Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
MENINGKATKAN NILAI-NILAI KETUHANAN MELALUI PELAJARAN KIMIA MATERI STRUKTUR ATOM UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER SUPER SISWA Rahma Yulia Isnaini Sekolah Menengah Kejuruan Muhammadiyah 2 Surabaya Email:
[email protected] Abstrak Allah swt menciptakan manusia dengan beragam karakter, yang merupakan refleksi ciri khas kualitas kepribadian manusia. Yang diharapkan muncul pada karakter manusia, khususnya peserta didik adalah kearifan, kelembutan, kesucian, ketaatan, kebaktian, dan tidak memaksakan kehendak. Itulah karakter super yang menjadi kebutuhan di era global. Tumbuh berkembangnya karakter super pada seseorang amat dipengaruhi oleh pemahamam, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai ke-Tuhanan orang tersebut. Untuk menumbuhkan karakter super, guru IPA, khususnya guru Kimia harus mendalami kualitas pemahaman materi-materi Kimia hingga ke ranah afeksi, bukan hanya berhenti pada kognisi dan psikomotor. Pembelajaran Kimia tidak boleh setengah hati, apalagi seperempat hati. Semua KD harus diajarkan dengan ideal plus ditambah makna KD tersebut sebagai upaya pengembangan karakter super. Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam itu guru Kimia harus memvariasikan sumber acuan, bukan hanya buku siswa elektronik (BSE) tetapi juga kaitan Kimia dan agama, kaitan Kimia dan sastra, dan kaitan Kimia dan pengembangan diri. Pada materi struktur atom, digambarkan bahwa elektron bergerak mengelilingi inti, dengan energi yang kuat. Elektron yang dekat dengan inti akan terikat kuat dan sulit untuk terlepas. Sebaliknya elektron yang jauh dari inti , ikatannya tidak kuat, dan mudah lepas dari lintasan. Jika dihubungkan dengan nilai ke-Tuhanan, manusia yang dekat dengan Tuhan akan tetap berjalan teratur, rapi dalam manhaj-Nya, tidak mudah tergoda, tidak mudah lepas dari aturan/nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Sebaliknya, manusia yang semakin jauh dari Tuhan, akan tidak terkendali, dan akhirnya lepas dari aturan/nilai-nilai ke-Tuhanan, jauh dari nilai kebenaran dan tidak tersentuh oleh nilai kebaikan.
Kata kunci: karakter super, nilai ketuhanan, dan struktur atom. swt memberi kedudukan sempurna pada manusia (QS Lukman: 20), bahwa “Allah swt menundukkan yang ada di langit dan bumi (hanya) untuk manusia.” Karakter super adalah karakter mensyukuri semua yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dengan mengembangkan potensi diri menjadi lebih baik (Robandi, 2010:vii--viii). Manusia berkarakter super adalah seorang yang berusaha mengusung kesuksesan di setiap waktu. Dia adalah super di segala sudut
Pendahuluan Allah Maha Bertanggung jawab menciptakan umat manusia. Penciptaan manusia disebut sebagai “ahsani taqwiim” yaitu “sebaik-baik ciptaan” (QS At-Tiin:4). Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Penciptaan manusia berasal dari Ruh-Nya (QS AsShad:72). Subhanallah, luar biasa, penciptaan manusia berangkat dari ruh Allah swt yang tentunya penuh dengan nilai kesempurnaan. Satu lagi bukti bahwa Allah B - 73
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
waktu. Manusia berkarakter super adalah manusia terbaik (khaira ummah) yang selalu berhasil memaknai segala peristiwa dan pengalamannya sebagai upaya meningkatkan kualitas kinerjanya (Huda, 2011:viii). Manusia dengan karakter super selalu bisa ber-ibrah pada pohon kurma yang telah sukses menghasilkan buahnya yang manis dan lezat. Pohon Sakura telah berhasil memamerkan kesuksesannya dalam bentuk keindahan bunganya di setiap bulan April. Lebah dengan kinerja yang hebat berupa madunya yang manis selalu bersemangat dalam hidup. Manusia berkarakter super hidupnya bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, sehingga dia dipuji oleh sesama manusia dan juga dipuji oleh Allah swt; dan meninggalnya juga dipuji oleh manusia dan Allah swt, sebagaimana yang terjadi pada nabi Zakariya. Setelah diteliti, ternyata Nabi Zakariya memiliki karakter arif, lembut, suci, taat, berbakti, dan tidak suka memaksakan kehendak. Kita hidup ini merupakan bukti bahwa kita memiliki potensi super. Dari berjuta-juta sel yang berantre, berkompetisi untuk dapat hidup di rahim, hanya kita yang berhasil. Anugerah pertama yang diberikan Allah swt adalah keberhasilan dalam kompetesi ini. Dengan pemahaman mendalam pada potensi diri ini, kita menjadi lebih super. Untuk itu, kita harus belajar dari orang-orang super yang sudah pernah ada dalam mengembangkan dirinya. Kita menjadi terbelalak jika Pak Honda, yang sekarang menjadi pemilik hak atas kekayaan intelektual (HAKI) kendaraan bermotor merk "Honda" itu harus gagal 13.000 kali dalam mempresentasikan proposalnya untuk mendapatkan lembaga mitra yang akan membiayai idenya (Robandi, 2010:19). Berkat semangat super ksatria bushido, Pak Honda mengubah persepsi yang selama ini membelenggu banyak orang, yaitu kita sering merasa bahwa segala sesuatu itu
sudah very well, going well, dan running well. Tidak. Menurut Pak Honda, segala kebaikan dan kemuliaan harus diperjuangkan. Semua perjuangan harus pantang menyerah. Semangat pantang menyerah adalah bentuk syukur atas anugerah luar biasa yang telah dititipkan oleh Tuhan. Sayang sekali, di masyarakat kita, orang yang memiliki karakter super seperti Pak Honda merupakan makhluk langka. Kita sering merasa prihatin pada siswa SMK yang gampang menyerah ketika proposal Prakerinnya ditolak oleh perusahaan. Bahkan lebih parah lagi, seperti yang dilaporkan oleh Kagan (dalam Samani dan Hariyanto, 2011:14) berkaitan dengan statistik kenakalan remaja di Amerika: (1) Sebanyak 180.000 siswa membolos dari sekolah setiap hari karena takut pada kekerasan; (2) Lebih dari 1 di antara 3 siswa merasa tidak nyaman di sekolah; (3) Sebanyak 54% siswa SMP dan 70% siswa SMA mengaku telah berbuat curang pada ujian sebelumnya; dan (4) Jika pada tahun 1950 di antara remaja berusia 14—17 tahun kurang dari 0,5% yang ditahan polisi, pada tahun 1990 telah meningkat menjadi 13%. Kagan juga menulis, “Setiap guru yang telah mengajar lebih dari 20 tahun pasti membandingkan bahwa siswa dulu selalu datang ke sekolah dengan kebajikan dan kecakapan hidup, antara lain jujur, hormat, santun, tabah; tetapi pada siswa zaman sekarang norma-norma itu telah berubah menjadi ketidakjujuran, kekerasan, mudah marah, dan gampang tersinggung.” Lalu, pertanyaannya adalah, “Mengapa karakter super yang diwarisi dari generasi hebat selama puluhan, bahkan ratusan tahun itu menurun?” Thomas Lickona (dalam Samani dan Hariyanto, 2011:11) menyampaikan dua alasan, yaitu darwinisme dan filsafat positivistik. Darwinisme dengan teori evolusinya telah memandu orang untuk melihat segalaB - 74
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
galanya serba materi, sehingga moralitas tidak bernilai lagi. Demikian pula, filsafat positivitik telah secara radikal membedakan antara fakta (yang dapat dibuktikan secara empiris) dengan nilai (yang dipandang sebagai ekspresi perasaan dan tidak objektif). Akibatnya moralitas menjadi urusan pribadi, tidak perlu dibahas secara umum, dan tidak perlu diajarkan di sekolah. Cara pandang bahwa nilai moral bukanlah materi yang objektif yang merupakan bagian dari materi ajar di sekolah ini yang membuat siswa di sekolah hanya belajar secara mekanis. Jika belajar bermain bola, kepada siswa diajarkan bagaimana menendang dengan kuat, berlari dengan kencang, tetapi tidak diajarkan bagaimana bekerja sama dalam tim, bagaimana harus memiliki inisiatif merebut bola dari lawan dan segera melemparnya pada kawan, dan bagaimana berani mengambil risiko. Perpaduan antara lari kencang, menendang dengan kuat, kerja sama dalam tim, berinisiatif jitu, dan mengambil risiko yang dilatihkan secara holistik integratif adalah pendidikan karakter super dalam bermian bola.
