MOU Perkuat Sinergi Fungsi PDGI dan FKG UNAIR NEWS – Bertempat di Gedung AMEC, FK UNAIR, ditandatangani MoU antara FKG UNAIR dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Surabaya. Acara yang dilaksanakan pada 6 Agustus 2016 ini bertepatan dengan gathering anggota PDGI, halal bihalal dan seminar ilmiah. Dalam wawancaranya, Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes. menjelaskan, tujuan peremajaan MOU ini adalah memperkuat sinergisme fungsi PDGI dan institusi pendidikan dokter gigi. Demi meningkatkan kompetensi dokter gigi untuk optimalisasi layanan di bidang kedokteran gigi. Hal senada juga dilontarkan Ketua PDGI Cabang Surabaya Dr. Hendrik Setia Budi, drg., M.Kes. “PDGI merupakan organisasi profesi yang berasal dari banyak unsur, akademisi, pegawai pemerintah dan swasta. Dengan demikian, sebagai organisasi, PDGI harus mempunyai program yang dapat memfasilitasi kebutuhan anggotanya. Sehingga, organisasi dapat tumbuh dan berkembang secara regional, nasional dan internasional,” kata dia. Hendrik menambahkan, tujuan MOU ini supaya kegiatan PDGI dan FKG UNAIR dapat selaras dilaksanakan. Ke depannya, kegiatan nyata dari MOU akan dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan penelitian ilmiah bersama, pengabdian masyarakat, penyelenggaraan kegiatan ilmiah, seminar dan lokakarya. (*)
Penulis: Humas FKG Editor: Rio F.Rachman
International Dental Course Luluskan Angkatan ke-2 UNAIR NEWS – Setelah 4 tahun belajar di Hiroshima University, Jepang, Dyshafilia Charindra menyelesaikan program sarjana kedokteran gigi melalui International Dental Course (IDC). IDC adalah program joint degree yang diinisiasi oleh Faculty of Dentistry, Hiroshima University. Melalui program itu, mahasiswa menjalani program sarjana kedokteran gigi di universitas masing-masing, dan menyelesaikannya di Hiroshima University. Di samping UNAIR, terdapat 2 universitas dari 2 negara lain yang mengikuti program tersebut. Yaitu, University of Medicine and Pharmacy at Ho Chi Minh City, Vietnam dan University of Health Science, Kamboja. Acara wisuda di Hiroshima yang dilaksanakan pada hari Jumat, 5 Agustus 2016, dihadiri Dekan Faculty of Dentistry Hiroshima University, Prof. Koichi Kato, orang tua mahasiswa, dan Wakil Dekan II FKG UNAIR Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes. Prosesi wisuda ini juga dapat disaksikan melalui teleconference di FKG UNAIR, Vietnam dan Kamboja. Dysha adalah angkatan kedua dalam program tersebut. Sebelumnya, Karina Erda Saninggar dan Nadiah Kinanti lulus IDC pada 2015. Menyusul dua seniornya, Dysha akan kembali ke FKG UNAIR untuk melanjutkan program profesi dokter gigi. Di belakang Dysha, masih terdapat 3 mahasiswa lagi yang akan lulus di program yang sama. Mereka adalah Yohana Vita Melody Hutapea, Mentari Zaurasari, dan Hilmy Irsyadi Hanif. FKG UNAIR selalu mengikutsertakan mahasiswa pada program ini. Demikian pula pada 2016.
Dalam akun facebook, Dysha mengucapkan syukur dan terima kasih yang mendalam pada semua pihak yang telah membantu kelancaran studinya. Penghargaan setinggi-tingginya dia sampaikan pada jajaran pimpinan dan professor di Faculty of Dentistry Hiroshima University dan FKG UNAIR. IDC merupakan bentuk kerjasama dengan Faculty of Dentistry Hiroshima University, disamping joint research, collaborative international meeting, staff exchange, 10 days students exchange dan 6 months student exchange. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
FKG UNAIR Berikan Banyak Kontribusi terhadap Kesehatan Gigi di Indonesia UNAIR NEWS – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga kembali meluluskan para dokter gigi dan dokter gigi spesialis baru ke tengah-tengah masyarakat. Dekan FKG Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes, didampingi Wakil Dekan I, II, dan III menyerahkan ijazah kepada setiap dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang baru dilantik. Pelantikan IPTEK-DOK, Pelantikan Mulut Prof.
dan pengambilan sumpah dilaksanakan di Graha BIK Fakultas Kedokteran UNAIR, pada Selasa (26/7). juga dihadiri oleh Direktur Rumah Sakit Gigi dan Coen, dekanat, serta kerabat.
Dokter gigi yang dilantik berjumlah 47 orang, sedangkan dokter gigi spesialis berjumlah 10 orang. Dokter gigi spesialis yang
baru dilantik terdiri dari 5 orang berasal dari Departemen Penyakit Mulut, dan 5 orang lainnya dari Departemen Orthodonsia. Dalam sambutannya, Darmawan menyampaikan bahwa FKG UNAIR banyak berkontribusi meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Terhitung sejak tahun 1948, FKG telah meluluskan 5.143 dokter gigi. “Pendidikan dokter gigi dimulai pada tahun 1928, namun data lulusan dapat ditelusuri sejak 1948. FKG melahirkan 5.143 dokter gigi. Artinya, kita berkontribusi sebesar 18,76% dari sekitar 23 ribu dokter gigi tingkat nasional,” tutur Darmawan yang disambut tepuk tangan dari hadirin. Ia menambahkan, diantara 47 orang, terdapat 8 lulusan yang berhasil menyelesaikan profesi dokter gigi selama 3 semester. Terkait
dengan
dokter
gigi
spesialis,
FKG
UNAIR
telah
meluluskan 799 dokter gigi spesialis sejak tahun 1990. Tahun 1990 merupakan awal pendidikan dokter gigi spesialis di UNAIR. Apabila dihitung dalam persentase, FKG UNAIR mampu menyediakan 27,5% tenaga dokter gigi spesialis dari 2.905 dokter gigi spesialis di Indonesia.
Salah satu prosesi pengambilan sumpah pada dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang baru dilantik. (Foto: UNAIR NEWS) Menurut Darmawan, rasio dokter gigi dan dokter gigi spesialis terhadap penduduk di Indonesia masih berada pada angka 1:9000. Jumlah ini masih kecil bila dibandingkan Singapura dan Brunei Darussalam yang berada pada angka 1:2000. “Apakah jumlah itu cukup atau tidak bergantung pada kiprah masing-masing dokter gigi. Saya berpesan, jagalah nama baik almamater, berpeganglah selalu pada science adjustment, etika kedokteran, dan estetika,” tutur tambahnya. Direktur RSGM UNAIR Prof. Coen dalam sambutannya menambahkan, para lulusan baru agar senantiasa memerhatikan higienitas dan sanitasi peralatan medis. Hal itu perlu dilakukan agar pasien tak tertular penyakit menular. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Transfer of Knowledge di FKG dari Profesor Bedah Mulut Jepang UNAIR NEWS – Untuk kesekian kalinya, Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) melaksanakan program Visting Professor. Sejak tanggal 15 hingga 22 Juli, Prof. Norifumi Nakamura, DDS Ph.D mengunjungi Universitas Airlangga untuk terjun langsung dalam tri darma perguruan tinggi. Dalam kunjungannya, Professor ilmu bedah mulut ini memberikan kuliah tamu mulai dari jenjang S1, S2 hingga S3. Selain itu, Nishimura yang fasih berbahasa Indonesia juga memberikan pembimbingan langsung dan konsultasi penelitian pada mahasiswa program S2 dan S3. Tidak hanya itu, penyuka masakan Indonesia ini juga terlibat langsung dalam bakti sosial operasi bibir sumbing bersama tim bedah mulut FKG UNAIR di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pada kesempatan itu, dia melakukan transfer of knowledge dan berbagi pengalaman dengan seluruh tim. Dalam wawancara, Nishimura mengungkapkan, kemampuan berpikir mahasiswa dan dokter gigi Indonesia dapat disejajarkan dengan mahasiswa dan dokter gigi di Jepang. Secara mendalam dia menyarankan agar Indonesia lebih memiliki data kasus atau penelitian yang tersimpan lebih baik. Sehingga, transfer of knowledge dari generasi ke generasi selanjutnya dapat dijalankan dengan baik. Pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia pun dapat berjalan lebih baik lagi. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Self-Cleaning, Inovasi Pelayanan Baru di Kantin FKG UNAIR NEWS – Kantin kampus merupakan salah satu tempat yang paling sering dikunjungi untuk makan atau sekadar rehat maupun berbincang oleh sivitas akademika. Oleh karena itu, penting sekali agar suasana kantin dibuat senyaman mungkin, terlihat bersih, dan tersedia makanan serta minuman yang higienis. Begitu pula dengan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga. Pada Kamis (14/7), Stovit Cafetaria telah diresmikan oleh Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes. “Kantin di FKG itu sudah terkenal bersih. Ada sertifikatnya. Nah, sekarang kita perbaiki dan renovasi lagi apa-apa yang kurang. Biar kalau mahasiswa belajar itu merasa bersih, sehat, nyaman, dan aman,” tutur Darmawan. Apa yang berbeda dari sebelumnya setelah kantin Stovit diresmikan? Pertama, adalah sistem pembayaran satu pintu. Sebelumnya, pelanggan kafe Stovit membayar sajian makanan yang sudah dibeli ke masing-masing penjual. Kini, sistem pembayaran banyak pintu tak lagi diterapkan di kafe Stovit. “Sekarang, sistem pembayarannya satu kasir,” ujar Darmawan. Kedua, pembeda kantin Stovit dulu dengan pasca diresmikan adalah self-cleaning. Pelayanan self-cleaning yang dimaksud adalah pelanggan kantin membereskan sendiri perkakas makan yang digunakan seusai makan. “Piringnya dibawa sendiri ke belakang, ke tempat cuci. Jadi,
nanti sisa makanannya dibuang ke tempat sampah basah. Baru, piringnya ditaruh di tempat piring kotor, tapi tidak usah dibersihkan,” ujar dokter gigi itu. Menurut Darmawan, pola self-cleaning tu diterapkan agar pelanggan kantin membiasakan diri dengan pola hidup bersih dan sehat. Ia mengaku, prinsip ini diterapkan dengan mengadaptasi kebiasaan hidup warga Jepang dan Korea. “Dengan begitu, kita bisa latih mereka untuk self-cleaningnya,” imbuh Darmawan. Untuk menjaga kebersihan kantin, dekanat FKG mempercayakan manajemen pengelolaan kantin kepada Dharmawanita FKG. “Karena lingkup tugas fakultas terlalu luas, makanya dipercayakan kantin kepada Dharmawanita. Biar nanti ada petugas yang mengawasi. Sebulan sekali dipel. Kita rancang dengan baik saluran airnya. Setiap stan itu memiliki saluran air yang bisa dibersihkan sendiri,” terangnya. Variasi menu Kafe Stovit menawarkan berbagai menu makanan dan minuman yang menarik. Tercatat, ada sembilan menu kuliner yang bisa segera disantap. Diantaranya nasi pecel, soto ayam, crepes, nasi uduk, dan lontong cap gomeh. Harga yang dipatok berada pada kisaran Rp5 ribu – Rp9 ribu per porsi. Zeyn, penjual makanan ringan crepe di Stovit, mengaku senang dengan adanya renovasi kantin. Ia mengaku merasa semakin nyaman karena kebersihan kantin akan tetap terjaga. Yuk, makan dan jajan di kafe Stovit! (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Mengenang Masa Bakti Selama di Kedokteran Gigi UNAIR NEWS – Bertepatan dengan suasana Idul Fitri, sivitas akademika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga menggelar halalbihalal di halaman parkir mobil, Kamis (14/7). Gelaran halalbihalal itu dihadiri oleh beragam elemen mulai dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, hingga para purnabakti. Sivitas akademika dari kalangan purnabakti yang hadir tampak riang setelah tidak bersua sekian lama. Grup musik Caramellos, misalnya, yang beranggotakan lima para pengajar senior bermain instrumen alat musik sambil menyanyikan lagu-lagu kenamaan jaman dulu. Sambil sesekali, Caramellos mengiringi senam pocopoco Dharmawanita di panggung halalbihalal. Selain grup musik Caramellos, halalbihalal juga dihadiri oleh para guru besar yang sudah memasuki masa pensiun lainnya. Dua diantaranya adalah Prof. Dr. Krisnowati Djojosoedarsono, drg., Sp.Pros., dan Prof. Dr. Nini S. Winoto, drg., MS, Sp.Ort. Kurikulum berubah-ubah
Prof.
