University of South Australia
Winter Edition Volume 2 Issue 1
Inside this issue:
Serba-Serbi Kemerdekaan 2 Ka leid oskop UniSA
PPIA- 3 & 4
Edu Stuff
5& 6
Health Corner
7
Wise Up!
8
Poem
8
From The Editor
8
MERAH - PUTIH INDONESIAKU
Merdeka..!!! Sepatah kata yang kerap mewarnai email di milis PPIA UniSA beberapa hari yang lalu. Kata yang sama bahkan dipekikkan dengan lantang di acara Indo-gathering pada tanggal 24 Agustus lalu saat memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke 63. Para pelajar Indonesia sebelumnya telah menggelar berbagai perlombaan 17 Agustusan di kampus masing-masing. Kalau PPIA Flinders University menggelar lomba balap karung dan berbagai lomba lainnya, PPIA-University of Adelaide berkolaborasi dengan PPIA-UniSA menggelar lomba masak nasi goreng, makan kerupuk dan banyak lagi. Secara internal, PPIAUniSA bahkan menggelar acara nonton bareng Naga Bonar Jadi Dua. Dan sebagai puncaknya, Indonesia community dan PPIAcabang Adelaide menggelar Indo-gathering. Para pelajar, penduduk Indonesia yang kini bermukim di Adelaide dan beberapa penduduk Adelaide tumpah-ruah memenuhi Scott Theather University of Ade-
laide, tempat berlangsungnya nuh perasaan oleh teman-teman indo-gathering sejak pukul 9 dari Maluku. pagi. Semuanya larut dalam Atmosphere nasionalisme meantusiasme kemerdekaan. menuhi ruangan Scot Theater Banyak ujar mengatakan bahwa saat suara lantang Tessa memberada jauh dirantau akan me- bawakan puisi AKU karya lunturkan semangat nasional- Chairil Anwar. Tari-tarian yang isme. Namun, pendapat itu ditampilkan oleh para pelajar sepertinya tidak berlaku bagi Indonesia bahkan menggambarpelajar-pelajar dan komunitas kan Indonesia sebagai satu keIndonesia yang berada di Ade- satuan; dari Indonesia paling barat dengat tarian saman, Inlaide. donesia bagian tengah dengan Salah satu pelajar Indonesia tarian bali dan Indonesia bagian mengatakan bahwa merayakan timur dengan tarian Maluku. hari kemerdekaan saat jauh dari Suasana semakin semarak saat tanah air serasa kembali ke Ari mengajak pengunjung untuk masa kecil. “Waktu masih kecil, ber”poco-poco” dan ikut berjoget saya dengan bangga mesaat panitia menyajikan lagu nyaksikan upacara kemerdangdut. dekaan di istana negara dan menantikan detik-detik berki- Rasa rindu akan kampung halabarnya Sang Saka Merah Putih man kemudian sedikit terobati dengan penuh rasa haru meski dengan makanan khas Indonesia itu hanya melalui TV. Dan yang dijajakan selama acara perasaan yang sama muncul berlangsung. Akhirnya, acara kembali saat lagu Indonesia indo-gathering berlangsung denRaya dinyanyikan”, ujarnya. gan sukses. Satu hal yang sangat membanggakan karena banPerasaan haru bahkan makin yaknya teman-teman UniSA mendalam saat pelajar Indoneterlibat seperti Verena, Putri, sia, Olive, menyanyikan lagu Wike, Muh. Najib, Olive, Tanah Air diiringi alunan piano Maya, Bli Hari, Joko Julianto, dari Maya. Kerinduan akan Tessa, Ary, Anggi, Aty, Ari, tanah air Indonesia pun muncul Ayu, Uci, Theresia dll. saat lagu “Hidop Orang Basudara” dinyanyikan dengan pe-
Page 2
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
ROADSHOW MOVIE sesama pelajar Indonesia dan memperdalam kecintaan pada tanah air. Terlebih lagi film ini memperlihatkan satu sisi dari Indonesia dan cara melihat Indonesia dari dari hati.
Pada
tanggal 22 Agustus, PPIA-UniSA mengadakan kegiatan “Roadshow Movie” di kampus UniSA Mawson Lake. Kegiatan ini bertujuan untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya, roadshow movie ini akan diadakan di empat kampus UniSA untuk setiap minggunya. Namun, padatnya jadwal kuliah dan terlibatnya para pengurus di kepanitiaan indo-gathering membuat pengurus memtuskan untuk hanya mengadakan satu kali pemutaran film di Mawson Lake.
