MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KELAS V SDN 1 BANGGA
Oleh RAMLAH
JURNAL PENELITIAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH KELAS V SDN 1 BANGGA Ramlah Email:
[email protected] Arif Firmansyah Email:
[email protected] Yun Ratna Lagandesa Email:
[email protected] Abstrak: Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas V SDN 1 Bangaa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek penelitian in iadalah siswa kelas V SDN 1 Bangga yang berjumlah 19 siswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017. Penelitian ini menggunakan desain penelitian model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, danrefleksi. Hasil penelitian, hasil pratindakan persentase ketuntasan klasikal 42,10% dan daya serap klasikal 55,78%. Siklus I persentase ketuntasan klasikal mencapai 57,89% dengan persentase daya serap klasikal 65,52%, meningkat pada tindakan siklus II persentase ketuntasan klasikal 100% dan daya serap klasikal 72,36%. Aktivitas guru dan siswa meningkat pada setiap tindakan masuk dalam kategori rata-rata baik. Disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasi lbelajar siswa kelas V SDN 1 Bangga pada mata pelajaran IPS. Kata kunci: Hasil Belajar IPS, Pembelajaran Berbasis Masalah. Abstract : The problem in this research is the low class V student learning outcomes in social studies. The purpose of this study to improve student learning outcomes through the method of Problem Based Learning in Class V SDN 1 Banga. This research is a classroom action research. The subjects of this study were students of class V SDN 1 Proud totaling 19 students enrolled in the academic year 2016/2017. This study research design models Kemmis and Mc. Taggart consisting of two cycles. Where in each cycle held two meetings in the classroom and each cycle consists of four stages: planning, execution, observation, danrefleksi. The results of the study, the results pratindakan percentage of classical completeness 42.10% and 55.78% classical absorption. The first cycle of classical completeness percentage reached 57.89% with a percentage of 65.52% classical absorption, increased in the second cycle of the percentage of 100% classical completeness and absorption of classical 72.36%. Activities of teachers and students increased in every action in the category of average to good. It was concluded that the problem-based learning can improve hasi lbelajar fifth grade students at SDN 1 Proud in social studies. Keywords : Learning Outcomes, Problem Based Learning. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa, atau disebut pendidikan seumur hidup (life long education). Karena pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, sebagaiman yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tenaga didik atau guru dalam mewujudkan kualitas pendidikan terutama perbaikan atau peningkatan mutu pembelajaran.
Belajar merupakan kata kunci untuk mencapai kualitas pendidikan. Oleh karena itu, belajar merupakan kegiatan proses dalam pendidikan, maka perolehan hasil pembelajaran sangat menentukan peningkatan mutu dan prestasi hasil kegiatan pendidikan di sekolah, termasuk dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) tersebut,
pendidikan nasional berakar dari kebudayaan bangsa Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya, guru senantiasa dituntut untuk mampu mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan profesi dan kompetensi yang dimilikinya. Dalam hal ini guru IPS dituntut mampu dan terampil dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung dan menciptakan pembelajaran siswa aktif untuk mendorong keberasilan belajar siswa. Pembelajaran siswa yang aktif serta menciptakan suasana belajar yang sehat dan menyenangkan, perlu
membutuhkan profesionalisme seorang guru. Guru harus mempunyai
keterampilan dan kemampuan dalam merancang suatu pembelajaran dan cara mengajarkannya kepada siswa. Pembelajaran siswa aktif dalam hal ini adalah pembelajaran yang dapat mewujudkan keaktifan peserta didik dalam suatu pembelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka seorang guru harus dapat membangkitkan minat murid, menggairahkan murid dalam mempelajari sesuatu, guru harus mampu menciptakan suasana/situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar, serta guru harus mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa sehinga guru dapat mengatasi masalah yang dihadapi siswa tersebut. Bimbingan yang dimaksudkan dalam hal ini ialah bimbingan dalam menghadapi masalah, dimana ketika siswa menghadapi kesulitan dalam menerima pelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS, guru dapat memberikan suatu bimbingan yang tujuannya tidak lain untuk mengatasi kesulitan siswa dalam belajar. Selaras dengan itu pemerintah dalam memajukan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tersebut, menyebutkan tentang fungsi dan tujuan pendidikan sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwah kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembelajaran IPS sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran IPS diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memilikki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi. Selama ini proses pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar kebanyakan masih menggunakan paradigma lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif.
Berdasarkan hasil observasi awal di lapangan menunjukkan bahwa para siswa kelas V SDN 1 Bangga masih kurang aktif dalam mengerjakan soal-soal materi pelajaran yang diberikan khususnya pada mata pelajaran IPS. Hanya beberapa orang siswa saja yang dapat menjawab soal-soal dengan benar. Masalah ini disebabkan karena banyak siswa kurang memahami materi yang diajarkan. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada semester 1 tahun 2015 yaitu 63,89 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah ini yaitu 65. Dengan adanya metode berbasis masalah belajar yang diberikan oleh guru kepada siswa khususnya siswa kelas V pada mata pelajaran IPS diharapakan dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian tentang “
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran berbasis masalah di kelas V SDN 1 Bangga”.
METODOLOGI PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart dalam Kasbollah,K (1998:114), Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 1 Bangga. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V berjumlah 19 orang siswa, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Data kuntitatif diperoleh dari tes awal dan tes akhir Data tersebut kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sumber: KKM SDN 1 Bangga). 1. Persentase daya serap individu =
x 100%
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu > 65%. 2. Ketuntasan Belajar secara Klasikal =
x 100%
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika > 80% siswa yang telah tuntas. 3. Nilai rata-rata =
x 100
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi catatan lapangan dan pemberian tes. Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apabila hasil belajar siswa Kelas V SDN 1 Bangga selama proses pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini akan ditandai dengan daya serap individu minimal 65% dan ketuntasan belajar klasikal minimal 80% dari jumlah siswa yang ada. Ketentuan ini sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diberlakukan di SDN 1 Bangga.
Pada tahap ini seluruh hasil dan data yang diperoleh dari beberapa sumber dianalisis dan direfleksikan, apakah kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS di kelas V SDN 1 Bangga. Hasil refleksi akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih efektif pada siklus berikutnya. HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi kelas, tahap persiapan dan tes awal. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi kelas subyek penelitian, jumlah siswa yang akan dijadikan subyek penelitian adalah 19 siswa. Tabel Analisis Hasil Pra Tindakan No 1 2 3 4 5 6
Aspek Prolehan Skor tertinggi Skor terendah Jumlah siswa Banyak siswa yang tuntas Presentase tuntas klasikal Presentase daya serap klasikal
Hasil 80 20 19 8 42,10% 55,78%
Hasil observasi ini digunakan untuk mengkaji masalah dalam pembelajaran IPS kelas V, kemudian dijadikan acuan untuk menentukan rencana tindakan refleksi pada siklus 1. Hasil proses awal diperoleh masih sangat rendah, yaitu rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 55,78% dibawah standar KKM (65) yang telah ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa, jumlah skor adalah 24 dari skor maksimal 36 diperoleh persentase rata-rata 67% dengan kriteria masih kurang. Hasil yang diperoleh belum mencapai indikator yang telah ditetapkan, dan hal tersebut menunjukan bahwa aktivitaras belajar siswa masih perlu ditingkatkan sehingga peneliti perlu melanjutkan penelitian pada tahap berikutnya yaitu siklus II. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada tabel di atas menunjukkan jumlah skor yang diperoleh adalah 37 dari skor maksimal 44 sehingga diperoleh presentase rata-rata 84% dengan kriteria rata-rata baik. Pengamatan aktivitas guru dilakukan oleh seorang observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru. Observasi, dikemukakan bahwa hasil observasi guru menunjukkan rata-rata baik, Dalam hal ini, baik sebagai guru, fasilitator, motivator dan evaluator, serta bertindak sebagai pengamat. Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan: (a) Melaksanakan RPP; (b) menyampaikan tujuan pembelajaran dan lain sebagainya. Guru sebagai fasilitator dan motivator, melakukan kegiatan : (c) Memotivasi siswa selama pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami serta membimbing siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran.
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes akhir siklus I untuk mengetahui hasil belajar siswa. Bentuk tes hasil belajar yang diberikan adalah uraian dengan jumlah soal 5 butir. Siswa yang menjawab semua soal dengar benar memperoleh nilai 100. Secara ringkas hasil analisis dapat dilihat pada tabel. Tabel Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus I No
Aspek Prolehan
Hasil
1
Skor tertinggi
85
2
Skor terendah
30
3
Jumlah siswa
19
4
Banyak siswa yang tuntas
11
5
Presentase tuntas klasikal
57,89%
6
Presentase daya serap klasikal
65,52%
Berdasarkan tabel di atas Persentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 57,89%, belum mencapai persentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 80%, dan persentase daya serap klasikal 65,52% belum mencapai target yang ditetapkan, yaitu DSK = 65%. Dengan demikian, maka penelitian belum dikatakan berhasil sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II. Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran tindakan siklus II dengan penggunaan pembelajaran berbasis masalah, kegiatan selanjutnya adalah pemberian tes akhir siklus II untuk mengetahui hasil belajar siswa. Bentuk tes hasil belajar yang diberikan adalah 5 butir soal. Siswa yang menjawab semua soal dengan benar memperoleh nilai 100. Secara ringkas hasil analisis tes siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel Analisis Tes Hasil Belajar Tindakan Siklus II NO
Aspek perolehan
Hasil
1
Skor tertinggi
100
2
Skor terendah
80
3
Jumlah siswa
19
4
Banyak siswa yang tuntas
19
5
Persentase tuntas klasikal
100%
6
Persentase daya serap klasikal
72,36%
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 1 Bangga, sudah menunjukkan hasil yang sangat baik dengan persentase daya serap klasikal 72,36% dan persentase ketuntasan klasikal 100%. Hasil tersebut sudah menemui indikator kinerja yang dipersyaratkan, sehingga dapat dikatakan bahwa panelitian dengan menggunakan metode pengamatan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PEMBAHASAN Boud dan Feletti (dalam Rusman, 2010:230) mengemukakan bahwa “Pembelajaran Berbasis Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan”. Selanjutnya menurut Margeston (dalam Rusman, 2010:230) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, kritis dan belajar aktif. Kurikulum PBL memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain. Hasil penelitian analisis tes akhir tindakan siklus I, diperoleh 11 orang siswa tuntas dari 19 jumlah siswa dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 57,89% dan daya serap klasikal adalah 65,52%. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai rata-rata sebelum tindakan yaitu sebesar 55,78%, terdapat peningkatan setelah menerapkan pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis masalah, karena ketuntasan klasikal belum mencapai 80% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Sementara hasil yang diperoleh pada siklus II jauh lebih baik daripada hasil yang diperoleh pada siklus I. Dari analisis hasil belajar siklus II, diketahui bahwa semua siswa tuntas dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 100% dan daya serap klasikal mencapai 72,36%. Hal ini menunjukkan pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan. Berikut ini adalah grafik peningkatan presentaseketuntasan belajar klasikal hasil analisis tes hasil belajar dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada gambar 4.1.
100,00% 80,00% 60,00%
DAYA SERAP KLASIKAL
40,00%
KETUNTASAN BELAJAR KLASIKAL
20,00% Column1 KETUNTASAN… DAYA SERAP…
0,00% SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar GrafikPeningkatan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Berdasarkan grafik dan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, diperoleh gambaran peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar IPS di kelas V SDN 1 Bangga. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan yang dimilikinya dan membantu siswa dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya, baik dari segi akademi maupun dari segi keterampilan. Hal ini berarti bahwa melalui pembelajaran berbasis masalah, maka masalah/kesulitan belajar juga dapat di atasi.
Metode pembelajaran berbasis masalahmerupakan bagian dari proses interaksi, karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses interaksi untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari hasil analisis aktivitas guru dan siswa yang diperoleh, menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas ini semua kriteria aktivitas guru dan aktivitas siswa serta analisis tes hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan pada indikator kerja. Siswa merasa senang dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran., memudahkan siswa memahami pelajaran yangdipelajari, serta meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman balajar. Berdasarkan uraian di atas, membuktikan bahwa peggunaan metode pembelajaran berbasis masalah, dapat meningkatkan motivasi siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami pelajaran serta hasil belajar siswa, dan membuktikan teori pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian maka diperoleh pada hasil pra tindakan persentase ketuntasan klasikal 42,10% dan daya serap klasikal 55,78%. Siklus I persentase ketuntasan klasikal mencapai 57,89% dengan persentase daya serap klasikal 65,52%, meningkat pada tindakan siklus II persentase ketuntasan klasikal 100% dan daya serap klasikal 72,36%. Aktivitas guru dan siswa meningkat pada setiap tindakan masuk dalam kategori rata-rata baik. Disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Bangga pada mata pelajaran IPS.
DAFTAR PUSTAKA Ali,Mohammad & Asrori, Mohammad. 2008.Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas. (2004) Pedoman Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikdasmen .Depdiknas. (2005) Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Mudjiono dan Dimiyati, (1999), Latar Belakang Proses dan Strategi Pengembangan Kurikulum, Bandung: Sinar Baru. Muslich. (2010) Melakasanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Akasara. Hamalik, Oemar, (2002), Mengoperasikan Berbagai Keterampilan Mengajar, Jakarta: Bina Aksara Romiszowski, (1991), Vocational Education, Oxford: Pergamon Press. Sumiati, Astira. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.