MEMAHAMKAN KONSEP PERKALIAN BILANGAN DESIMAL MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL KOMA BERJALAN Lutfi Fatkhurrohman Progam Studi Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk (1) memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah perkalian bilangan desimal pada siswa kelas V SD, (2) mendeskripsikan proses pembelajaran matematika dalam pemahaman konsep perkalian bilangan desimal pada siswa kelas V SD dengan menggunakan bantuan media visual koma berjalan, (3) memberikan peningkatan aspek-aspek pemahaman konsep perkalian bilangan desimal pada siswa kelas V SD setelah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan bantuan media visual koma berjalan. Siswa dan guru sering menemukan kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep perkalian bilangan desimal. Berbagai metode pembelajaran mencoba menjelaskan dan mempermudah pemahaman konsep perkalian bilangan desimal, namun dalam konsep perkalian bilangan desimal tidaklah mudah dipahami menggunakan metode pembelajaran. Oleh sebab itu penulis membuat media berupa media visual koma berjalan yang dapat mempermudah pemahaman konsep perkalian bilangan desimal. Hasil penulisan karya ilmiah ini adalah (1) siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep perkalian bilangan desimal, (2) penggunaan media visual koma berjalan untuk memahamkan konsep perkalian bilangan desimal. Media visual koma berjalan merupakan media pembelajaran berupa powerpoint yang digunakan untuk membantu siswa dalam mengilustrasikan pemahaman mengenai konsep perkalian bilangan desimal. Kata kunci :Media Pembelajaran, Koma berjalan, Konsep perkalian bilangan desimal ABSTRACT The writing of scientific work was intended to ( 1 ) create a way out to tackle the multiplication of decimal numbers on the kids primary school grade V , ( 2 ) described the process of learning mathematics in understanding the concept of multiplication decimal numbers to their students grade V primary schools with use some help visual media coma walk , ( 3 ) give increased understanding the concept of aspects of the multiplication decimal numbers to their students grade V primary school after attending the learning mathematics use some help visual media coma walk .Students and teachers often find difficulties in understanding the concept multiplication decimal numbers .The various methods of learning tried to explain and make it easy for understanding the concept of multiplication decimal numbers , but in the concept of multiplication decimal numbers is not easy to understand use the learning methods .Therefore make media writer in the form of visual media coma of walking that can ease understanding the concept of
multiplication decimal numbers . This is results of scientific work ( 1 ) students have difficulty in understanding the concept of multiplying the number of decimals ( 2 ) using a visual medium run for the hang the multiplication of decimals.The visual medium run is a lesson in the powerpoint used to assist students in illustrating understanding of the concept of multiplying the number of decimals. Keywords: the learning, a walk, multiplying the number of decimals
PENDAHULUAN Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dan pertama dalam rangka memajukan kehidupan dari generasi ke generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dengan adanya pendidikan, dapat membantu manusia menjadi berkembang ke arah yang lebih baik menuju suatu kemajuan. Pendidikan diberikan mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tinggi. Syaiful Sagala memaknai pendidikan sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada ( Sagala, 2011: 3). Di dalam pendidikan, berbagai macam ilmu pengetahuan diberikan pada peserta didik, salah satunya adalah matematika. Matematika, sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, rumus, teorema, dalil, ketetapan, dan konsep digunakan untuk membantu perhitungan, pengukuran, penilaian, peramalan, dan sebagainya (Fathani, 2008: 41).