Walau tak semeriah acara nonton bareng Denias yang dihadiri beberapa International students, roadshow movie ini tetap berjalan dengan sukses dan dihadiri lebih dari 20 pelajar. Kali ini, sesuai dengan tema kemerdekaan, panitia yang diketuai Olive memberikan kesempatan kepada temanteman pelajar Indonesia di
Bagi teman-teman Indonesia di UniSA untuk menonton bareng UniSA, roadshow movie ini film Naga Bonar Jadi Dua. menjadi salah satu cara untuk sedikit rileks dan melupakan Diharapkan acara ini dapat sejenak tugas-tugas kuliah mempertebal rasa persaudaraan yang menumpuk.
LOMBA 17 AGUSTUSAN KOLABORASI PPIA UNISA-PPIA UNI. OF ADELAIDE Berada
jauh dari negeri tercinta Indonesia, tidak mengurangi antusias pelajarpelajar Indonesia untuk memperingati hari kemerdekaan. Pada tanggal 16 Agustus lalu, diadakan berbagai lomba 17 agustusan. Kegiatan ini yang merupakan kolaborasi kegiatan antara PPIA UniSA & PPIA University of Adelaide yang berlangsung di Payneham Glynde. Dalam acara ini menariknya panitia pendukung acara bukan keseluruhannya pengurus melainkan para ang-
gota-anggota PPIA UniSA, ini menunjukan bahwa semua yang pelajar Indonesia yang tergabung di dalam PPIA UniSA bisa saling memiliki dan membantu kegiatan-kegiatan PPIA UniSA.
ini adalah untuk me-ningkatkan persahabatan pelajar Indonesia di 2 universitas yang bersebelahan yaitu UniSA dan University of Adelaide. Lomba ini juga merupakan ajang berkumpulnya pelajar Indonesia yang kangen dengan suasanasuasana lomba di kampung halaLomba-lomba yang diadakan mannya di Indonesia. Salah satu antara lain lomba makan kerupuk, lomba nasi goreng untuk bapak-bapak, lomba memasukkan jarum dan lomba tennis meja. Secara keseluruhan, kegiatan ini dihadiri kurang lebih 50 orang pelajar beserta keluarganya yang ikut menyemarakkan lomba ini. Salah satu tujuan dari kegiatan
pelajar UniSA “Wike” berhasil memenangkan 2 buah pertandingan yaitu pada lomba memasukan
Page 3
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
BUKU ANAK BANGSA Pada bulan Mei-Juni 2008, koordinator pendidikan PPIAUniSA, Bapak Muh. Najib mengkoordinasikan pengumpulan buku anak bangsa di UniSA, sebuah program pendidikan yang di usulkan oleh PPIA pusat. Sebagai PPIA ranting, PPIA UniSA berusaha semampu mungkin untuk mendukung program ini.
pendidikan dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional 2 Mei dan hari kebangkitan nasional 20 mei. Buku-buku ini akan di kumpulkan di state lain pada bulan Desember 2008 dan selanjutnya akan dikirim ke Indonesia. Buku-buku ini akan disebarkan ke anak-anak bangsa di daerah yang membutuhkan Program ini juga sekaligus dengan harapan dapat meninguntuk mensukseskan bulan katkan minat baca dan melatih
hasil menggalang donasi buku dari kumpulan masyarakat Bali di Adelaide.
bahasa Inggris karena tentunya buku yang akan dikirim adalah buku-buku berbahasa Inggris. Buku-buku yang terkumpul merupakan donasi dari berbagai pihak, bukan hanya dari pelajar Indonesia di UniSA tetapi ber-
Pada akhirnya, PPIA UniSA sendiri berhasil mengumpulkan buku sejumlah kurang lebih 200 buku dan mendapatkan bantuan dana sejumlah AUD 150 dari seorang anggotanya Siska Latanga untuk membantu biaya pengepakan dan pengiriman buku-buku tersebut ke state lain .
BBQ & Pizza Day PPIA UniSA yaitu Fatahillah, Yoga Jatmiko dan Kurniati Sillia. Acara yang berAcara gathering yang ber- langsung Minggu, 20 July 2008 jalan sukses ini di koordinatori (1.00 pm) di Aula Royal Adeoleh tiga orang pengurus
laide Hospital bertujuan untuk menyambut & memperkenalkan Mahasiswa Baru. Diharapkan kegiatan ini mampu mempererat hubungan sesama mahasiswa Indonesia di UniSA. Acara ini dihadiri sekitar 36 Orang pelajar dan keluarganya.
karenakan kondisi cuasa yang tidak bersahabat, akhirnya pada hari H acara di adakan di Aula RAH. 4 dari 6 mahasiswa baru hadir. Keseluruhan acara berjalan lancar baik sesi makan-makan maupun fotofoto. Beberapa dari temanteman yang datang turut memWalaupun sempat mengalami bawa serta makanan khas Indobeberapa kali perpindahan lonesia seperti pudding labu kasi dari yang mulanya di Gleonde-onde & batagor. nelg Beach & Elder Park di-
LAYANAN KE KONSULERAN Pada
tanggal 26 Juli 2008 UniSA membantu PPIA Cabang SA untuk menjadi tuan rumah kegiatan kekonsuleran KBRI. Kegiatan ini berlangsung di City West Campus North Terrace. Dalam kegiatan ini KBRI membuka pelayanan kekonsuleran, bukan hanya untuk pelajar Indonesia di South Australia tetapi juga terbuka untuk warga Negara Indonesia yang membutuhkan layanan kekonsuleran, misal-
nya: perpanjangan visa, pembuatan paspor, dan lain-lain. Pada hari yang sama juga diadakan diskusi dan tanya jawab mengenai pendidikan, hubungan Australia dan Indonesia dan juga mengenai keimigrasian. Beberapa pengurus PPIA UniSA (Uchi, Ayu, Yoga, Aty) ikut terlibat di dalam kepanitiaan dan bertugas bersama beberapa teman-teman dari Flin-
Page 4
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
NONTON BARENG ‘DENIAS’ juga terlihat ada pelajar dari Universitas Flinders yang ikut hadir menonton film tersebut. Acara ini tidak dipungut bayaran, semua yang datang bisa menonton film “Denias” yang mengangkat kehidupan di Pada hari “anzac day” yang tanah Papua ini dengan gratis diperingati oleh penduduk dan nyaman. Australia dan menjadi salah Salah satu pelajar dari Vietsatu libur nasional di Austra- nam, Thu, menyatakan kekagulia, PPIA UniSA menggelar mannya atas acara ini setelah acara nonton bareng acara nonton film ini berakhir. “Denias”. Pelajar ini berharap PPIA Acara perdana kepengurusan PPIA UniSA 2008-2009 ini bisa dikatakan sukses dengan dihadiri total 30 orang terdiri dari teman-teman pengurus, teman-teman pelajar Indonesia di UniSA, keluarga/spouse dari pelajar, pelajar international lainnya seperti pelajar dari Vietnam, Lesotho, Australia, kalangan umum dan
UniSA bisa mengadakan acara nonton film seperti ini lagi di kemudian hari. Film ini sendiri mudah dipahami oleh pelajar asing dikarenakan memiliki sub title bahasa inggris. Hal senada juga diucapkan oleh Barry, pelajar dari Lesotho.
hasil karya dari sesama pelajar Indonesia di UniSA yaitu Kak Iin dan Kak Wiwik.
Julianto ke saudari Ni Ketut Ayu Ambarini, yang akan memangku jabatan ketua PPIA UniSA masa kepengurusan 2008-2009.
Tak lupa dalam acara ini juga PPIA UniSA mengadakan fund raising dengan menjual aneka snack, sandwich dan es teller. Jumlah dana “Net” yang diperoleh sebesar AUD 64.50. Dana fund raising yang terkumpul tersebut akan digunakan Dalam acara ini juga, diselingi untuk menambah kas PPIA dengan serah terima jabatan UniSA. Makanan & minuman ketua PPIA dari saudara Joko yang dijual tersebut merupakan
Acara yang berlangsung hampir 2 jam itu diakhiri dengan senyum lega, haru dan perasaan senang karena semua yang datang mendapatkan pelajaran yang berharga dari film tersebut, yang menceritakan mengenai perjuangan seorang anak Papua untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, juga dengan ditampilkannya keindahan alam Papua. Perasaan yang sama juga meliputi semua pengurus dikarenakan hari ini merupakan langkah awal bagi kami semua untuk memulai pengabdian ke PPIA UniSA. Kami semua terus memohon dukungan dari kawan-kawan pelajar Indonesia di UniSA.
