Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Kelas IV Dengan Metode Demonstrasi Pada SD Inpres Gunung Sari I Nengah Supariawan Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) terdiri atas dua siklus sebagaimana dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart, dengan tujuan mendeskripsikan peningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dengan penggunaan metode demonstrasi pada siswa SD kelas IV Inpres Gunungsari dalam pokok bahasan berbagai bentuk energi dan cara penggunannya dalam kehidupan sehari-hari. Subjek penelitian melibatkan 23 orang siswa terdiri atas 15 orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi pada pokok bahasan berbagai bentuk energi dan cara penggunannya dalam kehidupan sehari-hari diperoleh capaian hasil belajar siswa masing-masing rerata daya serap klasikal (DSK) sebesar 69,5% pada siklus I dan daya serap klasikal (DSK) sebesar 72,1% pada siklus II, sedangkan capaian ketuntasan hasil belajar secara klasikal (KBK) pada siklus I diperoleh sebesar 65,9% dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal (KBK) pada siklus II diperoleh sebesar 93,3%. Dari data hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa penggunaan metode demonstrasi sangat baik untuk mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada pembelajaran berbagai bentuk energi dan cara penggunannya dalam kehidupan sehari-hari di kelas IV SD Inpres Gunungsari. Kata Kunci: Hasil belajar, Metode Demonstrasi, Pembelajaran IPA I.
PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia, yaitu manusia Indonesia yang beriman, mandiri, maju, cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab serta produktif Depdiknas, (2004) Peran penting ini harus mendapat tempat yang khusus dalam pengelolaan pendidikan. Berbagai upaya pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan salah satu atau beberapa pendekatan dalam pembelajaran secara terus menerus, konsisten, dan disesuaikan dengan perkembangan peserta didik maupun kemajuan zaman. Dikatakan demikian, karena banyak faktor yang mempengaruhi perubahan paradigma belajar siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi paradigma tersebut
antara lain siswa itu sendiri, guru, fasilitas dan sistem pengajaran yang digunakan
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X dalam proses pembelajaran. Karena itu perlu terus dikembangkan oleh setiap insan yang bertanggungjawab dan terlibat langsung dalam bidang pendidikan Salah satu metode yang diduga tepat untuk penyelesaian pembelajaran IPA pada pokok bahasan energi dan bunyi adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, urutan suatu kejadian baik secara langsung maupun dengan bantuan media yang relevan dengan pokok bahasan tersebut sehingga metode tersebut dipandang memiliki efektifitas yang tinggi untuk pembelajaran energi dan bunyi Sri Anita, (2010) Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rohendi, dkk (2010) bahwa metode demonstrasi membantu siswa memahami dengan jelas jalanya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis penjelasan serta memperkecil kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dengan contoh kokret melalui objek sebenarnya. Fakta-fakta hasil penelitian yang menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran computer oleh Rohendi, dkk (2010) menunjukkan diperoleh nilai ratarata posttest untuk kelas eksperimen lebih tinggi di banding dengan kontrol, yatu nilai rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 87,65 sedangkan kelas kontrol hanya mencapai rata-rata 67,96.
Nilai-nilai tersebut setelah diuji secara statistic
pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi secara signifikan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan kelas konvensional. Demikian pula hasil penelitian Yulianingsih, dkk (2013) yang menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran PKn menghasilkan kenaikan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I dari 2,50 menjadi 3,01 dan pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa terus meningkat menjadi 3,73. Kenaikan nilai tersebut memang kurang tetapi setelah diuji dengan satatistik ternyata memiliki kategori kenaikan yang sangat berarti. Selanjutnya pengaruh metode demonstrasi terhadap minat dan hasil belajar siswa pada kompetensi system listrk otomotif yang dilakukan oleh Purnomo (2011) disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X tidak menggunakan metode tersebut. Dengan nilai t-hitung > daripada t-tabel yaitu : t-hitung sebesar 1.932 sedangkan t-tabel sebesar 1.6716. Data-data dari beberapa hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi memberikan pengaruh yang sangat berarti pada hasil belajar IPA maupun IPS. Namun demikian tentu saja hasil tersebut masih perlu dibuktikan pada pokok bahasan energi panas dan energi bunyi, terutama pada siswa kelas IV SD Inpres Gunungsari dengan karakteristik yang berbeda. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini: apakah pengunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Gunungsariβ? II.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang rencana akan
dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yang mengacu pada Model Kemmis dan McTaggar yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Kemmis dan McTaggar (1988) dalam Wiriaatmadja (2009) Dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan kegiatan yang meliputi empat tahap kegiatan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. (1) Perencanaan: menentukan tujuan demonstrasi; menetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi, membuat gambar. dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan. (2) Pelaksanaan Tindakan: mengusahakan agar demonstrasi pembuatan gambar dapat diikuti dan diamati oleh seluruh siswa melalui proyektor; menumbuhkan sikap krisis pada siswa sehingga terjadi tanya jawab dan diskusi tentang masalah energi panas dan bunyi; memberi kesempatan pada setiap siswa untuk mencoba membuat gambar rangkaian energi panas dan bunyi sehingga siswa merasa yakin tentang suatu proses operasinya; membuat penilaian dari kegiatan siswa dalam demonstrasi menggunakan alat-alat yang digunakan, seperti gambar hasil karya siswa yang dibuat sendiri.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X (3) Observasi terhadap pelaksanaan PTK dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru yang telah dipersiapkan. Pada prinsipnya tahap observasi dilakukan selama penelitian berlangsung, yang meliputi siswa, keaktifan siswa dalam kelompok, kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami LKS, kemampuan siswa dalam menyelesaikan tes (soal evaluasi), keaktifan siswa dalam diskusi, keaktifan dalam menanggapi, serta pada saat persentase. (4) Refleksi; pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada siklus 1 dan menjadi pertimbangan untuk memasuki pada siklus 2 Pertimbangan yang dilakukan bilamana dijumpai ada kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pelaksanaan tindakan untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. (5) Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Kedua jenis data tersebut diperoleh secara langsung dari aktivitas melalui pengematan oleh observer dan hasil tes belajar pada siswa, sehingga jenis datanya adalah data primer. Selanjutnya untuk data sekunder diperoleh dari berbagai informasi yang terkait dengan penelitian ini seperti dari sekolah, orang tua dan lain sebagainya untuk memperkuat kesimpulan dalam penelitian ini. Teknik analisa data yang digunakan dalam menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa dan menentukan presentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Depdiknas, 2001a): 1) Daya Serap Individu Analisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut: π
DSI = π x 100% Dengan: X Y
= Skor yang diperoleh siswa = Skor maksimal soal
DSI = Daya Serap Individu 2) Ketuntasan Belajar Klasikal
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi sample dalam penelitian ini, digunakan rumus sebagai berikut: KBK = Dengan :
βπ βπ
x 100%
βN
= Banyaknya siswa yang tuntas
βS
= Banyaknya siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal 3) Daya Serap Klasikal Analisa data untuk mengetahui daya serap klasikal atau daya serap seluruh sampel penelitian, maka digunakan rumus sebagai berikut: DSK = dengan:
βπ βπ
x 100%
βP
= Skor Total Persentase
βI
= Skor ideal Seluruh siswa
DSK = Daya Serap Klasikal Data kualitatif diambil dari hasil observasi kegiatan siswa. Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase skor yang diperoleh dari masing-masing indikator dan dijumlahkan, hasilnya disebut jumlah skor.
Selanjutnya dihitung
persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal dikalikan dengan 100%, rumus sebagai berikut: π½π’πππβ π πππ
Persentase Nilai Rata-rata (NR) = ππππ ππππ ππππ π₯ 100% Nilai keberhasilan proses pembelajaran dalam rumus NR tersebut selanjutnya dibandingkan dengan kriteria sebagaimana dalam Tabel 1 untuk penarikan kesimpulan. Standar Nilai Rata-Rata Taraf Keberhasilan (Depdiknas, 2004) Taraf keberhasilan
Kriteria
85% β€NRβ€ 100%
Sangat baik
70% β€NRβ€ 84,99%
Baik
55% β€NRβ€ 69,99%
Cukup
NR< 55%
Kurang
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Hasil perhitungan NR dinyatakan berhasil, apabila aspek aktivitas siswa tersebut telah berada dalam kategori baik dan sangat baik. Indikator penilaian kualitatif diuraikan sebagai berikut: Jika hasil aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA tergolong baik atau sangat baik, maka berarti proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil, sebaliknya proses pembelajaran tersebut belum berhasil, jika kriteria tersebut belum tercapai. Sedangkan indikator penilaian kuantitatif terdiri dari dua bagian yaitu: (1) jika daya serap individu maupun klasikal mencapai nilai KKM sebesar 65% dan (2) ketuntasan belajar klasikal (KBK) dikatakan berhasil jika mencapai 85% III.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil tes belajar siswa pada siklus I dengan dua kali pertemuan mencapai
ketuntasan Belajar klasikal (KBK) sebesar 65,9% Daya serap klasikal (DSK) mencapai 69,5%. Rincian hasil tes belajar pada siklus I sebagai berikut: (1) pertemuan I : sekor tertinggi 80, Sekor terendah 45, Banyak siswa yang tuntas 14, Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK)
peretemuan I : 60,8%,
Persentase Daya Serap Klasikal (DSK) pertemuan I : 68,9%. (2) pertemuan II: sekor tertinggi 80, Sekor terendah 45, Banyak siswa yang tuntas 18,
Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) peretemuan II : 78,2%, Daya Serap
Klasikal (DSK) pertemuan II : 68% (3) Rata-rata pertemuan I dan II : Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) siklus I: 65,9% Persentase daya serap klasikal (DSK) siklus I: 69,5% Hasil tes belajar siswa pada siklus II dengan dua kali pertemuan mencapai ketuntasan Belajar klasikal (KBK) sebesar 93,3% Daya serap klasikal (DSK) mencapai 72,1%. Rincian hasil tes belajar pada siklus I sebagai berikut. (1) pertemuan I : sekor tertinggi 80, Sekor terendah 60, Banyak siswa yang tuntas 21, Persentase Tuntas Belajar Klasikal (KBK) peretemuan I : 91,3%, Persentase Daya Serap Klasikal (DSK) pertemuan I : 69,3%.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X (2) pertemuan II: sekor tertinggi 90, Sekor terendah 65, Banyak siswa yang tuntas 22, Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) peretemuan II : 95,6%, Daya Serap Klasikal (DSK) pertemuan I : 75% (3) Rata-rata pertemuan I dan II : Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) siklus II: 93,3 % Persentase Daya Serap Klasikal (DSK) siklus II: 72,1% Hasil tes belajar siswa pada siklus I dengan dua kali pertemuan mencapai ketuntasan Belajar klasikal (KBK) sebesar 65,9% Daya serap klasikal (DSK) mencapai 69,5%. Rincian hasil tes belajar pada siklus I sebagai berikut: (4) pertemuan I : sekor tertinggi 80, Sekor terendah 45, Banyak siswa yang tuntas 14, Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK)
peretemuan I: 60,8%,
Persentase Daya Serap Klasikal (DSK) pertemuan I : 68,9%. (5) pertemuan II: sekor tertinggi 80, Sekor terendah 45, Banyak siswa yang tuntas 18,
Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) peretemuan II: 78,2%, Daya Serap
Klasikal (DSK) pertemuan II : 68% (6) Rata-rata pertemuan I dan II : Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) siklus I: 65,9% Persentase daya serap klasikal (DSK) siklus I: 69,5% Hasil tes belajar siswa pada siklus II dengan dua kali pertemuan mencapai ketuntasan Belajar klasikal (KBK) sebesar 93,3% Daya serap klasikal (DSK) mencapai 72,1%. Rincian hasil tes belajar pada siklus I sebagai berikut. (4) pertemuan I : sekor tertinggi 80, Sekor terendah 60, Banyak siswa yang tuntas 21, Persentase Tuntas Belajar Klasikal (KBK) peretemuan I : 91,3%, Persentase Daya Serap Klasikal (DSK) pertemuan I : 69,3%. (5) pertemuan II: sekor tertinggi 90, Sekor terendah 65, Banyak siswa yang tuntas 22,
Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) peretemuan II : 95,6%, Daya Serap
Klasikal (DSK) pertemuan I : 75% (6) Rata-rata pertemuan I dan II : Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) siklus II: 93,3 % Persentase Daya Serap Klasikal (DSK) siklus II: 72,1%
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Hasil observasi aktivitas siswa selama dalam pembelajaran yang diamati pada siklus I dan siklus II dipaparkan sebagai berikut: (1) Nilai aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus I sebagai berikut : pertemuan I : Jumlah sekor 19, Sekor maksimal 28, Persentase 67,8 %, pertemuan II : Jumlah sekor 21, Sekor maksimal 28, Persentase 75 %, pertemuan I dan II dirata-ratakan persentasenya adalah : 71,4 % (2) Nilai aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus II sebagai berikut : pertemuan I : Jumlah sekor 23, Sekor maksimal 28, Persentase 82,1 %, pertemuan II : Jumlah sekor 25, Sekor maksimal 28, Persentase 89,2 %, pertemuan I dan II dirata-ratakan persentasenya adalah : 85,7 % Pembahasan Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam menggikuti metode demonstrasi menunujukkan adanya peningkatan yang sangat berarti dari siklus I ke siklus II. Hal ini juga diikuti oleh perubahan ketuntasan belajar siswa. Siswa yang tuntas belajar IPA meningkat dari siklus I ke siklus 2. Ini membuktikan bahwa antara aktivitas yang dilakukan guru dan aktivitas yang dilakukan oleh siswa berjalan seiring, selajutnya berpengaruh positif pada hasil belajar siswa. Pengaruh aktivitas guru tersebut disebabkan oleh adanya pelaksanaan metode demonstrasi sehingga dapat dikatakan bahwa metode tersebut secara tidak langsung juga berpengaruh positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Peran guru dalam pembelajaran menjadi penentu di keberhasil siswa dalam belajar. Sebaik apapun model atau metode yang digunakan dalam pembelajaran tanpa adanya aktifitas guru yang memadai dalam mengendalikan pembelajaran pada siswa tujuan pembelajaran tidak mungkin dicapai dengan memuaskan. Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif (Depdikbud, 2001) Berdasakan hasil penelitian diatas diketahui bahwa pembelajaran yang dirancang dengan baik akan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Untuk hasil analisis tes Belajar Secara Klasikal (KBK) pada siklus I maupun siklus II masing-masing 76,1% dan 89,1%. Untuk hasil analisis tes, Daya Serap Klasikal (DSK) pada siklus I maupun siklus II masing-masing 65,9%. dan 72,1%. Artinya
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X dari 23 orang siswa tersebut selama proses pembelajaran masih ada 5 siswa yang belum tuntas secara klasikal. Hal ini dapat terjadi karena diketahui bahwa kelima siswa tersebut memiliki kemampuan yang rendah dalam mengikuti pelajaran. Hal itu dikarenakan siswa masi memperoleh skor di bawah KKM namun demikian berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa diketahui bahwa seluruh siswa memiliki aktivitas yang baik sampai sangat baik. Fakta ini menunjukkan bahwa kelima siswa yang tidak tuntas dalam belajar bukan disebabkan oleh kelemahan metode yan di terapkan, namun hal itu lebih disebabkan oleh motivasi siswa tersebut yang relatif kurang. Dengan demikian bahwa metode demonstrasi dapat dikatakan cukup efektif digunakan sebagai sumber belajar siswa kelas IV SD Inpres Gunung sari dan Pembelajaran melalui metode demonstrasi sesuai dengan hasil penelitian yang di laksanakan dalam II siklus dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Gunung Sari. Pada siklus I dan siklus II hasil aktivitas guru diperoleh nilai rata-rata sebesar 76,7% sedangkan pada siklus II sebesar 87,5% kedua nilai tersebut berada pada kategori baik, Karena Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran melalui Metode Demonstrasi sudah sesuai dengan langkah β langkah pembelajaran yang tercantum pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk penilaian aktivitas Siswa siklus I diperoleh persentase nilai rata-rata 71,4% sedangkan pada siklus ke II diperoleh persentase rata-rata sebesar 85,7% dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam menyelesaikan masalah sudah dapat di tingkatkan, dan kegiatan/aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan Metode Demonstrasi dapat meningkat. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan yang dimilikinya, baik dari segi kemampuan maupun dari segi keterampilan. Hal ini berarti bahwa melalui Metode Demonstrasi dalam pembelajaran masalah/kesulitan belajar juga dapat diatasi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Sebab dengan Metode Demonstrasi yang ditampilkan dapat menimbulkan daya tarik bagi siswa, sehingga dengan demikian dapat membuat siswa lebih termotivasi belajar, dan pada akhirnya dapat memberikan hasil belajar yang baik sesuai tujuan yang diharapkan,
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X Berdasarkan uraian di atas, dinyatakan bahwa pada pembelajaran IPA melalui metode demonstrasi dapat menambah pengetahuan siswa, memotivasi siswa lebih aktif dan meningkatkan hasil belajar siswa. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres Gunungsari dengan ketuntasan belajar klasikal sebesar ( KBK) 89,1% dan daya serap klasikal (DSK) sebesar 72,1%. Saran Ada beberapa saran yang dapat direkomendasi antara lain adalah: 1) Untuk peningkatan mutu belajar siswa sangat ditentukan oleh keterampilan guru dalam merencanakan pembelajaran. Oleh karena itu guru sebaiknya setiap saat dalam menjalankan profesinya sebagai pengajar harus bersikap profesional dalam hal perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 2) Guru sebaiknya selalu berupaya dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya dengan menerapkan berbagai metode atau model yang telah dianalisis dengan baik tentang relevansinya dengan materi, kondisi setempat dan kemampuan siswa.
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X DAFTAR RUJUKAN Depdikbud (2001) Mengembangkan Kreativitas dalam Pembelajaran. Materi Depdiknas. (2001a). Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Depdiknas (2004) Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, B.S. (1995) Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Hanafiah, N dan Cucu S. (2012) Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama. Hanafiah, N dan Cucu S. (2012) Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Refika Aditama. Purwanto, N. (1998). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Rohendi, D., Heri S., dan Mugi A. G. (2010). Efektifitas Metode Pembelajaran Demonstrasi Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal: Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikan (PTIK). Vol.3 No. (1), 16-18 Rusataman, N; Mestika S; Widiasih.,Budiastra; Hayat S; Mujadi; Asep S. (2010). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sagala, S. (2013) Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sri Anita W. (2010) Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Sumiati dan Asra (2009) Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Rajawali Prima. Sumantri, M. (1999) Strategi Belajar Mengajar. Jakarata: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumiati dan Asra (2009) Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Rajawali Prima. Wiraatmadja, R. (2009) Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kerjasama dan PT Remaja Rosdakarya. Yulianingsih, Etin S., Raharjo (2013). Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran PKN. Jurnal PPKN Online. 1, (2),2337-5205.