Istilah matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau “manthenein”, yang artinya mempelajari (Fathani, 2008: 42). Matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, berisi tentang teori-teori dan rumus-rumus bagi para siswa. (Fathani, 2008: 56) Akibatnya banyak siswa yang tidak suka dengan pelajaran matematika. Ketidaksukaan siswa terhadap matematika menyebabkan siswa enggan dalam mempelajari matematika. Akibatnya
siswa mengalami kesulitan dalam megerjakan soal matematika. Kesulitan tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Salah satu kesulitan siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan soal matematika yaitu pada perkalian bilangan desimal. Hal ini disebabkan karena lemahnya pemahaman konsep siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru. Perkalian bilangan desimal adalah salah satu materi yang diajarkan di sekolah dasar. Agar siswa faham tentang materi perkalian bilangan desimal, maka seorang guru memerlukan media yang cocok untuk menyampaikan materi. Dengan adanya permasalahan bahwa siswa kesulitan dalam memahami materi perkalian dalam dilangan desimal, maka di dalam makalah ini akan dibahas tentang metode yang digunakan dalam memberikan pemahaman konsep terhadap peserta didik dengan menggunakan media berbasis visual, misalnya media pembelajaran “Koma Berjalan”. Pada penelitian sebelumnya, media koma berjalan menggunakan media kartu bilangan berupa kertas (Mutiah, 2013). Bedanya dengan media koma berjalan di sini adalah media pembelajaran disampaikan dengan power point dan di dalamnya dijelaskan bagaimana perkalian bilangan desimal. Dengan adanya media koma berjalan siswa bisa belajar dengan menyenangkan. Mereka tidak jenuh dengan pelajaran matematika dan dapat memahami konsep perkalian bilangan desimal dengan mudah.
KAJIAN TEORI A. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa arab media adalah perantara ( ) َو َو اِئ ِئatau pengantar pesan dari pengirim kepada penarima pesan (Arsyad, 2004: 3). Kata media merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan barang yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melaluai katakata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media (Djamarah, 2010: 120-121). Sesuai uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa media adalah wahana penyalur iformasi belajar atau penyalur pesan. Kehadiran media sangatlah penting dalam dunia pendidikan karena dapat membantu guru dalam menjelaskan materi yang masih abstrak dan sulit untuk dimengerti. B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan Pemerolehan pengetahuan dan ketrampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah
dialami sebelumnya. Menurut Brunner dalam Arsyad menyatakan ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding) (Arsyad, 2004: 8). Sesuai urain di atas dapat disimpulkan bahwa landasan teoritis tentang penggunaan media pendidikan ini bersumber dari pendapat Brunner, bahwa tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). C. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Hamalik dalam Arsyat mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses belajar dan menyampaikan pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Arsyad, 2004: 16).
Sesuai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berperan sangat penting dalam komunikasi antara siswa dan guru agar penyampaian informasi dari guru dapat diterima dengan jelas oleh siswa. Agar siswa tidak bosan dalam menerima materi, seorang guru harus memelih media yang cocok dalam menjelaskan materi yang disampaikan. D. Media Berbasis Visual Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan (Djamarah, 2010: 124). Media berbasis visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi evektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi (Arsyad, 2004: 91). Levie & Lentz dalam Arsyad mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, (d) fungsi kompensatoris (Arsyad, 2004: 17). E. Pemahaman Konsep Matematika Matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah sistem matematika (Subarinah, 2006: 1).
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan siswa sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran peserta didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Dua konsep tersebut menjadi dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru – siswa, siswa – siswa pada saat proses pelajaran itu berlangsung. Inilah makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses (Sudjana, 2005: 28). Langkah-langkah dalam menanamkan suatu konsep berdasarkan penggabungan beberapa teori belajar Bruner antara lain teori konstruksi, teori notasi, teori kekontrasan dan variasi serta teori konektivitas adalah sebagai berikut ini. 1. Pengajar memberikan pengalaman belajar berupa contoh-contoh yang berhubungan dengan suatu konsep matematika dari berbagai bentuk yang sesuai dengan struktur kognitif peserta didik. 2. Peserta didik diberikan dua atau tiga contoh lagi dengan bentuk pertanyaan. 3. Peserta didik diminta memberikan contoh-contoh sendiri tentang suatu konsep sehingga dapat diketahui apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami konsep tersebut. 4. Peserta didik mencoba mendefinisikan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri. 5. Peserta didik diberikan lagi contoh mengenai konsep dan bukan konsep. 6. Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut (Hudoyo.dkk, 2003: 123).
PEMBAHASAN A. Kesulitan Siswa dalam Memahami Konsep Perkalian Bilangan Desimal 1. Kurangnya motivasi belajar matemtiaka siswa Matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, berisi tentang teori-teori dan rumus-rumus bagi para siswa (Fathani, 2008: 56). Akibatnya banyak siswa yang tidak suka dengan pelajaran matematika. Ketidaksukaan siswa terhadap matematika menyebabkan siswa enggan dalam mempelajari matematika. 2. Kesulitan dalam mengilustrasikan materi perkalian bilangan desimal Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik, apabila dalam pendidikan di masa lalu. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional (Djamarah, 2010: 123). Akibatnya siswa kurang maksimal dalam mengilustrasikan materi perkalian bilangan desimal hanya dengan metode ceramah. 3. Kesulitan dalam memahami bilangan desimal Kebanyakan siswa kurang memahami apa itu bilangan desimal dan darimana bilangan desimal tersebut berasal. Sebelum mengoperasikan bilangan desimal seharusnya siswa harus menguasai tentang bilangan desimal itu sendiri. Memahami konsep mengenai bilangan desimal menjadi dasar dalam mengoperasikan perkalian bilangan desimal. Siswa biasanya hanya mengenal bilangan desimal sebagai bilangan yang memiliki koma, namun pada dasarnya konsep bilangan desimal sangatlah luas (Mujib, 2013).
4. Kesulitan dalam memahami operasi perkalian bilangan desimal Operasi perkalian merupakan tingkatan yang setara dengan pembagian. Sulit mendefinisikan mengenai apa perkalian itu menjadi salah satu permasalahan dalam pemahaman konsep perkalian. Dalam bilangan bulat positif perkalian adalah penjumlahan secara berulang (Mujib, 2013). Namun di dalam bilangan desimal tidak begitu jelas mengenai definisi tentang perkalian. Perkalian bilangan desimal menjadi masalah dalam berbagai hal, misalnya dalam menentukan koma. Siswa kurang memahami koma yang harus diletakkan setelah melakukan perkalian bilangan desimal dengan metode susun. Kesulitan lainnya dalam perkalian bilangan desimal adalah peletakan susunan perkalian itu sendiri. B. Memahamkan Konsep Perkalian Bilangan Desimal Menggunakan Media Koma Berjalan Kesulitan dalam memahami konsep perkalian bilangan desimal dapat diatasi dengan berbagai solusi. Termasuk penggunaan media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pemilihan media yang tepat untuk menjelaskan konsep perkalian bilangan desimal menjadi prioritas utama untuk mempermudah pemahaman siswa mengenai konsep tersebut. Pemberian motivasi dan semangat juga diperlukan untuk menyemangati siswa dalam menerima materi sehingga pola fikir siswa bisa fokus terhadap materi yang disampaikan oleh pendidik. Motivasi yang tinggi menumbuhkan rasa ingin tahu dan rasa ingin mengerti sehingga dalam kondisi ini siswa dapat mudah menerima pemahaman materi mengenai perkalian
bilangan desimal. Seorang pendidik sebisa mungkin menampilkan wajah yang tersenyum agar siswa tidak jenuh dengan penyampaian materi. Guru bisa menggunakan alat bantu dengan media ataupun alat peraga untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep materi yang disampaikan. Jika menilik permasalahan yang sedang dihadapi yaitu operasi perkalian pada bilangan desimal, media powerpoint dirasa dapat membantu siswa dalam memahami perkalian bilangan desimal dengan membuat animasi bergerak “koma berjalan”. Media ”koma berjalan” berupa visualisasi mengenai perkalian bilangan desimal dengan menggunakan power point. Di dalam power point tersebut digambarkan bagaimana perkalian bilangan desimal. Media koma berjalan nama yang peneliti ambil. Koma memiliki arti sebagai koma dalam bilangan desimal dan berjalan adalah pergerakkan dari satu tempat ke tempat yang lain. Pergerakkan tersebut bisa maju maupun mundur. Media koma berjalan menjelaskan perkalian bersusun dari bilangan desimal. Mula-mula media ini menunjukkan soal perkalian dalam power point tersebut. Misal perkalian 0,2 x 0,31 diilustrasikan sebagai berikut: 1. Kalikan masing-masing bilangan desimal dengan 10n, tergantung dengan banyaknya angka yang ada di kanan koma.
2. Kalikan seperti mengalikan bilangan bulat secara bersusun.
3. Untuk menentukan letak koma, hitung berapa banyak 10n yang digunakan untuk merubah bilangan desimal ke bentuk bilangan bulat.
4. Koma akan berpindah dari bilangan paling kanan menuju ke kiri sebanyak 10n yang digunakan untuk merubah bilangan desimal ke bentuk bilangan bulat. Jika di depan koma (,) kosong / tidak ada angka maka diisi dengan angka 0 (nol).
tersebut berupa visualisasi mengenai perkalian bilangan desimal dengan menggunakan power point. Media koma berjalan menjelaskan perkalian bersusun dari bilangan desimal.
Jadi, hasil dari 0,2 × 0,31 adalah 0,62. PENUTUP A. Kesimpulan Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan perkalian bilangan desimal, hal ini disebabkan karena: 1. Kurangnya motivasi belajar matemtiaka siswa 2. Kesulitan dalam mengilustrasikan materi perkalian bilangan desimal 3. Kesulitan dalam memahami bilangan desimal 4. Kesulitan dalam memahami operasi perkalian bilangan desimal Kesulitan dalam memahami konsep perkalian bilangan desimal dapat diatasi dengan berbagai solusi. Termasuk penggunaan media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pemberian motivasi dan semangat juga diperlukan untuk menyemangati siswa dalam menerima materi sehingga pola fikir siswa bisa fokus terhadap materi yang disampaikan oleh pendidik. Guru bisa menggunakan alat bantu dengan media ataupun alat peraga untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep materi yang disampaikan. Jika menilik permasalahan yang sedang dihadapi yaitu operasi perkalian pada bilangan desimal, media powerpoint dirasa dapat membantu siswa dalam memahami perkalian bilangan desimal dengan membuat animasi bergerak “koma berjalan”. Media
B. Saran Guru sebaiknya memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikan setiap materi yang diberikan kepada siswa, agar siswa lebih mudah dalam memahami materi tersebut. Metode ceramah bukan satu-satunya cara untuk memahamkan siswa tentang pembelajaran, masih banyak cara-cara yang lebih inovatif, seperti menggunakan berbagai metodemetode yang menarik, atau menggunakan media. Semoga karya ilmiah yang dibuat peneliti memberikan manfaat dan jikalau ada kesalahan peneliti mohon maaf. Saran penetili dalam menggunakan media koma berjalan ini alangkah baiknya jika selanjutnya media ini diterapkan ke dalam bentuk yang lebih reall. Peneliti juga menginginkan perbaikan dari karya ilmiah ini, karena karya ilmiah ini jauh dari kata sempurna. Reverensi [1] Arsyad,
Azhar.
pembelajaran.
2004. Jakarta:
Media PT.
Rajagrafindo Persada [2] Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta [3] Fathani,
Abdul
Halim.
Matematika:Hakikat
&
2012. Logika.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media [4] Hudojo, Stategi
Herman, Belajar
dkk.
2003.
Mengajar
Matematika Malang:
Kontemporer. Jurusan
Matematika
FMIPA Universitas Negeri Malang [5] Mujib, Abdul dan Suparingga, Erik. Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Dalam Operasi Perkalian Dengan
Metode
Latis.
http%3A%2F%2Feprints.uny.ac.id %2F10724%2F1%2FP%2520%25201.pdf. diakses tanggal 09 Desember 2014, 10:08 [6] Mutiah, Halida. Operasi Hitung Bilangan
Desimal.
http://belajar.indonesiamengajar.or g/2013/02/komanya-jalan-buoperasi-hitung-desimal/,
diakses
tanggal 28 November 2014, 08:25 [7] Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta [8] Subarinah,
Sri.
Pembelajaran
2006.
Inovasi
Matematika
SD.
Jakarta: Depdiknas [9] Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses
Belajar
Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo [10]
Suherman, Erman, dkk. 2003.
Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA