[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Divisi Main Power Station PT Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta Tahun 2013
Lutfah Humairo*, Fatma Lestari**
Abstrak Skripsi ini membahas manajemen risiko pada divisi Main Power Station PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno Hatta pada tahun 2013 dengan menganalisis bahaya dan risiko pada proses dan lingkungan kerja. Penelitian ini merupakan penelitian semikuantitatif deskriptif analitik dengan pendekatan observasional dan menggunakan standar AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses kerja pada divisi Main Power Station memiliki 52 risiko dengan jumlah risiko tertinggi pada pemeriksaan tekanan udara dan pemeriksaan arus trafo. Risiko tertinggi memiliki nilai 1800 (very high) pada bahaya mekanik dan listrik. Kata kunci: Manajemen risiko, MPS Abstract The study focused on risk management in Main Power Station PT Angkasa Pura II Soekarno Hatta International Airport on 2013 in analyzed hazard and risk on process and workplace. The study was conducted by semi-quantitative analitical descriptive with observational approach using AS/NZS 4360:2004 standard. In resulting process and workplace in Main Power Station have 52 risks with the highest number of risk in maintenance air pressure starter and maintenance trafo current. The highest valve of risk was 1800 (very high) in mecanic and electric hazard. Key word: Risk management, MPS *Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (email:
[email protected]) **Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (email:
[email protected])
1 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Sehat dan rasa aman merupakan HAM. Hal ini sesuai dengan isi United Nations Declaration on Human Rights. Deklarasi ini menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak asasi untuk bekerja, bebas memilih jenis pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya sejahtera[1]. Pernyataan ini selaras dengan United Nations International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights yang menyebutkan tentang perlunya kondisi kerja yang selamat dan sehat sebagai hak asasi setiap orang[2]. Kedua pernyataan itu tidak selaras dengan angka keselamatan dan kesehatan kerja di dunia. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah dunia, tahun 2008 dari 1,2 juta jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan kerugian mencapai 4% dari pendapatan per kapita tiap negara [3]. ISSA Internasional melaporkan terdapat 2,34 juta pekerja meninggal karena
kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta merugikan
perekonomian karena menghilangkan 4% dari GDP [4]. Dirjen Pembinaan Pengawas Ketenagakerjaan Kemnakertrans, Muji Handaya, membandingkan kasus kecelakaan kerja di Indonesia dan Eropa. Kecelakaan kerja di Eropa memang lebih banyak, yaitu 100.000 kasus, namun hanya 500 kasus yang mengakibatkan pekerja meninggal dunia. Tahun 2012 terdapat 103.000 kasus kecelakaan kerja, dari jumlah itu 2.419 kasus mengakibatkan meninggal dunia [5]. Tingginya angka kematian, kecelakaan akibat kerja, dan penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan tempat dimana pekerja melakukan sebagian besar aktivitasnya dan tempat yang berisiko langsung terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Hal tersebut mendorong masyarakat dunia untuk lebih memperhatikan aspek K3 dalam operasinya dan menerapkan manajemen risiko K3 untuk mengendalikan semua potensi bahayadan risiko yang ada dalam kegiatannya. Manajemen risiko adalah “risk management is the culture, process and structures that are directed towards the effective management of potential opportunities and adverse effects”[6]. Manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik[7]. Manajemen risiko adalah mengelola risiko dengan segala upaya baik bersifat teknik maupun administratif, agar risiko menjadi hilang atau minimal sampai ke tingkat yang dapat diabaikan karena tidak lagi membahayakan[8]. 2
Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Bandara tidak terlepas dari bencana dan kecelakaan. Seperti cuaca buruk yang dapat membuat kecelakaan pesawat, terhambatnya jadwal penerbangan, serta kerugian yang diterima oleh pihak bandara. Salah satunya adalah Bandara Soekarno Hatta. Bandara Soekarno Hatta merupakan salah satu bandara internasional yang ada di Indonesia. Bandara ini sangat penting bagi pergerakan dan pertumbuhan ekonomi di Jakarta, Banten dan sekitarnya. PT. Angkasa Pura II (Persero) merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara di bawah Departemen Perhubungan yang bergerak di bidang pengelolaan dan pegusahaan bandar udara di Indonesia. Bandara layaknya kota kecil yang didalamnya terdapat berbagai macam kehidupan, seperti transportasi, perkantoran, perdagangan, dan pemukiman warga. PT. Angkasa Pura II (Persero) memegang peran penting untuk mengelola semua hal mengenai kebandarudaraan. PT. Angkasa Pura II (Persero) juga harus mengelola semua kebutuhan untuk memenuhi permintaan konsumen yang berada di dalam bandara. Permintaan konsumen yang harus dipenuhi bandara salah satunya adalah kebutuhan listrik. Manusia sangat membutuhkan listrik untuk kehidupannya terutama saat malam hari. PT. Angkasa Pura II (Persero) memiliki divisi Main Power Station untuk memenuhi kebutuhan listrik konsumen. Main Power Station merupakan divisi yang sangat penting dan berisiko tinggi. Divisi ini bisa dianalogikan sebagai jantung bagi manusia, karena jantung akan memompakan darah keseluruh tubuh manusia untuk bisa bertahan hidup. Seperti halnya manusia, divisi ini merupakan pusat supply tenaga listrik untuk semua keperluan bandara. Mulai dari keperluan perkantoran dan yang terpenting kepentingan lalu lintas penerbangan. Main Power Station mengelola kebutuhan listrik dari PLN untuk kemudian disalurkan ke gardu-gardu listrik bandara. Tugas dan tanggung jawab MPS berhubungan dengan listrik tegangan menengah 20 KV, bahaya dan risiko yang diterima cukup besar. Kecelakaan pernah terjadi pada pekerja yang terkena induksi listrik tegangan menegah 20 KV. Pekerja mengalami kecacatan permanen di bagian tangan dan dadanya. Oleh karena itu manajemen risiko pada divisi tersebut sangat dibutuhkan untuk mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang akan menimbulkan kecelakaan dan kerugian. Citra perusahaan pun akan baik bagi lingkungan bandara maupun investor asing yang menanam saham pada bandara. 3 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dan semikuantitatif dengan menggunakan standar AS/NZS 4360:2004. Penelitian ini dilakukan pada Divisi MPS (Main Power Station) PT. Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta Tangerang Banten selama bulan Mei 2013. Objek penelitian ini adalah hazard dan risiko dari proses kerja di Divisi MPS (Main Power Station). Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dari hasil observasi di lapangan, akan dikelompokkan apakah termasuk kategori berbahaya atau tidak sesuai dengan standar perusahaan dan teori risk assessment yang ada. Setiap proses kerja akan dilakukan penilaian risiko untuk mengetahui seberapa besar tingkat bahaya berdasarkan AS/NZS 4360:2004. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini membahasproses kerja dan bahaya serta risiko yang ada di tempat kerja divisi Main Power Station. Main Power Station (MPS) merupakan dinas yang bertanggung jawab dalam hal pembangkit listrik dan jaringan pendistribusian di Bandara Soekarno Hatta. Jaringan pada Main Power Station (MPS) dibagi menjadi tiga jenis jaringan yaitu, jaringan prioritas (chek-in, x-ray, garbarata, dll), jaringan teknikal (tower, radar, lampu landasan, dll), dan jaring non prioritas (lampu dan AC). Pekerja pada divisi Main Power Station memiliki jam kerja Operation Hours dengan dua shift yakni, shift 1 pukul 07.00-19.00 dan shift 2 pukul 19.00-07.00. Mekanisme kerjanya adalah dua hari pekerja masuk dan satu hari pekerja libur. Setiap hari pekerja mendapat shift yang berbeda, dengan pola shift 1, shift 2, keesokan harinya libur, dan begitu seterusnya. Satu shift terdiri dari 7-8 pekerja, 2-3 pekerja standby di ruang kontrol, sedangkan yang lainnya melakukan maintenance rutin maupun menangani masalah yang ada. Ruang Genset Ruang genset merupakan tempat beberapa genset standby yang digunakan untuk backup pasokan listrik jika mengalami gangguan. Pada ruang genset terdapat enam genset, genset 1-3 untuk backup jaringan prioritas dan untuk genset 4-6 untuk back-up jaringan teknikal. Genset-genset tersebut selalu dalam keadaan standby, hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi jika pasokan listrik PLN mengalami gangguan, maka genset akan otomatis mengambil beban listrik untuk disalurkan. 4 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Ruang ini dilapisi dengan kaca berlapis untuk mengurangi tingkat kebisingan jika genset sedang beroperasi (Gambar 6.2).
