MOTIVASI MENJADI WIRAUSAHA SUKSES Tujuan Instruksional Khusus, Manfaat Bagi Karir Mahasiswa, Bahan Bacaan, dan Pertanyaan Kunci, semuanya sudah dijelaskan pada pertemuan pertama atau pada Kontrak Perkuliahan dan Penjelasan Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewirausaha. Modul ini sebagai tambahan atau pelengkap dari buku wajib yang dipakai mahasiswa.
JADWAL PERKULIAHAN NO 1
2
3
4
5
6 7 8 9
10
11
12
13 14 15 16
TOPIK + KEGIATAN 1. Perkenalan, diskusi dan kesepakatan tentang kontrak perkuliahan 2. Ruang lingkup mata kuliah Kewirausahaan 1. Bab Konsepsi Dasar Kewirausahaan 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: sukses bisnis sejak kuliah 1. Bab Persiapan Pribadi Pengusaha Muda 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Rahmat Shah (pemburu dan petualang belantara) 1. Bab Menerapkan Sikap Mental Bisnis Orang China 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Kisah William Soerjadjaja Pendiri ASTRA, Ketulusan Taipan Panutan 1. Bab Motivasi menjadi Wirausaha Sukses 2. Diskusi tentang materi kuliah dan lembar kerja: Proyeksi Diri 1. Bab Kreativitas dan Inovasi dalam Berwirausaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Keberhasilan Inovasi Kacang Garuda Diskusi dan Pemutaran Video Ujian Tengah Semester 1. Bab Identifikasi Peluang dan Jenis Usaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan lembar kerja: Menemukan Peluang dan Memilih Jenis Usaha 1. Bab Perencanaan dan Operasionalisasi Usaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kertas kerja: Penentuan Tujuan 1. Bab Mengelola Keuangan Usaha 2. Diskusi tentang materi kuliah dan Membuat Analisis Keuangan Usaha 1. Bab Merancang Strategi Pemasaran 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Strategi Pemasaran (berebut menjadi nomor 1) 1. Bab Kewirausahaan dan Lingkungan 2. Diskusi tentang materi kuliah dan kajian kasus: Sosok Surya Paloh Penyusunan Proposal Usaha Diskusi, Kuis dan lain-lain Ujian Akhir Semester
KETERANGAN Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online Tatap Muka
Online
Online
Tatap Muka
Online
Online Online Tatap Muka
1
Keberanian Mengubah Pola Pikir Merubah sesuatu yang telah menjadi kebiasaan tidaklah mudah, membutuhkan kerja keras dan banyak pengorbanan, apalagi yang akan dirumah adalah pola pikir dari seorang individu manusia. Pandangan hidup, adat kebiasaan, persepsi sampai pada perilaku dipengaruhi oleh perjalanan yang panjang baik secara hereditas maupun lingkungannya. Namun sebuah kodrat manusia bahwa perubahan itu adalah alamiah dan terjadi pada setiap diri manusia, ada yang revolusioner (radical change) maupun secara evolusi (incremental change). Sehingga perubahan itu bukanlah kata yang menakutkan dan membahayakan, justru ketika kita tidak merasa nyaman pada tempat terdahulu, kita akan perpindah ke tempat yang baru yang dapat memberikan kenyamanan hal itu disebut juga hijrah. Hijrah atau perpindahaan yang dimaksud bukan hanya secara fisik semata, namun hijrah dalam konteks pemikiran atau pola pikir. Karena pada pikiranlah, semua perilaku yang terjadi dikendalikan. Mengubah pola pikir diperlukan keberanian dan kerelaan, karena tanpa itu semua tidak akan terjadi apa-apa dan mungkin saja percuma. Dengan bahasa yang tegas, Dr. Renald Kasali seorang pakar manajemen Universitas Indonesia mengatakan “berubah atau mati!”, ia memberikan signal pada setiap pengusaha yang mau bertahan hidup harus melakukan perubahan demi perubahan atau akan ketinggalan oleh para pesaingnya. Signal tersebut juga harus kita tangkap, apakah hari ini kita masih seperti ini saja untuk selamanya, atau kita selangkah lebih maju dan menggapai kesuksesan. Sikap menghadapi perubahan sangatlah beragam, spencer Johnson dalam buku Who Move My Cheese menyebutkan ada empat tipe manusia yaitu: a. Mampu mengantisipasi dengan cepat adanya perubahan. b. Segera mengambil tindakan. c. Menolak perubahan karena khawatir perubahan akan mendatangkan sesuatu yang buruk. d. Mencoba beradaptasi jika melihat perubahan yang menguntungkan dirinya. Selanjutnya Brown & Eisenhardt (1998), dalam bukunya Competing on the Edge, menyampaikan bahwa terdapat empat sikap terhadap perubahan masa depan, yaitu: a. Passive; seseorang tidak peduli apa itu masa depan, yang penting kerjakan sebaikbaiknya sekarang. Yang penting, kita kerja keras dan makin efisien. b. Reactive; mereka akan mengatakan bahwa kita tunggu saja apa perubahannya, kita nanti sesuaikan atau adaptasi dengan keadaan perubahan itu. c. Anticipative; menyatakan bahwa kita perlu mencari tahu akan terjadi perubahan apa, sumber-sumber perubahannya. Kita harus sudah menyiapkan sarana prasarana dan ikut berubah bersama.