LATIHAN POCOPOCO-POCO Seiring
dengan bergulirnya ide untuk membentuk tim poco-poco di PPIA Unisa., maka koordinator seni dan budaya, Olive mengajak teman-teman untuk berpartisipasi dalam latihan pocopoco bersama yang digelar pada hari Jumat, 25 April, jam 1.30 pm di depan Unibook, City East. Acara latihan perdana ini bisa dikatakan sukses dengan diikuti lebih kurang 10 orang teman-teman pelajar Indonesia di UniSA. Kebetulan juga acara acara nonton bareng Denias sama. Pada acara latihan latihan ini dilakukan setelah di gedung kampus yang perdana ini, teman-teman di
arahkan oleh saudara Sapari (Ari). Terima kasih untuk Ari yang mau meluangkan waktu melatih teman-teman untuk belajar tarian poco-poco ini. Saat ini PPIA UniSA memiliki dua tim seni, setelah sebelumnya terbentuk tim tarian Bali. Dengan terbentuknya tim poco-poco ini, diharapkan PPIA UniSA mampu turut aktif dalam kegiatan-kegiatan seni yang digelar di Adelaide dan di UniSA khususnya.
Page 5
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
AUSAID CONCEPTCONCEPT-MAPPING WORKSHOP 6 & 7 Agustus 2008 lalu berlangsung ‘AusAID scholarship focus group’. Acara ini adalah kelanjutan dari AUSAID online survey mengenai masalah dan pengalaman sebelum/ setelah keberangkatan bagi penerima beasiswa ADS, ALA dan PAHRDF yang telah diadakan beberapa waktu yang lalu. Focus group dilaksanakan di The Chifley Hotel, Adelaide dengan peserta sejumlah 15 orang yang terdiri dari pelajar penerima beasiswa ADS dari universitas-universitas di Perth dan Adelaide. Dari Indonesia terdapat dua orang pelajar yang mewakili yang kebetulan berasal dari universitas yang sama yaitu Universitas of South Australia yaitu Siska Salubongga dan Ayu Ambarini. Sedangkan peserta lainnya merupakan perwakilan dari negara-negara seperti; Pakistan, Nepal, Filipina, Kambodia, Vietnam, Laos, Papua New Guinea, Mozambik, Uruguay, Sri Lanka Indonesia dan Bangladesh. Perwakilan dari AusAID sendiri adalah program manager Australian Scholarship group “Simon Kaldy” dan Sophie Jin.
scholarship worked for me?” • bagaimana beradaptasi denpeserta diminta menuliskan gan kehidupan selama di Ausjawaban pada selembar kertas. tralia, misalnya, keterkaitan Selanjutnya diskusi dibuka akademis, social dan masalah dengan masing-masing peserta pribadi (keuangan, kesepian, mengemukakan jawaban singbahasa, keluarga, child care, kat dari apa yang ditulisnya. dll), Dari pengelompokan jawaban pertama dari semua peserta • memberikan sumbangan saran bagi peserta / penerima terkumpul 62 point mengenai beasiswa untuk masa kesan-kesan tersebut. mendatang, Selanjutnya peserta di perkecil dan bagi dalam 2 kelompok. • apakah kami memerlukan bantuan masa mendatang Masing-masing kelompok dalam hal pengembangan bekerja secara terpisah. Dalam karir dari AusAID setelah kelompok kecil yang bisa di kembali ke Indonesia, sebut sebagai “focus group discussion” ini peserta di • masalah yang dihadapi dalam berikan pertanyaan lebih detail hal isu akademis dan akomomengenai pengalaman dan dasi, pendapatnya terkait beasiswa ADS. Pertanyaan tersebut • pengalaman pre / post antara lain: departure, dan masih banyak pertanyaan dan pendapat dari • mengenai asal negara, peserta yang pastinya semua • dari mana kita mengetahui berkaitan dengan masalah beasiswa AusAID. informasi beasiswa tersebut,
Dalam kesempatan pertama fasilitator yang merupakan • pembelajaran penting yang diperoleh dari beasiswa ini, ahli penelitian sosial dari Universitas of Melbourne Prof. • bagaimana proses pemilihan Neil Day dan Prof. Rosalind universitas, Hurworth membuka diskusi dengan memberikan perta- • apakah EAP dan pembekalan pre departure berguna / tidak, nyaan “How has my AusAID
penting bagi penerima beasiswa. Dalam kesempatan tersebut juga di analisa tingkat kepentingan dari pengelompokan secara spesifik. Hasil akhir didapatkan beberapa hal penting yang diharapkan dapat diperhatikan oleh AusAID dan juga menjadi concern dari penerima beasiswa antara lainnya;
• mengenai
pengembangan
akademik,
• karir
setelah beasiswa berakhir,
program
• dukungan setelah graduation, dukungan karir,
pengembangan
• hubungan antara Australia dengan negara beasiswa,
penerima
• hubungan antara penerima beasiswa dengan pelajar lokal Australia, pihak universitas, lingkungan sosial dan
• memulai hidup di Australia, dan masih banyak hal penting yang tidak sempat kami sebutkan secara keseluruhan. Acara diakhiri dengan pelatihan program statistic “concept mapping” bagi peserta yang berminat mempelajarinya. Hasil focus group ini diharapkan dapat memberikan masukan demi memperbaiki kualitas pelayanan dan bantuan dari AusAID bagi penerima beasiswa di masa mendatang.
Pengklusteran pendapat peserta di hari kedua dianalisa dengan program statistic “concept mapping”. Menariknya dari 62 point pendapat peserta diperkecil menjadi cluster- (ayu & siska) cluster spesifik yang dianggap
Page 6
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
Does Your GPA Matter to Employers? taken seriously and the candidate will be dismissed."
How important is your GPA to employers? Were all of those group study sessions and late nights spent cramming worth it? The majority of employers (62 percent) don't have a minimum GPA requirement for hiring college graduates, according to CareerBuilder. com's "College Job Forecast 2008." Six percent of employers will accept below a 2.5 GPA, while an additional 31 percent require a 3.0 and above. Only 11 percent require a 3.5 and above. "For employers, GPA is just one factor in their decision to interview or hire an applicant," says Amy Diepenbrock, director of career services at Barry University in Miami Shores, Fla. "More and more, it's less of a factor."
Ideal industries for low and high GPAs
Generally, employers focus on more important factors when making their hiring decisions. Internships, extracurricular activities and a general, wellrounded repertoire are more likely to affect a hiring manager's decision. In fact, most employers would probably prefer to hire a candidate with a lower GPA who was involved in a lot of outside activities and/or worked throughout college, Diepenbrock says.
"A student with a 4.0 but who has no experience may appear to be imbalanced to an employer," she says. "The lower GPA with more activities and skills is preferred because employers know that in today's workplace, individuals are pulled in many directions and need to be able to "Students learn how to be handle the pressure." better students as they navi- Queen-Hubert adds that stugate their way through four dents with a 4.0 who only spent years of course work and em- time studying might lack realployers understand that," says world skills that would be otherJody Queen-Hubert, executive wise obtained through campus director of cooperative educa- activities or working. tion and career services at Pace University in New York What if I have a low GPA? City. "They need to be pre- A common debate among job pared to convincingly tell the seekers is when and if to include story of their academic devel- GPA on one's résumé. Both opment during the interview, Queen-Hubert and Diepenespecially if their grades im- brock agree that in general, if proved over time." your GPA is higher than 3.0, While it may not be the primary issue when deciding whether to hire an applicant, many employers will ask about grades and education during an interview. When they do, new grads need to be prepared to tell their story.
list it. Employers tend to assume it's under a 3.0 if it's not While grades and GPA play a listed on the résumé. small role in the job-search process, the good news is that So what happens if you do fall chances are, your GPA is not below the 3.0 mark? Are you going to make or break you doomed to a career in the unemwhen it comes to getting a job. ployment line? Of course not, What matters the most?
Queen-Hubert says. You have plenty of options if you have a less than stellar academic record. One of the most common practices is to list a "major GPA." In other words, list your cumulative GPA for the classes you've taken relevant to your major -- as in, don't calculate the "F" you received in chemistry if you're majoring in journalisme.
Your GPA will most likely come into play if you're applying to the "elite, highestpaying, most selective" positions, Queen-Hubert says. Such industries might include business service, investment banking, consulting, technology, engineering, accounting or healthcare. It's important to know, however, even those employers prefer students with internship or campus activities.
"The key is well-roundedness and a savvy job hunter who can really sell [his or her] strengths. Employers look at the overall package and want to see a variIf you're one of the many stu- ety of skills," she says. dents who got off to a rough Most other industries focus start freshman year -- either by less on grades and more on the too much partying, too many personality skills required to be classes or too much sleeping in successful in that industry. For - your GPA can be extremely instance, sales people require a hard to raise. For these stuknack for communication and dents, Diepenbrock suggests persuasion. Teachers need to be listing their current semester or engaging and organized, and so most recent academic year on. GPA so that an employer can see that they have learned from If you meet all of the requiretheir mistakes and currently are ments for a position, except for doing well. Nevertheless, be a shining GPA, address the prepared to explain why the issue right away with the ememployer is not seeing your ployer and show that you are confident in your abilities, cumulative GPA. Queen-Hubert says. Most No matter how low your GPA importantly, be fully prepared is, never lie about it or even to communicate the story beround up, Diepenbrock says. A hind your academic record, 2.98 GPA is not a 3.0. whether it's good or bad. "If an employer has a GPA "Employers want to hire intellirestriction for applications, they gent, thoughtful, well-spoken have a reason for doing this and individuals and self-reflection they will likely require the canis a sign of maturity," she says. didate to provide an academic "Lots can happen in four years transcript before completing the of growth and development. hire process," she says. "Once Don't be ashamed to articulate an employer sees that a candiweakness and draw attention date has embellished just one to your strengths." piece of her application, the remaining factors, which may be By. Rachel Zupek. A writer for 100 percent true, will not be CareerBuilder. com.
Page 7
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
CAN WE SAVE OUR CHILDREN? Obesity Prevalence Obesity…well…generally speaking this is not a new term, isn’t it? Indeed, obese people can be easily founded in today’s society. But, the worst thing is that it was exaggerated by the significant increase of childhood obesity prevalence. Numbers of obese children have doubled since the last decade by 1 of ten children worldwide. In Australia, 1% of all children becoming overweight every year. In this country, from 1985 to 1995, the number of childhood obesity has increased from 12% to over 20% respectively (Magarey, Daniels, Boulton 2001). What about in Indonesia..? Well, the number of obese children may not be as high as in the Australian cases. The prevalence of childhood obesity depicts an upward trend though. a cross sectional study in Indonesia by Julia, Weissenbruch, van de Waal, and Surjono (2004) depicts the number of obese children was five times higher in urban children than in rural children. Surely, this health burden have to be addressed otherwise our future generation suffering from some chronic illness which resulted in an unproductive generation. Therefore, It is interesting to know how likely we are, as a parents and relatives, to prevent this society problem. What is Obesity? Let’s discuss what exactly obesity is, whether it can be distinguished from overweight and how could we measure obesity accurately. ‘Body mass index’ (BMI) is one method to measure the level of obesity which is defined as {weight (kg)/height (m)2}. The World Health Organization (WHO)
suggests that ones whom a BMI of 25 to less than 30 kg m2 are classified overweight. Meanwhile, others with a BMI 30 kg m2 or above are categorised obese. Yet, it should be noted that the BMI measurement for children should be set apart from that of for adult. The WHO recommends the utilization of the ‘cut-off criteria’ for particular population to measure the childhood obesity. What are the dire consequences of obesity? Some chronic illness is highly related to obesity. This includes diabetes, hypertension, and coronary heart disease. Research by Pariskova et al (2002) highlight that from those of overweight children, 25% are obese children with high possibility having diabetes, heart failure, certain cancers and other co-morbidities factors. In agreement with Pariskova, Dean and Flett (2002) contend that obese children with diabetes are potentially to develop renal failure during their adulthood followed by dialysis treatment. The latter is what we called a permanent impair. So, it is quite scary, isn’t it? How could we avert childhood obesity?
childhood obesity? Lobsten et al in describing ‘obesity in children and young people’ emphasise that preventive actions seem to be the prior choice and are crucial for most affected countries. This is because current approach to treatment is solely aimed at taking the obesity under control, rather than curing. The authors also suggest that obesity management will be effective if and only if a multidisciplinary and a comprehensive action are performed. Pharmaceutical approaches may help but cannot replace the comprehensive management of obesity. Parents as part of this comprehensive management have a pivotal role in preventing childhood obesity. This involves three main actions that can be performed in household level such as:
Parizkova et al (2002) claimed that this combination produced better outcomes than the dietary intervention only. Similarly, merely depend on exercise programmes without dietary interventions are doubtfully to be effective since the increased energy loss is likely to be in line with the increased energy intake. It should be highlighted that stringent dietary interventions require a monitoring approach from the parents to inspect closely the minimal requirement of nutrient in the diet menu. Most importantly, the parents have to examine psychological effects of their children whether appetite reduction or eating disorders appeared. This particularly with children who have been exposed with psychological problems previously.
Reducing the time utilised in ‘sedentary’ (inactive) activities e.g. watching television or playing computer and video games. Some parents may not be realised that allowing their children watching television and playing video game extensively promote inactive metabolism process which in turn precipitate childhood obesity. Indeed, Yanovski and Yanovski (2003) founded significant weight loss of the obese children when those activities were reduced as their sedentary interventions was replaced by other physical activities.
‘Parental role-modeling’, by which the parents will be examples in promoting consumption of healthier foods. ‘A wholefamily approach’ also appears as a successful approach primarily for younger children. The prob- By. Hari Sujadi (Bli Hari) lem then is that this approach Master of Nursing UniSA has been challenged by frequent contradictory of commercially junk food advertisement. Hence, this parenting rolemodel should be followed by the similar approach in school and community based level.
Having known some basic knowledge of childhood obesity, let’s take a look at how could we deal with it. Are there any effec‘Dietary interventions’ in line tive treatments for childhood with exercise programmes. obesity? How could we prevent
Volume 2 Issue 1
PPIA UNISA
Page 8
NOTHING SPECIAL WITH ME…! ilmu yang didapatnya dan mendapatkan pengalaman kerja memdong! Ngebacanya jadi gibuatnya memilih untuk bekerja di mana…..gitu! Dan please, profilbeberapa perusahaan swasta di nya yang biasa saja coz’ nothing Jakarta. special with me... Setelah bekerja selama dua tahun, Protes Ade Syahputra dalam balaniat untuk study muncul kembali. san emailnya. Cowok kelahiran Terlebih lagi setelah berbagi penMedan ini merupakan salah satu galaman dengan teman masa pengurus PPIA-UniSA. kecilnya yang kini PR di AdeSayangnya, kepulangannya ke laide, memantapkan kepuIndonesia beberapa bulan lalu tusannya untuk memilih Adelaide menyulitkan E-news untuk dan UniSA. menghadirkan profilnya di edisi Pada awalnya, koordinator milis perdana E-news. PPIA-UniSA ini memilih proAde, demikian teman-teman sergram telecommunication. Lalu ia ing memanggilnya, mengungkapmemutuskan untuk mengganti kan kalau niat untuk melanjutkan program study menjadi IT sesuai study telah ada sejak menyelesaikan bachelor degree-nya. Namun, dengan jurusan S1-nya. Menurutdorongan untuk mengaplikasikan nya, setiap program study tidak
Duh...tak usah panggil Mas Ade
mudah dan punya tantangan tersendiri. Selalu optimis, berusaha keras dan berdoa merupakan salah satu pegangannya untuk tetap maju. Penyuka soccer dan hobbi baca ini, selalu berusaha untuk aktif di organisasi MIIAS dan meluangkan waktu untuk mengajar di Taman Pendidikan Al-Qurán Flinders. “Bersyukur...itu kunci ujar Ade lebih lanjut.
utama”,
Makanya, ia selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara kuliah, organisasi, kerja dan yang paling penting tak melupakan kewajiban yang utama kepada Sang Pencipta.
AWALNYA SUSAH ………...! Hmmmm buat saya, awalnya susah, dan khawatir bakal tidak dapat teman, tapi setelah beberapa minggu di studio, saya mulai bisa bergaul dengan beberapa teman dari Australia walaupun tidak begitu akrab, tapi saya sudah bisa enjoy dengan lingkungan di stu- Karena saat itu ia masih berudio…………….… mur 15 tahun, ia selalu dikawal Begitulah ungkapan gadis hitam manis ini ketika ditanya pengalaman pribadinya memulai pertemanan dengan pelajar lokal Australia…
Tessa Larasati Modouw, ia berasal dari Jayapura, Papua, Indonesia namun besar di Jogjakarta. Setelah menamatkanbangku SMP di Yogyakarta pada tahun 2003, ia memutuskan untuk mengambil High School di St. Johns College, Darwin. Tessa mengungkapkan ketika pertama kali menginjakkan kaki di Australia, ia kerap berkata dalam hati "kok, Darwin mirip dengan Papua yach", tidak beda jauh lah.
oleh Ayahnya. Ada kejadian lucu yang tak mungkin ia lupakan. Tessa selalu bilang ke Ayahnya untuk tidak meninggalkan dirinya seorang diri, karena ia takut di ajak bicara dengan orang Aussie. Tapi apa yang terjadi, ayahnya malah meninggalkan Tessa seorang diri dan ia begitu paniknya saat sepasang suami istri yang juga baru di Darwin menanyakan arah jalan dengan logat aussie, dan Tessa hanya bisa menjawab singkat "i am sorry, i dont know,
situlah perjalanan Tessa di Australia dimulai, ia tidak pernah takut untuk melakukan kesalahan, apalagi saat berbicara dalam bahasa inggris. Sekarang ia selalu berprinsip; .
