MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) DAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM)
Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Konsultasi
: Zahrial Firman R : 3105 100 092 : Teknik Sipil FTSP-ITS : Ir. Kurdian Suprapto, MS
Abstrak Adanya peningkatan kebutuhan pembangunan di Indonesia mendorong berkembangnya metode konstruksi di bidang teknik sipil. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut, tuntutan akan pekerjaan konstruksi yang efektif dan efisien makin besar. Sistem Pracetak, sebagai salah satu metode konstruksi, merupakan alternatif tepat karena memiliki keunggulan dalam hal kecepatan, kontrol kualitas, dan kemudahan dalam pelaksanaan. Dalam tugas akhir ini, Gedung STB akan direncanakan menggunakan metode pracetak pada elemen balok dan pelat. Sedangkan elemen kolom, tangga dan poer menggunakan metode cor di tempat. Modifikasi yang dilakukan pada gedung ini antara lain menambah jumlah lantai dalam struktur menjadi 10 lantai, mereduksi bentang balok yang semula 8 meter menjadi 6 meter dan menambahkan elemen dinding geser dalam memikul gaya lateral untuk mengatasi sambungan pracetak yang tidak terlalu kaku. Sistem sambungan yang digunakan pada gedung ini adalah sambungan basah dengan pertimbangan kemudahan pelaksanaan di lapangan. Jumlah jenis tipe dari elemen struktur yang berbeda dibuat seminimal mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah cetakan dan menyeragamkan detail penulangan dan sambungan. Akhirnya secara keseluruhan, struktur gedung ini tidak hanya ekonomis, tetapi juga kuat dalam menerima gaya gravitasi dan gaya gempa sesuai zona gempa gedung ini berada. Kata Kunci : Pracetak (precast), Sistem Rangka Gedung (Building Frame Dinding Geser (Shearwall).
System),
1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya peningkatan kebutuhan pembangunan di Indonesia mendorong berkembangnya metode konstruksi di bidang teknik sipil. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut, tuntutan akan pekerjaan konstruksi yang efektif dan efisien makin besar. Sistem Pracetak, sebagai salah satu metode konstruksi, merupakan alternatif tepat karena memiliki kelebihan dalam hal kecepatan, control kualitas, dan kemudahan dalam pelaksanaan. Dalam pelaksanaannya, Sistem pracetak (precast) lebih tepat dan efisien apabila diaplikasikan pada beberapa hal. Diantaranya adalah pengaplikasian pada gedung yang berada pada daerah dengan zona gempa relatif rendah (zona gempa I dan zona II) serta pada gedung yang bertipe tipikal. Zona gempa relatif rendah (I dan II) memiliki frekuensi gempa yang tidak terlalu sering dengan intensitas yang tidak terlalu besar. Maka dari itu metode pracetak sangat tepat, karena pada metode pracetak (precast) ikatan yang terjadi tidak terlalu kaku. Sedangkan pengaplikasian metode pracetak pada gedung dengan tipe tipikal (typical) lebih efisien karena pada gedung dengan tipe ini mempunyai elemen yang tipikal sehingga lebih mudah dalam pengerjaan dan pelaksanaannya. Gedung Sekolah Terang Bangsa sendiri, merupakan struktur dengan 8 tingkat dan berada di zona gempa 2. Gedung ini dikerjakan dengan menggunakan sistem beton cor di tempat (konvensional) yang mengakibatkan kualitas pengerjaan yang kurang terkontrol serta memakan waktu yang relatif lama. Dari sisi konfigurasi, bangunan ini memiliki bentuk yang sama tiap lantainya (tipikal). Sehingga sangat tepat dan efisien apabila metode pracetak diaplikasikan. Berdasarkan hal di atas, maka dalam penulisan tugas akhir ini saya melakukan modifikasi Struktur Gedung Sekolah Terang Bangsa menjadi gedung dengan 10 lantai yang dirancang dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System) menggunakan metode pracetak (precast) serta memiliki konfigurasi yang teratur. Dengan pemakaian Sistem Rangka Gedung (Building Frame System), maka beban gravitasi dipikul oleh rangka sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding geser (shearwall). 1.2 PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang timbul pada metode beton pracetak berbeda dengan metode cor setempat, antara lain : 1. Bagaimana merencanakan elemen beton pracetak untuk struktur atas Gedung Sekolah Terang Bangsa termasuk dalam hal pengangkatan dan pemasangan elemen beton pracetak? 2. Bagaimana merencanakan struktur bangunan penahan gaya lateral ?
3. 4.
Bagaimana merencanakan detail sambungan pada komponen pracetak ? Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan ke dalam gambar teknik?
1.3 TUJUAN Perancangan struktur sekolah Terang Bangsa dengan metode pracetak dan shearwall mempunyai tujuan diantaranya : 1. Merencanakan elemen beton pracetak untuk struktur atas Gedung Sekolah Terang Bangsa. termasuk dalam hal pengangkatan dan pemasangan elemen beton pracetak. 2. Merencanakan struktur bangunan penahan gaya lateral. 3. Merencanakan detail sambungan pada komponen- pracetak. 4. Menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan ke dalam gambar teknik. 1.4 BATASAN MASALAH Permasalahan dalam penggunaan pracetak sebenarnya cukup banyak yang harus diperhatikan, namun mengingat keterbatasan waktu, perancangan ini mengambil batasan : 1. Beton pracetak yang digunakan adalah beton pracetak biasa (non prestress). 2. Komponen struktur yang menggunakan beton pracetak adalah pelat dan balok. 3. Tidak meninjau masalah perubahan volume akibat perubahan temperatur, creep, dan shrinkage oleh beton. 4. Tidak meninjau kecepatan konstruksi. 5. Perencanaan tidak termasuk sistem utilitas, kelistrikan dan sanitasi. 6. Analisa struktur menggunakan progam bantu ETABS 9.07.
c. d.
2. METODOLOGI 8.
Sambungan Dinding geser
Hasil dari perancangan akan dituangkan dalam gambar teknik. Dalam penggambaran ini menggunakan program AutoCAD 2007.
3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Umum Teknologi pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponenkomponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus, terkadang komponenkomponen tersebut disusun dan disatukan terlebih dahulu (pre-assembly), dan selanjutnya dipasang di lokasi (installation). Dengan demikian, sistem pracetak ini akan berbeda dengan konstruksi beton cor ditempat pada aspek perencanaan yang tergantung atau ditentukan oleh metoda pelaksanaan dari fabrikasi, penyatuan, dan pemasangannya, serta ditentukan pula oleh cara penyambungan antar komponen(joint). Beberapa prinsip beton pracetak tersebut dapat memberikan manfaat lebih dibandingkan beton monolit antara lain terkait dengan pengurangan waktu dan biaya, serta peningkatan jaminan kualitas (Gibb, 1999).
Penjelasan tahapan atau metode yang digunakan dalam perancangan gedung ini : 1. Studi literatur, yakni : - Mempelajari literatur mengenai perancangan elemen pracetak. - Mempelajari literatur mengenai perencanaan struktur. 2. Pencarian data dan penentuan kriteria desain yaitu penentuan gedung sebagai obyek perancangan, tinggi gedung, peruntukan gedung dan lokasi dibangunnya gedung tersebut beserta wilayah gempanya. 3. Preliminary design merupakan awal dari perancangan. Pada preliminary design ini kita menentukan dimensi elemen struktur gedung untuk digunakan dalam tahap perancangan selanjutnya. 4. Perencanaan struktur sekunder meliputi : a. Pelat b. Tangga c. Balok anak 5. Analisa beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan atas, meliputi beban gravitasi dan beban lateral. 6. Pemodelan struktur dan analisa gaya-gaya akibat pembebanan menggunakan software ETABS 9.07 7. Perencanaan struktur utama meliputi : a. Balok b. Kolom
3.2 Perbedaan antara Beton Pracetak dan Beton Konvensional ITEM
KONVENSIONAL
Desain
Sederhana
Bentuk dan ukurannya
Efisien untuk bentuk yang tidak teratur dan bentang-bentang yang tidak mengulang.
Sangat tergantung keahlian pelaksana.
Lebih cepat, karena dapat dilaksanakan secara pararel sehingga hemat waktu 20-25% Butuh tenaga yang mempunyai keahlian Lebih sederhana, karena semua pengecoran elemen struktur pracetak telah dilakukan di pabrik. Sifatnya lebih mudah karena telah dilakukan pengawasan oleh kualitas kontrol di pabrik. Tidak memerlukan lahan yang luas untuk penyimpanan material selama proses pengerjaan konstruksi berlangsung, sehingga lebih bersih terhadap lingkungan. Tidak dipengaruhi cuaca karena dibuat di pabrik. Karena dilaksanakan di pabrik, maka ketepatan ukuran lebih terjamin.
Sangat tergantung banyak faktor, terutama keahlian pekerja dan pengawasan.
Lebih terjamin kualitasnya karena di kerjakan di pabrik dengan menggunakan sistem pengawasan pabrik.
Waktu pelaksanaan
Lebih lama.
Teknologi pelaksanaan
Konvensional
Koordinasi pelaksanaan
Kompleks
Pengawasan /kontrol kerja Kondisi lahan Kondisi cuaca Ketepatan/a kurasi ukuran Kualitas
PRACETAK Membutuhkan wawasan yang luas terutama yang ada kaitannya dengan fabrikasi sistem, transportasi serta pelaksanaan atau pemasangan komponen, sistem sambungan dan sebagainya. Efisien untuk bentuk yang teratur/relatif besar dengan jumlah bentuk-bentuk yang berulang
Bersifat kompleks, serta dilakukan dengan cara terus menerus. Butuh area yang relatif luas karena butuh adanya penimbunan material dan ruang gerak. Banyak dipengaruhi oleh keadaan cuaca.
Adalah pelat pracetak dimana tebal pelat lebih tipis dibandingkan dengan pelat pracetak dengan lubang. Keuntungan dari penggunaan pelat ini adalah mudah dalam penumpukan karena tidak memakan banyak tempat. Pelat ini bisa berupa pelat pratekan atau beton bertulang biasa dengan ketebalan dan lebar yang bervariasi. Umumnya bentang dari pelat ini antara 5 hingga 35 feet.
3.
Pelat pracetak Double Tees dan Single Tee
Pelat ini berbeda dengan pelat yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pada pelat ini ada bagian berupa dua buah kaki sehingga tampak seperti dua T yang terhubung.
3.4 SAMBUNGAN 3.4.1 Sambungan Daktail Dengan Cor Setempat Sambungan ini merupakan sambungan dengan menggunakan tulangan biasa sebagai penyambung / penghubung antar elemen beton baik antar pracetak ataupun antara pracetak dengan cor ditempat. Elemen pracetak yang sudah berada di tempatnya akan di cor bagian ujungnya untuk menyambungkan elemen satu dengan yang lain agar menjadi satu kesatuan yang monolit. Sambungan jenis ini disebut dengan sambungan basah. Penampang A cor ditempat
ELEMEN STRUKTUR PRACETAK YANG UMUM DIPAKAI 3.3.1 Pelat Pelat dianggap sebagai diafragma yang sangat kaku untuk mendistribusikan gempa. Pada waktu pengangkutan atau sebelum komposit, beban yang bekerja adalah berat sendiri pelat, sedangkan beban total yang diterima oleh pelat terjadi saat pelat sudah komposit. Untuk pelat pracetak (precast slab), ada beberapa jenis yang umum digunakan yaitu :
Penampang A cor ditempat
3.3
1. Pelat pracetak berlubang (Hollow Core Slab) Pelat pracetak dimana ukuran tebal lebih besar dibanding dengan pelat pracetak tanpa lubang. Biasanya pelat tipe ini menggunakan kabel pratekan. Keuntungan dari pelat jenis ini adalah lebih ringan, tingkat durabilitas yang tinggi dan ketahanan terhadap api sangat tinggi. Pelat jenis ini memiliki lebar rata-rata 2 hingga 8 feet dan tebal rata-rata 4inchi hingga 15 inchi.
2.
Pelat pracetak tanpa lubang (Solid Slabs)
Expected Relocated Hinging Zone Top of Beam
Penampang B
Penampang B Bottom of Beam
d 1.5 d
Sambungan Daktail dengan Cor Ditempat
Skematis dari detail balok dengan penempatan sendi plastis
3.4.2 Sambungan Daktail Dengan Menggunakan Las Ochs dan Ehsani (1993) mengusulkan dua sambungan las pada penempatan di lokasi sendi plastis pada permukaan kolom sesuai dengan konsep Strong Column Weak Beam. Pada konsep ini, sendi plastis direncanakan terjadi pada ujung balok dekat kolom. Sebagai gambaran, akan dicontohkan sambungan balok dengan kolom dengan menggunakan las. Untuk pertemuan antara balok dengan kolom, pada balok dan kolom dipasang pelat baja yang ditanam masuk pada daerah tulangan kolom dan kemudian di cor pada waktu pembuatan elemen pracetak. Pada kedua ujung balok, pelat baja ditanam pada bagian atas dan bawah. Pada perakitan komponen pracetak yang menggunakan las, untuk kolom terlebih
dahulu berdiri kemudian dilakukan pengelasan pada kedua pelat tersebut untuk menyambungnya dengan balok. Keuntungan dari cara ini adalah dari segi pengerjaan dan pelaksanaannya, karena elemenelemennya tunggal dan berbentuk lurus, pengangkutan dan pengangkatannya lebih mudah sehingga lebih ekonomis. Kerugiannya adalah sambungan pada balok kolom sangatlah rawan, biaya relatif besar dan pekerjaan lebih sulit karena memerlukan ketelitian dalam pengelasan.
3.4.3 Sambungan Daktail Mekanik French and Friends (1989) mengembangkan sambungan yang menggunakan post-tension untuk menghubungkan antara balok dan kolom. Pada sambungan post-tension ini dirancang pelelehan terjadi pada daerah lokasi antara pertemuan balok dan kolom. Sebagai alat penyambung, digunakanlah treaded coupler yang dipasang pada ujung tulangan. Dengan adanya treaded coupler, maka ujung tulangan baja dapat dimasukkan pada lubang tersebut. Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah ketelitian, ketrampilan dan keahlian khusus dalam memasang alat ini. post-tensioning rod grout coupler
bearing strips
3.4.4 Sambungan Daktail Dengan Menggunakan Baut Englekirk dan Nakaki, Inc. Irvine California dan Dywidag System International USA, Inc. Long Beach California telah mengembangkan sistem dengan menggunakan penyambungan daktail yang dikenal dengan DPCF System (Ductile Precast Concrete Frame System). Penyambungan ini dilakukan menggunakan baut untuk menghubungkan elemen satu dengan yang lain.
4. KONSEP DESAIN 1. Data bangunan : Nama bangunan : Sekolah Terang Bangsa Lokasi : Kota Surabaya (Termasuk wilayah zona gempa 2) Fungsi : Sekolah Tinggi gedung : 40 meter Jumlah lantai : 10 lantai Struktur gedung : Beton bertulang Jenis tanah : Tanah lunak 2. Mutu bahan : Beton : fc’ = 35 Mpa Baja : fy = 400 Mpa Analisa pembebanan Berdasarkan RSNI – 3 Tata Cara Penghitungan Pembebanan Untuk Bangunan Rumah Dan Gedung dan SNI 03-1726-2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung adalah : 1. Beban mati Berat seluruh bahan konstruksi gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi, finishing, komponen arsitektural dan struktural lainnya dan peralatan layan termasuk berat keran. 2. Beban hidup Beban yang dihasilkan akibat penggunaan dan penghunian gedung : Ruang Kelas LL = 1.92 kN/m2 2 Koridor LL = 3.83 kN/m 3. Beban gempa Untuk struktur gedung dengan tinggi 40 meter, pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur gedung tersebut harus ditentukan melalui analisis respons dinamik 3 dimensi. Pembebanan gempa secara dinamis menggunakan bantuan program ETABS v9.0.7 dengan analisa dinamis respon spektrum. Sebelumnya dilakukan pemodelan 3D struktur terlebih dahulu. Pemodelan struktur tersebut dilakukan dengan menggunakan asumsi sebagai berikut: - Tiap balok didefinisikan sebagai balok T - Pertimbangan adanya retak sepanjang bentang komponen, maka komponen struktur direduksi momen inersianya menjadi: untuk balok T= 2 x Ig = 0.7 Ig Untuk kolom persegi = 0.7 Ig
3.
4.
5.
6.
7.
Pada SNI 03-1726-2002 Tabel 1, untuk sekolah yang dianggap sebagai gedung umum, faktor keutamaan, I = 1. Pada tabel 3, sistem dan subsistem struktur gedung termasuk Sistem Rangka Gedung dengan dinding geser memikul beban gempa, R m = 5 ,5. Dan pada tabel 6, spektrum respons gempa rencana untuk wilayah gempa 2 dan jenis tanah lunak, Tc = 1,0 detik Sistem struktur rangka yang dipakai adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB). Karena bangunan berada di wilayah gempa zona 2, maka perencanaan desain berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20. KOMPONEN METODE Kolom cor ditempat Balok Pracetak Pelat Pracetak Over topping cor ditempat Tangga cor ditempat Balok, dan pelat menggunakan beton pracetak karena memiliki bentuk yang seragam dan jumlah berulang yang dimaksudkan untuk optimasi. Sedangkan kolom tidak menggunakan beton pracetak melainkan menggunakan beton konvensional, karena proses di pelaksanaan sedikit rumit. Permodelan struktur : Saat pemasangan, balok dimodelkan sebagai balok sederhana di atas dua tumpuan. Pada akhir konstruksi (setelah diberi topping) dimodelkan sebagai balok menerus. Tangga mempunyai tumpuan rol pada balok bordes dan sendi pada balok lantai. Untuk elemen pelat pracetak digunakan pelat pracetak tanpa lubang (Solid Slabs) dan untuk balok digunakan balok berpenampang persegi (Rectangular Beams). Pengangkatan material pracetak dilakukan pada umur beton 3 hari. Sambungan yang dipakai adalah sambungan cor di tempat atau disebut sambungan basah (Wet Connection). Sambungan ini diletakkan di pertemuan balok pracetak dengan kolom cast in situ. Sambungan juga diletakkan di pertemuan balok pracetak dengan pelat pracetak.
4. PERENC. STRUKTUR SEKUNDER 4.1 DATA BANGUNAN Nama bangunan : Sekolah Terang Bangsa Lokasi bangunan : Kota Surabaya Zona gempa : Zona 2 Mutu beton (f’c) : 35 Mpa Mutu baja ( fy ) : 400 Mpa 4.2 PERENCANAAN AWAL 4.2.1. BALOK 1 h h 1 5 2 0 16 b
Dimensi balok : Balok Induk : 35 cm x 55 cm Balok Anak : 30 cm x 45 cm 4.2.2. KOLOM Dimensi kolom 55 x 55 cm 4.2.3. PELAT • αm ≤ 0,2 maka tebal pelat minimum tanpa penebalan, 120 mm. 0,2 < αm ≤2 maka tebal pelat minimum harus memenuhi : fy ln0 8 1500 h 36 5 m 0.2
, tidak boleh < 120 mm • αm > 2 maka tebal pelat minimum harus memenuhi fy , tidak boleh < 90 mm ln 0 8 1500 h 36 9
Dipakai Tebal pelat lantai 12 cm
4.3 PELAT PRACETAK
Perincian elemen pelat yang merupakan pelat pracetak adalah : a. Tebal pelat pracetak b. Tebal overtopping
= 7 cm = 5 cm
Penulangan pelat lantai terpasang 2 Tipe Tulangan Terpasang mm Pelat Tulangan Tulangan Lapangan Tumpuan Arah X Arah Y Arah X Arah Y B :3 10101010mx6 200 200 200 200 m As = As = As = As = 392,5 392,5 392,5 392,5 2 2 2 2 mm mm mm mm
4.4 BALOK ANAK PRACETAK Data-data perencanaan : - Dimensi : 30x45 - panjang : 5,65 m - tinggi balok pracetak sebelum komposit : 33cm - tinggi balok pracetak setelah komposit : 45cm - decking : 30 cm - mutu tulangan fy = 400 Mpa - mutu beton fc’ = 35 Mpa - Tinggi efektif untuk Sebelum komposit : 330 – 30 – 10 – ½ .18 = 281 mm
- Tinggi efektif untuk Sesudah Komposit : 450 – 30 – 10 – ½ .18 = 401 mm
Pembebanan (Ekivalen) - Segitiga 1
Melintang
qek x q x Lx 3 1 qek x q x Lx 4
- Dua Segitiga - Trapesium
1 qek x q x Lx 2
c.
Lapangan Tipe Balok
1
n
1 Lx 3 Ly 2
As pakai
n
(mm2) Balok Anak Eksterior Memanjang Interior Memanjang Ekterior Melintang Interior Melintang
Penulangan Balok anak
Perhitungan Tulangan Tulangan tumpuan • 3 D 18 (As = 763,41 mm2) Tulangan lapangan 2 • 3 D 18 (As = 763,41 mm ) Tulangan Geser
As pakai
Jarak Sengkang
(mm2)
(mm)
2
763
2
763,02
140
2
763
4
1519
225
2
763
4
1519
225
2
763
4
1519
225
2
763
5
1899
225
Ø 10-140 mm I. PERENC. STRUKTUR PRIMER 4.1. ANALISA STRUKTUR UTAMA Gedung sekolah ini dimodelkan sebagai Building Frame System, yaitu dimana beban gravitasi dipikul oleh frame dan Beban lateral sepenuhnya dipikul oleh Dinding Geser. Analisa gempa mengunakan analisa beban dinamis mengingat tinggi gedung mencapai 40 meter. 4.2. BALOK INDUK PRACETAK - Dimensi : 35 x 55 cm - panjang : 5,45 m - BI memanjang pracetak sebelum komposit : 43 cm - BI memanjang pracetak setelah komposit : 55 cm - decking : 40 cm - mutu tulangan fy = 400 Mpa - mutu beton fc’ = 35 Mpa - Tulangan utama D22 - Tulangan sengkang D12 - Tinggi efektif untuk BI Sebelum komposit : 430 – 40 – 12 – ½ .22 = 367 mm - Tinggi efektif untuk BI Sesudah Komposit : 550 – 40 – 12 – ½ .22 = 487 mm Pembebanan (Ekivalen) - Segitiga 1 qek x q x Lx 3 1 qek x q x Lx 4
- Dua Segitiga - Trapesium
1 qek x q x Lx 2
1
n
3
Atas As pakai (mm2) 763,02
2
Balok Anak Eksterior Memanjang Interior Memanjang Ekterior Melintang Interior
8
16 D 28 D12-200
4.4. PERHITUNGAN DINDING GESER
2
Bawah As pakai (mm2 ) 763
Jarak Sengkang (mm) 140
3039
3
1139.82
100
9
3419
3
1139.82
100
3 8
1139 3039
2 3
763 1139.82
225 100
n
Perhitungan tulangan dengan Program bantu PCACOL
Hasil perhitungan tulangan : Lt.1-5 16D28 (3,26%) Lt.6-10 16D16 (1,04%)
1 Lx 3 Ly
Perhitungan Tulangan Pakai: a. Tumpuan Tipe Balok
4.3. PERHITUNGAN KOLOM
• • • • •
Tinggi tiap lantai = 400 cm Tinggi total dinding = 4000 cm Tebal dinding = 35 cm Mutu Baja (fy) = 400 Mpa Decking = 40 mm
Dari hasil ETABS v9.20 didapat kombinasi 0,9D + RSPX yang membuat struktur lebih kritis 5.2. SAMBUNGAN BALOK ANAK-BALOK INDUK
5.3. SAMBUNGAN PELAT-BALOK Kontrol kapasitas Dinding Struktur dalam menerima beban akasial lentur
6. 1.
5.
SAMBUNGAN PRACETAK Sambungan basah mengandalkan panjang penyaluran dari tulangan masing-masing elemen pracetak. 5.1. SAMBUNGAN BALOK INDUK-KOLOM
2.
3.
KESIMPULAN Pemanfaatan elemen pracetak dapat dibuat mendekati sifat monolit dari pekerjaan yang dilakukan dengan system cor setempat, dengan pemilihan tipe sambungan yang disesuaikan dengan keadaan dari struktur yang direncanakan, misalnya lokasi zone gempa dari gedung yang ditinjau. Sistem pracetak dapat dipergunakan pada berbagai permodelan struktur, salah satunya adalah permodelan sebagai Building Frame System dimana perencanaan elemen frame dimungkinkan menggunakan elemen pracetak untuk mencapai sifat permodelan struktur yang dikehendaki. Pelaksanaan metode pracetak sangat dimungkinkan untuk dilaksanakan, namun membutuhkan ketelitian dan keahlian dalam proses pembuatan hingga pemasangannya.
SARAN Perlunya pengembangan teknologi dan riset tentang beton pracetak serta memasyarakatkan penggunaan metode pracetak pada jasa konstruksi di Indonesia. 2. Perlu dibuatnya standar perencanaan beton pracetak di Indonesia sehingga dengan demikian pracetak akan lebih banyak dapat diterapkan. 3. Demi efektifitas dan efisiensi dari metode pracetak , pembatasan jumlah elemen seragam yang dibuat perlu diperhatikan. 1.