MODEL PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PEREMPUAN BERBASIS ETIKA BISNIS DI KOTA MALANG Gumoyo Mumpuni Ningsih Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang/ Malang Jl. Tlogo Suryo V/36 B RT 04/ RW 02 , Malang / 085815461174 Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat Model Pengembangan Wirausaha Perempuan Berbasis Etika Bisnis Pada Rumah Tangga Miskin Di Kota Malang.Berbasis Etika bisnis sangat penting sekali, karena berlandaskan saling percaya, konsekuen, konsisten, memelihara kesepakatan, tak ada paksaan, tak ada pencurian, tak ada kebohongan, pengendalian diri dan adanya tanggung jawab sosial. Sehingga kedua belah pihak ( produsen / wirausaha perempuan dan konsumen ) saling beruntung. Penelitian dilakukan kota malang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Jenis data yang diambil adalah data primer dan sekunder. Responden penelitian ini adalah Perempuan wirausaha dari Keluarga miskin di kota malang tepatnya di kelurahan Tlogomas. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, PRA (Participatory Rural Appraisal), FGD (Focus Group Discussion). Analisis data dilakukan dengan diskripsi kualitatif. Hasil penelitian menunujukkan bahwa potret wirausaha perempuan rata rata berpendidikan SD, Pendapatan keluarga Rp 750.000,- - Rp 1.000.000,-, Jumlah anggota Keluarga : 4 – 6 Jiwa, ketrampilan rendah, kemampuan permodalan rendah, keinginan berusaha mandiri tinggi, Kekuatan dari wirausaha perempuan : Waktu banyak, tenaga kerja yang membantu ada, tempat usaha ada. Kelemahannya : modal rendah, fasilitas yang dimiliki rendah, ketrampilan rendah, barang mudah rusak. Peluang usaha : banyak penduduk , banyak kredit, pendapatan penduduk meningkat, jumlah penduduk meningkat. Ancaman Usaha : Banyak pesaing, dan cuaca yang tidak mendukung terutama waktu hujan. Berdasarkan potret wirausaha perempuan diperoleh model pengembangan wirausaha perempuan berbasis etika bisnis. Kata Kunci : Etika Bisinis, Model, Pengembangan, Wirausaha Perempuan
1.
PENDAHULUAN
Perempuan memiliki peran yang besar dalam pembangunan, khususnya dalam penghasil pangan bagi keperluan manusia. Dan setidaknya tidaknya terdapat 3 (tiga) kontribusi penting perempuan di negara berkembang, yaitu (1) sebagai penyumbang pendapatan dalam rumahtangga, (2) menjaga status nutrisi anak, dan (3) berperan penting ketika terjadi krisis ekonomi. Peranan perempuan dalam kegiatan rumah tangga sejak lama sudah dikenal sebagai ibu rumah tangga. Namun dalam perkembangannya perempuan, selain mengurus rumah tangga, juga ikut berperan aktif dalam mencari nafkah di sektor informal dengan alasan dan motif yang beraneka ragam. Banyak perempuan memasuki sektor informal disebabkan oleh kendala yang mereka hadapi, antara lain tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan keluarga yang rendah, dan lain-lain (Yudhi harini, 2011). Perempuan sebagai penyumbang pendapatan dalam rumah tangga baik di kota maupun di desa sangat banyak sekali. Terutama di kota, tuntutan akan modernisasi kota dan berkembangnya perkotaan, membuat kebutuhan keluarga makin meningkat. Kebutuhan keluarga tersebut meliputi perumahan, pendidikan, pakaian, kesehatan, dan sebagainya. Belum lagi tuntutan alat komunikasi seperti Hand Phome
62
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
yang selalu harus ada pada tiap anggota keluarga pada keluarga di kota saat inji. Hal ini membuat perempuan makin lebih giat mencari tambahan pendapatan. Tambahan pendapatan kelurga bisa dicari dengan berbagai cara antara lain berwirausaha. Wirausaha merupakan jalan bagi perempuan dari keluarga miskin, karena mereka biasanya pendidikannya rendah sehingga sector formal sepert sebagai guru, sebagai bekerja di dinas dinas kota tertutup bagi mereka. Menjadi wirausaha perempuan di kota membuat perempuan perannya manjadi ganda yaitu sebagai mengurus rumah tangga dan sebagai mencari tambahan pendapatan keluarga. Persoalan menjadi wirausaha perempuan mebuat perempuan bebannya sangat berat sekali. Selain memerlukan pemikiran psikis, menjadi wirausha perempuan juga memerlukan tenaga dan waktu luang yang banyak. Menjadi wirausaha pembuat kue misalnya malam harus sudah menyiapkan bahan dan peralatan untuk membuat kue, membuat kue , mengantar kue, serta membersihkan peralatan bekas memasak kue. Mulai jam 11 malam hingga jam 7 pagi, mereka belum selesai. Bahkan mereka pagi sebelum jam 7 harus menyiapkan makan minum buat sarapan kelurganya. Belum siangnya mereka harus mencuci baju keluarganya, dan setelah itu menyiapkan makanan untuk makan siang keluarganya. Berbagai jenis usaha yang digeluti para wirausahawan perempuan biasanya yang usahanya tidak banyak meninggalkan rumah. Mereka berwirausaha sambil mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, seterika, mengurus anak, dan juga membersihkan rumah. Pekerjaan wirausahanya banyak dikerjakan di rumah. Persoalan kemiskinan perempuan menjadi semakin rumit, karena ternyata kemiskinan perempuan bukan hanya disebabkan oleh keterbatasan akses pada sumber daya ekonomi. Disini ada persoalan struktural dengan faktor penyebab dan kendala yang tidak tunggal, cenderung beragam sesuai kondisi sosial, ekonomi dan politik di lingkungan mereka. Adanya ketimpangan gender dalam berbagai aspek kehidupan juga semakin memperburuk kondisi kemiskinan pada kaum perempuan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menolong perempuan keluar dari kemiskinan, melalui berbagai kebijakan, termasuk kebijakan pengembangan usaha , namun masih banyak juga yang belum meningkat ekonominya, dan bahkan bantuan modal usaha kadang belum dimanfaatkan oleh perempaun untuk mengembngakan usahanya. Berbasis Etika Bisnis, karena jika bisnis tidak beretika, yaitu terdapat ketidak jujuran, terdapat penipuan, maka usahanya akan bangkrut karena konsumen tidak suka. Untuk itulah diperlukan pembuatan Model Pengembangan wirausaha Perempuan berbasis etika Bisnis Pada rumah tangga miskin di Kota. 2.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian diawali dengan kegiatan lapang, yaitu dengan melakukan observasi langsung tentang hal yang berkaitan dengan potret keluarga miskin di kota meliputi kondisi sosial ekonomi, kekuatan kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman – ancaman yang dimiliki oleh keluarga miskin di kota. Untuk mengungkap semua aspek yang dikaji maka dilakukan wawancara mendalam (indept interview) pada responden dan juga wawancara mendalam pada key informant (informan kunci). Selain wawancara mendalam juga dilakukan Participatory Rural Appraisal (PRA) dan juga dilakukan Focus Group Discussion (FGD), hasilnya digunakan sebagai bahan untuk merumuskan model dan untuk menentukan materi pelatihan dalam uji coba model. Data yang diperlukan meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitaif digunakan untuk mengetahui kelayakan model pemberdayaan yang dilakukan, sedangkan data kuantitatif digunakan untuk mengetahui profil atau potret wairausaha perempuan miskin di perkotaan . Penelitian dilakukan wilayah perkotaan khususnya di Kelurahan Tlogomas di kecamatan Lowok waru Kota Malang. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut terdapat banyak wirausaha wanita dari keluarga miskin. Analisis data menggunakan analisis diskriptif kualitatif
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
63
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Sosial Ekonomi Responden
Pendidikan responden rata rata adalah SD sebesar 66,67%. Namun ada juga yang berpendidikan SMA atau yang sederajat. Yaitu berpendidikan kejuruan SMK. Serta ada juga yang berpendidikan sarjana. Disini yaitu sarjana ekonomi. Meskipun mereka lulusan SD, mereka juga pandai berwirausaha. Tabel 1. Tingkat Pendidikan Responden No 1. 2. 3. 4.
Pendidikan SD SMP SMA atau yang sederajat Universitas Jumlah
Jumlah 24 9 2 1
Prosentase 66,67 25,00 5,55 2,78
36
100
Sumber : Data Primer, 2016 Pendapatan keluarga responden rata rata kurang dari satu juta rupiah. Karena kurang banyk inilah para perempuan atau ibu rumah tangga ini akhirnya memutuskan berwira usaha. Menurut mereka supaya kebutuhan keluarganya tercukupi, dan supaya tidak tergantung pada suami.
Tabel 2. Tingkat Pendapatan keluarga Responden No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendapatan keluarga 0 –250.000,250.000,- – 500.000,500.000,- – 750.000,750.000,- – 1.000.000,1.000.000 – 1.250000 1.250.000,- – 1.500.000,1.500.000,- – 1.750.000,Lebih dari 1.750.000,-
Jumlah 0 3 7 15 6 3 1 1
Prosentase 0 8,33 19,44 41,67 16,67 8,33 2,77 2,77
Jumlah 36 100 Sumber : Data Primer, 2016 Jumlah anggota keluarga responden rata rata 4 -6. Namun ada juga yang jumlahnya tiga. Ini mereka adalah yang masih muda, baru memiliki satu anak, atau yang sudah tua sehingga anaknya yang tinggal serumah hanya satu, anaknya yang lain sudah berumah tangga.
Tabel 3. Jumlah Anggota Keluarga Responden No
Jumlah anggota Keluarga
Jumlah
Prosentase
1 - 3 4-6 Lebih 6
2 31 3
5,55 86,12 8,33
Jumlah Sumber : Data Primer, 2016
36
1 2 3
64
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Kemampuan permodalan rata rata rendah yaitu kurang dari Rp 500.000,-. Mereka ini yang modalnya rendah adalah yang berjualan mlijo atau pedagang syur, pedagang nasi goreng, pedagang tahu telur, pedagang rujak dan lain lain. Bahkan untuk modal mereka masih pinjam pada bank keliling. Tiap hari mereka mencicil bank, yang diambil langsung cicilannya ke rumah mereka oleh pegawai bank. Sedangkan yang kemampuan permodalannya tinggi yaitu yaang berjualan kebutuhan rumah tangga sehari hari seperti jualan beras, telur, rokok, mi goreng, dan lain lain.
No 1 2 3
Tabel 4. Kemampuan Permodalan Responden Permodalan (Rp) Jumlah Prosentase (Rp) Tinggi ( > 1.000.000) Sedang (500.000 – 1.000.000.) Rendah ( Kurang 500.000,-)
Jumlah Sumber : Data Primer, 2016
4
11,11
13
36,11
19
52,78
36
100
Jenis Usaha yang digeluti para wirausaha perempuan ini adalah rata rata jenis usaha yang dapat dikerjakan di rumahnya sendiri. Sehingga mereka bisa mengerjakan pekerjaan rumah juga. Mereka keluar rumah, waktu kulakan saja atau waktu membeli barang saja, dan nantinya barang tersebut dijual. Menjualnya di rumah, pembeli datang kerumahnya. Adapu jenis usaha responden bisa dilihat pada tabel 5.
No 1
2 3
4
5
6
Tabel 5. Jenis Usaha Responden Jenis Usaha Jumlah Pedagang pengecer Mlijo / pengecer sayur mayur / kebutuhan untuk memasak sayur dan lauk pauk. Seperti : bayam, sawi, kangkung, tomat, brambang bawang, tempe, tahu, ayam, ikan laut, dan lain lain. Pedagang Pengecer barang barang kelontong / kebutuhan rumah tangga Pedagang buah Seperti : Pisang, Buah semangka, mangga, jeruk, blewah, rambutan, salak,dll Pedagang Kebutuhan Sekolah Seperti : buku tulis, pensil, bolpein, spidol, kaos kaki, penghapus,dan lain lain Pedagang gorengan Seperti : pisang goreng, ubi goreng, tempe goreng, dan lain lain. Pembuat Kue Tradisional dan dijual ke warung warung
Prosentase
5
13,89
4
11,11
2
5,55
2
5,55
2
5,55
2
5,55
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
65
7
8 9 10 11 12 13 14 15 16
Seperti : jemblem, getas, dadar gulung, dll. Pembuat Kue Modern dan dijual ke sekolah sekolah Seperti Pisang crispy, sosis solo, donat, dll . Penjual masakan tradisioanl Seperti : nasi rawon, nasi campur, soto, dll Penjual nasi lalapan Penjual rujak dan tahu telur Pedagang tempura Pedagang sedotan disetor ke warung warung Pembuat lontong dan dijual ke pasar Pedagang bakso Penjahit Baju Pembuat tahu dan dijual ke pasar
Jumlah Sumber : Data Primer, 2016
2
5,55
2
5,55
2 3 1 1
5,55 8,33 2,79 2,79
3 1 3 1
8,33 2,79 8,33 2,79
36
100
Para perempuan wirausaha ini, mereka ada yang dalam mengerjakan wirausahanya dengan sungguh sungguh dengan kata lain keinginan atau cara melakukan wirausahnaya tinggi. Tinggi yaitu mereka selain memproduksi, mereka juga berjualan di rumah, menitipkan ke warung warung warung, dan juga ada usaha untuk memperbesar modal seperti dengan cara pinjam kredit dan ditambah merekrut tenaga kerja untuk menjalankan usahanya. Rata rata mereka dalam berwirausaha masih dalam taraf cukup. Karena mereka baru kulakan, dan menjual dirumah, serta ditambah kredit untuk memperbesar modal, tetapi mereka tidak berusaha menjajakan keliling atau menitipkan di warung warung dan tidak ada usaha untuk memperbesar produksi dengan cara merekrut tenaga kerja atau menambah peralatan modal. Adapun keinginan berwirausaha ini bisa dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Keinginan berusaha / Cara Berwira Usaha Responden No
Keinginan / Cara Berwirausaha
1
Tinggi ( 4 cara atau lebih) ( kulakan / produksi dan Berjualan di rumah , kredit untuk modal, ditambah jualannya ke warung warung dan ditambah merekrut tenaga kerja untuk usaha atau menambah peralatan usaha , atau lainnya) Sedang ( 3 Cara ) ( kulakan / produksi dan Berjualan di rumah Saja, dan kredit untuk modal, atau ditambah jualannya ke warung warung atau lainnya) Rendah ( 2 Cara yang ditempuh) ( kulakan / produksi dan Berjualan di rumah Saja)
2
3
Jumlah Sampel
Jumlah
66
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Prosentase
8
22,22
25
69,44
3
8,33
36
100
Sumber : Data Primer, 2016
3.2. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengusaha Wanita Perempuan para pengusaha wanita memiliki kekuatan memiliki waktu yang banyak, sehingga mereka bisa mengerjakan usahanya dengan tenang. Hal ini karena mereka tidak memiliki pekerjaan, akhirnya dari pada menganggur, mereka membuka usaha. Waktu yang tersedia untuk berwira usaha banyak. Yaitu setelah mengerjakan pekerjaan rumah mereka langsung bisa mengerjakan wirausahanya. Itupun mereka masih sambil menonnton televisil. Karena mereka banyak yang diam menunggu pembeli datang. Mereka tidak memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mereka tidak ketat mengetur waktu dalam usahanya. Mereka masih mengutamakan mengurus rumah tangga dan juga istirahat. Mereka belum banyak kreatif untuk menambah pendapatan. Misalnya dalam usah pekerjaan yang dilkaukan mereka megurus pekerjaan rumah tangga lebih dulu dibandingkan mengurus usahanya. Mereka melakukan usaha Usaha yang mereka lakukan, waktunya belum banyak dimanajemen dan belum banyak untuk membuat produksi yang nantinya bisa dijual. Tabel 7. Kekuatan Pengusaha wanita No Kekuatan 1 Waktu banyak 2 Tenaga kerja yang membantu ada 3 Tempat Usaha ada Sumber : Data Primer, 2016 Adapun kelemahan dari para wirausahawan wanita ini adalah modal rendah, fasilitas yang dimiliki rendah, wawasan pamasaran masih rendah. Wawsan pemasara yang rendah ini, akhirnya mereka tidak memanajamen pemasaran dengan baik. Misalnya, belum paham jam jam berapa seharusnya mereka berjualan. Bahan bahan apa yang laris terjual. Tempat kulakan mana yang lebih murah dan bagus kualitasnya. Kemana saja harus berjualan atau promosi daganya. Ini semua mereka tidak melakukan. Tabel 8. Kelemahan Pengusaha wanita No Kelemahan 1 Modal rendah 2 Fasilitas Yang dimiliki rendah 3 Wawasan Pemasaran rendah 4 Inovasi produk kurang 5 Belum ada promosi Sumber : Data Primer, 2016 Adapun peluang usaha mereka sangat tinggi, hal ini mengingat banyak penduduk asli dan penduduk pendatang. Banyak perguruan tinggi merupakan peluang juga karena adanya perguruan tinggi ini, membuat banyak penduduk pendatang yang tinggal di malang. Banyaknya penduduk pendatang seperti mahasiswa merupakan potensi menjadi konsumen para wiarausaha perempuan tersebut, sehingga jika konsumennya banyak maka akan menjadi peluang usahanya untuk berkembang. Banyak badan pemberi kredit merupakan peluang bagi para wirausaha perempuan untuk menambah modal usaha, sehingga modalnya bisa menjadi besar. Dengan modal besar diharapkan kapasitas usahanya bisa menjadi lebih besar sehingga bisa menambah keuntugan. Namun sayangnya semua badan pemberi kredit prosedurnya sulit dan ada biaya administrasi serta berbunga tinggi serta mereka meminta jaminan. Hal inilah membuat mereka banyak yang tidak mau menambah modal. Mereka lebih suka pada kredit yang prosedurnya mudah seperti pada renteiner ataupun pada bank Keliling.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
67
Tabel 8. Peluang Pengusaha Wanita No Peluang 1 Banyak Penduduk aslai dan penduduk pendatang 2 Banyak badan kredit 3 Pendapatan penduduk meningkat 4 Banyak perguruan tinggi Sumber : Data Primer, 2016 Ancaman usaha mereka yaitu banyak pesaing. Apalagi sekarang banyak swalayan seperti indomart ataupun alfa mart menjamur di mana man na , di setiap jalan besar maupun jalan kecil ada semua. Balum lagi swalayan yang lain. Banyak para wirausaha perempuan ini mengeluh karena dibanding tahun tahun yang dulu, masih banyak laku tahun yang dulu dibanding sekarang. Sekarang banyak rumah tangga yang menilih membeli ke swalayan. Cuaca jelek juga mengancam wirausaha perempuan. Cuaca jelek misalnya hujan terus, mereka kesulitan kulalakan barang. Apalagi jika hujannya pagi hari, mereka kurang bergairah pergi kulakan mencari dagangan. Selain adanya hujan, para pembeli juga malas keluar rumah untuk belanja. Jadi jika musim hujan pendapatan mereka cenderung turun.Selain itu untuk pedagang buah, buahya cepat busuk jika ada hujan yang terus menerus. . Tabel 9. Ancaman Pengusaha No Ancaman 1 Banyak Pesaing 2 Cuaca yang jelek, seperti hujan 3 Barang mudah rusak Sumber : Data Primer, 2016 3.3. Model Pengembangan Wirausaha Perempuan Berbasis Etika Bisnis Pada Rumah Tangga Miskin Di Kota Malang
Pendidikan rendah Pendapatan rendah
Keluarga Miskin Di kota (Wirausaha Perempuan)
Berbasis Etika Bisnis - tidak melakukan penipuan - tidak ada paksaan - tidak melakukan pencurian - saling percaya - konsekwen -persaingan yang sehat, -adanya pengendalian diri, baik penjual ( pihak yang berwirausaha ) maupun pembeli ( pihak konsumen). Badan Pemberi Modal /kredit: -Bank -Koperasi -PKK
68
