©IFAD/R. Grossman
Mendorong masyarakat miskin di perdesaan untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia Kemiskinan perdesaan di Indonesia Indonesia telah melakukan pemulihan krisis keuangan pada tahun 1997 yang melanda Asia Tenggara yang telah menyebabkan perekonomian Indonesia mendekati keruntuhan, dan meningkatnya jumlah keluarga miskin hampir dua kali lipat. Meskipun demikian, perekonomian Indonesia terus tumbuh yang saat ini telah membawa Indonesia sebagai negara dengan pendapatan menengah. Proses demokratisasi dan desentralisasi yang terus berlanjut telah berkontribusi pada penyelesaian konflik di beberapa wilayah seperti Aceh, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Pertumbuhan ekonomi yang stabil telah mengurangi angka kemiskinan secara bertahap di seluruh wilayah Indonesia, yaitu dari 17 persen di tahun 2004 menjadi 13 persen di awal tahun 2010. Meskipun angka kemiskinan menurun, penduduk miskin semakin miskin dibanding saat krisis di 1997, serta makin melebar kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Hampir setengah dari penduduk hidup sedikit di atas garis kemiskinan. Rumah tangga “hampir miskin” ini sangat rentan terhadap guncangan seperti naiknya
harga pangan dan biaya kesehatan, yang akan sangat mudah mendorong mereka jatuh dalam kemiskinan. Meskipun telah dilakukan perbaikan dalam bidang pendidikan dan kesehatan, pelayanan publik dan standar kesehatan di Indonesia masih tertinggal dari negara lain yang berpendapatan menengah. Tingginya tingkat kerawanan gizi anak dan kematian ibu, serta kurangnya akses terhadap pendidikan, air bersih dan sanitasi adalah masalah yang sering dialami oleh penduduk miskin. Sekitar 70 persen penduduk tinggaldi pedesaan, di mana pertanian merupakan mata pencaharian utama. Kemiskinan semakin terpusat di wilayah ini; 16,6% penduduk pedesaan mengalami kemiskinan dibandingkan 9,9% dari penduduk di perkotaan. Jutaan petani kecil, buruh tani dan nelayan secara fisik dan finansial tidak mampu mengambil manfaat dari peluang pertumbuhan ekonomi. Mereka secara geografis sering terisolasi dan kekurangan akses untuk memperoleh pelayanan penyuluhan pertanian, pasar dan keuangan. Produksi pangan masih terfokus kepada pemenuhan kebutuhan pokok. Meskipun negara memproduksi komoditi yang memiliki nilai pasar tinggi seperti kakao, pala dan cengkeh, tetapi belum ada investasi untuk pengelolaan, pengolahan dan sistem pemasaran yang diperlukan untuk mengembangkan produksi dan memanfaatkan peluang permintaan pasar. Kemiskinan yang paling parah terdapat di pulau - pulau terpencil yang terletak di kawasan timur Indonesia, di mana 95 persen penduduk di perdesaan termasuk masyarakat miskin. Banyak petani di wilayah bagian timur sulit termasuk petani subsisten. Wilayah ini adalahrumah bagipenduduk asli yang masih tradisional, atau masyarakat adat, yang sering tertinggal dari proses dan program pembangunan. Wilayah pesisir yang telah rusak lingkungannya, dan desa di dataran tinggi merupakan wilayah paling tertinggal dan membutuhkan program pembangunan yang disesuaikan dengan berbagai kendala yang dihadapi penduduk di wilayah tersebut termasuk isolasi daerah dan kesulitan akses. Migrasi ke perkotaan seringkali menjadi pilihan utama untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang disebabkan oleh kurangnya akses terhadap lahan dan sumber daya produktif lainnya. Perempuan di Indonesia sangat rentan terhadap kemiskinan, mereka kurang memiliki akses terhadap pendidikan, berpendidikan mereka lebih rendah dari laki - laki, sering mengalami diskriminasi dan tidak terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga dan masyarakat. Di wilayah konflik, banyak orang yang dipindahkan yang menyebabkan hilangnya alat-alat pertanian dan peralatan penangkap ikan. Perkebunan banyak yang hancur. Sebagai akibat dari konflik, banyak rumah tangga dikepalai oleh perempuan yang masuk dalam golongan termiskin dan paling rentan.
Pengurangan kemiskinan di pedesaan Indonesia Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025 menetapkan bahwa tujuanutama pembangunan yang berkaitan dengan pengurangan angka kemiskinan, sebagai berikut: • pembangunan yang adil yang memberi perhatian lebih besar kepada kelompok tertinggal, termasuk masyarakat miskin di daerah terpencil atau daerah rawan bencana. • meningkatkan ketahanan pangan nasional dan kemandirian pangan yang berbasis keanekaragama sumber pangan lokal • pembangunan daerah pedesaan melalui peningkatan produksi pertanian dan agro-industri, dengan membangun kapasitas, membangun infrastruktur dan meningkatkan akses untuk mendapatkan informasi, pasar dan pelayanan keuangan
2
©IFAD/R. Grossman
Disamping itu, Pemerintah Indonesia telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 yang bertujuan untuk membangun bangsa yang ‘lebih maju dan sejahtera, lebih mandiri, lebih aman dan damai, serta lebih demokratis dan adil.’ RPJM mencakup 11 prioritas nasional: • reformasi Pemerintahan • pendidikan • kesehatan • pengurangan kemiskinan • ketahanan pangan • infrastruktur • iklim investasi • energi • pengelolaan lingkungan dan bencana • kepulauan terluar dan daerah rawan konflik • kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi Kerangka Kerja Nasional Jangka Menengah 2010-2014 di sektor Pertanian berfokus pada revitalisasi sektor pertanian dan mencapai keunggulan kompetitif dalam perekonomian nasional dan global. Hal ini didukung oleh kerangka kebijakan pertanahan dan komitmen nasional yang kuat terhadap lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Strategi prioritas ini termasuk: • jaminan keamanan pangan dan makanan bergizi, keuntungan produsen dan keselamatan konsumen • mengembangkan pertanian berkelanjutan dalam konteks perubahan iklim • menciptakan peluang kerja bagi kelompok yang rentan miskin
3
Strategi IFAD di Indonesia Jumlah proyek: 14 Jumlah biaya: US$ 784,1 juta Total dana dari IFAD: US$ 383,7 juta Penerima manfaat langsung: 2.104.900 rumah tungga
Sejak tahun 1980, IFAD telah memberikan pinjaman kepada Republik Indonesia untuk membiayai 14 program dan proyek senilai US$ 383.700.000. Sebelas dari program dan proyek telah selesai dilaksanakan, sedangkan tiga proyek lainnya masih berjalan. Disamping itu, IFAD telah memberikan sejumlah dana hibah untuk mendukung berbagai proyek di Indonesia. Pada bulan Desember 2008, Dewan Eksekutif IFAD telah menyetujui Program Strategis IFAD (COSOP) untuk Indonesia periode 2009-2013. Tujuan dari intervensi IFAD di negara ini adalah memberdayakan perempuan dan laki-laki miskin pedesaan dalam meningkatkan keamanan pangan, meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan. Dukungan IFAD berfokus pada pengembangan pertanian berskala kecil dan agribisnis masyarakat lokal, sehingga membuka pasar baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi pedesaan. Strategi IFAD adalah pada mayoritas kelompok yang termasuk ‘hampir miskin’,hampir mendekati garis kemiskinan, dan berfokus pada peningkatan pendapatan bagi masyarakat miskin, baik miskin dan hampir miskin. Program IFAD membantu mengurangi kerentanan petani terhadap guncangan eksternal yang dapat dipicu oleh iklim yang ekstrim sebagai akibat dari perubahan iklim, bencana alam atau gejolak pasar global. Program IFAD berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan mempromosikan kepentingan masyarakat minoritas dan adat. Tujuan strategi IFAD: • meningkatkan akses terhadap aset produksi, teknologi tepat guna dan sistem produksi yang mendukung produktivitas pertanian dan non pertanian • meningkatkan akses terhadap infrastruktur, pasar dan pelayanan keuangan/permodalan • membangun kapasitas masyarakat miskin di pedesaan terlibat dalam proses politik dan
©IFAD/R. Grossman
pembangunan lokal
Proyek yang sedang berjalan
Jakarta
Program Pemberdayaan Pedesaan dan Pengembangan Pertanian di Sulawesi Tengah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Perdesaan Proyek Peningkatan Penghidupan Petani Miskin di Indonesia Timur
Proyek Peningkatan Penghidupan Petani Miskin di Indonesia Timur Tujuan utama dari proyek ini adalah mengurangi kemiskinan, meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat miskin di perdesaan di provinsi Maluku dan Maluku Utara. Sebagian besar sasaran proyek terlibat dalam usaha perkebunan dan tanaman pangan. Proyek ini dirancang berdasarkan pengalaman dari PIDRA (Pembangunan Terintegrasi di Wilayah Tadah Hujan). Intervensi proyek berrfokus pada:
Total biaya proyek: US$ 65 juta Pinjaman dari IFAD: US$ 49,1 juta Hibah dari IFAD: US$ 1,1 Juta Jangka waktu Proyek: 2011 sampai 2019 Penerima manfaat langsung: 49.500 rumah tangga
• penguatan masyarakat • meningkatkan produktivitas dengan sistem pertanianyang terintegrasi • memperbaiki pengelolaan sumber daya alam • pengembangan rantai nilai dan pemasaran • penyediaan investasi untuk infrastrustur yang mendukung kegiatan produktif di desa • penguatan kelembagaan lokal
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Perdesaan Dengan pinjaman dan hibah tersebut, IFAD mendukung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan atau PNPM. Tujuan PNPM adalah mempromosikan partisipasi masyarakat pedesaan yang lebih besar dalam prosespembangunan, mengenalkan cara yang lebih efektif dalam mengurangi kemiskinan serta mendukungperbaikan tata pemerintahan setempat.
Pinjaman dana dari IFAD: US$ 68,1 Juta Dana hibah dari IFAD: US$ 400.000 Jangka waktu: 2009 sampai 2016
Bantuan i IFAD mendukung peningkatan penghidupan masyarakat di lokasi proyek di Papua dan Papua Barat, dua provinsi yang sebagian besar penduduknya adalah suku asli dari daerah tersebut. Khususnya, dana IFAD disediakan untuk mendukung usulan (proposal) kegiatan produktif yang diusulkan oleh masyarakat melalui proses perencanaan yang partisipatif. Masyarakat lokal dan organisasi berbasis masyarakat, termasuk kelompok minoritas, berpartisipasi dalam pelaksanaan program di tingkat desa.dan memonitor perkembangannya.
5
©IFAD/R. Grossman
Kegiatan yang dilaksanakan oleh program aantara lain perbaikan infrastruktur di pedesaan dan pasar, ketersediaan air, dan sistem irigasi serta akses terhadap pelayanan dasar di pedesaan. Program ini memungkinkan masyarakat setempat untuk menggunakan dana hibah untuk diinvestasikan pada kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan penghidupan di pedesaan melalui pengembangan pertanian dan peternakan, pemasaran dan pengembangan rantai nilai, serta mendorong perekonomian lokal dan kesempatan kerja.
Program Pemberdayaan Pedesaan dan Pengembangan Pertanian di Sulawesi Tengah Total biaya program: US$ 28,3 juta Dana pinjaman dari IFAD: US$ 21,1 juta Dana hibah oleh IFAD: US$ 500.000 Jangka waktu: 2008 sampai 2015 Penerima manfaat langsung: 48.500 rumah tangga
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan provinsi termiskin kelima di Indonesia. Kemiskinan menyebar di daerah pegunungan dan pesisir. Persaingan dalam pemanfaatan sumber daya alam telah menyebabkan degradasi lingkungan dan kemiskinan penduduk asli. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dan penghidupan bagi masyarakat miskin di pedesaan yang termasuk kelompok yang paling tertinggal di provinsi tersebut. Proyek ini memperkenalkan teknologi pertanian berkelanjutan, menyediakan dana hibah dimana petani miskin dapat melakukan berbagai kegiatan peningkatan pendapatan dan memiliki asset. Program ini dilaksanakan untuk: • membantu kegiatan masyarakat dalam merencanakan dan mengelola kebutuhan pembangunan mereka sendiri • meningkatkan produksi pertanian dan mengembangkan usaha di perdesaan dan akses ke pasar • membangun infrastruktur antara lain, penyediaan air bersih dan fasilitas irigasi
6
©IFAD/R. Grossman
Program yang telah selesai (tutup) Program Pasca krisis untuk Pembangunan Partisipatif Terpadu di Daerah Tadah Hujan
Proyek Pengembangan Kacang Mete di kepulauan bagian Timur Indonesia
Total biaya program: US$ 27,4 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 23,5 juta Jangka waktu: 2001 sampai 2009 Penerima manfaat langsung: 100.000 rumah tangga
Total biaya proyek: US$ 43,2 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 26 juta Jangka waktu: 1994 sampai 2002 Sumber dana lain: UNDP (US$ 1 juta) Penerima manfaat langsung: 45.000 rumah tangga
Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil – Tahap III (P4K – Tahap III) Total biaya proyek: US$ 118,9 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 24,9 juta Jangka waktu: 1998 sampai 2006 Sumber dana lain: Asian Development Bank (US$ 60,5 juta) Penerima manfaat langsung: 800.000 rumah tangga
Proyek Pengembangan Sistem Pertanian dan Ternak Petani Kecil di kepulauan bagian Timur Total biaya proyek: US$ 39,3 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 18 juta Jangka waktu: 1996 sampai 2003 Sumber dana lain: Islamic Development Bank (US$ 6,7 juta); Selandia Baru (US$ 1,4 juta) Penerima manfaat langsung: 30.000 rumah tangga
Proyek Pengembangan Perkebunan di Sumatra Selatan Total biaya proyek: US$ 28,1 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 19,9 juta Jangka waktu: 1992 sampai 1999 Penerima manfaat langsung: 13.300 rumah tangga
Proyek Pertanian Tadah Hujan di Jawa Timur Total biaya proyek: US$35,6 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$20 juta Sumber dana lain: The Netherlands (US$ 3,4 juta); World Food Programme (US$ 2,9 juta) Jangka Waktu: 1990 to 1998 Penerima manfaat langsung: 270.000 rumah tangga
7
Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Kecil
Proyek Pengembangan Sawah Padi di Sulawesi
Total biaya proyek: US$ 28,1 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 14 juta Jangka waktu: 1988 sampai 1997 Sumber dana lain: UNDP (US$ 1,4 juta); The Netherlands (US$ 2 juta) Penerima manfaat langsung: 287.500 rumah tangga
Total biaya proyek: US$ 52,8 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 34 juta Jangka waktu: 1982 sampai 1990 Penerima manfaat langsung: 8.500 rumah tangga
Proyek Pengembangan Ternak Petani Kecil – Fase II Total biaya proyek: US$ 66,4 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 12 juta Sumber dana lain: International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) (US$ 32 juta) Jangka waktu: 1986 sampai 1993 Penerima manfaat Langsung: 237.100 rumah tangga
Proyek Irigasi Ketujuhbelas (Provinsi Jawa Timur) Total biaya proyek: US$ 142,6 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 25 juta Sumber dana lain: IBRD (US$ 72,6 juta) Jangka Waktu: 1982 sampai 1988 Peneriman manfaat langsung: 175.000 rumah tangga
Proyek Pengembangan Ternak Petani Kecil – Tahap I Total biaya proyek: US$ 40 juta Pinjaman dana dari IFAD: US$ 26 juta Jangka waktu: 1980 sampai 1986 Penerima manfaat langsung: 40.500 rumah tangga
Membangun Dunia Tanpa Kemiskinan International Fund for Agricultural Development (IFAD) bekerja dengan masyarakat desa miskin untuk memungkinkan mereka menanam serta menjual lebih banyak makanan, meningkatkan pendapatan mereka dan menentukan kehidupan mereka sendiri. Sejak 1978, IFAD berinvestasi sekitar US$ 12,9 miliar yang terdiri dari dana hibah dan pinjaman dengan bunga rendah untuk membangun berbagai negara, memberdayakan lebih dari 370 juta orang bebas dari kemiskinan. IFAD merupakan sebuah lembaga keuangan internasional dibawah PBB yang berbasis di Roma – Pusat pangan dan pertanian PBB. Lembaga ini merupakan kerja sama yang unik dari 166 negara anggota dari organisasi pengekspor minyak tanah (OPEC), negara berkembang lainnya dan Organisasi Kerjasama Pembangunan Ekonomi dan (OECD).
Hubungi: Ron Hartman Country Programme Manager Via Paolo di Dono, 44 00142 Rome, Italy Tel.: +39 06 5459 2184 Fax: +39 06 5459 3184
[email protected] Untuk informasi lebih lanjut mengenai kemiskinan di Indonesia, kunjungi Rural Poverty Portal dan IFADAsia Portal: http://www.ruralpovertyportal.org; http://asia.ifad.org/
©IFAD/R. Grossman
Enabling poor rural people to overcome poverty International Fund for Agricultural Development Via Paolo di Dono, 44 00142 Rome, Italy Tel.: +39 06 54591 Fax: +39 06 5043463 E-mail:
[email protected] www.ifad.org Desember 2011