Tessa
yakin
bahwa
PPIA
kalau tidak melakukan kesalaUniSA mampu mengakomodir han, mana bisa kita tahu mana persahabatan sesama temanyang benar !! Setelah 2.5 tahun tinggal di Darwin, Tessa melanjutkan studynya di UniSA Adelaide di jurusan Visual komunikasi (graphic Design). Ia selalu berusaha membaur dengan pelajar lokal Australia khususnya pada saat team work. Menurutnya, dibutuhkan waktu untuk bisa berkenalan dengan teman-teman aussie. Pesan Tessa, pada saat bergaul dengan mereka tetaplah memegang personality dan tidak malu untuk membuka identitas. Disela-sela kesibukannya Tessa mendesign/mengambar/ melukis, menyanyi dan bermain gitar. Tessa sangat senang saat mengetahui keberadaan PPIA UniSA. Sejak itu iapun berga-
i also just arrived in Darwin." senang Tapi jawaban itupun telah membuat hatinya sangat senang walau bahasa inggrisnya masih patah-patah. Tapi dari
bung di milis PPIA UniSA. Ia yakin dengan adanya PPIA, ia dan juga teman-teman Indonesia lainnya di UniSA dapat berbagi ide, cerita, pengalaman, dan kreatifitas melalui PPIA UniSA
teman Indonesia di Adelaide. Secara pribadi ia merasa senang dengan adanya PPIA UniSA, sehingga ia merasa tidak sendirian di Australia. Ia optimis dengan adanya kegiatan-kegiatan positif yang dikoordinir PPIA UniSA mempererat persahabatan diantara teman-teman Indonesia di UniSA. Pesan terakhir Tessa buat PPIA UniSA “ All the best yach! “
University of South Australia
Persatuan Pelajar Indonesia Australia UniSA E-News PPIA-UniSA welcomes suggestions, comments and especially articles. Please email to Uchi:
[email protected]
From The Editor Mana E-newsnya?? Memangnya winter masih lama?? Beruntung sekali pertanyaan itu belum terucap. Berlindung dibalik alasan jadwal kuliah yang padat atau assignments yang “kejar tayang”
terdengar
“basi”
tapi
begitulah
ke-
nyataannya. MERDEKA
Untuk edisi ini, jumlah halaman bertambah
Tiada kah tangis bila merdeka? Tak perlu kah Indonesia mengaduh? Atau tertatih...terseok-seok dalam gamang..
untuk merespon saran-saran yang muncul sejak edisi perdana. Yang paling menggembirakan adalah
Puja..puji..lantang merdeka diriuhkan Menina bobokkan Indonesiaku dalam mimpi semu Bisu..terpaku..tak berdaya...
beberapa
teman
juga
ikut
terlibat
menyumbangkan artikel. Semoga untuk edisi selanjutnya, akan bermunculan beragam artikel dari teman-teman yang lain.
Mengapa kau diam saja Indonesia? Begitu sungkan kah engkau menegur anak-anakmu? Anak yang menggerogoti rahimmu dengan serakah..
Akhirnya, editor E-news mengucapkan terima kasih dan selamat membaca!
Jangan bungkam dalam kemerdekaan Indonesia Bangkitlah …bangkitlah... Walau peluru menembus dadamu. Bangkitlah!
“Uchi”
LIFE WITHOUT CONFLICT...CAN WE? Whether you like it or not, you it, it is better to face and to re- dressing, beliefs and values. So are surrounding by conflicts. The conflict may occur anytime, anywhere, and with any people you come across in life. Little actions even a single word may cause a conflict. So, how to get along better with conflicts? Sociologists defined conflict as an antagonism and incompatibility of cognitions, interest, emotion, or principles within individuals or between individuals. Iraq war is a conflict; disagreement in romantic relationship is also conflict; even contradiction between individual’s expectation with reality is a conflict. Conflict is everywhere – you may experience it in uni, workplace or even in PPIA-UniSA. Conflict is inevitable, so instead of avoiding
solve it in effective ways.
something that is obvious and right to some of us could be But how..? These five tips may otherwise for other ones. help.. Explore personal and other’s Identify the type of the conflict, interests to identify common (interpersonal conflicts, interideas and compatibilities group conflicts, interest conwhen you analyze not only your flicts, relationship conflicts) , but also other’s attitudes, it because each type of conflict increases the empathy between needs a certain strategy. you and the probability to find Respect yourself and your inte- out a solution to the problem. rests, but also the other and his COMMUNICATE and interests - everyone must have a LISTEN to the other - try to positive self-image and the put yourself in his shoes, effiproper respect so the insights on cient communication is an imthe conflict to be realistic. The portant element for finding a approach based on respect alconstructive solution. Active ways eliminates inappropriate listening has to be the primary tactics. and only behavior in a conflict Accept and understand cultural because it helps to find out differences - people around you other’s opinion. are from various cultures which imply different ways of thinking,