MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK A TK PUTRA BANGSA BERDIKARI KECAMATAN PALOLO Arlin Tatenge1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat melalui metode demonstrasi di kelompok A Taman Kanak-Kanak Putera Bangsa Berdikari Kecamatan Palolo. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu indikator kesehatan manusia sehingga perlu ditingkatkan untuk perilaku pada tahapan dalam kehidupan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan kelas dengan alur atau tahapan yang dimulai dari refleksi, perencanaan, pelaksanaan, dan observasi. Subyeknya adalah anak kelompok A yang berjumlah 20 anak terdiri dari laki-laki 9 anak dan perempuan 11 anak. Metode pengumpulan datanya menggunakan cara observasi pemberian tugas dan tanya jawab selanjutnya dianalisa secara deskriptif kualitatif dengan teknik persentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum tindakan diberikan perilaku hidup bersih dan sehat penerapannya masih kurang maksimal. Setelah dilakukan tindakan dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat anak kelompok A terbukti ada peningkatan PHBS siklus pertama ke siklus kedua rata-rata kategori sangat baik dan baik 45% meningkat menjadi 83,25% maka terjadi peningkatan 38,25%. Kata Kunci: PHBS dan Metode Demonstrasi PENDAHULUAN Setiap satuan jenjang pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya dan perannya masing-masing, salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak. Program Taman Kanak-Kanak yang berkualitas dapat membantu mengembangkan semua potensi yang dimiliki anak. Oleh karena itu pendidikan di TK harus berkualitas agar dapat membantu tumbuh kembang anak secara maksimal. Ada dua hal yang harus dikembangkan di TK yaitu perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan konsep dasar yang meliputi NAM, Kognitif, bahasa, fisik motorik sosial emosional. Untuk mengembangkan semua itu diperlukan guru yang
1
Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
1
profesional dalam merancang melaksanakan dan mengevaluasi agar dapat menghasilkan tujuan pembelajaran secara maksimal. Salah satu penerapan kemampuan dasar nilai agama dan moral adalah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang dilakukan anak setiap hari guru menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pembiasaan rutin disamping nasehat dan cerita yang disampaikan oleh guru. Anak sehat menjadi harapan semua orang tua masyarakat bangsa dan negara. Hal itu dapat dihayati logo PAUD adalah anak Indonesia yang sehat cerdas dan ceria. Banyak program pemerintah yang mengharapkan anak Indonesia yang sehat seperti makan tambahan air susu ibu, makanan tambahan anak sekolah, dokter kecil sekolah sehat, peningkatan gizi balita lingkungan sehat, imunisasi, pemberian vitamin A termasuk PHBS. Untuk mewujudkan Indonesia sehat hingga tahun 2025 pemerintah masih tetap memprioritaskan program-programnya secara berkesinambungan. PHBS yang diterapkan sejak usia dini akan berdampak hingga dewasa kelak dalam kehidupan di masyarakat. Meskipun program aku anak Indonesia sehat telah dilaksanakan dengan wujud nyata, namun itu belum dapat memberikan hasil maksimal jika tidak dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Termasuk melalui pembiasaan di TK. Hal itu sesuai dengan pengalaman saya sebagai guru TK. Poster pendukung program menuju aku anak sehat banyak kita temui di puskesmas, posyandu, UKS, Sekolah Dasar, dan tempat strategis berkumpulnya anak-anak atau ibu-ibu. Namun kenyataan belum berhasil secara maksimal dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah. Anak-anak TK Putera Bangsa khususnya kelompok A masih banyak yang belum mampu menerapkan PHBS seperti belum mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membuang sampah pada tempatnya buang air kecil tidak di WC, meludah disembarang tempat tidak menggunakan sabun dll. Semua itu menjadi masalah bagi saya yang mengajar di kelompok A tersebut untuk meningkatkan kesadaran perilaku hidup sehat. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan di rumah, lingkungan masyarakat, sekolah, guru yang kurang memberikan contoh teladan atau memperagakan dan anak itu sendiri. Pembiasaan yang dilakukan setiap hari ternyata belum dapat meningkatkan kesadaran anak. Anak belum dapat melakukan hal-hal atau perbuatan yang diharapkan untuk gambaran anak sehat cerdas dan ceria. Padahal pemerintah telah mencanangkan program kesehatan dengan Indonesia sehat hingga tahun 2025. Realisasi dari program itu sendiri antara lain Hari Kesehatan Nasional (HKN) yang diperingati tiap tahun. Sedangkan program terimplementasi seperti imunisasi, pemberian makanan tambahan anak sekolah makanan penunjang ASI, UKS, PHBS, 2
pemberian vitamin A, hari cuci tangan sedunia dll. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan merupakan faktor yang sangat menentukan kehidupan manusia terutama bagi anak usia dini. Banyak cara yang dapat dilakukan agar anak selalu sehat, mulai dari pemenuhan gizi yang seimbang hingga penataan lingkungan yang berkualitas. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 dalam Soekidjo Motoatmodjo (2003:3) memberi batasan kesehatan adalah “Kesejahteraan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Selanjutnya kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Soekidjo Notoadmodjo (2003:3) bahwa kesehatan adalah “keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Gambaran itu sesuai dengan logo anak usia dini adalah anak Indonesia yang sehat cerdas dan ceria. Usaha mewujudkan aku anak sehat, adalah program yang memerlukan dukungan kesehatan dari berbagai elemen masyarakat. Mewujudkan aku anak sehat bukan sebatas pada kesehatan jasmaninya saja. Namun juga sehat komprehensif yang meliputi kesehatan jasmani dan rohani. Pendidikan dipercaya atau amanah menjadikan anak-anak bangsa bisa berpikir dan berperilaku sehat. Menurut Charles (2011) bahwa “pendidikan keterampilan hidup sehat bisa dilakukan sejak TK dengan cara sederhana. Misalnya, saat murid TK bermain, para guru bisa mengajarkan disiplin dan mengajar kebersihan perorangan, seperti mengguntingkan kuku. Untuk memudahkan para murid TK dan SD memahami keterampilan hidup sehat, ujarnya diperlukan alat bantu visual berupa gambar-gambar. Di SD para guru bisa memperkenalkan jenis jajanan, sekaligus menginformasikan makanan apa yang baik dan tidak baik untuk tubuh. Para guru harus terampil, jangan hanya mengajarkan teori yang ada di buku tetapi harus dikaitkan dengan realita kehidupan”. Menurut Soegeng Santoso (2009:1-3) sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya atau suatu hal yang mendatangkan kebaikan, sedangkan kesehatan sendiri dapat diartikan sebagai keadaan sehat (terbebas dari penyakit) dan kebaikan keadaan (badan atau lainnya). Guru dapat mengajarkan anak cara hidup sehat seperti cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan, gosok gigi pakai pasta gigi, membuang air kecil harus di WC, buang sampah harus di tempat sampah, dan sebagainya. Hal ini dapat dibiasakan pada anak-anak usia TK dengan cara terus menerus atau berulangulang. Mencuci tangan dengan sabun merupakan kebiasaan yang seharusnya ditanamkan sejak dini mengingat anak-anak umumnya lebih rawan mengalami gangguan kesehatan di bandingkan dengan orang dewasa.
3
Harus dibiasakan anak dalam mencuci tangan. Menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, menjaga lingkungan yang sehat. Tidak meludah di tempat umum. Sedangkan perilaku sehat secara sosial umpamanya. Berinteraksi dengan temannya, menaruh kepercayaan, menghargai teman tidak iri hati, mudah bergaul menghargai teman dan lainnya. Penerapan PHBS tersebut dapat dilakukan dengan cara demonstrasi umpamanya melalui
pembiasaan
seperti
yang
dikemukakan
dalam
DEPDIKNAS
(2004:6)
Pengembangan pembiasaan meliputi: “Berdoa sebelum dan sesudah makan, mengucap salam bila bertemu dengan orang lain, menolong sesama, membersihkan diri sendiri seperti sikat gigi, buang air, dan mandi. Menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah, melaksanakan kegiatan ibadah sesuai aturan meniru keyakinannya, mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu, menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, berbahasa sopan dan bermuka manis, ke sekolah tepat waktu, membersihkan peralatan makan setelah digunakan”. Sedangkan demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan cara melakukan atau mengerjakan sesuatu (Hardaniwati, 2003). Demonstrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan dengan tujuan untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu (Fathurrohman, 2007). Melalui metode ini, siswa diminta secara langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. Disamping itu, siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat apa yang terjadi dan siswa dapat mencermati atau memperhatikan serta membandingkan antara teori dan praktek (Wardhana, 2010). Menurut Syaiful Bahri Djamara dalam Eka Prihatin (2008) metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. METODE PENELITIAN Desain penelitian atau model penelitian mengacu kepada model Kemmis dan MC. Taggart (Wardani, 2007:421) yang terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi. Dengan diagram alur siklus tindakan sebagai berikut.
4
Keterangan 0 : Rencana tindakan 1 : Rencana siklus I 2 : Pelaksanaan siklus I 3 : Observasi siklus I 4 : Refleksi siklus I 5 : Rencana tindakan siklus II 6 : Pelaksanaan siklus II 7 : Observasi siklus II 8 : Refleksi siklus II a : Siklus I b : Siklus II
0 4 3
a
1
2
8 7
b
5
6
Setting dan subjek penelitian ini dilaksanakan di kelompok A TK Putera Bangsa Berdikari Kecamatan Palolo. Jumlah anak adalah 20 anak yang terdiri atas 9 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Sedangkan langkah penelitian ini dimulai dari rencana tindakan pelaksanaan observasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan bersumber dari aktifitas guru dan aktifitas anak selama penelitian berlangsung. Teknik pengumpulan data, dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, dianalisis secara kualitatif untuk mengetahui proses tindakan. Peneliti menganalisis data menggunakan perhitungan berdasarkan persentase (%) sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Anas Sudijiono (1991:40) sebagai berikut: P= Keterangan:
f x 100% N
P = Hasil belajar F = Frekuensi N = Jumlah keseluruhan anak
HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan empat kali tindakan, pengamatan dilakukan selama kegiatan berlangsung baik pada siklus pertama maupun kedua. Pada setiap siklus tindakan dilakukan tahapan: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi, keempat tahapan ini dapat dijelaskan sebagai berikut yang diawali dari pra tindakan: 1. Hasil pengamatan pra tindakan Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan oleh penulis sebelum tindakan dapat dipaparkan hasil pengamatan pada tabel sebagai berikut:
5
Tabel 1 Perilaku Anak Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Makan Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Nomor Kategori f % (1) (2) (3) (4) 1 Sangat baik 2 10 2 Baik 2 10 3 Kurang Baik 16 80 Jumlah 20 100 Tabel 2 Perilaku Anak dalam Menggosok Gigi Perilaku menggosok gigi Nomor Kategori f % (1) (2) (3) (4) 1 Sangat baik 2 10 2 Baik 3 15 3 Kurang Baik 15 75 Jumlah 20 100 Tabel 3 Perilaku dalam Membuang Sampah pada Tempatnya Perilaku membuang sampah Nomor Kategori f % (1) (2) (3) (4) 1 Sangat baik 2 10 2 Baik 2 10 3 Kurang Baik 16 80 Jumlah 20 100 Tabel 4 Perilaku Anak Menggunakan Toilet Perilaku menggunakan toilet Nomor Kategori f % (1) (2) (3) (4) 1 Sangat baik 2 10 2 Baik 2 10 3 Kurang Baik 16 80 Jumlah 20 100 2. Hasil pengamatan tindakan pada siklus pertama Observasi dilakukan pada tindakan pertama dan kedua dengan menerapkan metode demonstrasi dengan memperagakan bagaimana mencuci tangan dengan benar. Guru mendemonstrasikan membuang sampah pada tempatnya, cara menggosok gigi yang benar termasuk cara menggunakan toilet.
6
No
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Siklus Pertama Perilaku Anak yang Diamati Jumlah/ Rata-Rata Kategori A B C D % F % F % F % F %
1
Sangat baik
4
20
4
20
4
20
4
20
20
2
Baik
4
20
5
25
4
20
5
25
25
3
Kurang Baik
12
60
11
55
12
60
11
55
55
Jumlah
20 100 20 100 20 100 20 100
100
Hasil yang diperoleh belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini. Ada beberapa temuan yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab, kelemahan beserta apa yang harus dilakukan selanjutnya pada siklus kedua. Adapun hasil refleksi kami dapat paparkan sebagai berikut: 3. Hasil Pengamatan Tindakan pada Siklus Kedua Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Siklus Kedua Perilaku Anak yang Diamati Jumlah/ Rata-Rata No Kategori A B C D % F % F % F % F % 1
Sangat baik
8
40
7
35
8
40
8
40
38,75
2
Baik
9
45
9
45
9
45
9
45
45
3
Kurang Baik
3
15
4
20
3
15
3
15
16,25
Jumlah
20 100 20 100 20 100 20 100
100
Berdasarkan rekapitulasi hasil observasi tindakan pada siklus II di atas menunjukkan beberapa kelebihan-kelebihan seperti pada kemampuan yang diamati. Hal itu disebabkan oleh aktifitas guru selama mengajar juga sudah lebih baik terutama dalam mendemonstrasikan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Oleh karena itu kami memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus III, karena sudah dapat merubah perilaku yang diharapkan. Berdasarkan data yang dipaparkan hasil observasi pra tindakan dapat dianalisa bahwa sebagian anak menunjukkan keterampilan penerapan PHBS yang belum memuaskan. Baru 2 anak atau 10% yang menunjukkan kategori sangat baik. Ada 2 anak termasuk dalam kategori cukup baik atau memiliki perilaku kategori cukup baik. Menggosok gigi baru ada 2 anak atau 10% yang menunjukkan kategori sangat baik. Sedangkan kategori yang cukup ada 15%, bahkan yang belum berhasil atau mampu 7
menggosok gigi dengan benar masih ada 75%. Perilaku anak dalam membuang sampah pada tempat yang disediakan baru 10% yang berperilaku sangat baik. Sedangkan kemampuan dengan kategori cukup baik ada 10% pula. Selanjutnya dalam pembelajaran sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas berhasil diamati perilaku anak atau kesadarannya membuang sampah pada tempatnya ada 10% sangat baik perilakunya. Sedangkan kategori cukup baik ada 10% pula. Salah satu indikator yang diukur dalam penelitian ini adalah menggunakan toilet dengan benar sebagai ukuran atau penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Pada pra tindakan ada 10% anak yang mampu menggunakan toilet dengan benar. Sedangkan 10% dalam kategori cukup baik pula memperlihatkan perilakunya. Dengan demikian pada pra tindakan baru berkisar 20% yang bisa dikategorikan berhasil atau mampu menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kategori sangat baik dan baik. Masih sekitar 80% yang belum mampu menunjukkan perilakunya sesuai dengan kategori dan ukuran yang telah ditetapkan dalam penelitian ini. Hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan aturan atau kebiasaan yang dilakukan di rumah pun lingkungan masyarakat pun sangat mempengaruhinya. Dalam proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup menggunakan metode demonstrasi yang mengarah pada perilaku anak. Guru memperagakan berbagai cara PHBS berbagai dampak positif maupun negatif disampaikan oleh guru. Penerapan metode demonstrasi yang dilakukan oleh guru pada tindakan pertama dan kedua sebagai perbaikan proses pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.5 sudah menunjukkan adanya peningkatan perilaku dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah makan walaupun belum maksimal. Hal itu terbukti karena baru ada 4 anak atau 20%, jadi meningkat 2 anak yang memiliki kategori sangat baik. Sedangkan kategori baik meningkat menjadi 4 anak juga at au ada ketambahan 2 anak atau 10% jika dibandingkan dengan siklus satu. Berarti masih ada anak 55% lagi yang belum menunjukkan perilakunya secara baik. Sedangkan kategori sangat baik untuk perilakunya dalam menggosok gigi dalam kebiasaan kehidupan sehari-hari diperagakan di kelas meningkat menjadi 4 anak, kategori sangat baik atau 20% berarti meningkat 3 anak. Sedangkan kategori cukup baik menjadi 5 anak (25%) atau rata-rata meningkat 2 anak. Selanjutnya pada perilaku membuang sampah pada tempat yang telah disediakan sudah ada peningkatan pula menjadi 4 anak berarti ada 2 anak ketambahan atau 10%. Begitu pula kategori cukup
8
baik ada peningkatan dalam membuang sampah pada tempatnya menjadi 4 anak pula atau ada 2 ada peningkatnya. Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat yang diukur dalam penelitian pada siklus pertama ini adalah perilaku dalam menggunakan toilet di sekolah. Pada kategori sangat baik dalam menggunakan toilet sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum tindakan. Namun demikian masih ada 11 anak atau 55% yang belum dapat menunjukkan perilakunya dalam menggunakan toilet dengan baik dan benar. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil di atas, menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan pra tindakan dari semua perilaku yang diukur yang berhasil diamati. Dapat dibahas bahwa pada siklus pertama ini sudah menunjukkan peningkatan meskipun belum maksimal. Dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan perilakunya atau menunjukkan hasil yang maksimal atau belum meningkat perilakunya dalam beberapa kategori yang diukur. Oleh karena itu peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan penjelasan yang lebih banyak serta sebab akibat dari PHBS. Peragaan atau demonstrasi bukan hanya selama pembelajaran, melainkan juga dengan gambar, poster yang ditempel di dinding kelas maupun sekolah selain demonstrasi cara itu merupakan langkah positif untuk mengembangkan perilaku anak lebih khusus lagi tentang PHBS. Siklus kedua ini dengan dua kali tindakan menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan siklus pertama atau pra tindakan. Perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan di sekolah meningkat menjadi 8 anak atau 40% yang pada siklus pertama hanya 20% kategori sangat baik. Sedangkan kategori cukup baik meningkat menjadi 9 anak atau 45%. Jadi perilaku anak dalam mencuci tangan sebelum dan sesudah makan meningkat menjadi 85% untuk dua kategori baik dan sangat baik atau 42,5% jika dirata-ratakan atau ada peningkatan (40%). Selanjutnya perilaku anak untuk menggosok gigi mengalami peningkatan pula, kategori sangat baik meningkat menjadi 7 anak atau 35%. Sedangkan kategori cukup baik menjadi 9 anak atau 45%. Jadi kedua kategori tersebut mengalami peningkatan menjadi 80% atau ratarata 40% jika dibandingkan dengan siklus pertama. Jika diamati pada perilaku anak membuang sampah pada tempat yang sudah ditentukan dalam kategori sangat baik menjadi 8 anak atau 40% ada ketambahan 4 anak jika dibandingkan dengan siklus pertama, berarti ada peningkatan 20%. Sedang dalam kategori baik menjadi 9 anak atau 45% pula, jadi meningkat dari 20% menjadi 45%, maka ada peningkatan 25%. 9
Sedangkan untuk perilaku anak dalam menggunakan toilet ketika di sekolah juga terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu 8 anak atau 40% jadi ada 20% peningkatannya. Pada kategori cukup baik menjadi 9 anak atau 45% berarti ada peningkatan dari 25% menjadi 45% atau 20% jika dibandingkan dengan siklus pertama. Secara umum peningkatan perilaku anak pada masing-masing perubahan diukur mengalami peningkatan antara 20% sampai 25% atau 4 dan 5 anak atau 25% jika dibandingkan dari siklus pertama. Namun jika dibahas tidak berperilaku secara menyeluruh akan nampak peningkatannya antara 40% hingga 45% dari siklus pertama. Dengan demikian bisa dibahas bahwa siklus pertama dan siklus kedua ada peningkatan yang sangat signifikan. Maka dapat dibahas bahwa secara umum sudah terjadi peningkatan dalam kategori baik dan sangat baik antara 80% hingga 85% atau rata-rata 82,5%. Dapat dikatakan berhasil meningkatkan perilaku anak selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi. Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil dalam penelitian ini memang anak sangat pemalu dan kurang memiliki keberanian dalam banyak kemampuan. Hal ini bukan berarti anak tersebut tidak dapat melakukan apa-apa, namun tetap ada perubahan perilaku, walaupun belum maksimal. Ada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang telah dilakukan namun baru beberapa indikator saja. Oleh karena itu peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan ke siklus ketiga, karena anak yang belum berubah perilakunya persentasinya sangat kecil. KESIMPULAN Disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di kelompok A Taman Kanak-Kanak Putera Bangsa Berdikari Palolo. Terbukti adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat yang diukur seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan pada siklus pertama meningkat menjadi 40% kategori sangat baik, dan baik. Perilaku menggosok gigi meningkat menjadi 45% kategori sangat baik, dan baik. Sedangkan perilaku membuang sampah pada tempatnya menjadi 40% kategori sangat baik dan baik. Selanjutnya perilaku menggunakan toilet meningkat menjadi 45% kategori sangat baik dan baik. Pada siklus kedua menunjukkan peningkatan dalam perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan menjadi 85%, kategori sangat baik dan baik. Perilaku membuang sampah pada tempatnya kategori sangat baik dan baik meningkat 85%. Sedangkan perilaku menggunakan toilet meningkat menjadi 85%. Kategori sangat baik dan baik. Oleh karena dari siklus satu ke siklus kedua terjadi peningkatan rata-rata 41,25% dari masing-masing perilaku 10
yang diamati dalam kategori sangat baik dan baik. Walaupun masih ada anak yang belum meningkat perilakunya 16,25% saja maka tidak dilanjutkan ke siklus ketiga. DAFTAR PUSTAKA Charles.2011.http://www.yayasan-amalia.org/index.php? Option: com-content.id = 62 & itemid = 5. Depdiknas, (2004). Kurikulum Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Randhatul Athfal. Jakarta: Proyek Pengembangan Anak Usia Dini. ________, (2001). Didaktik Metodik di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Proyek Pendidikan Anak Usia Dini. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, (2004). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjiono, Anas (1991). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres. Sumantri Mulyani dan Syaordih Nana, (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
11