Peran Pemerintah -Pelatihan dan pengembangan wirausaha Perempuan - Penyedia sarana prasarana: Jalan, jaringan komunikasi -Penyedia nformasi : informasi pasar, akses perdagangan, akses modal, kerja sama, dll
Lembaga Kelurahan -Pendukung dan membantu berkembangnya wirausaha perempuan -Penyampai informasi kebijakan pemerintah
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Pengembangan Wirausaha Perempuan Pada Keluarga Miskin di Perkotaan Berbasis Etika Bisnis
Hasil Pengembangan Wirausaha Perempuan -Pengetahuan dan ketrampilan meningkat -Biaya usaha wirausaha lebih murah -Penerimaan Lebih Tinggi -Usaha lebih efisien -Kebutuhan pangan keluarga tercukupi -Resiko usaha lebih kecil -Pendapatan keluarga meningkat Gambar : Model Pengembangan Wirausaha Perempuan Berbasis Etika Bisnis -Usaha berlanjut dan berkembang terus karena berbasis etika bisnis dan dilakukan dengan cara yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan
agama
Berdasarkan hasil penelitian potret/ profil wirausaha perempuan tersebut, maka dapat dibuat model pengembangan wirausaha perempuan berbasis etika bisnis. Etika bisnis merupakan cara bisnis yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Menurut Anderson Guntur (2007), Etika dalam bisnis, meliputi: tidak ada suap, tak ada paksaan, tak ada penipuan, dan tidak ada pencurian. Sedangkan menurut Dalimunthe (2004), Etika dalam bisnis meliputi : adanya pengendalian diri, persaingan yang sehat, menumbuhkan sikap saling percaya, konsekwen dan konsisten dalam aturan main, memelihara kesepakatan dan adanya tangguing jawab sosial. Sehingga dalam pengembangan wirausaha perempuan ini membuat para wirausaha perempuan berusaha dengan cara yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. Model pengembangan wirausaha berbasis etika bisnis berarti dalam berwirausaha tidak melakukan penipuan, tidak ada paksaan, tidak melakukan pencurian, saling percaya, konsekwen, persaingan yang sehat, dan adanya pengendalian diri, baik penjual ( pihak yang berwirausaha ) maupun pembeli ( pihak konsumen). 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : a. Untuk wirausaha perempuan rata rata berpendidikan SD, Pendapatan Rp 750.000,- - Rp 1.000.000,-), Jumlah anggota Keluarga : 4 – 6 Jiwa, ketrampilan rendah, kemampuan permodalan rendah, keinginan berusaha mandiri tinggi, b. Kekuatan dari usaha : Waktu banyak, tenaga kerja yang membantu ada, tempat usaha ada. Kelemahan dari usaha : modal rendah, fasilitas yang dimiliki rendah, ketrampilan rendah, barang nudah rusak,
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
69
inovasi produk kurang. Peluang usaha : banyak penduduk , banyak kredit, pendapatan penduduk meningkat, jumlah penduduk meningkat. Ancaman Usaha : Banyak pesaing, dan cuaca yang tidak mendukung terutama waktu hujan. c. Model Pengembangan Wirausaha Perempuan berbasis etika bisnis pada rumah tangga miskin di perkotaan dapat membuat pengetahuan dan ketrampilan meningkat, biaya usaha wirausaha lebih murah, penerimaan lebih tinggi, usaha lebih efisien, kebutuhan pangan keluarga tercukupi,resiko usaha lebih kecil,pendapatan keluarga meningkat, usaha berlanjut dan berkembang terus karena berbasis etika bisnis dan dilakukan dengan cara yang benar dilihat dari sudut budaya, susila, dan agama. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
Anderson Guntur , 2007. Etika Dalam Bisnis. Jurnal Sosial Eknomi Pertanian Dan Agribisnis (SOCA). Volume 7 no 3. November 2007. Dalimunthe, 2004. Etika Bisnis. Dalam WEbsite Google : Etika bisnis dan Pengembangan Iptek. Yudhi harini (2011). Peranan Perempuan pada Perekonomian Keluarga. Agrisep Volume 10, No 1, Maret 2011. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
70
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk