dari statistik F, koefisien determinasi, dan statistik t. Statistik F digunakan untuk mengetahui kelayakan sebuah model (fit test). Berdasarkan tabel 4.5, nilai sig. < 10% yaitu 7,9%, dengan demikian model 1 layak untuk memprediksi variabel CSDI-Ec, CSDI-En, dan CSDI-So. Koefisien determinasi digunakan untuk mencari kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah nilai koefisien determinasi (Adj. R2) dari output SPSS versi 16.0 Pada tabel 4.6, menunjukan nilai adjusted R Squere sebesar 0,091. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
16
Hal ini berarti bahwa 9,1% variasi CAR dapat dijelaskan oleh 3 variabel dimensi CSRdisclosure yaitu dimensi ekonomi (CSDI-Ec), dimensi sosial (CSDI-En), dimensi lingkungan (CSDI-So), sedangkan 90,9% lainnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor diluar ketiga variabel independen tersebut. Tabel 4.5 Statistik F Model Regresi 1 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.525
3
.175
Residual
2.871
40
.072
Total
3.396
43
F 2.436
Sig. a
.079
a. Predictors: (Constant), CSDI.So, CSDI.Ec, CSDI.En b. Dependent Variable: CAR
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model Regresi 1 Model Summary Model 1
R
R Square a
.393
.154
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.091
.26791
a. Predictors: (Constant), CSDI.So, CSDI.Ec, CSDI.En
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 Tabel 4.7 digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen pada model regresi 1 terhadap variabel dependen. Dari output spss model regresi 1, dapat dijelaskan bahwa tidak semua dimensi CSR-disclosure dapat berpengaruh positif terhadap nilai cumulative abnormal return. Variabel CSDI-Ec menunjukan nilai coefficient beta 2.500. Coefficient beta positif menunjukan hubungan antara CAR dan CSDI-Ec adalah positif. Semakin tinggi pengungkapan CSDI-Ec, semakin tinggi nilai CAR. Selain itu, pada model regresi 1 menunjukan nilai t sebesar 2,677 sig. 0,011 < 0,1. Dengan demikian CSDI-Ec mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR. Dengan demikian, hipotesis 1a yang menyatakan
bahwa “CSR-disclosure dimensi Ekonomi berpengaruh positif terhadap
Abnormal Return” diterima. Beda halnya dengan CSDI-Ec, CSDI-En menunjukan nilai coefficient beta negatif yaitu -0,476, sehingga pengaruh antara CAR dan CSDI-En adalah negatif. Semakin tinggi CSDI-En, semakin kecil nilai CAR. Namun demikian, hubungan antara keduannya adalah tidak signifikan. Nilai t pada CSDI-En adalah -0,872 sig. 0,388 > 0,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1b yang menyatakan bahwa “CSR-disclosure dimensi Lingkungan berpengaruh positif terhadap abnormal return” ditolak. Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
17
Tabel 4.7 Statistik t Model Regresi 1 Coefficientsa Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
t
(Constant)
-.563
.227
CSDI.Ec
2.500
.934
CSDI.En
-.476
.546
CSDI.So
.268
1.093
.046
Sig.
-2.484
.017
.433
2.677
.011
-.174
-.872
.388
.245
.808
a. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 CSDI-So menujukan pengaruh yang sama dengan CSDI-Ec terhadap CAR. CSDI-So menunjukan nilai coefficient beta positif yaitu 0,268. Sehingga pengaruh antara CAR dan CSDI-So adalah positif. Semakin tinggi CSDI-So, semakin besar nilai CAR. Namun demikian, hubungan antara keduannya adalah tidak signifikan. Nilai t pada CSDI-So adalah 0,245 sig. 0,808 > 0,1. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1b yang menyatakan bahwa “CSR-disclosure dimensi Sosial berpengaruh positif terhadap cumulative abnormal return” ditolak. Model Regresi 2 Model Regresi 2 digunakan untuk mengguji hipotesis kedua yang dibagi menjadi 3 hipotesis yaitu H2a, H2b, dan H2c. Hasil uji dengan regresi berganda ini diintepretasikan berdasarkan hasil dari statistik F, koefisien determinasi, dan statistik t. Berdasarkan tabel 4.29, nilai F adalah 1,091 sig. 0,389 > 0,1%, sehingga model regresi 2 tidak layak untuk memprediksi variabel AbsCSDI.Ec_EnP,
AbsCSDI.En_EnP, AbsCSDI.So_EnP. Dengan
demikian koefisien determinasi dan uji statistik t dalam model ini diabaikan. Tabel 4.8 Statistik F Model Regresi 2 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
.594
7
.085
Residual
2.801
36
.078
Total
3.396
43
F 1.091
Sig. .389a
a. Predictors: (Constant), AbsCSDI.So_EnP, Zscore: EnP, Zscore: CSDI.So, Zscore: CSDI.Ec, AbsCDI.Ec_EnP, AbsCDI.En_EnP, Zscore: CSDI.En b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
18
hipotesis 2 yang menyatakan
bahwa “Environmental Performance Rating
memperkuat hubungan positif antara CSR – Disclosure dimensi Ekonomi (untuk H2a), Lingkungan (untuk H2b), dan Sosial (untuk H2c) dengan Abnormal Return” ditolak. Model Regresi 3 Tabel 4.9 Statistik F Model Regresi 3 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.207
7
.172
Residual
2.189
36
.061
Total
3.396
43
F 2.835
Sig. a
.018
a. Predictors: (Constant), AbsCSDI.So_CG, AbsCSDI.Ec_CG, Zscore: CSDI.So, Zscore: CSDI.Ec, Zscore: REGR factor score 1 for analysis 1, AbsCSDI.En_CG, Zscore: CSDI.En b. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 Model Regresi 3 digunakan untuk mengguji hipotesis ketiga yang dibagi menjadi 3 hipotesis yaitu H3a, H3b, dan H3c. Hasil uji dengan regresi berganda ini diintepretasikan berdasarkan hasil dari statistik F, koefisien determinasi, dan statistik t. Berdasarkan tabel 4.30, nilai F adalah 2,835 sig. 0,018 < 0,1, sehingga model regresi 3 layak untuk memprediksi variabel AbsCSDI.Ec_CG, AbsCSDI.En_CG, AbsCSDI.So_CG. Pada tabel 4.10, dapat dilihat bahwa model regresi 3 memperoleh nilai adjusted R Squere sebesar 0,230. Hal ini berarti bahwa 23% variasi CAR dapat dijelaskan oleh 3 variabel dimensi CSR-disclosure yaitu dimensi ekonomi (CSDI-Ec), dimensi sosial (CSDI-En), dimensi lingkungan (CSDI-So), dan nilai selisih mutlak antara masing-masing variabel dimensi CSR tersebut dengan variabel corporate governance (CG). Sedangkan 77% lainnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor diluar variabel-variabel independen tersebut. Tabel 4.10 Koefisien Determinasi Model Regresi 3 Model Summary Model 1
R
R Square a
.596
.355
Adjusted R Square .230
Std. Error of the Estimate .24658
a. Predictors: (Constant), AbsCSDI.So_CG, AbsCSDI.Ec_CG, Zscore: CSDI.So, Zscore: CSDI.Ec, Zscore: REGR factor score 1 for analysis 1, AbsCSDI.En_CG, Zscore: CSDI.En
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 Hasil uji statistik t pada tabel 4.11 menunjukan bahwa pengaruh CG terhadap hubungan variabel-variabel CSR-disclosure terhadap CAR adalah bervariasi. Variabel AbsCSDI-Ec_CG menunjukan nilai t 2,699 sig. 0,011 > 0,1, sehingga nilai selisih mutlak Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
19
(absolute difference value) antara CSDI-Ec dengan CG dapat mempengaruhi nilai CAR secara signifikan. Arah pengaruh antara kedua variabel adalah positif ditunjukan dengan nilai coefficient beta yang positif yaitu 0,145. Namun demikian nilai standardized coeficient beta Variabel CSDI-Ec sebelum dan sesudah dimoderasi relatif sama (perbedaan tidak signifikan) yaitu berurutan 0,433 dan 0,407 artinya hubungan CSDI-Ec dan CAR tidak dipengaruhi oleh adanya CG. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3a yang menyatakan “Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan postif antara CSR – Disclosure dimensi Ekonomi dengan Abnormal Return” ditolak. Tabel 4.11 Statistik t Model Regresi 3 a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
.027
.086
Zscore: CSDI.Ec
.103
.047
Zscore: CSDI.En
-.081
.056
Zscore: CSDI.So
.032
.052
Zscore: REGR factor score 1 for analysis 1
.034
.047
AbsCSDI.Ec_CG
.145
.054
AbsCSDI.En_CG
-.146
.079
AbsCSDI.So_CG
.008
.076
.016
Sig.
.309
.759
.349
2.170
.037
-.292
-1.443
.158
.112
.620
.539
.122
.728
.471
.407
2.699
.011
-.297
-1.846
.073
.103
.919
a. Dependent Variable: CAR
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011 AbsCSDI-En_CG menunjukan nilai t -1,846 sig. 0,73 < 0,1, sehingga nilai selisih mutlak antara CSDI-En dan CG berpengaruh signifikan terhadap CAR. Nilai coefficient beta negatif yaitu -1,46. Nilai negatif berarti variabel moderat dapat memperlemah hubungan psositif antara variabel independen dengan dependen. Pada model regresi 1 menunjukan hubungan CSDI-En dan CG adalah negatif, sehingga nilai coefficient beta negatif menunjukan bahwa variabel CG mampu memperkuat hubungan negatif antara CSDI-En dengan CAR. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3b yang menyatakan “Mekanisme Internal Corporate Governance memperkuat hubungan CSR – Disclosure dimensi Lingkungan dengan Abnormal Return” ditolak. Lain halnya dengan variabel AbsCSDI-Ec_CG dan AbsCSDI-En_CG, AbsCSDI-So_CG tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai CAR. Nilai t adalah 0,103 sig. 0,919 < 0,1, sehingga CG tidak mampu memperkuat ataupun memperlemah hubungan kedua variabel. Dengan demikian, hipotesis 3c yang menyatakan “Mekanisme Internal Corporate Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
20
Governance memperkuat hubungan positif antara CSR – Disclosure dimensi Sosial dengan Abnormal Return” ditolak. Pembahasan Hubungan CSR-Disclosure dan Reaksi Investor yang Ditunjukan Dengan Abnormal Return Saham Hubungan masing-masing dimensi CSR-disclosure terhadap reaksi investor adalah berbeda-beda. Pengungkapan CSR dimensi ekonomi ternayata memiliki pengaruh positif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa CSDI-Ec merupakan gooodnews bagi investor, semakin tinggi pengungkapan CSR dimensi Ekonomi berdasarkan standar GRI semakin tinggi pula nilai abnormal return. Alasan yang logis untuk menjelaskan hal ini adalah: (1) Perusahaan telah melakukan pengkomunikasian pesan CSR dimensi Ekonomi secara tepat sehingga makna CSR dapat diterima dengan baik oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan, (2) CSR dimensi Ekonomi berdasarkan GRI mampu meningkatkan net asset perusahaan sehingga dengan adanya CSR dimensi Ekonomi, investor mengharapkan adanya peningkatan distribusi kemakmuran kepada mereka. Hasil ini mendukung pernyataan Sayekti dan sensi (2007), bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapan dalam laporan tahunan perusahaan, sekaligus membantah hasil yang ditunjukan oleh dahlia dan Veronika (2008) bahwa CSR-disclosure tidak berpengaruh terhadap nilai abnormal return Dimensi lain selain dimensi Ekonomi adalah dimensi Lingkungan dan dimensi Sosial. Hasil uji hubungan yang tidak signifikan antara CSR-disclosure dan abnormal return telah mengidentifikasikan bahwa CSR-disclosure dimensi Lingkungan dan Sosial tidak memiliki content information dan menolak azas kebermanfaatan (usefulness). Pengungkapan CSR dimensi Lingkungan dan Sosial tidak memiliki kandungan informasi sehingga tidak dimanfaatkan investor untuk menilai kinerja dan keberlangsungan hidup perusahaan (sustainability development). Pengungkapan CSR dimensi Lingkungan dan Sosial tidak berdampak pada psikis investor untuk menjual, membeli atau mempertahankan saham perusahaan. Tidak ada aksi dari investor yang akan mengubah fungsi demand dan supply sampai terbentuk ekuilibrium baru dari pengungkapan kedua dimensi CSR tersebut. Hasil ini menegaskan hasil dari penelitian Donato et. al (2007) bahwa CSR-disclosure dimensi Ekonomi dan Sosial. Donato et. al memberikan alasan atas hasil penelitiannya bahwa sebagian besar investor memiliki persepsi rendah untuk masalah CSR. Beberapa alasan lain dikemukakan dalam penelitian ini untuk menjelaskan hasil tersebut. Dari segi teoritis: Pertama, kinerja sosial dan lingkungan hanya bagian kecil dari Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
21
faktor yang mempengaruhi harga saham. Persepsi investor terhadap resiko, kondisi ekonomi dan sentimen politik juga menjadi penentu harga saham. Kedua, pasar tidak cukup kuat. Investor lebih mengutamakan data pasar modal historis untuk menilai investasinya, sehingga harga saham tidak cukup mampu direfleksi oleh informasi-informasi seperti CSR-disclosure dimensi Lingkungan dan Sosial. Ketiga, dikutip dari Suwarjono (2006) bahwa, pasar sering berperilaku yang tak terprediksi (idiosinkratik). Dari segi Praktik: CSR-disclosure merupakan penyampaian atas aktivitas yang telah dilakukan untuk menunjukan keperdulian perusahaan terhadap kehidupan sosial dan lingkungan sekitar. Penyampaian CSR-disclosure dalam annual report adalah wajib berdasarkan UU. PT No. 40 Pasal 66. Namun demikian, annual report merupakan media pelaporan historis selama satu tahun. Pada annual report, CSR merupakan ringkasan kegiatan sosial dan lingkungan selama satu tahun. Banyak media penyampaian lain selain annual report yang lebih cepat dan akurat seperti media elektronik, internet dan sebagainya, sehingga informasi CSR pada annual report dapat disebut sebagai corny information. Investor menganggap bahwa informasi CSR pada annual report adalah basi, karena mereka telah mengetahui sebelumnya melalui media-media lain seperti yang telah disebutkan diatas. Hasil yang mengejutkan adalah pengaruh dimensi Lingkungan terhadap CAR adalah negatif walaupun tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena investor lebih berpandangan jangka pendek. Kontradiksi dengan sifat investor tersebut, CSR dimensi Lingkungan mempunyai pandangan jangka panjang. Sekali lagi berhubungan dengan adanya peningkatan kemakmuran investor, CSR dimensi Lingkungan tidak akan merefleksikan harapan investor tersebut dalam jangka pendek. CSR dimensi Lingkungan bahkan dapat menurunkan net asset perusahaan karena cost environmental (effort) yang tidak mampu menciptakan pendapatan (accomplishment). Dengan demikian, semakin tinggi pengungkapan tanggungjawab perusahaan terhadap Lingkungan, semakin tinggi ketakutan investor bahwa perusahaan tidak dapat menciptakan peningkatan kemakmuran kepada mereka sehingga menurunkan daya beli investor terhadap saham perusahaan secara berlebihan. Peran Enveronmental Performance Rating Dalam Hubungan Antara CSR-disclosure dan Reaksi Investor Sesuai dengan asumsi teori agensi, bahwa manajer dapat memanupulasi laporan yang dibuatnya untuk pengguna yang berkepentingan dengan memanfaatkan fleksibilitas pelaporan guna kepentingan pribadi. Dengan demikian, CSR-diclosure dapat diragukan kebenarannya oleh investor, sehingga investor tidak akan bereaksi terhadap laporan tersebut. Adannya Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
22
penilaian kinerja sosial dan lingkungan oleh pihak independen dalam bentuk PROPER diharapkan dapat membentuk kepercayaan baru sehingga dapat menguatkan CSR-disclosure terhadap reaksi investor. Namun pada kenyataanya, penelitian ini tidak menunjukan bukti empiris hubungan yang signifikan antara nilai residual CSDI dan EnP dengan CAR. PROPER dan CSR-disclosure merupakan suatu jenis pengungkapan dengan tema yang sama yaitu berhubungan dengan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan. Dengan adanya hasil tersebut diatas menunjukan telah terjadi kontradiksi antara pandangan jangka pendek investor dengan pandangan jangka panjang CSR, sehingga laporan dengan tema sosial dan lingkungn tidak akan dijadiakan acuan bagi investor untuk mempengaruhi kebijakan investasi mereka (decesion making). Selain itu, pasar tidak cukup kuat, investor lebih mengutamakan data pasar modal historis untuk menilai investasinya, sehingga harga saham tidak mampu direfleksi oleh informasi-informasi tentang sosial dan lingkungan sekalipun informasi tersebut didukung oleh pihak yang independen. Abnormal return yang terjadi pada penelitian merleksikan adanya faktor-faktor lain selain pengungkapan CSR pada annual report. Peran Corporate Governance Dalam Hubungan Antara CSR-disclosure dan Reaksi Investor Peran mekanisme corporate governance diharapkan mampu meminimalisasi praktek manajerial yang tidak baik yang akan merugikan shareholder dan stakeholder perusahaan. Good corporate governance diharapkan menjadi guarantee bagi investor atas pengungkapan kinerja perusahaan. Argumentasi yang berdasarkan agency theory tersebut telah dibantah oleh hasil penelitian ini. Hasil analisis telah membuktiksn secara empiris bahwa peran corporate governance tidak amapu memperkuat hubungan positif CSR-disclosure dengan reaksi investor yang ditunjukan dengan adanya abnormal return. Tanpa atau adanya corporate governance tidak mengubah kuat atau lemahnya pengaruh CSR dimensi Ekonomi dengan abnormal return. Menurut Dahlia dan Veronika (2008), hal ini dapat diakibatkan karena Investor hanya menggunakan data pasar modal historis untuk menilai investasinnya. Hasil ini juga didukung oleh penelitian Rustiarini (2010), bahwa interaksi antara CSRdisclosure dan corporate governance dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan namun pengaruhnya tidak dapat memperkuat hubungan sebelum terjadi interaksi. Kontradiksi dengan hal tersebut diatas, CG memperkuat pada hubungan negatif antara CSDI-En dengan CAR. Semakin tinggi nilai corporate governance semakin kuat pengaruh negatif antara CSR dimensi Lingkungan terhadap reaksi investor. Hal ini berkaitan dengan luas pengungkapan, dengan adanya good corporate governance, manajerial dituntut Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
23
transparan untuk mengunkapkan seluruh tanggungjawab perusahaan terhadap Lingkungan tanpa ada yang disembunyikan sehingga informasi mengenai kinerja Lingkungan menjadi simetris. Pada dasarnya, CSR dimensi Lingkungan berpengaruh negatif terhadap reaksi investor (hasil uji hipotesis 1). Dengan demikian, semakin tinggi nilai corporate governance, semakin tinggi transparasi perusahaan memngungkapkan kinerja Lingkugan, semakin tinggi tingkat keraguan investor terhadap pengembalian kas dimasa yang akan datang dan peningkatan kemakmuran bagi mereka. Dana telah dikeluarkan berlebih untuk keperdulian lingkungan, dimana cost yang keluar tidak dapat menciptakan pendapatan pada jangka pendek, sehinggal semakin bereaksi negatif terhadap CSR-disclosure dimensi Lingkungan dengan dimoderasi CG. CG tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan antara CSR dimensi Sosial dengan reaksi investor. Kualitas CSR dimensi Sosial tidak mudah diukur dan sebagian besar perusahaan menggunakan pengungkapan CSR sebagai tambahan alat periklanan, sehingga menghindari memberikanin informasi yang relevan. Sekalipun perusahaan telah meyakinkan adanya good corporate governance namun paradigma investor tidak berubah bahwa pengungkapan CSR bekaitan dengan dimensi Sosial oleh manajerial merupakan couse related marketing. Ilmu marketing tidak logis untuk dikaitkan dengan fungsi corporate governance, sehingga corporate governance tidak dapat mempengaruhi hubungan CSR dimensi Sosial dengan reaksi investor baik memperkuat atau memperlemah.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
24
V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris hubungan antara CSR-disclosure dengan cumulatite abnormal return dan peran environnmental performance rating dan corporate governance sebagai moderating variabel. Berdasarkan hasil analisis didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hanya CSR-disclosure dimensi Ekonomi yang menunjukan adanya pengaruh positif signifikan terhadap CAR, sehingga semakin besar perusahaan mengungkapkan CSR dimensi ekonomi, semakin tinggi nilai abnormal return. Kedua dimensi CSR yang lain (dimensi Lingkungan dan Sosial) tidak menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap CAR. 2. Environnmental performance rating tidak dapat memoderasi hubungan positif antara masing-masing dari ketiga dimensi CSR terhadap CAR. 3. Interaksi antara
CSR-disclosure
dimensi
Ekonomi
dan
corporate
governance
berpengaruh positif terhadap CAR, namun tidak dapat memperkuat hubungan positif antara CSR-disclosure dimensi Ekonomi dan corporate governance. Sedangkan hubungan negatif antara CSR-disclosure dimensi Lingkungan dengan CAR diperkuat corporate governance, namun corporate governance tidak dapat memoderasi hubungan positif CSR-disclosure dimensi Sosial
terhadap
CAR
baik
memperkuat atau
memperlemah. Keterbatasan Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu: 1. Variabel CSR hanya diukur melalui annual report, sedangkan media pengungkapan CSR sangat luas tidak hanya pada annual report 2. Corporate governance hanya diproksikan pada mekanisme internal yaitu organ-organ dalam perusahaan sebagai infrastruktur yang menjalankan sistem corporate governance. 3. Model regresi berganda tidak mampu menjelaskan kompleksitas hubungan masing masing variabel seperti pengaruh simultan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen Saran Implikasi pada penelitian ini adalah bahwa perusahaan dihimbau dapat melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan berkesinambungan, berkelanjutan dan mengungkapakanya secara transparan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
25
melalui peningkatan harga saham. Selain itu, perusahaan perlu meningkatkan perhatiannya terhadap pembentukan Komisaris Independen, Komite Audit, Komite Manajemen Resiko, dan Komite GCG. Komite-komite tersebut sebagai infrastruktur perusahaan dalam menjalankan sistem corporate governance untuk menciptakan good corporate governance. Interaksi Corporate governance dengan CSR-disclosure dimensi Ekonomi terbukti secara empiris memberikan reaksi positif atas sebuah pengungkapan CSR dimensi Ekonomi. Sedangkan Saran yang diberikan bagi penelitian yang akan datang adalah: 1. Mempertimbangkan media-media lain selain annual report untuk mengukur CSR perusahaan sehingga dapat lebih menggambarkan kinerja sosial dan lingkungan perusahaan yang sebenarnya. Media yang dapat digunakan adalah sustainability report, media cetak (majalah CSR, majalah Corporate Governance, dan majalah-majalah bisnis lainnya), serta official website perusahaan. 2. Melakukan pengukuran corporate governance dengan lebih baik. Pengukuran internal mekanisme corporate governance sebaiknya tidak hanya diukur berdasarkan ada atau tidaknya organ-oragan internal perusahaan sebagai infrastruktur corporate governance, melainkan juga efektivitas pelaksanaan corporate governance dalam sebuah perusahaan berdasarkan Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A dalam Lampiran I Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-305/BEJ/07-2004 maupun peraturan-peraturan lain dan pedoman terkait corporate governance. 3. Mengembangkan model dan menggunakan alat analisis yang lebih baik, seperti path analysis sehingga dapat dilakukan uji parsial, uji simultan, maupun hubungan timbal balik variabel-variabel CSR terhadap abnormal return,, variabel-variabel CSR terhadap CG, CG terhadap abnormal return dan, Begitu juga dengan variabel EnP.
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
26
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Fr. Reni Retno. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta)”. Padang, 23-26 Agustus: Simposium Nasional Akuntansi IX. Arifin. 2005, “Peran Akuntan Dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia” . Semarang: Badan Penerbit UNDIP Chariri, Anis. 2008, “Kritik Sosial Pemakaian Teori dalam Penelitian Pengungkapan Sosial dan Lingkungan”. Jurnal Maksi, Vol. 8 No. 2 Agustus, pp151-169 Dahlia, Lely dan Veronica Siregar. 2008. “ Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap kinerja Perusahaan”. Pontianak, Kalbar, 23 Juli : Simposium Nasional Akuntansi 11. Darmawati, Reni Dkk. 2005, “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8 No. 1 Januari, pp 65-81 Donato, Francesca, G. Fiori, M. F. Izzo. 2007. “Corporate Social Responsibility and Firms Performance” . http: //www.ssrn.com, 12 Januari 2010 Faisal. 2005. “ Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 8 No. 1 Januari, pp 175-190 Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Herremans, Irene, et al. 1993. “ An Investigation of Corporate Social Responsibility Reputation and Economic Performance” . Accounting, Organization and Society, Vol. 18, no. 7/8, pp. 587-604. Husnan, Suad 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN. Jogianto, Hartono 2000, “Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap Pengumuman Deviden” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3, no. 2, pp 203-213 Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE Linda, C. R. dan J. LeMaster, 2007. “Voluntary Corporate Social Responsibility Disclosure SEC, CSR Seal of Approval ” Business & Society, Vol. 46, no 3, pp 370-385. Manurung, A.H. 1997, “Portofolio Bursa Efek Jakarta” (Kapitalisasi Besar, Kecil dan Campuran), Jakarta: Manajemen dan Usahawan No.12 th XXVI. Myra, Agustina Dkk., 2005, ”Perilakau Reaksi Harga Saham dan Volume Perdagangan Saham atas Pengumuman Deviden”. http: //www.univpancasila.ac.id, 30 Juli 2010 Nurdin E. dan Fani M. C., 2006. “ Pengungkapan Tema-Tema Sosial dan Lingkungan Dalam Laporan Tahunan Terhadap Reaksi Investor”. Http: //www.lm.fe.unpad.ac.id/uploads/file/26.pdf , 2 Desember 2009 Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011
27
Rakhiemah, Aldila N., 2009. “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) Disclosure dan Kinerja Financial”. Palembang: Simposium Nasional Akuntasi 12. Rustiarini, Ni Wayan, 2010. “Pengaruh Corporate Governance Pada Hubungan Corporate Sosial Responsibility dan Nilai Perusahaan”. Purwokerto: Simposium Nasional Akuntasi 13. Sakaran, Uma, 2006. Reserch Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Sari, Nirmala, 2010. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional”. Semarang: Skripsi FE UNDIP. Samsul, Mohamad, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Sayekti, Yosefa dan Wondabio, L Sensi. 2007. “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coeficient”. Makasar, 26-28 Juli: Simposium Nasional Akuntansi IX. Sembiring, E Resmanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di BEI”. Solo, 15-66 September: Simposium Nasional Akuntansi VIII. Siaputra, Lani dan A. Surja, A, 1996. “Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Perubahan Harga saham Sebelum dan Sesudah Ex-Devident date di Bursa Efek Jakarta” Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 8, no. 1,, pp 71-77 Solihin, Ismail. 2008, Corporate Social Responsibility: From Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat. Suratno, Ign Bondan, Darsono dan Siti Mutmainah. 2006. “Pengaruh Enveronmental Performance terhadap Enveronmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004)”. Padang, 23-26 Agustus: Simposium Nasional Akuntansi IX. Sularso, R. Andi. 2003 “ Pengaruh Pengumuman Deviden Terhadap Perubahan Harga Saham (Return) Sebelum dan Sesudah EX-Divident Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 5, No. 1, Mei: 1-17 Suwardjono, 2006. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Wahyu, Dheni. 2009, “Analisis Pengaruh Suku Bunga, Volume Perdagangan dan Kurs Terhadap Return Saham Sektor Properti yang Listed di BEI”. Semarang: Tesis S2 Program Pasca arjana UNDIP. Wiley, john. 2003. Resech Methods for Business. Jakarta: Salemba Empat. Wulan, S Tanjung. 2009, “Pengaruh CSR Terhadap Kinerja keuangan dan Kinerja pasar Perusahaan’. Semarang: Skripsi FE UNDIP. Yuaningsing, Ni Wayan dan Made G.W. 2007. ”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responcibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi”. Universitas Udayana: http: //ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20wirakusuma-yuniasih.pdf, 20 Desember 2010
Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, Universitas Diponegoro Semarang, 2011