PAI UNPAD
MEMAHAMI ISLAM
1
Islam merupakan agama yang diturunkan Allah SWT. kepada Rasulullah Muhammad SAW. Untuk (1) mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minnallah), (2) dirinya sendiri (hablum ma’a nafsihi), dan (3) sesama manusia (hablum minannas). Pengaturan hubungan manusia dengan Tuhannyahaliq) mencakup pengaturan yang berkaitan dengan masalah aqidah (keyakinan/keimanan) dan tata cara ibadah (ritual), seperti shalat, zakat, shaum, dan haji; Al-Quran mengungkapkan sekitar 10% saja. Pengaturan hubungan manusia dengan dirinya sendiri mencakup aturan yang berkaitan dengan perilaku atau akhlaq manusia, makanan-minuman yang halal dikonsumsi, dan tata berpakaian. Pengaturan hubungan manusia dengan sesama manusia mencakup adanya aturan-aturan mu‘amalah dan uqubat (pidana, sanksi, dan pelanggaran). Pada aspek syariat ini, Islam menjelaskan tentang masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hukum, dan perang; tanpa mengesampingkan yang lainnya. Kategori ayat yang menjelaskan tentang 2 persoalan ini sekitar 90%. Berdasarkan hal itu, maka para ulama membagi Islam dalam 2 hal, yaitu Aqidah dan Syariah. Aqidah merupakan landasan keimanan dan syariah merupakan landasan amal, karena berkaitan dengan implementasi penerapan aqidah (keimanan) itu dalam wujud amal perbuatan. Ketika seorang muslim mengimani Allah SWT. sebagai Tuhannya dan Dzat yang harus disembah, maka berkonsekuensi kewajiban muslim untuk melakukan ibadah shalat, shaum bulan Ramadhan, zakat, berhaji, berdoa, berdzikir sebagai realisasi keimanan tersebut. Tahap berikutnya keimanan dan ibadah tersebut harus berdampak pada amal perbuatannya, sehingga ia menjadi orang yang jujur, memegang amanah dan janji, tidak berdusta, tidak membuka aib-aib orang lain dan menggunjingkannya, dll. Para ulama berdasarkan pada karakteristik ajaran Islam yang komprehensif tersebut memposisikan Islam sebagai agama samawi (langit) yang berbeda dengan agama lainnya, yaitu agama ardhi (bumi), seperti Hindu, Budha, Sinto, Kong Fu Tse, atau yang lainnya. Termasuk dalam hal ini Islam berbeda dengan konsepsi-konsepsi ideologi yang dibuat manusia, seperti halnya kapitalisme-sekularisme, sosialisme-komunisme. Adapun pengertian agama Islam adalah wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril. Batasan yang menunjukkan bahwa Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah, dirinya, dan sesama manusia menunjukkan bahwa Islam meliputi seluruh persoalan kehidupan manusia tanpa membedakan perkara
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
1
PAI UNPAD
duniawi atau ukhrawi, profan atau nonprofan. Dengan demikian, Islam berbicara dalam cakupan dunia sampai akhirat, adanya pahala dan dosa bagi manusia, surga dan neraka sebagai balasan amal perbuatan manusia, termasuk pengaturan aspek aqidah (keyakinan), ekonomi, sosial, politik, budaya, peradaban, pendidikan, negara dan pemerintahan, hukum, dan lain sebagainya. Dalam kerangka ini, maka nash-nash Al-Qur’an Al-Karim mengungkapkan tentang keberadaan status agama Islam itu sendiri sebagaimana dinyatakan Allah SWT. dalam ayat-ayat berikut:
ان اﻟﺪﻳﻦ ﻋﻨﺪ اﷲ اﻻﺳـﻼم ”Sesungguhnya agama yang diridlai di sisi Allah hanyalah Islam“… (QS.Al
Maaidah:19) Ayat ini menjelaskan tentang kedudukan Islam sebagai agama samawi yang diturunkan Allah SWT. kepada manusia. Hal ini berarti keberadaan agama samawi lainnya yang telah diturunkan Allah SWT. dihapuskan setelah diturunkannya Islam. Penegasan ini tampak pada firman Allah SWT.:
اﻟﻴﻮم اآـﻤﻠﺖ ﻟﻜﻢ دﻳـﻨﻜﻢ و أﺗـﻤﻤـﺖ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻧﻌﻤﺘﻰ ورﺿـﻴﺖ ﻟﻜﻢ اﻻﺳـﻼم دﻳـﻨﺎ ”Hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu dan telah Aku
cukupkan nikmatKu kepadamu, serta Aku ridlai Islam sebagai agama bagimu“ (QS.Al Maaidah:3) Ayat ini menjelaskan bahwa hanya Islam yang diridlai Allah SWT. Pengertian mafhum mukhalafah (pemahaman terbalik) pernyataan pada verba radhiituu ’Aku ridlai‘ menyatakan ’selain Islam tidak Aku ridlai‘. Ada sejumlah nash lain mempertegas hal itu:
وﻣﻦ ﻳـﺒﺘﻎ ﻏﻴﺮ اﻻﺳﻼم دﻳـﻨﺎ ﻓـﻠﻦ ﻳـﻘـﺒﻞ ﻣـﻨﻪ وهﻮ ﻓـﻲ اﻷﺧـﺮة ﻣﻦ اﻟﺨـﺴﺮﻳﻦ ”Barang siapa mencari selain Islam sebagai agama maka sekali-kali tidaklah akan
diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi“ (QS. Ali Imran: 85)
2
Ayat inipun secara tegas menyatakan kata ”Islam“ sebagai Diin (agama), sedangkan kata yang sama, yaitu kata Islam tidak pernah sekalipun disebutkan Al-Qur’an Al-Karim untuk menyatakan nama agama-agama Nabi dan Rasul terdahulu. Kalaupun ada penyebutan itu digunakan bahasa yang mubham (samar/tidak jelas), seperti:
ﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ ِﻩ ْ ﻦ ِﻣ َ ح وَاﻟ َّﻨ ِﺒ ِﻴّﻴ ٍ ﺣ ْﻴﻨَﺎ ِإﻟَﻰ ﻧُﻮ َ ﻚ َآﻤَﺎ َأ ْو َ ﺣ ْﻴﻨَﺎ ِإ َﻟ ْﻴ َ ِإ َﻧّﺎ َأ ْو
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
2
PAI UNPAD
”Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu, sama seperti yang telah Kami wahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya“ (QS. An-Nisaa: 163)
ﻦ َ ﺸ ِﺮآِﻴ ْ ﻦ ا ْﻟ ُﻤ َ ن ِﻣ َ ﺣﻨِﻴﻔًﺎ َوﻣَﺎ آَﺎ َ ن ا َّﺗ ِﺒ ْﻊ ِﻣَّﻠ َﺔ ِإ ْﺑﺮَاهِﻴ َﻢ ِ ﻚ َأ َ ﺣ ْﻴﻨَﺎ ِإ َﻟ ْﻴ َ ُﺛ َّﻢ َأ ْو ”Kemudian Kami wahyukan kepadamu untuk mengikuti ’Millah‘ Ibrahim yang
lurus“ (Qs. An-Nahl: 123) Ayat Qs. An-Nisaa: 163 merupakan ayat yang bersifat umum karena kata ”Kami telah mewahyukan“ tersebut dapat berkaitan dengan persoalan inti ajaran (aqidah) tauhid atau syariah (hukum), atau keduanya sekaligus. Begitu pula kalimat ”Mengikuti Millah Ibrahim“ juga memiliki makna umum, yaitu dapat meliputi dua aspek: aqidah dan syariah. Akan tetapi, jika kita perhatikan ayat yang lain maka kita akan melihat adanya pertentangan dengan nash yang jelas:
ﻋ ًﺔ َو ِﻣ ْﻨﻬَﺎﺟًﺎ َ ﺷ ْﺮ ِ ﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ َ ِﻟ ُﻜ ٍّﻞ ”Untuk masing-masing umat di antara kamu telah Kami tetapkan aturan dan
syariatnya masing-masing“ (QS.An Maaidah: 48)
3
Oleh sebab itu, pengertian yang tepat dan tidak bertentangan dengan nash Al-Qur’an Al-Karim yang lain adalah ajaran yang diwahyukan Allah SWT. kepada para nabi dan rasul pada dasarnya memiliki inti yang sama, yaitu Tauhid (mengesakan Allah) secara totalitas, meskipun dalam persoalan syariat terdapat perbedaan, karena bagi masing-masing umat ditetapkan syariatnya sendiri-sendiri. Adapun ayat yang menyatakan: ”Aslamtu ma‘a Sulaiman“ (QS. An-Naml: 44) sebagaimana dikemukakan Ratu Balqis, maka ayat itu sedikitpun tidak menunjukkan bahwa Ratu Balqis itu telah memeluk agama Islam dan agama nabi Sulaiman adalah Islam. Hal ini dikarenakan tidak terdapat indikasi pada ayat itu yang menunjukkan ke arah yang dimaksud, yaitu tidak adanya kata ”Islam“ dan ”Diin“ yang disebutkan dalam konteks kalimat tersebut sebagai nama ajaran agama nabi Sulaiman. Meskipun kata ”Aslamtu“ merupakan akar kata yang sama dengan kata Islam. Hal ini dapat kita fahami, sebab tidak selamanya kata yang berasal dari satu akar kata yang sama memiliki makna yang sama. Hal itu dapat kita perhatikan pada kata ”Jama‘a“ dengan kata ”jima“‘ jelas memiliki makna yang berbeda, yaitu ”jama‘a“ memiliki makna mengumpulkan, sedangkan ”jima“ memiliki makna bersetubuh. Padahal kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama. Di samping itu kata ”Aslamtu“ dapat dimaknai dengan tunduk dan patuh sebagaimana makna bahasanya, termasuk dalam hal ini kata muslim dan muslimin. Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
3
PAI UNPAD
Demikian pula pembahasan apakah agama Nabi terdahulu itu Islam atau bukan, termasuk pembahasan aqidah yang pembuktiannya memerlukan dalil nash yang pasti (qath‘iy), sementara dalil yang qath‘iy tersebut tidak satupun yang menjelaskan hal tersebut, kecuali dalam teks yang sifatnya umum (global) saja tanpa disertai qarinah (indikasi) yang menjelaskan pengertian syara‘nya, sehingga nash-nash tersebut tidak dapat diartikan sebagai Islam dalam pengertian sebagai agama. Walaupun memang banyak pendapat ulama yang juga menyatakan bahwa agama para rasul dan nabi sebelum Muhammad SAW. adalah Islam. Berkaitan dengan hal di atas, maka status keberadaan agama selain Islam setelah Islam diturunkan Allah SWT. kepada Rasulullah SAW. adalah tidak sah dan tertolak. Hal inipun dapat kita perhatikan dari pernyataan Rasulullah SAW. ketika Umar bin Khaththab membawa beberapa lembaran Taurat: ”Apa (yang kamu bawa) ini, bukankah aku telah membawa (Al- Kitab) yang jelas
dan jernih? Kalau saja saudaraku Musa as. hidup pada zamanku maka tentu ia tidak akan susah-susah, kecuali mengikutiku“ (HR. Ahmad dan Al Bazzar). Perkara ini pula yang ditegaskan nash tentang Al-Qur’an Al-Karim menjadi muhaiminan ’alaihi (mengalahkan), yang berarti Al-Qur’an AlKarim diturunkan untuk menghapuskan ajaran sebelumnya. Ayat inilah yang dijadikan landasan oleh para ulama tentang kedudukan Islam sebagai penghapus ajaran yang sebelumnya telah diturunkan Allah. Adapun jika terdapat dalam ajaran yang sebelumnya itu diterima Islam, maka hal itu bukan sebagai ajaran terdahulu melainkan karena kebenaran Al-Qur’an Al-Karim itu sendiri. Pada sisi yang lain Al-Qur’an Al-Karim pun menjelaskan status tentang kekufuran Yahudi dan Nasrani sebagaimana Allah berfirman:
ﻦ َﻣ ْﺮ َﻳ َﻢ ُ ﺢ ا ْﺑ ُ ن اﻟَّﻠ َﻪ ُه َﻮ ا ْﻟ َﻤﺴِﻴ َّ ﻦ ﻗَﺎﻟُﻮا ِإ َ َﻟ َﻘ ْﺪ َآ َﻔ َﺮ اَّﻟﺬِﻳ ”Sungguh telah menjadi kafir orang-orang yang menyatakan bahwa Allah adalah
Al Masih, Isa putera Maryam“ (QS. Al Maidah:72)
ﺚ ﺛَﻼ َﺛ ٍﺔ ُ ن اﻟَّﻠ َﻪ ﺛَﺎ ِﻟ َّ ﻦ ﻗَﺎﻟُﻮا ِإ َ َﻟ َﻘ ْﺪ َآ َﻔ َﺮ اَّﻟﺬِﻳ ”Sungguh telah menjadi kafir orang-orang yang menyatakan bahwa Allah adalah
tiga dalam satu kesatuan“ (QS. Al Maidah:73) 4
ن َ ﻚ َﻗ ْﻮُﻟ ُﻬ ْﻢ ِﺑ َﺄ ْﻓﻮَا ِه ِﻬ ْﻢ ُﻳﻀَﺎ ِهﺌُﻮ َ ﻦ اﻟَّﻠ ِﻪ َذ ِﻟ ُ ﺢ ا ْﺑ ُ ﺖ اﻟ َّﻨﺼَﺎرَى ا ْﻟ َﻤﺴِﻴ ِ ﻦ اﻟَّﻠ ِﻪ َوﻗَﺎ َﻟ ُ ﻋ َﺰ ْﻳ ٌﺮ ا ْﺑ ُ ﺖ ا ْﻟ َﻴﻬُﻮ ُد ِ َوﻗَﺎ َﻟ ن َ ﻦ َﻗ ْﺒ ُﻞ ﻗَﺎ َﺗ َﻠ ُﻬ ُﻢ اﻟَّﻠ ُﻪ َأ َﻧّﻰ ُﻳ ْﺆ َﻓﻜُﻮ ْ ﻦ َآ َﻔﺮُوا ِﻣ َ َﻗ ْﻮ َل اَّﻟﺬِﻳ
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
4
PAI UNPAD
”Dan orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Uzair adalah putera Allah. Orangorang Nasrani mengatakan bahwa Al Masih adalah putera Allah. Demikian perkataan mereka dengan mulutnya menyerupai orang-orang kafir sebelumnya. Allah mengutuki mereka. Bagaimana mereka dapat berpaling dari kebenaran“ (QS. At Taubah:30)
Berdasarkan hal itulah, maka dapat dipahami bahwa Islam merupakan suatu konsepsi kehidupan yang diturunkan Allah SWT. sesuai dengan fitrah manusia. Sebagai suatu konsepsi kehidupan, Islam tentu berbeda dengan pola-pola hidup lainnya. Berkorelasi dengan aspek itu, Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk hidup dalam pola aturan dan nilai Islam. Keberadaan aturan dan nilai Islam itu bersifat konstan, tidak mengalami perubahan disebabkan perubahan waktu dan tempat, situasi dan kondisi. Islam pun mewajibkan masyarakat muslim untuk senantiasa mengikatkan diri dengan pola kehidupan Islam. Seorang muslim harus menjadikan Islam sebagai kepribadiannya sehingga jiwa dan pikirannya tentram dan bahagia berada di dalamnya.
5
ISLAM SEBAGAI KONSEPSI Islam sebagai konsepsi artinya Islam sebagai way of life (manhaj lil hayah) bagi seorang muslim dan masyarakatnya. Islam merupakan risalah Allah SWT. untuk mengatur hubungan manusia dengan Khaliqnya, dengan diri manusia itu sendiri, dan dengan sesama manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa di dalam Islam tidak terdapat pemisahan status manusia di hadapan Allah SWT., baik sebagai pemimpin atau rakyat, ulama atau umaro. Termasuk dalam perkara ini, Islam tidak mentolelir tindakan diskriminasi manusia atas warna kulit, bahasa, bangsa, garis keturunan, pangkat-jabatan, status sosial atau hal-hal yang bersifat artifisial lainnya. Jadi, status manusia adalah sama dan tentu aturan yang diterapkan atas semua manusia harus sama, sebab aspek potensi manusia tidak berbeda. Dalam menjalani kehidupannya, manusia memerlukan ada aturan dan konsepsi yang mengatur aspek naluri manusia dan kebutuhan jasmaninya. Dari aspek ini difahami, kedudukan Al-Khaliq sebagai Pencipta manusia, Dia sangat memahami apa kelebihan dan kekurangan, dan yang dibutuhkan manusia. Jadi, aturan kehidupan manusia haruslah bersumber dari Dzat yang sama dan bukan berasal dari manusia. Sebab manusia pada hakekatnya sangat lemah dalam membuat aturan kehidupan. Bukti terhadap persoalan ini adalah ketika manusia membuat suatu aturan kehidupan, maka sangat mungkin terjadi perbedaan yang diametral, perselisihan, dan pertentangan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Suatu hal yang selalu berpotensi melahirkan
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
5
PAI UNPAD
6
pertentangan, perbedaan, dan perselisihan yang membawa dampak buruk yang sangat besar terhadap kelestarian dan kelangsungan hidup manusia, bahkan dapat berakibat pada kesengsaraan kehidupan manusia. Termasuk dalam hal ini manusia sangat lemah memahami hakekat dirinya sendiri. Oleh sebab itu, peraturan penataan kehidupan manusia haruslah bersumber dari Pencipta manusia, yaitu Allah SWT. Konsekuensinya setiap manusia berkewajiban untuk menyelaraskan setiap amal pebuatannya dengan aturan dan hukum Allah SWT. Suatu hal yang perlu difahami adalah seorang manusia yang mengikuti peraturan hidup ini hanya sebatas pada manfaat peraturan itu saja dan bukan berdasarkan pada aspek adanya kesadaran bahwa peraturan hidup tersebut berasal dari Allah SWT., maka tentu amal perbuatan itu menjadi tidak memiliki ruh imani. Jadi, seluruh amal perbuatan itu wajib dilandasi adanya kesadaran manusia terhadap hubungan dia dengan Allah SWT. Pemahaman terhadap perintah dan larangan Allah SWT. itu harus dilandasi kesadaran manusia dengan keberadaan ia sebagai hamba Allah, sebagai makhluk dari Al-Khaliq. Dari sisi inilah muncul bahwa setiap amal perbuatan manusia memiliki ruh imani (idrak shillah billahi). Jadi, ruh pada aspek ini bukan berarti nyawa/sirrul hayah (rahasia kehidupan), tetapi adanya aspek kesadaran manusia terhadap hubungannya dengan Allah SWT. dalam setiap amal perbuatannya. Seorang muslim melakukan amal perbuatan menyesuaikan dengan segenap perintah dan larangan Allah SWT. berdasarkan kesadaran akan hubungan dirinya dengan Allah SWT. dan tujuan ia melakukan perbuatan tersebut adalah menggapai ridla Allah SWT.; bukan sekedar mendapatkan manfaat dari aturan dan hukumNya. Berdasarkan itu, Islam membangun peradaban dan kebudayaan manusia yang khas. Begitu pula, Islam merupakan serangkaian pemahaman tentang kehidupan dengan membentuk cara pandang hidup yang tertentu. Karena memang telah terbukti kebenarannya dan faktanya dalam peradaban umat Islam yang tinggi pada masa sebelumnya. Di dsamping itu, Islam memiliki ketentuan hukum dan nilai yang menyeluruh yang mampu memberikan jawaban (problem solving) bagi seluruh persoalan kehidupan manusia dengan beragam bentuk masalahnya. Hal ini dimungkinkan karena di dalam Islam terdapat metode yang dapat digali melalui proses istinbathul ahkaam (penggalian hukum untuk menentukan suatu hukum bagi suatu perkara yang baru).
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
6
PAI UNPAD
7 KESEMPURNAAN ISLAM Secara i‘tiqadi, seorang muslim meyakini bahwa Islam mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam surat Al Ma-idah ayat 3 Allah SWT. berfirman:
ﺖ َﻟ ُﻜ ُﻢ اﻹﺳْﻼ َم دِﻳﻨًﺎ ُ ﻋ َﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﻧ ْﻌ َﻤﺘِﻲ َو َرﺿِﻴ َ ﺖ ُ ﺖ َﻟ ُﻜ ْﻢ دِﻳ َﻨ ُﻜ ْﻢ َوَأ ْﺗ َﻤ ْﻤ ُ ا ْﻟ َﻴ ْﻮ َم َأ ْآ َﻤ ْﻠ ”Hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian Diin (sistem hidup) kalian, dan Aku
sempurnakan atas kalian nikmatKu, dan Aku ridlai Islam sebagai Diin bagi kalian“ Ayat tersebut secara tegas menjelaskan bahwa Islam telah sempurna, artinya tidak ada satupun perkara kehidupan manusia yang tidak diatur dalam Al-Qur’an Al-Karim maupun sunnah Rasulullah SAW. Al-Qur’an Al-Karim telah menjelaskan hal-hal berikut, di antaranya:
7
1. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah aqidah/keimanan. Hal ini misalnya terdapat dalam ayat berikut, ”Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kalian, kemudian kalian dimatikan dan dihidupkanNya kembali, kemudian kepadaNyalah kalian dikembalikan“ (QS. 2: 28). Ayat yang juga menjelaskan perkara ini terdapat dalam QS. Al Mulk: 1-2, Al Ma-idah: 105, Al Jatsiah: 28, Al Infithar: 28 2. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah ibadah. Sebagai contoh terdapat dalam surat Al Isra‘ ayat 78-79: ”Tegakkanlah shalat setelah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan (malaikat). Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudahmudahan Rabbmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji“. Adapun ayat lain yang semisal dengan itu adalah Al Ankabut: 45, At Taubah: 103, Al baqarah: 183, Ghafir: 60, Al Isra‘: 110. 3. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang akhlak. Sebagai contoh terdapat dalam surat An nahl ayat 90 : ”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan“. Ayat yang juga menjelaskan tentang akhlak di antaranya, surat Al Furqan ayat 63, Luqman ayat 18-19. 4. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang makanan dan minuman.
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
PAI UNPAD
5. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan mengenai pakaian dan cara berpakaian. 6. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang aktivitas ekonomi dan perdagangan. 7. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan aktivitas sosial kemasyarakatan. 8. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan aktivitas politik dan pemerintahan. 9. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang strategi militer dan pertahanan. 10. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang pendidikan. 11. Al-Qur’an Al-Karim menjelaskan tentang hukum dan sanksi hukum. Itulah sebagian ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim yang mengandung hukum Allah SWT. yang harus dilaksanakan kaum muslimin, baik secara kolektif maupun individual sebagai konsekuensi dari keimanan kepada Allah SWT. Dengan kata lain, Allah SWT. telah menyediakan berbagai aturan untuk mengurusi seluruh umat manusia dengan aturan yang bersesuaian dengan fitrah manusia. Jadi, dengan melihat fakta keberadaan Al-Qur’an Al-Karim yang sedemikian rupa maka tidak mungkin untuk memisahkan Islam dengan pengaturan hidup masyarakat.
KARAKTERISTIK ISLAM Untuk memperoleh pemahaman mendasar mengenai risalah Nabi Muhammad SAW., maka perlu memahami karakteristik risalah tersebut, antara lain: 1. Risalah Insaniyyah (kemanusiaan), yaitu risalah itu berlaku untuk seluruh umat manusia di setiap masa dan tempat. Di samping itu Islam menyeru manusia dalam kapasitasnya sebagai manusia, tanpa memandang ras, warna kulit, dan bahasa. Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT. berfirman: ”Katakanlah: Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua...“ (QS. Al A‘raaf: 158) Rasulullah SAW. bersabda: 8
”Aku diutus untuk manusia berkulit merah maupun berkulit hitam“
2. Risalah Islam merupakan risalah yang komprehensif. Berkaitan dengan hal ini Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia,
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
8
PAI UNPAD
baik individu, keluarga maupun masyarakat, dan negara. Begitu pula, Islam mengatur sistem ekonomi, budaya, sosial, politik, pemerintahan, pendidikan, dll. Islam hadir dengan membawa sejumlah aturan yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, dan orang lain. Aturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya tercakup dalam perkara aqidah dan ibadah. Adapun aturan yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri mencakup hukum tentang makanan-minuman, pakaian, dan akhlaq. Di luar kedua hal itu merupakan pengaturan hubungan manusia dengan manusia lainnya, seperti masalah mu‘amalah, uquvat, politik, dll. 3. Risalah Islam menghapus seluruh syariat sebelumnya. berfirman:
Allah
”(dan) Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelum Al Quran) dan yang mengahapus kitab-kitab yang lain itu“ (QS. Al Maaidah: 48). Ketika Rasulullah SAW. melihat Umar bin Khatthab membawa selembar Taurat, Beliau marah dan bersabda: ”Tidakkah aku datang dengan membawa kerta putih bersih, seandainya
saudaraku Musa melihatku, tentu ia tidak akann berbuat apa-apa selain mengikutiku“ (HR. Ahmad, Ibnu Syaibah, dan Al Bazzar) 4. Risalah Islam merupakan risalah penutup risalah para nabi. ”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari laki-laki di antaramu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi“ (QS. Al Ahzab:40)
Keimanan kepada beliau SAW... setelahnya beliau diutus sebagai Nabi dan Rasul adalah wajib dan ketidakberimanan kepadanya adalah keingkaran. Allah berfirman: ”Dan barang siapa yang tidak beriman kepada Allah dan RasulNya, maka
Kami menyediakan untuk orang-orang kafir neraka yang menyala-nyala“ (QS. Al Fath:13). 9
Rasulullah SAW. bersabda: ”Demi Dzat yang Muhammad berada dalam gengaman tanganNya,
tidaklah salah seorang di antara umat ini, baik yang Yahudi maupun
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru
9
PAI UNPAD
Nasrani, mendengar tentang (kerasulan)ku, lalu dia mati dalam keadaaan tidak beriman kepada risalah yang aku -diutus- membawanya, melainkan 10 dia termasuk penghuni neraka“ (HR. Muslim) 5. Seluruh umat manusia diperintahkan mengikuti risalah beliau SAW... sampai hari Qiamat. Allah berfirman: ”Wahai orang-rang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taqwa kepadaNya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam“ (QS.Al imran:102). Perhatikan pula QS Al Imran: 85. 6. Mengikuti risalah beliau SAW... merupakan satu-satunya syarat keselamatan dari kesengsaraan hidup di dunia dan bagi kaum muslimin merupakan syarat memperoleh kejayaan dan kemenangan. Allah berfirman: ”Dan barang siapa yang berpaling dari peringatanKu,maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunya pada hari Qiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: ”Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpun ak dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah orang yang melihat? Allah berfirman: ”Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami maka kamu melupakannya dan begitu pula pada hari ini kamu pun dilupakan“ (Thaha:124-126)
10
Wawasan Islam | Tubagus Chaeru