METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Yendina Saragih Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email:
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas IX-7 SMP Negeri 8 Tebing Tinggi pada mata pelajaran PKn melalui metode pembelajaran berbasis inkuiri. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX-7 SMP Negeri 8 yang berjumlah 33 siswa. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa metode pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi “menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan negara” dapat meningkatkan pemahaman siswa mata pelajaran PKn. Terbukti terdapat peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 71,5 %, siklus II sebesar 97%. Kata Kunci : Metode Inkuiri, Metode Pembelajaran, PKn
PENDAHULUAN Tugas guru yang utama adalah mengajar, yaitu menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Oleh karena itu seorang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) dituntut untuk menguasai semua bidang studi. Namun hasil perolehan nilai beberapa mata pelajaran dalam kenyataannya masih ada yang belum memenuhi standar, tidak terkecuali untuk mata pelajaran PKn. Berdasarkan Kurikulum 2004 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah "Mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia". Untuk siswa SMP nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat diaplikasikan dalam wujud
perilaku kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota keluarga, anggota masayarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan pengalaman peneliti hal ini disebabkan oleh, teknik mengajar yang masih relatif monoton. Sejauh ini pembelajaran PKn di kelas IX-7 mayoritas masih dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini tidak menutup kemungkinan menyebabkan interaksi belajar mengajar yang lebih melemahkan motivasi belajar siswa. Menurut Nana Sudjana (2004; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.` Motivasi belajar tidak akan terbangun apabila siswa masih merasa kesulitan dalam menerima pelajaran PKn, PKn dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Sunardi 129
(2006:13) menyarankan untuk mengupayakan agar pelajaran PKn menyenangkan anak, sampaikan materi yang sudah dikenal anak hingga anak percaya diri. Pembelajaran PKn haruslah lebih berkembang, tidak hanya terfokus pada kebiasaan dengan strategi atau urutan penyajian sebagai berikut: diajarkan definisi, diberikan contohcontoh dan diberikan latihan soal. Hal ini sangat memungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerima konsep yang tidak berasosiasi dengan pengalaman sebelumnya. Dalam latihan soal sebaiknya dihadapi bentuk soal cerita yang mungkin terkait dengan terapan PKn atau kehidupan sehari-hari (Guntur Sumilih 2002:103). Memperhatikan uraian di atas keadaan yang sama dialami juga oleh siswa SMPN 8, siswa masih merasa kesulitan, takut dan kurang berani bertanya terhadap hal-hal yang belum dipahami, sementara itu peneliti kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Keadaan ini jika dibiarkan maka nilai pelajaran PKn akan semakin menurun dan gagal dalam memperoleh nilai ketuntasan minimal yang telah ditentukan. Untuk mengatasi masalah tersebut seorang guru harus mampu memberikan motivasi terhadap siswa melalui pengelolaan kelas IX-7 yang menarik dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep. Dalam pembelajaran guru tidak menggunakan alat bantu pembelajaran. Hal inilah yang diduga menyebabkan lemahnya siswa dalam
memahami konsep-konsep dasar PKn, hal ini bisa dilihat dari hasil belajar yang rendah. Pengalaman peneliti sebagai guru PKn di SMPN 8 sebelum melaksanakan pembelajaran sudah berusaha maksimal, mulai dari persiapan RPP, media hingga strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas IX-7. Namun disisi lain peneliti sebagai guru memang masih cenderung menggunakan metode mengajar yang monoton yaitu metode ceramah, kondisi ini ternyata membuat siswa menjadi bosan, jemu dan tidak tertarik untuk belajar. Guru kurang mampu mengelola kelas IX-7 dengan baik, sehingga banyak diantara siswa yang acuh tak acuh terhadap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh guru bahkan sebagian diantaranya lebih sering mengerjakan tugas lain. Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Melalui metode inkuiri diharapkan siswa lebih memahami konsep-konsep pelajaran PKn sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa meningkat. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004 : 4) Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya (Hamzah : 2007 : 213). Berdasarkan 130
pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Model inkuiri didefinisikan oleh (Sund dan Trowbridge, 1973) dalam (Putrayasa, 2001) sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. Metode inkuiri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing yaitu suatu metode dalam belajarnya siswa menemukan sendiri sesuatu yang baru dengan mendapat bimbingan dari guru, yang berarti guru memberikan permasalahan kemudian membimbing siswa dalam bentuk diskusi kelompok untuk menemukan penyelesaian dari permasalahan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang peningkatan pemahaman siswa berbasis inkuiri. Penelitian ini berjudul “Metode Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman pelajaran PKN Siswa Kelas IX-7 SMP N 8 Tebing Tinggi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
siswa kelas IX-7 SMP Negeri 8 Tebing Tinggi pada mata pelajaran PKn melalui metode pembelajaran berbasis inkuiri. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: pertama, bagaimanakah proses pembelajaran melalui penerapan pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas IX-7 SMPN 8 pada PKn ? Kedua, bagaimanakah peningkatan pemahaman siswa kelas IX-7 SMPN 8 pada materi norma dalam kehidupan bermasyarakat ? Ketiga, bagaimanakah respon siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis inkuiri siswa kelas IX-7 SMPN 8 Tebing Tinggi?
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Kota Tebing Tinggi jalan Kom Yos Sudarso km 5 Tebing Tinggi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX-7 SMPN 8 siswa lakilaki 15 orang dan 18 siswa perempuan dengan jumlah seluruhnya 33 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/ 2013 pada bulan November Desember 2012. Pada Penelitian tindakan kelas data yang dikumpulkan dapat berbentuk kuantitatif maupun kualitatif . Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas IX-7 teknik analisis terhadap data yang telah dikumpulkan yaitu data aktivitas siswa dan data hasil tes belajar siswa. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas IX-7 menggunakan 131
beberapa instrumen, antara lain : lembar observasi guru digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran antara lain contoh lembar observasi, lembar tes berupa tes hasil belajar berbentuk soal pilihan ganda dan uraian. Soal tes dikerjakan secara invidu oleh siswa. Dari hasil tes pada siklus satu dan dua dapat ditarik kesimpulan ada tidaknya peningkatan hasil tes yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil ulangan siswa digunakan untuk mengetahui hasil ketuntasan klasikal maupun individual, Angket/ Kuisioner diberikan setelah proses pembelajaran berakhir pada akhir siklus. Tujuannya untuk mengetahui respon siswa tentang kekurangan, kelebihan atau kendala yang ada serta saran siswa terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari tahapan : Persiapan/ perencanaan (Planning), Tindakan (implementation), Observasi (Observation), Refleksi (Reflecting) yaitu sebagai berikut; 1. Perencanaan Sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Pelaksanaan a. Siklus I Tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan awal untuk membangkitkan motivasi belajar. Guru mengajak siswa untuk mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan dengan menunjukkan norma-norma yang ada di masyarakat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa seputar tentang pengetahuan yang berkaitan dengan norma-norma yang ada dimasyarakat. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas simulasi untuk memerankan beberapa kejadian dalam norma-norma yang ada dimasyarakat seperti: mempersilahkan setiap kelompok untuk maju dan bersamasama menyimpulkan hasil pembahasan materi. b. Siklus II Guru mengajak siswa mengenal dan menyanyikan lagu daerah. Guru menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam adat istiadat dan peraturan lalu mengajak siswa untuk mengenal dan mendaftar adat istiadat dan peraturan yang berlaku di masayarakat. Guru mengajak siswa melakukan studi kelompok dalam rangka memahami dan mengenal lebih jauh tentang adat istiadat dan peraturan yang berlaku di masayarakat. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan disetiap kelompok diberikan tugas kelompok. Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan 132
intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya. Di akhir pelajaran guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama. 3. Observasi/Pengamatan Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung, peneliti juga meminta bantuan teman guru untuk mengamati kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas guru dan lembar keaktifan siswa. d. Refleksi Tahap ini merupakan tahap menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan, kuesioner, dan tes. Dalam refleksi melibatkan siswa, teman sejawat yang mengamati dan kepala sekolah. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Tahapan ini dilakukan secara berkesimbungan sehingga ditemukan hasil yang optimal.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas IX-7 ini dilakukan dalam tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari satu tindakan yang diwujudkan dalam satu kali pertemuan pembelajaran yang lamanya 2 x 40 menit. Jadi pada penelitian tindakan kelas IX-7 ini diadakan proses pembelajaran sebanyak tiga pertemuan. 1. Hasil pengamatan terhadap kreativitas siswa Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 7 (tujuh) indikator yang meliputi keseriusan siswa, inisiatif siswa, partisipasi siwa dalam pembelajaran, kemampuan siswa menyebutkan fakta, kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan kata-kata sendiri, berdiskusi, kemampuan siswa memahami perintah guru.
133
2.
Hasil tes ulangan pemahaman benda dan sifatnya.
Tabel 4.1 Pengamatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran
No
Indikator
Hasil Observasi Siklus Siklus I II B C K B C K
1.
Keseriusan siswa 2. Inisiatif bertanya 3. Partisipasi siswa dalam pembelajaran 4 . Kemampuan siswa menyebutkan fakta 5. Kemampuan siswa menjelaskan konsep dengan katakata sendiri 6. Berdiskusi
- - - - - - - -
Tabel 4.2 Hasil Tes Ulangan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Pembelajaran
N o
1.
-
- - - -
2.
Indikator
Mampu mendeskripsik an hubungan antara norma dan adat istiadat Mampu membedakan macammacam norma
Mampu menjawa b I 29 80,5 %
24 67 %
- - - -
- - - -
Kemampuan - - - siswa memahami perintah guru Keterangan : B = baik
3.
Mampu menjelaskan kegunaan norma dan adat istiadat
24 67 %
4.
Mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian adanya norma
20 56 %
5
Mampu mendeskripsik an tujuan penggunaan norma dalam masyarakat
21 58 %
7.
C = cukup baik K = kurang baik
Rata-rata (%)
65
II 34 (9 4, 4 % ) 33 (9 1, 6 % ) 35 (9 7, 2 % ) 33 (9 1, 6 % ) 35 (9 7, 2 % ) 91 ,5
Mengal ami kesulita n I II 7 2 19 (5 ,5 ,6 % % ) 12 33 ,4 %
3 (8 ,4 % )
12 33 ,4 %
1 (2 ,8 % )
16 44 ,5 %
3 (8 ,4 % )
15 41 ,7 %
1 (2 ,8 % )
34 ,7 5
8, 5
134
3. Hasil penilaian berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa. Berdasarkan angket yang telah diberikan dan diisi oleh siswa maka diperoleh data respon siswa terhadap pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Respon Siswa Terhadap Pembelajaran N o 1
2
3
4
5
Pertanyaan Siswa senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilkakukan oleh guru Siswa merasakan kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya. Siswa memerlukan metode pendekatan inkuiri seperti yang telah dilakukan. Siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan. Siswa tertarik dengan metode pembelajaran yang dikembangkan guru
Jawaban Siswa Tid Ya ak 31 2 (93,9 (5,6 %) %)
30 (88,8 %)
3 (11, 2%)
30 (88,8 %)
3 (11, 2%)
28 (86,1 %)
5 (13, 9%)
31 (94,4 %)
2 (5,6 %)
Pembahasan Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan pada Siklus I dan Siklus II diolah dan di analisis dengan hasil sebagai berikut : Dari data penilaian tentang kreativitas jelaslah bahwa penerapan pembelajaran berbasis inkuiri pada pokok bahasan benda dan sifatnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan (positif) terhadap peningkatan kreativitas siswa. hal ini terlihat dari siklus ke-1 ke siklus ke-2 tampak pada tabel diatas pada siklus ke-1 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 1 baik, 1 cukup dan kurang 5, sedangkan pada siklus ke-2 dari 7 (tujuh) indikator keberhasilan terdapat 5 baik, 2 cukup hal ini membuktikan terdapat adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa. Melalui penggunaan metode inquiry ini siswa terlihat lebih bergairah dalam belaja. Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, meski peran siswa masih kurang karena hanya beberapa orang saja. Guru juga siswa dalam memahami norma-norma dan adat istiadat yang terlihat dengan adanya beberapa siswa bertanya terkait dengan simulasi yang dilakukan oleh siswa-siswa yang lain. Namun hal lain yang dianggap masih kurang khususnya pada siklus I adalah siswa masih ada yang belum bisa menjelaskan kepada teman-temannya dalam menyampaikan pengalamannya. Kualitas tanya jawab yang dihasilkan dari hasil diskusi belum maksimal. 135
Dari data ulangan I dan tes ulangan II tampak terdapat peningkatan yang signifikan, hal ini tampak pada hasil ulangan I rata-rata siswa yang mampu menjawab soal tes 65,25 % dan mengalami kesulitan 34,75 %, sedangkan pada hasil tes ulangan II yang mampu menjawab soal tes 91,5% dan yang mengalami kesulitan 8,5%. Maka telah terjadi kenaikan sekitar 26,25% pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa penerapan metode inkuiri dapat dikatak efektif dalam meningkatkan pemahaman pengetahuan siswa terhadap pembelajaran. Pada siklus II, Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa beberapa tokoh penting yang berperan dalam norma dan adat istiadat. Sesi selanjutnya setelah siswa telah menyelesaikan tugas yang diberikan guru maka guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memaparkan permasalahan dan siswa yang ditunjuk secara acak diminta untuk menanggapi permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Kemudian guru juga meminta siswa lain untuk memberikan tanggapan atau pendapat yang berbeda sehingga kemudian pada saat siswa telah dianggap kondusif tugas yang telah disiapkan oleh guru. Siswa diharapkan menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan mengerjakannya dengan berbagi tugas bersama rekannya dalam kelompok. Siswa melaporkan hasil kerjanya ke depan kelas dan memulai diskusi bersama-sama, dalam siklus II ini guru mengurangi peran dan
intruksinya kepada siswa, hanya mengamati dengan seksama bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya dan perubahan aktifitas siswa yang dialaminya. Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama Berdasarkan data hasil angket yang diberikan kepada siswa didapatkan sebagian besar 34 atau (94,4%) siswa menyatakan senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan hanya 2 (5,6%) siswa menyatakan tidak senang. Dalam aspek kegunaan pembelajaran yang baru dilakukan dalam kehidupannya sekitar 33 (88,8%) siswa mampu merasakan hal tersebut sedangkan 3 (11,2%) siswa belum dapat. Prosentase tersebut juga berlaku dalam aspek tentang perlu tidaknya metode pembelajran itu digunakan. Padahal sebagian besar siswa merasa tertantang dengan langkah-langkah pembelajaran yang baru dilakukan, hal ini ditunjukkan oleh 31 (86,1%) siswa dan 5 (13,9%) siswa merasa tidak ada tantangan. Bahkan siswa yang secara terbuka merasakan tertarik metode yang dikembangkan guru 34 (94,4%)siswa dan hanya 2 (5,6%) siswa menyatakan tidak tertarik. Maka dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa metode inkuiri yang dikembangkan oleh guru (peneliti) secara garis besar dapat diterima oleh siswa.
136
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis kemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Penerapankan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IX-7 SMPN 8. Terbukti terdapat kenaikan persentase tingkat pemahaman dari siklus I sebesar 65,25 % menjadi 91,5% pada siklus II, atau mengalami peningkatan sebesar 26,25% 2. Penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas IX-7 SMPN 8 3. Respon siswa terhadap penerapankan pembelajaran berbasis inkuiri dalam materi benda dan sifatnya untuk siswa kelas IX-7 SMPN 8 termasuk positif. B. Saran 1. Guru dalam pembelajaran ini hendaknya lebih banyak strategi pembelajaran daripada sekedar memberikan informasi.
3. Kepala sekolah diharapkan mendukung dan memotivasi guru dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas IX-7. DAFTAR RUJUKAN Depdikbud, 2002, Pendekatan Kontekstual, Balai Pustaka, Jakarta Dimyati Dkk,2002, Belajar Dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Haryanto, 2003, Sains Untuk SD Kelas IX-7 VI, Erlangga, Jakarta Mulyasa, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT Rosda Karya, Bandung Puskur, 2003, KD Sains SD, http://www.puskur.net/inc/sd/Pe ngetahuanAlam.pdf. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta.Jakarta. Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, www.depdiknas.go.id Wahyudi, 2001, Tingkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Pelajaran. Ed. Dinas P&K. Jakarta: Depdikna
2. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide-idenya, dan guru sebaiknya sebagai fasilitator. 137
138