DARI RAKYAT AMERIKA
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Praktik yang Baik - Edisi II
MANAJEMEN DAN TATA KELOLA DI SD/MI DAN SMP/MTs
Buku praktik yang baik edisi II Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID) melalui Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS). USAID PRIORITAS adalah program kemitraan antara Pemerintah Amerika dan Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas di Indonesia.
Pengantar Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Salah satu fungsi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Perpres No 14 Tahun 2015) adalah “perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola Dikdasmen”. Untuk menjalankan fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan Kebijakan Program Pendidikan Dasar antara lain: (1) pemenuhan hak terhadap pelayanan pendidikan dasar yang berkualitas, (2) peningkatan kualitas pembelajaran dan (3) peningkatan tata kelola pendidikan dasar. Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan tata kelola pendidikan dasar tersebut telah didukung oleh USAID PRIORITAS melalui beberapa program dan kegiatan antara lain pelatihan dan pendampingan guru, kepala sekolah, pengawas serta kegiatan kelompok kerja di tingkat sekolah dan tingkat gugus. Kegiatan pendampingan ini menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan kreatif, manajemen berbasis sekolah (MBS), program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan, buku fiksi, dan buku bacaan berjenjang kepada sekolah dasar. Pengalaman pembelajaran dan manajemen di sekolah SD, MI, SMP, dan MTs telah dirangkum dalam buku praktik yang baik sejak tahun 2015 (edisi 1), dan buku ini merupakan buku praktik yang baik edisi II. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada USAID PRIORITAS yang telah membantu pendidikan di Indonesia khususnya untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di kabupaten dan kota mitra USAID PRIORITAS. Semoga buku praktik yang baik ini dapat memberikan motivasi dan inspirasi bagi pengelola pendidikan di kabupaten dan kota lainnya di seluruh Indonesia, bagi guru dan praktisi dalam rangka memeratakan pendidikan yang bermutu. Jakarta, April 2017 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Hamid Muhammad, Ph.D NIP. 195905121983111001
DAFTAR ISI Membenahi Sekolah
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
2
Sekarang Sa Su Bisa Baca!
4
Optimalkan Segala Potensi Kembangkan Madrasah Rujukan
28 Libatkan Paguyuban Orangtua untuk Pantau
Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi Sekolah Rujukan
30 “Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek -
6 8
Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah Madrasah Kami
10 Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat
12 Supervisi Informal untuk Menunjang Proses Pembelajaran Siswa
14 Hadirkan “Jupe” Tingkatkan Kepedulian 15 Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional
16 Sekolah Berintegritas 17 Sane, Wadah Orang Tua Siswa Peduli Sekolah 18 Manfaatkan Medsos untuk Drumband dan Beasiswa
20 Si Gemas Siswa Gemar Memilah Sampah 22 Beginilah Peran Komite di SDN 39 Kassi
Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah
32 Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi Guru
34 Program SAS dan GGA Bantu Anak Putus Sekolah
36 Kelompok Belajar Berbasis Tempat Tinggal 38 Strategi Menangani ABK, Komunikasi Intens dengan Orangtua
40 Sumbang Beras Beli Kipas Angin di Setiap Kelas
42 Tembok dan Toilet Sekolah dari Peran Serta Masyarakat
44 Tata Ruang Kelas Nyaman; Belajarpun Kondusif
46 Buklet Khusus untuk Siswa yang Membutuhkan Layanan Khusus
Maros
24 Cepat Berubah Karena Kepemimpinan
ii
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Membantu Guru 48 Supervisi Kelas Optimalkan Mutu Pembelajaran
50 Buat Lomba Kreativitas Guru 52 Asyiknya Bercocoktanam Sembari Menguatkan Tiga Pilar Pendidikan
54 Galang Program Orangtua Mengajar 56 Kepemimpinan Pembelajaran Dongkrak Kinerja Sekolah
58 Atmosfer USAID PRIORITAS Mewarnai Efektivitas Pengelolaan Kinerja MGMP IPA Kabupaten Lumajang
60 Bendera Bintang Putih untuk Kelas Bersih dan Administrasi Rapi
Menumbuhkan Budaya Baca 66
Seribu Buku dari Wali Murid untuk Sekolah
68 Sulap Limbah PLN Jadi Fasilitas Program Membaca
70 Bentuk Paguyuban Khusus Perpustakaan Sekolah
72 Perpustakaan SMP Dibuka untuk Umum 74 Tiga Program Literasi Andalan SMP 3 Perbaungan
75 Jambo Baca, Pondok Baca Siswa Menunggu Jemputan
76 Pojok Baca Dorong Siswa Terampil Menulis
62 Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM dan MBS
64 Fasilitasi Guru dalam Pembelajaran
Daftar Isi
iii
Membenahi Sekolah
SD Inpres 62 Gaya Baru, Manokwari Selatan, Papua Barat
Sekarang Sa Su Bisa Baca! juga menceritakan ulang buku yang telah dibacanya. Maria Sayori malah menceritakan isi buku yang dibacanya dalam bahasa daerah (Bahasa Sough).
Siswa SD Inpres 62 Gaya Baru memilih buku bacaan yang digantung di pohon.
“Sekarang sa su bisa baca! Baru, sa su berani cerita depan sa pu temanteman ee” (Sekarang saya sudah bisa membaca. Saya juga sudah berani bercerita di depan teman-teman), demikian ucapan Agus Ainusi, siswa kelas II SD Inpres 62 Gaya Baru. Agus kemudian maju ke depan sambil membawa buku yang sudah selesai dibacanya. Dengan lantang ia menceritakan apa isi buku yang dibacanya. Ada beberapa anak yang
2
Aulia Baransai, siswa kelas IV yang juga suka membaca, menyampaikan bahwa ia senang ke sekolah sekarang. Sebab guru tidak lagi marah-marah di kelas dan sekolah memiliki banyak buku yang ada gambarnya. Perubahan terjadi setelah guru-guru SD Inpres 62 Gaya Baru Momiwaren mendapat pelatihan mengajar dari USAID PRIORITAS tahun lalu. Mereka belajar mengajar dengan suasana gembira, membuat siswa aktif dan berani bertanya. Mereka juga belajar mengajari siswa-siswa kelas awal untuk membaca dengan terampil. Hasil pelatihan diterapkan di kelas dengan didampingi fasilitator. “Kami menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) untuk mengajar siswa-siswa kelas awal. Untuk siswa-siswa yang lamban membaca kami menggunakan Buku Bacaan Berjenjang (B3),” ungkap Ibu
Satriani, guru kelas I. “Kedua paket buku ini terbukti membantu anak-anak cepat paham membaca dan berhitung,” sambungnya. BPKP adalah paket buku untuk siswa kelas I-III yang ditulis dengan Bahasa Indonesia dialek Papua. Ilustrasi dan contoh-contoh yang ada di buku ini dipilih dari hal-hal yang ada di Papua dan dimengerti oleh siswa-siswa Papua. Sedangkan B3 adalah paket buku untuk membantu siswa-siswa belajar membaca. B3 terdiri atas enam level. Level A adalah buku untuk siswa-siswa yang baru belajar membaca. Setiap halaman terdiri atas gambar dan satu kata saja. Sedangkan level B, C, D dan F isinya semakin meningkat. Siswa-siswa kelas awal, kelas I, II dan III dikelompokkan berdasarkan kemampuan membacanya. Mereka diajar secara bersama-sama dengan buku yang sesuai dengan kemampuan membacanya. SD Inpres 62 Gaya Baru terletak di Kecamatan Momiwaren, Manokwari Selatan. Momiwaren terletak 120 km arah selatan Kota Manokwari. Diperlukan waktu empat jam dari Kota Manokwari untuk menjangkau Momiwaren. Ada delapan SD di Momiwaren, salah satu sekolah yang aktif adalah SD Inpres 62 Gaya Baru. Setahun yang lalu, sekolah hanya
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
memiliki seorang kepala sekolah. dua guru, namun satu guru sudah tidak aktif lagi, dan 21 siswa. Sekolah hanya memiliki dua ruang kelas dan satu rumah kepala sekolah yang sekaligus difungsikan untuk ruang koordinasi antara guru dan kepala sekolah. Saat pertama kami berkunjung, siswa-siswa yang sedang berada di luar kelas langsung berlari menjauh. Mereka malu melihat orang asing datang. Ibu Beatrix Krey, kepala sekolah, menjelaskan bahwa kondisi sekolah sangat mencemaskan. Proses belajarmengajar tidak terjadi setiap hari, tergantung dari kedatangan siswa dan gurunya. Setelah setahun membenahi diri, SD Inpres 62 Gaya Baru memiliki 58 siswa, empat ruang kelas, tujuh guru termasuk kepala sekolah dan satu ruang baca terbuka di samping sekolah. Tambahan ruang kelas didapat dari Dinas Pendidikan. Kini setiap kelas memiliki guru. Jumlah siswa kelas I ada 13 siswa, merupakan jumlah rombongan belajar terbesar yang pernah ada di SD ini karena biasanya mereka hanya menerima kurang dari 10 siswa baru setiap tahunnya. Ibu Beatrix berupaya meningkatkan mutu sekolahnya dengan memenuhi kebutuhan alat dan bahan untuk guru mengajar. Ibu Beatrix mengadakan pertemuan setiap dua minggu dengan semua guru untuk membahas kondisi sekolah. Pertemuan ini membahas kemajuan masing-masing siswa. Jika ada siswa yang tidak hadir, seorang
guru ditugaskan untuk mengunjungi orangtua siswa. Jika ada siswa yang lambat belajar, belum bisa membaca, maka guru kelas akan memberikan perhatian khusus dan pendampingan khusus supaya siswa bisa mengejar kawan-kawannya. Tim pengajar yang dipimpin Ibu Beatrix juga membahas kebutuhan pembelajaran dan operasional sekolah bersama-sama. Semua kebutuhan dipenuhi dengan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Jadi semua guru tahu penggunaan dana BOS. “Salah satu masalah yang kami hadapi adalah kurangnya ruang kelas,” ucap Bapak Dorman Ainusi, guru kelas IV. “Kami memiliki enam rombongan belajar, sementara ruang kelas yang tersedia hanya empat. Maka kami gabungkan siswa kelas V dan kelas VI dalam satu ruang kelas. Siswa kelas V hanya tujuh orang dan siswa kelas VI hanya lima orang. Jadi kelas kami belah jadi dua.” Untuk mengatasi kekurangan kelas, Pak Dorman membangun Taman Baca di samping sekolah, yang digunakan secara bergilir untuk proses belajarmengajar. “Siswa-siswa suka sekali belajar di sini,” kata Ibu Satriani, guru kelas II. Selain untuk proses belajarmengajar, Taman Baca juga menjadi tempat untuk siswa-siswa membaca buku bacaan. “Setiap pagi sebelum jam belajar, empat hari dalam seminggu para siswa membaca bersama di taman baca,” sambung Ibu Satriani. Mereka bebas memilih buku bacaan
yang disukai. Buku-buku bacaan ini adalah hibah USAID PRIORITAS dan bantuan beberapa orang dari Jawa. Kondisi awal SD Inpres 62 Gaya Baru adalah gambaran persekolahan di pedalaman Papua secara umum. Kehadiran guru dan siswa yang jarang, ruang kelas yang kurang adalah lazim ditemui di pedalaman Papua, sehingga hasil belajar siswa pada umumnya sangat mengecewakan. Namun upaya sungguh-sungguh dari Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan guruguru dapat mengubah situasi tersebut. SD Inpres 62 Gaya Baru membuktikan bahwa persekolahan di pedalaman Papua bisa diperbaiki. Siswa-siswa Papua adalah siswa-siswa yang cerdas. Dengan cara mengajar yang sesuai, mereka akan menjadi siswa-siswa berprestasi.
Siswa membaca buku bacaan berjenjang di luar kelas.
Membenahi Sekolah
3
Siswa MTs Al-Mukhtariyah mengajak pejabat dari Kemenag melakukan percobaan pengaruh penutupan tanah dengan tumbuhan terhadap volume air yang dikeluarkan saat mendapatkan air. Para siswa tersebut mempraktikkan di sekolahnya pada acara Konferensi Praktik Terbaik Program Kerja Sama Peningkatan Mutu Madrasah di Jakarta, Oktober 2016 lalu.
Mts Al-Mukhtariyah Bandung Barat, Jawa Barat
Optimalkan Segala Potensi Kembangkan Madrasah Rujukan Ruba Nurzaman dan D Ridwan Wakil Kepala MTs AlMukhtariyah Bandung Barat Sampai awal tahun 2013, MTs AlMukhtariyah belum mampu memikat orangtua untuk menitipkan anak. Saat itu suasana pembelajaran madrasah masih konvensional dengan siswa duduk berbanjar dan guru lebih banyak berceramah secara monoton. Kondisi perpustakaan jauh dari standar kelayakan dan tidak mampu memenuhi kebutuhan warga madrasah atas sumber informasi akademik. Kondisi lingkungan madrasah cenderung tidak mendukung iklim akademik dan kenyamanan belajar.
4
Spirit perubahan hadir di madrasah ketika USAID PRIORITAS memberikan sejumlah paket pelatihan. Para guru mendapat pelatihan praktik yang baik dalam pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTLContextual Teaching and Learning). Selepas pelatihan, mereka mendapat pendampingan oleh fasilitator daerah (fasda) guna mempraktikkan hasil pelatihan, mengevaluasi, dan mencobanya kembali secara berkesinambungan. Pada saat yang sama, kepala madrasah, guru, dan komite madrasah berkesempatan mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam bidang manajemen berbasis sekolah (MBS) yang juga ditindaklanjuti dengan pendampingan.
Setelah mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, kepala madrasah langsung menerapkan hasil pelatihan MBS di madrasahnya. Dibentuklah tim pengembang madrasah dan tim pengembang budaya baca yang merupakan tim gabungan dari pihak manajemen (kamad dan wakamad), perwakilan guru, staf tata usaha, dan komite madrasah. Tim ini segera menyusun program madrasah dan, usai digodog, segera disosialisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Guru-guru yang belum mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS, diwajibkan mengamati proses pembelajaran guru yang sudah dilatih, guna mendapatkan gambaran awal
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
model CTL. Setelah dirasa cukup punya gambaran, para guru ini dilatih dalam program diseminasi, praktik di ruang kelas, dan didampingi guru yang sudah dilatih lebih awal. Kini semua guru MTs Al-Mukhtariyah sudah mengikuti pelatihan CTL dan dalam semua mata pelajaran, mampu menerapkan model CTL. Di akhir tahun 2013, perubahan penting telah terjadi di MTs AlMukhtariyah. Para siswa madrasah tampak menikmati proses pembelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan. Lingkungan sekitar kini menjadi sumber belajar aktif yang sangat produktif. Siswa belajar Bahasa Inggris secara terpadu dengan praktik percobaan sains. Mereka belajar Bahasa Indonesia di alam terbuka sambil mencari inspirasi merangkai karya sastra. Mereka juga menemui dan mewawancarai pihakpihak yang kompeten untuk belajar IPS dan mata pelajaran lain. Bahkan, pendekatan CTL mereka terapkan juga dalam proses pembelajaran Ilmu Fiqih mengenai pemulasaraan jenazah. Para guru juga telah terampil membuat lembar kerja bermuatan pertanyaan tingkat tinggi dan proyek kegiatan yang merangsang kreatifitas siswa. Diskusi kelompok dan presentasi menjadi pengalaman keseharian siswa. Halaman madrasah dimanfaatkan guru untuk siswa belajar sambil bermain. Bahkan lorong-lorong sekolah dimanfaatkan guru untuk proses belajar yang mengasyikkan bagi
para siswa. Kelas-kelas dibenahi dengan warnawarni yang terkesan semarak dan menyenangkan. Sehingga, muncul suasana yang mendukung aktivitas belajar. Aplikasi warna yang tepat turut menunjang semangat belajar. Hasil karya siswa dipajang di setiap ruang kelas sehingga siswa merasa bangga, meneguhkan atmosfer akademik madrasah, dan siswa mendapat sumber belajar baru dari pajangan. Karya-karya siswa dihimpun pada sebuah galeri madrasah, pernah dipamerkan pada showcase tingkat kabupaten, pameran tingkat provinsi, dan bahkan unjuk karya dan kinerja madrasah tingkat nasional di Kemendikbud RI. Saat itu, stan MTs Al-Mukhtariyah disambangi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang tampak kagum dan membanggakan kinerja AlMukhtariyah dalam sambutannya di hadapan pemuka nasional. Kepala madrasah mendukung penuh semua kebutuhan pembelajaran dari ATK, sarana, penataan ruang kelas dengan segala perabotannya, hingga penataan lingkungan madrasah. Segala kebutuhan pembelajaran dibahas pada tingkat perencanaan, termasuk kebutuhan anggarannya, antara manajemen, guru, dan komite madrasah. Madrasah juga menjalin kemitraan dengan berbagai pihak agar kualitas
madrasah terus meningkat. Kemitraan dengan PT Indonesia Power, TISERA, ormas Islam, dokter Korea, dan masjid besar Rajamandala merupakan beberapa contoh kemitraan yang sudah dibangun. Guru dan siswa kerap memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang pembelajaran. Budaya baca telah berkembang baik. Perpustakaan ditata apik, koleksinya bervariasi dan up-to-date, dan dilengkapi dengan sistem layanan digital. Siswa teratur menerbitkan majalah dan mereka membentuk kelompok gemar membaca yang disebut reading club. Sudut baca terdapat pada setiap ruang kelas dan setiap bidang tembok, koridor, dan lorong dihiasi rak-rak buku yang bisa diakses warga madrasah setiap saat. Untuk membiasakan siswa membaca, Al-Mukhtariyah menjadwalkan kegiatan membaca massal dan membaca senyap di halaman madrasah. Pembiasaan membaca ini disuntikkan lebih dini kepada siswa baru pada masa orientasi. Komitmen ini dikuatkan serangkaian kampanye budaya baca dalam bentuk poster, spanduk, dan baliho yang menghiasi setiap sudut madrasah. Budaya baca ini telah melahirkan sejumlah karya siswa, antara lain artikel reviu buku menggunakan Ishikawa Fishbone, reading diary, kumpulan cerpen, dan buku digital. Guru-guru pun telah menulis buku yang diterbitkan dalam bentuk cetak dan digital.
Membenahi Sekolah
5
Pembelajaran aktif di kelas VI SDN Sumbergondo 2, Batu, kini menjadi rujukan.
SDN Sumbergondo 2 Batu, Jawa Timur
Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi Sekolah Rujukan “Awal menjabat kepala sekolah, saya dihadapkan dengan banyak masalah. Mulai dari guru yang kurang disiplin dalam mengajar, sering terlambat, pembelajaran berjalan konvensional, hingga masyarakat kurang dilibatkan dalam pengembangan sekolah. Banyak yang bilang karena ini sekolah di desa maka hal itu wajar,” urai Ibu Sri Winarni, Kepala SDN Sumbergondo 2 Batu, saat diwawancara di sekolahnya.
lainnya karena peran kepemimpinan kepala sekolah. Kemitraan dengan USAID PRIORITAS dimanfaatkan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Dia melibatkan guru dan komite sekolah dalam merancang perubahan di sekolah. Paguyuban kelas bersama guru kelas sebulan sekali rapat membahas program peningkatan mutu pembelajaran.
Sekolah mitra USAID PRIORITAS yang berada di daerah pedesaaan lereng Gunung Arjuna ini berhasil menjadi sekolah rujukan bagi sekolah-sekolah
Kepala sekolah aktif melakukan supervisi sekaligus melakukan pendampingan kepada guru. “Dua bulan setelah para guru dilatih, saya
6
melihat hanya guru kelas VI yang sudah menerapkan pembelajaran aktif. Lalu saya melibatkan guru kelas VI menjadi tim pendamping bagi guru lainnya untuk menerapkan hasil pelatihan USAID PRIORITAS,” katanya. Kini semua guru kelas sudah menerapkan pembelajaran aktif. Pajangan hasil karya siswa kelas I sampai kelas VI, sudah memperlihatkan kemampuan belajar berpikir tingkat tinggi. Di kelas I, siswa membuat laporan hasil wawancara dengan orangtuanya tentang ciri-ciri diri siswa saat mulai baru lahir sampai usia 7
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
tahun. Di kelas II, siswa menggambar benda-benda segiempat yang ada di kelas dan mendeskripsikan dengan kata-katanya sendiri. Di jenjang kelas yang lebih tinggi, seperti kelas IV sampai VI, hasil karya siswa tampak lebih menantang, terstruktur, dan ditulis dengan kalimat yang lebih panjang. Seperti di kelas VI siswa membuat laporan percobaan rangkaian listrik paralel dan seri, serta keuntungan dan kerugiannya. Pada ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) tahun 2015 lalu, sekolah ini berhasil menjadi juara 1 tingkat kecamatan dari sebelumnya hanya peringkat 15. Sekolah ini juga ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kota Batu menjadi sekolah rujukan bagi sekolah lainnya. Menurut Ibu Trihananing Tyas, guru kelas VI, pembelajaran aktif di kelasnya menjadi lebih optimal karena dukungan kepala dan komite sekolah yang menyediakan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran aktif. Kebutuhan alat dan bahan untuk pembelajaran ini tersedia berkat bantuan wali kelas melalui paguyuban kelas. Konsep pembelajaran ini sebelumnya telah dituangkan Ibu Naning ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Nah, kebutuhan pembelajaran yang tertuang dalam RPP dikomunikasikan kepada paguyuban kelas sehingga mereka akan mengetahui alat dan bahan apa saja
Kegiatan membaca buku bacaan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai di SDN Sumbergondo 2 Batu, Jawa Timur. yang dibutuhkan. “Rapat pihak sekolah dengan paguyuban kelas untuk membahas RPP rutin dilakukan sekali dalam sebulan,” ucap Ibu Naning. Bantuan dari paguyuban kelas ditekankan tidak berupa uang tetapi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembelajaran. “Alhamdulillah orang tua murid mau
membantu. Hal ini tidak lepas karena keterbukaan kepala sekolah dalam melibatkan peran serta masyarakat,” kata Ibu Naning lagi. Bantuan dari paguyuban kelas ini ditekankan tidak berupa uang melainkan barang. Lihat presentasi kepala SDN Sumbergondo 2: http://prioritaspendidikan.org/id/ media/608/presentasi-kepala-sdnsumbergondo-02-batu-
Membenahi Sekolah
7
Pohon yang rindang dan gerobak baca untuk meningkatkan budaya baca di MIN Lamkuta.
MIN Lamkuta, Susoh, Aceh Barat Daya, Aceh
Peran Serta Masyarakat Ubah Wajah Madrasah Kami Oleh Tasyfin Mirdas MIN Lamkuta Sebelumnya madrasah kami tak diminati masyarakat. Madrasah yang awalnya hanya memiliki 54 orang siswa dengan rata-rata 5 hingga 11 siswa per kelas ini berada di tanah sengketa selama 23 tahun sejak 1990. Selain itu, etos kerja guru/pegawai rendah dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum aktif/PAKEM. Hal-hal tersebut menyebabkan rendahnya kepercayaan masyarakat pada madrasah ini. Saya mendapatkan pelatihan Modul I, II, dan III MBS dari USAID PRIORITAS. Pengalaman baru ini sangat penting
8
bagi saya, mengingat adanya permasalahan yang sangat kompleks pada madrasah yang baru kami tempati tahun 2013. Dengan pengalaman baru yang kami dapatkan di USAID PRIORITAS, sebagai kepala madrasah saya mencoba membuka diri dengan komite madrasah, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh muda yang ada di sekitar madrasah bahkan dengan muspika di tingkat kecamatan. Kami mulai mengundang mereka dengan membuat pertemuan resmi sehingga kami punya kesempatan untuk mengutarakan semua permasalahan yang dihadapi madrasah
juga keterbukaan tentang ketersediaan anggaran yang ada pada madrasah serta program-program yang akan dilaksanakan di madrasah. Di samping itu juga memberikan kesempatan kepada setiap warga/muspika kecamatan untuk memberikan gagasan ikut pengembangan madrasah. Pertemuan pertama tersebut diikuti dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, seiring dengan perbaikan atau perubahan secara perlahan pada proses pembelajaran, dimulainya bedah kelas, pembentukan kepengurusan komite baru dan paguyuban kelas yang dinamai “Forum Silaturrahmi Kelas”. Secara pelan tapi pasti, kami mulai
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
membuat program budaya baca, ekstrakurikuler pengajian dan bela diri serta penataan lingkungan sekolah.
pihak. Becak angkutan antar jemput menjemput dan mengantar siswa yang berdomisili jauh dari madrasah.
Perubahan yang terjadi ini berdampak sangat signifikan. Masyarakat mulai melirik madrasah kami. Tahun Ajaran 2014 siswa baru langsung melonjak berjumlah 32 siswa dan tahun berikutnya menjadi 38 siswa serta di tahun ajaran baru 2016 menjadi 48 siswa. Dengan pendekatan yang persuasif bersama masyarakat dan muspika, permasalahan tanahpun terselesaikan dengan baik ditandai dengan dibuatkannya akte wakaf baru oleh ahli waris. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil hal tersebut dapat terwujud.
Kerja keras seluruh warga madrasah telah membuahkan hasil dengan menjadikan madrasah ini salah satu madrasah favorit. Menurut ketua komite, Bapak Irjuarisman, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan madrasah membangkitkan rasa tanggung jawab. Masyarakat terpanggil untuk membantu madrasah, “Ini adalah hal yang sangat dirindukan masyarakat selama ini. Masyarakat juga ingin berperan membantu pendidikan anakanak di lingkungannya,” kata Pak Irjuarisman.
Strategi yang saya lakukan untuk menggandeng masyarakat dalam meningkatkan dan mengembangkan mutu serta kemajuan madrasah di antaranya: memberikan bukti kerja keras dan rasa percaya pada masyarakat, membuat program pengembangan madrasah yang dituangkan pada RKS dan RKT dengan melibatkan masyarakat dan warga madrasah dalam penyusunannya, melaksanakan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan anggaran madrasah, melibatkan orangtua siswa dalam pembelajaran terutama kelas awal melalui Forum Silaturrahmi Kelas. Kami juga mengembangkan inovasi baru seperti membuat becak angkutan antar jemput siswa. Pengadaannya merupakan bantuan dari berbagai
Senada dengan ketua komite, salah seorang tokoh agama, Ustad Ushukuddin, menjelaskan bahwa ada kekecewaan masyarakat terhadap pengelolaan madrasah sebelumnya. “Namun dengan adanya transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan anggaran madrasah serta melibatkan masyarakat dalam program-program madrasah maka secara perlahan masyarakat mulai menaruh harapan kembali untuk menitipkan anaknya belajar di madrasah ini,” jelas Ustad Ushukuddin. Terima kasih USAID PRIORITAS yang telah membawa angin perubahan bagi masyarakat, komite dan madrasah kami secara menyeluruh.
Penerapan metode PAKEM di madrasah.
Membenahi Sekolah
9
MI Sumurrejo menawarkan papan iklan ke industri lokal untuk mendapatkan pemasukan bagi sekolah.
MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang, Jawa Tengah
Transparansi dan Akuntabilitas Buat MI Sumurrejo Bisa Mobilisasi Dana Masyarakat Merebaknya isu tentang pungutan liar di sekolah setelah dikeluarkannya 58 jenis pungli oleh tim Saber Pungli menjadi kendala penghimpunan dana untuk mendukung pengembangan sekolah dan pembelajaran. Banyak sekolah yang gelisah dan akhirnya menghentikan berbagai upaya untuk menghimpun dana tersebut. Namun kondisi tersebut tak berlaku bagi MI Sumurrejo, Gunung Pati Semarang. Madrasah ini, malah menambah program untuk menguatkan penghimpunan dana di masyarakat. Hal tersebut karena semua pihak dengan sukarela dan
10
tanpa paksaan memberikan sesuatu untuk pengembangan peserta didik. Di Madrasah ini sudah ada kesepahaman, saling mengerti, dan tidak ada pemaksaan. Mereka telah satu visi untuk bersama-sama mengembangkan sekolah. Kuncinya adalah transparansi dan akuntabilitas. Beberapa hal yang dilakukan oleh komite sekolah untuk menggalakkan dan mendukung program madrasah adalah: 1. Komite bersama dengan kepala madrasah awalnya menawarkan iklan secara door-to-door ke industri di lingkungan sekolah.
Akhirnya industri mulai tertarik dan mau beriklan. Iklan eksklusif tersebut dipajang sepanjang jalan ke madrasah. Iklan tersebut berisi visi misi dan lima budaya kerja Kementerian Agama dengan penambahan nama industri yang beriklan. Tiap iklan dihargai Rp. 150.000 per tahun. Pada tahun kedua, iklan eksklusif tersebut dilelang. 2. Dibentuk komite kelas untuk mendukung pengembangan setiap kelas. Setiap minggu disusun daftar piket kehadiran dan setiap bulan rapat bersama. Tugas komite ini
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
adalah mendampingi dan memfasilitasi segala kebutuhan yang ada di kelas tersebut. 3. Diadakan infak serbaguna yang dilakukan tanpa paksaan dan sukarela. Infak serbaguna ini diambil dan dikelola oleh komite kelas. Setiap hari Jumat mereka menyebarkannya. Setiap bulan pendapatan masing-masing kelas dihitung bersama dalam rapat komite madrasah. Rata-rata sebulan pemasukan madrasah sebesar Rp 4-8 juta. 4. Untuk menambah pemasukan madrasah dalam rangka mendukung pembelajaran, komite bersepakat dengan pedagang untuk menyewakan tempat yang digunakan untuk berdagang. Pedagang yang berada di jalan diberikan waktu berjualan yaitu dari pukul 7 sampai 10 pagi. Pedagang di jalan membayar sewa sebesar Rp. 2.000 per jam, pedagang di dalam madrasah membayar Rp. 20.000, dan pedagang di sebelah madrasah Rp. 12.000. Uang sewa dikelola oleh komite. Para pedagang melibatkan orangtua dalam pengadaan jajanan bagi siswa. 5. Selain digunakan untuk pembangunan madrasah dan mendukung proses pembelajaran, uang yang dikelola Komite juga digunakan untuk menolong warga sekolah yang sakit. Warga sekolah
itu adalah para pedagang, orangtua siswa, siswa, maupun guru. Semua pemasukan dan pengeluaran yang dikelola oleh Komite Madrasah dilaporkan secara berkala. Perencanaan kegiatan yang didanai dengan dana yang dikumpulkan oleh Komite Madrasah dilakukan secara bersama-sama dengan semua pihak sekolah. Dengan demikian semua pihak tahu berapa pemasukan, untuk apa dana tersebut dan manfaatnya bagi madrasah. Sinergi komite ini, ternyata membuahkan hasil. Ikatan kekeluargaan orang tua, masyarakat dan madrasah menjadi sangat kuat. Mereka secara sadar bergotongroyong memfasilitasi kebutuhan madrasah. Berdirinya mushalla, pondok baca dan ruang kelas untuk kelas III adalah bukti dari sinergi tersebut. Sarana fisik tersebut adalah untuk menjawab kebutuhan siswa yang kekurangan tempat yang layak untuk sholat, membaca, dan kelas untuk belajar.
Ruang kelas hasil sinergi dengan komite.
“Semua ini kami laksanakan untuk memenuhi tanggungjawab kami sebagai orang tua siswa. Anak-anak kami sekolah di sini. Jadi kami harus bersinergi untuk memfasilitasi yang terbaik,” ungkap ketua komite madrasah Bapak KH Rohani Amin. Pondok Baca hasil kerjasama dengan komite dan masyarakat.
Membenahi Sekolah
11
Kepala sekolah dan pengawas sekolah melakukan supervisi informal dari satu sekolah ke sekolah lainnya.
Pidie Jaya, Aceh
Supervisi Informal untuk Menunjang Proses Pembelajaran Siswa Oleh Isfandiar SAg MPd Pengawas SMP Dinas Pendidikan Pidie Jaya Supervisi informal adalah supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di sekolah sehingga sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk pelaksanaan proses belajarmengajar. Biasanya supervisi dilakukan dengan cara berkeliling ke sekolah, mengontrol keadaan pembelajaran di
12
dalam kelas dengan tidak menggunakan instrumen. Dengan melihat secara langsung, kepala sekolah bisa memutuskan segera apa yang harus dilakukan. Namun jika ada hal-hal yang tidak bisa diputuskan sendiri, kepala sekolah akan membawa temuannya dalam rapat dewan guru atau dengan warga sekolah dan komite sekolah. Melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) kami merancang
pelaksanaan supervisi informal. Strategi yang kami lakukan adalah melaksanakan supervisi di dalam kelas atau di depan kelas ketika sedang berlansung proses pembelajaran. Kami (kepala sekolah) juga berkeliling di lingkungan sekolah ketika pagi hari pada saat jam pelajaran belum dimulai dan waktu jam istirahat. Berikut adalah beberapa pengalaman para kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi informal.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Ketika menemukan kelas yang tidak ada gurunya, maka kepala sekolah memerintahkan guru piket untuk mengecek keberadaan guru yang belum masuk kelas tersebut dan memberitahukan guru tersebut untuk masuk ke dalam kelas. Atau kalau gurunya tidak ada, kepala sekolah meminta guru piket untuk menggantikannya. Kepala sekolah memantau langsung proses pembelajaran di dalam kelas dan melakukan wawancara dengan guru tentang kemajuan proses pembelajaran serta kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran. Jika ada keperluan yang dibutuhkan di kelas, kepala sekolah bisa segera mengadakannya. Selanjutnya jika ada hal-hal yang tak bisa segera dipenuhi, kepala sekolah membuat catatan kecil tentang hasil pemantauan serta wawancara yang dilakukannya dan membahasnya dalam rapat dengan guru. Dalam rapat tersebut didiskusikan jalan keluar dari masalah tersebut. Usulan-usulan dari rapat dijadikan pedoman bagi guru untuk memperbaiki proses belajar mengajarnya. Dampak dari supervisi informal yang dilakukan oleh kepsek ini adalah guru merasa diperhatikan dan lebih bersemangat dalam melaksanakan tugas. Guru lebih giat berupaya untuk meningkatkan mutu pembelajarannya. Inilah pengakuan beberapa guru SMPN 1 Bandarbaru. “Kami sangat bersemangat dalam melaksanakan
pembelajaran karena kepala sekolah peduli terhadap prosesnya. Kekurangan yang didapatkan di dalam proses pembelajaran dikoreksi secara bijaksana oleh kepala sekolah, sehingga kami dapat memperbaikinya di kemudian hari,” jelas Ibu Sukmawati SPd, guru mata pelajaran Matematika. “Adanya pantauan langsung kepala sekolah membuat siswa bersemangat di dalam proses pembelajaran,” tambah Bapak Murhamah, SPd, guru mata pelajaran IPA. Selain itu, siswa merasa diperhatikan kepala sekolah dan bersemangat dalam belajar. “Kepala sekolah sering melakukan diskusi dengan kami terutama saat jam istirahat, kamipun secara terbuka dan santai dapat berbagi informasi dengan kepala sekolah,” jelas Rina, siswa kelas VIII.
Kepala sekolah memaparkan hasil supervisi informal saat rapat rutin sekolah.
“Kegiatan Supervisi Informal ini sangat sering saya lakukan untuk memantau keadaan sekolah dan proses pembelajaran dan memberikan masukan kepada guru apabila ada kendala di dalam kelas,” tutup Bapak Nasruddin SPd, Kepala Sekolah SMPN 1 Bandar Baru, salah satu sekolah yang melakukan Supervisi Informal secara konsisten di bawah pengawasan kami.
Supervisi informal dilakukan dengan cara mengelilingi lingkungan sekolah untuk melihat kebutuhan warga sekolah.
Membenahi Sekolah
13
Siswa SMPN 15 sedang menghitung jumlah sumbangan sukarela yang dikumpulkan setiap Jumat.
SMPN 15 Kota Tangerang Selatan, Banten
Hadirkan “Jupe” Tingkatkan Kepedulian Siapa yang tak kenal “Jupe” di SMPN 15 Kota Tangerang Selatan? Setiap Jumat “Jupe” ada di SMPN 15 secara sukarela. “Jupe” mendorong siswa untuk lebih peduli kepada sesama dan demi kemajuan siswa. “Jupe” adalah salah satu program sekolah yang sudah berjalan sejak tiga tahun lalu. “Jupe adalah bagian dari program SMPN 15 yang merupakan kepanjangan dari Jumat Peduli. Setiap Jumat, siswa diajak untuk berpartisipasi secara sukarela untuk peduli kepada sesama yang sakit, memerlukan pertolongan dan perbaikan kegiatan belajar mengajar,” ujar Ibu Hj Yuliani Silaturochmi MPd, Kepala SMPN 15 Tangerang Selatan. “Meski sekolah ini baru meluluskan enam angkatan, tetapi saya percaya 'Jupe' menjadi program
14
andalan agar siswa memiliki kepedulian terhadap sesama dan sekolah,” tambah Ibu Yuliani. Dana yang terkumpul dari program “Jupe” setiap bulan sekitar Rp 2.000.000. Dana ini dikelola oleh komite SMPN 15 Kota Tangerang Selatan yang diketuai oleh Bapak Drs. Amir. Komite SMPN 15 berperan penting untuk membuat perubahan demi kemajuan sekolah semisal pengelolaan dana “Jupe”. Dana ini dimanfaatkan untuk sumbangsih sekolah berdasarkan laporan mingguan siswa dan guru yang sakit. Dana juga dipakai untuk mendukung kemajuan siswa. Komite sekolah mengelola dana yang dikumpulkan dari program “Jupe” untuk perbaikan
sarana pendukung pembelajaran seperti meja, kursi dan alat-alat listrik yang dibutuhkan sekolah. Alhasil sekolah yang menampung sekitar 850 siswa ini berhasil menyelenggarakan pembelajaran secara kondusif. “Salah satu hasil tindak lanjut program USAID PRIORITAS yang diperoleh, kami mendirikan mading (majalah dinding) sekolah yang terdiri dari setiap mata pelajaran untuk menampilkan kreasi siswa. Mading ini menjadi sumber pembelajaran juga bagi siswa,” kata IbuYuliani sambil menunjukkan dinding sekolah yang dipenuhi produk pembelajaran karya siswa. Mading sekolah yang baru saja dibangun merupakan kontribusi dari pengelolaan dana “Jupe” yang digalang komite sekolah.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Bapak Abdul Hamid mendapat penghargaan Rp 10 juta atas prestasi sebagai pengawas madrasah terbaik.
Demak, Jawa Tengah
Terapkan MBS, Antarkan Hamid Jadi Pengawas Berprestasi Nasional Bapak Abdul Hamid, pengawas RA/MI Kementerian Agama Kabupaten Demak mendapat penghargaan sebagai Pengawas Kementerian Agama (Kemenag) Berprestasi Tingkat Nasional, yang dilaksanakan di Bogor pada Oktober 2015. Gelar tersebut merupakan buah dari keseriusannya dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam tugas kepengawasan yang dijalaninya. “MBS merupakan solusi dari berbagai masalah di madrasah. Hal tersebut penting untuk terus ditekankan dan didorong implementasinya,” kata Pak Hamid yang juga fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Demak. Dalam ajang pemilihan pengawas
berprestasi tingkat nasional tersebut, Pak Hamid mempresentasikan tentang pengembangan profesionalisme guru dan pengawas melalui supervisi akademik dan supervisi manajerial berkelanjutan. Akademik yang dimaksud seperti peningkatan kualitas pembelajaran yang didahului dengan membuat perencanaan yang baik, sedangkan manajerial merupakan bentuk perencanaan dan pengelolaan madrasah yang baik. Bentuk-bentuk tersebut merupakan hal yang dilatihkan oleh USAID PRIORITAS dan dikembangkan dirinya bersama Kemenag Jawa Tengah. “Saya sudah mendapatkan pelatihan MBS dari USAID, kemudian saya kembangkan di lingkungan Kemenag
sampai sekarang,” katanya. Di sela aktivitasnya sebagai pengawas, dia juga aktif menjadi fasilitator USAID PRIORITAS di Jawa Tengah. Karena semangat berbagi yang dimiliki, beliau sering diundang untuk mengisi pelatihan MBS di berbagai tempat. Berkat hal tersebut, portofolio yang dikumpulkan oleh Pak Hamid paling banyak bila dibandingkan peserta dari provinsi lain. Hal itu menjadi nilai tambah untuk menjadi juara. “Kunci sukses saya adalah tidak takut salah dalam setiap berkarya. Orang yang berkarya sudah dalam posisi benar. Malah yang tidak berkarya itu yang kurang benar. Maka jangan ragu untuk terus berkarya,” katanya.
Membenahi Sekolah
15
Ibu Dra Hj Endang Koeswarini MM, Kepala SMPN 8 Serpong berdiri di sebelah kanan Presiden Jokowi.
SMPN 8 Tangerang Selatan, Banten
Sekolah Berintegritas SMPN 8 Tangerang Selatan atau yang dikenal SMPN Puspiptek adalah salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS yang berhasil meraih prestasi sebagai sekolah berintegritas. Pemberian penghargaan sekolah berintegritas tersebut diberikan secara langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pada akhir Desember 2015 lalu. Penghargaan ini berdasarkan integritas kejujuran yang tinggi dalam menyelenggarakan ujian nasional selama lima tahun terakhir yang linier dengan capaian nilai UN yang tinggi. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo yang juga mengapresiasi keberhasilan kepala sekolah dalam menyelenggarakan UN yang jujur. “Presiden Joko Widodo mengundang 503 kepala sekolah dari 260.000 SMP/SMA/SMK di seluruh Indonesia untuk mendapatkan penghargaan sebagai sekolah paling berintegritas,”
16
tutur Ibu Dra Endang Koeswarini MM, Kepala SMPN 8 Tangerang Selatan yang bercerita proses penerimaan penghargaan tersebut. Sekolah ini dalam empat tahun terakhir berhasil mendapatkan nilai rata-rata UN di atas 8 dan integritas UN selalu baik.
materi kepemimpinan kepala sekolah yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS selama ini,” kata Ibu Endang mengaitkan pengalaman dilatih USAID PRIORITAS dengan penghargaan yang baru diterimanya.
“Menurut Bapak Jokowi, kejujuran merupakan nilai-nilai dasar dalam membangun bangsa. Pendidikan di dalam sekolah bukan hanya dilaksanakan secara akademik, tetapi sekaligus mental untuk menjaga integritas kejujuran,” jelas Ibu Endang. Menurut Ibu Endang, Kemendikbud telah memiliki aplikasi penyelenggaraan UN berintegritas yang dipantau selama lima tahun.
Sekolah ini memiliki motto “Prestasi Itu Penting, Jujur Lebih Utama” sehingga selain menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, para guru dan siswa juga berkomitmen menciptakan kejujuran dalam pembelajaran. Jika ada siswa yang bermasalah atau melakukan kecurangan dalam ujian, sekolah tidak memberikan hukuman melainkan memberi pembinaan dan pendampingan.
SMPN 8 Tangerang Selatan merupakan sekolah yang termasuk dalam kuadran 1 dengan indeks integritas tertinggi dan terbaik. “Sebagai kepala sekolah saya merasa bangga dapat menerapkan pendidikan berkarakter sesuai dengan
Beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS yang juga mendapat prestasi ini di antaranya SMPN 1 Karanganyar Jawa Tengah, SMPN 1 Rogojampi, dan SMPN 1 Banyuwangi, Jawa Timur.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Orang tua siswa yang bergabung dalam SANE membuat pot bunga dan dijual untuk membiayai kebutuhan sekolah.
SDN 183 Balla Bittuang, Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Sane, Wadah Orang Tua Siswa Peduli Sekolah Sejak kembali dari kunjungan belajar ke beberapa sekolah di Jawa Timur November 2015, komite sekolah dan tokoh masyarakat di SDN 183 Balla Bittuang langsung mendeklarasikan terbentuknya SANE, atau Sangkutu Banne: sebuah perkumpulan masyarakat yang ingin berkonstribusi nyata terhadap sekolah. Sangkutu Banne dalam Bahasa Toraja bermakna Segepok Bibit. Namun dalam konteks deklarasi ini, Sangkutu Banne merupakan pernyataan tekad dari para orang tua untuk melestarikan bibit yang unggul, yaitu para siswa, dengan cara melibatkan diri secara aktif sebagai bagian integral stakeholder sekolah. Dalam deklarasi, komunitas SANE menegaskan bahwa siswa yang sekolah di SDN 183 Balla Bittuang merupakan bibit yang harus dirawat dan semua
orang tua harus memberikan perhatian yang lebih baik, terutama mendukung segala keperluan pembelajaran.
tersebut untuk keperluan di rumah masing-masing,” ujar Ibu Apdalina Nanna, Kepala Sekolah SDN 183 Balla Bittuang.
Didahului dengan rapat di sekolah tersebut, SANE telah terbentuk di setiap tingkatan kelas. Dengan SANE, tiap orang tua di setiap kelas menyusun agenda masing-masing. Salah satu yang paling nampak adalah pembuatan pot bunga dan kolam ikan untuk mencari dana.
Hasil penjualan pot bunga itu disumbangkan ke sekolah untuk mengatasi kebutuhan pembelajaran, seperti pembelian alat tulis menulis. Pihak sekolah merasa terbantu dengan kehadiran SANE dan berbagai programnya yang menunjang pembelajaran sekolah.
Dalam pembuatan pot bunga misalnya, kontribusi orang tua beragam. Ada yang menyumbang pasir, semen, makanan, dan tenaga. Beberapa lainnya bertindak sebagai tenaga pemasaran. Setelah pot bunga selesai, pihak orang tua melakukan promosi kepada masyarakat umum. Setiap pot dijual dengan harga Rp 50.000. “Banyak anggota SANE yang membeli pot
Kolaborasi dan komunikasi yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua siswa di sekolah Balla Bittuang telah meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab orang tua siswa dan masyarakat terhadap sekolah tersebut meningkat. “SANE sudah menjadi institusi sosial berkarya nyata bagi SDN 183 Balla Bittuang,” ujar Ibu Apdalina Nanna.
Membenahi Sekolah
17
SMPN 2 Dolok Sanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara
Manfaatkan Medsos untuk Drumband dan Beasiswa Di halaman facebook dengan nama SMP Negeri 2 Dolok Sanggul ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah (seperti upacara bendera, perayaan-perayaan, budaya baca sekolah, kegiatan belajar-mengajar) serta berbagai perkembangan sekolah dipublikasikan. Dengan publikasi ini, peran masyarakat luas untuk mendukung sekolah bisa lebih didorong. Seperti kata Kepala Sekolah SMPN 2 Dolok Sanggul, Bapak Drs Pantun Purba. Pembuatan media sosial ini didorong Pak Purba. Tetapi karena dia juga tidak fasih mempergunakannya, dia menyarankan guru yang paham media sosial agar mengurus laman facebook SMPN 2 Dolok Sanggul tersebut. Tampilan facebook SMPN 2 Dolok Sanggul. Kabar baik itu datang dari SMPN 2 Dolok Sanggul. Sekolah ini sudah memanfaatkan internet dan media sosial untuk memajukan sekolah. Lewat halaman di media sosial Facebook, sekolah ini membangun komunikasi dengan dunia luar, terutama dengan alumnus-alumnusnya yang sudah bekerja dan tinggal di daerah atau kota lain.
18
“Saya sarankan salah seorang guru, Pak Muliadi untuk membuat medsos sekolah. Dia sekaligus menjadi adminnya dan memperbarui informasi-informasi tentang sekolah. Sekarang ini kita tidak boleh menutup diri. Jangan takut dengan kemajuan lantas langsung berpikir negatif. Justru kita manfaatkan kemajuan tersebut untuk kebaikan,” kata Pak Purba. “Kami juga tidak hanya update keberhasilan yang sudah diraih tetapi juga hal-hal yang masih perlu dibenahi di sekolah. Sama seperti kalau ada
orang tua murid yang datang berkunjung ke sekolah. Kita perlihatkan apa yang perlu dibenahi bersama-sama sehingga dengan begitu partisipasi masyarakat bisa ditingkatkan,” katanya lagi. Lewat media sosial tersebut, SMPN 2 Dolok Sanggul mendapatkan perhatian dari para alumninya. Beberapa manfaat yang sudah diperoleh sekolah ini melalui media sosial adalah pengadaan fasilitas drumband sekolah yang dilakukan oleh para alumni. Waktu itu, di media sosial SMPN 2 Dolok Sanggul diunggah kegiatan drumband di sekolah, tetapi alatnya tidak lengkap. Beberapa alumni langsung memberi respons dan mengirim ke sekolah. Begitu pula saat diinformasikan tentang salah seorang siswa berprestasi yang tidak bisa masuk ke sekolah unggulan SMA 2 Lintong Nihuta karena keterbatasan dana, sambutan baik segera datang dari beberapa orang alumni. Alumni-alumni angkatan 1992 yang berada di berbagai daerah sepakat mendukung adik kelas mereka tersebut, Bulan Tiur Hasian Manalu. Beasiswa pun diberikan kepada Bulan agar bisa mengikuti pendidikan di SMA 2 Lintong Nihuta tahun ajaran 2016/2017. Dari biaya pendidikan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
sebesar Rp. 800.000 per bulan, alumni mengakomodir Rp. 500.000 per bulan. Sedangkan sisanya sebesar Rp. 300.000 per bulan tetap ditanggung oleh orangtua Bulan. “Ini agar orang tua tetap bertanggung jawab terhadap anaknya,” kata Pak Pantun yang juga adalah fasda MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) USAID PRIORITAS.
Menjamin biaya pendidikan per bulan tercukupi hingga tamat SMA, dana pendidikan tiga tahunpun dikumpulkan alumni angkatan 1992 tersebut untuk dikelola oleh salah seorang guru yang terpercaya. Bagaimanapun, SMPN 2 Dolok Sanggul sudah berhasil memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memajukan sekolah.
Tim drumband dan alumni sekolah.
Membenahi Sekolah
19
Hasil kegiatan komunitas Si GeMas di SMPN 3 Kota Cimahi: sampah yang sudah dipilah dan diolah.
SMPN 3 Kota Cimahi, Jawa Barat
Si Gemas Siswa Gemar Memilah Sampah Program prioritas pemenuhan mutu bidang manajerial sesuai dengan pemetaan mutu adalah Standar Sarana Prasarana yang fokus pada Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL). Program SBL ini menitikberatkan pada pemilahan sampah, lingkungan hijau, pengolahan sampah, pengurangan sampah plastik, dan pengolahan/daur ulang sampah. Di lingkungan SMPN 3 Cimahi,
20
permasalahan sampah juga menjadi hal yang sangat penting mendapatkan penanganan yang serius.Volume sampah setiap hari dari bekas bungkus jajanan siswa sangatlah tinggi. Salah satu alternatif solusinya adalah dengan membentuk Si GeMaS (Siswa Gemar Memilah Sampah), sebuah komunitas siswa peduli lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah di lingkungan kampus SMPN 3 Cimahi. Setiap anggota Si GeMaS selain
melakukan kegiatan memilah dan mengolah sampah juga menjadi penyuluh kesehatan lingkungan bagi seluruh siswa-siswi SMPN 3 Cimahi. Lingkungan yang bersih ternyata mendukung suasana sekolah menjadi sangat nyaman sehingga belajar pun lebih bersemangat dan berkualitas. Kegiatan Si GeMaS terdiri atas empat kegiatan berikut:
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
1. Pemilahan Sampah Kegiatan pemilahan sampah merupakan tahap awal dalam pengelolaan sampah. Siswa belajar untuk memilah sampah dimulai dari dalam kelas. Siswa dibiasakan memilah sampah organik, sampah kertas, dan sampah plastik. 2. Pengurangan Jumlah Sampah Siswa dibiasakan membawa tempat makan dan minum dari rumah untuk mengurangi volume sampah di sekolah. 3. Daur Ulang Sampah Daur ulang merupakan pengolahan sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat seperti :
Mengolah sampah kertas menjadi kertas daur ulang/kerajinan;
Mengolah bungkus bekas menjadi aneka kerajinan;
Mengolah sampah organik menjadi kompos/pupuk.
4. Bank Sampah Sampah yang telah dipilah-pilah dikumpulkan di bank sampah untuk disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau pengepul sampah. Pengelola bank sampah mencatat uang yang diterima dalam buku tabungan. Komunitas Si GeMas di SMPN 3 Kota Cimahi dorong siswa-siswa untuk memilah sampah.
Membenahi Sekolah
21
Siswa SDN 39 Kassi Maros belajar dengan nyaman setelah kelas mendapatkan pencahayaan alami yang cukup terang.
SDN 39 Kassi Maros, Sulawesi Selatan
Beginilah Peran Komite di SDN 39 Kassi Maros Oleh Hj. Andi Nensih, Kepala Sekolah SDN 39 Kassi Maros Salah satu ruangan kelas sekolah gelap, sehingga terlihat kurang layak untuk dijadikan tempat belajar. Dulu sebenarnya kelas tersebut tidak gelap, tetapi tetangga dekat sekolah membangun rumah dan dindingnya menghalangi sinar matahari masuk. Kelas ini perlu dibuatkan jendela di bagian atas agar cahaya bisa masuk. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dan menjadi justifikasi untuk merombak struktur komite di sekolah. Bersama pengawas dan perwakilan orangtua siswa, saya melakukan rapat
22
melakukan perubahan susunan komite dan menambah beberapa pengurus di dalamnya. Dari yang awalnya cuma beranggotakan lima orang menjadi sebelas orang. Penambahan anggota ini penting karena komite sebelumnya kurang aktif dalam mendorong keterlibatan masyarakat. Padahal setelah belajar modul USAID PRIORITAS, kita menjadi sadar bahwa keterlibatan masyarakat sangat penting dalam memajukan sekolah, terutama lewat sumbangan dana dan daya mereka. Acara pengukuhan komite baru dijadikan juga sebagai ajang untuk rapat perencanaan kegiatan komite.
Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah mencarikan dana sukarela untuk pembangunan jendela tersebut. Komite kemudian meminta persetujuan saya sebagai kepala sekolah untuk mengedarkan surat permintaan sumbangan sukarela, tidak mengikat jumlah dan waktunya kepada seluruh orangtua siswa. Setelah disetujui, surat tersebut diberikan pada siswa. Orangtua siswa tanpa paksaan menyumbang serelanya. Selain itu komite juga menggali dana dari berbagai kalangan, seperti dari pengusaha, anggota DPR dan lain-lain. Akhirnya uang terkumpul dan dikelola oleh komite. Komite membeli bahan,
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
menyewa tukang dan juga mengawasi jalannya pembuatan jendela. Total dana yang terkumpul lebih dari lima juta dan bisa menutupi kebutuhan dana pembuatan jendela tersebut. Dua jendela dengan ukuran 2 meter x 50 centi meter tersebut akhirnya berhasil dibuat, tanpa menggunakan dana BOS sedikitpun. Semua berasal dari sumbangan sukarela orangtua siswa dan juga berbagai kalangan yang mau menyumbang. Kini siswa bisa belajar di ruang kelas yang tidak gelap. Siswa-siswa jadi bisa belajar dengan lebih baik. Setelah selesai pembangunan, komite membuat pertanggungjawaban penggunaan dana dan melaporkan saat rapat dengan kepala sekolah, pengawas dan orangtua siswa. Saat pertemuan pelaporan juga dibahas tentang berbagai rencana pengembangan sekolah ke depan yang membutuhkan peran aktif komite. Peran komite sangat besar dalam pengembangan sekolah ini. Setelah membuat jendela komite sekolah terus membantu sekolah. Mereka menyumbangkan ide dalam perencanaan pengembangan sekolah, membangun taman baca, membuat taman sekolah, ikut mencarikan dana untuk kebutuhan ATK pembelajaran dan lain-lain. Tanpa keterlibatan komite dan orangtua siswa, sekolah kami tidak akan berkembang seperti ini.
Jendela yang dibangun dengan bantuan komite sekolah membuat siswa dapat belajar lebih baik.
Membenahi Sekolah
23
(Kiri) Gazebo baca di MIN 1 Takalar. (Kanan) Zulfikah sedang disalami oleh salah satu siswanya menjelang pulang sekolah.
MIN 1 Takalar, Sulawesi Selatan
Cepat Berubah Karena Kepemimpinan Bapak Zulfikah baru saja pindah menjadi Kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri I Takalar. Sebelumnya dia adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pattiro Banggae. Madrasah yang dulu sama sekali tidak dilirik, kini maju pesat selama kepemimpinannya. Masyarakat lebih tertarik menyekolahkan anaknya ke MI tersebut daripada ke sekolah dasar negeri di desa tersebut. Kunci suksesnya adalah pelaksanaan modul USAID PRIORITAS secara konsisten baik pembelajaran aktif, manajemen berbasis sekolah yang mencakup partisipasi masyarakat dan budaya baca. Kesuksesan ini kembali diulang Pak
24
Zulfikah saat dia dipindah ke MIN I Takalar pada April 2016. Saat datang ke sekolah yang baru, hal yang pertama kali dia lakukan adalah mengadakan observasi dengan wawancara langsung dengan guru dan staf sekolah, rapat sekolah, dan menilik langsung semua sudut-sudut sekolah dan kelas. Setelah dua-tiga hari melakukan observasi, Pak Zulfikah menemukan beberapa hal: guru masih belum memakai metode PAKEM dalam mengajar, hasil pembelajaran tidak terpajang, tidak ada program literasi, media inovasi masih sedikit, kelas tidak terorganisasi, lingkungan belum dijadikan sebagai sumber belajar, belum ada papan RKAS,
keterlibatan masyarakat minim, belum ada paguyuban kelas, program budaya baca dan lain-lain. Melihat kenyataan tersebut, Pak Zulfikah memimpin rapat untuk membuat perencanaan sekolah secara menyeluruh, mulai dari aspek pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, literasi, sampai partisipasi masyarakat. Dengan fasilitasinya, para guru menetapkan target-target dan jadwal-jadwal perubahan secara cepat. Untuk mengubah pembelajaran, Pak Zulfikah yang merupakan fasilitator daerah USAID PRIORITAS ini langsung turun sendiri memimpin KKG internal madrasah seminggu
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
sekali. Selama KKG internal tersebut, Pak Zulfikah membimbing pembuatan RPP, melakukan permodelan mengajar dan memfasilitasi simulasi berdasarkan metode PAKEM. Setelah satu kali KKG pembelajaran, hari berikutnya dia meninjau kelas, mengawasi dan melakukan pembimbingan bahkan melakukan team teaching dengan guru yang dibimbing. KKG internal berikutnya berupa evaluasi atas RPP, model mengajar, atau hal-hal yang penting seperti pembuatan media dan sebagainya. Untuk manajemen berbasis sekolah, dia mengadakan rapat dengan orangtua siswa. Dia memberikan datadata keuangan secara terbuka kepada para orangtua dan berjanji melaporkan semua bentuk program dan keuangannya kepada mereka. Orangtua akhirnya sepakat membentuk persatuan orangtua peduli sekolah (Popsa) dan organisasi tersebut berdiri di tiap kelas. RKAS dan laporan keuangan dipajang di dinding sekolah. Untuk literasi, sekolah menjadwalkan membaca 10 menit sebelum pembelajaran tiap hari, mendirikan bengkel membaca yaitu pembimbingan khusus bagi yang kurang bisa membaca dengan salah seorang guru diberikan tanggung jawab penuh, mengadakan bazar buku per tiga bulan sekali bekerjasama dengan penerbit; lomba baca, membaca massal tiap hari Jumat selama 30 menit.
Agar kelas berubah, maka tiap kelas juga diberikan slogan karakter tertentu; kelas I disebut “kelas pelayanan prima “, dengan karpet, meja dan ruangan yang ditata sedemikian rupa agar siswa yang baru pindah dari TK menjadi kerasan sekolah; kelas II disebut kelas calistung, kelas III prakarya, kelas IV karya inovatif, kelas V visual audio, kelas VI kelas media inovatif. Nama-nama tersebut adalah tema sekaligus mencerminkan apa yang harus diutamakan dikelas berdasarkan tema itu. Dengan strategi ini, setiap kelas kelihatan nyata berbeda dan memiliki karakter khusus yang menyenangkan siswa untuk belajar. Agar kelas semakin baik, diadakan juga lomba adiwiyata kelas tiap bulan. Tiap kelas berlomba untuk menata ruangan dan luar ruangannya. Mereka berlomba membuat bunga-bunga yang dipasang di pot-pot kecil dan botolbotol aqua dan digantung di dindingdinding luar kelas. Bunga-bunga dan pohon-pohon yang ditanam membuat sekolah menjadi kelihatan lebih asri dan rindang. Di dalam kelas juga dibuat sudut baca, sedang diluar kelas dibangun gazebo atau taman baca, green house, kantin kejujuran, air mancur besar di tengah madrasah, air mancur kecil-kecil di depan kelas, kebun anggrek dan pengembangan dan kegiatan baru lainnya yang membuat sekolah kelihatan berubah total dalam waktu singkat. Dari yang dahulu terasa
kering, menjadi semarak. Dari yang kurang banyak kegiatan, menjadi penuh kegiatan kreatif. Menurutnya untuk mengubah itu semua dibutuhkan strategi mengatur keuangan dana BOS dengan baik, membangkitkan semangat kebersamaan dengan para guru, dan memompa semangat orangtua siswa untuk terlibat dalam kegiatan madrasah. “Harus pandai-pandai mengatur keuangan dan menggunakan dana BOS agar tetap sesuai juknis namun harapan kita terhadap sekolah tetap tercapai,” jawabnya. Saat Kepala Seksi Pendidikan Madrasah (Kasei Penmas) berkunjung tiga bulan setelah pak Zulfikah menjabat, dia sangat terkejut dengan perubahan yang terjadi di madrasah tersebut. “Kasie Penmas yang berkunjung ke madrasah menjadi sangat terkejut melihat perubahan madrasah yang bergitu drastis,” cerita Pak Zulfikah. Ternyata dana yang terbatas mampu membuat madrasah bisa berbuat banyak dari segi perwajahan. Apalagi dalam segi pembelajaran, banyaknya pajangan dan pengelolaan kelas yang berbeda telah membuat Kasie Penmas terpesona. “Setelah itu, dia mengusulkan agar semua madrasah se-Kecamatan Galesong studi banding ke sini, dan saya setuju saja. Kasie Penmas ingin semua madrasah meniru bagaimana mengelola keuangan yang minim tapi mampu membuat sekolah begitu
Membenahi Sekolah
25
banyak berubah dalam waktu yang singkat,” ujar Pak Zulfikah. Setelah semua madrasah berkunjung, rupanya Kemenag Takalar tertarik untuk lebih jauh menjadikan madrasah sebagai tempat studi banding karena melihat perubahan yang begitu drastis dan cepat. Pada bulan keempat dan kelima setelah Pak Zulfikah menjabat, semua madrasah baik tingkat MI, Tsanawiyah, dan Aliyah se-Kabupaten Takalar melakukan studi banding ke MIN Takalar. Madrasah kecil ini telah membuktikan bahwa komitmen kepala sekolah menjadi pondasi utama perubahan sekolah. Kepala sekolah atau madrasah yang berkomitmen akan membuat madrasah berubah dengan cepat, demikian juga sebaliknya. “Saya bahkan mengeluarkan sebagian uang saya pribadi untuk pengembangan madrasah ini,” ujar Pak Zulfikah.
26
Suasana kelas yang menyenangkan di MIN I Takalar.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
Pertemuan paguyuban orangtua untuk membahas prestasi siswa.
MIN 1 Kota Cilegon, Banten
Libatkan Paguyuban Orangtua untuk Pantau Keberhasilan Belajar Siswa di MIN 1 Cilegon Ibu Ernawati adalah salah seorang anggota paguyuban orangtua yang didirikan di tiap kelas di MIN 1 Kota Cilegon. Pagi itu, dia datang memenuhi undangan pertemuan paguyuban orangtua yang biasa diselenggarakan setiap dua bulan sekali. Selama dua jam, Ibu Erna dan sejumlah orangtua yang hadir tampak berdiskusi di aula pertemuan bersama guru wali kelas. Mereka mendiskusikan berbagai hal yang menyangkut hasil pembelajaran siswa di kelas dan solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi persoalan belajar di rumah. Masing-masing
28
orangtua terlihat bersemangat membagikan pengalaman mereka di rumah saat mendampingi siswa belajar. Ibu Erna berkata, “Secara khusus, wali kelas sudah mengetahui peta persoalan setiap siswa. Setiap persoalan yang dialami siswa harus dikomunikasikan kepada orangtuanya. Melalui pertemuan semacam ini, saya selaku orangtua diajak berpikir dan mencari solusi pembelajaran yang dihadapi anak-anak di rumah.”
Kebetulan topik pertemuan tersebut adalah mencari solusi bagi siswa yang tidak mampu memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dijadikan dasar patokan nilai terendah dalam penilaian peserta didik. Jika siswa mampu mendapatkan nilai di atas KKM maka dianggap telah berhasil menguasai kompetensi yang dipelajarinya. Sebaliknya jika ditemukan siswa dengan nilai di bawah KKM berarti perlu ada perbaikan. Perbaikan ini memerlukan peran serta orangtua agar siswa berhasil mencapai target.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Ibu Erna melanjutkan, “Diskusi antara wali kelas dengan wali murid seperti pertemuan tadi misalnya membicarakan tentang kegiatan belajar anak terutama anak yang mampu dan tidak mampu memenuhi KKM. Contohnya ada siswa yang berada di bawah KKM. Guru wali kelas bertanya apa sebab persoalan yang dihadapi siswa dan kemudian orangtua juga berpikir bagaimana caranya agar KKM-nya mencapai target misalnya mendampingi saat mengerjakan tugas.” Selain Ibu Ernawati, Bapak Kasani turut hadir dalam pertemuan paguyuban orangtua. Pak Kasani berpendapat bahwa pagayuban orangtua juga mendukung sarana belajar siswa di kelas. “Setiap bulan kami membayar iuran sebesar Rp. 10.000,- untuk membeli alat peraga belajar atau alat kebersihan seperti sapu dan pel. Penggunaan uang dilaporkan setiap pertemuan paguyuban orangtua. Notulen hasil pertemuan paguyuban orangtua ini dilaporkan saat pertemuan besar komite sekolah setiap enam bulan sekali,” kata Pak Kasani. Sejalan dengan pendapat Pak Kasani, Bapak Suhardi yang saat itu menjabat kepala madrasah menuturkan bahwa paguyuban orangtua yang didirikan tiap kelas sangat berkontribusi dalam memberikan ide dan bantuan operasional bagi kemajuan madrasah. “Saya menyadari peran penting paguyuban orangtua tidak hanya untuk
kepentingan kemajuan madrasah saja tetapi juga meringankan beban orangtua dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran setiap siswa. Guru pun senang adanya paguyuban orangtua per kelas dapat meringankan beban mereka untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran siswa,” tambah Pak Suhardi. Paguyuban orangtua dilaksanakan setiap dua bulan sekali dengan tujuan untuk berbagi pengalaman dan diskusi mengenai keberhasilan pembelajaran siswa di kelas. Di samping itu, setiap paguyuban melaporkan hasil
pertemuan dalam rapat komite sekolah yang diselenggarakan setiap enam bulan sekali. Ada 54 orang yang menjadi perwakilan paguyuban orangtua dan memiliki hak suara dalam rapat komite sekolah seperti merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program kerja. Seluruh program kerja yang disusun dimaksudkan bagi keberhasilan pembelajaran siswa di kelas. MIN Langon Cilegon yang telah berdiri sejak 1994 kini menampung 640 siswa dan 35 guru. MIN Langon Cilegon adalah salah satu sekolah mitra LPTK USAID PRIORITAS Banten.
Sarana belajar di MIN 1 Cilegon yang didanai oleh bantuan sukarela orangtua.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
29
Melalui aktivitas guru intip, orangtua siswa juga mengikuti perkembangan anak-anak mereka dalam kegiatan pembelajaran
MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo, Jawa Tengah
“Guru Intip” MI Ma'arif Surengede Kertek - Orang Tua Wajib Tahu Perkembangan Anaknya di Sekolah Perkembangan pendidikan bagi anak-anak bukan melulu tanggung jawab guru. Orangtua juga memiliki tangung jawab yang sama, bahkan di sekolah sekalipun. Itulah kira-kira yang terlintas di benak Ibu Yuliati, salah satu anggota paguyuban kelas MI Ma'arif Surengede Kertek Wonosobo. Dia merasa tugas guru, terutama guru kelas awal, sangat berat. Guru harus mempersiapkan bahan pelajaran, menyampaikan materi sampai pada menangani kebiasaan-kebiasaan umum siswa-siswa usia dini. Misalnya menengahi siswa-siswa yang bertengkar, membujuk siswa agar tidak terlalu ramai, membujuk siswa agar tidak menangis, dan lain-lain. Hal-hal
30
tersebut sering menjadi kendala bagi guru dalam menyampaikan materi. Berangkat dari kondisi tersebut Ibu Yuliati bersama anggota paguyuban kelas yang lain berdiskusi untuk meringankan beban guru. Paguyuban kelas harus ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Maka dibuatlah jadwal piket pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu, dengan jumlah setiap piket dua orang. Kegiatan paguyuban kelas antara lain membantu penataan kelas, mengelompokkan siswa, membantu membagikan lembar kerja, dan lain-lain. Di samping itu dengan adanya aktivitas ini, orangtua akan bisa memantau langsung perkembangan anak-anak mereka di
sekolah. Apa komentar guru? “Bantuan yang luar biasa,” begitu komentar Ibu Yuniarti, wali kelas 1-A. Apa lagi dengan tuntutan guru harus mengajar secara PAKEM, keberadaan paguyuban kelas yang mau terlibat dalam proses pembelajaran, sangat dibutuhkan. Karena dalam pembelajaran PAKEM diperlukan aktivitas, dan perangkat pembelajaran yang bervariasi, yang memerlukan lebih banyak tenaga dan pikiran. Kini kelas menjadi lebih teratur, siswa-siswa belajar dengan lebih tertib dan hasilnya mereka lebih memahami apa yang dipelajari di kelas.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Orangtua siswa MI Ma’arif Surengede Kertek turut membantu guru kelas dalam kegiatan pembelajaran untuk melihat secara langsung kebutuhan anak-anak mereka. Aktivitas ini disebut “guru intip”.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
31
Ibu Muliati (duduk), salah seorang orangtua siswa sedang membantu guru menjadi guru pendamping sukarela memfasilitasi siswa kelas awal belajar.
MIN Maros Baru, Sulawesi Selatan
Di Madrasah ini, Semua Orangtua Siswa Jadi Guru Ada yang unik di MIN Maros Baru, semua orangtua siswa kelas satu dan dua, yang berjumlah kurang lebih 60 orang menjadi guru pendamping atau guru bantu secara sukarela. Mereka bergiliran membantu guru utama, memfasilitasi siswa-siswa belajar di sekolah dari pagi sampai siang. Untuk pengajaran yang ideal, guru utama membutuhkan tim yang terdiri dua atau tiga orang guru pendamping yang bisa mendampingi kelompok siswa atau individu siswa di meja masing-masing. Dengan model ini, setiap siswa mendapatkan perhatian lebih dibanding dengan diajar oleh satu guru. Siswa-siswa yang mengalami kesulitan, bisa mendapatkan penanganan lebih cepat, umpamanya kesulitan membaca, menulis,
32
membutuhkan alat tulis, atau saat terjadi kegaduhan yang bisa mengganggu proses belajar mengajar. Sebelum dikenalkan program guru pendamping oleh orangtua, siswa tahun sebelumnya yang belum bisa membaca di kelas I relatif banyak, bahkan mencapai sembilan siswa dari 30 siswa per rombongan belajar. Beberapa siswa juga kurang lancar membacanya. Hal ini menimbulkan kesalahpahaman orangtua terhadap sekolah, menganggap sekolah tidak serius memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. “Saya kemudian mengundang semua orangtua siswa berdiskusi mengenai pengembangan sekolah dan juga isu siswa yang belum bisa membaca. Kami
ingin menyusun kontrak kerja dengan para orangtua. Apa kewajiban sekolah, dan apa yang seharusnya bisa dilakukan orang tua siswa,” papar Ibu Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional. “Kami undang mereka dan kami paparkan berbagai program, kewajiban, dan kebutuhan sekolah. Sebagai timbal balik, kami bertanya apa yang kira-kira yang orangtua siswa bisa lakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut,” ujarnya. Salah satu butir kesepakatannya adalah membentuk persatuan orangtua siswa (POS). Tugas POS ini, salah satunya secara bergiliran dan terjadwal orangtua ikut menjadi guru pendamping di kelas. Mereka sendiri yang menentukan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
jadwal mengajarnya, baik yang tinggalnya jauh dari sekolah maupun yang mendapat giliran membantu guru mengajar siswa-siswa kelas awal. Dengan program tersebut, dua sampai tiga orangtua siswa tiap hari datang ke sekolah menjadi guru pendamping. Dalam satu kelas bisa sampai ada empat guru pengajar, yaitu satu guru utama, tiga lainnya guru pendamping.
Jawa Timur pada pertengahan tahun 2014. Setelah studi banding dan mendapat binaan USAID PRIORITAS, prestasi madrasah inipun berkembang pesat. Bahkan karena perkembangan pesat prestasinya, madrasah ini menjadi tempat studi banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara pada bulan April 2015 lalu.
Dengan cara demikian, orangtua juga bisa langsung melihat perkembangan anaknya. Mereka juga semakin mengetahui kebutuhan sekolah dalam mendukung pembelajaran anak mereka sendiri, seperti ATK dan bahan penunjang lainnya. Secara sukarela akhirnya mereka sering menyumbang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. “Saya jadi lebih tahu sifat anak saya kalau di kelas,” ujar Ibu Muliati, salah satu orangtua siswa. Semenjak program itu diluncurkan di pertengahan tahun 2014, tinggal satu siswa kelas awal yang tidak lancar membaca. Itupun karena dia masih berusia lima tahun. Partisipasi orang tua siswa terbukti meningkatkan efektifitas pembelajaran dan mendorong kesadaran orangtua terhadap kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Inspirasi mengaktifkan POS juga datang setelah madrasah ini difasilitasi USAID PRIORITAS mengadakan studi banding ke madrasah-madrasah di
Ibu Emmi membantu siswa membaca dan menulis.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
33
Laporan keuangan program SAS dan GGA. dan testimoni wali murid yang menerima bantuan dari sekolah.
SMPN 2 Glagah Banyuwangi, Jawa Timur
Program SAS dan GGA Bantu Anak Putus Sekolah Mendapatkan kepercayaan menangani sekolah di pinggiran dengan angka putus sekolah yang cukup tinggi merupakan tantangan bagi Ibu Dra Enny Purnamaningrum MPd, Kepala Sekolah di SMPN 2 Glagah Banyuwangi ini kaget saat mengetahui kondisi sekolah yang dipimpinnya di awal kepemimpinannya dimana banyak siswa yang putus sekolah di tengah jalan. “Hampir setiap bulan ada siswa yang tidak melanjutkan sekolah,” terangnya. Dalam satu semester setidaknya ada 3-5 siswa yang tidak melanjutkan lagi studinya karena keterbatasan biaya.
34
Saat dia menanyakan langsung kepada siswa yang putus sekolah tersebut, rata-rata alasannya memang terkait dengan biaya. “Meskipun biaya sekolah sudah ditanggung dengan dana BOS, mereka tetap tidak mampu sekolah karena tidak ada biaya untuk membeli seragam, sepatu, buku, dan keperluan sekolah yang lain,” urainya. Fasilitator MBS USAID PRIORITAS untuk Kabupaten Banyuwangi ini kemudian menyampaikan permasalahan ini kepada komite sekolah saat kegiatan rapat dengan komite. “Dari hasil pertemuan
tersebut seluruh peserta rapat sepakat untuk membantu siswa yang putus sekolah dengan kegiatan Jumat shodaqoh. Siswa yang mampu menyumbangkan uang sakunya secara sukarela minimal Rp 1.000,- setiap hari Jumat untuk membantu temannya yang tidak mampu. Program ini dinamakan Program Siswa Asuh Sebaya (SAS). Para guru juga tertarik untuk menjadi guru asuh melalui program Gerakan Guru Asuh (GGA) dimana setiap menerima gaji para guru menyisihkan uang gajinya Rp 25.000,untuk membantu siswa yang kurang mampu,” ungkapnya. Kegiatan ini
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
terinspirasi setelah dia menjadi fasilitator MBS, banyak sekali materi pelatihan yang bisa diimplementasikan di sekolahnya. Salah satu adalah melibatkan sekolah dan komite untuk memecahkan masalah di sekolah. Seluruh penerimaan SAS dan GGA ini tercatat dan dilaporkan kepada komite sekolah, guru, dan donatur lainnya setiap bulannya. Selain di internal sekolah sendiri, Ibu Enny juga mendapatkan donasi orangtua asuh dari para alumni sekolah ini yang sudah sukses bekerja. “Donatur dari luar sekolah secara sukarela memilih siswa dan membantunya setiap bulan untuk bisa bersekolah,” ungkapnya. Melalui kegiatan ini angka siswa putus sekolah di SMPN 2 Glagah lama-lama menurun. Dan setelah program ini berjalan selama tiga tahun, saat ini sudah tidak ada lagi siswa yang putus sekolah. Berjalannya program ini menurut Bu Enny tidak hanya mengatasi siswa putus sekolah sampai dengan jenjang SMP. Beberapa orangtua asuh dan guru rela menjadi donatur dengan menyekolahkan para siswanya hingga lulus SMA. Setiap bulan sekitar 25 hingga 30 siswa mendapatkan bantuan uang sekolah dari para donatur dan uang hasil program SAS dan GGA. Besarnya bantuan yang diberikan siswa berkisar antara Rp 100.000,- hingga Rp 125.000 ribu. Setiap menerima bantuan dari sekolah, siswa wajib menandatangani bukti penerimaan dan
menyerahkannya kepada orangtua. Tidak hanya bantuan uang, bantuan hasil donasi juga dibelikan keperluan dan peralatan sekolah seperti tas, buku, sepatu, dan seragam untuk diserahkan kepada siswa setiap awal semester. “Seluruh penerimaan dan pengeluaran dana tercatat di bendahara khusus yang menangani ini dan wajib diketahui oleh komite sekolah. Sehingga dana ini dikelola dengan sangat transparan,” terangnya. Prasetyo, siswa kelas IX SMPN 2 Glagah, merasa sangat terbantu dengan program ini. Awalnya setelah lulus sekolah dasar dia tidak berniat melanjutkan ke SMP karena kondisinya yang yatim piatu sementara dia harus menanggung biaya adikadiknya yang masih kecil. “Saya awalnya tidak mau sekolah dan bekerja cari uang saja supaya bisa membiayai adik-adik saya. Alhamdulillah saya diterima di SMPN 2 Glagah dan seluruh biaya ditanggung sekolah. Sehingga pagi saya tetap bisa sekolah dan pulang sekolah saya bisa bekerja,” terangnya Sedangkan Linda, siswi kelas VIII, yang sangat senang membaca hampir putus sekolah sejak kelas VII karena ketidakmampuan orangtuanya. Padahal Linda memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan pandai menulis cerpen. “Saya mendapat bantuan uang sekolah dari Gerakan Guru Asuh dan donatur sehingga saya masih bisa sekolah sampai sekarang. Saya bahkan boleh melanjutkan sekolah hingga SMA
dengan biaya sepenuhnya dari mereka,” ungkapnya bangga. Hingga saat ini sudah ada tiga siswa yang melanjutkan ke jenjang SMA. Setiap tahun Ibu Enny menggelar pertemuan antara donatur dengan para siswa asuh dan wali murid yang sudah menerima bantuan. Kegiatan tersebut sebagai ajang dialog dan transparansi antara donatur dan penerima bantuan, juga sebagai ungkapan terima kasih atas bantuan donatur selama mereka bersekolah.
Linda dan Prasetyo, dua siswa yang mendapatkan bantuan beasiswa melalui program SAS dan GGA yang dikembangkan oleh Ibu Eny.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
35
Kelompok belajar didampingi pendamping sedang berdiskusi mata pelajaran.
SMPN 5 Makale Tana Toraja, Sulawesi Selatan
Kelompok Belajar Berbasis Tempat Tinggal Oleh Ema Lapu' Kepala Sekolah SMPN 5 Makale SMPN 5 Makale merupakan sekolah yang berada di wilayah pinggiran kota Makale kelurahan Rante Kecamatan Makale. Sekolah ini relatif terpencil, jalan menuju ke sekolah tersebut berliku dan mendaki sehingga para pelajar lebih memilih berjalan kaki ke sekolah. Ditinjau dari kondisi sosial, ekonomi, dan pendidikan, mayoritas orangtua peserta didik termasuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah dan berpendidikan rendah. Umumnya bekerja sebagai petani dan pekerja tambang pasir di sungai. Kondisi tersebut mengakibatkan sebagian besar mereka tidak
36
memperhatikan pendidikan anaknya. Ketika pulang sekolah, anak diminta ikut bekerja sehingga waktu belajar di rumah sangat kurang. Kurangnya dukungan orangtua mengakibatkan motivasi belajar mereka menurun, bahkan beberapa siswa sulit menyelesaikan tugasnya dari sekolah saat berada di rumah. Hampir semua guru mata pelajaran mengeluh bahwa “sedikit sekali siswa yang mengerjakan dan mengumpulkan pekerjaan rumah”. Berdasarkan kondisi dimaksud, dewan guru dan pihak komite mengadakan rapat. Agenda utama rapat adalah mengatasi masalah kurangnya siswa yang menyelesaikan pekerjaan rumah. Hasil rapat menyepakati pembentukan
kelompok belajar berbasis tempat tinggal. Kegiatan kelompok belajar didampingi secara langsung oleh guru. Tujuan diadakannya kelompok belajar berbasis tempat tinggal adalah: a. Meningkatnya persentase siswa menyelesaikan tugas dari sekolah dengan tepat waktu b. Menjadikan teman kelas sebagai tutor sebaya c. Mengantisipasi pergaulan tidak sehat di kalangan siswa d. Meningkatnya hasil belajar siswa e. Meningkatnya minat belajar dan minat baca siswa. Siswa dikelompokkan berdasarkan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
tempat tinggalnya. Terbentuklah 15 kelompok belajar yang masing-masing memiliki nama sendiri, misalnya Raflesia, Rarung dan lain-lain. Setiap kelompok menentukan rumah belajar di wilayahnya. Untuk menguatkan penetapan rumah belajar, maka dibuat surat pernyataan yang ditandatangani antara pemilik rumah dan pihak sekolah bahwa rumah dimaksud telah ditetapkan sebagai “Rumah Belajar”. Para guru pendamping membuat jurnal kegiatan dan daftar hadir peserta didik yang diparaf setiap pertemuan. Kegiatan ini dipantau oleh orangtua, komite, dan masyarakat di sekitar rumah belajar. Mereka merespon secara positif kegiatan tersebut.
mengetahui mata pelajaran tertentu seperti bahasa Inggris. “Kadang siswa kelas VII juga ikut mengajari kelas VIII dalam bahasa Inggris. Tutor sebaya menjadi lebih efektif dengan kelompok belajar ini,” ujar Bapak Yusri, guru IPS yang menjadi pendamping kelompok belajar Rarung 2. Michael Anton, siswa kelas VII, merasakan manfaat yang besar dengan
kelompok belajar ini. “Kita bisa saling termotivasi untuk belajar dan saling berbagi pengetahuan. Kelompok belajar mempercepat proses-proses pembelajaran kami mencapai kompetensi dasar yang diinginkan. Di kelompok belajar, kami sering melakukan presentasi sehingga memupuk kepercayaan diri kami. Dengan kelompok belajar ini, persiapan belajar kami lebih matang sebelum masuk kelas,” ujarnya.
Berdasarkan hasil pendampingan para guru di setiap kelompok belajar, dan hasil pemantauan dari berbagai pihak, dampak yang dirasakan pihak sekolah adalah meningkatnya persentase siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Hampir semua tugas pekerjaan rumah sekarang diselesaikan dengan baik oleh para siswa. Sebelum ada kelompok belajar ini, satu kelas yang mengerjakan tugas rumah sekitar empat sampai tujuh orang. Setelah ada kelompok belajar ini, dari jumlah siswa 29 orang, yang tidak mengerjakan biasanya hanya tiga orang. Ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar di luar sekolah. Kelompok belajar juga sangat berguna bagi para siswa yang belum
Setiap kelompok belajar memiliki papan nama dan penanggung jawab pendampingnya
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
37
(Kiri dan tengah) Hasil karya siswa ABK yang luar biasa hasil pendampingan guru. (Kanan) Siswa ABK berbaur bersama temantemannya dalam pembelajaran setiap hari.
SDN 3 Rogojampi Banyuwangi, Jawa Timur
Strategi Menangani ABK, Komunikasi Intens dengan Orangtua Tidak mudah menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Karena setiap anak ABK memiliki bakat dan potensi yang berbeda. Inilah tantangan yang dihadapi oleh Bapak Suhariyanto, MPd, Kepala SDN 3 Rogojampi Banyuwangi, dan Ibu Titis Ina Ashari, SPd, Guru Pendamping ABK, di sekolah yang sama. Sejak ditunjuk menjadi sekolah yang khusus menangani anak-anak ABK oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Pak Suhariyanto dan para guru bahu-membahu menangani siswa ABK yang bersekolah di sekolah ini. “Kami memang tidak punya sumber daya khusus lulusan pendidikan sarjana bidang inklusi. Namun para guru aktif mengikuti sejumlah pelatihan terkait
38
inklusi sehingga selalu memperbaharui pengetahuannya di bidang inklusi,” terang Pak Suhariyanto. Ada beberapa strategi yang dikembangkan Pak Suhariyanto dalam menangani anak ABK. Selain selalu memperbarui kemampuan gurugurunya, Pak Suhariyanto menunjuk satu guru khusus sebagai koordinator siswa ABK yakni Ibu Titis. “Setiap pagi Ibu Titis berkeliling memantau perkembangan siswa ABK di setiap kelas. Beliau mencatat perkembangan siswa ABK setiap hari. Beliau juga yang aktif berkomunikasi dengan orangtua,” terangnya. Saat ini SDN 3 Rogojampi memiliki12 siswa ABK. Ke-12 siswa tersebut
tersebar mulai kelas 1 – VI. Menurut Bu Titis, ke-12 siswa ABK tersebut mengikuti pembelajaran yang sama dengan teman-temannya. “Mereka masuk dan duduk di kelas seperti siswa lainnya. Pada saat bekerja dalam kelompok, mereka juga masuk dalam kelompok-kelompok diskusi dan mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh teman-temannya. Hanya bedanya, siswa ABK mendapat pengarahan dan bimbingan khusus dari guru kelasnya masing-masing. Namun apabila guru kelas tidak mampu menangani, mereka bisa meminta bantuan saya untuk ikut mendampingi siswa di kelas,” terangnya. Yang membedakan siswa ABK dengan siswa lainnya adalah sistem penilaian, di mana setiap siswa ABK bobot
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
penilaiannya akan berbeda-beda sesuai kemampuan dan kondisi siswa ABK. Penilaian didasarkan pada tiga aspek yakni psikomotor, afektif, dan kognitif. Menurut Bu Titis, sekolah bekerja sama dengan psikolog untuk membuat kriteria penilaian siswa ABK. Kriteria inilah yang dipakai untuk memantau kemajuan siswa ABK sepanjang semester. Setiap memasuki semester baru, siswa ABK melakukan tes psikologi untuk memantau perkembangan tiga aspek tersebut. Setelah hasil tes keluar, psikolog bersama guru dan orangtua duduk bersama dan berdiskusi membahas perkembangan anak, apa saja yang harus dilakukan orangtua dan guru, serta permasalahan yang sering dihadapi orangtua dan guru sehingga bisa menemukan solusi. Ibu Titis bersyukur Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi membentuk KKG Khusus Inklusi. Setiap dua bulan sekali KKG yang beranggotakan guru pendamping ABK ini berkumpul untuk membahas beragam hal, di antaranya diskusi dan tukar pengalaman menangani ABK, membuat sistem penilaian untuk ABK, membuat program kerja, menimba ilmu menangani ABK dari pakar psikologi dan guru SLB, dan masih banyak kegiatan positif lainnya. “KKG Khusus Inklusi ini sangat bermanfaat untuk saya yang tidak memiliki latar belakang pendidikan khusus inklusi,” terangnya. Bu Titis mengakui, menangani siswa
ABK sangat tidak mudah. “Kuncinya memang harus ekstra sabar dan pendekatan dengan hati,” terangnya. Menurutnya, menggali bakat siswa ABK harus sabar dan tekun. “Ada siswa yang ternyata berbakat di bidang seni. Ada juga siswa yang tidak berminat mengikuti pembelajaran sehari-hari, tetapi dia sangat berbakat dalam bidang bahasa,” ungkapnya. Misalnya Danial, salah satu siswa ABK di kelas II yang kerap ogah-ogahan mengikuti pembelajaran dan kadang harus mendapat perhatian khusus dibanding siswa lain. Namun saat pembelajaran bahasa, dia akan duduk paling depan dan memperhatikan pembelajaran dari awal hingga akhir. Bahkan kemampuannya di bidang bahasa melebihi teman-temannya. “Danial memiliki minat dalam bidang bahasa. Dia menguasai beberapa kata Bahasa Inggris melebihi temantemannya. Dia juga menguasai Bahasa Mandarin,” terangnya. Yang tidak kalah penting adalah komunikasi antara sekolah dengan orangtua. Hampir setiap hari Bu Titis menghubungi orangtua untuk melaporkan perkembangan siswa baik melalui telepon maupun dengan buku penghubung. Perubahan sekecil apapun harus disampaikan kepada orangtua. “Sekecil apapun perkembangan anak, harus disampaikan ke orangtua agar ditindaklanjuti di rumah. Misalnya anak bisa membaca, harus disampaikan ke
orangtuanya sehingga di rumah orangtua membimbing anaknya lagi,” ungkap Bu Titis. Kerjasama baik antara guru dan orangtua dapat mendukung perkembangan siswa ABK. Terakhir, apabila siswa ABK itu diawasi oleh pengasuhnya, sebaiknya memilih pengasuh yang telaten dan sabar. “Kadang memang siswa ABK itu melakukan hal di luar batas. Di sanalah kesabaran dan ketelatenan diuji. Dibutuhkan orang yang sabar dan paham sikap mereka. Kadang asisten rumah tangga atau pengasuh yang belum berpengalaman menangani siswa ABK akan tidak sabar. Bahkan cenderung emosi. Ini harus dihindari karena sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak,” ungkapnya. Untuk itu sekolah juga memberi sosialisasi kepada orangtua terkait pendamping siswa ABK sehari-hari di sekolah maupun di rumah. Menurut Bu Titis, beberapa siswa ABK di sekolahnya memang ditunggu oleh pengasuh. “Rata-rata orangtua mereka bekerja sehingga keseharian anak mulai di sekolah hingga di rumah dengan pengasuhnya. Pelan-pelan kita berikan bimbingan dan pengarahan kepada orangtua dan pengasuh dalam menangani siswa ABK. Sehingga pada akhirnya pengasuh memahami karakter anak dan bisa lebih sabar mendampingi anak,” terangnya.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
39
Penyerahan beras secara simbolis mewakili wali siswa kepada Kepala Sekolah.
SDN Simpang Tiga Meureudu, Pidie Jaya, Aceh
Sumbang Beras Beli Kipas Angin di Setiap Kelas Oleh Afriyani SPd SDN Simpang Tiga SDN Simpang Tiga Meureudu yang terletak di pingir jalan utama Banda Aceh – Medan. Suasana kelas di pantai pesisir timur tersebut, pada saat pukul 11.00 sudah terasa panas dan tidak memberikan kenyaman bagi siswa yang berlajar dalam kelas. Selain itu, jendela kelas juga tertutup secara permanen berkaitan dengan keamanan kelas. Berlatar belakang hal tersebut maka
40
kami bersama dengan komite sekolah menyimpulkan perlu adanya pengadaan kipas angin di seluruh kelas agar siswa tidak panas saat terutama saat jam belajar demi kenyamanan dan tentu saja berdampak pada penyerapan ilmu bagi siswa. Ide kami tersebut segera ditindaklanjuti oleh komite sekolah dengan menyetujui untuk mengundang seluruh orangtua/wali siswa. Sesuai arahan, pada hari H, komite dan
seluruh orangtua/wali yang telah diundang berkumpul di sekolah. Komite sekolah menyampaikan permasalahan kepada orangtua/wali siswa. Strateginya, atas saran Komite kami mengundang para orangtua/wali siswa untuk pertemuan jam 11.00 yang dilakukan dalam salah satu kelas. Setelah undangan terkumpul, komite bertanya,“Bagaimana keadaan kelas ini saat ini?” Serentak orangtua siswa menjawab,“Panas!”. “Beginilah keadaan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
anak-anak kita belajar pada jam 11 lewat,” jelas ketua komite sekolah lebih terperinci, ditambah dengan keterangan wali kelas dan saya selaku kepala sekolah. Akhirnya muncul suatu kesepakatan untuk membeli kipas angin di setiap kelas dan orangtua/wali siswa diharapkan memberi sumbangan serelanya dalam bentuk uang ataupun barang tanpa memberatkan. Keesokan harinya, orangtua/wali mulai mengumpulkan sumbangan dan yang menarik banyak dari orangtua/wali siswa menyumbang beras. Sumbangan dana dan beras yang terkumpul seperti zakat, selanjutnya dijual oleh panitia kecil yang telah dibentuk oleh sekolah. Namun ternyata uang yang terkumpul belum cukup untuk enam buah kipas angin. Akhirnya, komite sekolah meminta sumbangan kepada alumni SDN Simpang Tiga. Semua hasil perolehan sumbangan orangtua/wali siswa dan alumni sebesar Rp. 3.600.000,diserahkan kepada wakil sekretaris komite sekolah, Bapak Tarmizi, MPd yang selanjutnya membeli kipas angin di kelas. Hasilnya, setiap kelas telah memiliki kipas angin sehingga siswa merasa lebih nyaman belajar, termasuk guru kelas.
Kipas angin terpasang di semua kelas.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
41
Rapat dewan guru dengan orangtua siswa.
SD No.1 HKBP Lintongnihuta, Toba Samosir, Sumatera Utara
Tembok dan Toilet Sekolah dari Peran Serta Masyarakat SD Swasta No. 1 HKBP Lintongnihuta, salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS, telah melakukan beberapa perubahan di sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah. Setelah mendapatkan pelatihan, kepala sekolah Bapak Riduan Sihombing SPd sering melakukan inspeksi rutin di lingkungan sekolah untuk melihat kebutuhan warga sekolah. Salah satu hasil pengamatannya adalah antrian di depan toilet siswa. Jumlah toilet siswa di SD tersebut memang masih terbatas, sehingga saat istirahat siswa terpaksa harus menunggu lebih lama karena sedang digunakan temannya. Kadang antrian toilet pun terjadi di tengah jam pelajaran, sehingga banyak siswa ketinggalan pelajaran akibat harus mengantri terlalu lama. Temuan lainnya adalah siswa yang
42
sedang bermain di jam istirahat atau sedang menunggu jemputan pulang kadang nyaris terserempet kendaraan yang lalu-lalang di jalan di depan sekolah. Hal ini karena tidak ada batas antara sekolah dengan jalan raya. Hasil pengamatan ini disampaikan kepala sekolah kepada orangtua dan komite dalam rapat rutin. Untuk menambah keasrian sekolah dan menciptakan media pembelajaran bagi siswa, kepala sekolah juga mengusulkan ke komite sekolah untuk membangun taman kecil di depan kelas. Bapak Riduan mengatakan sejak bermitra dengan USAID PRIORITAS, sekolah yang ia pimpin telah banyak mengalami kemajuan, baik di pembelajaran maupun Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Sekolah sering mengadakan rapat yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan orangtua siswa. Rapat-rapat ini menjadi ruang terbuka agar orangtua siswa mengetahui program-program yang dilakukan di sekolah, permasalahan-permasalahan yang dihadapi sekolah, serta hal-hal yang perlu dibenahi dan membutuhkan dukungan dari orangtua siswa. Komunikasi ini juga menumbuhkan kepedulian orangtua siswa terhadap perkembangan sekolah. Salah satu rapat memutuskan bahwa untuk mendapatkan solusi pendanaan tembok sekolah, toilet sekolah dan taman maka pihak sekolah perlu mengadakan sebuah acara pentas seni untuk penggalangan dana. Kemudian ditentukanlah hari dan teknis pelaksanaan acara tersebut. Semua orangtua siswa akan diundang dan berpartisipasi aktif. Dalam rapat itu
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
pula, forum menyepakati pengadaan penggalangan dana, seluruh siswa akan membawa hasil panen mereka untuk dilelang pada acara yang telah ditentukan. Hal ini karena daerah ini merupakan daerah pertanian sehingga penghasilan utama dari pertanian. Saat pentas seni sedang berlangsung pada Oktober tahun lalu, hampir semua orangtua siswa ikut hadir. Hadir juga beberapa orang alumni dan pengurus gereja. Siswa-siswa tampil maksimal dengan bernyanyi solo, menari, dan mini drama. Semua orangtua siswa yang hadir ikut berpartisipasi melelang hasil pertanian yang mereka sumbangkan. Hasil dari lelang ini akan dipergunakan pihak sekolah untuk membuat pagar tembok sekolah yang panjangnya 198 meter serta pengadaan WC/Toilet untuk siswa dan guru sebanyak 4 ruangan. Pembangunan toilet dan tembok ini akhirnya selesai pada Maret 2016.
Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam pengadaan taman sekolah.
Pengadaan Toilet untuk Guru dan Siswa sebanyak 4 Ruangan yang pengadaanya dari hasil pentas seni untuk menghimpun daya dan dana pada Tahun 2016.
Bunga-bunga cantik di taman kecil juga telah membuat suasana sekolah menjadi lebih asri. Belajar pun menjadi lebih menyenangkan. Orangtua siswa pun dilibatkan untuk merencanakan pembuatan taman sekolah.
Inilah tembok pagar sekolah hasil Peran Serta Masyarakat(PSM) yang dilaksanakan oleh sekolah melalui pentas seni siswa untuk penggalangan daya dan dana pada Tahun 2016.
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
43
MTs Al Mukhtariyah Rajamandala, Cipatat, Bandung Barat, Jawa Barat
Tata Ruang Kelas Nyaman, Belajarpun Kondusif Oleh Didin Ridwan MTs Al-Mukhtariyyah Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu sebelum terjun ke dunia kehidupan. Sekolah memiliki level dan kualitasnya masing-masing. Demikian halnya ruang kelas. Masingmasing sekolah memiliki desain ruang kelas yang berbeda-beda Misalnya untuk ruangan, warna yang pas diterapkan yaitu warna-warna terang atau warna cerah yang dapat menaikkan mood anak saat mengikuti kegiatan belajar, yang menciptakan kesan nyaman di ruang kelas. Kehadiran warna-warna tersebut membuat ruang kelas terkesan semarak dan menyenangkan. Siswasiswa menjadi tertarik dan bersemangat belajar. Selain itu, kelompok warna cerah juga mampu menciptakan suasana yang mendorong anak lebih kreatif, atraktif, berkonsentrasi, dan membantu perkembangan mentalnya menjadi lebih positif. Kesan nyaman di ruang kelas bisa dengan memadukan warna-warna. Sehingga, muncul suasana yang mampu mendukung aktivitas belajar yang berlangsung di dalamnya. Selain itu,
44
dengan aplikasi warna yang tepat, semangat belajar pun akan turut ditunjang. Inilah yang telah dan sedang dilakukan oleh MTs Al Mukhtariyah Rajamandala Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat, yang merubah warna dalam kelas sehingga siswa dan siswi belajar tidak jenuh dan mengasyikan. Sebagaimana yang terlihat pada gambar di samping ini. Dari kedua gambar di samping terlihat jelas perbedaan yang sangat mencolok, gambar kelas sebelum ada perubahan sangat tidak menarik dan membuat guru bahkan siswa tidak akan betah lama di dalamnya. Sedangkan gambar yang telah mengalami perubahan terlihat jelas bahwa ruang kelas menjadi cerah, menarik dan menyenangkan. Dengan perubahan warna yang sesuai, anak lebih antusias dan semangat dalam belajar dan terhindar dari kejenuhan. Ini terlihat dari pengakuan anak kelas VIII dan IX yang telah mengalami perubahan dalam kelasnya. Mereka mengaku perubahan warna ruang kelas meningkatkan semangat, pikiran dan memudahkan mencerna pelajaran.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Kelas VIII
Sebelum
Sesudah
Kelas IX
Sebelum
Sesudah
Membantu Siswa dan Pelayanan Khusus
45
Salah seorang siswa yang membutuhkan pelayanan khusus di sekolah kami.
SDN 5 Seunuddon, Aceh Utara, Aceh
Buklet Khusus untuk Siswa yang Membutuhkan Layanan Khusus Oleh Juairiah SPd SD, Fasda dan Guru SDN 5 Seunuddon Sejak bermitra dengan USAID PRIORITAS pelayanan kepada siswa yang butuh perhatian khusus menjadi salah satu fokus di sekolah kami. Cerita ini berawal dari kisah salah seorang siswa bernama Ikhwandi. Dia adalah anak yatim dan ibunya tidak dapat membaca. Siswa kelas IV tersebut memang agak kesulitan untuk belajar. Kami mulai membantu Ikhwandi dengan membiasakannya untuk belajar mengenal huruf selama 30 menit sebelum pembelajaran dimulai setiap pagi. Langkah selanjutnya, Ikhwandi mulai menulis ulang satu kalimat yang ada pada buku. Walaupun masih banyak huruf yang tertinggal. Ikhwandi juga belajar membaca satu kata dan menulis kata tersebut secara berulang-ulang hingga satu halaman buku. Setiap pagi
46
hal itu dilakukannya sebelum masuk kelas. Rutinitas pagi untuk Ikhwandi ini tidak begitu mengembirakan. Dia mengalami kesulitan pada saat mengeluarkan suara ketika ingin membaca dan tangannya gemetar ketika ingin menulis, sehingga tangan kirinya harus menopang tangan kanan. Kami terus berusaha untuk merubah pola belajar Ikhwandi secara terusmenerus. Namun hasilnya kurang memuaskan. Berbekal pelatihan sebagai fasilitator daerah, saya menemukan sebuah inovasi baru untuk siswa yang membutuhkan pelayanan khusus tersebut. Terutama karena rendahnya minat belajar siswa yang disebabkan hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar. Inovasinya adalah dengan menggunakan buklet membaca gambar. Misalnya, buklet bagian tumbuhan, saat siswa melihat gambar akar maka dia menyebutkan kata “Akar.” Kemudian siswa menulis kata
akar tersebut secara berulang-ulang. Dilanjutkan dengan membaca kata “Batang” dan seterusnya hingga sempurna bagian-bagian pohon dengan cara yang sama. Dengan cara ini ternyata hasilnya signifikan, Ikhwandi mulai senang belajar, minat bacanya mulai tumbuh sehingga ia sudah mau belajar bersama teman pada waktu-waktu senggang. Kemampuan membacanya pun mulai tampak, Ia telah mampu membaca kata tanpa eja walaupun agak sedikit lambat dan gagap karena kekurangannya. Kini metode tersebut bukan hanya kami terapkan kepada siswa yang membutuhkan layanan khusus, akan tetapi juga pada siswa kelas awal. Inovasi ini membat pola pikir siswa mengalami perubahan, mereka senang bercerita dan minat baca siswa mulai tumbuh dengan memanfaatkan waktu luang untuk membaca.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Membantu Guru
Kepsek di sebelah kanan sedang mengamati guru mengajar.
SDN Banjar Agung 4, Serang, Banten
Supervisi Kelas Optimalkan Mutu Pembelajaran Nama saya Ibu Murnawati, kepala SDN Banjar Agung 4, salah satu sekolah mitra LPTK USAID PRIORITAS. Untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di sekolah, saya melaksanakan kegiatan rutin yakni supervisi kelas. Hal ini saya lakukan untuk mengetahui kemajuan dalam proses belajar mengajar. Jumlah guru yang mengajar di sekolah saya ada 14 orang yang terdiri atas 12 guru kelas, 1 guru olahraga dan 1 guru agama. Kompetensi guru di sekolah saya beragam dan tidak melulu guru yang berpengalaman. Ada guru yang baru lulus kuliah dan langsung mengajar namun ada pula guru yang
48
sudah lebih dari 20 tahun mengajar. Setiap kelas berjumlah antara 25-35 siswa. Sebagai kepala sekolah, saya melakukan supervisi secara formal yang bersifat rutin kepada setiap guru satu semester dua kali. Supervisi rutin saya lakukan untuk mengecek administrasi dan kegiatan pembelajaran di kelas. Saya juga melakukan supervisi informal yakni datang ke kelas-kelas tanpa sepengetahuan guru. Supervisi informal dilakukan sebulan dua kali. Hal ini saya lakukan untuk mengetahui sejauh mana guru melaksanakan pembelajaran secara profesional.
Berikut langkah pelaksanaan supervisi formal: (1) Saya membuat jadwal pelaksanaan program supervisi. (2) Saya melakukan sosialisasi program supervisi dalam rapat guru satu bulan sebelum pelaksanaan supervisi formal agar guru bersiap diri. (3) Hasil supervisi saya sampaikan secara personal kepada guru yang bersangkutan apabila guru tersebut memiliki kelemahan dalam administrasi dan pembelajaran (face to face). (4) Keseluruhan supervisi saya sampaikan dalam forum terbuka di rapat evaluasi guru. Dalam rapat tersebut saya menyampaikan apresiasi berupa pujian kepada guru yang sudah berhasil melaksanakan pembelajaran
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
dan kelengkapan administrasi dengan baik. Kelengkapan administrasi yang dimaksud seperti daftar hadir siswa di kelas, buku nilai, buku penunjang pembelajaran, daftar kunjungan ke rumah siswa, RPP dan silabus.
memanfaatkan media pembelajaran yang menarik siswa. Terkadang pembelajaran dilakukan di luar kelas dengan mengamati lingkungan sekolah. Hasilnya siswa mengalami peningkatan prestasi dalam pembelajaran.
Supervisi informal dilakukan sebulan dua kali dengan cara mengunjungi kelas-kelas secara bergantian. Biasanya saya mengunjungi kelas yang masih monoton dan belum menerapkan pembelajaran secara PAKEM. Hasil supervisi informal saya catat dan diskusikan bersama guru yang bersangkutan. Jika dalam supervisi informal saya menemukan guru yang sudah baik mengajarnya dan punya kelengkapan administrasi, saya biasanya akan menyampaikannya dalam rapat bulanan guru-guru agar guru lain dapat mencontoh guru tersebut. Menurut saya, guru harus mengajar sesuai PAKEM yang menarik siswa sehingga siswa jadi termotivasi dalam belajar.
Dampak dari supervisi yang saya lakukan adalah guru jadi terpacu untuk melaksanakan pembelajaran
Metode PAKEM diperkenalkan dalam program USAID PRIORITAS sejak tahun 2012. Dulu pelaksanaan pembelajaran masih berlangsung secara klasikal dan monoton, hanya ceramah di kelas. Ini yang tidak saya sukai. Saat mengamati pembelajaran di kelas yang klasikal, saya melihat sebagian besar siswa tidak menyimak dengan baik pengajaran yang berlangsung di kelas. Setelah dilatih oleh USAID PRIORITAS berangsurangsur guru mulai menerapkan pembelajaran berkelompok dan
lebih baik lagi dan mengelola administrasi sesuai prosedur. Selain itu, guru memperoleh umpan balik yang bermanfaat dalam mengelola pembelajaran. Melalui supervisi, guru dapat mengoptimalkan pembelajaran yang lebih bermutu lagi. Supervisi informal dan formal itu perlu untuk mengadakan pembaharuan dalam mengajar sehingga lebih kreatif lagi.
Kepala sekolah duduk di belakang kelas mengamati guru mengajar.
Membantu Guru
49
MI Asih Putera mendorong kreativitas guru dengan melakukan lomba membuat media pembelajaran kreatif. Salah satu media pembelajaran yang dilombakan adalah tentang menghitung sudut dalam sebuah jam analog.
MI Asih Putera Cimahi, Jawa Barat
Buat Lomba Kreativitas Guru Ada suasana berbeda di aula MI Asih Putera Cimahi siang itu (20/4/2016). Beragam alat peraga atau media pembelajaran terpajang di dinding sekeliling ruangan, bahkan sebagian lagi tergeletak di lantai ruangan beralas karpet warna merah. Sekelompok guru duduk berderet menunggu giliran untuk mempresentasikan dan memeragakan media pembelajaran buatannya di hadapan para juri. Apa yang dilakukan guru-guru di MI Asih Putera itu sungguh patut ditiru. “Kami undang guru mentor kami, guru senior dari madrasah lain, serta kepala
50
biro kurikulum dan layanan pendidikan Yayasan Asih Putera untuk menjadi juri. Kami juga mengundang fasilitator daerah dan Teacher Training Officer Primary School (TTO-PS) dari USAID PRIORITAS untuk dapat menyaksikan lomba ini sekaligus memberi dukungan semangat dan motivasi kepada kami,” kata Ibu Iis Siti Aisyah, kepala MI Asih Putera, saat membuka pelaksanaan ekspose dan presentasi pengembangan dan pembuatan media pembelajaran kreatif di madrasahnya. Kepada setiap tim guru, madrasah
memberi modal Rp. 100.000,- untuk membeli bahan dasar dalam pembuatan media pembelajaran kreatif. “Kesulitan kami bukan pada pembuatannya, tetapi penemuan gagasannya. Kesulitan kami terbayar sudah ketika kami berhasil mewujudkan gagasan media yang kami kembangkan, membuat murid senang dan mudah dalam belajar,” ucap Ibu Ratu Siti Nurkhotimah, guru kelas III yang berhasil mengembangkan sejumlah media pembelajaran kreatif. Bapak Sodikin, guru kelas VI, menuturkan bahwa media
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
pembelajaran matematika yang dikembangkannya dibuat dari bahan sangat sederhanya, yaitu tutup kardus kertas fotokopi yang diberi sekatsekat sesuai dengan kebutuhannya, ditambah dengan sejumlah kerikil warna-warni. Alat ini dapat dipergunakan untuk menunjukkan secara sederhana namun konkret dan jelas berbagai operasi hitung dalam pembelajaran matematika. “Meskipun baru sekarang saya ikutkan lomba, alat ini telah saya manfaatkan di kelas. Hasilnya sangat efektif. Siswa semakin senang belajar matematika dan pemahamannya meningkat. Mereka juga bisa bermain menggunakan alat ini di luar jam pelajaran dan tanpa sadar bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar,” tutur Pak Sodikin. Pada lomba kali ini para guru berhasil membuat lebih dari 12 media pembelajaran. Misalnya, Matematika: Tangga Satuan Ukuran, Jam Serba Guna, Kotak Operasi Hitung, Botol Pengukur Debit, dan Kantong Nilai Tempat. IPS dan Bahasa Indonesia: Roda Berputar, Vocab Card, Puzzle Kalimat, Big Book, serta Papan Kata dan Kalimat. IPA: model peredaran darah manusia. Pendidikan Agama Islam: Pohon Rukun Islam, Kuartet Sejarah Nabi, dan Papan Permainan Muamalah Syar'iyah.
Guru-guru yang tergabung dalam satu tim asyik menyusun media pembelajaran kreatif.
Membantu Guru
51
Perawatan tanaman sayur oleh anggota paguyuban.
SMP Taman Siswa, Banjarnegara, Jawa Tengah
Asyiknya Bercocoktanam Sembari Menguatkan Tiga Pilar Pendidikan Oleh Rachmat Eko Budiyanto Pengawas SMP Banjarnegara dan Fasda USAID PRIORITAS “Pembelajaran IPA menjadi menyenangkan, ketika kita belajar memanfaatkan lingkungan sekolah, yang ternyata asyik buat pengamatan dan penelitian langsung,” kata Rudianto, siswa kelas IX C SMP Taman Siswa (SMP TSB) sambil tersenyum usai belajar IPA di luar kelas. Bentuk peran serta masyarakat untuk menguatkan tiga pilar pendidikan (ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani) yang
52
disebutkan Ki Hajar Dewantara tidak semata sumbangan dana; tetapi bisa berupa pemikiran, tenaga dan juga material. Hal tersebut yang dilakukan di SMP TSB. Lingkungan sekolah SMP TSB gersang dan kotor. Tak banyak tumbuhan di lingkungan sekolah. Banyak yang membuang sampah seenaknya dan tidak pada tempatnya. Untuk membenahi lingkungan sekolah tersebut, SMP TSB melakukan penguatan peran orangtua melalui kegiatan paguyuban kelas. SMP TSB mengadakan kegiatan menanam di
sekitar lahan sempit sekolah. Supaya tanaman yang ditanam berdaya guna, maka jenis sayuranlah yang dipilih. Kegiatan paguyuban kelas ini bukan hanya bertanam saja, tetapi proses bertanam dan pemasarannya digunakan untuk sarana pembelajaran. Kegiatan ini dimulai pada tahun pelajaran 2014/2015. Berikut adalah proses perencanaan dan pelaksanaannya: 1.
Sebelum kegiatan dilaksanakan, fasilitator daerah, kepala sekolah, perwakilan guru dan perwakilan paguyuban kelas bertemu untuk
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan sekolah yang gersang dan kotor. 2.
3.
Disepakati paguyuban kelas bertanam sayur mayur (serai, lombok, tomat, bawang, jahe, caisim, kol, dan lain-lain) di lahan sekolah. Proses bertanam sayur dan pemasarannya sekaligus dipakai sebagai sumber belajar bagi siswa. Kegiatan dimulai dengan menyiapkan lahan, membeli polybag, peralatan tanam, media, pupuk dan bibit. Dalam persiapan ini siswa sudah dilibatkan untuk kerja bakti penyiapan lahan. Anggota paguyuban kelas bertanggung jawab terhadap pemeliharaan tanaman, seperti menyiram, mengendalikan hama dan penyakit supaya tanaman tumbuh subur.
4.
Saat tanaman tumbuh, beberapa guru mata pelajaran yang kompetensi dasar/materinya sesuai, menggunakan kebun sekolah sebagai sumber belajar. Guru mengajak siswanya untuk belajar di kebun sebagai pelengkap proses belajar di kelas.
5.
Bukan hanya saat tanaman masih dipelihara, saat panen pun digunakan untuk proses belajar. Para siswa mempraktikkan kegiatan ekonomi pasar melalui transaksi jual beli hasil panen.
Ternyata kegiatan ini meningkatkan
kepedulian orangtua terhadap pendidikan anaknya. Orangtua menjadi terbiasa datang ke sekolah secara terjadwal dan sekaligus memperhatikan kegiatan pembelajaran di kelas anaknya. Selain itu, kualitas pembelajaran meningkat. Khususnya dalam pembelajaran yang konstekstual dengan lingkungan sekolah. Siswa dan guru menjadi leluasa menggunakan lingkungan sekitar, baik lingkungan hidup dan lingkungan sosial sebagai sumber belajar yang berlimpah.
untuk tambahan dan pengembangan biaya konservasi. Sekarang lingkungan sekolah lebih hijau, segar, dan bersih. “Saya sungguh senang dan menikmati kegiatan bertanam di sekolah ini. Tidak disangka orangtua dari desa seperti saya bisa dilibatkan di sekolah,” kata Ibu Prasetyo, orangtua Miftah siswa kelas IX-A.
Keterlibatan paguyuban kelas ternyata mempunyai dampak yang sangat positif. Selain tugas sekolah menjadi ringan karena berbagi peran, suasana kekeluargaan pun semakin erat. Dengan semakin sering berinteraksi, semakin memudahkan untuk saling berbagi antara pihak sekolah dan masyarakat. “Dari usaha konservasi lingkungan sekolah ini SMP TSB telah memetik hasilnya. Selain lingkungan sekolah menjadi asri, juga beberapa kali telah melakukan panen. Panen dilakukan oleh paguyuban kelas dan para guru yang sedang jeda mengajar. Ternyata baik paguyuban maupun guru sangat antusias, hitung-hitung sebagai refreshing,” kata Ibu Emi Listiyati, Kepala MTs Taman Siswa. Penjualan sayuran masih sangat terbatas yakni kepada keluarga besar SMP TSB. Hasil penjualan dikembalikan
Orangtua kerjabakti menyiapkan lahan untuk bercocoktanam sayur mayur.
Membantu Guru
53
MTsN 2 Tangerang, Banten
Galang Program Orangtua Mengajar Melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi indikator keberhasilan manajemen sekolah yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Hal itu menginspirasi MTsN 2 Tangerang menggagas program orangtua mengajar. Sedikitnya ada 15 orangtua yang berasal dari berbagai profesi pekerjaan dan tampil berpartisipasi dalam acara orangtua mengajar. Ibu Ayu Cipta yang berprofesi sebagai jurnalis mengaku senang dan bangga terlibat dalam program orangtua mengajar. Ia pun memperluas wawasan siswa tentang peran wartawan dalam melakukan peliputan dan cara menulis berita. “Para siswa tampak sangat antusias belajar menulis berita,” kata wartawati Tempo tersebut. Beberapa orangtua tidak menyangka bahwa mereka juga terlibat untuk mengajar di kelas sebagaimana layaknya guru. Seperti yang disampaikan Bapak Dadang Akhdiat, yang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang, “Saya dari dulu bercita-cita ingin jadi guru. Baru sekarang terwujud dengan diberikan kesempatan mengajar. Kami jadi ketagihan untuk mengajar kembali di sini.”
54
Ayu Cipta, wartawati sedang tampil mengajar di depan siswa. Sementara siswa mengaku senang karena mendapatkan wawasan dan pengalaman baru mengenai berbagai profesi pekerjaan. “Saya senang dan tertarik dengan program orangtua mengajar ini karena saya belajar tentang pengalaman profesi yang jadi inspirasi di kemudian hari,” cerita Maryam Adelweis, siswa kelas VII. Program yang dimulai awal tahun 2016 ini, akan menjadi agenda rutin
madrasah. Para orang tua di setiap kelas diundang untuk membagikan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya. ”Topiknya juga disesuaikan dengan topik yang pembelajaran yang diajarkan guru. Kegiatan ini memperkaya wawasan dan membantu guru memperkaya sumber pembelajaran,” kata Bapak Mulyadi SAg MPd, yang menjabat kepala MTsN 2 Tangerang pada 2016.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Program orangtua mengajar di MTsN Tigaraksa dalam rangka Hari Guru Nasional.
Membantu Guru
55
(Kiri) Siswa SMPN 2 Sumber mengangkat buku yang mereka baca dalam aktivitas membaca bersama. (Kanan) Salah satu pojok baca di SMPN 2 Sumber.
SMPN 2 Sumber, Cirebon, Jawa Barat
Kepemimpinan Pembelajaran Dongkrak Kinerja Sekolah Toto Hartanto Ahmadi SMPN 2 Sumber Seiring dengan program USAID PRIORITAS, SMPN 2 Sumber berupaya melakukan perbaikan-perbaikan manajemen sekolah ke arah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Sekolah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dengan melibatkan peran serta masyarakat. Masyarakat memegang peran penting dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan, terutama membantu sekolah membangun moralitas siswa, termasuk membantu memenuhi keperluan pendidikan anakanaknya.
56
Kepala sekolah Bapak Heri Purnama menunjukkan komitmen tinggi untuk meningkatkan peran serta masyarakat, bekerjasama dengan orangtua dan masyarakat luas, menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Ia berupaya keras agar masyarakat tidak hanya memanfaatkan jasa sekolah dengan memasukkan anak-anaknya ke sekolah dan berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya. Tetapi masyarakat bisa berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, dan/atau waktu dan tenaga, bahkan
orangtua bisa terlibat dalam kegiatankegiatan sekolah, termasuk pembelajaran. Semua aspek manajemen sekolah ini diarahkan untuk kepentingan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan sekolah. Pembelajaran Di SMPN 2 Sumber pembelajaran dimulai pada jam pertama dengan pembiasaan. Siswa di setiap kelas membaca Al Quran. Pada proses pembelajaran seluruh guru sudah menggunakan pembelajaran aktif. Siswa berinteraksi dengan sumber belajar, menggali pikirannya sendiri, mencari informasi tambahan,
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
memecahkan masalah, mengembangkan pertanyaan atas informasi yang diperoleh, berdiskusi kelompok, dan presentasi. Siswa juga memajangkan hasil pekerjaannya yang tertata dengan baik di lingkungan sekolah. Seluruh ruang kelas di SMP Negeri 2 Sumber sudah menciptakan lingkungan kelas yang mendorong siswa belajar. Pengaturan perabot dan tempat duduk yang bervariasi yang memungkinkan siswa dapat melakukan diskusi, memudahkan siswa bermain peran, berdebat atau observasi aktivitas kelompok. Alat dan bahan yang dibutuhkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sekolah sudah menyediakan khusus melalui koperasi sekolah di antaranya kertas plano, kertas warna, spidol, lem, cutter, gunting Perpustakaan Untuk mengoptimalkan perpustakaan, sekolah membuat perpustakaan lebih menarik dan mudah diakses oleh siswa, menambah koleksi buku-buku yang menarik baik fiksi maupun non fiksi, ada tempat baca lesehan, penambahan buku siswa melalui infak buku dari siswa untuk siswa, dan penambahan buku dari para mahasiswa IAIN Cirebon yang telah selesai melakukan kerja penelitian. Mahasiswa juga membantu menyediakan papan pajang hasil karya siswa.
Budaya Baca Kepala sekolah memiliki komitmen yang tinggi dalam mensukseskan program budaya baca. Beliau mensosialisasikan program budaya baca kepada orangtua siswa melalui komite sekolah. Beliau juga berinisiatif membuat pojok baca di dalam kelas yang berisi buku-buku non paket. Pojok baca ini dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Sekolah membuat lorong baca, membuat taman baca dan memajang buku-buku bacaan di tempat yang mudah dijangkau, mengadakan lomba, dan pameran buku. Sekolah bekerjasama dengan Bank Jabar Banten (BJB) untuk pengadaan payung pada taman baca dan bekerjasama dengan Garuda Food dalam pengadaan kanopi untuk penutup rak bacaan pada lorong baca/taman baca. Peran Serta Masyarakat Untuk memperoleh informasi ilmu pengetahuan dari berbagai bidang yang dapat berguna dan bermanfaat untuk seluruh warga sekolah, sekolah menjalin kerjasama dengan pihak terkait. Sekolah bekerja sama dengan POLSEK Sumber untuk memberikan wawasan tentang tata tertib berlalu lintas, bahaya narkoba dan bela negara. Kerjasama dengan KORAMIL Sumber untuk memberikan wawasan pengenalan penggunaan senjata organik TNI dan jenis-jenis senjata. Sekolah juga bekerjasama dengan PUSKESMAS Sumber untuk
memberikan wawasan tentang kesehatan dan bantuan kacamata gratis sebanyak 200 siswa. Selain itu ada beberapa bantuan dari masyarakat melalui paguyuban kelas di antaranya: bangunan ruang guru seluas 3m X 12 m dan pengadaan alat marching band sekolah serta pengadaan peralatan karawitan. Lingkungan sekolah Sekolah menunjuk seorang koordinator (Sri Agustin Mulyaningsih, S.Pd) yang bertanggungjawab untuk menangani kebersihan, ketertiban, keamanan, kerindangan sehingga sekolah menjadi nyaman. Siswa-siswa juga menjadi betah di sekolah dengan adanya fasilitas WC yang bersih, wastafel, tempat sampah dan ventilasi udara yang baik. Kegiatan lomba penataan kelas dilaksanakan. Halaman kelas ditanami dengan apotik hidup serta warung hidup. Siswa diajak untuk praktik pembuatan kompos cair. Prestasi non akademik MBS telah mendorong prestasi non akademik. Berbagai prestasi telah diraih, di antaranya: Juara III Olimpiade matematika di SMA Yadika Cirebon tahun 2015; Juara III lomba dongeng DISDIK Balai pengembangan bahasa daerah dan kesenian dalam basa pada tahun 2015 Juara I dan Juara III Lomba pidato bulan bahasa di UNSWAGATI Cirebon tahun 2015.
Membantu Guru
57
Peserta MGMP IPA melakukan pengamatan langsung di lapangan saaat pembelajaran.
SMPN 4 Lumajang, Jawa Timur
Atmosfer USAID PRIORITAS Mewarnai Efektivitas Pengelolaan Kinerja MGMP IPA Kabupaten Lumajang Oleh Rr. Suindah Wijayanti SMPN 4 Lumajang Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah salah satu wahana yang baik untuk mengembangkan keprofesionalan guru secara berkelanjutan. Namun, seringkali MGMP belum bisa berperan efektif dalam membantu guru mengembangkan diri. Peran yang belum maksimal ini disebabkan pengelolaan MGMP yang masih belum baik. Seringkali MGMP dibiarkan begitu saja tanpa perencanaan dan dukungan yang memadai. Oleh karena itu kegiatan MGMP hendaknya diupayakan bersifat praktis, yaitu kegiatan yang
58
dibutuhkan dan dapat diterapkan langsung oleh guru dalam melaksanakan tugas mereka. Dengan demikian, guru akan merasa perlu untuk selalu hadir dalam setiap kegiatan MGMP yang diselenggarakan. Atmosfir USAID PRIORITAS mewarnai kegiatan-kegiatan MGMP IPA SMP Kabupaten Lumajang. Sebab 85 % anggota dan pengurus telah mendapatkan pelatihan dan diseminasi. Melalui pelatihan tersebut semua kebutuhan dan permasalahan pembelajaran teridentifikasi sehingga pengurus dan anggota pun memahami bagaimana mengelola MGMP secara efektif, kreatif dan sesuai kebutuhan.
Saya adalah salah satu fasilitator USAID PRIORITAS. Berikut adalah pengalaman saya sebagai pemandu MGMP sekaligus pengurus MGMP. Saya mulai menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang saya peroleh dari pelatihan kepada para pengurus. Saya sampaikan usulanusulan untuk meningkatkan pelaksanaan MGMP. Saya ajak beberapa guru peserta untuk membahas ide-ide meningkatkan mutu MGMP, termasuk kegiatan-kegiatannya. Peran Kepala sekolah sangat penting untuk mengirimkan guru-guru dalam kegiatan MGMP. Saya mengajak diskusi para kepala sekolah melalui forum
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Musyawarah Kepala Sekolah (MKKS). Sebab kepala sekolah bertanggung jawab untuk membantu guru dalam merespon hasil PKB-nya. MGMP adalah tempat yang cocok bagi guru untuk mencari solusi pemecahan pembelajaran di kelas. Di kegiatan MGMP saya selalu melibatkan kepala sekolah, khususnya dalam perencanaan. Saya juga mendorong Kepala Sekolah untuk mengaktifkan kegiatan MGMPS. Setelah berdiskusi dengan para pengurus MGMP dan para kepala sekolah, MGMP IPA kami berjalan dengan lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus MGMP untuk membenahi mutu diantaranya:
identifikasi permasalahan di sekolah dengan lembar kerja. 3. Diskusi temuan permasalah materi IPA dalam pembelajaran dengan penyelesaian masalah. Setelah pembahasan masalah biasanya peserta MGMP menyusun perbaikan rencana mengajar, termasuk lembar kerja. 4. Mengembangkan media pembelajaran dalam tim/kelompok (mengujicobakan kegiatan baru contohnya, percobaan IPA).
5. Adu presentasi pemaparan hasil penerapan konsep IPA. 6. Kadang-kadang melakukan kegiatan outdoor. 7. Mengunjungi sekolah-sekolah yang mempraktikkan pembelajaran Aktif melalui kegiatan lesson study. 8. Membahas ide/wawasan baru yang diunduh dari internet atau diambil dari buku baru, di bidang IT.
1. Mempraktikkan ketrampilan informasi dengan model Lesson Study. Kegiatan diawali dengan simulasi di pertemuan sebelum praktik. Simulasi didampingi oleh fasda yang kebetulan juga pengurus MGMP dengan mempraktikkan dan mengimplementasikan modul1,2 dan 3. Kegiatan kedua adalah mepraktikkan lesson study. Dalam praktik ini observer menggunakan lembar observasi dari USAID PRIORITAS. Observasi dilakukan oleh sejawat. Setelah praktik dilakukan refleksi. 2. Jika praktik mengajar divideokan, maka dilakukan pengamatan video. Pengamatan difokuskan kepada proses pembelajaran dan
Kegiatan MGMP IPA dimana Roro Suindah terlibat aktif di dalamnya.
Membantu Guru
59
Bendera putih dengan tiga bintang untuk kelas terbersih dan terapi administrasi.
SMPN 1 Sampoiniet, Aceh Jaya, Aceh
Bendera Bintang Putih untuk Kelas Bersih dan Administrasi Rapi Oleh Sri Indrayati SPd SMPN 1 Sampoiniet, Aceh Jaya Selama ini siswa dianggap kurang peduli terhadap kelasnya. Tugas petugas piket kelas sebatas membersihkan kelas. Mereka tidak peduli terhadap keamanan kelas, kerapian kelas termasuk di dalamnya merapikan kembali sudut baca, karya siswa dan papan pajangan. Selain itu, sikap dan tanggung jawab serta kerjasama dalam menjaga kebersihan kelas juga sangat kurang. Termasuk kurangnya kontrol dari guru piket dan wali kelas terhadap kelas yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama. Wali kelas hanya berfungsi sebagai guru yang mewakili kelas saja, tanpa adanya tanggung jawab lain. Demikian pula
60
dengan guru. Guru hanya peduli dengan perangkat pembelajaran (RPP, Media, LKS) saja. Ia tidak menyadari bahwa sebenarnya ada tugas lain di luar mengajar yang mengharuskan seorang guru untuk mengajak siswa menjaga kebersihan kelas dan lingkungan sekolah. Selain itu, tidak pula semua guru melengkapi administrasi kelasnya, misalnya daftar hadir siswa yang harus selalu terbarui, data siswa, agenda harian guru/jurnal guru, daftar nilai, penilaian sikap dan sosial siswa. Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka kami membuat suatu penilaian setiap akhir semester dan mendapatkan reward dengan penandaan bendera putih yang di
pasangkan di depan kelas yang terbersih, rapi dan lengkap administrasi kelasnya. Tujuannya adalah, agar siswa sadar dan peduli akan kebersihan lingkungan sekolah terutama lingkungan kelasnya sembari menumbuhkan budaya bersih dan peduli terhadap lingkungan yang dapat menjadi suatu pembiasaan bagi siswa. Tujuan lainnya, mengajak dan melibatkan semua guru untuk peduli terhadap kebersihan dan adminstrasi kelas. Cara ini juga memberikan tanggung jawab kepada guru untuk dapat melengkapi semua kewajibanya sebagai seorang wali kelas. Sebagai pengingat bagi siswa, maka kepala sekolah menempelkan indikator yang menjadi penilaian kelas di depan pintu masuk seluruh kelas, agar siswa dan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
guru dapat melihat dan melengkapi kekurangan di kelas. Langkahnya, pada saat upacara bendera, saya sebagai kepala sekolah, menjelaskan tujuan dari pada perlombaan kelas bersih dan kelas lengkap administrasi. Saya menjelaskan pula indikator yang harus dipenuhi. Setidaknya ada 12 indikator yang digunakan, di antaranya: kelas harus memiliki papan pajangan, sudut baca, sudut hasil karya siswa. Dari sisi wali kelas, wali kelas harus melengkapi daftar hadir siswa, roster mata pelajaran, data siswa, daftar nilai, agenda harian/catatan siswa, adanya jurnal penilaian sikap dan sosial siswa. Penilaian dilakukan mulai pagi hari (petugas piket bertugas memeriksa indikator yang sudah dilaksanakan oleh wali kelas dan siswa). Kemudian penilaian berlanjut lagi siang hari, demikian seterusnya, dilakukan secara bergantian oleh petugas piket sekolah. Pengawas dan kepala sekolah juga melakukan penilaian secara khusus pada saat supervisi guru di kelas. Indikator yang sudah diberi tanda cek oleh petugas setiap bulannya akan direkap. Hasil rekapan tersebut dipakai untuk menentukan kelas mana yang mendapatkan juara kelas bersih, rapi dan lengkap administrasi kelasnya. Di akhir semester kelas tersebut mendapatkan reward dan mendapat tanda “Bendera Putih” yang dipasangkan di depan kelas tersebut.
Dampak dari kegiatan tersebut, siswa sudah mulai peduli akan pentingnya budaya bersih dan kerja sama antar siswa di kelas mulai terasa. Terlihat dari kelas yangg bersih, rapi pajangan hasil karya dan sudut baca tersusun dengan rapi (siswa meletakkan kembali buku yang sudah dibaca ke sudut baca). Guru sudah mulai memperhatikan administrasi kelasnya; sudah memiliki buku catatan harian siswa, jurnal sikap siswa, dan kewajiban lainnya. Semua guru juga mendapatkan tugas dan kewajiban yang sama pada saat piket kelas untuk melakukan penilaian kelas. Ibu Jurika, salah seorang guru matematika dan juga wali kelas VII menyampaikan kebanggaannya, “Selama ini kami sudah mendapatkan berbagai pelatihan dan menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Namun ada satu hal yang mungkin terlewatkan yaitu membentuk karakter dan pesanpesan moral pada siswa yang salah satunya adalah bagaimana menerapkan budaya bersih secara bersama yang dimulai dari lingkungan kelas.” Senada dengan Ibu Jurika,
Faisal, salah seorang siswa kelas IX merasakan perubahan dalam dirinya. ”Saya merasa lebih mudah dan terbiasa membersihkan rumah dengan adanya pembiasaan di sekolah,” ucapnya. Sebenarnya, ide ini merupakan ide pengawas sekolah kami yaitu Ibu Irnayati. Kemudian ide ini saya kembangkan dan terapkan di sekolah, hasilnya alhamdulilah terlihat dari antusiasme siswa dan guru. Nantinya mungkin ada beberapa indikator yang harus disempurnakan kembali. Saya berharap kegiatan ini dapat meningkatkan motivasi siwa dalam penerapan budaya bersih dan motivasi guru dalam melengkapi administrasi kelasnya krn selama ini administrasi kelas agak sedikit terlupakan.
Contoh penilaian.
Membantu Guru
61
Nur Ridawati, Kepala Madrasah MIN Maros Baru bersama-sama muridnya setelah memperoleh berbagai piala dalam ajang Kompetisi Science Madrasah Tingkat Kabupaten Maros Tahun 2015.
MIN Maros Baru, Sulawesi Selatan
Semakin Berprestasi karena Terapkan PAKEM dan MBS Pelatihan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) dan manajemen berbasis sekolah (MBS) telah memicu MIN Maros Baru untuk mengukir banyak prestasi. Madrasah yang awalnya tidak banyak memiliki prestasi ini, setelah mendapatkan program USAID PRIORITAS, prestasinya mulai bermunculan. “Setelah pelatihan, saya semakin memiliki tekad bahwa saya, guru saya dan siswa juga harus berprestasi,” ujar Nur Ridawati, kepala sekolah yang pernah menjadi juara satu guru MI berprestasi tingkat nasional. Sebelum mengenal pembelajaran PAKEM dan MBS yang mulai aktif
62
diterapkan pada tahun 2013, madrasah ini sejak didirikan tahun 1988 hanya memiliki kurang lebih 10 piala saja. Namun setelah secara konsisten menerapkan PAKEM dan MBS, dalam kurun waktu 2013 - 2015, piala di lemari sudah bertambah 48 buah.
“Setelah menerima pelatihan MBS dan Pembelajaran, saya berusaha membenahi semua aspek sekolah mulai dari ruangan, taman, tempat baca, dan sampai metode-metode pembelajaran, dan manajemennya,” ujar Ibu Rida.
Di antaranya piala untuk juara satu lomba bercerita se-Kabupaten Maros tingkat SD/MI tahun 2013, juara satu kompetensi sains madrasah (Aksioma) pada bidang Matematika dan IPA pada tahun 2014 se-Kabupaten Maros, dan juara satu bidang IPA pada perlombaan yang sama pada tahun 2015, juara satu Porseni tingkat MI seKabupaten Maros tahun 2013 dan lain-lain.
Menurutnya, dulu guru-guru masih mengajar dengan cara yang amat konvensional, dan kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran. Setelah dilatih PAKEM, mereka menjadi sadar dan mengetahui cara mengajar yang efektif. “Dengan PAKEM, para guru merasa lebih mudah dalam mengajar. Mereka hanya perlu menjadi fasilitator yang efektif dan kreatif,” ujarnya.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Untuk meningkatkan prestasi sekolah, kepala sekolah juga menyusun program bimbingan terjadwal bagi para siswa. Bimbingan tersebut dilakukan untuk beberapa siswa yang terpilih dari kelas lima dan enam, yang dilaksanakan seminggu dua kali. Anakanak tersebut dibimbing oleh guruguru yang berkompeten. “Siswa dibimbing menyelesaikan soalsoal olimpiade dan lainnya. Guru-guru mempelajari kompentensi dasar yang ingin dicapai dan menjadi dasar ujian pada tiap kompetisi dan mencoba menelaah soal-soal terkait,” ujarnya. Berkat banyak prestasi dan perubahan perwajahan sekolah, sekolah yang dulunya tidak terlalu dilirik ini, kini menjadi dikenal masyarakat. Siswa yang ingin daftar ke sekolah inipun semakin banyak. “Kalau dulu pada tahun 2012 jumlah siswanya 260. Sekarang mencapai 360 siswa. Peningkatan jumlah siswa sampai 100 merupakan sebuah prestasi tersendiri bagi sebuah madrasah di tengah banyaknya sekolah-sekolah negeri yang bagus disini,” ujar Ibu Rida. Bahkan karena prestasinya, madrasah ini menjadi tempat studi banding pengelolaan madrasah oleh kepala MIN se-Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara pada April 2015 lalu.
Pakta Integritas sumpah para guru di MIN Maros Baru untuk konsisten terapkan metode PAKEM
Membantu Guru
63
Siswa kelas IV sedang praktik menimbang benda dengan satuan yang tidak baku.Walau di desa tetapi Kepala SDN 2 Lembah Sabil mendukung guru menerapkan pembelajaran aktif.
SDN 2 Lembah Sabil, Aceh Barat Daya, Aceh
Fasilitasi Guru dalam Pembelajaran SDN 2 Lembah Sabil berjarak 20 km dari pusat kota Blang Pidie. Menurut kepala sekolah, Bapak Juli, sebelum bermitra dengan USAID PRIORITAS, para guru jarang mendapat pelatihan. “Setelah mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS di tahun 2014, para guru mulai semangat menerapkan pembelajaran aktif,” kata Bapak Juli, yang menjabat kepala sekolah sejak 2013. Setelah mengikuti pelatihan, para guru diwajibkan berbagi ilmu kepada guru lain di sekolah. “Guru yang mendapat kesempatan ikut pelatihan, wajib melatih guru yang tidak mengikuti pelatihan. Lalu semua guru saya ajak menandatangani komitmen menerapkan pembelajaran aktif di semua kelas,” urainya. Sekolah juga menyediakan ATK dan keperluan lainnya untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif di kelas. Dananya diambil dari dana BOS.
64
“Guru lain juga diberi kesempatan untuk duduk di kelas untuk melihat pembelajaran yang dilakukan guru yang telah mendapatkan pelatihan,” katanya. Kepala sekolah juga memiliki jadwal rutin melakukan supervisi dan observasi ke kelas. “Kegiatan supervisi kami lakukan untuk membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih efektif,” jelasnya. Sebelum melakukan supervisi, dia memanggil guru untuk membahas persiapan pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan di luar jam mengajar. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan observasi ke kelas yang waktunya disesuaikan dengan kesepakatan antara guru dan kepala sekolah. Bagian akhir dari supervisi ini adalah berdiskusi bersama guru untuk memperbaiki pembelajaran ke depan
menjadi lebih baik lagi. Bapak Juli juga bersyukur USAID PRIORITAS melibatkan komite dalam pelatihan MBS. “Setelah pelatihan, kami duduk bersama komite. Kami menyusun rencana kerja sekolah dan rencana anggarannya bersama,” jelasnya. Kini, komite dan masyarakat juga sering terlibat menjadi narasumber dalam pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Misalnya, mengajar cara bercocok tanam, cara mencangkok tanaman, dan membantu dalam program budaya baca setiap Selasa, Rabu, dan Sabtu selama setengah jam. Pak Juli mengakui bahwa transparansi sangat penting dalam membangun kepercayaan masyarakat. Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat Daya, Bapak Drs Yusnaidi MM, menyampaikan rasa bangganya kepada sekolah. “Alhamdulillah, perubahan yang signifikan terjadi di SDN 2 Lembah Sabil, terutama dalam proses pem-belajarannya. Siswa kini lebih berani, kritis, dan suka mengajukan pertanyaan,” kata Pak Yusnaidi bangga. Yang juga membanggakan sekolah ini menjadi juara 3 lomba budaya mutu sekolah dasar negeri tingkat nasional kategori pembelajaran yang diselenggarakan oleh Kemendikbud pada tahun 2015 lalu. Sekolah desa yang tidak terkenal itu, sudah diperhitungkan di kancah nasional.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Menumbuhkan Budaya Baca
Penyerahan sumbangan buku oleh perwakilan wali murid pada kepala sekolah.
SDN Wiyung 1 Surabaya, Jawa Timur
Seribu Buku dari Wali Murid untuk Sekolah Peran serta wali murid dalam pengembangan budaya literasi di SDN Wiyung 1 Surabaya sangat besar. Partisipasi ini diwujudkan dalam bentuk sumbangan buku bacaan untuk menambah koleksi sudut baca dan taman bacaan sekolah. Semua tidak terlepas dari adanya pelatihan Modul 2 USAID PRIORITAS yang diikuti pihak sekolah sebagai salah satu sekolah lab dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Setelah program pengembangan
66
budaya baca dijalankan, kebutuhan buku baru dirasakan oleh pihak sekolah. Untuk itu, jalinan komunikasi antara sekolah dan komite sekolah yang sudah baik tersebut dimanfaatkan untuk menggalang buku baru dari wali murid. “Siswa kami berjumlah 954 orang, otomatis kebutuhan buku dari sisi jumlah dan jenis bukunya juga banyak,” tutur Bapak Trubus, kepala SDN Wiyung I
antara lain melalui program pembiasaan membaca buku selain buku pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Sekolah juga menyediakan sudut baca di tiap kelas. Tentu saja, referensi buku yang cukup memadai sangat diperlukan. “Buku yang disediakan sekolah banyak juga yang sudah dibaca siswa, jadi mereka perlu judul-judul baru,” imbuh Pak Trubus.
Apalagi saat ini telah berlangsung penerapan Gerakan Literasi Sekolah
Berkat komunikasi dan koordinasi yang baik, partisipasi wali murid dalam
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
bentuk menyumbang buku pun muncul. Ketua Komite Sekolah SDN Wiyung 1, Bapak Imam Basuki, menegaskan keinginan menyumbang buku tersebut merupakan bentuk kepedulian orang tua kepada anakanaknya. “Buku dari pemerintah terbatas, baik dari segi jumlah maupun jenisnya, sementara seiring dengan meningkatnya minat baca anak, kebutuhan buku juga mengalami peningkatan. Kami terpicu untuk menyumbang buku demi kebutuhan anak-anak juga,” terang Pak Imam.
kelas dan taman baca,” katanya. Untuk mendukung budaya baca, perpustakaan juga melaksanakan berbagai program seperti merangkum buku yang sudah dibaca, storytelling dengan buku disesuaikan tingkat kelas, serta menonton film bersama sebulan sekali. Film ini berkisah tentang cerita rakyat, dongeng, dan pergerakan sejarah untuk siswa kelas VI. Setelah menonton, siswa menulis dan menceritakan kembali isi film.
Buku yang disumbangkan tidak semuanya baru. Temanya pun tidak melulu mengenai pelajaran. Bacaan ringan yang mendidik dan komik tentang sejarah juga tampak di antara buku-buku sumbangan yang ditata rapi di sudut baca. “Kami melihat anak di rumah juga semakin suka membaca, ya berarti dibutuhkan peran orang tua untuk mendukungnya,” tegas Pak Imam, anggota aktif TNI AL yang menyumbangkan seluruh koleksi buku di rumahnya untuk sekolah. Bapak Hendrik Anandra Setiawan, pustakawan SDN Wiyung 1, menambahkan koleksi buku sebelum sumbangan dari wali murid berjumlah 7.965 eksemplar. Sekarang sudah mencapai 9.062 eksemplar. “Penambahan sekitar 1.097 buku atau 12 persen dari jumlah total buku yang ada. Sebagian besar buku sumbangan wali murid diletakkan di sudut baca
Buku-buku yang disumbangkan merupakan buku-buku bacaan.
Menumbuhkan Budaya Baca
67
Siswa SDN Ngoto menikmati membaca di atas meja yang dibuat dari limbah rol kabel PLN.
SDN Ngoto Bantul,Yogyakarta
Sulap Limbah PLN Jadi Fasilitas Program Membaca Semangat mengembangkan minat baca siswa terus digelorakan SDN Ngoto Bantul Yogyakarta. Setelah menerima pelatihan dan pendampingan dari dosen UNY yang bekerjasama dengan USAID PRIORITAS, mereka mengaktifkan peran serta masyarakat untuk menggalakkan budaya baca. Hasil pendekatan dengan mengaktifkan peran serta masyarakat adalah menggandeng Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang memiliki kayu sampah bekas rol kabel. Kayu bekas rol kabel digunakan sebagai meja baca. “Puji syukur permintaan kami ke PLN direspon
68
positif. Begitu kayu bekas datang, paguyuban sekolah segera memolesnya menjadi meja untuk taman baca di depan kelas,” kata Ketua Komite Sekolah Bapak Nur Hadi Prayono.
“Biasanya mereka bingung membaca di mana. Setelah mengambil buku di warung ilmu, mereka membaca di kelas atau di lantai. Namun sekarang tempat ini nyaman untuk membaca,” kata Ibu Sutinem, kepala SDN Ngoto.
Meja ini diletakkan di depan kelas, di bawah pohon dan di antara tanaman sehingga menjadi taman baca yang nyaman. Meja dilengkapi kursi-kursi kecil dari kayu bekas. Supaya tidak cepat rusak, bagian atas meja dilapisi plastik agar tahan air hujan dan sinar matahari.
Taman baca tersebut memberi semangat baru bagi siswa untuk membaca. Ketika bel istirahat berbunyi, mereka segera mengambil buku dan menempati kursi di depan meja. Ada yang membaca bersama dan ada yang membaca sendiri. Suasana menjadi akrab dan kental sekali budaya bacanya. Hal ini terjadi di waktu-waktu istirahat, jam-jam santai,
Taman baca ini melengkapi 'warung ilmu' yang ada di depan setiap kelas.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
dan waktu khusus membaca. Kadang orangtua yang menunggu siswa juga memanfaatkannya untuk membaca buku di 'warung ilmu'. “Kami terus berupaya menggiatkan budaya baca. Selain di kelas, di waktuwaktu istirahat kami juga membuat jam wajib membaca serta meminta siswa untuk membuat rangkuman dari buku yang telah mereka baca. Kami juga mendapatkan bantuan buku sumbangan berbagai lembaga dan juga dari relasi/teman,” aku kepala sekolah. Intan Maharani Putri, siswa kelas VI SD Ngoto, merasa nyaman dan bersemangat dengan bertambahnya fasilitas membaca. “Semoga taman baca dan buku-bukunya tambah banyak,” harapnya.
Meja dari limbah rol kabel PLN digunakan pada taman baca.
Menumbuhkan Budaya Baca
69
SDN Kutorenon 1 Lumajang, Jawa Timur
Bentuk Paguyuban Khusus Perpustakaan Sekolah SDN Kutorenon 1 Kabupaten Lumajang berkomitmen untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah acuan literasi. Tak hanya sekadar memberlakukan jam wajib membaca senyap selama 15 menit, sekolah ini juga memiliki paguyuban khusus perpustakaan sekolah.
dengan terbentuknya paguyuban perpustakaan sangat membantu dalam mewujudkan sekolah literasi di SDN Kutorenon 1. Mereka dengan penuh semangat bersama-sama dengan sekolah membuat program-program perpustakaan yang mendukung terwujudnya sekolah literasi.
Tugas utama paguyuban perpustakaan yang beranggotakan orangtua siswa dari kelas I-VI ini setiap hari membimbing siswa di perpustakaan dan membantu dalam aktivitas kerja perpustakaan.
“Ide pembentukan paguyuban khusus perpustakaan sekolah ini justru datang dari orangtua siswa yang tergabung dalam paguyuban kelas. Mereka membuat program-program perpustakaan dan mengajukannya kepada sekolah untuk disetujui. Setelah berjalan, alhamdulillah kemajuan perpustakaan luar biasa,” terang Pak Hendro.
Setiap hari dibentuk piket orangtua siswa yang khusus bertugas di perpustakaan. Mereka khusus menjaga kebersihan dan penataan buku-buku di perpustakaan, membantu sirkulasi peminjaman buku di luar perpustakaan, membimbing siswa yang kurang lancar membaca, dan memberikan motivasi kepada orangtua siswa lainnya agar rajin berkunjung ke perpustakaan. Menurut Bapak Hendro, Kepala SDN Kutorenon 1 Kabupaten Lumajang,
70
Kemajuan yang paling menonjol adalah kunjungan siswa dan orang tua siswa meningkat sejak tiga bulan terakhir. Dulu orangtua siswa yang menunggui anaknya sekolah tidak berani masuk ke perpustakaan. Namun saat ini, mereka tidak segan-segan mengisi waktu dengan membaca buku.
Koleksi buku-buku perpustakaan kini tidak hanya sebatas koleksi untuk siswa saja. Namun juga dilengkapi dengan koleksi bacaan untuk orangtua siswa. Keseluruhan koleksi ini diadakan paguyuban perpustakaan sekolah. Yang menggembirakan, paguyuban perpustakaan sekolah juga membantu siswa yang lambat membaca terutama untuk kelas awal. Mereka membimbing siswa yang kurang lancar membaca di perpustakaan. Mereka juga mendongengkan cerita-cerita di buku kepada siswa. Ke depan, lanjut Pak Hendro, perpustakaan akan membuat kartu keanggotaan khusus orangtua siswa sehingga mereka boleh meminjam dan membawa pulang buku-buku di perpustakaan sesuai aturan.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Paguyuban saat mendampingi siswa di perpustakaan.
Menumbuhkan Budaya Baca
71
Peresmian perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi terbuka untuk umum.
SMPN 1 Banyuwangi, Jawa Timur
Perpustakaan SMP Dibuka untuk Umum “Dari Masyarakat, Untuk Masyarakat”. Demikian motto yang disampaikan oleh Bapak Samsuddin Ali, MPd, Kepala SMPN 1 Banyuwangi saat memutuskan untuk membuka Perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi untuk umum. Keputusan untuk membuka perpustakaan sekolah sebagai perpustakaan umum setelah melakukan diskusi dengan komite sekolah, Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi. “Dari Masyarakat, Untuk Masyarakat artinya bahwa sebagian koleksi yang ada di perpustakaan SMPN 1
72
Banyuwangi ini merupakan bantuan masyarakat dari hasil sedekah buku. Maka saya kembalikan lagi ke masyarakat untuk dibaca,” terang Pak Samsuddin yang juga merupakan Fasilitator Daerah MBS untuk SMP di Kabupaten Banyuwangi. Apalagi, dari hasil diskusi dengan Kepala Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang sudah mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Literasi masih sangat kekurangan taman-taman
bacaan. Untuk itu, setelah disepakati bersama, Pak Samsuddin kemudian membuka perpustakaan sekolahnya untuk umum. Program perpustakaan sekolah yang dibuka untuk umum ini resmi diluncurkan pada 6 Februari 2017 oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi yang diwakili Kepala Bidang SMP Bapak Drs Suratno, MPd. Perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi dibuka untuk umum mulai Pukul 07.00 – 15.20 wib. Perpustakaan ini menyediakan beragam bacaan fiksi dan
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
non fiksi, majalah, dan koran. Masyarakat umum bisa menikmati buku-buku koleksi perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi di 3 titik area baca, yakni di front office sekolah, area paseban sekolah, dan ruang perpustakaan. Ibu Dra Daryanti Sri Wilujeng, Guru Bahasa Indonesia yang merangkap Kepala Perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi mengungkapkan, dalam operasional perpustakaan sehari-hari dia dibantu oleh 3 tenaga pustakawan dan 50 anggota Duta Puspa. Duta Puspa merupakan ekstra kurikuler yang digagas oleh kepala sekolah untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada buku dan perpustakaan. Siswa yang masuk dalam ekstra kurikuler Duta Puspa ini akan diberikan pelatihan oleh sekolah maupun petugas Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi tentang bagaimana mengelola buku dengan baik, proses katalogisasi dan klasifikasi buku, sirkulasi, dan promosi perpustakaan. Setiap harinya anggota Duta Puspa ini secara bergiliran bertugas saat pagi hari sebelum masuk kelas dan istirahat sekolah untuk mengelola buku, melaksanakan sirkulasi buku di 3 titik baca di sekolah, mengawasi keluar masuknya buku yang dipinjam, dan merancang promosi buku-buku yang menarik untuk dibaca agar masyarakat semakin tertarik untuk datang dan meminjam buku.
“Saya sangat terbantu dengan adanya para Duta Puspa karena keluar masuknya buku lebih bisa diawasi sehingga buku yang hilang bisa diantisipasi,” terangnya. Saat ini masyarakat yang datang meminjam buku rata-rata adalah orangtua, keluarga siswa, dan masyarakat sekitar. Bagi masyarakat umum yang akan meminjam buku, menurut Bu Daryanti syaratnya harus meninggalkan identitas pengenal dan mematuhi aturan perpustakaan sama seperti yang diberlakukan pada siswa,
seperti mengganti buku yang rusak/hilang, membayar denda apabila terlambat mengembalikan, dan menjaga kebersihan buku. Saat ini lebih dari 22 ribu koleksi di perpustakaan SMPN 1 Banyuwangi boleh dipinjam untuk umum. Pak Samsuddin menambahkan, dia sudah bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi untuk pinjam tukar koleksi buku dari Perpustakaan Daerah Kabupaten Banyuwangi agar menambah koleksi buku yang saat ini sudah ada.
Masyarakat umum yang membaca dan meminjam koleksi di perpustakaan.
Menumbuhkan Budaya Baca
73
SMPN 3 Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara
Tiga Program Literasi Andalan SMPN 3 Perbaungan Siswa SMP 3 Perbaungan membaca di halaman sekolah. Ini merupakan bagian dari kegiatan literasi di sekolah ini. Gema Nusantara, Pokalis dan Mendering terdengar aneh bagi kita. Tapi tidak bagi guru dan siswa di SMPN 3 Perbaungan, Serdang Bedagai. Mereka menyebut nama-nama aneh itu sebagai kegiatan literasi. Selasa itu matahari belum begitu panas. Pelantang suara tiba-tiba menyalak. Seorang guru diujung pengeras suara memberi perintah,”Hari ini kita melakukan Gema Nusantara!” Tidak sampai tujuh menit, sekitar 800 orang langsung mengambil posisi. Mereka duduk rapi sambil membaca buku. Ada yang duduk di selasar sekolah, lapangan basket, dan yang paling banyak duduk di bawah rindangnya pohon mangga. Bapak Togar Hasibuan, S.Pd Kepala SMP N 3 Perbaungan menjelaskan apa itu Gema Nusantara. Ini adalah singkatan dari Gerakan Membaca Santai Tanpa Suara. Dilakukan setiap hari Selasa. Semua guru dan siswa membaca bersama selama 15 menit. Setelah itu, 15 menit lagi digunakan untuk presentasi isi buku. Siswa dan guru bebas mengajukan diri untuk presentasi. Isi presentasi yang paling
74
menarik mendapatkan hadiah. Selain Gema Nusantara, ada juga Pokalis. Program Karya Tulis. Dilakukan setiap hari Kamis. Pak Togar mengatakan, Pokalis ditujukan untuk membiasakan anak menulis gagasannya sendiri. Setiap Kamis, guru dan siswa diberi sebuah topik tulisan. Setelah topik diumumkan, maka guru dan siswa diberi kesempatan menulis selama 15 menit. Mereka boleh menulis apa saja asal berhubungan dengan topik yang diberi. Tidak ada aturan baku.Yang penting guru dan siswa menuliskan pikirannya sendiri. Setelah 15 menit, perwakilan siswa akan diminta membacakan hasil tulisannya. Mereka tidak hanya membacakan karya tulisnya, tapi juga harus menjawab pertanyaan jika ada guru dan siswa lain yang mengajukan pertanyaan. Presentasi yang paling menarik akan mendapat hadiah dari Pak Togar. Lantas apa itu Mendering? Itu singkatan dari Mendengar Terbimbing. Berbeda dengan Gema Nusantara dan
Pokalis, dalam kegiatan Mendering siswa diminta untuk menyimak. Seorang guru akan menyampaikan orasi selama 15 menit, kemudian siswa diminta memberi tanggapan. Mereka harus menyampaikan tanggapannya dengan kata-kata sendiri. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jumat. Pak Togar mengatakan, selain ketiga program literasi tersebut, SMPN 3 Perbaungan juga melaksanakan kegiatan membaca 15 menit setiap hari sebelum jam pembelajaran. Guna mendukung buku bacaan, sekolah memiliki perpustakaan dengan koleksi buku sebanyak 10.367 eksemplar. Siswa bisa setiap hari mengunjungi perpustakaan. Selain itu sekolah juga bekerjasama dengan Perpustakaan Daerah untuk fasilitas perpustakaan keliling. Secara terjadwal, bus yang berisi buku akan mengunjungi SMPN 3 Perbaungan. Selain membaca dan dukungan buku, Pak Togar juga memfasilitasi bulletin sekolah. Bulletin ini bernama Sneper, singkatan dari SMP Negeri Tiga Perbaungan dan berisi karya siswa yang berhubungan dengan literasi.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
Siswa sedang membaca di Jambo Baca.
SDN 3 Calang, Aceh Jaya, Aceh
Jambo Baca, Pondok Baca Siswa Menunggu Jemputan Oleh Yusni SPd Kepala SDN 3 Calang Beberapa bulan lalu saat menunggu jemputan pulang sekolah, Ari dan teman-temannya biasanya hanya berdiri di depan gerbang sekolah atau menikmati jajanan. Kini Ari dan temantemannya dapat memanfaatkan saat menunggu jemputan dengan membaca di Jambo Baca, sebuah bangunan berukuran 2 x 3 meter khusus untuk membaca. Di Jambo Baca disediakan buku-buku yang bisa dibaca di tempat. Selama hampir dua tahun sekolah kami telah melaksanakan budaya baca setiap Sabtu di halaman sekolah. Beberapa bulan terakhir budaya baca dilaksanakan setiap hari yaitu 15 menit sebelum dimulai pembelajaran di
dalam kelas. Untuk menghindari kebosanan diperlukan tempat membaca yang membuat suasana santai. Muncullah ide membuat pondok baca di depan sekolah.
membaca. Anak-anak kelas tinggi diberi tanggung jawab tambahan sebagai petugas piket untuk mengambil dan mengembalikan buku dari perpustakaan.
Ternyata Jambo Baca ini memberikan manfaat lain. Jambo Baca menjadi tempat menunggu jemputan siswa setelah jam pulang sekolah. Siswa kini tidak lagi menunggu sambil bermain di luar gerbang sekolah tetapi memanfaatkan waktu menunggu jemputan sambil membaca. Jambo ini juga dapat membentuk disiplin dan tanggung jawab siswa terhadap buku yang dibacanya, karena setiap anak yang mengambil buku dari jambo baca wajib menggantung kembali buku. Jambo juga dimanfaatkan untuk mengisi jam istirahat siswa dengan
Kegiatan operasional Jambo Baca dimulai setiap pagi sebelum siswa datang. Petugas piket yaitu dua orang siswa dan seorang guru, mengeluarkan dan mengatur buku di Jambo Baca menggunakan kereta dorong, kemudian menyusunnya pada dinding Jambo dengan digantung menggunakan tali dan klip. Pada jam pulang sekolah, siswa piket diwajibkan menunggu di Jambo sambil membaca dengan diawasi guru piket yang juga ikut membaca.
Menumbuhkan Budaya Baca
75
Keberhasilan program baca di SMP IT Roudhotul Jannah Kota Cilegon.
SMP IT Roudhoutul Jannah, Cilegon, Banten
Pojok Baca Dorong Siswa Terampil Menulis Kebiasaan membaca yang rutin ternyata menghasilkan penulis-penulis muda di SMP IT Roudhoutul Jannah, Cilegon. Sekolah yang sudah berdiri sejak 12 tahun silam ini telah menggagas program baca setiap Senin pagi selama 30 menit sebelum jam pembelajaran dimulai. Sekolah pun menyediakan fasilitas perpustakaan yang nyaman untuk membaca sehingga siswa sering mengunjungi perpustakaan di jam istirahat dan usai pulang sekolah untuk meminjam buku. “Kami menyediakan fasilitas perpustakaan yang nyaman untuk baca. Bahkan, di setiap lantai kami sediakan pojok baca yang nyaman sehingga
76
mereka bisa tetap membaca dimana saja,” jelas Ibu Dra Endang Hanimah, kepala sekolah SMP IT Roudhoutul Jannah, mengenai fasilitas perpustakaan dan pojok baca di setiap lantai bangunan sekolah tersebut. Tidak hanya program baca dan perpustakaan saja, Ibu Endang juga berhasil menyediakan pojok baca untuk memenuhi kebutuhan siswa untuk membaca. “Orangtua bercerita pada saya bahwa kini anaknya senang menyisihkan uang untuk membeli buku. Misalnya, untuk bermain catur, siswa lebih memilih belajar bermain catur lewat buku
ketimbang menonton orang bermain catur,” tambah Ibu Endang. Upayanya untuk mendorong siswa terampil membaca ternyata membuahkan hasil. Kini ia berhasil mengoleksi karya siswa untuk diterbitkan menjadi buku bacaan secara mandiri. Dia melihat minat siswa tidak hanya membaca saja tetapi juga menulis. Kini pojok baca yang sudah dirintisnya tampak sering dikunjungi oleh siswa di jam istirahat dan pulang sekolah.
Praktik yang Baik: Manajemen dan Tata Kelola di SD/MI dan SMP/MTs
USAID PRIORITAS Ratu Plaza Office Tower Lt. 25. Jl. Jenderal Sudirman Kav 9, Jakarta-10270 Telp: (021) 722 7998 Fax: (021) 722 7978 email:
[email protected] www.prioritaspendidikan.org