2
d. Proactive; Obsesi untuk menjadi pemimpin perubahan, ikut menentukan dan menciptakan perubahan, menentukan standar-standar baru. Ketika Anda merasa bahwa tempat sekarang yang dipijak dan kondisi yang dirasakan ada pada zona nyaman, berarti Anda dibatasi oleh sebuah dinding atau tembok yang besar dan tinggal menunggu kehancuran saja. Hal ini menggambarkan pula bahwa tidak mau berubah karena merasa kondisi saat ini begitu nyaman, sehingga sangat sulit untuk melawannya. Andaikan saja Anda melawan batasan itu tadi dan masuk pada wilayah yang Anda tidak kenal, berarti Anda memerlukan perjuangan dan pembelajaran dan bisa saja mengalami kegagalan, namun akan lebih baik dari pada Anda tidak melakukan apaapa. Tapi bila daerah yang baru tersebut berhasil Anda raih dan dirasakan nyaman, maka sesungguhnya Anda telah memperluas daerah kenyamanan Anda. Dari semua gambaran diatas tadi, kita berharap agar para wirausaha tidak terjebak menjadi manajer bisnis kecil yang tradisional birokratis, maka langkah awal untuk mengubah diri menjadi wirausaha adalah dengan mengubah cara pandang dan mulai membangun entrepreneurial-mindset. Lebih-lebih di era yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang ini. Pergolakan persaingan dan pertumbuhan teknologi yang pesat akhirakhir ini telah membawa kondisi ketidakpastian yang meluas pada keseharian hidup manajerial. Tetapi ketidakpastian dapat dijadikan keuntungan jika kita menciptakan dan menyebarkan kerangka berpikir kewirausahaan, yaitu cara berpikirmengenai bisnis dalam memperoleh keuntungan dari ketidakpastian. Wirausaha harus mengidentifikasi kondisi yang tidak pasti dan tidak dapat diprediksi dari peluang bisnis potensial yang ada dan segera mengambil kesempatan itu dengan penuh kepercayaan diri. Wirausaha dituntut jeli dalam menangkap sinyal dan aspek lain yang akan mengurangi bahaya serta menghindari penempatan atau pemanfaatan sumber daya dan bakat yang tidak proporsional. Ketidakpastian dapat dijadikan sebagai sekutu, bukan musuh kita. McGrath dan MacMillan (2000) dalam Rambat (2004) menegaskan betapa pentingnya persoalan entrepreneurial mindset. Setidaknya ada tiga keunggulan; pertama, kesuksesan wirausaha disebabkan orientasi pada tindakan (action-oriented) yang berada dalam kerangka berpikir wirausaha dimana ide-ide yang timbul dapat segera diterapkan walaupun berada dalam situasi yang tidak menentu. Kedua, konsep ini mudah diterapkan sehingga mampu menimbulkan kepercayaan diri, dan ketiga, konsep ini dimaksudkan untuk tumbuh bersama diawali dari yang sederhana seiring peningkatan petualangan seseorang. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa kita telah memiliki kerangka berpikir wirausaha? Kita akan mengetahuinya ketika mulai berpikir dan bertindak sesuai kebiasaan wirausaha pada umumnya. Biasanya para wirausaha memulai karier dari bisnis yang sudah ada atau memulainya secara independen. Melalui keahlian yang dilatiih dengan baik mereka menggali peluang dari ketidakpastian.
3
Wirausaha
lebih
memilih
memperhitungkan
ketidakpastian
daripada
menghindarinya, mereka melihat secara simpel ketika orang lain melihat kompleksitas, dan mereka mengambil pembelajaran dari resiko yang telah diperhitungkan. Mereka mengetahui bahwa ketika peluang dibiarkan berlalu, terkadang akan lebih besar biayanya jika
mengalami
ketertinggalan
dibanding
jika
melakukan
kesalahan.
Sebagai
konsekuensinya mereka akan mencari solusi yang kurang lebih benar daripada menghabiskan waktu untuk menganalisis jawaban yang benar namun datang terlambat. Selanjutnya menurut McGrath dan MacMillan (2000) dalam Rambat (2004) pada umumnya wirausaha memiliki (lima) karateristik mindset, yaitu: 1. Mereka sangat bersemangat dalam melihat atau mencari peluang-peluang baru dengan tetap selalu waspada, selalu mencari kesempatan untuk mendapat keuntungan dari perubahan dan hambatan dari jalannya bisnis. Mereka akan memiliki pengaruh yang amat besar ketika mereka menciptakan keseluruhan model bisnis yang baru dari cara memperoleh penghasilan, membuat pembiayaan, menjalankan operasional, dan keseluruhan kegiatan industri. 2. Mereka mengejar peluang dengan disiplin yang ketat. Umumnya wirausaha tidak hanya bersiap untuk peluang yang kecil tetapi mereka langsung mengambil tindakan terhadap peluang-peluang yang belum tergali. Mereka sering mengkaji ulang koleksi ide-ide mereka, tetapi mereka merealisasikannya hanya ketika hal itu diperlukan. Mereka melakukan investasi hanya jika arena suatu kompetisi menarik mereka dan peluang yang ada sudah matang. 3. Mereka hanya mengejar peluang yang sangat baik dan menghindari mengejar peluang lain yang melelahkan diri dan juga organisasi mereka. Walaupun kebanyakan wirausaha adalah orang-orang berada, untuk meraih kesuksesan besar tetap dituntut kedisiplinan dalam membatasi jumlah proyek yang hendak mereka raih. Mereka mengikuti portofolio dari peluang dengan kendali yang amat ketat dalam berbagai tahap, pengembangan. Mereka cenderung mengikat kuat strategi mereka dengan proyek yang telah mereka pilih dibandingkan melonggarkan usaha mereka terlalu lebar. 4. Mereka fokus pada pelaksanaan. Khususnya yang bersifat adaptif. Orang dengan kerangka berpikir wirausaha akan memilih melaksanakan apa yang telah mereka tetapkan daripada menganalisis ide baru yang menghancurkan. Adaptasi yang mereka lakukan dengan mengubah arah kerja sesuai dengan peluang yang nyata dan mengambil langkah terbaik untuk merealisasikannya. 5. Mereka mengikutsertakan energi setiap orang yang berada dalam jangkauan mereka. Kebiasaan wirausaha diantaranya adalah melibatkan banyak orang baik dari dalam atau luar organisasi dalam mewujudkan peluang mereka. Mereka memilih
4
membuat dan menyebarkan jaringan kerja daripada mengerjakannya sendiri. Mereka memberdayakan berbagai potensi intelektual dan sumber daya manusia untuk membantu mereka meraih tujuan sebaik mungkin.
Investasi pada Sikap dan Kepribadian Wirausaha Kenyataan bahwa banyak pengusaha mengira bahwa mereka mengenal diri mereka sendiri dengan baik, tetapi setelah beberapa kali jatuh bangun dan gagal dalam perjalanan usahanya, timbul suatu pemikiran bahwa pengenalan diri mereka kurang memadai untuk mencapai sasaran tersebut. Kita perlu kaji ulang, apakah sampai saat ini kita telah mempersiapkan diri kita menghadapi satu situasi apapun yang akan terjadi atau sebaliknya?, sulit untuk kita jawab dan memerlukan cara yang tidak mudah pula untuk mengenalinya. Dengan demikian, akan lebih baik jika saat ini pula kita menginvestasikan potensi yang kita miliki agar kelak dikemudian hari kita memiliki sikap dan kepribadian yang tangguh dalam berusaha. Beberapa sikap mental wirausaha yang dikutip dari kewirausahaan Indonesia dengan semangat 17-8-45, yaitu: a. dapat menemukan kepuasan dalam pekerjan dan merasa bangga atas prestasi yang diraih. b. Renungkan pikiran sehari-hari selalu tertuju pada kegiatan-kegiatan yang berarti. c. Selalu berpikir hal yang besar. d. Menyebarkan optimisme dan suasana yang santai. e. Memindahkan perhatian dari suatu problem ke lain problem dengan upaya yang minimum. f.
Mengubah pekerjaan yang kurang enak atau kurang baik menjadi pekerjaan yang menggairahkan, menarik, dan memberi kepuasan.
Sedangkan sikap positif wirausaha adalah sebagai berikut: a. Selalumenggunakan pikiran secara produktif. b. Bergaul dengan orang yag berpikiran dan bertindak wirausaha. c. Fleksibel terhadap ide atau gagasan d. Dalam mengubah lingkungan atau pindah ke lingkungan lain yang lebih positif. e. Dapat menyelesaikan konflik mental secara cepat. f.
Mampu mengambil keputusan dalam suasana stress.
Alex Inkeles dan David H. Smith (1974: 19-24) yang dikutip dari Suryana (2006) adalah beberapa ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap yang modern. Menuriut mereka, kualitas manusia modern tercermin pada orang yang berpartisipasi dalam
5
produksi modern yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Ciri-cirinya meliputi keterbukaan terhadap pengalaman baru, selalu membaca perubahan sosial, lebih realistis terhadap fakta dan pendapat, berorietasi pada masa kini dan masa yang akan datang bukan pada masa lalu, berencana, percaya diri, memiliki aspirasi, berpendidikan dan mempunyai keahlian, respek, hati-hati, serta memahami produksi. Ciri-ciri orang modern tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Gunar Myrdal dalam Suryana (2006), yaitu: 1. Kesiapan diri dan keterbukaan terhadap inovasi 2. Kebebasan yang besar dari tokoh-tokoh tradisional 3. Mempunyai jangkauan dan pandangan yang luas terhadap berbagai masalah 4. Berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang 5. Selalu memiliki perencanaan dalam segala kegiatan 6. Mempunyai keyakinan pada kegunaan ilmu pengetahuan dan teknologi 7. Percaya bahwa kehidupan tidak dikuasai oleh nasib dan orang tertentu 8. memiliki keyakinan dan menggunakan keadilan sesuai dengan prinsip masing-masing 9. Sadar dan menghormati orang lain (Siagian, 1972) Menurut harsojo (1978:5) dalam Suryana (2006), moderenisasi merupakan sikap yang menggambarkan: 1. Keterbukaan bagi pembaharuan dan perubahan 2. Kesanggupan membentuk pendapat secara demokratis 3. Orientasi pada masa kini dan masa depan 4. Keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri 5. Keyakinan terhadap kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi 6. Anggapan bahwa keberhasilan merupakan hasil dari prestasi
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan, dan perubahan sosial, misalnya dalam mengubah standar hidup. Orang-orang yang terbuka terhadap ide-ide baru merupakan wirausaha yang inovatif dan kreatif. Menurut Yurgen Kocka (1975), pandangan yang luas dan dinamis serta ketersediaan untuk pembaruan bisa lebih cepat berkembang dalam lapangan industri, tidak lepas dari latarbelakang pendidikan, dan pengalaman perjalanan yang banyak (Yuyun Wirasasmita, 1982:44). Dalam konteks ini juga dijumpai perpaduan yang nyata antara usaha perdagangan yang sistematis dan rasional dengan kemampuan bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang didasari keberanian berusaha. Wirausaha adalah pribadi yang unggul yang mencerminkan budi yang luhur dan sifat yang pantas diteladani, karena
6
atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan. Seperti telah diungkapkan, wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukkan cara berpikir yang tidak berubah, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap oposisi sosial (Heijrachman Ranupandoyo, 1982: 1). Wirausaha berperan dalam mencari kombinasi-kombinasi baru yang merupakan gabungan dari lima proses inovasi, yaitu menemukan pasar baru, pengenalan barang-barang baru, metode produksi baru, sumber penyediaan bahan mentah baru, serta organisasi industri baru. Wirausaha merupakan inovator yang dapat menggunakan kemampuan untuk mencari kreasi-kreasi baru. David McClelland (1961: 205) dalam Suryana (2006) mengemukakan enam ciri perilaku kewirausahaan, yaitu: 1. Keterampilan mengambil keputusan dan resiko yang moderat, serta bukan atas dasar kebetulan belaka 2. Energik, khususnya dalam berbagai bentuk kegiatan inovatif 3. Memiliki sikap tanggungjawab individual 4. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya, dengan tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilan 5. Mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan dimasa mendatang 6. Memiliki kemampuan berorganisasi, meliputi kemampuan kepemimpinan dan manajerial Seperti
telah
dikemukakan
diatas,
wirausaha
adalah
inovator
dalam
mengkombinasikan sumber-sumber bahan, teknologi, metode produksi, akses pasar, dan pangsa pasar baru (Schumpeter, 1934). Oleh Ibnu Soedjono (1993), perilaku kreatif dan inovatif tersebut dinamakan “tindakan wirausaha” yang ciri-cirinya: 1. selalu mengamankan investasi terhadap resiko, 2. mandiri, 3. berkreasi menciptakan nilai tambah, 4. selalu mencari peluang, dan 5. berorientasi kemasa depan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha, yaitu nilai-nilai kepribadian menghadapi resiko, sikap positif, optimis, berani, mandiri, mampu memimpin, dan mau belajar dari pengalaman. Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (1977), faktor internal yang memiliki pengaruh adalah kemauan, kemampuan, dan
7
kelemahan, sedangkan faktor yang berasal dari eksternal diri adalah kesempatan atau peluang.
