MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN (Penelitan Tindakan Kelas Di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kelompok B5 Kota Bengkulu) (Classroom Action Research)
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Oleh : ALFIRA ISMA SANTI A1I010025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN (Penelitan Tindakan Kelas Di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kelompok B5 Kota Bengkulu) (Classroom Action Research)
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Ilmu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Oleh : ALFIRA ISMA SANTI A1I010025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
☺Intelligence
is not the determinant of success, but hard work is the real determinant of your success
☺Tak perlu tunggu hebat untuk berani memulai apa yang kau inginkan, Mulailah untuk menjadi hebat seperti yang kau ingnkan.
☺Jangan
takut ԁеnɡаn kesalahan. Kebijaksanaan biasanya lahir ԁаrі kesalahan
Persembahan:
♥ ♥
♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥ ♥
Bapakku (Supriono) tersayang, yang selalu memotivasiku memberi semangat dan selalu berjuang demi keluarga dan membahagiakan keluarga. Ibuku (Maryati, S.Pd) tercinta. Ibu engakaulah idolaku, wanita hebat yang selalu memberi semangat, memberi masukan. selalu setia menemani, mencurahkan kasih sayang dan doa untuk kesuksesan anak-anakmu. My Brotha tersayang Abdullah Riesza yang selalu membantuku, membuat hariku lebih berwarna. My sista Fitri setiani yang telah membantu memberi masukan, tempat ceritaku. My sista Yecha yang telah banyak membantu dan memberi pencerahan. Masku yang telah banyak membantu, memberi semangat, yang selalu menemaniku. Sohib-sohibku (Tew, Retno, Vika, Santi, Wiga, Wika, Rika, Eka, Risky, Eca, Leny) banyak cerita dan kenangan yang tak kan terlupakan. My sohib yang selalu memotivasiku (Egis, Eksa, Novita). Teman-teman Seperjuangan PAUD 2010 Almamaterku
vi
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini adalah
“Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui
Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bengkulu. Skripsi ini disusun melibatkan banyak pihak, tidak saja perorangan melainkan juga lembaga, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih, kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu 3. Ketua Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Bengkulu 4. Bapak Drs. H. M. Nasirun, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing utama yang telah membimbing, memotivasi, dan memberi petunjuk-petunjuk kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat dselesaikan dengan baik. 5. Ibu Dra. Yulidesni, M.Ag, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah memotivasi, membimbing, dan memberikan petunjuk-petunjuk sehingga selesainya skripsi ini. viii
6. Bapak/Ibu dosen Pendidikan Anak Usia ini (Bapak Norman, Bapak Delrefi, Ibu Sumarsih, Ibu Nina, Ibu Afif, Ibu Yulidesni, dan ibu Sri), yang banyak memberi bekal pengetahuan kepada penulis selama proses perkuliahan. 7. Karyawan Prodi PAUD, Mbak Yosi yang telah banyak membantu kelancaran dalam administrasi dan semua hal yang berurusan dengan prodi. 8. Ibu Armizah, M.Pd selaku kepala sekolah Taman Kanak-kanak Tunas Harapan yang telah memberikan izin penelitian. 9. Ibu Harmini, S.Pd selaku guru kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan sekaligus teman sejawat yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama penelitian. 10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Penulis sadar skripsi ini pastilah memiliki kelemahan-kelemahan baik segi isi maupun bahasa, untuk itu kritik dan saran pembaca diharapkan. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga amal baik yang telah diberikan menjadi amal jariyah yang mendapat ganjaran yang setimpal, Amin.
Bengkulu, Maret 2014
Peneliti ix
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN Oleh: Alfira Isma Santi A1I010025
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak, khususnya kemampuan menyimak dalam kosa kata, semantik, sintak, fonem. Tujuan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak, terutama dalam kosakata, sintak, semanti, fonem. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B5 yang berjumlah 14 orang yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan dengan 3 siklus dan setiap siklus dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak, hal ini dapat dilihat pada hasil kemampuan menyimak pada siklus I rata-rata kemampuan menyimak anak adalah 12,9 dengan kriteria cukup. Pada siklus II rata-rata kemampuan menyimak anak adalah 14,5 dengan kriteria keberhasilan cukup. Pada siklus III kemampuan menyimak anak meningkat yaitu 16,2 dengan kriteria baik. Rekomendasi dalam penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan metode bercerita menggunakan media boneka tangan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menyimak dan bahasa anak lainnya. Kata kunci: Menyimak, Metode bercerita, Boneka tangan
x
IMPROVE LISTENING SKILLS THROUGH STORYTELLING MEHODS WITH HAND PUPPETS MEDIA
By: ALFIRA ISMA SANTI A1I010025
ABSTRACT The problem in this study was whether through storytelling with puppets media can enhance listening skills , especially listening skills in vocabulary , semantics , syntax , phonemes . The purpose of this action research to find out through the media storytelling hand puppets can improve listening skills of children, especially in vocabulary , syntax , semanti , phonemes . Subjects in this study were children B5 group numbering 14 people consisting of 5 girls and 9 boys . Classroom action research was conducted with 3 cycles and each cycle two meetings . The results showed that through storytelling with puppets media can enhance listening skills , this can be seen in the results of listening skills in the first cycle the average child's listening skills is 12.9 enough criteria . In the second cycle the average child's ability to listen is 14.5 with enough success criteria . In the third cycle that increases the child 's ability to listen to 16.2 with both criteria . Recommendations in this study is expected to tell the teacher can apply the method using a hand puppet media in learning to improve listening skills and language skills other children.
Keywords: listening, storytelling method, hand puppets
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii ABSTRAK .......................................................................................................... v DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian .................................................... 6 C. Pembatasan Fokus Penelitian ................................................................... 7 D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................ 8 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9 F. Manfaat Hasil Penelitian ......................................................................... 10 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ............................................. 11 1. Perkembangan Bahasa ...................................................................... 11 a. Pengertian bahasa ........................................................................ 11 b. Karakteristik Bahasa ................................................................... 12 c. Fungsi bahasa ..............................................................................13 2. Menyimak ......................................................................................... 14 a. Pengertian menyimak .................................................................. 14 b. Fungsi menyimak ........................................................................ 15 c. Tujuan menyimak ........................................................................ 16 d. Jenis-jenis menyimak .................................................................. 16 3. Metode bercerita ............................................................................... 20 a. Pengertian Bercerita .................................................................... 20 b. Jenis Cerita .................................................................................. 22 c. Tujuan bercerita .......................................................................... 23 d. Teknik Bercerita .......................................................................... 24 e. Manfaat bercerita ........................................................................ 25 f. Bentuk metode cerita................................................................... 26 4. Media................................................................................................. 30 a. Pengertian media ......................................................................... 30 b. Jenis media pembelajaran ............................................................ 31 c. Manfaat media pembelajaran anak usia dini ............................... 32 5. Boneka tangan ................................................................................... 33 xii
B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif........................................ 34 C. Bahasan Hasil yang Relevan ................................................................... 35 D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan ................................ 38 BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 40 B. Tempat dan Waktu penelitian ................................................................. 40 1. Tempat Penelitian.............................................................................. 40 2. Waktu Penelitian ............................................................................... 41 C. Rancangan Penelitian .............................................................................. 41 D. Subjek Penelitian..................................................................................... 48 E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ............................. 48 1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 48 2. Alat Pengumpulan Data .................................................................... 49 F. Teknik Analisis Data ............................................................................... 50 1. Lembar Observasi ............................................................................ 50 2. Penilaian Rata-Rata ........................................................................... 52 3. Penilaian Untuk Ketuntasan Belajar ................................................. 52 4. Indikator Keberhasilan ..................................................................... 53 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 55 1. Deskripsi Siklus I ............................................................................. 55 2. Deskripsi Siklus II ............................................................................ 67 3. Deskripsi siklus III ........................................................................... 79 B. Pembahasan ............................................................................................. 90 C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 94 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 95 B. Saran ........................................................................................................ 96 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................98 LAMPIRAN .......................................................................................................101
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.3 Paradigma Penelitian Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas
xiv
Halaman 38 41
Daftar Tabel Halaman Tabel 3.2 skor pengamatan setiap aspek guru ................................................. 51 Tabel 3.2 skor pengamatan setiap aspek anak ................................................. 52 Tabel 3.3 kriteria keberhasilan anak dalam %................................................. 53 Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Siklus I pertemuan I ....................................... 58 Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Siklus I pertemuan II ...................................... 62 Tabel 4.1.3 Hasil Pengamatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Boneka Tangan Siklus I ...................................... 65 Tabel 4.1.4 analisis kemampuan menyimak anak ........................................... Tabel 4.1.5 Observasi aktivitas guru ............................................................... Tabel 4.2.1 Hasil Pengamatan Siklus II pertemuan I ...................................... 70 Tabel 4.2.2 Hasil Pengamatan Siklus II pertemuan II ..................................... 74 Tabel 4.2.3 Hasil Pengamatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Boneka Tangan Siklus II ..................................... 76 Tabel 4.2.4 analisis kemampuan menyimak anak ........................................... Tabel 4.2.5 Observasi aktivitas guru ............................................................... Tabel 4.3.1 Hasil Pengamatan Siklus III pertemuan I ..................................... 82 Tabel 4.3.2 Hasil Pengamatan Siklus III pertemuan II ................................... 86 Tabel 4.3.3 Hasil Pengamatan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Boneka Tangan Siklus III .................................... 88 Tabel 4.3.4 analisis kemampuan menyimak anak ........................................... Tabel 4.3.5 Observasi aktivitas guru ...............................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 102 Lampiran 2 Rencana Kegiatan Mingguan ...................................................... 103 Lampiran 3 Rencana Kegiatan Harian ........................................................... 104 Lampiran 4 Naskah Cerita siklus ................................................................... 106 Lampiran 5 Lembar Observasi kempuan menyimak anak Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Lampiran 7 Kriteria Penilaian Menyimak anak ............................................. 146 Lampiran 8 Kriteria Penilaian Aktivitas Guru ............................................... 148 Lampiran 9 Dokumentasi ............................................................................... 152 Lampiran 10 Pernyataan Kesedian Menjadi Teman Sejawat ......................... 158 Lampiran 11 Surat Keterangan Sudah melakukan penelitian ........................ 157 Lampiran 12 surat izin melakukan penelitian dari instansi terkait ................. 158 Lampiran 13 Riwayat Hidup ..........................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ini sangat berperan penting dalam menentukan perkembangan anak selanjutnya, karena pada usia ini anak akan
mengalami
perkembangan
yang
sangat
pesat,
kecepatan
perkembangan yang luar biasa dibandingkan usia selanjutnya. Anak dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimilikinya sesuai kemampuan dan tahap perkembangannya. Menurut (Direktorat PAUD, 2005) pendidikan anak usia dini adalah layanan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Rentang usia anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia yang kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya. Menurut UU RI No 20 Tahun 2003 (BAB 2 pasal 3) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
1
Untuk mencapai tujuan pendidikan anak usia dini, menurut Kurikulum TK (2010) kurikulum ini memuat beberapa bidang pengembangan yaitu: nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik. Pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di PAUD, metode mengajar memang berperan penting dalam usaha menyampaikan kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sebaiknya menarik melibatkan unsur-unsur yang melibatkan gerak bunyi dan harus melibatkan belajar sambil bermain dan bermain seraya belajar. Beberapa prinsip pembelajaran untuk anak usia dini antara lain: berpusat pada anak, partisipasi aktif, holistik, fleksibel, perbedaan individual (Wiryani, 2012:87). Dari prinsip-prinsip tersebut ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan di PAUD yaitu: bermain, bercerita, menyanyi, dialog dan tanya jawab, penugasan, sosiodrama, karya wisata, praktik langsung (Rahman, 2009:75). Metode pembelajaran ini dapat membantu mengembangkan aspek perkembangan anak. Salah satu perkembangan yang penting bagi anak usia dini adalah bahasa, karena cara anak dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh pada perkembangan sosial, emosional, fisik, dan kognitif. Keberhasilan anak dalam berbagai area seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan matematika tergantung pada kemampuan anak untuk memahami dan menyusun bahasa (Dhieni, 2007:1.20)
2
Bahasa adalah alat yang penting bagi setiap orang. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bersosialisasi dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor penting dalam perkembangan anak. Tanpa memahami bahasa seseorang akan sulit untuk berkomunikasi. Bukan hanya untuk berkomunikasi, anak menggunakan bahasa juga untuk mengungkapkan apa yang diinginkan. Bahasa merupakan salah satu indikator keberhasilan anak, karena dengan bahasa yang baik maka dapat terjalin komunikasi dan interaksi sosial anak dengan baik pula. Bahasa menurut aliran Sofisme memandang bahasa sebagai suatu perjanjian yang sifatnya sengaja antar masyarakat, sedangkan aliran Stoijin memandang bahasa sebagai suatu kemampuan yang bersifat alamiah (Dhieni, 2007: 1.5). Menurut Montessori dalam Suyandi (2010:97) ketika anak belajar bahasa melalui interaksi dengan orang dewasa, anak-anak tidak hanya mempelajari redaksi kata atau kalimat, melainkan juga struktur kata dan kalimat itu sendiri. Perkembangan
bahasa
untuk
anak
Taman
Kanak-kanak
berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini, mengembangkan tiga aspek yaitu: menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Lingkup perkembangan menerima bahasa yaitu; kemampuan berbahasa secara reseptif, terdiri dari pengembangan menyimak perkataan orang lain, mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan, memahami cerita yang dibacakan, mengenal perbendaharaan kata mengenai kata sifat,
3
mengerti beberapa perintah, mengulang kalimat yang lebih kompleks, dan memahami aturan dalam suatu permainan. Bentuk indikator untuk lingkup perkembangan ini bisa dalam bentuk tindakan, hasil karya, tulisan, dan lain sebagainya, sebagai ciri anak memahami dan mampu menerima bahasa. Masalah yang diangkat adalah rendahnya kemampuan menyimak anak. Fakta di lapangan menunjukan dari keempat macam bentuk bahasa yaitu: membaca, menulis, berbicara, dan menyimak hanya menyimak yang masih
rendah.
Kemampuan
menyimak
seharusnya
sangat
perlu
dikembangkan, karena berkaitan dengan perkembangan lainnya, seperti kognitif anak akan mudah memahami pelajaran yang diberikan guru, memahami perintah kemudian peka terhadap lingkungan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu terlihat masih rendahnya kemampuan menyimak anak. Dari 14 anak yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 9 anak laki-laki, masih banyak anak yang memiliki kemampuan menyimak rendah, ini terlihat dari beberapa anak yang memiliki kemampuan menyimak cukup baik (1) kosakata 5 anak (35,7%); (2) sintak atau mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, 4 anak (28,57%); (3) semantik atau merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak 3 anak (21,42%); (4) fonem atau menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak 4 anak (28,57%).
4
Dengan melihat data diatas yang menunjukan bahwa masih rendahnya kemampuan menyimak anak, maka kita perlu menggunakan kegiatan-kegiatan atau metode-metode pembelajaran yang menarik perhatian untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak. Untuk mengembangkan
kemampuan
menyimak
anak
banyak
metode
pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya yaitu metode bercerita. Banyak media yang dapat digunakan dalam bercerita beberapa diantaranya menggunakan gambar, kartu, papan flannel, dan menggunakan boneka. Boneka tangan adalah media yang dapat digunakan untuk bercerita yang bisa menarik perhatian anak untuk menyimak. Boneka tangan
berfungsi
untuk
mengembangkan
aspek
bahasa
dan
mengembangkan daya fantasi (Zaman, 2007:7.21). Ini bisa kita manfaatkan untuk membuat anak menjadi lebih fokus dengan isi cerita yang akan diceritakan oleh guru, sehingga kemampuan menyimak anak akan meningkat. Kelebihan dari boneka tangan ini adalah dapat mendorong anak untuk memilih, menciptakan suasana baru dan menambah ketertarikan terhadap cerita (Dhieni, 2007:9.49). Berdasarkan masalah yang ada di lapangan inilah peneliti melakukan
Penelitian
Tindakan
Kelas
(PTK)
dengan
judul:
“Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompok B5 di TK Tunas Harapan Kota Bengkulu”.
5
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memilih kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan kota Bengkulu sebagai subjek penelitian. Bahasa memiliki beberapa bentuk yaitu: (1) membaca; (2) menulis; (3) berbicara; (4) menyimak. Pada penelitian ini fokus penelitian hanya meningkatkan kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media boneka tangan. C. Pembatasan Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka fokus penelitian tindakan kelas ini yaitu meningkatkan kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan penerapan media boneka tangan. Jenis-jenis menyimak antara lain: (1) menyimak interaktif; (2) menyimak noninteraktif; (3) menyimak ekstensif; (4) menyimak skunder; (5) menyimak pasif; (6) menyimak estesis; (7) menyimak kritis; (8) menyimak konsentratif; (9) menyimak kreatif. Dari beberapa jenis menyimak peneliti hanya meningkatkan kemampuan menyimak kreatif dengan beberapa aspek: (1) kosa kata; (2) sintak; (3) semantik; (4) fonem. Aspek-aspek tersebut dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal, mengemukakan
gagasan
yang
sama
dengan
pembicara,
dengan
menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
6
Dari beberapa jenis cerita untuk anak usia dini yaitu: (1) cerita rakyat (2) cerita faktual; (3) cerita fiksi modren. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cerita fiksi modren. Penelitian ini menggunakan metode bercerita dengan media langsung. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelompok B5 Tk Tunas Harapan kota Bengkulu. Subyek penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B5 yang berjumlah 14 anak dengan 5 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
maka
yang
menjadi
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: Apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan kota Bengkulu? Rumusan masalah secara khususnya adalah: 1.
Apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek kosakata di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan?
2.
Apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek sintak di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan?
7
3.
Apakah melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek semantik di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan?
4.
Apakah dengan kegiatan metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek fonem di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan di atas, dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok B5 Tk Tunas Harapan kota Bengkulu. Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek kosakata di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan. 2. Untuk mengetahui melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek sintak di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan. 3. Untuk mengetahui melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek semantik di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan.
8
4. Untuk mengetahui melalui metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada aspek fonem di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan. F. Manfaat Hasil Penelitian 1. Bagi Guru a. Guru dapat mengetahui perkembangan bahasa anak. b. Guru dapat meningkatkan keterampilan dan kreativitas dalam penggunaan media dalam pembelajaran bahasa. 2. Bagi Peneliti a. Peneliti dapat melihat langsung penerapan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak. b. Peneliti dapat menambah pengetahuan dari hasil penelitian penerapan boneka tangan ini. 3. Bagi Siswa a. Meningkatkan kemampuan menyimak anak. b. Menumbuhkan semangat anak untuk terus mengembangkan kemampuan bahasa.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti 1. Perkembangan Bahasa a. Pengertian Bahasa Menurut Bachri (2005:4) bahasa adalah pemahaman dan komunikasi melalui kata, ujaran dan tulisan yang diperlukan dalam kegiatan berkomunikasi dengan individu lain baik anak maupun orang dewasa secara verbal maupun non verbal. Bahasa menurut Izzaty (2005:58) adalah bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia dikombinasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Bahasa menurut aliran Sofisme dalam Dhieni, (2007:1.5) memandang bahasa sebagai suatu perjanjian yang sifatnya sengaja antar masyarakat, sedangkan menurut aliran Stoijin memandang bahasa sebagai suatu kemampuan yang bersifat alamiah. Aristoteles dalam Mulyati (2009: 2.14) menyatakan bahwa bahasa alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Moeslichatoen (2004:18) bahasa adalah bentuk utama dalam mengekspresikan pikiran dan pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain.
10
Miller dalam Fadlillah (2012:46) bahasa adalah urutan kata-kata, bahasa juga untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda. Webster dalam Sardjono (2005:5) bahasa adalah komunikasi atau ekspresi fikir dan perasaan, yang berwujud vokal, dan merupakan kombinasi dari beberapa bunyi atau simbol-simbol tertulis yang mengandung arti. Dengan demikian pengertian bahasa dalam penelitian ini adalah suatu alat komunikasi dengan menggunakan lisan dan tulisan tertentu yang digunakan untuk mengungkapkan atau menyampaikan ide, perasaan keinginan dalam diri kepada orang lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. b. Karakteristik Bahasa Menurut Dhieni (2007:1.17) Bahasa mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya: 1.
Sistematis
artinya
bahasa
merupakan
sesuatu
cara
menggabungkan bunyi-bunyian maupun tulisan yang bersifat teratur, standar dan konsisten. 2.
Arbitrari, bahwa bahasa terdiri dari hubungan-hubungan antara berbagai macam suara dan visual, objek, maupun gagasan.
3.
Fleksibel, bahasa dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
4.
Beragam artinya dalam hal pengucapan bahasa memiliki berbagai variasi dan dialek.
11
5.
Kompleks artinya bahwa kemampuan bahwa kemampuan berfikir dan nalar dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa.
c. Fungsi Bahasa Menurut Bromely dalam Dhieni (2007:1.21) menyebutkan ada 5 fungsi bahasa sebagai berikut : 1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. 2. Bahasa dapat mengubah dan mengontrol prilaku. 3. Bahasa membantu perkembangan kognitif. 4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. 5. Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Haliday dalam Kurnia (2009:68) mengemukakan beberapa fungsi bahasa bagi anak, fungsi-fungsi tersebut diantaranya: 1. Fungsi instrumental: bahasa digunakan sebagai alat perpanjang tangan. 2. Fungsi regulative: bahasa digunakan untuk mengatur orang lain. 3. Fungsi interaksional: bahasa digunakan untuk bersosialisasi. 4. Fungsi personal: bahasa digunakan untuk mengungkapkan perasaan, pendapat, dan sebagainya. 5. Fungsi heuristik atau mencari informasi: bahasa digunakan untuk bertanya. 6. Fungsi imajinatif: bahasa digunakan untuk memperoleh kesenangan, misalnya, bermain-main dengan bunyi, irama.
12
7. Fungsi representative: bahasa digunakan untuk memberikan informasi atau fakta. 2. Menyimak a. Pengertian Menyimak Perkembangan menyimak merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa resfektif yang membentuk arti. Menyimak pada anak sangat berkaitan dengan suatu proses yang dilakukan anak sehingga anak mampu dalam mengartikan atau menangkap informasi pesan yang dimaksud dengan benar. Dalam kemampuan menyimak melibatkan proses kognitif yang aktif dan cara yang berfikir kritis. Menyimak juga memerlukan tingkat kosentrasi yang cukup tinggi dan fokus terhadap apa yang sedang diamati atau dibahas. Oleh karena itu sejak dini anak dilatih untuk fokus dan konsentrasi. Anak juga harus distimulasi bisa dengan mendengarkan cerita, dongeng yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak khususnya menyimak. Menurut Sabarti dalam Dhieni (2007:4.6) menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Sedangkan menurut Musfiroh (2009:2.28) menyimak adalah usaha atau cara untuk mengembangkan kemampuan anak dalam memahami informasi
13
yang disampaikan orang lain secara lisan. Menurut Anderson menyimak sebagai proses besar mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Dhieni, 2007:4.6). Menurut Tarigan menyimak adalah suatu proses kegiatan penuh mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan pembicara melalalui ujaran atau bahasa lisan (Mulyati, 2009: 3.4). Dengan demikian yang dimaksud menyimak dalam penelitian ini adalah suatu proses kegiatan mendengarkan yang penuh dengan pemahaman untuk mengetahui atau menangkap informasi yang disampaikan secara lisan. b. Fungsi Menyimak Menurut Sabarti dalam Sutari (1998:11) menyimak mempunyai beberapa fungsi yaitu: (1) dasar belajar bahasa; (2) penunjang keterampilan bicara; membaca dan menulis; (3) penunjang komunikasi lisan; (4) penambah informasi pengetahuan. Menurut Hunt dalam Dhieni (2007:4.7) fungsi menyimak adalah: (1) memperoleh informasi; (2) membuat hubungan antar pribadi lebih efektif; (3) dapat memberikan respon yang positif; (4) mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal.
14
Dengan demikian, fungsi menyimak yaitu: (1) Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua; (2) Menjadi dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis; (3) Menunjang keterampilan berbahasa lainnya; (4) Memperlancar komunikasi lisan; (5) Menambah informasi atau pengetahuan. c. Tujuan Menyimak Menurut Tarigan dalam Dhieni (2007:4.9) mengemukakan ada tujuh tujuan menyimak yaitu: (1) Untuk belajar; (2) Memecahkan masalah; (3) Untuk mengevaluasi (4) Untuk mengapresiasi; (5) Untuk mengkomunikasikan ide-ide; (6) Untuk meyakinkan. d. Jenis-jenis Menyimak Menurut Mulyati (2009:3.24) menyimak berdasarkan situasi terbagi menjadi dua jenis yaitu: 1. Secara interaktif Menyimak
interaktif
adalah
menyimak
dengan
melakukan tanya jawab dengan pembicaraan atau dengan menyimak yang lain. Maksudnya kegiatan ini dapat dilakukan secara dua arah dan multi arah. 2. Noninteraktif Menyimak noninteraktif adalah menyimak yang tidak disertai dengan tanya jawab. Kegiatan ini kita hanya menyimak dari apa yang kita dengar.
15
Menurut Mulyati (2009:3.25) menyimak berdasarkan intensitasnya dibagi atas: 1. Menyimak ekstensif Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat umum dan tidak memerlukan bimbingan langsung seorang guru. Kegiatan menyimak ekstensif ini dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Menyimak skunder Menyimak skunder mempunyai kesamaan dengan mendengarkan, karena menyimak ini dilakukan ketika seseorang melakukan pekerjaan lain. b. Menyimak pasif Hampir sama dengan menyimak sekunder, hanya saja menyimak pasif dapat beralih sepenuhnya ketika ada kegiatan lain yang lebih menarik. c. Menyimak estetis Menyimak estetis mencakup menyimak musik, puisi, menikmati cerita, teka-teki yang dapat mengapresiasikan terhadap suatu hal tertentu. Menyimak estetik bertujuan untuk siswa agar dapat menyimak musik, puisi, dan drama. Sehingga dapat menikmati dan mengapresiasikan ceritaceritanya dalam lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru atau siswa.
16
2. Menyimak intensif Mulyati
(2009:3.26)
kegiatan
menyimak
intensif
merupakan kegiatan yang memerlukan bimbingan karena penyimak harus memahami secara terperinci, teliti apa yang sedang didengar. Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif sebagai berikut: a. Menyimak Kritis Menyimak kritis (critical listening) adalah kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan juga menyimak butir-butir yang baik dan benar dari ujaran pembicara untuk mencari kebenaran. b. Menyimak Konsentratif Menyimak
konsentratif
(concentrative
listening)
memerlukan konsentrasi yang tinggi agar dapat memahami apa yang disampaikan dengan baik. c. Menyimak Kreatif Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.
17
Menurut
Arifin
dalam
Mulyati
(2009:3.27)
menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajaran. Aspek-aspek yang berkaitan dengan bahasa lisan adalah sebagai berikut (Dhieni, 2007:9.4): 1. Kosa kata Kosa kata adalah salah satu aspek dari bahasa lisan. Lingkup kosa kata anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa, bau kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan. 2. Sintaks Sintaks adalah tata bahasa. Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa secara langsung, tetapi anak sudah mulai belajar dari lingkungan sekitar apa yang didengarnya. 3. Semantik Semantik adalah penggunaan kata yang sesuai dengan kegunaannya. Anak usia dini sudah dapat mengekspresikan penolakannya.
18
keinginannya,
pendapatnya
dan
4. Fonem Anak
sudah
memiliki
kemampuan
untuk
merangakai bunyi yang didengarnya menjadi suatu kata yang mengandung arti. Menurut
Mulyati
(2007:2.21)
untuk
meningkatkan
kemampuan menyimak kreatif dapat dilakukan dengan cara: (1) menirukan lafal atau bunyi bahasa; (2) mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara dengan pilihan kata yang berbeda; (3) merekonstruksi pesan yang disampaikan; (4) menyusun petunjuk atau nasehat berdasarkan materi yang didengarkan. Dari beberapa penjelasan diatas maka dalam penelitian ini peneliti hanya meningkatkan kemampuan menyimak kreatif karena dalam penelitian ini menggunakan media boneka tangan sehingga
dalam
menggunakan
kemampuan kreativitas
menyimaknya dan
anak
imajinasinya
dapat untuk
mengembangkan beberapa aspek yang akan diamati. 3. Metode Bercerita a. Pengertian Bercerita Menurut Gunarti (2010:5.3), bercerita merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Bercerita merupakan salah satu
19
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berarti menghasilkan ide, gagasan, dan buah pikiran (Mulyati, 2009: 64). Menurut Moeslihatoen dalam Masitoh (2007:10.3) metode bercerita adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak, cerita yang dibawakan secara lisan harus menark dan mengundang perhatian anak dan tak lepas dari tujuan pendidikan. Bercerita adalah cara menyampaikan sesuatu dengan bertutur atau memberikan penerangan atau penjelasan secara lisan melalui cerita (Sujiono, 2005:7.7). Bercerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Peristiwa tersebut disampaikan kepada peserta didik melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang unik (Fadlillah, 2012:172). Menurut Gordon & Browne dalam Isjoni (2011:90) bercerita adalah cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Campbell & Dickinson dalam Musfiroh (2005:27) bercerita adalah sarana komunikasi linguistik yang kuat dan menghibur dapat mengajarkan siswa dalam mengenal ritme, pola titik nada, dan nuansa bahasa. Metode cerita adalah pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan
membawakan
cerita
2004:157).
20
secara
lisan
(Moeslichatoen,
Menurut Mustakim (2005: 12) dari segi bentuk cerita, cerita adalah cerita fantasi atau hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, cerita benar-benar terjadi seperti dalam sejarah, cerita ini dalam imajinasi penulis atau pengarang. Dengan demikian pengertian bercerita dalam penelitiani ini adalah salah satu metode pengembangan bahasa yang menarik serta menghibur melalui lisan untuk mengungkapkan ide gagasan dan buah pikiran. b. Jenis Cerita Menurut Musfiroh (2005:81-88) jenis cerita untuk anak usia dini dikategorikan kedalam tiga jenis yaitu: 1. Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah narasi pendek dalam bentuk prosa yang tidak diketahui penciptanya dan tersebar dari mulut kemulut. Cerita rakyat memiliki beberapa bentuk yaitu: (1) Mite; (2) Legenda; (3) Dongeng. 2. Cerita Faktual Cerita faktual adalah cerita yang didasarkan pada peristiwa faktual yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang. cerita faktual biasanya diabadikan dalam bentuk buku sejarah atau kitab suci yang dipercayai kebenarannya.
21
3. Cerita Fiksi Modern Cerita fiksi modren adalah cerita imajinatif yang diciptakan oleh seseorang berdasarkan problematika kehidupan sehari-hari. Kejadian dan tokoh dalam cerita adalah hasil imajinasi dari pengarang, namun permasalahan yang disajikan ada pada kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cerita fiksi modern. Anak akan lebih cepat menangkap informasi yang disampakan karena menggunakan cerita dalam kehidupan anak sehari-hari. c. Tujuan Bercerita Menurut Gunarti (2010:5.5) tujuan bercerita adalah: (1) mengembangkan kemampuan berbahasa; (2) Mengembangkan kemampuan berfikir anak; (3) Menanamkan dengan pesan moral; (4) Mengembangkan kepekaan sosial-emosi anak; (5) Melatih daya ingat
untuk
menerima
dan
menyimpan
informasi;
(6)
Mengembangkan potensi kreatif. Dari beberapa tujuan tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan bercerita diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bahasa seperti kemampuan menyimak, berbicara, dll. Melalui bercerita anak didorong untuk memecahkan masalah secara kreatif dan menyenangkan.
22
Mendorong atau menimbulkan rasa atau membangkitkan emosi para pendengar untuk dapat menggerakkan rasa ingin tahu anak. Dalam kegiatan bercerita pembicara juga mempengaruhi keyakinan anak atas pendapat dan sikap anak agar bisa berubah menjadi lebih baik lagi setelah mendengar cerita. Kemudian menggerakkan disini maksudnya adalah pendengar atau anak dapat melakukan tindakan atau perbuatan kearah yang positif setelah mendengar cerita yang telah disampaikan oleh pembicara. Menginformasikan disini adalah menumbuhkan rasa ingin tahu anak dan memberi pengetahuan anak sehingga anak mudah memahami dan mengerti apa yang disampaikan. Selanjutnya tujuan bercerita adalah menghibur dalam pembelajaran anak usia dini diharapkan tidak membosankan dan harus menyenangkan dan menggembirakan sehingga anak tertarik dan tidak cepat bosan. d. Teknik Bercerita Menurut Musfiroh (2005:148-149) bercerita dengan boneka tangan memiliki teknik tersendiri, yaitu sebagai berikut: 1.
Jarak boneka tidak terlalu dekat dengan mulut pencerita
2.
Kedua tangan harus lentur memainkan boneka, adakalanya melakukan gerakan secara bersama-sama.
3.
Antara boneka dengan suara tokoh harus singkron. Guru dituntut untuk memiliki sekurang-kurangnya dua suara. Ini untuk mencirikan karakter yang sedang dimainkan.
23
4.
Gunakan nyanyian-nyanyian dalam cerita melalui prilaku tokoh, dan ajak anak untuk bernyanyi bersama.
5.
Selipkan beberapa pertanyaan sebagai pengisi cerita, sekaligus strategi pelibatan anak.
6.
Lakukan improvisasi melalui tokoh dengan melakukan interaksi langsung dengan anak.
7.
Tutup cerita dengan membuat simpulan dan ajukan pertanyaan cerita yang berfungsi sebagai latihan bagi siswa.
8.
Sesekali dekatkan boneka pada anak yang terpesona atau sebaliknya.
e. Manfaat Bercerita Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak usia dini menurut Rahman (2005:89) adalah: 1. Mengembangkan fantasi. Manfaat bercerita untuk mengembangkan fantasinya adalah anak dapat membayangkan atau berfantasi melampaui imajinasi orang dewasa ataupun dunia nyata. 2. Mengasah kecerdasan emosional Bercerita bermanfaat untuk mengasah emosi anak seperti sedih, marah, takut. Dari cerita anak juga belajar untuk simpati, empati, toleransi.
24
3. Menumbuhkan minat baca Ketika anak mulai senang terhadap kegiatan bercerita maka anak akan memperkaya ceritanya tanpa tergantung terhadap orang lain. 4. Membangun kedekatan dan keharmonisan Dengan cerita maka akan terjalin komunikasi verbal sehingga akan terjalin kedekatan antara pendengar dan pembicara. Manfaat cerita bagi anak usia dini menurut Fadlillah (2012: 174) adalah: (1) Membangun kontak batin, antar anak dengan orang tuanya maupun anak dengan gurunya; (2) Media penyampaian pesan terhadap anak; (3) Pendidikan imajinasi atau fantasi anak; (4) Dapat melatih emosi atau perasaan anak; (5) Membantu proses identifikasi diri; (6) Memperkaya pengalaman batin; (7) Dapat sebagai hiburan atau menarik perhatian anak; (8) Dapat membentuk karakter anak. 4. Media a. Pengertian media Gerlace & Ely dalam Arsyad (2010:3) media secara garis besar adalah manusia, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat
siswa
mampu
memperoleh
pengetahuan,
keterampilan atau sikap. Secara khusus media adalah alat-alat
25
grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan dengan penerima pesan (Zaman, 2007:4.4). Briggs dalam Suhartono (2005:6) media adalah segala alat fisik yang dapat membawakan atau menyempurnakan isi pengajaran. Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional mengartikan media sebagai
bentuk-bentuk
komunikasi
baik
tercetak
ataupun
audiovisual serta peralatan-peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca (Sadiman, 2007:7). Menurut Schramm dalam Asyhar (2012:7) media adalah teknologi pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari beberapa pengertian media menurut para ahli maka, pengertian media dalam penelitian ini adalah semua benda yang mempunyai bentuk fisik yang digunakan untuk mentransfer ilmu atau informasi dari dari pemberi informasi kepenerima informasi dengan benda sehingga lebih menarik minat anak untuk belajar. b. Jenis media pembelajaran Menurut Asyhar (2012:45) pada dasarnya media terdiri dari empat macam, yaitu:
26
1. Media visual Media visual adalah media yang semata-mata hanya mengandalkan
indera
penglihatan
peserta
didik
saja.
Pengalaman belajar dengan media ini tergantung terhadap kemampuan penglihatannya. 2. Media audio Media audio adalah media yang menggunakan alat indera pendengaran saja. Pesan yang diterima hanya berupa pesan verbal seperti bahasa lisan, kata-kata. Sedangkan pesan nonverbal dalam bentuk bunyi-bunyian, musik, bunyi tiruan. 3. Multimedia Multimedia adalah media yang melibatkan beberapa jenis media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses dan kegiatan pembelajaran. Media ini melibatkan indera penglihatan dan indera pendengaran melalui media teks, visual diam, visual gerak, dan audio serta media interaktif berbasis komputer dan teknologi komunikasi dan informasi. 4. Media audio-visual Media audio-visual adalah jenis media yang digunakan dalam
proses
pembelajaran
yang
melibatkan
indera
penglihatan dan indera pendengaran sekaligus dalam satu proses.
27
Dalam penelitian ini sangat tepat bila menggunakan media audio visual karena anak dalam proses pembelajaran anak menggunakan indera penglihatan untuk mengamati atau melihat proses cerita dengan media boneka tangan, dan anak menggunakan indera pendengaran untuk menyimak apa isi cerita yang disampaikan atau diperdengarkan oleh guru. c. Manfaat media pembelajaran anak usia dini Menurut Zaman dalam Latif (2013: 165) banyak manfaat yang diperoleh media dalam pembelajaran, yaitu: 1. Informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas menarik. 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. 3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar. 4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar. 5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan. 6. Memungkinkan
siswa
belajar
sendiri-sendiri
menurut
kemampuan dan minatnya. 7. Memberikan perangsang, pengalaman, persepsi bagi siswa. 5. Boneka Tangan Boneka tangan menurut Gunarti (2010:5.20) adalah bercerita dengan menggunakan boneka sebagai pemeran tokoh dalam cerita dengan ukuran boneka lebih besar dari boneka jari dimasukan ke
28
tangan, jari tangan bisa dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala boneka. Menurut Musfiroh (2005:148) boneka tangan adalah cara bercerita dengan mengandalkan keterampilan guru dalam menggerakkan ibu jari dan telunjuk yang sebagai tulang tangan. Menurut Dhieni (2007:6.52) bercerita dengan boneka tangan adalah bercerita dengan menggunakan boneka yang bisa dimasukan ketangan. Prosedur pelaksanaan bercerita menggunakan boneka tangan: 1.
Menetapkan terlebih dahulu tema untuk menunjang kegiatan. Dalam kegiatan bercerita menggunakan media boneka tangan ini peneliti mengambil tema rekreasi dan pekerjaan.
2.
Pelaksanaan bercerita menggunakan boneka tangan a. Langkah pertama Peneliti terlebih dulu untuk mengatur tempat duduk yang membuat anak merasa nyaman, dan membuat anak lebih fokus terhadap kegiatan nantinya dengan cara beberapa tepuk tangan kreasi. b. Langkah kedua Memberitahu
kepada
anak
kegiatan
yang
akan
dilakukan, apa tujuan dari kegiatan tersebut sehingga anak akan antusias dan tertib dalam mengikuti kegiatan.
29
c. Langkah ketiga Melaksanakan kegiatan berceritan menggunakan boneka tangan dengan menggunakan cerita yang menarik dan sesuai dengan tema. Kita bisa mengemukakan kalimat prolog sebelum memulai adegan cerita diiringi dengan musik pengiring sambil menyebutkan judul cerita. d. Langkah keempat Setelah selesai anak dan guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui kemampuan menyimak anak, dengan tetap berpegang pada aspek-aspek yang telah ditetapkan yaitu (a) kosa kata; (b) sintak; (c) semantik; (d) fonem. Aspek tersebut dapat kita lihat melalui menirukan lafal, mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, menyusun petunjukpetunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak. B. Acuan Teori Rancangan-rancangan Alternatif Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan kegiatan metode bercerita dengan media boneka tangan. Adapun alat yang digunakan dalam kegiatan ini, diantaranya : 1. Boneka tangan; boneka tangan sangat berguna dalam kegiatan ini, karena boneka tangan akan menjadi tokoh dalam kegiatan bercerita yang akan menarik perhatian sehingga meningkatkan kemampuan menyimak anak.
30
2. Tape recorder; tape recorder sebagai pendukung dalam cerita sehingga cerita akan terasa lebih hidup. 3. Properti pendukung; sebagai pendukung dalam cerita sehingga latar dalam cerita akan lebih nyata. C. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan Pada dasaarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun yang terdahulu yang hampir sama dilakukan oleh Prasasti (2013) dalam skripsinya: “Upaya Meningkatkan Keterampilan Anak dalam Menyimak Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif
Tipe
STAD”
menyimpulkan
bahwa
melalui
metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil presentase perolehan pada aspek menyimak yang diamati. Menurut analisis penulis keterampilan menyimak anak mengalami peningkatan setelah melakukan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Anak-anak mulai menunjukan adanya peningkatan dalam kemampuan menyimak terbukti dengan anak mendengarkan cerita, anak tidak melakukan aktivitas yang menganggu, anak dapat menyimpulkan cerita secara sederhana, anak dapat menirukan kembali perkataan tokoh cerita, anak menilai baik atau buruk dari tiokoh cerita, anak dapat menyebutkan pesan cerita rangkaian uraian diatas penulis berharap penelitian ini dapat dilakukan secara berkelanjutan oleh
31
guru kelas agar perkembangan bahasa khususnya keterampilan menyimak anak dapat berkembangan dengan baik. Susilowati (2012) dalam skripsinya: “Meningkatkan Keterampilan Menyimak Anak Melalui Metode Bercerita” menyimpulkan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil presentase perolehan pada aspek menyimak yang diamati. Pada siklus I tindakan 1 guru menggunakan metode bercerita langsung, siklus I tindakan 2 guru menggunakan buku cerita bergambar, siklus I tindakan 3 menggunakan boneka tangan, siklus I tindakan 4 menggunakan panggung boneka sederhana. Pada siklus I keterampilan menyimak anak belum optimal sehingga dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II keterampilan menyimak anak sudah optimal. Hasil akhir penelitian yang ditunjukkan setelah diberikan tindakan, keterampilan menyimak anak dapat digambarkan secara persentase pada kategori baik (B) sebesar 67,00 %, kategori cukup (C) sebesar 24, 11 % dan kategori kurang (K) sebesar 8.89 %. Saran yang penulis ajukan adalah guru perlu memilih cerita dengan tema yang lebih menarik, mengkaji jenis cerita dan metode bercerita yang juga menarik untuk dapat digunakan dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengangkat kembali permasalahn yang ada tetapi dengan metode, strategi, pendekatan yang berbeda sehingga dapat memberi temuan baru khususnya dalam meningkatkan keterampilan menyimak anak yang lebih optimal.
32
D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan “Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Media Boneka Tangan dikelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu” Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Input
Proses
Kemampuan menyimak belum berkembang
Pembelajaran metode bercerita dengan media boneka tangan
Menyimak kreatif: 1. Kosa kata 2. Sintak 3. Semantik Output
4. Fonem
Dilakukan dengan cara: 1. Menirukan lafal atau bunyi bahasa 2. Mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara. 3. Merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak 4. Menyusun petunjukpetunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
33
Kemampuan menyimak meningkat
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa, jenis penelitian yang digunakin yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Judul penelitian tindakan kelas ini yaitu meningkat kemampuan menyimak melalui metode bercerita dengan media boneka tangan. Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kemampuan menyimak anak usia dini. Sedangkan variabel perlakuan adalah penerapan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Dengan aspek yang diteliti (a) kosakata; (b) sintaks; (c) semantik; (d) fonem. Menyimak kreatif dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa, mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangakan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas, dengan fokus pada siswa dan atau proses belajar mengajar yang terjadi di kelas. Tujuan utama penelitian tindakan kelas ini untuk memecahkan masalah yang nyata yang terjadi di kelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan
pengembangan profesinya (Kunandar, 2011:45).
Menurut
Arikunto, dkk (2006:3) Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di Kelompok B5 Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu.
35
2. Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanaan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Jadwal rencana kegiatan penelitian ini berlangsung dari bulan oktober hingga maret 2014. Pelaksaan tindakan dilakukan dengan tiga siklus. C. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang direncanakan tiga siklus. Setiap siklus pada penelitian tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu :1) Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan (Acting), 3) Observasi atau pengamatan (Observing), 4) Refleksi (Reflecting). Alur dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Bagan Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas Perencanaan SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
(Arikunto, 2006: 16)
36
1. Perencanaan Pada tahap ini merupakan langkah awal sebelum melakukan penelitian, segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian harus dipersiapkan seperti Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH/RPP). 2. Tindakan/Pelaksanaan Tahapan ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari perencanaan dilaksanakan
yang
dibuat
dalam
kemudian
kegiatan
semua
pembelajaran.
perencanaan Kegiatan
itu yang
dilaksanakan dalam kelas adalah melaksanakan teori pendidikan dan teknik
mengajar
yang
sudah
dipersiapkan
sebelumnya
yaitu
menggunakan media boneka tangan dan hasilnya dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. 3. Pengamatan/Observasi Tahap pengamatan/observasi yang efektif berdasarkan pada lima dasar yaitu: a) harus ada perencanaan bersama antara guru dan pengamat; b) Fokus observasi harus ditetapkan bersama; c) guru dan pengamat harus membangun kriteria observasi bersama-sama; d) pengamat harus memiliki keterampilan observasi; e) observasi akan bermanfaat jika balikan diberikan segera dan mengikuti berbagai aturan (Aqib, dkk, 2009:10).
37
Pengumpulan data observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu
oleh
teman
sejawat
di
kelompok
B5
agar
dapat
memaksimalkan penelitian ini. Data yang diambil meliputi proses pelaksanaan kegiatan dengan media boneka tangan. 4. Refleksi Tahap ini merupakan tahap untuk memproses data yang didapat pada saat melakukan observasi atau pengamatan. Data yang didapat ditafsirkan data analisis. Hasil analisis inilah yang digunakan sebagai bahan refleksi apakah perlu tindakan selanjutnya atau tidak. Proses refleksi ini memegang peranan yang sangat penting dalam menemukan suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Apabila hasil yang dicapai belum mencapai kriteria keberhasilan maka akan dilakukan siklus berikutnya. Siklus Pertama a. Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan (planning) kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah : a) Membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) b) Mempersiapkan media alat yang diperlukan anak untuk memulai kegiatan, boneka tangan. c) Merumuskan instrument observasi dan penilaian.
38
b. Tindakan/Pelaksanaan Dalam siklus pertama peneliti langsung menggunakan media boneka tangan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media boneka tangan, adalah sebagai berikut: Pada pertemuan pertama dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak anak peneliti mengenalkan kosa kata, sintak, semantik, fonem melalui metode bercerita dengan media boneka tangan. Pada saat main pembukaan anak berkumpul di Aula dan melakukan aktivitas pengembangan motorik kasar. Pijakan
pengalaman
sebelum
main
(15
menit),
meliputi: pendidik dan peserta didik duduk melingkar, melakukan kegiatan salam, sapa, kemudian guru mengabsen peserta didik, berdoa bersama Alfatihah dan doa sebelum belajar, guru mengajak anak untuk memperhatikan papan tulis untuk melihat tanggal dan menyampaikan tema/subtema. Setelah menanyakan kepada anak, guru mulai mempersiapkan judul cerita yang akan disampaikan. Pada siklus pertama dan pertemuan pertama ini peneliti menggunakan cerita “Berlibur ke Kota” (Lampiran 4.1).
39
Pada pijakan pengalaman main (60 menit), setelah anak mendengarkan cerita, anak ditugaskan untuk mengurutkan gambar berdasarkan cerita yang telah didengar. Kemudian anak menjumlahkan gambar yang ada dikota berdasarkan cerita. Selanjutnya anak menggambar sesuai gagasannya berdasarkan cerita yang telah didengarkan. Hal ini dapat membantu anak untuk mengingat pesan apa saja yang telah mereka simak. Ketika pijakan setelah main 30 menit, anak-anak membereskan alat main yang digunakan. Makan bekal bersama 15 menit. Pada kegiatan penutup anak duduk melingkar, guru menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kemudian guru memberitahu tentang kegiatan hari esok, doa, pesan-pesan, salam, dan penutup. 2) Pertemuan kedua Pada pertemuan kedua pada siklus pertama dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak anak, peneliti mengenalkan kosa kata, sintak, semantik, fonem melalui kegiatan bercerita dengan media boneka tangan. Pada saat main pembukaan anak berkumpul di Aula dan melakukan aktivitas pengembangan motorik kasar.
40
Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit), disini guru dan anak duduk melingkar, melakukan kegiatan salam, sapa, kemudian guru mengabsen peserta didik, berdoa bersama Alfatihah dan doa sebelum belajar, guru mengajak anak untuk memperhatikan papan tulis untuk melihat tanggal dan menyampaikan tema/ subtema. Setelah menanyakan kepada anak, guru mulai mempersiapkan judul cerita yang akan disampaikan. Pada siklus pertama dan pertemuan kedua ini peneliti
menggunakan
cerita
“Rekreasi
ke
Benteng
Maborought” (Lampiran 4.2). Pada pijakan pengalaman main (60 menit), setelah anak mendengarkan cerita, anak diberi selembar kertas yang bergambar yang bersangkutan dengan cerita. Anak ditugaskan mengelompokan gambar benda yang berkaitan dengan cerita. Menceritakan kembali apa yang telah didengarkan. Kemudian anak mengurutkan gambar berdasarkan urutannya. Selanjutnya anak mengerjakan maze. Ketika pijakan setelah main 30 menit, anak-anak membereskan alat main yang digunakan. Makan bekal bersama 15 menit. Pada kegiatan penutup anak duduk melingkar, guru menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kemudian guru memberitahu tentang kegiatan hari esok, doa, pesan-pesan, salam, dan penutup.
41
Siklus Kedua a. Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan (planning) kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah : a) Membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) b) Mempersiapkan media alat yang diperlukan anak untuk memulai kegiatan, boneka tangan. c) Merumuskan instrument observasi dan penilaian. b. Tindakan/Pelaksanaan Dalam siklus kedua peneliti langsung menggunakan media boneka tangan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pijakan
pengalaman
sebelum
main
(15
menit),
meliputi: pendidik dan peserta didik duduk melingkar, melakukan kegiatan salam, sapa, kemudian guru mengabsen peserta didik, berdoa bersama Alfatihah dan doa sebelum belajar, guru mengajak anak untuk memperhatikan papan tulis untuk melihat tanggal dan menyampaikan tema/subtema. Setelah menanyakan kepada anak, guru mulai mempersiapkan judul cerita yang akan disampaikan. Pada siklus kedua dan pertemuan pertama ini peneliti menggunakan cerita “Asiknya memasak kue bersama koki Nina” (Lampiran 4.3).
42
Pada pijakan pengalaman main (60 menit), setelah anak mendengarkan cerita, anak mengerjakan tugas melengkapi kata sederhana, menceritakan kembali, kemudian anak mengurutkan pola berdasarkan cara membuat kue didalam cerita, yang terakhir yaitu anak menjumlah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kue. Ketika pijakan setelah main 30 menit, anak-anak membereskan alat main yang digunakan. Makan bekal bersama 15 menit. Pada kegiatan penutup anak duduk melingkar, guru menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kemudian guru memberitahu tentang kegiatan hari esok, doa, pesan-pesan, salam, dan penutup. 2) Pertemuan Kedua Pijakan
pengalaman
sebelum
main
(15
menit),
meliputi: pendidik dan peserta didik duduk melingkar, melakukan kegiatan salam, sapa, kemudian guru mengabsen peserta didik, berdoa bersama Alfatihah dan doa sebelum belajar, guru mengajak anak untuk memperhatikan papan tulis untuk melihat tanggal dan menyampaikan tema/subtema. Setelah menanyakan kepada anak, guru mulai mempersiapkan judul cerita yang akan disampaikan. Pada siklus kedua dan pertemuan kedua ini peneliti menggunakan cerita “Berbelanja di pasar” (Lampiran 4.4).
43
Pada pijakan pengalaman main (60 menit), setelah anak mendengarkan cerita, anak menceritakan kembali. Kemudian anak membuat keranjang yang digunakan untuk berbelanja, kemudian anak berbelanja berdasarkan warna keranjang sesuai dengan cerita yang telah didengar, anak menyebutkan isi keranjang. Hal ini dapat membantu anak untuk mengingat pesan apa saja yang telah mereka simak. Ketika pijakan setelah main 30 menit, anak-anak membereskan alat main yang digunakan. Makan bekal bersama 15 menit. Pada kegiatan penutup anak duduk melingkar, guru menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kemudian guru memberitahu tentang kegiatan hari esok, doa, pesan-pesan, salam, dan penutup. Siklus Ketiga c. Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap perencanaan (planning) kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah : a) Membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) b) Mempersiapkan media alat yang diperlukan anak untuk memulai kegiatan, boneka tangan. c) Merumuskan instrument observasi dan penilaian.
44
d. Tindakan/Pelaksanaan Dalam siklus kedua peneliti langsung menggunakan media boneka tangan. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pijakan pengalaman sebelum main (15 menit), meliputi: pendidik dan peserta didik duduk melingkar, melakukan kegiatan salam, sapa, kemudian guru mengabsen peserta didik, berdoa bersama Alfatihah dan doa sebelum belajar. Guru mengajak anak untuk memperhatikan papan tulis untuk melihat tanggal dan menyampaikan tema/subtema yaitu tema pekerjaan dan sub tema tempat bekerja. Setelah menanyakan kepada anak, guru mulai mempersiapkan judul cerita yang akan disampaikan. Pada siklus ketiga dan pertemuan pertama ini peneliti menggunakan cerita “Sekolah” (Lampiran 4.5). Pada pijakan pengalaman main (60 menit), setelah anak mendengarkan cerita, anak diberi tugas menggunting dan menempel kata pada gambar yang telah disediakan, kemudian anak menggambar sesuai gagasan berdasarkan cerita yang telah didengarnya, kemudian anak mengerjakan maze, selanjutnya anak menunjuk perbuatan yang benar dan yang salah. Ketika pijakan setelah main 30 menit, anak-anak membereskan alat main yang digunakan. Makan bekal bersama 15 menit. Pada kegiatan penutup anak duduk melingkar, guru
45
menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kemudian guru memberitahu tentang kegiatan hari esok, doa, pesan-pesan, salam, dan penutup. 2) Pertemuan kedua Guru menyiapkan lingkungan main, menata alat main yang akan digunakan anak. Pada saat main pembuka, anak berkumpul di Aula, berbaris, melakukan aktivitas motorik kasar, dan bernyanyi. Pijakan
pengalaman
sebelum
main
(15
menit),
meliputi: pendidik dan peserta didik duduk melingkar, melakukan kegiatan salam, sapa, kemudian guru mengabsen peserta didik, berdoa bersama Alfatihah dan doa sebelum belajar, guru mengajak anak untuk memperhatikan papan tulis untuk melihat tanggal dan menyampaikan tema/subtema. Setelah menanyakan kepada anak, guru mulai mempersiapkan judul cerita yang akan disampaikan. Pada siklus ketiga dan pertemuan kedua ini peneliti menggunakan cerita “Pergi kedokter” (Lampiran 4.6). Pada pijakan pengalaman main (60 menit), setelah anak mendengarkan cerita, bercerita dengan sederhana. Anak bermain peran, kemudian anak menggunting dan menempel gambar sesuai petunjuk yang ada dalam cerita.
46
Ketika pijakan setelah main 30 menit, anak-anak membereskan alat main yang digunakan. Makan bekal bersama 15 menit. Pada kegiatan penutup anak duduk melingkar, guru menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kemudian guru memberitahu tentang kegiatan hari esok, doa, pesan-pesan, salam, dan penutup. c. Observasi Selama melakukan PTK observasi tentang kemampuan menyimak berdasarkan aspek dinilai peranak. Peneliti juga melakukan evaluasi yaitu penilaian terhadap progres aspek-aspek kemampuan menyimak anak. Disamping itu peneliti juga dibantu oleh teman sejawat yang sama-sama ikut mengomentari selama proses pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Pada tahap ini merupakan tahap untuk memproses data yang telah didapat pada saat melakukan observasi. Data yang telah didapat kemudian didiskusikan dan diberi penilaian, guru mengukur keberhasilan pelaksanaan siklus pertama, atas dasar refleksi ini selanjutnya diukur tingkat keberhasilan dan dicari penyebabnya. Bila proses pembelajaran pada siklus pertama belum memasuki kriteria keberhasilan maka peneliti akan melakukan proses pembelajaran pada siklus selanjutnya.
47
D. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok B5 taman Kanakkanak Tunas Harapan kota Bengkulu. Dengan jumlah 14 anak, yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. E. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi (Pengamatan) Data yang didapat dari hasil pengamatan digunakan untuk mengobservasi kemampuan anak. Melalui kegiatan observasi ini mudah mengetahui peningkatan dalam kemampuan menyimak anak melalui metode bercerita dengan media boneka tangan di kelompok B5. Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti dibantu oleh teman sejawat. 2. Tanya Jawab Tanya jawab adalah teknik yang mendukung berjalannya Teknik ini digunakan dengan cara tanya jawab, guru memberi pertanyaan,
sehingga
anak
dapat
menjawab
beberapa
kemungkinan, berdasarkan apa yang diamatinya. Tanya jawab digunakan untuk mendukung yang dianalisis pada tahapan awal. 3. Dokumentasi Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
48
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi ini, peneliti menggunakan nama-nama anak sebagai subjek penelitian, foto, arsip serta data-data yang ada kaitannya dengan penelitian ini yaitu pada Taman Kanak-kanak Tunas Harapan Kota Bengkulu. b. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri dari hal-hal sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Siswa Lembar observasi ini digunakan untuk memantau setiap perkembangan menyimak anak dengan media boneka tangan dalam pengukuran tingkat perkembangan menyimak anak usia dini. 2. Lembar Observasi Guru Lembar
observasi
ini
disusun
untuk
memantau
perkembangan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Lembar observasi ini digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar selanjutnya. F. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu kegiatan yang dilakukan. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
49
menggambarkan kenyataan atau fakta seseuai dengan data yang diperoleh tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak anak usia dini. Analisis data dihitung menggunakan analisis sederhana yaitu : 1.
Lembar Observasi a. Lembar Observasi Aktivitas Guru Lembar observasi aktivitas guru digunakan pada saat pelaksanaan tindakan pembelajaran. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekurangan guru saat mengajar dan digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki proses belajar mengajar siklus berikutnya. Untuk lembar observasi observasi aktivitas guru skor tertinggi adalah 5 dengan jumlah butir observasi 14 butir, sehingga skor tertinggi tiap butir adalah 70. Maka kisaran nilai untuk setiap kriteria pengamatan yaitu :
� � �� �� �� �
���
�
�� =
skor tertinggi − skor terendah + 1 skor tertinggi tiap butir
=
70−14 +1 5
= 11 Sudjana (2006:78)
50
Tabel 3.2 Skor Pengamatan Aspek Pada Lembar Observasi Guru No
Kriteria Penilaian
Skor Nilai
1 2 3 4 5
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
5 4 3 2 1
Kisaran Skor 60-70 49-59 38-48 27-37 16-26
b. Lembar Observasi Anak Selain lembar observasi guru, juga digunakan lembar observasi aktivitas anak. Lembar observasi aktivitas anak digunakan untuk mengetahui keaktifan anak selama proses belajar mengajar berlangsung dan sebagai pedoman untuk memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus selanjutnya. Lembar observasi aktivitas anak berjumlah 4 butir, skor tertinggi adalah 5, maka : 4 x 5= 20 dan skor terendah adalah 1, maka : 1 x 5 =5 Kisaran nilai untuk setiap kriteria = (Skor tertinggi-skor terendah)+1 Skor tertinggi tiap butir
= (20-5)+1 5 Kisaran nilai untuk tiap kriteria = 3 Sudjana (2006:78)
51
Jadi, kisaran skor penilaian untuk lembar observasi anak adalah : Tabel 3.3 Skor Pengamatan Setiap Aspek NO 1 2 3 4 5 2.
Kriteria Penilaian Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Skor Penilaian 5 4 3 2 1
Kisaran Skor 18-20 15-17 12-14 9-11 5-8
Penilaian Rata-rata Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh anak yang kemudian dibagi dengan jumlah anak yang ada di kelas yang diteliti sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus : NR= ∑x N
Dengan : NR = Nilai rata-rata ∑x = Jumlah nilai
N = Jumlah anak Aqib (2009:204) 3.
Penilaian Untuk Ketuntasan Belajar Terdapat dua kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan klasikal. Ketuntasan belajar secara perorangan dilakukan tuntas jika anak masuk dalam kategori baik atau nilai 4. Sementara itu ketuntasan klasikal bisa dikatakan tuntas jika persentase
52
mencapai 75% untuk tiap aspeknya. Untuk menghitung persentase ketuntasan aktivitas digunaka rumus sebagai berikut : �
P= x 100% �
Keterangan : P = Tingkat kemampuan anak F
= Anak yang tuntas belajar ≥ B (4-5)
n
= Jumlah anak
100%
= Nilai konstan Tabel 3.4 Kriteria keberhasilan belajar anak dalam 80 %-100% 70%79 % 60 – 69 % 50-59% <50%
Sangat Baik Baik Cukup Tidak Cukup Sangat Tidak Cukup Sumber : Aqib (2009:41)
4.
Indikator Keberhasilan Adapun hasil Indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan pada setiap siklus dalam penelitian ini adalah: 1.
Perhitungan peningkatan antar siklus dapat dikatakan meningkat apabila pada siklus II lebih baik dari siklus I dan siklus III lebih baik dari siklus II (t1 < t2 < t3).
2.
Hasil belajar dikatakan berhasil apabila indikator keberhasilan keterampilan menyimak anak mencapai 75%, indikator ini dimaksud melalui siklus pertama dan kedua diharapkan keberhasilan mencapai 75% dari subjek penelitian yang sudah 53
berhasil dalam “meningkatkan keterampilan menyimak anak melalui metode bercerita menggunakan media boneka tangan”. 3.
Anak dikatakan telah tuntas belajar, apabila seorang anak telah mencapai persentase 80%.
54