MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELOMPOK BERMAIN WIDYA MERTI KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA
ARTIKEL
Oleh: Nuriyati NIM 091684435
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI 2013
0
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELOMPOK BERMAIN WIDYA MERTI KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA
Nuriyati PG PAUD FIP UNESA ABSTRAK Tujuan Penelitian yang ingin dicapai : (1) Mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa anak melalui media gambar di Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya. (2) Mendeskripsikan aktivitas guru dan anak dalam proses belajar mengajar melalui media gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak di Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya. Proses pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Dibantu dua orang kolaborator, yang berperan merekam perkembangan data, yang meliputi (1) peningkatkan kemampuan berbahasa anak, (2) aktivitas anak selama proses belajar, serta (3) aktivitas guru selama proses belajar mengajar. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif kualitatif yang bersifat menggambarkan fakta sesuai dengan data, untuk mengetahui prestasi belajar, respon, serta aktivitas anak terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, indikator kinerja anak dalam meningkatkan kemampuan berbahasanya mencapai 50% (10 anak). Pada siklus II, mencapai 85% (17 anak), sehingga ketuntasan belajar anak secara keseluruhan telah terpenuhi. Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa penerapan media gambar ternyata dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya. Kata kunci: kemampuan berbahasa anak, media gambar.
ABSTRACT Wants to achieve the purposes : 1) to know the increase of children’s language skill through picture media in Play Group Widya Merti Sukomanunggal Surabaya. 2) to describe teacher and students activities in learning process by picture media to increase children’s language skill in Play Group Widya Merti Sukomanunggal Surabaya. The process of collecting data used observation technique. It is helped by two people to record the improving data, included 1) children’s language skill, 2) children’s activities during learning process, 3) teachers activities during learning process. The data analysis is done qualitative descriptively which has function to describe the real data, to know learning achievement, responds, and children’s activities to learning process. The research result shows that in the first cycle, children’s study indicator to increase their language skill is 50% (10 children) and to be 85% (17 children) in the 2nd cycle, so that children’s completeness of study have been completed totality. From all of process of research that has been done can be concluded that the application of picture media can be used as one of ways to improve children’s language skill in Play Group Widya Merti Sukomanunggal Surabaya. Key words: children’s language skill, picture media
1
Agar anak memiliki manfaat bagi dirinya
PENDAHULUAN Pendidikan
anak
usia
dini
dapat
sendiri maupun manfaat bagi orang lain, perlu adanya
diselenggarakan melalui jalur pendidikan nonformal
intervensi dari lingkungannya. Intervensi yang
berupa Kelompok Bermain (KB), menurut Dirjen
dimaksud adalah adanya upaya pengaruh pendidikan
PAUDNI (2011:1-2) menyatakan bahwa dalam
terhadap diri anak. Pendidikan pada anak usia dini
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
haruslah memperhatikan tugas-tugas perkembangan
Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan
anak,
tegas perlunya penanganan pendidikan anak usia dini,
Menurut Hurlock (1999:78) menyampaikan jika anak
hal tersebut bisa dilihat pada pasal 1 butir 14 yang
gagal dalam upaya mencapai tugas perkembangannya
menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini
bisa mengakibatkan dua kemungkinan yang serius
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
yaitu: (1) anak dinilai oleh teman sebayanya dan
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
orang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
perkembangannya, dan penilaian ini bisa membuat
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak yang bersangkutan memiliki penilaian negatif
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
terhadap dirinya sendiri, dan pada akhirnya membuat
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
anak memiliki gambaran diri yang negatif, dan (2)
Selanjutnya pada pasal 28 Undang Undang
fondasi
sesuai
tua
dengan
sebagai
tahap
perkembangannya.
anak
yang
terlambat
untuk tahap perkembangan berikutnya
Nomor 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan
menjadi kurang kuat
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
ketertinggalan perkembangan dari teman sebayanya.
pendidikan formal, nonformal, dan informal. PAUD
Akibat lebih lanjut adalah perasaan tidak mampu
pada jalur pendidikan nonformal dapat berupa
bersaing dengan teman-teman seusianya. Hal inilah
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
yang perlu diwaspadai oleh para pendidik yaitu agar
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
dalam setiap usaha pendidikan bagi anak-anak usia
Usia
dini
merupakan
masa
emas
sehingga sulit
mengejar
dini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai
perkembangan. Pada masa itu terjadi lonjakan luar
dengan
biasa pada perkembangan anak yang tidak terjadi
bersangkutan.
pada periode berikutnya. Para ahli menyebutnya
tahap
perkembangan
anak
Upaya pendidikan (pembelajaran)
yang
yang
sebagai usia emas perkembangan (golden age).
dilakukan haruslah sesuai dengan dunia anak. Dunia
Untuk melejitkan potensi perkembangan tersebut,
anak-anak adalah dunia bermain, jadi sambil bermain
setiap anak membutuhkan asupan gizi seimbang,
anak-anak bisa belajar berbagai hal. Bermain
perlindungan kesehatan, asuhan penuh kasih sayang,
merupakan proses dinamis yang mendukung anak
dan rangsangan pendidikan yang sesuai dengan tahap
dalam proses belajar. Menurut Sadono (2000:7)
perkembangan dan kemampuan masing-masing anak.
fungsi
Pemberian rangsangan pendidikan dapat dilakukan
bersosialisasi kepada anak-anak untuk mendapatkan
sejak lahir, bahkan sejak anak masih dalam
dan memperkaya pengetahuan dengan menggunakan
kandungan. Rangsangan pendidikan ini hendaknya
berbagai alat, buku, narasumber, atau memanfaatkan
dilakukan secara bertahap, berulang, konsisten, dan
sumber daya lingkungan.
tuntas, sehingga memiliki daya ubah (manfaat) bagi
bermain
memberi
kesempatan
proses
Salah satu bentuk pendidikan terhadap anak
anak (Dirjen PAUDNI, 2011:1).
adalah peningkatan kemampuan berbahasa, menurut Depdiknas (2004:5) dinyatakan dalam Kurikulum
2
2004, bahwa kemampuan berbahasa adalah bagian
berbahasanya baik. Sedangkan 12 anak (sekitar 60
dari kemampuan dasar yang bertujuan agar anak
%) kemampuan berbahasanya kurang baik.
mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan,
Hasil tersebut diperoleh peneliti melalui
memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-
pretest
yang
diberikan
pada
anak,
hasilnya
simbol yang melambangkannya. Sedangkan hasil
menunjukkan bahwa jumlah skor 190, sedangkan
yang ingin dicapai adalah dapat mendengarkan dan
jumlah skor rata-rata kemampuan berbahasanya
memahami kata serta kalimat sederhana, mengenal
sebesar 2,38, dan jumlah anak yang mencapai
bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dan tulisan.
ketuntasan belajar sebanyak 8 anak (40 %) dari 20
Usaha peningkatan kemampuan berbahasa
anak. Jumlah ketuntasan belajar sebesar 40 %
kepada anak usia dini, dapat menggunakan gambar.
tersebut sangat rendah, karena peneliti menetapkan
Menurut Wulan, dkk (2007:12.9) bahwa permainan
jumlah persentase ketuntasan belajar sebesar 76%.
dengan menggunakan gambar, dapat dilakukan
Permasalahan tersebut oleh peneliti segera
secara bergiliran mengatakan sesuatu mengenai suatu
ditindaklanjuti
gambar, dengan mula-mula mengulangi semua
tindakan kelas (PTK), dan berdasar hasil diskusi
pertanyaan
yang
dengan para teman sejawat, dilakukan perbaikan
Permainan
ini
telah baik
dilakukan untuk
sebelumnya.
daya
ingat
dan
dengan
mengadakan
penelitian
proses belajar mengajar. Diperolelah kesepakatan
mengembangkan daya pengamatan maupun bahasa.
untuk membuat sendiri media pembelajaran dengan
Langkah-langkah keunggulan penggunaan
biaya murah, namun tepat guna. Usaha peneliti
media gambar menurut Djamarah, dkk (2002:154),
memilih media pembelajaran yang mudah dan efektif
menyampaikan bahwa langkah-langkah penggunaan
untuk membantu anak usia kelompok bermain dalam
media gambar dalam pengajaran antara lain: (a)
meningkatkan
merumuskan
menggunakan media gambar.
tujuan
pengajaran
dengan
kemampuan
berbahasa,
yakni
memanfaatkan media gambar, (b) langkah penyajian
Dari uraian di atas, peneliti tergerak untuk
pelajaran dan pemanfaatan media untuk membantu
menyusun penelitian tindakan kelas (PTK) berjudul
menjelaskan
“Meningkatkan
bahan
pelajaran
media
gambar
Kemampuan
Berbahasa
Anak
dikembangkan penggunaanya untuk keefektifan dan
melalui Media Gambar di Kelompok Bermain Widya
efesiensi pencapaian tujuan. (c) dalam pemanfaatan
Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya”.
media, guru bisa mempraktikan atau langsung memanfaatkanya, baik di kelas atau di luar kelas.
Rumusan Masalah
Dari pengalaman dan pengamatan peneliti
Pertimbangan dan kendala yang terjadi dan
selama mengajar di Kelompok Bermain Widya Merti
telah diuraikan dalam latar belakang di atas, peneliti
Kecamatan
membuat rumusan masalah sebagai berikut:
Sukomanunggal
Surabaya,
menurut
penilaian peneliti, bahwa kemampuan anak tentang
1.
Apakah ada peningkatan kemampuan berbahasa
berbahasa masih kurang memuaskan. Hal tersebut
anak melalui media gambar di Kelompok
dipicu oleh kurangnya inovasi para guru dalam proses
Bermain
belajar mengajar.
Sukomanunggal Surabaya?
Bermula
dari
permasalahan
tersebut,
2.
Widya
Merti
Kecamatan
Bagaimanakah aktivitas guru dan anak dalam
dijadikan studi awal dalam penelitian ini. Data yang
proses belajar mengajar melalui media gambar
diperoleh dari pengamatan, menunjukkan bahwa dari
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa
20 anak, hanya 8 anak (sekitar 40 %) kemampuan
3
anak di Kelompok Bermain Widya Merti
Definisi Istilah
Kecamatan Sukomanunggal Surabaya?
Definisi istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:
Tujuan Penelitian Penelitian di Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya tersebut,
1.
bertujuan sebagai berikut:
Kemampuan berbahasa Depdiknas (2000:5) dalam kehidupan sehari-
1. Mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa
hari manusia menggunakan bahasa untuk berbicara,
anak melalui media gambar di Kelompok
berpikir, menyimak dan berkomunikasi dengan orang
Bermain
lain,
Widya
Merti
Kecamatan
Sukomanunggal Surabaya.
namun
berbahasa
dalam
menggunakan
bukanlah kemampuan
kemampuan
yang
bersifat
2. Mendeskripsikan aktivitas guru dan anak dalam
alamiah, seperti bernafas dan berjalan. Kemampuan
proses belajar mengajar melalui media gambar
itu tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak
sendirinya, melainkan harus dipelajari.
di Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan
2.
Sukomanunggal Surabaya.
Media gambar Djamarah, dkk. (2002:154)
menyampaikan
bahwa gambar merupakan suatu bentuk tiruan barang yang dibuat dengan goresan pensil pada kertas dan
Manfaat Penelitian “Meningkatkan
Penelitian Berbahasa
Anak
Kelompok
Bermain
Sukomanunggal
melalui Widya
Media
Kemampuan
sebagainya. Disamping sebagai sistem pengantar,
Gambar
terutama dalam kegiatan belajar-mengajar media
di
Merti
Kecamatan
merupakan
ini
diharapkan
digunakan untuk memudahkan proses penyampaian
Surabaya”
mempunyai manfaat: 1.
untuk
memahami
wawasan
ilmu
fisik
yang
Asumsi “Meningkatkan
Penelitian Berbahasa
Anak
gambar.
Kelompok
Bermain
Bagi anak kelompok bermain, bahwa dengan
Sukomanunggal Surabaya” ini. didasarkan pada
menggunakan media gambar dalam pengajaran
asumsi sebagai berikut:
Bagi
Kelompok
Widya
Widya
gambar
Media Merti
sangat
Gambar
di
Kecamatan
membantu
dan
Merti
menarik perhatian anak, sehingga dapat digunakan
Surabaya,
sebagai alat untuk menjelaskan simbol bentuk abstrak
penelitian ini diharapkan dapat sebagai saran
ke konkrit. Menurut Mustofa (2005:67), bahwa
dan masukan dalam pengajaran kemampuan
gambar dapat digunakan untuk memudahkan anak
berbahasa.
menerima simbol-simbol yang abstrak perlu dibantu
Bagi peneliti, dapat menjadi rujukan dalam
dengan menggunakan benda-benda konkret atau semi
penelitian
konkret sebagai media, anak-anak akan tertarik dan
Kecamatan
Bermain
Media
melalui
Kemampuan
kemampuan berbahasa anak melalui media
kemampuan berbahasa dapat ditingkatkan.
4.
sarana
informasi.
pengetahuan secara praktis tentang pengajaran
3.
atau
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai
2.
peralatan
Sukomanunggal
selanjutnya,
terutama
tentang
penggunaan media gambar dalam pengajaran
lebih mudah menguasai materi.
kemampuan berbahasa pada anak.
4
berbahasa
Keterbatasan Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini agar
lebih
maksimal
dan
untuk
bukanlah kemampuan
yang
bersifat
alamiah, seperti bernafas dan berjalan. Kemampuan
menghindari
itu tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan
kesalahpahaman, maka penelitian ini mempunyai
sendirinya, melainkan harus dipelajari. (Depdiknas,
keterbatasan sebagai berikut:
2000:5).
a. Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak
Selanjutnya dalam Depdiknas (2000:17)
melalui media
disampaikan bahwa kemampuan berbahasa yang
gambar.
dimiliki anak merupakan langkah awal dalam
b. Subjek penelitian adalah anak Kelompok Bermain Widya
Merti
Kecamatan
Sukomanunggal
Surabaya, yang berjumlah 20 anak, yang terdiri
memahami
perkembangan
individual,
termasuk
di
bahasa
anak
dalamnya
secara
mendeteksi
kemampuan membaca dan menulis.
atas 8 anak laki-laki dan 12 anak perempuan.
Menurut Dirjen PAUDNI (2011:20) anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif
Hipotesa Tindakan Hipotesa tindakan pada penelitian ini adalah melalui
penerapan
media
gambar
yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar. Salah
dapat
satu bentuk pembelajaran terhadap anak adalah
meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak
peningkatan
Kelompok
Depdiknas (2004:5) menyatakan dalam Kurikulum
Bermain
Widya
Merti
Kecamatan
Sukomanunggal Surabaya.
kemampuan
berbahasa,
menurut
2004, bahwa kemampuan berbahasa adalah bagian dari kemampuan dasar yang bertujuan agar anak
KAJIAN TEORI
mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan,
Kemampuan Berbahasa
memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-
Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang
simbol yang melambangkannya. Sedangkan hasil
melambangkan pikiran, perasaan serta sikap manusia.
yang ingin dicapai adalah dapat mendengarkan dan
Sedangkan pengertian dari bahasa anak adalah
memahami kata serta kalimat sederhana, mengenal
bahasa yang dipakai oleh anak untuk menyampaikan
bahwa ada hubungan antara bahasa lisan dan tulisan.
keinginan pikiran, harapan permintaan dan lain-lain
Dari
untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005:8).
di
atas,
jelaslah
bahwa
kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang
Dalam berkomunikasi, kita menggunakan kemampuan berbahasa
uraian
bukan bersifat alamiah, melainkan harus dipelajari.
yang telah ada dalam
Anak
mampu
menggunakan
bahasa
untuk
bertingkah laku. Kualitas kemampuan berbahasa
pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi
yang dimiliki oleh tiap orang berbeda-beda, ada yang
secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan
secara optimal dan sangat lemah dalam kemampuan
belajar. Kemampuan berbahasa merupakan bagian
berbahasanya
sehingga
hasil
dari kemampuan dasar yang bertujuan agar anak
berkomunikasi
dengan
berbeda.
mampu mendengarkan, berkomunikasi secara lisan,
tujuan orang
dalam lain
(Depdiknas, 2004:4).
memiliki perbendaharaan kata, dan mengenal simbol-
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari
simbol yang melambangkannya.
manusia menggunakan bahasa untuk berbicara, berpikir, menyimak dan berkomunikasi dengan orang lain,
namun
dalam
menggunakan
kemampuan
5
1.
Perkembangan Berbahasa Perkembangan berbahasa yang diharapkan
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak sehingga dapat menumbuhkan motivasi
dicapai anak pada anak usia kelompok bermain
belajar.
merupakan integrasi dari aspek pemahaman nilai-
2.
nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya dan bervariasi.
sosial-emosional. Dalam Standar Tingkat Pencapaian
3.
Anak lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
Perkembangan pada Peraturan Menteri Pendidikan
sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan
Nasional Republik Indonesia, Nomor 58 Tahun 2009
guru. Alasan yang kedua mengapa penggunaan
disebtkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan
media dapat mempertinggi proses dan hasil
menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan
belajar adalah berkenaan dengan taraf berpikir
yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia
anak.
tertentu.
Perkembangan
anak
yang
dicapai
Media
gambar
sangat
membantu
dan
merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai
menarik perhatian anak, sehingga dapat digunakan
agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-
sebagai alat untuk menjelaskan simbol bentuk abstrak
emosional.
ke konkrit. Menurut Mustofa (2005:67), bahwa
Selanjutnya Pengembangan bahasa dalam
gambar dapat digunakan untuk memudahkan anak
Struktur Program Kegiatan PAUD, disebutkan bahwa
menerima simbol-simbol yang abstrak perlu dibantu
bidang pengembangan pembentukan perilaku dan
dengan menggunakan benda-benda konkret atau semi
bidang pengembangan kemampuan dasar melalui
konkret sebagai media, anak-anak akan tertarik dan
kegiatan
lebih mudah menguasai materi.
bermain
dan
pembiasaan.
Lingkup
Dalam
pengembangan meliputi: (1) nilai-nilai agama dan
penelitian
”Meningkatkan
moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5)
Kemampuan Berbahasa Anak melalui Media Gambar
sosial emosional. Kegiatan pengembangan suatu
di Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan
aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang
Sukomanunggal
lain, menggunakan pendekatan tematik.
berupaya menggabungkan media gambar untuk
Menurut Wulan, dkk (2007:12.9) bahwa
Surabaya”
ini,
maka
peneliti
mempermudah dan menarik minat anak dalam
permainan dengan menggunakan gambar, dapat
meningkatkan kemampuan berbahasanya.
dilakukan secara bergiliran mengatakan sesuatu mengenai
suatu
gambar,
dengan
mula-mula
Penerapan Media Gambar untuk Meningkatkan
mengulangi semua pertanyaan yang telah dilakukan
Kemampuan Berbahasa
sebelumnya. Permainan ini baik untuk daya ingat dan
Pemanfaatan
mengembangkan daya pengamatan maupun bahasa.
media
gambar
dalam
pembelajaran diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran menjadi lebih baik. Kehadiran media gambar
Manfaat Media Gambar Dalam pembelajaran, media gambar dapat
sebagai
meningkatkan
media
pembelajaran
untuk
berbahasa
anak,
kemampuan
digunakan sebagai alat yang dapat menarik perhatian
mempunyai
anak, variasi pembelajaran dan mempertinggi proses
membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-
pembelajaran,
pesan yang akan diberikan kepada anak didik.
menurut
Syaichudin
(2008:4)
memberikan alasan berkenaan dengan manfaat
arti
Menurut
media, antara lain:
Muslichatoen,
6
yang
Gordon 1999:55)
cukup
&
penting,
untuk
Browne
(dalam
menyatakan
bahwa
kemampuan berbahasa juga dapat dikembangkan
menggunakan
melalui kegiatan bermain yang bertujuan untuk:
pelajaran bertahap.
1.
Menguasai bahasa reseptif (mendengar dan
c.
yang
meliputi:
(a)
gambar dinding.
memahami
d.
Membantu guru ketika berada di ruangan
perintah. (b) menjawab pertanyaan, dan (c)
terbatas.
mengikuti urutan peristiwa 2.
3.
4.
atau
Lebih praktis penggunaannya dari pada
memahami apa yang didengar apa yang didengar)
gambar-gambar
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi: (a)
keterkaitan
menguasai kata-kata baru, dan (b) menggunakan
kemampuan berbahasa melalui penggunaan media
pola bicara orang dewasa
gambar sebagai alat penunjang dalam kegiatan belajar
Berkomunikasi secara verbal dengan orang lain:
mengajar. Dari upaya tersebut diharapkan kualitas
berbicara sendiri atau berbicara kepada orang
kemampuan berbahasa anak menjadi optimal, karena
lain
kemampuan berbahasa bukanlah kemampuan yang
Keasyikan menggunakan bahasa
bersifat alamiah atau bawaan, melainkan kemampuan
Berkait
dengan
kemampuan
berbahasa
kita
menggunakan
dalam
meningkatkan
yang harus dimiliki seseorang dari hasil suatu proses
(Depdiknas, 2004:4) menyampaikan bahwa dalam berkomunikasi,
pembelajaran
belajar.
kemampuan
Dalam
proses
pembelajaran,
peneliti
berbahasa yang telah ada dalam bertingkah laku.
memerlukan alat penunjang berupa media gambar
Kualitas kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh
dalam rangka meningkatkan kemampuan berbahasa
tiap orang berbeda-beda, ada yang secara optimal dan
anak,
sangat lemah dalam kemampuan berbahasanya
manfaat untuk mempermudah menerangkan dan
sehingga tujuan dalam hasil berkomunikasi dengan
menyusun materi pelajaran, serta lebih praktis
orang lain berbeda.
penggunaannya ketika berada dalam ruangan kelas.
Sedangkan
dalam
Depdiknas
dikarenakan
media
tersebut
mempunyai
(2000:5)
dijelaskan bahwa kehidupan sehari-hari manusia
Indikator Meningkatkan Kemampuan Berbahasa
menggunakan bahasa untuk berbicara, berpikir,
Anak melalui Media Gambar
menyimak dan berkomunikasi dengan orang lain,
Dalam
Peraturan
Menteri
Pendidikan
namun dalam menggunakan kemampuan berbahasa
Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
bukanlah kemampuan yang bersifat alamiah, seperti
Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, pada
bernafas dan berjalan. Kemampuan itu tidak dibawa
lingkup perkembangan bahasa pada anak usia 3–4
sejak
tahun, tingkat pencapaian perkembangannya, telah
lahir
dan
dikuasai
dengan
sendirinya,
melainkan harus dipelajari.
disampaikan pada halaman 12 di atas. Maka peneliti
Menurut Sanaky (2001:89) menyatakan bahwa
menyusun indikator pengamatan yang digunakan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar
dalam
mempunyai tujuan antara lain:
berbahasa
anak
Untuk memperoleh keterangan pengajaran
Kelompok
Bermain
dalam
Sukomanunggal Surabaya sebagai berikut:
a.
menerangkan
materi
pelajaran
dengan menggunakan gambar. b.
Mempermudah penyusunan
pekerjaan
materi
1. di
dalam
pelajaran
dengan
penelitian
Indikator
meningkatkan melalui
7
Widya
pengamatan
berbahasa anak.
media
kemampuan gambar
Merti
aspek
pada
Kecamatan
kemampuan
Pada penelitian “Meningkatkan Kemampuan
a. Pura-pura membaca cerita bergambar dalam buku dengan kata-kata sendiri. b. Mulai
memahami
dua
perintah
yang
Anak
melalui
Kelompok
Bermain
Media
Widya
Merti
Gambar
di
Kecamatan
diberikan bersamaan contoh: ambil mainan
Sukomanunggal Surabaya” ini, merupakan penelitian
di atas meja lalu berikan kepada ibu
tindakan
pengasuh atau pendidik.
meningkatkan
c. Mulai
menyatakan
keinginan
dengan
kelas
Kelompok
(PTK),
yang
kemampuan
Bermain
Widya
bertujuan
untuk
berbahasa
anak
Merti
mengucapkan kalimat sederhana (saya ingin
Sukomanunggal Surabaya
main bola)
dengan pemanfaatan media gambar.
d. Mulai
menceritakan
pengalaman
Kecamatan
melalui pembelajaran
yang
dialami dengan cerita sederhana. 2.
Berbahasa
Desain Penelitian
Indikator pengamatan aktivitas anak selama
Desain atau rancangan yang digunakan
proses belajar.
untuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
a. Perhatian dan respon anak ketika dan setelah
(action research classroom), dengan menggunakan
menerima informasi rencana pembelajaran
desain model Kemmis dan Taggart (Arikunto,
b. Perhatian anak ketika guru menjelaskan
2006:73). PTK merupakan penelitian yang dilakukan
materi pelajaran
oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri
c. Respon dan reaksi anak terhadap pertanyaan
dengan
dan saat melaksanakan tugas
tujuan
untuk
memperbaiki
kinerjanya
sehingga hasil belajar anak meningkat
d. Anak percaya diri dalam menyampaikan
(Aqib,
2009:3). Dalam PTK ini menggunakan bentuk
pendapat dan mengambil resiko
kolabarasi. Teman sejawat dijadikan kolaborator
e. Anak dapat melakukan kegiatan bermain
sebagai pengamat (observer) dalam pembelajaran di
menggunakan media gambar dan menjawab
kelas. Guru dalam hal ini penulis, terlihat secara
pertanyaan guru
penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Keempat tindakan
METODE PENELITIAN
tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Hal ini
Pendekatan Penelitian
merupakan salah satu ciri dari PTK.
Dalam
penelitan
menggunakan
Penelitian ini berusaha mengkaji, merefleksi
pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif data yang
secara kritis suatu rencana pembelajaran terhadap
dihasilkan bisa berbentuk angka maupun berbentuk
kinerja guru, dan interaksi antara guru dengan anak.
kata atau simbol-simbol yang merupakan data
Metode PTK ini menekankan pada suatu kajian yang
kualitatif (Arifin,
Moleong
benar-benar dari situasi alamiah di kelas. Proses PTK
(2005:3) menyatakan bahwa penelitian deskriptif
ini direncanakan dalam dua siklus. Setiap siklus
digunakan
menghasilkan
terdiri dari dua kali pertemuan dan terbagi empat
deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari hasil
tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan
belajar
refleksi.
2008:14).
karena
anak.
penelitian
Selanjutnya
ini
Menurut
ini
Arifin
(2008:15)
menyampaikan bahwa penelitian kualitatif adalah
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
suatu jenis penelitian deskriptif yang menghasilkan
dalam dua siklus yang sudah
data berbentuk kata-kata atau simbol-simbol yang
memenuhi kepuasan penulis dalam mencapai hasil
bersifat eksploratif atau developmental.
yang diinginkan dalam mengatasi persoalan yang
8
dianggap mampu
ada. Siklus pertama akan dilanjutkan ke siklus
lembar observasi
berikutnya jika belum tercapai ketuntasan belajar
mengamati, mengawasi
yang telah ditetapkan oleh penulis. Adapun desain
guru dan anak selama kegiatan belajar mengajar
tindakan kelas yang dilakukan dalam penelitian ini
berlangsung.
terbagi menjadi 4 tahap yaitu: (1) melihat kondisi sebagai
solusi atau penerapan, dan (4) implementasi dalam
pelaksanaan
dengan
kegiatan
menggunakan
lembar
4. Refleksi
tindakan,
Hasil yang didapat dari tahap observasi
pengamatan, dan refleksi adalah sebagai berikut:
dan penilaian tugas dikumpulkan serta dianalisis.
1. Perencanaan
Dari hasil observasi guru dapat mengadakan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tiap
refleksi, yaitu melihat sejauh mana tingkat
tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
c.
(pengamat)
dilaksanakan di kelas.
empat langkah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
b.
dan menilai aktivitas
observasi yang dirancang oleh peneliti untuk
Arikunto (2006:97) menjelaskan bahwa
a.
observer
pembelajaran,
bentuk pemberian tindakan.
perencanaan,
untuk
Dua orang teman sejawat bertindak
lapangan, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan
meliputi
yang telah dibuat
keberhasilan pemanfaatan media gambar untuk
Menyusun rencana kegiatan harian (RKH)
meningkatkan
untuk tiap siklus.
Selain itu, refleksi juga untuk mengetahui
Membuat
lembar
observasi
kemampuan
berbahasa
anak.
untuk
bagaimana kegiatan belajar mengajar dengan
pengamatan aktivitas anak dan guru di
menggunakan rangsangan memanfaatkan media
dalam kelas saat proses pembelajaran.
gambar pada siklus sebelumnya. Selanjutnya hal
Mempersiapkan media pembelajaran yaitu
tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk
media gambar yang bertujuan meningkatkan
siklus berikutnya.
kemampuan berbahasa anak. d. Mempersiapkan
alat
evaluasi
untuk
Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
mengukur dan mengetahui sejauh mana
Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti,
kemampuan anak dalam berbahasa terhadap
guru dan anak Kelompok Bermain Widya Merti
pemanfaatan media gambar.
Kecamatan
e.
Mempersiapkan sumber pembelajaran.
berjumlah 20 anak, yang terdiri atas 8 anak laki-laki
f.
Mempersiapkan instrumen penelitian yang
dan 12 anak perempuan. Adapun guru yang dijadikan
lain.
subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri.
2. Pelaksanaan tindakan
Sukomanunggal
Sedangkan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini
Kelompok
Bermain
lokasi Widya
Surabaya
penelitian Merti
yang
ini
di
Kecamatan
adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
Sukomanunggal Surabaya yang beralamatkan di Jl.
telah
Satelite Timur Blok MM-3 Surabaya.
direncanakan
dalam
RKH.
Guru
Waktu
menyampaikan materi, melakukan tindakan, lalu
penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, pada
anak
semester gasal tahun pelajaran 2011-2012.
memanfaatkan
media
gambar
sesuai
perintah guru.
Dalam rangka pengumpulan data peneliti
3. Observasi
menggunakan teknik observasi sistematis karena Observasi
pelaksanaan
tindakan
dilakukan dengan
terhadap
dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai
menggunakan
instrumen pengamatan. Teknik ini digunakan untuk
9
mengumpulkan data tentang pemanfaatan media
Pelaksanaan siklus I dalam PTK ini diterapkan pada
gambar dalam meningkatkan kemampuan berbahasa
anak Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan
anak di Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan
Sukomanunggal
Sukomanunggal Surabaya.
September 2012 untuk pertemuan ke-1 dan 5
Sebelum
melakukan observasi,
peneliti
untuk
mengukur
dilakukan
pada
3
September 2012 untuk pertemuan ke-2, pada
membuat criteria penilaian. Teknik observasi ini digunakan
Surabaya,
semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
perkembangan
Proses
pembelajaran
didesain
dalam
kecerdasan anak selama dalam proses pembelajaran
Rencana Kegiatan Harian (RKH), yang merupakan
yang dilakukan pada anak Kelompok Bermain Widya
gambaran lebih rinci dan konkrit yang dilakukan guru
Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya.
dan anak, yang relatif sama penggunaan waktu dalam kegiatan setiap harinya, yaitu selama 120 menit. RKH merupakan rencana pembelajaran yang terdiri
Instrumen Penelitian Instrumen atau alat
pengambilan atau
dari: kegiatan awal selama 30 menit, kegiatan inti
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
selama 60 menit, istirahat selama 15 menit, dan
ini
kegiatan akhir selama 15 menit.
adalah
lembar
pengamatan
peningkatkan
kemampuan berbahasa anak melalui media gambar,
a. Perencanaan
lembar pengamatan aktivitas guru selama proses
Pada
tahap
ini,
direncanakan
akan
belajar mengajar, dan lembar pengamatan aktivitas
melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
anak selama proses belajar.
pelaksanaan
pembelajaran sebagai
bagian
dari
penelitian yang akan dilakukan oleh guru (peneliti). Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara
rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan,
yang digunakan dalam pengolahan data yang
meliputi:
berhubungan erat dengan perumusan masalah yang
1) Persiapan alat dan materi kegiatan dengan
diajukan oleh peneliti sehingga dapat digunakan
menyiapkan berbagai media gambar.
untuk menarik kesimpulan. Untuk keefektifan suatu
2) Menyusun langkah-langkah pembelajaran.
teknik dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
3) Menyusun rencana kegiatan harian (RKH):
analisa data. Pada penelitian ini menggunakan Teknik
a) Pertemuan ke-1: Tema: Diri Sendiri. Subtema:
analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
Anggota Tubuh Bagian Atas
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
b) Pertemuan ke-2: Tema: Diri Sendiri. Subtema:
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan
Identitas Diri
tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
4) Menyusun lembar pengamatan, lembar evaluasi,
anak juga untuk memperoleh respon anak terhadap
dan lembar penilaian pembelajaran
kegiatan pembelajaran serta aktivitas anak selama
Garis besar proses pembelajaran yang
proses pembelajaran.
dituangkan dalam langkah-langkah pembelajaran, antara lain: 1) Persiapan pembelajaran:
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
a) Menyiapkan tahapan pembelajaran dan media
Pelaksanaan Siklus 1
gambar serta mengalokasikan waktu.
Dalam PTK ini dilakukan dalam dua siklus, tiap siklus dilakukan pertemuan sebanyak dua kali.
10
b) Menata
ruangan
belajar
(kelas)
memanfaatkan
media
gambar
memperjelas
menyampaikan
dan
b. Pelaksanaan Tindakan
untuk
Pelaksanaan siklus 1 yang dilakukan dalam
materi
dua kali pertemuan selama dua hari, dilakukan pada 3
pembelajaran. c) Menyiapkan
dan 5 September 2012. Proses pembelajaran di kemampuan
diri
mengatasi
Kelompok Bermain setiap hari dimulai pukul 07.00
tantangan dengan penampilan yang cerdas
s.d. 09.00.
serta mampu mengatasi keluhan anak.
Pada Kelompok Bermain Widya Merti
2) Kegiatan awal: a) Setelah
bel
Kecamatan berbunyi
anak-anak
baris
Surabaya,
jumlah
anaknya sebanyak 20 anak, terdiri dari 8 anak laki-
kemudian masuk ke dalam kelas, guru
laki dan 12 anak perempuan.
membimbing anak untuk berdoa, salam dan
Pelaksanaan tindakan kegiatan inti pada
mengisi daftar hadir.
pertemuan ke-1, yang dilakukan guru, antara lain:
b) Guru memberi penjelasan yang berkaitan
1) Guru memberi penjelasan yang berkaitan
tentang tema hari ini. c) Menanggapi
Sukomanunggal
tentang tema hari ini dan menyampaikan
pengalaman
cerita
masing-
tujuan pembelajaran tentang pengalaman anak
masing anak
saat merayakan ulang tahun.
d) Guru menyampaikan pertanyaan kepada anak
2) Guru menggunakan media gambar anak laki-
tentang identitas diri, seperti: nama dan jenis
laki dan anak perempuan dan menunjukkan
kelamin.
kepada anak, serta bertanya seputar media gambar tersebut.
3) Kegiatan inti:
3) Guru bercerita tentang pengalaman ulang
a) Guru menggunakan media gambar anak laki-
tahun dengan media gambar yang disertai
laki dan anak perempuan dan menunjukkan
acara meniup lilin.
kepada anak, serta bertanya seputar media
4) Kemudian guru bertanya siapa yang pernah
gambar tersebut. (Guru bertujuan mengambil pembelajaran
dari
cerita
anak
merayakan ulang tahun dan siapa yang belum
tentang
merayakan ulang tahun.
pengalamannya saat berulang tahun).
5) Kemudian anak menceritakan pengalamannya
b) Guru bercerita tentang pengalaman ulang
selama berulang tahun dengan bahasa yang
tahun dengan media gambar yang disertai
sederhana.
acara meniup lilin
c. Observasi
c) Kemudian guru bertanya siapa yang pernah
Observasi dilakukan oleh teman sejawat
merayakan ulang tahun dan siapa yang belum
yang bertindak melakukan pengamatan terhadap
merayakan ulang tahun.
aktivitas guru dan aktivitas anak, yang bertujuan
d) Kemudian anak menceritakan pengalamannya
memberikan gambaran tentang aktivitas guru dan
selama berulang tahun dengan bahasa yang
aktivitas anak selama proses pembelajaran. Hasil
sederhana.
pengamatan dan penilaian dicatat oleh observer pada
4) Kegiatan akhir:
lembar pengamatan.
Setelah anak selesai bercerita menggunakan
1) Observasi siklus I pertemuan ke-1
media gambar, guru dan ana menyanyi lagu “panjang
a). Observasi aktivitas guru selama proses belajar
umur”, diskusi dalam kegiatan sehari, doa, salam dan
mengajar.
pulang.
11
Hasil penilaian dari pengamatan aktivitas
penelitian ini, hanya 10 anak kemampuan
guru menunjukkan bahwa dari 6 aspek penilaian,
berbahasanya
aspek nomor 3 diberi skor 2 (cukup) hal tersebut
belajarnya), sedangkan 10 anak kemampuan
dikarenakan guru masih canggung dalam hal
berbahasanya kurang baik (dalam kategori belum
mengatasi tantangan dan belum menunjukkan
tuntas belajarnya).
penampilan yang cerdas serta belum mampu
baik
(dalam
kategori
tuntas
d. Refleksi
mengatasi keluhan anak, karena merasa cara
Dari uraian di atas dari 20 anak ternyata
mengajarnya diamati observer.
masih ada 10 anak (50%) yang kemampuan
b). Observasi kemampuan berbahasa anak.
berbahasanya masih belum membaik, dalam kategori
Dari obseravasi kemampuan berbahasa
anak tidak mampu namun mau berusaha melakukan
anak menunjukkan bahwa jumlah skor 221,
perintah sesuai indikator. Sedangkan 8 anak (40%)
sedangkan jumlah skor rata-rata kemampuan
yang kemampuan berbahasanya dalam kategori anak
berbahasanya sebesar 2,76, dan jumlah anak yang
mampu melakukan perintah sesuai indikator. Namun
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 9 anak.
ada 2 anak (10%) yang kemampuan berbahasanya
Hasil ketuntasan belajar secara keseluruhan pada
meningkat, dalam kategori anak sangat mampu
siklus I pertemuan ke-1 ini sebesar 45%. Dari 20
melakukan perintah sesuai indikator.
anak yang menjadi subjek penelitian ini, hanya 9
Berdasar hal tersebut, bila ditinjau dari
anak kemampuan berbahasanya baik (dalam
kriteria ketuntasan belajar, dinyatakan tuntas belajar
kategori tuntas belajarnya), sedangkan 11 anak
bila jumlah anak dalam satu kelas mencapai skor
kemampuan berbahasanya kurang baik (dalam
lebih dari 75% dengan mendapat nilai minimal
kategori belum tuntas belajarnya).
bintang 3 (), maka pada akhir siklus I ini
2) Observasi siklus I pertemuan ke-2
belum berhasil. Karena anak yang memperoleh
a). Observasi aktivitas guru selama proses belajar
kategori baik pada hasil akhir di siklus I ini sebesar
mengajar.
50% atau sebanyak 10 anak, dari 20 anak. Sehingga
Berdasarkan hasil observasi kegiatan
peningkatan kemampuan berbahasa anak masih di
atau aktivitas guru selama proses belajar mengajar
bawah kriteria ketuntasan belajar, maka perlu
pada siklus I pertemuan ke-2. Hasil penilaian dari
dilakukan perbaikan lagi pada siklus II.
pengamatan aktivitas guru menunjukkan bahwa
Kendala yang dihadapi guru dalam siklus 1
dari 6 aspek penilaian aktivitas guru pada siklus I
menurut observer ketika mengamati PBM, terhadap
pertemuan
aktivitas anak terjadi kekurangan pada:
ke-2,
pengamat
(observer)
memberikan penilaian 79,17%.
1) Beberapa anak kurang serius memperhatikan
b). Observasi kemampuan berbahasa anak. Dari
hasil
observasi
guru ketika menyampaikan keterangan dan
kemampuan
mencontohkan permainan media gambar. Ada
berbahasa anak menunjukkan bahwa jumlah skor
yang asyik bermain sendiri atau mengganggu
246, sedangkan jumlah skor rata-rata kemampuan
temannya yang mendengarkan keterangan
berbahasanya sebesar 3,08, dan jumlah anak yang
guru.
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 anak. Hasil
ketuntasan
belajar
2) Konsentrasi anak kurang terfokus, karena ada anak kelompok kelas lain yang ramai bermain
secara
dan bernyanyi di halaman sekolah.
keseluruhan pada siklus I pertemuan ke-2 ini sebesar 50%. Dari 20 anak yang menjadi subjek
12
3) Media gambar yang digunakan guru kurang
5) Guru membuat lembar penilaian.
menarik perhatian anak.
6) Guru membuat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan
Pelaksanaan timdakan pada siklus 1I ini,
dan
juga dilakukan dalam dua kali pertemuan selama dua
melakukan perbaikan proses pembelajaran, agar
hari. Pertemuan ke-1 dilakukan pada 10 September
masalah yang terdapat pada siklus 1 dapat teratasi.
2012 dan pertemuan ke-1 dilakukan pada 12
Pelaksanaan tindakan pada siklus II diuraikan sebagai
September 2012. Proses pembelajaran di Kelompok
berikut:
Bermain setiap hari dimulai pukul 07.00 s.d. 09.00.
untuk
pada
mengatasi
siklus
Pelaksanaan Tindakan
II
dimaksudkan
tindakan
b.
kendala
Pelaksanaan tindakan kegiatan inti pada
a. Perencanaan Kekurangan yang terjadi, seperti yang telah
pertemuan ke-1 Siklus II ini, yang dilakukan guru,
disampaikan pada hasil refleksi siklus 1, perlu
antara lain:
dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran pada
1) Guru mengkaitkan tentang tema hari ini
siklus II ini. Perbaikan yang dilakukan diuraikan
tentang jenis-jenis pakaian serta menanggapi
sebagai berikut:
pengalaman masing-masing anak dan tanya
1)
jawab tentang jenis-jenis pakaian.
Anak kurang serius memperhatikan guru dan anak
2)
3)
yang
asyik
bermain
sendiri
serta
2) Guru menggunakan media gambar macam-
mengganggu temannya, perlu mendapat teguran
macam jenis pakaian dan menanyakan seputar
dan perhatian khusus dari guru.
media yang ditunjukkan pada anak, dan guru
Anak konsentrasinya kurang terfokus, perlu
menyampaikan tujuan pembelajaran pada
adanya pengkondisian suasana belajar yang
anak untuk
menyenangkan anak.
keinginan pada orang tua, guru dan temannya.
mengucap atau
menyatakan
Media gambar yang digunakan guru kurang
3) Guru memanggil anak secara bergantian untuk
menarik perlu upaya guru agar membuat media
maju dan memberi media gambar baju pada
gambar yang lebih baik sehingga dapat menarik
anak.
perhatian anak.
4) Anak maju dan memilih media gambar.
Berdasar catatan yang dilakukan observer
5) Kemudian dengan media gambar baju anak
selama proses pembelajaran pada siklus 1, yang
mengucap atau mengatakan keinginannya.
dianggap sebagai hal yang positif, yang merupakan
c. Observasi
kekuatan yang perlu dipertahankan pada siklus II
Observasi dilakukan pada aktivitas guru dan
adalah:
aktivitas anak, yang bertujuan memberikan gambaran
1) Guru melaksanakan tindakan sesuai dengan
tentang aktivitas guru dan aktivitas anak selama
RKH yang telah disusun.
proses pembelajaran. Pengamatan dan penilaian pada
2) Guru menyiapkan lembar observasi aktivitas
lembar observasi dilakukan oleh teman sejawat.
dan respon anak
1) Observasi siklus II pertemuan ke-1
3) Guru memberikan pujian dan dukungan
a) Observasi aktivitas guru selama proses belajar
sebagai penguat agar anak termotivasi untuk
mengajar
berbuat baik.
Hasil penilaian dari pengamatan aktivitas
4) Guru membuat instrumen observasi untuk
guru menunjukkan bahwa dari 6 aspek penilaian
anak dan guru.
aktivitas guru pada siklus II pertemuan ke-1,
13
pengamat
(observer)
memberikan
penilaian
menunjukkan
bahwa
jumlah
skor
278,
82,25%
sedangkan jumlah skor rata-rata kemampuan
b) Observasi aktivitas anak selama proses belajar
berbahasanya sebesar 3,48, dan jumlah anak
Berdasarkan hasil observasi kegiatan
yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17
atau aktivitas anak pada siklus II pertemuan ke-1
anak. Nilai persentase ketuntasan belajar secara
diperoleh 82,25%.
keseluruhan diperoleh 85%.
c) Observasi kemampuan berbahasa anak . Berdasarkan hasil kemampuan
berbahasa
Hasil
observasi
pada
selama
proses
anak
penelitian
keseluruhan
akan
70%.
Hasil
diperoleh
anak
(dalam
kemampuan
kategori
tuntas
tuntas belajarnya). d. Refleksi . Berdasarkan
ketuntasan belajar secara keseluruhan pada siklus
hasil
observasi
terhadap
aktivitas guru dan anak, selama pelaksanaan tindakan
II pertemuan ke-1 ini sebesar 70%. Dari 20 anak
pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan
yang menjadi subjek penelitian ini, ada 14 anak
kemampuan berbahasa anak melalui penggunaan
kemampuan berbahasanya baik (dalam kategori
media gambar. Perbaikan proses pembelajaran yang
tuntas belajarnya), sedangkan 6 anak kemampuan
telah dilaksanakan dengan baik oleh guru, direspon
berbahasanya kurang baik (dalam kategori belum
secara baik pula oleh anak,
tuntas belajarnya).
Perolehan skor anak pada pelaksanaan
1) Observasi siklus II pertemuan ke-2
perbaikan di siklus II ini, dirasa telah memperoleh
a). Observasi aktivitas guru selama belajar
hasil yang diinginkan, dan mencapai tujuan yang
mengajar.
telah direncanakan dalam PTK ini, yaitu untuk
Hasil penilaian dari pengamatan
meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui
aktivitas guru menunjukkan bahwa dari 6
penggunaan media gambar.
aspek penilaian aktivitas guru pada siklus II pertemuan
baik
17
berbahasanya kurang baik (dalam kategori belum
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 14 anak. secara
ada
belajarnya), sedangkan 3 anak kemampuan
berbahasanya sebesar 3,26, dan jumlah anak yang
belajar
ini,
berbahasanya
sedangkan jumlah skor rata-rata kemampuan
ketuntasan
secara
sebesar 85%. Dari 20 anak yang menjadi subjek
diperoleh menunjukkan bahwa jumlah skor 261,
persentase
belajar
keseluruhan pada siklus II pertemuan ke-2 ini
belajar mengajar pada siklus II pertemuan ke-1
Nilai
ketuntasan
ke-2,
pengamat
Berdasar hal tersebut, bila ditinjau dari
(observer)
kriteria ketuntasan belajar dan tingkat keberhasilan,
memberikan penilaian 91,67%.
dinyatakan tuntas belajar bila jumlah anak dalam satu
b). Observasi aktivitas anak selama proses
kelas mencapai lebih dari 75%. Sedangkan anak yang
belajar
memperoleh kategori baik pada hasil siklus II sebesar
Hasil pengamatan pada aktivitas anak
85% (17 anak) yang telah memperoleh skor minimal
enggunakan 5 aspek dengan skor tertinggi 4,
3 (kategori baik),
sehingga dapat diperoleh nilai 89%
memperoleh skor 4 dan 11 anak memperoleh skor 3.
c). Observasi kemampuan berbahasa anak Berdasarkan
hasil
observasi
yang terdiri dari 6 anak
Dengan demikian proses PTK tentang upaya pada
meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui
kemampuan berbahasa anak selama proses
penggunaan media gambar dengan pada anak
belajar mengajar pada siklus 1I pertemuan ke-2
Kelompok
14
Bermain
Widya
Merti
Kecamatan
Sukomanunggal Surabaya, telah mencapai hasil yang
memperoleh skor 2 atau anak tidak mampu namun
sesuai dengan telah direncanakan.
mau berusaha melakukan perintah sesuai indikator, dan tidak ada anak yang memperoleh skor 1. Permasalahan yang menghambat proses
Pembahasan Proses
pelaksanaan
PTK
tentang
upaya
pembelajaran peningkatan kemampuan berbahasa
meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan
anak,
melalui penggunaan media gambar pada 20 anak
ditingkatkan dalam memperhatikan guru ketika
Kelompok
Kecamatan
menyampaikan proses pembelajaran, (2) konsentrasi
Sukomanunggal Surabaya ini, telah dilakukan secara
anak yang kurang terfokus perlu diarahkan dengan
bertahap, mulai dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.
meminimalisir
Bermain
Widya
Merti
Pada rata-rata skor pelaksanaan pra siklus (lihat
antara
lain
(1)
keseriusan
hambatan
yang
anak
ada
perlu
dan
mengkondisikan lingkungan belajar yang nyaman
Tabel 4.2), tidak ada anak yang memperoleh skor 4
dan
atau anak sangat mampu melakukan perintah sesuai
digunakan guru yang kurang menarik perhatian anak
indikator. Anak yang memperoleh skor 3 atau anak
perlu diganti dengan media yang memiliki ilustrasi
mampu
indikator
lebih baik. Serta (4) sikap guru perlu diperbaiki
sebanyak 8 anak (40%), sedangkan 4 anak (20%)
karena masih canggung dalam hal mengatasi
memperoleh skor 2 atau anak tidak mampu namun
tantangan dengan penampilan yang cerdas dan guru
mau berusaha melakukan perintah sesuai indikator,
harus mampu mengatasi keluhan anak.
melakukan
perintah
sesuai
menyenangkan,
dan 8 anak (40%) memperoleh skor 1 atau anak tidak
Kemampuan
(3)
media
guru
untuk
gambar
yang
memperbaiki
mampu dan tidak berusaha melakukan perintah
kelemahan yang ada, baik yang dialami guru maupun
sesuai indikator.
anak, merupakan upaya guru secara kreatif dan
Pada rata-rata skor pelaksanaan siklus I
inovatif sangat diperlukan dalam setiap proses
pertemuan ke-2 (lihat Tabel 4.8), anak yang
pembelajaran.
memperoleh skor 4 atau anak sangat mampu
langkah tindakan aktivitas mengajar yang dilakukan
melakukan perintah sesuai indikator sebanyak 2 anak
oleh guru, berpengaruh sangat signifikan pada
(10%). Anak yang memperoleh skor 3 atau anak
kemampuan berbahasa anak. Hal ini tampak dari
mampu
indikator
kualitas pembelajaran dalam tindakan kelas yang
sebanyak 8 anak (40%), sedangkan 10 anak (50%)
berhasil meningkatkan kemampuan berbahasa anak
memperoleh skor 2 atau anak tidak mampu namun
yang semakin baik, mulai dari tahap pra siklus, siklus
mau berusaha melakukan perintah sesuai indikator,
I sampai dengan siklus II.
melakukan
perintah
sesuai
Perbaikan
metode
dan
langkah-
dan tidak ada anak yang memperoleh skor 1 atau
Siklus II menunjukkan ketuntasan belajar
anak tidak mampu dan tidak berusaha melakukan
dan tingkat keberhasilan anak dalam pelaksanaan
perintah sesuai indikator.
tindakan
Pada rata-rata skor pelaksanaan siklus II
pembelajaran
yang
dilakukan
untuk
meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui
pertemuan ke-2 (lihat Tabel 4.14), anak yang
penggunaan media gambar.
memperoleh skor 4 atau anak sangat mampu
Dalam kriteria ketuntasan belajar, anak
melakukan perintah sesuai indikator sebanyak 6 anak
dinyatakan tuntas belajar bila nilai ketuntasan belajar
(30%). Anak yang memperoleh skor 3 atau anak
anak secara keseluruhan mencapai skor lebih dari
mampu
indikator
75% (minimal memperoleh skor 3). Pada siklus 1
sebanyak 11 anak (55%), sedangkan 3 anak (15%)
ketuntasan belajar secara keseluruhan belum tercapai
melakukan
perintah
sesuai
15
karena baru mencapai 50%, dengan rincian bahwa
ada 9 anak saja yang kemampuan berbahasanya baik
jumlah anak yang memperoleh skor 3 sebanyak 8
dengan
anak (40%) dan jumlah anak yang memperoleh skor
Kemudian pada siklus I pertemuan ke-2 untuk
4 sebanyak 2 anak (10%).
meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan
melalui
penggunaan
media
gambar.
Pada siklus I1 ketuntasan belajar secara
menggunakan media gambar mendapatkan hasil 50%
keseluruhan sudah tercapai, karena telah mencapai
dari 20 anak atau hanya 10 anak saja yang mampu.
85%, dengan rincian bahwa jumlah anak yang
Dari hasil tersebut pada siklus I belum memenuhi
memperoleh skor 3 sebanyak 11 anak (55%) dan
presentasi maksimum yang dikehendaki oleh guru.
jumlah anak yang memperoleh skor 4 sebanyak 6
Setelah
mengetahui
hasil
kemampuan
anak (30%). Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa
berbahasa anak pada siklus I belum mencapai
melalui penggunaan media gambar ternyata telah
presentasi maksimum yang dikehendaki guru, maka
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak
dilaksankan siklus yang ke II. Pada siklus II
pada Kelompok Bermain Widya Merti Kecamatan
pertemuan ke-1 mendapatkan hasil 70% dari 20 anak
Sukomanunggal
sesuai
atau ada 14 anak, sedangkan pada siklus II pertemuan
dengan pendapat Mustofa (2005), yang menyatakan
ke-2 mendapatkan hasil 85% dari 20 anak atau ada 17
bahwa
digunakan untuk
anak yang kemampuan bahasanya baik. Dari data
memudahkan anak menerima simbol-simbol yang
tersebut sudah jelas bahwa pada siklus ke-2 guru baru
abstrak perlu dibantu dengan menggunakan benda-
berhasil
benda konkret atau semi konkret sebagai media,
berbahasa anak dengan menggunakan media gambar.
anak-anak akan tertarik dan lebih mudah menguasai
Sedangkan untuk aktivitas guru dalam
Surabaya.
Hal tersebut
media gambar dapat
materi.
dalam
meningkatakan
kemampuan
pelaksanaan meningkatkan kemampuan berbahasa Dari uraian di atas, sehingga dalam akhir
anak dengan menggunkan media gambar pada siklus
pembahasan penelitian ini dan ditunjang dari
I pertemuan ke-1 mendapatkan hasil 70,83%,
pendapat-pendapat yang telah disampaikan dalam
sedangkan pada pertemuan ke-2 menjadi 79,17%.
Bab II, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Akan tetapi hasil tersebut belum maksimal sehingga
kemampuan berbahasa anak Kelompok Bermain
dilaksanakan siklus yang ke II dengan hasil pada
Widya Merti Kecamatan Sukomanunggal Surabaya
pertemuan 1 yaitu 82,25% dan pada pertemuan ke-2
dapat ditingkatkan melalui media gambar. Proses
meningkat menjadi 91,67%, dengan hasil demikian
tersebut dilakukan oleh peneliti dengan cara berupaya
berarti proses pembelajaran telah dilaksanakan
menggabungkan berbagai media gambar untuk
dengan baik oleh guru.
mempermudah dan menarik minat anak dalam
Selain aktivitas guru juga terdapat aktivitas
meningkatkan kemampuan berbahasanya.
anak pada siklus I pertemuan ke-1 mendapatkan hasil 72,25%, sedangkan pada pertemuan ke-2 mengalami
KESIMPULAN DAN SARAN
peningkatan menjadi 77%. Akan tetapi hasil tersebut
Kesimpulan
belum maksimal sehingga dilaksanakan siklus yang
Dari data hasil kemampuan berbahasa anak
ke II dengan hasil pada pertemuan 1 yaitu 82,85%
Kelompok Bermain Widya Merti pada bab empat
dan pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 89%,
terdapat dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada
dengan hasil demikian berarti proses pembelajaran
siklus I pertemuan ke-1 mendapatkan hasil 45% dari
telah dilaksanakan dengan baik oleh anak.
20 anak dalam kemampuan berbahasanya atau hanya
16
Dari uraian tersebut menunjukkan dan
Daryanto. 2011. PenelitianTindakan Yogyakarta: Gava Media.
diketahui bahwa penerapan penggunaan media gambar ternyata dapat digunakan sebagai salah satu
Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Membaca dan Menulis di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Dirjen Dikdasmen
cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak
pada
Kelompok
Bermain
Widya
Merti
Kecamatan Sukomanunggal Surabaya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Metode Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Diknas.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di
Direktur Jenderal PAUDNI. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.
atas, saran yang dapat peneliti sampaikan bahwa dalam memperbaiki kualitas pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman
Kelas.
dan
kemampuan
berbahasa anak pada tingkatan Kelompok Bermain
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
adalah: 1. Penelitian ini dapat digunakan oleh para guru sebagai
bahan refleksi
dalam
memperbaiki
Hurlock, Elizabeth (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Istiwidayanti dan Soejarwo, Pengalih bhs.). Jakarta: Penerbit Erlangga
pembelajaran meningkatkan pemahaman dan kemampuan berbahasa anak. 2. Para bunda Kelompok Bermain hendaknya dapat
Moeslichatoen, R.. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Rinika Cipta
menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu bahan acuan bahwa penggunaan media gambar ternyata dapat digunakan sebagai usaha,
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitataif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempermudah pemahaman dan daya ingat,
Mustofa, Ali. 2005. Ayo Membaca, Surabaya: Konsorsium Pendidikan Islam.
serta membuat belajar anak sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2009 Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan bagi peneliti selanjutnya, untuk
melakukan penelitian tindakan kelas Sadono, Anggani. (2000). Sumber Belajar Dan Alat Permainan. Penerbit PT Grasindo, Jakarta
tentang usaha meningkatkan pemahaman dan kemampuan berbahasa anak.
Suhartono, 2005. Pengembangan Ketrampilan Bicara anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
DAFTAR PUSTAKA Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung : CV Yrama Widya.
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Arifin, Zaenal. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Lentera Cendikia
Syaichudin. 2008. Pendidikan dan Pelatihan Guru. Modul Guru Taman Kanak-kanak. Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
17
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional: Jakarta: BP Restindo Mediatama. Wulan, Sri. dan Nurbiana Dhieni. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Cet. 5. Jakarta: Universitas Terbuka.
18