Motivasi Berprestasi Jika Anda sebagai wirausaha, sangat penting untuk mengenal apa sajakah kekuatan dan kelemahan yang ada pada diri Anda. Karena dalam diri pengusaha memiliki juga kekuatan dan kelemahannya masing-masing, mereka berupaya menutup kelemahannya tersebut dengan menonjolkan kekuatannya, namun secara umum mereka meyakini bahwa baik kekuatan maupun kelemahan, sebenarnya adalah faktor-faktor yang dapat mendorong pencapaian cita-cita dan tujuannya. Semakin meyakini bahwa dirinya dapat mengorganisasikan berbagai kekuatan dan kelemahan yang ada dilingkungannya maka semakin yakin bahwa dirinya dapat mewujudkan suatu prestasi. Meyakini makna prestasi adalah meyakini bahwa dirinya telah mengenal cara-cara mengembangkan kekuatan-kekuatan yang ada. Dilain pihak meyakini suatu prestasi harus pada dirinya, juga timbul suatu sikap positif bahwa kelemahan maupun masalah dilingkungannya sendiri maupun perusahaannya, secara sadar harus dihadapi dan diupayakan pemecahannya. Semakin meyakini makna prestasi dirinya, semakin meyakini bahwa prestasi harus dapat mendorong untuk terwujudnya prestasi yang lebih baik lagi. Prestasi yang sudah baik pada dirinya akan tertantang untuk mewujudkan prestasi yang sempurna. Sejumlah aspek yang dapat membantu pengusaha untuk mengembangkan prestasi dirinya adalah: 1. Pemahaman tentang konsepsi atau pengertian pengenalan diri dan motivasi berprestasi 2. Pemahaman tentang kendala dan teknik dalam pengenalan dan pengungkapan diri 3. Wawasan tentang nilai-nilai unggul dalam berpresatasi Memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta mau melakukan hal-hal yang perlu ditingkatkan dan diatasi untuk meningkatkan prestasi merupakan modal dasar pengusaha. Konsekuensi pengusaha harus mampu melakukan mawas siri dan mau serta mampu mengatasi kendala yang dihadapi dalam pengenalan diri. Membuka isolasi diri sendiri dan melakukan komunikasi yang efektif, dapat menjadi umpan balik seberapa jauh upaya mengenal diri sendiri menjadi tajam. Seberapa jauh lingkungan, motivasi kerja membantu menemukan diri sendiri. Perilaku diri sendiri perlu dideteksi, baik melalui psikotes atau melakukan proses penyadaran diri sendiri sehingga dapat indentifikasikan kadar motivasi untuk prestasinya.
8
Mengembangkan
pribadi
wirausaha
adalah
juga
mengembangkan
perilaku
wirausaha, dengan langkah awal mengenali diri sendiri beserta kendala yang dihadapi. Pribadi wirausaha yang berhasil adalah dicirikan oleh hal-hal berikut ini: a. Berorientasi kepada tindakan dan memiliki motif yang tinggi dalam mengambil resiko untuk mengejar tujuan. b. Dapat mendayagunakan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dan mengurangi kelemahankelemahan yang ada. c. Mempunyai perilaku yang agresif dalam mengejar tujuan atau berorientasi kepada tujuan atau hasil. d. Mau belajar dari pengalaman dan menjalankan perusahaan dari waktu kewaktu. e. Menumpuk dan mengembangkan pribadi secara terus menerus. Wirausaha yang berhasil dengan ciri-ciri tersebut diatas, tentunya tidak langsung melakukan hal-hal tersebut, tetapi melalui proses pengembangan dirinya sendiri. Sebelum mampu melakukan hal-hal diatas tadi telah dibayar dengan serangkaian pengalaman dan praktik-praktik bisnis yang dilakukan. Kegagalan-kegagalan mengelola suatu kegiatan bisnis bukan tidak sering terjadi. Saat menjumpai kegagalan sebenarnya belum mengenal diri sendiri, tetapi dengan pengalaman kegagalan diikuti mawas diri baru dapat disadari mereka mengenal dirinya sendiri dengan motif prestasinya. Cara-cara mengenal diri sendiri dapat dilakukan dengan psikotes dan atas kemauan sendiri untuk: 1. Menemukan
kebenaran
tentang
dirinya
yang
diperoleh
melalui
penyadaran
pengalaman-pengalaman dan kejujuran terhadap dirinya. 2. Dengan berbekal kebenaran merupakan awal untuk mengembangkan diri secara tepat. 3. Pengenalan diri sebagai modal awal untuk dapat mengidentifikasi dan mengenali lingkungan, mengindera peluang-peluang bisnis, dan mendayagunakan sumber-sumber daya dilingkungan perusahaan, dalam batas resiko yang tertanggungkan, untuk memperoleh nilai tambah. Berdasarkan pengalaman-pengalaman diri sendiri atau mau belajar dari sebuah pelajaran tentang keberhasilan maupun kegagalan prestasi dan karier maka wirausaha yang berhasil mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Pemikiran luwes dan kreatif b. Mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan, mengambil tindakan c. Bersedia bekerja dalam keadaan konflik, perubahan, dan keraguan d. Melakukan analisis diri sendiri dengan lingkungan e. Mampu menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran prestasi f.
Bersedia menawarkan sesuatu yang berguna bagi orang lain
g. Bersedia menciptakan kebutuhan lingkungan terhadap produk dan jasa
9
Mengungkapkan motivasi yang ada pada diri sendiri disadari adalah hal yang sangat sulit. Namun, motivasi yang ada pada diri akan mencerminkan cara berpikir dan berperilaku seseorang pada kehidupannya sekarang dalam pencapaian dan prestasi dan kadar kebutuhannya. Perilaku wirausaha yang diwujudkan dalam sikap dan motivasi terhadap karier dan prestasi yang berhasil adalah dicerminkan dalam tindakan-tindakan sebagai berikut: a. Mencontoh orang yang berhasil dalam bidang pekerjaan yang sama, mengadaptasi teknik-teknik untuk mencapai sukses b. Menggunakan perubahan untuk memotivasi diri c. Berorientasi pada tindakan d. Tanggung jawab yang tinggi dalam mensukseskan suatu kegiatan e. Keberhasilan ditentukan oleh prestasi sumber daya manusia dalam perusahaan f.
Mengawasi agar keputusan ditetapkan/dilaksanakan dengan baik dan jangan menyesali kegagalan masa lampau Para ahlli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena
adanya suatu motif, yaitu motif berprestasi. Motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai hasil terbaik guna mencapai kepuasan pribadi (Gede Anggan Auhandana, 1980:55). Faktor dasarnya adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Teori motivasi pertama kali dikemukakan oleh Maslow (1934). Ia mengemukakan tentang hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Kemudian, oleh Clayton Alderfer teori tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, yang dikenal dengan teori eksistensi, ketergantungan, dan pertumbuhan (existence, relatedness, and growth-ERG). Pertama, kebutuhan akan eksistensi, menyangkut keperluan material yang harus ada (termasuk kebutuhan fisiologis dan keamanan dari Maslow). Kedua, ketergantungan, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hubungan interpersonal (termasuk kebutuhan sosial dan harga diri dari Maslow). Ketiga, kebutuhan perkembangan, yaitu kebutuhan intrinsik untuk perkembangan personal (termasuk kebutuhan aktualisasi dan harga diri dari Maslow). David C. McClelland (1971) mengelompokkan kebutuhan menjadi tiga yang dikenal dengan Tiga Motif Sosial, yaitu: 1. Need for achievement (n’Ach): The drive to excel, to achieve in relation to a set of standard, to srtive to succeed. 2. Need for power (n’Pow): The need to make other behave in a way that they would not have behaved otherwise. 3. Need for affiliation (n’Aff): The desire for friendly and close interpersonal relationship.
10
Kebutuhan berprestasi wirausaha (n’Ach) terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan efisien dibanding sebelumya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya. 2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan. 3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi. 4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan. 5. Menyukai dan melihat tantangan secara seimbang (fifty-fifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit dan memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah. Kebutuhan
akan
kekuasaan
(n’Pow),
yaitu
hasrat
untuk
mempengaruhi,
mengendalikan, dan menguasai orang lain. Ciri umumnya adalah senang bersaing, berorientasi pada status, dan cenderung lebih berorientasi pada status dan ingin mempengaruhi orang lain. Kebutuhan untuk berafiliasi (n’Aff), yaitu hasrat untuk diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang memiliki motivasi berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerjasama daripada persaingan, dan saling pengertian. Menurut Stephen P. Robbins (1993:214), kebutuhan yang kedua dan ketigalah yang erat kaitannya dengan keberhasilan manajer saat ini. Ahli psikologi lain, Frederick Herzberg (1987) dalam teori motivation hygiene mengemukakan bahwa hubungan dan sikap individu terhadap pekerjaannya merupakan salah satu dasar yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan yang akan didapatnya. Ada dua faktor dasar motivasi yang menentukan keberhasilan kerja, yaitu faktor yang membuat orang merasa puas dan faktor yang membuat orang tidak merasa puas. Faktor internal yang membuat orang memperoleh kepuasan kerja meliputi prestasi, pengakuan, pekerjaan, tanggung jawab, kemajuan, ketidakpuasan adalah upah, keamanan dan kodisi kerja, status, prosedur perusahaan, mutu pengendalian teknis, serta mutu hubungan interpersonal (Gibson, 1990: 95). Ahli lain yang membahas motivasi adalah Victor Vroom (1964) dalam teorinya yang disebut teori tahapan. Ia mengemukakan bahwa kecenderungan yang kuat untuk bertindak dalam suatu arah bergantung pada kekuatan harapan yang akan dihasilkan dari tindakannya dan ketertarikan lain yang dihasilkan bagi seseorang. Menurut Victor Vroom, ada tiga variabel yang saling berhubungan, yaitu: (1) Attractiveness, merupakan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan; (2) Performance-reward linkage, yaitu hubungan antara
11
imbalan yang diperoleh dan kinerja; dan (3) Effort performance linkage, yaitu hubungan antara usaha dan kinerja yang dihasilkan. Ada tiga prinsip dari teori harapan, yaitu: 1. Prestasi (performance-P) adalah fungsi perkalian antara motivasi (motivation-M) dan kemampuan (ability-A), dimana P = f( M x A ) 2. Motivasi merupakan fungsi perkalian dari valensi tingkat pertama (V1) dengan harapan (expectancy-E), dimana M = f( V1 x E ), dan 3. Valensi tingkat pertama merupakan fungsi perkalian antara jumlah valensi yang melekat pada perolehan tingkat kedua dengan instrumental (1), dimana rumusnya adalah V2 = f( V1 x 1 ).
Membangun Potensi Sukses Pada Diri Sendiri Sukses bukan hanya dimiliki oleh kalangan-kalangan tertentu saja, sukses adalah hak dan milik setiap orang. Kesuksesan dicapai bukan karena melimpahnya kekayaan semata, tetapi adalah kenyataan telah tercapainya suatu tujuan atau cita-cita. Setiap orang memiliki keinginan dan kebutuhannya sendiri-sendiri serta memiliki cara pencapaiannya masing-masing. Belum tentu apa yang kita pandang sukses, menurut orang lain sukses pula, begitu juga sebaliknya menurut orang lain belum sukses, tetapi menurut kita sudah sukses. Sehingga standarisasi pencapaian kesuksesan pada setiap individu manusia bisa berbeda-beda. Sekalipun demikian, setiap orang yang telah memiliki pilihan sebagai wirausaha berarti sudah memilih kesuksesan demikian pula seorang pekerja atau karyawan yang mempraktekan intrapreneurship berarti telah memilih sukses. Penulis memberikan tiga kata yang harus selalu diingat pada setiap pertemuan dalam meraih kesuksesan: 1. Pertemuan pertama adalah “berani…., berani….., dan berani!!!” 2. Pertemuan kedua adalah “better…., better…., dan better!!!” 3. Pertemuan ketiga adalah “lakukan…, lakukan…., dan lakukan!!!”
Murphy and peck (1980:8) menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir, dan hal tersebut dapat pula digunakan oleh seorang wirausaha dalam mengembangkan profesinya menuju wirausaha sukses, antara lain: 1. Mau kerja keras (capacity for hard work) Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang. 2. Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and trhrough people) Perbanyaklah teman dengan orang-orang dibawah ataupun dengan orang-orang diatas kita. Murah hati, banyak senyum kepada bawahan dan patuh serta disiplin menghadapi atasan, dan hindarkan permusuhan. 3. Penampilan yang baik (good apprearance)
12
Ini bukan berarti penampilan body face/muka yang elok atau paras cantik, tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur, dan disiplin. 4. Yakin (self confidence) Kita harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha jangan ragu dan bimbang. 5. Pandai membuat keputusan (making sound decision) Jika dihadapkan pada alternatif, kita harus memilih, maka buatlah pertimbangan yang matang. 6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education) Zaman sekarang pendidikan adalah nomor satu. Tenaga tak terdidik harganya murah sekali. Sebaliknya orang terdidik, memiliki ilmu dan keterampilan akan dibayar mahal. 7. Ambisi untuk maju (ambition drive) Kita jangan loyo, parsar menyerah tak mau berjuang. Kita harus punya semangat tinggi, mau berjuang untuk maju. 8. Pandai berkomunikasi (ability to communication) Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasi buah pikiran kedalam bentuk ucapan-ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu menarik perhatian orang lain.
Zimmerer dan Scarborouhg (2005), juga memiliki saran bahwa wirausaha sukses paling tidak memilki karakteristik sebagai berikut: 1. commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan
semua
perhatian
terhadap
usaha.