Gambar 6.2 Ruang Genset Ruang kontrol Ruang kontrol merupakan ruang pengawasan atau monitor pekerja di dalam gedung. Di ruangan ini terdapat beberapa komputer yang sudah terintegrasi dengan sistem SCADA pada seluruh area kerja (Gambar 6.3). Jika terdapat gangguan atau eror pada suatu area kerja, maka layar akan menunjukkan simbol merah pada tempat yang mengalami masalah dan ruang kontrol terdengar suara alarm yang keras sebagai tanda terdapat gangguan pada area tertentu dan di cetak langsung dalam printer.
Gambar 6.3 Sistem SCADA pada Komputer Ruang Kontrol Ruang kontrol juga terdapat skema single line diagram jaringan listrik 20 KV. Skema single line merupakan area kerja jaringan listrik 20 KV yang ditangani oleh dinas MPS. Pada skema single line terdapat empat garis yang berbeda warna. Garis pertama berwarna hijau yang merupakan jaringan prioritas, garis kedua berwarna jingga yang merupakan jaringan teknikal, garis ketiga berwarna cokelat yang 5 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
merupakan jaringan non prioritas, dan garis keempat berwarna putih merupakan jaringan PLN.
Gambar 6.4 Skema Single Line Ruangan ini juga terdapat Control Desk Genset. Control Desk Genset merupakan tombol-tombol kontroler ruang genset yang terdapat dibawahnya. Control Desk Genset berfungsi untuk memonitoring genset yang selalu dalam keadaan standby. Jika pasokan listrik dari PLN mengalami gangguan, maka Control Desk Genset akan memberikan tanda bahwa genset akan beroperasi. Genset akan running dan mengambil beban saat membutuhkan waktu 11 detik untuk genset jaringan teknik, sedangkan untuk genset prioritas membutuhkan waktu 15 detik untuk mengambil beban.
Gambar 6.5 Control Desk Genset Ruang Tenaga Ruang tenaga adalah ruangan penerima pasokan listrik dari PLN yang kemudian disalurkan ke seluruh jaringan yang ada di Bandara Soekarno Hatta. Ruang tenaga terdapat Cubicle Panel Incoming listrik. Cubicle Panel Incoming adalah alat penerima pasokan listrik dari PLN. Ada dua panel incoming, yaitu MCa dan MCb. MCa dan MCb akan medistribusikan listrik dengan konfigurasi jaringan doop ke semua sub gardu yang ada di Bandara Soekarno Hatta. 6 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Gambar 6.6 Cubicle Panel Incoming Ruang Jaringan Distribusi (MDS) Ruang jaringan distribusi bisa disebut juga sebagai ruang substation. Ruang subtation merupakan gardu-gardu listrik yang tersebar di seluruh bandara untuk pendistribusian listrik. Kurang lebih terdapat 48-52 subtation yang tersebar di seluruh Bandara. Pada ruang subtation terdapat trafo step down, panel tegangan rendah, dan module-module. Trafo step down digunakan untuk menurunkan pasokan listrik dari 20 kV menjadi 380V. Module merupakan alat untuk membagi-bagi pasokan listrik ke seluruh konsumen yang ada pada gedung-gedung tersebut.
Gambar 6.7 Tansfomator (trafo)
7 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Proses Kerja MPS Area kerja di MPS memiliki proses kerja dan task yang dikelompokkan berdasarkan mesin atau alat yang ada pada area kerja tersebut. Seperti perawatan genset, panel tegangan menegah 20 KV, trafo, dan MDS (Main Distribution Switchboard). 1. Perawatan Generator Set Perawatan generator set atau genset adalah rangkaian kegiatan dalam memelihara mesin pembangkit listrik dalam keadaan standby. Perawatan ini terdiri dari beberapa task yang dilakukan oleh pekerja, antara lain: a. Pemeriksaan dan penggantian oli mesin dan oli pompa injeksi b. Pemeriksaan level BBM dan kondisi tangki harian (kebocoran) c. Pemeriksaan tekanan udara starter (20-40 bar) d. Pemeriksaan air pendingin e. Pemeriksaan katup udara starter f.
Pemeriksaan kompresor
g. Pemeriksaan tabung air h. Pemeriksaan flywheel atau roda gila i.
Pemeriksaan van pendingin radiator mesin
j.
Pemeriksaan saringan udara mesin
k. Pemeriksaan knalpot atau gas buang 2. Running Test Generator Set Proses kerja pada tahapan ini adalah melakukan pemeriksaan kondisi fisik dan kesiapan genset dalam keadaan genset menyala (running). Proses ini dilakukan satu kali dalam dua minggu. Hal ini dilakukan untuk menguji dan mengetahui keisapan genset serta mengetahui kekurangan serta kerusakan yang ada pada genset. Jika terjadi kerusakan atau ketidaksesuaian, maka dapat diketahui lebih awal dan dilakukan penindakan lebih lanjut. 3. Perawatan Panel Tegangan Menengah 20 KV Perawatan panel tegangan memiliki 4 task yaitu: a. Visual cek, pemeriksaan fisik, matering b. Pemeriksaan bagian dalam panel c. Pembersihan bagian dalam dan luar panel 8 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
d. Tes relay proteksi 4. Perawatan Transfomator (trafo) Perawatan trafo memiliki 3 task yaitu: a. Pemeriksaan arus b. Pemeriksaan suhu c. Pembersihan seluruh bagian trafo 5. Perawatan Main Distribution Switchboard (jaringan distribusi) Perawatan MDS memiliki 2 task yaitu: a. Pemeriksaan arus b. Pemeriksaan output tegangan 6. Ruang Kontrol Ruang kontrol memiliki 2 task yaitu: a. Berada di dalam ruangan selama jam kerja berlangsung b. Mengatasi masalah saat alarm berbunyi Gambaran Umum Risiko Risiko yang telah diidentifikasi berjumlah 52 risiko dari seluruh tahapan proses kerja dan task. Risiko dengan tingkat risiko Very High berjumlah 22, Priority 1 berjumlah 15, Substantial berjumlah 10, Priority 3 berjumlah 4, dan Acceptable berjumlah 1.
Very High
Priority 1
Substantial
Acceptable
2%
Priority 3
8% 19%
42%
29%
9 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
Distribusi Risiko pada Proses Kerja Penyajian data dibawah ini merupakan distribusi semua tingkat risiko berdasarkan setiap proses kerja pada divisi Main Power Station. Proses kerja pada divisi Main ada enam tahapan yaitu, perawatan genset, running test genset, perawatan panel tegangan menengah 20 KV, perawatan trafo, perawatan MDS, dan ruang kontrol Very High
8
7
6
Substantial
5 3
Priority 1
2
1
1
1
3
2
Priority 3
4
Acceptable
3 1
1
3 1
Genset
Running test Panel TM genset 20KV
Trafo
MDS
Ruang kontrol
Distribusi Basic, Existing, dan Predictive Risk Level a. Basic Level
22 15 10
4
1
Very High
Priority 1
Substantial
Priority 3
Acceptable
b. Existing Level 20
13
10
7
2
Very High
Priority 1
Substantial
Priority 3
Acceptable
10 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
c. Predictive Level 23
22
Priority 3
Acceptable
7
0
0
Very High
Priority 1
Substantial
Perbandingan Basic, Existing, dan Predictive Risk Level
25 20 15 Basic Level
10
Existing Level
5
Predictive Level
0
Risiko very high pada Basic Level berjumlah 22 risiko, pada Existing Level sedikit berkurang menjadi 10 risiko, dan pada Predicitve Level dapat ditekan seminimal mungkin dengan rekomendasi pengendalian hingga tidak ada risiko dalam kategori very high. Sedangkan risiko acceptable pada Basic Level hanya berjumlah 1 risiko, pada Existing Level hanya bertambah satu menjadi 2 risiko, dan pada Predicitve Level dengan rekomendasi pengendalian yang diberikan, risiko yang dapat diterima manjadi 22 risiko. Kesimpulan Penelitian
pada
divisi
Main Power
Station
menghasilkan beberapa
kesimpulan, yaitu:
11 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
1. Main Power Station memiliki 6 proses kerja yaitu perawatan genset, running tes genset, peraawatan panel TM, perawatan trafo, perawatan MDS, dan ruang kontrol. 2. Proses kerja pada divisi Main Power Station memiliki jumlah 23 task pada seluruh prosesnya. 3. Hazard yang ditemukan pada divisi Main Power Station yaitu hazard listrik, bising, mekanik, kimia, ergonomi, dan hazard pengorganisasian dan budaya kerja. 4. Main Power Station memiliki total risiko sebanyak 52 risiko dengan 22 risiko very high, 15 risiko priority 1, 10 risiko substantial, 4 risiko priority 3, dan 1 risiko acceptable. 5. Risiko tertinggi dari semua task memiliki nilai 1800 (very high) yaitu pada pemeriksaan tekanan udara starter dan pemeriksaan arus trafo. 6. Pengendalian yang telah dilakukan antara lain pengendalian teknik dan administratif serta penggunaan alat pelindung diri 7. Proses manajemen risiko secara keseluruhan belum berjalan secara baik dalam proses kegiatan pada divisi Main Power Station. 8. Predictive Level yang didapatkan sebanyak 22 risiko acceptable, 23 risiko priority 3, dan 7 risiko substantial. Saran Saran yangdapat peneliti berikan antara lain: 1. Membentuk tim K3 pada divisi MPS untuk melaksanakan manajemen risiko lanjutan. 2. Analisa manajemen risiko ini dapat diinformasikan kepada pekerja mengenai dampak dan kerugiannya serta pengendaliannya. 3. Melakukan Quantitative Risk Assessment untuk mengetahui pajanan bahaya di lapangan secara benar dan akurat. 4. Pengendalian yang dapat dilakukan berdasarkan hirarki kontrol antara lain: a. Pengendalian teknik dengan cara membuat peredam suara pada task yang menghasilkan bising, membuat ventilasi udara yang baik, dan melakukan pengendalian jarak saat mengukur arus trafo. 12 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013
[KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA]
b. Pengendalian administratif dengan cara bekerja sesuai dengan prosedur yang ada, pengaturan durasi kerja, meningkatkan promosi K3 pada pekerja, dan safety sign. c. Penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker. 5. Membuat Permit to Work pada semua tahapan pekerja yang memiliki high risk. 6. Membuat LOTO (Log Out Tag Out) untuk melindungi pekerja yang sedang bekerja disekitar mesin, instalasi listrik, atau keadaan saat proses perbaikan 7. Meningkatkan
pengetahuan pekerja mengenai
bahaya yang ada
dilingkungan kerja. 8. Melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja secara rutin. 9. Perusahaan dapat melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
Referensi 1. United Nations. (1948). United Nations Universal Declaration of Human Right. 2. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (1966). Adopted and opened for signature, ratification and accession by General Assembly resolution 2200A (XXI). 3. Anonim. (2011). Angka Kecelakaan Kerja masih Tinggi. 1 Juni 2013. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/07/lsp4gg-angkakecelakaan-kerja-masih-tinggi. 4. ISSA. (2012). Occupational Risk. 1 Juni 2013. www.issa.int/topics/occupational-risk. 5. Seno, B. (28 Februari 2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagian dari HAM. 1 Juni 2013. http://www.jamsostek.co.id/content/news.php?id=3956. 6. Standards Australia & Standards New Zealand. (2004). Risk Management AS/NZS 4360:2004. 7. Ramli, Soehatman. (2010) .Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3. Jakarta: Dian Rakyat. 8. Kurniawidjaja, L. Meily. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press. 13 Manajemen risiko..., Lutfah Humairo, FKM UI, 2013