bahkan lebih luas daripada dua lautan dunia (QS Al-Kahfi, 109) ini kemudian merefleksikan hanya untuk meng-EsakanNya (QS Al-Kahfi:110). Untuk sukses dan agar hidupnya berkualitas, pribadi berkarakter super selalu menomorsatukan kejujuran, sepahit apa pun. Menggali keberadaan dan betapa pentingnya kejujuran sebagai norma utama dilakukan baik melalui ayat tekstual (qauliyah) maupun kontekstual (kauniyah). Secara tekstual perintah jujur ditemukan pada, “Wahai orang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya? Itu sangat dibenci Allah, jika kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya.” (QS Ash-Shaff, 2— 3). Secara tekstual juga dapat diketahui bahwa teladan jujur dari Sahabat Jabir bin Abdullah yang menjual ternak-ternaknya sambil menunjukkan cacat dari masingmasing ternak yang dijualnya tersebut (Huda, 2011:11). Secara tekstual juga kita mengetahui bahwa karakter jujur hanya bisa dilakukan oleh orang yang beriman teguh dan kejujuran pasti akan membuahkan bermacam-macam kebaikan (QS Al-Ahzab, 70—71). Di samping secara tekstual, secara kontekstual hampir semua gejala alam, jika direfleksikan, memberi inspirasi kepada kita untuk selalu berbuat jujur, lurus, dan taat asas (konsisten). Seekor induk ayam, sepahit apa pun, akan mengerami telur-telurnya selama 21 hari. Demikian pula, seorang perajin tempe, selalu menjaga kebersihan sampai kadar tertentu untuk memastikan berpuluh-puluh kilogram kedelainya dapat menjadi tempe yang baik. Matahari selalu taat asas “terbit” pada saat dan tempatnya dan akan “terbenam” pada saat dan tempatnya pula. Angin selalu taat asas, bergerak dari yang dingin menuju daerah panas. Bagi seorang berkarakter super yang bertanggung jawab, penggalian sumber nilai pertama dilakukan secara tekstual, kemudian dikuatkan secara kontekstual. Ayat
Gejala alam dan Nilai Ke-Tuhanan Mempertanggungjawabkan ketinggian anugerah Tuhan dapat dilakukan dengan dengan cara: (a) gali, laksanakan, dan desiminasikan kebenaran (QS AlMaidah:48) dan (b) gali, laksanakan, dan desiminasikan kebaikan (QS Al-Ahqaaf:12). Mensyukuri anugerah Tuhan dengan bertanggung jawab, dengan berendah hati dan mengembalikan semua kinerja kita sebagai penghambaan dan peng-Esaan Tuhan adalah implementasi nilai keTuhanan. Belajar, bekerja, dan hidup bagi manusia berkarakter super yang mengagungkan nilai ke-Tuhanan adalah mengungkap/menggali, mengalami/melaksanakan, dan mendakwahkan/mendesiminasikan rahasia dan keteraturan alam yang amat luas, B - 75
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
kontekstual adalah penguat ayat tekstual untuk lebih meyakinkan bahwa normanorma yang ada pada kitab suci itu rasional, logis, dan layak untuk diimplementasikan dan didakwahkan. Teknik penggalian semacam ini bermanfaat bagi kita dalam mempersepsi kitab suci sebagai firman Tuhan. Kita tidak hanya memandang bahwa dalam kitab suci itu hanya ada neraka dan surga. Kita tidak hanya berpikir bahwa untuk menjadi orang berkarakter super yang beratnggung jawab (orang shalih) itu harus hanya memikirkan kehidupan akhirat dengan menomorduakan kehidupan dunia. Memang, kalau diprioritaskan, akhirat yang utama, tetapi kesejahteraan dunia tidak boleh terabaikan. Bahkan kalau kita berupaya menyejahterakan dunia, itu merupakan ladang untuk dituai di akhirat kelak. Sehingga kita dapat bersemboyan, “dalam rangka perjalanan kita menuju kebahagiaan akhirat, kita sejahterakan dunia untuk kita dan untuk orang lain.” Bukankah khairannnasi anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain)? Di samping menempatkan ayat kontekstual sebagai penguat pemahaman, penghayatan, dan pengamalan kita pada ayat tekstual, pemahaman mendalam pada ayat kontekstual juga akan mengantarkan manusia meyakini bahwa gejala alam yang merupakan ayat kontekstual itu selalu luar biasa. Ada yang luar biasa karena besarnya, sebagaimana sistem tata surya kita. Ada yang luar biasa karena kecilnya, sebagaimana sistem atom. Ada yang luar biasa karena kuatnya sebagaimana angin dan air. Sebagaimana refleksi perjalanan eksotik “ekspedisi Sungai Nil” yang dilakukan oleh Agus Mustofa (2011:90—91): Alam diciptakan oleh Allah dengan sunnatullah yang sempurna. Siapa saja yang mempelajari hukum alam (ayat kontekstual) dengan baik, dia akan memperoleh
kemudahan dalam hidupnya. Karena berbagai fasilitas sudah disampaikan oleh Sang Pencipta. Manusia tidak pernah menciptakan apa pun yang ada di alam ini. Kita tinggal memanfaatkannya belaka. Gaya angkat air yang menyebabkan kapal bisa mengapung di sungai ataupun di lautan, gaya udara yang menyebabkan pesawat bisa terbang, gaya gravitasi bumi yang menyebabkan benda jatuh ke bawah, gaya magnet, gaya listrik, sampai gaya nuklir yang menyatukan partikel-partikel di tingkat inti atom, semuanya adalah hukum alam yang diciptakan oleh Sang Penguasa. Hanya manusia berakal yang bisa mengambil semuanya ini. Entah dia beragama ataupun tidak, karena Allah Maha Pemurah kepada siapa saja. Karena itu dalam berbagai firman-Nya, Allah swt menyadarkan peran Tuhan dalam kehidupan manusia, “Tuhanmu adalah yang melayarkan kapalkapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu (QS 17:66). Dan sudah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adalah di antara kalian yang mengambil pelajaran? (QS 54:15).” Dengan demikian sinergi antara gejala alam dan nilai ke-Tuhanan adalah (1) nilai ke-Tuhanan yang bersumber dari kitab suci adalah pedoman yang dengan sekuat tenaga bersusaha kita implementasikan dalam kehidupan; (2) keberadaan gejala alam sebagai argumentasi penguat terhadap pentingnya kita berada di jalan-Nya dalam sistem ke-Tuhanan (aqidah), peribadahan (syari’ah), maupun sistem sosial (muamalah); (3) pemahaman terhadap keteraturan hukum alam (sains) yang begitu rumit karena terlalu besar, terlalu kecil, atau terlalu kuatnya seharusnya tetap dilakukan secara bersungguh-sungguh, karena semakin tinggi pemahaman kita terhadap gejala atau hukum alam ini semakin kita ketahui bahwa manusia tidak menciptakan apa pun dan B - 76
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
yang menciptakan adalah Allah swt yang menganugerahkan sebesar-besarnya untuk manusia.
yang hanya sekitar 250 ayat. Seyogyanya umat Islam ini hidupnya lebih baik dengan pendalaman pada sains yang sempurna di samping aqidahnya yang lurus dan ibadahanya tertib. Dengan pemahaman mendalam pada sains, umat ini akan tebebas dari penyakit sosial yang berbentuk tahayul, bid'ah, dan khurafat (TBC) sebagaimana misi Nabi Ibrahim dan misi Nabi Muhammad saw. Penanaman siswa berkarakter super dilakukan dengan menggali, melaksanakan, dan mendesiminasikan kebaikan dan kebenaran. Untuk itu, guru IPA memiliki peran yang amat penting. Metode ilmiah yang telah disusun oleh para pakar sains sangat relevan untuk mengembangkan telaah mendalam sampai menyentuh sikap di samping konisi dan psikomotorik. Pembelajaran IPA tidak boleh hanya setengah-setengah. Guru IPA seyogyannya tidak hanya membatasi sumber pada Buku Siswa Elektronik (BSE) tetapi juga mengembangkan pada kaitan ilmu dengan agama, kaitan sains dengan sastra, kaitan sains dan motivasi diri. Pemilihan sumber yang diikuti dengan pengolahan sumber secara runtut akan menarik siswa mengembangkan karakter super melalui pembelajaran IPA. Buahnya, guru IPA akan memetik pahala dunia dan pahala akhirat kelak sebagai ilmu yang bermanfaat. Prof. Ahmad Baiquni, yang waktu itu masih menjadi ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengujicobakan draf materi "kajian agama dan ipteks". Betapa terkejutnya beliau ketika didapati temuan bahwa mahasiswa semester ke-3 di Institut Teknologi Bandung (ITB) sulit mengakui apalagi menjelaskan bahwa Allah swt itu Maha Menciptakan alam raya. Mahasiswa sulit meyakini bahwa Allah swt menciptakan alam raya ini dari zero, dari tidak ada menjadi ada. Mengapa mereka sulit meyakini bahwa Allah menciptakan
Penumbuhan Nilai Ketuhanan melalui pembelajaran IPA Guru IPA sangat perlu mengaitkan pelajaran IPA-nya dengan sejarah yang tertulis di dalam Alquran. Mengapa adzab yang diberikan oleh Allah swt kepada umat Nabi Nuh itu berbentuk banjir? Mengapa pula adzab yang diberikan kepada umat Nabi Luth itu angin panas? Harun Yahya tidak pernah lelah menemukan jawabannya. Bagaimana semua peninggalan lebih dari 30 dinasti dan lebih dari 140 Firaun yang memimpin secara bergantian di Mesir sejak 3000 tahun sebelum Masehi sampai dengan abad 343 tahun sebelum Masehi hingga kini dapat menunjukkan keMahabesaran Allah swt. Semua peninggalan yang ada dapat ditelusuri dan dimaknai oleh alumnus Jurusan Fisika Universitas Gajah Mada yang kini menekuni dakwah dengan menulis buku-buku tasawuf modern, Agus Mustofa, dalam bukunya Ekspidisi Sungai Nil (2010). Guru IPA perlu juga mengaitkan materi IPA-nya dengan sastra sain yang pernah dibaca, misalnya sastra yang berjudul "Areal X" terbitan Mizan, Bandung. Guru IPA juga bisa mengaitkan materi IPA-nya dengan buku-buku pengembangan diri, misalnya "The Ethos of Sakura" tulisan Prof. Dr. Imam Robandi. Jepang diyakini merupakan salah satu bangsa yang memiliki karakter super. Dr. Agus Purwanto dalam bukunya Ayat-ayat Semesta menyatakan bahwa di antara 6666 ayat dalam Alquran, secara kuantitatif lebih banyak ayat-ayat yang berkait dengan sains dan humaniora daripada ayat-ayat tentang aqidah dan ibadah . Ayat-ayat tentang sain (IPA) dipetakan sekitar 800 ayat, jauh lebih banyak daripada ayat ayat tentang agama B - 77
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
alam dari zero. Karena mereka telah memahami dengan mendalam salah satu materi kimia tentang hukum kekekalan massa. Untuk menghasilkan pena yang massanya 10 gram, diperlukan materi lain sebagai bahan pembuatan pena yang massanya minimal 10 gram. Menurut mahasiswa, "Bagaimana Allah swt dapat menciptakan alam yang massanya berjutajuta ton ini dari zero, tanpa bahan sedikit pun?" Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran di PT amat mendalam, bukan hanya menyentuh ranah kognitif, tetapi juga psikomotorik, dan bahkan afektif. Karena rujukan sumber-sumber materi ajar berangkat dari pendekatan sekuler, seolah ada pemisahan antara wilayah ilmu pengetahuan dan wilayah agama. Berangkat dari fakta ini, Prof. Dr. Ahmad Baiquni menyusun materi "Alquran dan Ilmu Kealaman". Setelah materi diajarkan dan bahkan dididikkan dengan mendalam, hasilnya mulai tampak. Mahasiswa semester ke-7 di PT yang sama memiliki pemahaman dan sikap keagamaan yang sangat baik. Ibadahnya tertib. Akhlaknya baik. Materi yang membuat mereka berubah "180 derajat" adalah di antaranya ketika membahas topik "kecepatan cahaya". Semua ilmuwan hingga kini masih meyakini bahwa kecepatan cahaya itu 3333km/detik, jauh melebihi kecepatan pesawat supersonik. Keyakinan itu, dipakai untuk mengukur presisi banyak hal dan hasilnya tidak mengecewakan. Pertanyaannya adalah, "Siapa yang pernah mengukur kecepatan itu?" Setelah ditelusuri, ternyata kecepatan cahaya itu baru hipotesis yang diturunkan dari peristiwa Isra' Mi'raj. Perjalanan Rasulullah Muhammad saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa yang berkendaraan burqun, kilat yang berbahan utama cahaya itu dianalisis, sehingga menemukan angka 3333 tersebut. Allahu akbar, ternyata nilai agama menjadi dasar
hipotesis kecepatan cahaya. Berawal dari pemahaman mendalam terhadap satu ayat kauniyah tersebut, umumnya sikap tauhid mereka menjadi lurus, ibadah mereka tertib, dan akhlak mereka mulia. Prof. Syafiq A.Mughni, yang waktu itu menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, bekerja sama dengan LSM dari Autralia untuk membiasakan hidup bersih dan cuci tangan memakai sabun di sekolah-sekolah Muhammadiyah Jawa Timur. Dalam masa sosialisasi, beberapa guru Al-Islam dan Kemuhammadiyahan banyak bertanya, "Mengapa untuk membiasakan cuci tangan memakai sabun saja harus diajari oleh kuam "non-muslim"?' Terhadap pertanyaan itu, Prof. Syafiq, mencontohkan diri beliau sendiri. Beliau sejak kecil di pesantren, sudah banyak dasar-dasar dari Alquran dan Alhadits yang beliau kuasai tentang pentingnya hidup bersih. Akan tetapi, beliau merasakan baru bisa menghayati "wajibnya" hidup bersih, dan bukan "sunnahnya" hidup bersih ketika beliau berkuliah di Amerika, beliau berada dalam komunitas yang umumnya bukan muslim. Berdasarkan fakta ini, beliau menemukan bahwa kebanyakan muslim Indonesia menganggap hidup bersih sebagai "sunnah" karena salah memilih dasar. Dasar yang dipakai adalah, "anadlofatu minal iiman" yang berarti "kebersihan sebagian dari iman". Definisi kata “sebagian” masih rancu, kurang operasional, belum konkret. Kebetulan dasar yang sering dikutip di banyak tempat itu berasal dari hadits yang dhoif. Ada hadits lain yang redaksinya lebih operasional dan lebih konkret menjelaskan kedudukan hidup bersih dalam Islam, "AlIslaamu nadziifun, walaysal Islaamu illa bin nadziifu”yang berarti "Islam itu bersih, tidak tergolong orang Islam jika tidak hidup bersih." Dari dasar ini, hidup bersih berhukum "wajib" bagi individu dan komunitas muslim. Hidup bersih adalah B - 78
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
komposisi atom Li adalah 3Li7. Jumlah proton 3, jumlah elektron 3, jumlah netron 4. Jika digambarkan lintasan elektron mengelilingi inti seperti di bawah ini.
"milik" Islam yang sekarang diambil oleh bangsa-bangsa Amerika, Autralia, Singapura dan sebagainya. Karena milik Islam, orang Islam harus mengambilnya kembali. Penumbuhan Nilai Ke-Tuhanan melalui Pembelajaran Struktur Atom Setiap materi yang ada di alam terdiri dari atom. Teori atom yang kita kenal sampai sekarang berawal dari teori atom Dalton, yang menyebutkan bahwa, (1) setiap unsur terdiri dari partikel yang tidak dapat dibagi lagi yang di sebut ‘atom’, (2) atom-atom dari unsur berbeda mempunyai sifat yang berbeda, sedangkan atom dari unsur yang sama mempunyai sifat yang sama, (3) atom tidak dapat diciptakan, tidak dapat dimusnahkan, dan (4) atom dari dua jenis unsur atau lebih bergabung dengan perbandingan tertentu membentuk senyawa (Purba, 2010:75; Yuliadi, 2007:62). Guru Kimia, terutama ketika membahas struktur atom harus juga menanamkan karakter super di tengahtengah pembelajarannya. Setiap atom mengandung tiga partikel dasar, yaitu proton, netron, dan elektron. Proton dan netron merupakan partikel penyusun inti, sedangkan elektron bergerak mengelilingi inti atom. Partikel penyusun atom tersebut dinyatakan dengan dua bilangan, yaitu nomor atom (Z) dan nomor massa (A). Nomor atom menunjukkan jumlah proton. Setiap atom unsur yang sama mempunyai jumlah proton sama. Dan karena atom bersifat netral, maka jumlah elektron sama dengan jumlah proton. Jadi nomor atom juga menyatakan jumlah elektron suatu atom. Massa suatu atom sama dengan massa proton, elektron, dan netron. Karena massa elektron relatif sangat kecil, maka massa atom sama dengan jumlah massa proton dan netronnya.
Atom Li mempunyai nomor atom 3, berarti jumlah elektron ada 3. Elektron yang menempati lintasan pertama sebanyak 2 elektron, dan lintasan kedua 1 elektron. Contoh lintasan elektron untuk atom yang lain misalnya atom 11Na, dan 19K
Atom 11Na Atom Na mempunyai nomor atom 11, jumlah elektron 11. Elektron yang menempati kulit pertama, 2 elektron, kulit kedua 8 elektron, dan kulit ketiga 1 elektron.
Atom 19K Atom K mempunyai nomor atom 19. Berarti jumlah elektron ada 19. Elektron yang menempati lintasan pertama sebanyak 2 elektron, lintasan kedua 8 elektron, lintasan
Contoh atom Lithium (Li) mempunyai nomor atom 3 dan nomor massa 7. Notasi B - 79
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
ketiga 8 elektron, lintasan keempat 1 elektron.
lepas. Sebaliknya jari-jari atom yang semakin besar menyebabkan gaya tarik inti semakin kecil.
Gambar di atas menunjukkan bahwa atomatom Li, Na, dan K mengalami kenaikan nomor atom. Sifat-sifat unsur yang berbeda nomor atomnya akan berubah sesuai dengan kenaikan nomor atomnya. Contoh sifat-sifat unsur tersebut adalah jari-jari atom dan energi ionisasi. 1. Jari-jari atom Jari-jari atom atom adalah jarak dari inti hingga kulit elektron terluar (Purba, 2010:103). Unsur-unsur dalam tabel sistem periodik, dalam satu perioda dari kiri ke kanan mengalami kenaikan nomor atom dan bertambah jumlah muatan, hal ini mengakibatkan jari-jari atom mengecil. Karena muatan elektron yang semakin banyak pada lintasan atom mengakibatkan gaya tarik dengan inti semakin kuat, sehingga jarak antara inti dengan lintasan kulit terluar semakin kecil. Sedangkan dalam satu golongan dari atas ke bawah atom mengalami kenaikan nomor atom, dan bertambah jumlah lintasan/kulit atom. Dengan bertambah lintasan atom, jarak antara inti dengan lintasan terluar semakin besar.
Elektron bergerak mengelilingi inti pada lintasan tertentu. Semakin dekat lintasan elektron dengan inti, energi ikatannya semakin besar, sehingga elektron akan sulit lepas/keluar dari lintasan. Sebaliknya jika lintasan elektron semakin jauh dari inti, energi ikatannya semakin lemah sehingga elektron mudah lepas/keluar dari lintasan. Hal ini tidak berbeda dengan kehidupan manusia yang berhubungan dengan Tuhannya. Manusia digambarkan sebagai elektron-elektron yang ada di sekitar inti (Tuhan). Jika manusia dekat dengan inti, dia akan dekat dengan aturan Tuhan, akan bertambah keimanannya. Sebaliknya jika manusia jauh dari Tuhan, dia akan lepas dan melanggar aturan yang sudah di tetapkan, manusia akan lemah imannya, dan mudah terpengaruh oleh beragam gangguan hidup. Simpulan Karakter super adalah karakter mensyukuri semua yang telah dianugerahkan oleh Allah swt dengan mengembangkan potensi diri menjadi lebih baik. Menjadi manusia berkarakter super dilakukan dengan mensyukuri anugerah Tuhan secara bertanggung jawab, dengan berendah hati dan mengembalikan semua kinerja kita sebagai penghambaan dan peng-Esaan Tuhan. Belajar, bekerja, dan hidup bagi manusia berkarakter super yang mengagungkan nilai ke-Tuhanan adalah mengungkap/menggali, mengalami/melaksanakan, dan mendakwahkan/mendesiminasikan rahasia dan keteraturan alam yang amat luas, bahkan lebih luas daripada dua lautan dunia ini kemudian merefleksikan hanya untuk meng-Esakan-Nya.
2. Energi ionisasi Energi ionisasi adalah besarnya energi yang diperlukan untuk melepas satu elektron dari atom netral. Elektron yang bergerak di lintasan mempunyai gaya tarik dengan inti atom. Semakin besar gaya tarik dengan inti atom, semakin besar energi yang diperlukan untuk lepas dari lintasan. Jari-jari atom yang semakin pendek menyebabkan gaya tarik inti semakin besar, sehingga elektron lebih sulit untuk B - 80
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Guru IPA sangat perlu mengaitkan pelajaran IPA-nya dengan sejarah dan fakta-fakta yang tertulis di dalam Kitab Suci Alquran. Guru IPA tidak hanya mengajarkan cara mendeskripsikan gejala alam sebagai sebuah kognisi, tetapi juga mengasah afeksi siswa untuk dapat menjawab pertanyaan, “Mengapa gejala itu terjadi?” Bahkan, guru IPA perlu juga mendidikkan, “Apa manfaat gejala alam tertentu bagi kehidupan manusia?” Terjadinya gejala alam selalu dapat menunjukkan adanya peran Tuhan di dalamnya. Manusia tidak menciptakan apa pun, manusia hanya memanfaatkannya. Demikian pula, bagi guru Kimia, materi Struktur Atom merupakan sarana untuk di samping mendeskripsikan sifat dan ciri “perilaku” ayat kontekstual atom yang merupakan tuntutan Standar Isi (SI), juga merupakan media untuk mendidikkan salah satu nilai karakter super, yaitu bahwa “semakin dekat dengan pusaran (aturan Tuhan) manusia semakin terjamin kehidupannya di jalan yang lurus, sebaliknya semakin jauh dari pusaran (aturan Tuhan) kehidupan manusia semakin mudah terpengaruh oleh beragam gangguan hidup”.
Daftar Pustaka Baiquni, Ahmad. Alquran dan Ilmu Kealaman. Huda, Nur Cholis. 2011. Rumput Tetangga Tidak Lebih Hijau: Mengambil Hikmah dari Setiap Peristiwa. Surabaya: Hikmah Press. Mustofa, Agus. 2010. Ekspedisi Sungai Nil: Sebuah Perjalanan Spiritual. Surabaya: Padma. Purba, Michael. 2010. Kimia untuk SMK dan MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga. Purwanto, Agus. 2009. Ayat-ayat Semesta. Bandung: Mizan. Robandi, Imam. 2010. The Ethos of Sakura. Yogyakarta: Andi. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yuliadi. 2007. Memahami Kimia untuk SMK Kelas X. Bandung: Armico. Wahyu. 2011. Sembilan Puluh Sembilan Ilmuwan Muslim Perintis Sains Modern. Jogjakarta: Diva Press.
B - 81