BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia Sehat 2010. Sasaran MDGs memiliki indikator dan waktu pencapaian. Sasaran MDGs ini bisa dijadikan slogan “Indonesia Sehat di tahun 2015” sebagai pengganti slogan sebelumnya. Pada visi Indonesia mempunyai delapan sasaran MDGs salah satunya target untuk 2015 adalah menghentikan pencegahan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya (Kemkes, 2010). Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya (Dr. Akhmad Wiryawan, 2007). Menurut Saroso (2006), kewaspadaan Universal adalah suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien, tanpa memperdulikan status infeksi. Kewaspadaan Universal hendaknya dipatuhi oleh tenaga kesehatan karena merupakan panduan mengenai pengendalian infeksi yang benar dan terpadu (Kemkes, 2007). Kewaspadaan universal diciptakan sebagai upaya perlindungan terhadap risiko penularan yang dapat terjadi. Cara penularan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit 1 Universitas Sumatera Utara
seorang petugas layanan kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa risiko penularan rata-rata dalam kasus pasien yang terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas layanan kesehatan, risiko penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum ada data tentang kejadian serupa dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas jauh lebih tinggi. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) sejak diketahui oleh pemerhati kesehatan, maka kebijakan baru yang bernama Kewaspadaan Universal mulai dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain dapat mengandung infeksi, tidak memandang status sumbernya. Harus ditekankan bahwa kewaspadaan umum dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, misalnya virus hepatitis B dan C. Petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan semua pasien. Tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yang prima dengan memperhatikan kaidah-kaidah prinsip kewaspadaan universal sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi silang. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk tenaga kesehatan rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya karena merupakan syarat untuk menerapkan kewaspadaan universal. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi rumah sakit dan upaya pencegahan infeksi adalah
Universitas Sumatera Utara
tingkatan pertama dalam pemberian pelayanan yang bermutu. Untuk seorang petugas kesehatan kemampuan mencegah infeksi memiliki keterkaitan yang tinggi dengan kesembuhan pasien karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Sari, 2001). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit dengan mengingat Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dalam hal Kesehatan bagi tenaga kesehatan, penerapan universal precaution oleh tenaga kesehatan dalam mitigasi bencana HIV/AIDS harus dilakukan. Penyakit AIDS, merupakan sekumpulan gejala-gejala yang menyertai infeksi HIV (Human Immunodefeciency Virus). HIV termasuk familia retrovirus. Sel-sel darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi HIV adalah sel-sel limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh (Depkes RI, 2007). Berdasarkan laporan AIDS Epidemic Update USAID and WHO tahun 2006, pada tahun 2004 terdapat kasus AIDS sebanyak 36,9 juta yang meningkat menjadi 39,5 juta pada tahun 2006 dengan jumlah kematian sebanyak 2,3 juta jiwa (5,8 %). Ada 57 kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV pada tahun 2001 di Amerika Serikat, hal ini terjadi akibat risiko pekerjaan. Dari 57 kasus tersebut, sebanyak 24 (42 %) diantaranya yang terbanyak adalah tenaga perawat. Di Indonesia walaupun belum ada data yang pasti, namun jika melihat pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih lemah, maka resiko penularan infeksi terutama infeksi nosokomial termasuk HIV terhadap tenaga kesehatan bisa dikatakan cukup tinggi. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, laboran belum diketahui data yang pasti tentang kasus yang terkena HIV/AIDS (Averting HIV and AIDS, 2012). Perbandingan penderita HIV/AIDS antara laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Jumlah pasien HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun yang mengalami peningkatan, tetapi pada tahun 2011 mengalami penurunan, dan dapat dilihat pada Tabel 1.1. dibawah ini. Tabel 1.1.
Jumlah Pasien HIV/AIDS di Indonesia
No Tahun Jumlah 1. 2007 11.140 2. 2008 16.140 3. 2009 19.973 4. 2010 26.508 5. 2011 17.314 Sumber : Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular Depkes RI, 2012 Sekretaris Jenderal YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa) Iskandar Irwan Hukum menyatakan bahwa berdasarkan laporan Pemantauan AIDS Kementrian Kesehatan Republik Indonesia sampai dengan Juni 2011, Provinsi DKI Jakarta memiliki jumlah kumulatif kasus HIV/IADS tertinggi di Indonesia yakni sebesar 3.997 kasus, lalu diikuti provinsi Papua sebesar 3.938 kasus, kemudian Jawa Barat sebesar 3.809, Jawa Timur sebesar 3.755 dan Bali sebesar 3.747 kasus. Untuk Provinsi Sumatera Utara berada di peringkat 8 setelah Provinsi Jawa Tengah. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara kasus HIV/AIDS (2009) berjumlah 1.419 orang (Ditjen PPM dan PL Depkes RI, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Data Dinas Kesehatan Kota Medan sejak tahun 2006 hingga Mei 2011 ada 2.560 penderita HIV/AIDS. Di antaranya laki-laki 1.977 orang (78%) dan 583 orang (21 %) wanita. Faktor risiko terbesar heteroseksual (hubungan seks bebas) berjumlah 1.542 orang (60,23 %) dan penggunaan narkoba dengan jarum suntik 816 orang (31,87). Penderita terbesar usia 25-33 tahun berjumlah 1.473 orang (57,53%), anakanak di bawah usia 15 tahun 47 orang (1,83 %) dan usia 16-24 tahun sebanyak 442 orang (17,26 %). Dari jumlah tersebut, sebanyak 418 orang (16,32 %) meninggal dunia. Sementara hingga Mei 2011, sudah 1.486 orang (58,04 %) berkunjung ke klinik IMS dan 271 orang (10,58 %) dirujuk ke klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing) (KPA, 2010). Berdasarkan data dari Tabel 1.1. dan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan dapat diketahui penyakit HIV/AIDS dengan jumlah selalu tinggi, diperkirakan jumlah ini lebih banyak,
karena
ibarat fenomena gunung es. Tenaga kesehatan harus
terampil dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien yang ditolong, terutama pasien tersebut mengidap penyakit HIV/AIDS. Tenaga kesehatan dapat terpapar HIV/AIDS melalui percikan darah atau cairan tubuh pada mata, hidung dan mulut atau diskontiunitas pada permukaan kulit (misalnya luka lecet kecil), luka tusuk yang disebabakan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam lainnya baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat memproses perawatan di rumah sakit. Untuk mengantisipasi hal ini, maka petugas kesehatan perlu memahami pedoman universal precaution, untuk mencegah penyakit infeksi nosokomial pada dirinya pada saat memberikan pertolongan.
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan sebagai Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan salah satu fungsinya adalah merawat pasien penderita HIV/AIDS. Jumlah kunjungan pasien HIV/AIDS tahun 2009-2010 menurut data rekam medik RSUP. HAM Medan, terus mengalami peningkatan, jumlah kunjungan pasien HIV/AIDS di RSUP HAM Medan seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2.
Jumlah Kunjungan Pasien HIV-AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009-2010 Keterangan
No.
Tahun
Pasien Masuk
Pasien Hidup
Pasien Meninggal
1 2
2009 2010
411 552
207 (50,36%) 309 (55,97%)
90 (21,89%) 110 (16,30%)
Pasien Pulang atas Permintaaan Sendiri 114 (27,75%) 113 (20,47%)
Pasien Pulang Sembuh 0 (0%) 0 (0%)
Sumber : Instalasi Rekam Medik RSUP H. Adam Malik Medan, 2012 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan telah berusaha memberikan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, namun kenyataan di lapangan masih banyak dijumpai kendala-kendala dalam pelayanan pasien HIV/AIDS, seperti keterbatasan tenaga medis. Tenaga medis saat ini ada 6 (enam) orang, yaitu tenaga dokter spesialis penyakit dalam dan yang sudah pernah mengikuti pelatihan khusus hanya 3 (tiga) orang. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan
menugaskan 101 orang tenaga tenaga kesehatan setiap
bulannya, dan semua tenaga kesehatan mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan pelayanan langsung kepada pasien HIV/AIDS, sementara jumlah tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan khusus baru 2 (dua) orang di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
Tindakan Pencegahan Infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain
dalam tindakan perawatan pada pasien HIV/AIDS. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk menolong dan merawat pasien, keluarga, di ruangan rumah sakit, dan tenaga kesehatan lainnya dengan jalan menghindarkan transmisi penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur, juga upaya-upaya untuk menurunkan risiko terjangkitnya atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya misalnya HIV/AIDS. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara penulis terhadap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, pasien HIV yang akan menjadi pasien Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD) dan Voluntary Counseling and Testing (VCT) sampai ke Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) A1 (HIV/AIDS) dan ruangan Hemodialisa Darah (HD) ternyata dari keseluruhan petugas kesehatan yang menolong atau merawat pasien HIV/AIDS masih ada juga yang belum menerapkan universal precaution. Berdasarkan uraian tersebut maka Peneliti melakukan penelitian tentang Penerapan Universal Precaution Oleh Tenaga Kesehatan Dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Penerapan Universal Precaution Oleh Tenaga Kesehatan Dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Penerapan Universal Precuation Oleh Tenaga Kesehatan Dalam Mitigasi Bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
1.4. Hipotesis Ada hubungan pengetahuan (Knowledge) dan sikap (Attitude) oleh tenaga kesehatan dalam penerapan Universal Precaution dalam melakukan tindakan mitigasi bencana HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
1.5. Manfaat Penelitian a. Bagi Manajemen Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk mengembangkan program peningkatan keselamatan pasien dan petugas kesehatan dalam upaya penerapan universal precaution dalam mitigasi bencana HIV/AIDS.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi peneliti, menambah wawasan dalam aplikasi keilmuan dibidang manajemen bencana non alam; penyakit kejadian luar biasa (KLB). c. Bagi penelitian selanjutnya secara ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi.
Universitas Sumatera Utara