Sikap
yang
setengah
hati
mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam berwirausaha. 2. Desire for responbility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan dan keberhasilan berwirausaha, oleh karena itu wirausaha akan mawas diri secara internal. 3. Opportunity obsession, yaitu berambisi untuk selalu mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila terdapat peluang. 4. Tolerance for risk, ambiquity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar mengelola resiko dengan cara mentransfernya kepihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok, dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian. 5. Self confidence, yaitu percaya diri. Wirausaha cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
13
6. Creativity and fleksibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreativitas tinggi. 7. Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik dengan segera. Wirausaha selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah dikerjakannya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, wirausaha selalu memiliki kemauan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan belajar dari kegagalan. 8. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding kebanyakan orang, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama. 9. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan yang selalu unggul. Wirausaha selalu ingin lebih unggul dan berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul dari dalam diri (internal) dan jarang dari faktor eksternal. 10. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa depan. Untuk tumbuh dan berkembang, wirausaha selalu berpandangan jauh kemasa depan yang lebih baik. 11. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil tidak pernah takut akan kegagalan. Ia selalu memfokuskan kemampuannya pada keberhasilan. 12. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan serta harus memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktator.
William A. Ward pernah berkata “Ada empat langkah mencapai sukses, yakni perencanaan yang tepat, persiapan yang matang, pelaksanaan yang baik, dan tidak mudah menyerah”. Gunakan falsafah Ward ini agar sukses. Perinciannya sebagai berikut: 1. Ikuti perkembangan zaman. Bergabunglah dalam organisasi yang berkaitan dengan bisnis anda. Banyak membaca dan gali informasi sebanyak mungkin. Internet akan banyak membantu anda. 2. Buat rencana keuangan. Catat semua pemasukan dan pengeluaran setiap harinya. Buat target jangka pendek dan jangka panjang. Jangan pernah menyerahkan kondisi keuangan pada nasib. Perhitungkan dengan matang. 3. Perkirakan aliran uang tunai. Anda harus bisa memperkirakan aliran uang tunai, paling tidak tiga bulan kedepan. Jangan membuat anggaran pengeluaran yang lebih besar dari itu.
14
4. Bentuk dewan penasehat atau cari atau cari tenaga ahli, untuk memberi ide, saran atau kritik terhadap anda dan produk yang ditawarkan. Mereka bisa berupa teman-teman atau anggota keluarga yang dipercaya. 5. Jaga keseimbangan antara kerja, santai, dan keluarga. Tidak perlu ngoyo, karena sesuatu yang dikerjakan dengan ngoyo, hasilnya tidak akan maksimal. Lagipula, badan dan otak butuh istirahat. 6. Kembangkan jaringan (network). Tidak ada salahnya berkenalan dan bergaul dengan orang-orang yang berhubungan atau bisa mendukung bisnis anda. Siapa tahu ada ide yang bisa digali. 7. Disiplin/motivasi. Aspek terberat dalam menjalankan usaha sendiri adalah disiplin atau motivasi untuk bekerja secara teratur. Untuk mengatasinya, buatlah daftar apasaja yang harus dikerjakan hari ini dan esok. Tentukan target yang harus dicapai dalam minggu ini. 8. Selalu waspada dan siap. Rajin-rajin melakukan evaluasi terhadap pasar, produk, dan sistem pemasaran. Kalau perlu, ubah cara kerja agar lebih efisien. Perbaiki cara pemasaran atas kualitas produk. 9. Cintai pekerjaan anda. Bagaimana akan sukses, jika anda tak punya sense of belongin pada pekerjaan dan produk yang dihasilkan. Cintai pekerjaan dan produksi sendiri, dan uang akan mengikuti anda. 10. Jangan mudah menyerah. Para pengusaha suksespun pernah mengalami kegagalan. Jika ingin cepat berhasil, segeralah bangkit dan belajar dari kegagalan. Jangan bersedih terlalu lama, apalagi menyerah.
Kekuatan Pikiran Bawah Sadar Apa saja yang kita dapatkan hari ini sebenarnya, baik disadari maupun tidak disadari merupakan hasil dari proses kekuatan alam bawah sadar kita. Memang tidak banyak orang yang menyadari bahwa dengan menggunakan dan mengelola alam bawah sadar merupakan kekuatan yang tidak terhingga. Yakinlah apa yang kita dapatkan hari ini sebenarnya sudah pernah kita bayangkan sebelumnya atau pernah terbersit dalam otak yang hanya sesaat, dalam imajinasi atau bahkan hanya dalam mimpi. Sudah tentu bukan berarti menjadikan kita hanya sebagai pengkhayal tanpa melakukan kegiatan atau aktivitas apapun. Melangkahlah dan temukanlah disertai dengan niat yang kuat serta diiringi do’a yang tulus pada Tuhan. Seorang profesor ahli ekonomi yang menulis buku berjudul Artistic Research Tools for Scientific Minds, Goerge W. Ladd dari Universitas Iowa State mengemukakan suatu uraian dan pemikiran yang menarik melalui proses mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi yang dapat membantu kemajuan usaha. Proses mental bawah sadar sangat
15
besar artinya dalam membantu kita melaksanakan kegiatan sehari-hari. Banyak ide berasal dari proses mental bawah sadar, namun tidak semua orang bisa memanfaatkannya. Adalah suatu kerugian besar bagi orang yang tidak menghiraukan rasa bawah sadar tersebut, karena apa yang muncul sekarang, jika tidak dimanfaatkan, maka dikemudian hari ia tidak akan muncul lagi. Menggunakan kekuatan yang terfokus pada keinginan untuk merasakan suatu kesenangan dan kesengsaraan mampu menimbulkan energi dasyat dalam hidup. Sekarang pertanyaannya, apakah anda sudah dapat membayangkan kesenangan dan kesengsaraan dimasa depan yang secara emosional mampu menggerakkan motivasi diri? Sebelum kesengsaraan menimpa anda, saat inilah waktu terbaik untuk memulai. Untuk itu Anda harus memiliki tujuan hidup yang jelas serta impian yang kuat. Tetapkan apa yang akan Anda lakukan pada 5, 10, 15, atau 20 tahun mendatang. Tulislah tujuan itu dengan jelas serta cantumkan tahapan-tahapan untuk meraihnya. Jangan anda biarkan tujuan hanya berada diangan-angan, sehingga apa yang anda lakukan menjadi tidak fokus dan tidak terarah. Gunakan konsep AKU (Ambisi, Kekuatan/Kelemahan, dan Usaha). Ambisi menggambarkan harapan dan impian atau cita-cita yang kuat untuk didapatkan atau berusaha diwujudkan. Kekuatan apa saja yang dimiliki sebagai pendorong atau motivator melakukan aktivitas pencapaian dan mengalahkan kelemahan yang terdapat pada diri kita, serta usaha merupakan sesuatu yang secara bertahap akan kita lakukan baik hari ini, besok, tahun depan, 5, 10, 15, atau 20 tahun kedepan. Apa yang sudah kita gambarkan dalam konsep AKU tersebut diusahakan direkam secara jelas dalam pikiran alam bawah sadar kita, sehingga ibarat mengemudi sebuah mobil, kita tidak perlu berpikir lagi kapan harus menggunakan perseneling, rem, kopling, dan membelokkan stir mobil, yang semuanya itu itu secara otomatis dapat terjadi dengan keluaran gerakan-gerakan sistemis. Layaknya mengendarai mobil, ketika didepan ada orang menyebrang. Anda secara otomats akan mengurangi kecepatan dengan menginjak rem atau mengurangi pedal gas. Saya yakin anda tidak lagi bertanya-tanya, apa yang akan anda lakukan saat itu, bila orang menyebrang mendadak. Pasti anda mengerem tanpa berpikir panjang, karena semua itu sudah terekam dialam bawah sadar. Anda tidak lagi menggunakan pikiran sadar saat itu. Demikian juga dengan tujuan hidup dan tahapan yang anda buat, seharusnya seperti itu. Sudah hapal diluar kepala. Secara otomatis arah dan langkah anda akan menuju kesana. Demikian juga bila anda fokus pada keinginan untuk menjadi pengusaha. Kapanpun dan dimanapun pikiran anda akan mengarah kesana. Secara otomatis, ide-ide usaha andapun akan bermunculan. Anda akan merasa berada diantara begitu banyak peluang
16
bisnis yang dapat anda kerjakan. Anda seakan melihat orang-orang yang begitu mudah menjalankan bisnis dan anda akan tergerak untuk segera menirunya. Pikiran manusia biasa dikelompokkan menjadi dua: pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (sub-conscious mind). Pikiran bawah sadar memiliki kekuatan yang sangat besar. Dr. Brian Tracy, seorang ahli psikologi dan motivator terkenal, sebagaimana dikutip Andrew How dalam buku Highway to success mengatakan bahwa alam sadar memiliki kekuatan 30 ribu kali lipat pikiran sadar. Tapi sayangnya, kebanyakan manusia hanya menggunakan kira-kira 10 % dari pikiran bawah sadar itu. Lalu apa yang dapat kita manfaatkan dari kekuatan pikiran bawah sadar dikaitkan dengan usaha atau pekerjaan kita untuk mengubah pola pikir dan keberanian menjadi pengusaha? Pikiran bawah sadar mampu mengontrol tindakan secara otomatis. Bila anda salah dalam memikirkan sesuatu dan sudah menjadi bagian dari alam pikiran bawah sadar, maka hasil yang akan keluar (berupa tindakan) juga akan keliru. Bila anda telah memprogram bahwa diri anda tidak mampu menjadi pengusaha maka berarti anda telah berbicara dengan diri anda sendiri (self talk) bahwa anda tidak mampu. Akibatnya anda akan berhenti berusaha karena anda yakin tidak bisa. Sebaliknya, bila anda selalu menggunakan kata-kata positif maka hasilnya juga akan positif, karena anda akan menggunakan segala daya upaya untuk meraihnya. Pada kenyataannya, sebagian besar manusia hanya menggunakan sekitar 12 % pikiran sadarnya dan sisanya 88 % dengan pikiran bawah sadarnya. Dengan demikian, terlihat bahwa sebenarnya pikiran bawah sadar sangat menentukan kehidupan ini. Dalam bukunya Piece of Mind, Sandy MacMregor menjelaskan hukum dan bahasa pikiran bawah sadar sebagai berikut: “Pikiran bawah sadar tidak mengetahui perbedaan antara imajinasi dan kenyataan”. Pikiran bawah sadar tidak memiliki mekanisme untuk mengenal mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Anda bermimpi kebanjiran dan semua pakaian Anda basah dan Anda hambil tenggelang. Dalam mimpi, anda berlari dan berusaha untuk berenang. Adrenalin anda mengalir deras dan denyut jantung menjadi lebih cepat, seperti benar-benar sedang berusaha melarikan diri dan berenang. Tetapi mekanisme apakah yang mengatakan kepada anda. “oh iya tidak ada apa-apa kok. Aku baik-baik saja dan sebenarnya tidak ada banjir”. Mekanisme itu adalah pikiran sadar, karena anda bangun dan berkata, “wah, ternyata hanya mimpi…” Pikiran bawah sadar sedang bermimpi dan ia tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi sebab ia berpikir sedang berusaha menyelamatkan diri dengan berenang. Kondisi itulah yang dimanfaatkan karena anda dapat mengelabui pikiran bawah sadar untuk melakukan hal apapun yang bermanfaat bagi anda. Bila ada pekerjaan yang membosankan, anda bisa mengelabui saat itu menyenangkan. Demikian juga anda bisa
17
menggunakan hal ini untuk mengelabui bahwa anda pasti bisa jadi pengusaha. Ketika keyakinan itu tumbuh dan telah mengelabui pikiran bawah sadar, maka gerak langkahpun akan mengarah pada upaya untuk menjadi pengusaha. Prof. George W. Ladd menguraikan beberapa faktor atau kondisi yang mendorong bekerjanya proses bawah sadar menjadi sangat produktif. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Doubt (sangsi atau ragu-ragu) Jika Anda ragu-ragu tentang sesuatu pikiran, maka rasa bawah sadar Anda akan membatu menciptakan ide pemecahan. 2. Venturesome Attitude (sikap berani) Anda tidak akan berani mencoba jika Anda takut berbuat salah, maka jangan takut berbuat salah, karena banyak di sekeliling Anda yang memperhatikan kesalahan Anda. Kesalahan itu adalah hal yang biasa dan kegagalan tidak bisa diramalkan secara tepat. 