Nini
(Foto:
UNAIR
NEWS) Prof. Nini, yang tercatat sebagai mahasiswa FKG UNAIR tahun 1953, memiliki cerita tersendiri tentang fakultas tersebut. Pada waktu itu, FKG masih memiliki nama sebagai Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi (LIKG). Karena kondisi keamanan Indonesia pada masa itu masih berangsur normal, Prof. Nini banyak memiliki kawan mahasiswa yang baru kembali dari medan pertempuran. “Pada waktu itu, mahasiswanya sudah campur baur. Sekolah di sini (FKG, red) merupakan sesuatu yang baru. Kita kumpul dengan mereka yang baru selesai berjuang (kembali dari medan perang, red). Banyak semua diterima. Satu ruangan penuh. Kita berangkat pagi sekali untuk mendapat tempat duduk yang paling depan. Saya nggak tahu satu angkatan itu berapa, mungkin ada ratusan,” tutur Prof. Nini. Selain soal pertemanan, salah satu hal yang diingat oleh Prof. Nini adalah kurikulum pendidikan yang kerap berganti. Pada masa kepemimpinan Prof. M. Knap, tahun 1949 – 1953, lama pendidikan LIKG yang harus ditempuh adalah empat tahun. Setelah Prof. Knap pensiun, kepemimpinannya diganti oleh Prof. M. Soetojo, yang berlangsung sampai tahun 1954. LIKG pun diubah menjadi enam tingkat. “Gonta-ganti kurikulum. Waktu itu, saya sampai tingkat berapa gitu, kuliahnya digabung bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran di ruangan propadus,” tutur Prof. Nini. Terus belajar
Prof. Krisnowati UNAIR NEWS)
(Foto:
Sebelum menjadi dosen pada Departemen Prostodonsia FKG UNAIR, Prof. Krisnowati menempuh studi pada kedokteran gigi tahun angkatan 1956. Ada beberapa hal yang menurutnya jauh berbeda antara tahun ia menempuh studi dengan FKG pada jaman sekarang. Beberapa hal yang dimaksud diantaranya adalah jumlah mahasiswa yang tak sebanyak sekarang, dan persyaratan rekrutmen menjadi dosen yang kian rumit. “Sepertinya syarat rekrutmen dosen sekarang agak sulit ya. Dulu tuh, pokoknya dapat tambahan tugas belajar saja sudah bisa jadi dosen. Kalau sekarang, kok sepertinya enggak,” cerita Prof. Krisnowati yang lulus pendidikan dokter gigi pada tahun 1964. Usai lulus kuliah, karena Prof. Krisnowati pada saat itu sedang memiliki ikatan dinas dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ia mengabdikan diri menjadi dosen sampai tahun 2000. Menurut Prof. Krisnowati, seorang dosen juga harus tetap menimba ilmu agar wawasan bertambah. Selama terikat dinas di FKG UNAIR, salah satu pengalaman menarik profesor berusia 80 tahun itu adalah mendapat melanjutkan studi di Inggris.
kesempatan
untuk
“Kebetulan saya diberi tugas belajar ke Inggris. Sebagai calon dosen, saya harus ditambah pengetahuannya. Kemudian ambil S3-
nya juga dapat promotor dari universitas yang sama,” tuturnya seraya mengingat kampus tempat ia menjalani studi. Selain tugas belajar, Prof. Krisnowati yang dikukuhkan menjadi profesor pada tahun 1999 itu juga mendapatkan pelajaran tentang penulisan ilmiah dan populer, serta terjemahan. Ilmu itu ia gunakan sampai sekarang. Buktinya, ia kini menjadi tim editor pada majalah yang membahas tentang isu patologi klinik. Prof. Krisnowati juga menitipkan pesan demi kemajuan FKG UNAIR di masa depan. Ia mengatakan, mata kuliah Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat (KKN – BBM) hendaknya tetap dipertahankan di masa depan. “Mahasiswa itu kalau bisa jangan cuma S-1 saja. Waktu aku dulu masih mahasiswa, ada pelajaran KKN, itu tetap perlu. Jadi, mereka nggak hanya menguasai teori. Apa yang diinginkan masyarakat, mereka harus tahu,” pesan Prof. Krisnowati yang menulis orasi ilmiah berjudul ‘Gnatologi dan Wawasan Paradigma Ilmu Kedokteran Gigi Komunitas’ pada saat pengukuhan guru besarnya. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor : Dilan Salsabila
Stovit Cafetaria Punya Logo Hasil Sayembara UNAIR NEWS – Pasca lebaran, tepatnya per 14 Juli 2016, FKG UNAIR memiliki kantin baru dengan nama STOVIT CAFETARIA. Kantin ini bisa menjadi jujukan seluruh civitas akademika dan pasien di lingkungan FKG. Sejatinya, tempat makan di FKG sudah ada dan terkenal karena keanekaragaman dan kelezatan menu yang
ditawarkan. Nah, peresmian dan penamaan anyar dilakukan untuk makin membuatnya terdengar familier. Untuk melengkapi kantin yang sudah mendapat sertifikat higienis ini, Dekanat FKG Unair mengadakan sayembara logo STOVIT CAFETARIA. Pesertanya merupakan mahasiswa FKG UNAIR. Penjurian dilakukan tanggal Juli 2016. Dihadiri dekan, wakil dekan, seluruh peserta dan panitia. Dari 18 logo yang masuk, terpilihlah karya Setian Fitri Sayekti sebagai pemenang.
Hasil karya pemenang sayembara logo Stovit Cafetaria (Foto: Humas FKG) Setian menjelaskan bahwa pembuatan logo memakai program corel draw. Idenya spontan, dari bangunan Stovit yang menjadi ciri khas FKG Unair. Hak cipta dari logo tersebut telah dirupakan dalam bentuk hadiah yang diserahkan pada pemenang. Istimewanya lagi, Setian menjelaskan bahwa logo tersebut memiliki komposisi yang seimbang untuk diaplikasikan dalam berbagai media, seperti kop surat, spanduk, t-shirt. (*)
Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Kuatkan Kebersamaan, Sivitas FKG Gelar Halalbihalal UNAIR NEWS – Masih dalam rangka perayaan hari kemenangan, sivitas akademika Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR menyelenggarakan acara halalbihalal. Acara dilangsungkan di halaman parkir mobil kampus A FKG pada Kamis (14/7). Sekitar ratusan sivitas akademika berkumpul dan beramah tamah satu sama lain. Seluruh elemen sivitas FKG UNAIR, mulai dari mahasiswa, pengajar muda maupun senior, guru besar emeritus, dekanat, karyawan, dan alumni hadir dalam acara halalbihalal yang digelar selama dua jam itu. Mereka yang hadir terlihat antusias dan gembira dalam acara halalbihalal yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya tersebut. Acara halalbihalal di FKG berjalan cukup meriah. Baik dari kalangan muda maupun senior saling berbagi panggung. Ada grup musik Caramellos yang beranggotakan para pengajar senior. Masing-masing dari mereka memainkan alat musik band dan menyanyikan lagu-lagu lawas. Sesekali, para anggota Dharmawanita FKG diajak menari poco-poco dengan diringi musik dari Caramellos. Selain grup Caramellos, ada juga grup akustik dari mahasiswa FKG yang memeriahkan acara. Dekan FKG Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes., mengatakan halalbihalal merupakan momen untuk merekatkan kebersamaan sivitas akademika. Untuk itu, pihaknya mengundang seluruh elemen sivitas untuk hadir dalam acara tersebut.
“Halalbihalal kita mengundang seluruh sivitas akademika, ya mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan purnatugas. Purnatugas adalah pendorong kita, sedangkan rekan-rekan yang aktif di sini adalah pelaksana dan evaluasi. Mahasiswa juga kami ajak kumpul bersama supaya kalau ada apa-apa, komunikasinya lancar. Silaturahmi ini maksudnya adalah mengingatkan kebersamaan kita,” tutur Dekan FKG. Dengan adanya kegiatan halalbihalal, ia berharap sivitas akademika FKG semakin kompak dalam mengemban tugas-tugas profesional ke depan. “Semangat! Karena halalbihalal ini seperti kita di-charge (isi ulang daya, red). Sekarang ini, silaturahmi itu meningkatkan integritas, kejujuran, dan daya juang. Kalau urusan profesional, itu sudah diatur dalam SOP (standar operasional prosedur, red). Tinggal integritas yang perlu kita tingkatkan,” tutur Darmawan. Selain penampilan grup musik, pada gelaran halalbihalal kali ini juga dihadiri oleh karyawan purna tugas dan peresmian kantin setelah direnovasi. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Update ilmu di Periodontic Update Seminar UNAIR NEWS – Sebagai bentuk tanggung jawab syiar ilmu, Departemen Periodonsia bekerjasama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) mengadakan Community Professional Development (CPD). Bertempat di gedung Airlangga Medical Education Center (AMEC), CPD dilaksanakan dalam bentuk Periodontic Update seminar dengan mengusung tema The art of
Periodontic, akhir Mei lalu. Jika selama ini ilmu periodonsia hanya diartikan sebatas ilmu jaringan penyangga gigi, maka ke-183 peserta yang hadir belajar lebih jauh mengenai perawatan estetika di bidang periodonsia. Sejumlah pakar ilmu periodonsia FKG UNAIR dihadirkan untuk memberikan seminar dan workshop. Materi yang diberikan pun beragam. Di antaranya, perawatan estetik untuk mengoreksi garis senyum yang terlalu tinggi, pembuatan gusi tiruan pada kasus gigi yang mengalami resesi, perawatan estetik untuk memanjangkan tampilan mahkota gigi dan persiapan soket gigi sebelum pemasangan implant.(*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Guru Besar FKG UNAIR, Prof. Dr. Hj. Tien Soesmiati Surojo. Drg, Tutup Usia UNAIR NEWS – Sivitas Universitas Airlangga sedang berduka. Pasalnya, salah satu putra terbaiknya Prof. Dr. Hj. Tien Soesmiati Surojo, Drg., wafat pada Rabu, (29/6). Guru besar bidang mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UNAIR tersebut, meninggal dunia di usia 87 tahun. Sebelum dikebumikan, jenazah disemayamkan di Masjid Ulul Azmi Kampus C UNAIR untuk kemudian disalatkan, Kamis (30/6). Pada prosesi persemayaman, Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., menyampaikan bahwa tiada hentinya Allah SWT mengingatkan kepada hadirin akan kebesaran-Nya, yakni dalam bentuk kematian. Baginya, kepergian Prof. Tien kehadapan
yang Maha Kuasa merupakan pembelajaran penting bagi yang masih hidup. Rektor juga mengutip sebuah materi ceramah ramadan, bahwa kematian adalah sebenar-benarnya mudik, yakni mudik ke kampung halaman sejati di surga Allah SWT. “Karena sesungguhnya rumah kita yang abadi adalah Surga Allah SWT,” tegasnya. Masih dalam prosesi persemayaman, Prof. Nasih juga menegaskan bahwa tugas yang masih hidup adalah memberikan kesaksian akan segala kebaikan almarhum. Prof. Tien yang telah mengabdi selama lebih dari 50 tahun di UNAIR menjadi bukti pengabdian terbaik pada almamater, khususnya dalam dunia kesehatan gigi. “Kami seluruh sivitas UNAIR turut menjadi saksi bahwa beliau adalah orang baik, yang turut serta mengabdi dalam dunia kedokteran gigi,” tegasnya. Setelah
persaksian,
Rektor
ke-13
UNAIR
tersebut
juga
menjelaskan bahwa kewajiban selanjutnya adalah memaafkan semua kesalahan dan khilaf almarhum semasa hidup, serta mendoakan dan menyalatkan untuk kemudian diantar ke pemakaman. “Kita semua yakin bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, dan pasangan kehidupan adalah kematian, tidak ada yang lain. Kesedihan ini kami wujudkan dengan doa-doa kepada beliau untuk mengantarkan ke peristirahatan terakhir,” jelasnya. Dalam salat jenazah tersebut, wakil rektor III UNAIR, Prof. Mochammad Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D., bertindak sebagai imam. Setelah salat jenazah, almarhum kemudian dikebumikan di TPU Keputih Surabaya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila