Memulai dengan Tenang, Mengubah dengan Mudah A Few Tips on Starting Out Food Combining
By Riana Ambarsari
[email protected]
h, betapa menderitanya! Jerit saya ketika mencoba FC untuk pertama kalinya. Hanya butuh beberapa hari sebelum akhirnya menyerah, menilai bahwa FC bukan untuk saya, kemudian kembali ke pola makan semula. Waktu itu usia saya 32 tahun dan pertama kali mendengar mengenai Food Combining dari sebuah majalah. Sejak masuk usia 34 tahun, saya memutuskan untuk menjalani hidup terbaik saya. Saya memutuskan untuk sehat tanpa menderita, dan melakukan semua hal dalam hidup ini berdasarkan rasa senang, suka, misi meresapi hidup dengan segala peristiwanya, dan mencari kepuasan yang realistis di dalamnya. Saya pun memutuskan untuk menjalankan FC sesuai ritme, kesukaan, kenyamanan dan kesenangan hati saya. Tanpa pengharapan berlebihan yang tidak realistis. Saya hanya ingin sehat agar bisa menikmati hidup yang lebih berkualitas, titik. Saya tidak pernah membayangkan hasilnya akan jauh melebihi pengharapan. Saya bersyukur telah mengambil langkah awal, dan berharap akan lebih banyak orang menjadi lebih sehat dan bahagia dengan cara yang tenang, nyaman dan mudah.
O
Memulai dengan Tenang Tidak perlu ribut-ribut. Cukup pikirkan bahwa anda akan memulai sesuatu dengan santai dan nyaman. Jangan mau menderita, sudah bukan masanya lagi. Manusia seharusnya hidup nyaman dan seimbang, tanpa paksaan yang diciptakan sendiri, tanpa kenikmatan berlebihan yang palsu dan menipu panca indera. Sadarilah, sebuah petualangan menggairahkan akan anda alami. Jika anda menginginkan petualangan a la Indiana Jones, ini adalah adventure dalam dimensi yang lain. Yang ini lebih enak, karena kendali petualangan ada di tangan anda. Anda akan memilih tantangan yang anda sukai, yang sesuai dengan skill dan style anda sendiri.
Rule of Thumb: Do One Thing at a Time Mulailah dengan menghilangkan satu saja kebiasaan makan anda yang buruk. Satu dulu saja.
Saya memulainya dengan berhenti minum teh dalam botol. Dulu, teh dalam botol saya konsumsi hampir setiap hari, di mana saja, kapan saja. Minuman ini adalah comfort drink saya. Saya cari ketika butuh lari dari tekanan, berharap ia mewarnai sore hari saya dengan gulanya yang manis. Saya masih ingat sore itu, sesudah membaca Nirmala, asisten di rumah menanyakan, “Sekalian beli teh dalam botol, mbak?” sambil mengisyaratkan bahwa ia hendak pergi ke warung sebelah. “Tidak usah,” jawab saya. Tak pernah saya menduga itulah kali terakhir ‘hubungan’ saya dengan sang minuman. Tidak perlu keberanian berlebihan untuk bisa memulainya. Cukup pemikiran bahwa saya akan melakukannya senyamannya saya. Makanan atau minuman apa yang paling mudah anda tinggalkan? Gorengan pinggir jalan? Minuman bersoda? Mulailah sore ini juga. Tak perlu khawatir, jika anda tidak nyaman, tidak ada yang bisa menghalangi anda untuk mengkonsumsinya lagi. Gampang kan?
Take Your Time, Ini Bukan Perlombaan Betul, ini bukan perlombaan. No game, no worries. Karenanya, anda bisa santai, rileks, sandarkan punggung, dan jauhkan pikiran dari kekangan waktu yang menuntut segala sesuatu serba cepat. Tidak ada yang meminta anda buru-buru. Hargai keberhasilan anda melenyapkan satu kebiasaan makan yang buruk dengan membiarkan diri menjalani hidup tanpanya berlama-lama. Tidak perlu terburu-buru ‘naik kelas’, toh tidak ada yang menilai anda.
1/6
Ketika saya berhasil melewati satu hari tanpa teh dalam botol, ternyata saya tidak mati. Saya kesenangan karena ternyata tidak terlalu sulit. Horeee…! Satu hari terlewati. Bagai seorang drug addict yang tengah berusaha sober, ternyata tidak ada proses sakau yang menyakitkan. Ah, nyaman sekali. Saya ketagihan. Saya kemudian berlama-lama dalam kondisi ini: hidup tanpa teh dalam botol. Seminggu lewat. Dua minggu. Mungkin sampai tiga minggu, saya tidak ingat. Hingga saya betul-betul nyaman seutuhnya, tanpa pernah berpikir dan berminat lagi kepada ‘mantan’ pelarian saya itu.
Tahap I: Menghilangkan kebiasaan makan ‘sampah’ Dimulai dengan teh dalam botol, saya berlanjut ke terasi. Setelah terasi menghilang dari daftar ingredients, dan saya tidak pernah memikirkannya lagi, selanjutnya minyak tidak sehat (termasuk gorengan). Kemudian ikan asin. Kemudian mie. Semakin lama, semakin mudah. Kemudian rotirotian putih. Kemudian kue-kue tinggi gula dan transfat. Kemudian kerupuk ber-pewarna dan berpemutih. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Jangan Mau Mengerjakannya Sendiri Selamalamanya, Biarkan Bawah Sadar Mengambil Alih
Tahap II: Makan makanan alami: sesegar, semurni dan seutuh mungkin Sejalan dengan menghilangnya satu persatu kebiasaan makan ‘sampah’, dengan sendirinya saya mencari pengganti hal-hal yang sudah ‘hilang’ dari hidup saya. Itu pun bertahap. Saya ingat, yang pertama kali saya jalankan adalah minum air putih dengan lemon/jeruk nipis di pagi hari. Seusai sholat subuh, langsung siapkan lemon dan air putih. Bismillah… glek. Ah, ternyata tidak sakit perut. Pikir saya, “Sebegitu aja nih?” Ternyata tidak seberat yang saya kira. Setelah nyaman dan terbiasa dengan kebiasaan ini, saya ‘mempromosikan’ diri sendiri menjalani kelas yang lebih tinggi. Lapar di pagi dan sore hari, buah (jus atau potongan) dan sesekali yoghurt (buatan sendiri) mengisi perut, kadang ‘dibumbui’ sedikit madu alam. Camilan sambil nonton televisi berganti dengan campuran kenari/almond panggang dan kismis, terkadang – kalau kantong sedang tebal – ditambah apricot kering. Cukup lama saya berada di kondisi ini, karena masih banyak berpikir, belum otomatis, dan masih belum bisa minum jus sayuran. Namun proses perubahannya sendiri – lagi-lagi – tidak seberat yang saya pikir. Saya memilih buah-buahan kesukaan saya dan jadi keranjingan hunting buah-buahan yang jarang saya konsumsi, semata demi variasi. Setiap kali membeli produk makanan di supermarket, yang saya baca pertama kali adalah daftar ingredientsnya. Sedikit saja ada bahan tambahan apapun, wassalam. Ketika melihat keranjang belanja, betapa terkejutnya saya! Isinya segar dan sehat semua. Sayuran segar, buah segar, minyak zaitun dan canola, kacang-kacangan mentah alami, rolled oats, teh hijau daun, beras merah. Tidak ada lagi margarin, roti putih, tepung, mie instan, dan jus berpemanis dalam kemasan. Saya tertawa gembira penuh keterkejutan memandang troli belanja di tengah pasar swalayan. Oh, senangnya!
Berlama-lamalah dalam tiap tahap. Hingga anda nyaman seutuhnya, nyaman yang sebenarbenarnya. Bukan dinyaman-nyamankan, atau membohongi diri sendiri. Lakukan selama mungkin sampai anda melakukannya secara otomatis, tanpa sadar, tanpa perlu berpikir lagi. Yang artinya, bawah sadar anda sudah mengambil alih pekerjaan mengeliminasi kebiasaan buruk itu. Ketika bawah sadar sudah mengambil alih, maka pekerjaan kita menjadi jauh lebih ringan dan mudah. Siap Naik Kelas Kapan anda siap naik kelas? Ketika lulus testing tentu. Testing hanya bisa anda lewati ketika semua materi sudah anda hafal di luar kepala. Lagilagi, bawah sadar anda melakukan pekerjaan untuk anda. Baik sekali ya dia! Ketika anda sudah bisa melakukan sebuah hal secara otomatis, tanpa proses berpikir, anda siap naik kelas. Ketika otomatis bilang, “Air mineral,” dan bukan air soda. Ketika tanpa berpikir mengambil beras merah untuk dimasak, dan bukan beras putih pulen wangi pandan. Ketika tanpa sadar merindukan makan siang sarat sayuran segar, ngemil buah segar di sore hari, atau segera lari menyeduh teh hijau. Anda siap naik kelas. Jangan memaksa naik kelas jika anda belum otomatis, jika anda masih banyak berpikir, masih belum nyaman, karena anda akan menderita. Dan kita sudah memutuskan untuk tidak menderita lagi kan? Say no to pain. Jangan mau diet penuh penderitaan. Jangan naik kelas jika belum siap. Take your time. Tahap apa selanjutnya? Saya pikir anda pasti tahu tahap berikut apa yang paling nyaman untuk anda. Sekedar sharing, inilah yang saya lakukan. Lagi-lagi, saya melakukannya by instinct, semata menuruti kata hati dan kata tubuh saya.
2/6
Selanjutnya, saya ‘naik kelas’ ke beras merah. Wow, pengalaman yang cukup mencengangkan, karena seumur hidup belum pernah mencicipi beras merah! Dengan persetujuan suami, saya mulai masak beras merah seminggu sekali. Ternyata rasa beras merah tidak seburuk yang dikatakan kakak saya, yang sewaktu mengetahui saya mengkonsumsi beras merah mengatakan, “Ih, kan gak enak!” Hahaha. Setelah akrab dan nyaman dengan cita rasanya, dengan ‘enteng’ saya bisa makan beras merah 2-3 kali seminggu. Akhirnya jadi rindu dan menginginkannya setiap hari. Waktunya naik kelas nih.
Tahap V: FC, here I come Kalau boleh jujur, sampai di tahap ini sebetulnya saya tidak terlalu bernafsu untuk naik kelas ke FC. Karena hanya dengan pola makan alami saja, sudah banyak sekali perbaikan yang terjadi pada tubuh saya. Saya merasa sangat nyaman, semua keluhan kesehatan hilang, lebih berenergi, pikiran selalu santai, rileks, jauh dari stress. Saya berada pada zona nyaman dan sehat. Rasanya tidak memerlukan FC deh. Mungkin karena takut gagal seperti dulu. Well, karena konsep saya sudah berubah, kenapa tidak saya coba? For fun! Kalau ternyata bikin saya menderita, saya toh bisa berhenti kapan saja, dan tetap bisa sehat dengan pola makan alami, betul? Ternyata, masuk ke pola makan FC menjadi sangat mudah! Saya sempat heran, kok dulu bisa menderita banget ya mencoba FC? Bagaikan bumi dan langit dengan yang sekarang, karena sebagian besar kebiasaan FC sudah dijalankan oleh bawah sadar saya selama hampir 6 bulan belakangan ini. Sehingga mempraktekkan kombinasi makanan utama hanyalah sebuah tambahan kecil yang menjadi mudah sekali untuk dilakukan.
Tahap III: Makan pada jam yang benar Selanjutnya, saya menetapkan batas waktu makan malam terakhir. Tidak terlalu sulit, sesudah mengalami tahap demi tahap perubahan yang nyaman, memberikan batas waktu makan malam hanyalah tinggal waktu saja. Akan terjadi pada akhirnya, seiring dengan perubahan perilaku tubuh saya yang sudah tidak mau tidur terlalu larut dan memang sudah lapar pada jam 6-7 malam. Di tahap ini saya baru mengerti, mengapa kita kerap lapar di tengah malam. Karena kita masih bangun!
Tahap VI: Olahraga Dari rangkaian perubahan ini, salah satu bonus manis yang saya dapatkan adalah: munculnya kebutuhan berolahraga. Hingga saat ini rasanya masih sulit percaya bahwa saya actually menginginkan dan merindukan berolahraga. Saya? Yang sebelumnya baru jalan sedikit saja sudah kelelahan? Saya tidak punya teori yang mendukung fakta ini. Tapi mungkin karena energi meningkat dan pikiran memberi ‘bisikan’ terbaiknya agar saya melatih fisik, maka suatu pagi saya pergi ke kolam renang dekat rumah dan berenang dengan sungguh-sungguh. Hingga kini, saya masih terus berusaha mencari waktu untuk berolahraga sesering saya bisa. Ketika terpaksa harus ‘bolos’ berolahraga, tubuh saya merindukannya, karena olahraga membuat hati saya riang, santai dan happy.
Tahap IV: Belajar Minum dan Mengunyah Bagaikan balita lagi, pikir saya ketika mulai mempraktekkan anjuran Bu Andang untuk cukup minum air putih dan mengunyah makanan dengan baik. Minum air putih sebanyak yang bisa diminum, mengucap doa sebelum minum, meneguk dengan baik, menikmati tiap siraman air melalui tenggorokan bagai basuhan yang membersihkan dan memurnikan jiwa. Mengunyah lebih lama, menikmati tiap kunyahan, membiarkan makanan terbungkus liur sebelum akhirnya menelan. Pada akhirnya kita memang harus melakukan ini jika sering makan sayuran mentah. Oh ya, di tahap ini saya belum mempraktekkan kombinasi makanan utama! Sampai kebiasaan minum banyak air putih dan ‘kunyahan’ saya bisa otomatis, barulah saya mau menambah materi baru. Biar gak pusing lah ya.
Resapi Setiap Perubahan, Setiap Detik dalam Hidup Untuk anda, tahap-tahap ini mungkin sama, bisa juga beda. Dengarkan kata hati, dengarkan kata tubuh. Ikuti ‘perintah’ mereka. Stay true to yourself and you’ll hear them giving you the best advice. Jujurlah pada diri sendiri dan anda akan mendengar mereka membuatkan keputusan untuk anda, tanpa anda
3/6
harus capek berpikir. Perubahan sudah saya rasakan sejak hari di mana saya menghentikan kebiasaan minum teh dalam botol. Namun yang paling signifikan terjadi adalah ketika saya menerapkan pola makan alami. Sedangkan turunnya berat badan secara signifikan adalah ketika saya masuk ke FC (kombinasi makanan utama). Di tahap pola makan alami, setiap hari saya banjir keringat, walaupun berada di ruangan ber-AC. Buang air bisa 3-4 kali sehari, warnanya bisa hitam pekat, kadang berupa cairan, kadang normal. Sakau-kah saya? Mungkin, tapi rasanya tidak sakit seperti orang sakau. Saya malah senang, karena tubuh saya jadi hangat. Sebelumnya, saya selalu kedinginan. Kaki saya bisa luar biasa dingin, padahal suhu ruangan panas. Jadi perubahan ini sangat saya nikmati, karena saya bisa mengatakan selamat tinggal pada si ‘kaki dingin’. Sebuah bonus yang tidak pernah saya duga datangnya adalah, hilangnya kegemaran akan kue-kue manis. Ini sangat mencengangkan saya. Saya adalah penikmat makanan enak, terutama dessert. Sebelumnya, bisa dikatakan, makanan pokok saya adalah dessert. Saya lebih memilih makan kue atau dessert ketimbang makanan lain. Jika datang ke acara perkawinan, yang saya makan adalah kue dan dessert dulu, setelah puas, baru makan yang lain. Setiap hari, saya membuat kue untuk dinikmati sendiri sambil minum teh di sore hari. Ya, setiap hari. Jika pergi belanja, saya pasti mampir di cake shop dan membawa pulang minimal 4-8 jenis kue dan roti manis. Dan saya merasa ok-ok saja dengan kondisi ini. Saya tidak merasa harus menghentikannya, tidak pernah berharap dan tidak pernah bersedia menghentikannya. Bahkan ketika mulai mengubah pola makan pun, saya pikir saya akan tetap makan kue-kue manis, karena merasa tidak ada yang salah dengan itu. Karenanya, ketika suatu hari saya mendapati diri memandangi saja deretan kue dan roti manis, tanpa ada keinginan sedikit pun, tidak sekecil apapun, untuk memakannya, saya tertegun dalam keterpanaan. Rasanya sulit dipercaya. Satu lagi bonus yang saya dapatkan adalah berubahnya jam tidur. Jam 9-10 malam saya sudah mengantuk, dan bangun subuh dalam keadaan segar. Sungguh suatu berkah. Sebelumnya, saya adalah ‘orang malam’. Sulit tidur cepat, loyo di pagi hari. Dulu saya menghubungkannya dengan sifat artistik saya yang lebih kreatif dan berenergi di malam hari. Saya biasa tidur pukul 2-3 pagi, bahkan subuh, dan bangun dalam keadaan lelah. Mati-matian saya berusaha merubah ritme tidur ini, tidak pernah berhasil. Berhasil hanya 2-3 hari, hari keempat sudah kembali ke jadwal tidur semula. Sampai saya menyerah, dan beralasan bahwa saya memang dari sononya ‘orang malam’. Jadi bisa anda bayangkan betapa amazednya saya ketika jam tidur saya membaik dengan sendirinya, tanpa ada
usaha disengaja, selain memperbaiki pola makan, one thing at a time. Sungguh sebuah berkah tak terkira. Resapi setiap perubahan yang anda alami, setiap detiknya. Perubahan akan terasa nyaman karena lebih dihayati maknanya. Mengubah dengan Mudah Memfokuskan diri pada satu ‘pelajaran’ saja akan meringankan pikiran anda dari tugas mengingatingat tidak boleh makan ini dan itu, harus melakukan ini dan itu. Melakukannya satu persatu juga membebaskan diri anda dari penderitaan akibat perubahan yang ekstrim dan mendadak. Sesungguhnya ketika ada mengubah satu hal saja, maka perubahan sudah dimulai. Ketika merasa masih asing dengan sebuah kebiasaan baru, itu artinya anda masih harus terus melakukannya, hingga betul-betul paham, dan bukan mengambil langkah mundur atau malah terburu-buru melangkah maju. Berlama-lamalah dalam satu kebiasaan hingga bawah sadar mengambil alih, dan tubuh serta perasaan anda merasa nyaman dan bersahabat dengannya. Saat itu, sesungguhnya anda sudah berubah. Kesadaran Penuh Segalanya berasal dari pikiran! Menyadari beberapa hal penting akan membantu anda mengendalikan pikiran dan menjaganya tetap fokus dan kuat: Think Healthy Pikirkan kesehatan, bukan sekedar perbaikan kosmetik. Berat badan ideal dan kulit mulus hanyalah beberapa bonus yang akan anda dapatkan cepat atau lambat. Memikirkan hanya penampilan luar saja akan cenderung membuat anda berpikir instan dan hanya bersedia berubah sementara. Jika demikiran, besar kemungkinan anda akan kecewa, ketika kedua bonus tersebut lambat datangnya. Ketika anda kecewa, satu pemicu kecil saja sudah sanggup membawa anda relapse (kembali ke kebiasaan semula).
Think For Good Sadarilah anda sedang mengubah pola makan untuk selama-lamanya. Jangan pernah berpikir atau berharap hanya akan mengubah pola makan selama 2-3 bulan saja, sesudah itu bisa kembali ke
4/6
pola makan lama. Itu tidak realistis. Tahukah anda bahwa salah satu ciri kegilaan adalah tidak melakukan sesuatu yang berbeda tapi mengharapkan hasil yang berbeda? Jika anda menginginkan perbaikan kesehatan selamanya, maka anda harus berubah selamanya! It’s only fair. Dan masuk akal. Sebuah Perjalanan Tanpa Akhir Dunia ini penuh dengan energi positif, karenanya masuk akal jika banyak juga energi negatif. Banyak situasi dan orang-orang yang akan menarik anda ‘jatuh’, supaya mereka tidak jatuh sendirian. Ini fakta. Karena itu, penting untuk mengelilingi diri kita dengan situasi dan orang-orang positif. Yang akan mengatakan bahwa sehat itu membahagiakan! Bukan penderitaan, bukan paksaan. Sehat adalah pilihan. Ini juga merupakan cara agar kita selalu merasa ‘dilahirkan kembali’, terbaharui dan selalu bersemangat. Beberapa cara untuk melakukannya: Baca, Dengar, Lihat, Berkumpul • Bergabung dengan perkumpulan offline maupun online (klub kesehatan, mailing list, grup diskusi) yang bertema kesehatan maupun FC • Membaca majalah/buku tentang kesehatan yang anda sukai, bukan yang orang lain sukai atau yang terlihat gaya untuk ditenteng • Mengikuti atau menyaksikan acara-acara self improvement melalui pola makan sehat alami • Mengikuti atau menyaksikan acara masak yang mengutamakan kesehatan dan pengolahan yang benar Selalu akan ada situasi tidak mengenakkan yang menempatkan anda di posisi terasing dan dipandang aneh. Celotehan tidak penting terhadap isi piring anda, komentar sinis melihat anda mengudap kacang panggang dan buah kering, ejekan tentang bekal buah di tas anda, semua itu mungkin akan anda alami. Mengelilingi diri dengan situasi dan orang-orang positif akan membuat anda percaya diri dan nyaman tampil beda.
Tips Walaupun baru satu tahun menjalankan FC, buat seorang pembosan seperti saya, hal itu adalah prestasi. Ironisnya, si pembosan ini jarang sekali mengalami bosan dalam menjalakan FC. Berikut ini beberapa tips yang bersumber dari pengalaman saya.
•
•
•
•
Variasi, Variasi, Variasi Berburu buah, sayuran dan bahan makanan yang jarang anda konsumsi bisa menjadi kegiatan yang mengasyikkan dan berujung pada pengalaman yang kadang membuat kita tercengang. Hilangkan kendala ‘takut tidak enak’ dalam diri anda. Jika bahan makanan itu ada di pasar tradisional atau swalayan, berarti cukup enak untuk dimakan. Karena kalau tidak, untuk apa dijual? Light Cooking Masak sendiri memang paling sehat dan ideal. Tapi oh, betapa repotnya! Ya, memang repot, sedikit. Jangan disangka gaya masak kita tidak akan berubah. Dengan sendirinya gaya masak akan berubah menjadi light cooking. Sedikit proses, sedikit atau tanpa panas, sedikit atau tanpa minyak. Resep-resep di majalah Nirmala sudah saya buktikan mudah dan cepat disiapkan, dan lezat. Percayalah, menyiapkan salad dan pepes jauh lebih sederhana dan sebentar, ketimbang masak daging bersantan yang harus terus diaduk sampai matang. Hunting Tempat Makan Sehat Masak tidak perlu setiap hari. No pain, remember? Ketika kita merasa tidak mau masak, buat apa ‘terpaksa’ masak? Telusuri restoran, kantin dan kedai di sekitar rumah ataupun wilayah tempat tinggal anda. Beberapa dari mereka – walaupun tidak banyak – pasti ada yang menjual makanan segar dan berkualitas. Malas Ngejus, Libur Ngejus Cukup banyak buah dan sayur yang bisa distok di kulkas dan enak dimakan langsung tanpa harus dijus. Pisang, pepaya, apel, pir melon, sirsak, belimbing, sawo, semangka, jeruk bali, anggur, jeruk, stroberi, duku, mangga, semuanya bisa langsung anda makan atau hanya membutuhkan pisau untuk mengupas dan memotongnya. Cukup untuk membuat anda libur ngejus lebih dari seminggu. Sayuran apalagi, bisa langsung dilalap dengan sambal atau disiram saus bikinan sendiri. Jenisnya, banyak sekali! Mainlah ke bagian sayuran segar di pasar swalayan untuk mengenali beragam sayuran, petik sedikit daunnya dan nikmati harum aromatik tiap jenisnya.
5/6
•
Buah di Dalam Tas Teman-teman saya sudah terbiasa melihat saya membawa buah dalam tas sehari-hari. Bawalah 2-3 buah segar untuk camilan,
kemanapun anda pergi. Mengudap buah segar menghilangkan ‘sumpek’, meredakan stress dan memastikan asupan vitamin terbaik untuk hari-hari panjang anda.
Mudah-mudahan sedikit pengalaman ini bisa bermanfaat untuk anda. (RA)
~~~~~ooo000ooo~~~~~
Disclaimer: Penulis tidak memiliki hubungan apapun dengan majalah Nirmala, selain sebagai pembaca dan pengagum foto-foto di dalamnya. Semua yang tertulis dalam artikel ini bersumber dari pengalaman pribadi, tidak dimaksudkan sebagai saran medis maupun sebuah konsultasi gizi. Dapatkan informasi sebanyak mungkin mengenai food combining, pahami dengan benar, agar terhindar dari pola makan yang kacau balau akibat informasi yang hanya setengahsetengah. Been there, done that.
Jakarta, April 6th, 2007 All written from scratch © Copyrights 2007 Photos source: www.sxc.hu
6/6