3. Bermacam-macam pengalaman, memories, dan interest Bermacam-macam pengalaman, memories, dan interest yang Anda miliki akan sangat membantu memaanfaatkan rasa bawah sadar Anda. Dengan demikian Anda akan membuat jalinan hubungan benda atau masalah yang Anda hadapi. 4. Persiapan yang sempurna dan sungguh-sungguh Jika Anda membuat persiapan secara sungguh-sungguh, merenungkan masalahnya secara jelas, maka rasa bawah sadar Anda akan membantu mengeluarkan ide yang bermanfaat. 5. Menyerah sementara Jika kita tidak bisa memecahkan masalah, adakalanya kita menyerah sementara, kemudian muncul ide baru setelah mendiamkannya beberapa saat. 6. Relaxation (istirahat atau santai) Proses bawah sadar seseorang ada yang aktif pada malam hari, dan orang ini akan bagun tengah malam dengan ide cemerlang, atau idenya akan muncul setelah pagi hari, ada juga orang yang senang berbaring setelah tidur untuk mendapatkan intuisi. 7. Writing (menulis) Banyak juga orang yang muncul alam bawah sadarnya dengan menulis. 8. Bertukar pikiran Buah pikiran yang muncul ketika kita bertukar pikiran dengan teman atau kerabat akan sangat membantu pemahaman Anda selanjutnya. 9. Bebas dari kebingungan atau kekacauan Salah satu hal yang mengganggu rasa bawah sadar ialah banyaknya gangguan atau interupsi, yang akhirnya tidak memunculkan intuisi. 10. Deadlines (batas waktu)
18
Beberapa ilmuwan merasa bekerja lebih baik bila waktu yang ditetapkan hampir habis. Dengan mendekatnya batas waktu, maka mendorong bawah sadarnya bekerja lebih giat. 11. Tension (tensi) Keterlibatan kita pada suatu masalah yang sangat mendalam, ditambah lagi dengan rasa keingintahuan yang sangat besar, akan sangat mendorong bawah sadar kita. Selanjutnya Mac Gregor yang dikutip dalam bukunya Safak Muhammad (2005) menjelaskan Hukum Pikiran Bawah Sadar yang terdiri dari 4 P, yaitu: 1. Positif Bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan pikiran bawah sadar perlu positif. Sekarang coba Anda pikirkan jika saya mengatakan, “jangan lupa!” pasti Anda langsung berpikir bahwa Anda sedang lupa. “jangan berdiri!” artinya “berdiri”. Perkataan yang Anda ucapkan pada diri sendiri (self talk) membentuk kebiasaan yang terekam dalam pikiran bawah sadar. 2. Present Tense (kalimat saat ini) Jika Anda mengatakan “saya ingin mulai bisnis minggu depan”. Apa yang terjadi dalam pikiran bawah sadar saat minggu depan tiba? Apakah sekarang sudah minggu depan? Tentu belum! Sehingga bisa besok kalau sudah datang, Anda tidak lagi memulai bisnis. Gunakanlah selalu kalimat “saat ini” ketika Anda bicara pada pikiran bawah sadar, jangan pernah memakai kata besok. 3. Pribadi Gunakanlah kata ‘Saya’ bukan ‘kamu’, ‘mereka’, ‘kami’, atau ‘kita’. Atau pakailah nama Anda sendiri dalam berbicara pada pikiran bawah sadar Anda (self talk). Misalanya, saya, fulan menjadi pengusaha dengan aset Rp. 5 miliar ditahun 2010. 4. Persisten (pengulangan) Semakin sering anda melakukan pengulangan atau bicara dengan pikiran bawah sadar, Anda semakin mengerti pikiran bawah sadar tentang apa yang Anda inginkan atau maksudkan. Berilah masukan pada pikiran Anda dari pagi hingga malam menjelang tidur dengan kata-kata, gambaran gagasan dan informasi yang konsisten dengan tujuan Anda untuk meraih sukses. Kembangkan kebiasaan berpikir positif dan percaya diri untuk menjadi pengusaha sukses. Perbanyaklah membaca buku-buku cerita, artikel, dan buku-buku tentang orang-orang sukses. Pikirkan bagaimana Anda seperti mereka dan bayangkan diri Anda sendiri sudah seperti mereka. Semua itu akan mempermudah untuk mewujudkan niat Anda menjadi pengusaha. Jadi semuanya bermula dari fokus pikiran Anda, dengan memberikan penghargaan besar dan fokus, maka segalanya akan terwujud sesuai dengan niatan yang
19
Anda miliki. Tanpa itu, segala niat Anda menjadi seorang wirausaha hanya sebatas mimpi saja.
Daftar Pustaka 1. Suharyadi, Arissetyanto Nugroho, Purwanto S.K., Maman Faturohman, 2007. Kewirausahaan, Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, Salemba Empat. 2. Calvin R. J. 2002. Entrepreneurial Management. McGraw-Hill. New York. 3. Cooper A.C., S. A. Alvarez, A. A. Carera. 2006. Entrepreneurial Strategies: New Technologies in Emerging Markets. Blackwell Publising. Australia. 4. Dollinger M. J., 2003. Entrepreneurship Strategies and Resources. Printice Hall. Ney Jersey. 5. Hitt M. A., R. D. Ireland. 2002. Strategic Entrepreneurship; Creating a New Mindset. Blackwell Publishing. United Kingdom. 6. Hendrowinoto N., dkk. 2005. H. Probosutedjo Merindukan Kesejahteraan Rakyat Jelata. Mercu Buana University Press. Jakarta. 7. Longenecker, J. G., C. W. Moore., J.W. Petty. Kewirausahaan Manajemen Bisnis Kecil. Salemba Empat. Jakarta, 8. Lupiyoadi, R. 2004. Entrepreneurship: From Mindset to Strategy. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta. 9. Kao J. J. 1989. Entrepreneurship, Creativity and Organization. School. Printice-Hall. New Jersey.
Harvard business
10. Seng, W. A. 2006. Rahasia Bisnis Orang Cina. Hikmah. Jakarta. 11. Suharno B., 2006. Langkah jitu memulai Bisnis dari Nol. Penebar Swadaya. Jakarta. 12. Kuratko D. F. and R. M. Hodgetts. 2004. Entrepreneurship, Theory, Process, Practice. Thomson. Australia. 13. Lambing P., and C. R. Kuehl. Entrepreneurship. 2000. Prentice-Hall Inc. New Jersey. 14. Zimmerer, W. T. dan N. M. Scarborough. 1998. Manajemen Bisnis Kecil. PT. Indeks. Jakarta.
Pengantar Kewirausahaan dan
15. Riyanti B. P. D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Grasindo. Jakarta. 16. Widyatmoko A., 2006. 100 Peluang Usaha. Agromedia Pustaka. Tangerang. 17. Zubir Z. 2005. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 18. Zimmerer, W. T. Dan N. M. Scarborough. 2005. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Binsnis Kecil. Ed. Keempat. PT. Indeks. Jakarta.
20
19. Suryana, 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses, Ed. 3. Salemba Empat. Jakarta. 20. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta 21. Alma, B. 2005. Kewirausahaan. Alfabeta. Bandung
21