1
MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga)
Oleh: Amin Murtadlo NIM. M1.11.002
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015
i
2
MANAJEMEN PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga)
Oleh: AMIN MURTADLO NIM MI.11.002 Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Sebagai pelengkap persyaratan untuk Gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 29 September 2015
Dr. H. Sa’adi, M.Ag
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag
Pembimbing I
Pembimbing II ii
3
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA PROGRAM PASCASARJANA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.ppsstainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah tesis Saudara Amin Murtadlo Kepada Yth. Rektor IAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah tesis saudara : Nama
: Amin Murtadlo
NIM
: M111002
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(Studi
Komparasi
Manajemen
Program
Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga) Dengan ini kami mohon tesis saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga, 29 September 2015 Pembimbing
Dr. H. Saadi, M.Ag. NIP. 19630420 199203 1 003
4
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama
: Amin Murtadlo
NIM
: M1.11.002
Progam Studi
: Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian
: Kamis, 1 Oktober 2015
Judul Tesis
:Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga). Panitia Munaqosah Tesis
Ketua Penguji
: Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag.
Sekretaris Penguji
: Dr. Winarno, M.Pd.
Penguji I
: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
Penguji II
: Dr. H. Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Penguji III
: Dr. H. Sa’adi, M.Ag
5
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
”Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini hasil karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan- bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 29 September 2015 Yang membuat pernyataan,
Amin Murtadlo
6
ABSTRAK Judul tesis: Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manajemen yang sedang dilaksanakan dan mengungkap perbedaan manajemen program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga. Adapun rumusan masalah pada peneltian ini adalah: 1) Bagaimana proses perencanaan program pembelajaran PAI; 2) Bagaimana proses pelaksanaannya; 3) Bagaimana bentuk pengendalian program pembelajarannya. Pendekatan dalam penelitian ini adalah melalui studi multi kasus.Untuk menggali data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan telaah dokumen. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik analisis data menggunakan reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil dalam penelitian ini adalah 1) Konsep perencanaan program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, yang dijabarkan melalui dua tahapan yaitu telaah kurikulum KTSP SMA dan perencanaan perangkat pembelajaran 2) Proses Pelaksanaan program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga yang secara umum dibagi dalam tiga hal yaitu: a) Kegiatan tatap Muka (intrakurikuler); b) Kegiatan Mandiri Terstruktur (Ekstrakurikuler); c) Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur dalam bentuk pembudayaan religius. 3) Pengendalian program pembelajaran PAI yang secara umum dilakukan oleh kepala sekolah dan secara khusus dilakukan oleh guru PAI.
Kata kunci: Manajemen; Program; Pembelajaran; Pendidikan Agama Islam
7
ABSTRACT The title: The Management of Islamic education learning programs (A comparative research management in Islamic education learning programs at Sudirman Islamic high school Ambarawa and Muhammadiyah Plus high school Salatiga). This research is aimed to describe and to reveal the comparative management of Islamic education learning programs (PAI) at Sudirman Islamic high school Ambarawa and Muhammadiyah Plus High school Salatiga. The problem statements of the research are: (1) how is the Islamic education learning program planning? (2) How is the implementation process of Islamic education learning program? And (3) how to control the process of Islamic education learning program? The approach of the research is through a multi cases study. The data is obtained by observation technique, interview, and document research. The data in the research are primary and secondary data.The technique of data analysis is done by data reduction, data presentation, and conclusion.
The results of the research are: 1) The concept of Islamic education learning program planning Islamic high school Sudirman Ambarawa and High school Muhammadiyah Plus Salatiga. It can be reached by KTSP curriculum and set of planning learning study; 2) The implementation process of Islamic education learning program of the schools, which are generally divided by three activities. Those are a) face-to-face activities (intrakurikuler); b) Structural Independent activities to form the extracurricular learning; c) non structural activities in the religius cultivation. The control is generally exercised by the headmaster and specifically committed by Islamic religious education teachers. Keywords: Management; Program; Learning; Islamic Education.
8
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ú ufeããq^% ãpÙ9Ve #i9] äiCZm =Ïn&ep ufeããq^%ããqniã o};eã ät} ä} lqfjR% äjæ Rç5 ufeã lã Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) , dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18)
PERSEMBAHAN
Isteri tercinta, Ananda Muhammad Farhan Abawayh, Al Hanafii Asnan, Luqman al-hakim,
9
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya kepada semua hamba-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya serta generasi penerus risalahnya hingga akhir zaman. Setelah melalui perjuangan panjang, alhamdulillah tesis dengan judul “Manajemen Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” (Studi Komparasi Manajemen Program Pembelajaran PAI Antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga) dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan tesis ini tak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak terkait. Oleh karena itu, tiada kata yang kami berikan kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan tesis ini kecuali ucapan terima kasih atas semua bantuan, bimbingan dan partisipasinya, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Ag selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga 3. Bapak Dr.H.Sa’adi, M.Ag dan Dr. Adang Kuswaya, M.Ag selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga tesis ini selesai.
10
4. Bapak Riyanto B.A selaku Kepala SMA Islam Sudirman Ambarawa yang memberikan bantuan dan waktunya kepada penulis, untuk melakukan penelitian guna menyelesaikan tesis ini. 5. Ibu Dian Indrihartani, S.Sos, M.Pd selaku Kepala SMA Muhammadiyah Plus Salatiga yang telah memberikan bantuan dan waktunya kepada penulis untuk melakukan penelitian guna menyelesaikan tesis ini. 6. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya tesis ini. Akhirnya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, jazakumullah khairal jaza’. Amin. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki penulis, tentu dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Semoga tesis bermanfaat dan memperkaya khasanah keilmuan di dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam. Amin ya Rabbal 'alamin. Salatiga, 29 September 2015 Penulis
Amin Murtadlo
11
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .. .........................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................
v
ABSTRAK .......................................................................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii KATA PENGANTAR ......................................................................................
ix
DAFTAR ISI .....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
xi
LAMPIRAN ...................................................................................................... xii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN .............................................................................
1
A.
Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B.
Rumusan Masalah .............................................................................
5
C.
Signifikasi Penelitian ............................................................................. 6
D.
Kajian Pustaka ..................................................................................
8
E.
Metode Penelitian ............................................................................
12
F.
Sistematika Penulisan .......................................................................
15
LANDASAN TEORI .......................................................................
17
A.
Konsep Dasar Pembelajaran PAI .......................................................... 17 1.
Pengertian PAI ...........................................................................
17
2.
Karakteristik Mata Pelajaran PAI SMA ........................................
19
3.
Tujuan PAI .................................................................................... 20
12
B.
4.
Prinsip Pembelajaran PAI .............................................................. 22
5.
Standar Isi Mapel PAI SMA ............................................................ 23
6.
Model Pembelajaran PAI .............................................................. 25
Manajemen Program Pembelajaran ..................................................... 29 1. Konsep Manajemen .......................................................................... 29 2. Konsep Pembelajaran .................................................................... 31 3. Manajemen Program Pembelajaran .........................................
34
a. Perencanaan .............................................................................. 35 b. Pelaksanaan ............................................................................... 44 c. Pengendalian ............................................................................. 61 C.
Pendekatan Manajemen Program Pembelajaran .............................
67
D.
Model Manajemen Program Pembelajaran .......................................
72
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................
75
A.
Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................ 75
B.
Lokasi Penelitian .................................................................................. 78
C.
Kehadiran Peneliti ................................................................................ 81
D.
Instrumen Penelitian ........................................................................... 83
E.
Pengumpulan Data .............................................................................. 86 1. Wawancara ...................................................................................... 86 2. Pengamatan .................................................................................... 87 3. Studi Dokumentasi ........................................................................... 88
F.
Analisa Data ......................................................................................... 90 1. Reduksi Data .................................................................................. 91 2. Display atau penyajian Data .......................................................... 92
13
3. Penarikan Kesimpulan .................................................................... 94 G.
Pengecekan Keabsahan Data .................................................................. 95 1. Uji Kredibilitas .............................................................................. 95 2. Dependabilitas ................................................................................. 96 3. Konfirmabilitas ............................................................................. 96
H.
Tahap-tahap Penelitian ......................................................................... 97
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA ................................................ 99 A. Paparan Data `....................................................................................... 99 1. Perencanaan Program Pembelajaran PAI ........................................ 99 a. Program Kegiatan Tatap Muka .................. ................................101 b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur ..........................................105 c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstrutur ................................ 106 2. Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI ...................................... 107
a. Program Kegiatan Tatap Muka ....................................... 108 b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur .............................. 112 c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstrutur ...................... 114 3. Pengendalian Program Pembelajaran PAI .................................... 116 a. Pengendalian Terhadap Hasil Pembelajaran ............................. 117 b. Pengendalian Terhadap Proses Pembelajaran .......................... 117
B.
Analisa Data ......................................................................................... 119 1. Perencanaan Program Pembelajaran PAI ..................................... 119 2. Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI ...................................... 122 a. Program Kegiatan Tatap Muka ................................................. 122
14
b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur ........................................ 124 c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstrutur ............................... 125 3. Pengendalian Pengembangan Program Pembelajaran PAI …….... 127
BAB V PENUTUP .......................................................................... 129 A.
Kesimpulan............................................................................................ 129
B.
Saran-saran ......................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 133 DAFTAR TABEL ............................................................................................. 134 LAMPIRAN ....................................................................................................... 134 BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 138
15
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian SMA Islam Sudirman Tabel 4.2 Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian SMA Muh. Salatiga Tabel 4.3 Program Tahunan SMA Islam Sudirman Ambarawa Tabel 4.4 Program Tahunan SMA SMA Muhammadiyah Plus Salatiga Tabel 4.5 Analisis Alokasi Waktu SMA Islam Sudirman Ambarawa Tabel 4.6 Analisis Alokasi Waktu SMA Muhammadiyah Plus Salatiga Tabel 4.7 Promes SMA Islam Sudirman Ambarawa Tabel 4.8 Promes SMA SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
16
DAFTAR LAMPIRAN Panduan Wawancara Manajemen Program pembelajaran PAI Panduan Wawancara Pengelolaan Kurikulum Panduan Wawancara Pengelolaan Pembelajaran Panduan Wawancara Kegiatan Eskul PAI di SMA Panduan Wawancara Pelaksanaan eskul dan di luar Sekolah Catatan Wawancara Manajemen Program pembelajaran PAI Catatan Wawancara Pengelolaan Kurikulum Catatan Wawancara Pengelolaan Pembelajaran Catatan Wawancara Kegiatan Eskul PAI dan di luar Sekolah Format RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa Format RPP SMA Muhammadiyah Plus Salatiga Kalender Pendidikan SMA Islam Sudirman Ambarawa Kalender Pendidikan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga Jadwal Pelajaran SMA Islam Sudirman Ambarawa TP. 2013/2014 Jadwal Mengajar Guru SMA Muhammadiyah Plus Salatiga TP. 2013/2014 SK Tim Pengembang Kurikulum SMA Islam Sudirman Ambarawa TP. 2013/2014 SK Tim Pengembang Kurikulum SMA Muhammadiyah Plus Salatiga TP. 2013/2014 Surat Keterangan Penelitian Lembar Bimbingan Tesis Berita Acara Ujian Proposal Tesis Berita Acara Ujian Tesis Lampiran 10
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 12
Biografi Penulis
17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam di lembaga pendidikan formal saat ini, adalah rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Permasalahannya adalah proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang berhasil dalam pembentukan perilaku positif siswa. Lemahnya aspek metodologi yang dikuasai oleh guru juga merupakan penyebab rendahnya kualitas pembelajaran. Metode yang dipakai masih bersifat konvensional. Apabila kualitas pembelajaran tidak dapat ditingkatkan, tidak menutup kemungkinan tujuan Pendidikan Agama Islam pun tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Secara umum tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk pribadi taqwa1. Disamping itu ada juga yang merumuskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan berakhlakul karimah.2Permasalahan nyata yang tampak dan diakui pula oleh para ahli pendidikan dewasa ini adalah pendidikan agama yang diajarkan di sekolah umum ternyata kurang berhasil dalam mengembangkan pribadi-pribadi yang taat dan berakhlak mulia. Bukti-bukti yang diajukan untuk
1
Ahmad Tafsir, Berbagai Permasalahan dalam Pendidikan Agama Islam, Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1997, 14. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004, Jakarta: Rancang Grafis, 2003, 2. 1
18
memperkuat pernyataan tersebut antara lain kenyataan adanya siswa yang kurang mampu membaca al-Qur’an dengan baik meski sudah duduk di bangku SMP dan bahkan SMA, belum dapat melaksanakan shalat dengan baik, tidak puasa di bulan Ramadhan, tidak menunjukkan perilaku yang terpuji, banyak perilaku asusila, merokok dan minum minuman keras dikalangan pelajar hingga
terjadinya
tawuran
dikalangan
para
pelajar
antar
sekolah.
Kesimpulannya, pendidikan agama belum mampu untuk menumbuhkan sikap positif dalam diri anak yang berguna bagi kemaslahatan masyarakat. 3 Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas maka perlu merevisi dari dalam Proses Belajar Mengajar yang selama ini diterapkan guru Pendidikan Agama Islam. Ada dua aspek yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu : didaktik dan metodik. Didaktik adalah ilmu menanamkan pengetahuan kepada murid dengan cara yang cepat dan tepat, sehingga anak dapat dengan mudah menangkapnya. Dengan istilah lain, ilmu yang memberi uraian tentang kegiatan proses mengajar yang menimbulkan proses belajar. Sedangkan metodik adalah bagian dari didaktik yang membicarakan tentang pelaksanaan cara mengajar, atau cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada murid.4 Dalam Islam, penggunaan metodologi yang tepat dalam rangka mempermudah proses belajar mengajar adalah suatu keniscayaan sehingga keberadaannya sangat dinantikan baik dari kalangan siswa maupun dari
3 4
Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhama, 2001, 49. Zuhairini, dkk.,Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya : Usaha Nasional, 1983, 12.
19
pemerhati dan pengguna lulusan keguruan. Ismail 5 mengatakan bahwa metode sebagai seni dalam transfer ilmu pengetahuan kepada siswa dianggap lebih signifikan dibanding dari materi itu sendiri. Syukri Zarkasyi, pengasuh pondok modern Gontor pernah menyatakan:
uBZm @<9Uãoi ks ü @<9Uã 0p=eãpÀ Ö^}=Ëeã oi ks ü@<9U ã obep ÀÕ8äUã oi ks üÖ^}=Ëe ã (metode itu lebih penting dari pada materi itu sendiri, akan tetapi guru lebih penting dari metode dan jiwa guru lebih penting dari guru itu sendiri)6. Cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yang cukup menarik karena disampaikan dengan cara yang kurang menarik maka materi itu kurang dapat dipahami oleh siswa. Selama ini, metodologi pembelajaran Agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi tajwid dari masa ke masa selalu menggunakan cara-cara lama dengan ceramah dan membaca al-Qur’an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama. Oleh karenanya secara umum seluruh praktisi pendidikan, khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam perlu melakukan inovasi, 5
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: Pustaka Rasail, cet.I, 2008, 12. 6 Mujtahid, Pengembangan Profesi Guru... , 11.
20
kreatifitas yang dengan istilah lain dikenal dengan sebutan PAIKEM, sehingga tujuan pendidikan Agama Islam dapat tercapai. Strategi PAIKEM merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang bila diterapkan secara tepat berpeluang dalam meningkatkan tiga hal. Pertama, memaksimalisasi pengaruh fisik terhadap jiwa, kedua, memaksimalisasi pengaruh jiwa terhadap proses psikofisik dan psikososial, dan ketiga, bimbingan kearah pengalaman kehidupan spiritual. Ditinjau dari aspek psikologis bahwa dalam praktik pembelajaran agama kurang dapat memaksimalkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa, yang meliputi cara berfikir, bersikap dan bertindak. Dengan kata lain, bila pengajaran agama (Islam) menggunakan metode ceramah, berarti baru menyentuh aspek kognitif saja (menghafal dan mengetahui). Padahal inti Pendidikan Agama Islam adalah keimanan yang lebih berdimensi afektif dengan sasaran utama hati nurani (concience) yang harus diterapkan (psikhomotor) dalam kehidupan sehari-hari.Untuk itu, pendidikan Agama Islam hendaknya bersifat integralistik yang menyentuh semua ranah. Untuk
itulah
dibutuhkan
suatu
program
manajemen
program
pembelajaran pendidikan agama Islam yang didalamnya diarahkan bukan hanya sekedar menyuruh siswa untuk menghafal berbagai konsep, tetapi lebih dari itu mereka (peserta didik) mampu menguasai ketrampilan berfikir, karena memang seharusnya learning itu berisi thinking dan juga values. Disamping itu, seorang guru agama harus pandai membuat perencanaan yang mengarah pada pengembangan kearah yang lebih baik.
21
Atas dasar itulah dipilih program-program yang tepat dalam pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian mengenai Manajemen Program Pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Adapun dipilihnya SMA Islam Sudirman Ambarawa sebagai obyek penelitian adalah karena penulis menganggap masih belum maksimalnya kegiatan-kegiatan keagamaan termasuk program-program pembelajaran PAI, padahal SMA ini telah meraih penghargaan “Terakrediatsi A” dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah. Selain itu letaknya yang strategis di jalan Raya Semarang-Jogjakarta, memudahkan penulis untuk menjangkau lokasi penelitian. Sedangkan dipilihnya SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah sebagai obyek penelitian karena SMA Muhammadiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Salatiga yang berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan yayasan-yayasan Islam lain, disamping berbagai prestasi-prestasi keagamaan yang telah dicapai oleh lembaga ini.
B. Rumusan Masalah
22
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
di
atas,
maka
peneliti
memfokuskan penelitian ini pada “manajemen program pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga”. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana
proses perencanaan program pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga? b. Bagaimana
proses pelaksanaan program pembelajaran pendidikan
Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga? c. Bagaimana bentuk pengendalian program pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga? C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : a.
Mendeskripsikan perencanaan program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
23
b.
Membuktikan pelaksanaan program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
c.
Mengetahui bentuk pengendalian program pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga.
2. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran dan masukan dalam upaya pengembangan ilmu kependidikan terutama berkaitan dengan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian hasil pembelajaran PAI. Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak terkait : a.
Bagi Perguruan Tinggi, hasil penelitian ini merupakan sumber kajian bagi peneliti lain untuk mengkaji secara mendalam konsep-konsep teoritik manajemen program pembelajaran PAI.
b.
Upaya memberikan informasi kepada instansi terkait yang dalam hal ini Depdiknas dan institusi SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga agar lebih mempertahankan program-program unggulan dalam pembelajaran PAI dan mengadakan pembenahan jika terdapat kekurangan dan kelemahan yang terjadi
24
dalam kaitannya dengan proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil pembelajaran PAI. c.
Bagi perpustakaan, hasil penelitian ini merupakan input untuk menambah koleksi khazanah kepustakaan.
d.
Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman yang berharga untuk memperluas cakrawala pemikiran dan memperluas wawasan.
D. Kajian Pustaka Penelitian mengenai manajemen program pembelajaran PAI telah dilakukan beberapa peneliti. Berdasarkan eksplorasi peneliti, terdapat beberapa hasil penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini, di antaranya: Hamid Supriyanto, yang berjudul “Pengembangan Metode Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota Yogyakarta” yang lebih menitikberatkan pembahasannya pada aspek afektif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya disingkat PAI, lebih khusus dari aspek metodologi pembelajaran yang digunakan oleh Guru PAI (GPAI) di seluruh SMA Negeri Kota Yogyakarta. 7 Dalam penelitian deskriptif tersebut, Hamid menyimpulkan bahwa para GPAI masih menggunakan metode mengajar yang terbatas dan
7
Hamid Supriyanto,”Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota Yogyakarta”, TESIS, PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2005, 5.
25
belum menyentuh aspek afektif sehingga pembelajaran kognitif lebih mendominasi dalam proses pembelajarannya. 8 Selanjutnya tesis yang berjudul “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Delanggu Tahun Ajaran 2004/2005” yang disusun oleh Komarudin yang menitikberatkan penelitiannya
pada
pendeskripsian
penyusunan
rencana
program
peningkatan mutu, pelaksanaan dan ketercapaian mutu yang dihasilkan di SMP 2 Delanggu. 9 Dalam hasil penelitian kualitatif tersebut, Komarudin menyimpulkan bahwa di SMP yang ditelitinya telah menerapkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) karena kemandirian sekolah dalam menggali dan mengelola sumber dana, kemandirian dalam mengadakan sarana prasarana, pembinaan ketrampilan pengelolaan kegiatan siswa, pembekalan dan penerapan kemampuan manajemen dalam skala jumlah siswa yang banyak dalam mewujudkan siswa yang takwa.10 Fatur Rahman
11
,”Manajemen Mutu dalam Pengembangan
Profesionalisme Guru Madrasah di Pondok Pesantren”, Tesis, PPs UIN Malang
yang
menekankan
pada
bentuk-bentuk
pengembangan
8
Hamid Supriyanto,”Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota Yogyakarta”, 5-6. 9 Komarudin,Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003,TESIS, PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2005, v. 10
I Komarudin,Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan ..., vi Fatur Rahman, “Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah di Pondok Pesantren”, Tesis, PPs UIN Malang, 2008 11
26
profesionalisme guru madrasah dan faktor-faktor sebagai pendukung dan penghambat dalam meningkatkan mutu guru madrasah di pondok pesantren. Nur Ali12, yang berjudul “Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren”, yang mengupas tentang latar belakang diadakannya pengembangan kurikulum SMK, bagaimana manajemen pengembangan kurikulum SMK, dan apa implikasinya terhadap citra SMK di lingkungan Pesantren. Dalam penelitiannya telah diketahui perlunya diadakan pengembangan kurikulum SMK karena kurikulum yang sudah ada masih menerapkan kurikulum lama yang berasal dari Depdiknas saja padahal sekolah ini berada pada lingkungan pesantren, maka kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum dari yayasan pesantren yang dikolaborasikan dengan kurikulum Depdiknas yang pengembangannya melalui proses manajemen modern dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan. Hasilnya diketahui mampu mengangkat citra SMK di lingkungan Pesantren dengan ditandai semakin banyaknya siswa yang masuk dari tahun ke tahun dan alumninya banyak yang diterima di dunia kerja. Aini Firdausi 13, yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Sekolah unggulan Studi Multi Kasus pada MIN Malang 2 dan MI Al-Huda” yang
12
Nur Ali, “Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren”, Disertasi, PPs UM Malang, 2008 13 Aini Firdausi, Manajemen Pembelajaran Sekolah ungguan Studi Multi Kasus pada MIN Malang 2 dan MI Al-Huda,TESIS PPs Universitas Negeri Malang, 2009.
27
menekankan pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran model manajemen modern-religius dengan metode pembelajaran Quantum Teaching and Learning. Cukup banyak penelitian yang memaparkan tentang menejemen pendidikan. Dari pemaparan hasil penelitian di atas, nampak saling melengkapi satu sama lain. Akan tetapi, sejauh ini belum ditemukan suatu penelitian yang membahas tentang bagaimana proses manajemen program pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendaliannya di sekolah menengah atas (SMA)
di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Oleh karena itu,
penelitian tentang masalah ini, menjadi signifikan untuk dilakukan. No 1.
2.
3.
Judul/ penelitian Pengembangan Metode Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Kota Yogyakarta, Hamid Supriyanto (Tesis, UIN, Yogyakarta, 2005) Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Delanggu, Komarudin, (Tesis, Yogyakarta, 2005) Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah di Pondok Pesantren, Fatur Rahman, (Tesis, UIN
Persamaan
Perbedaan
Originalitas Penelitian Metode Menitikberatkan 1. Memfokuskan Pembelajar pada aspek pada an Efektif afektif siswa bagaimana proses perencanaan program pembelajaran PAI 2. Memfokuskan pada Meningkat Rencana bagaimana kan mutu program proses pembelajar peningkatan pelaksanaan mutu, an program pelaksanaan, pembelajaran dan ketercapaian PAI mutu yang 3. Memfokuskan dihasilkan pada Meningkat Profesionalisme bagaimana Guru Madrasah kan mutu proses di Pondok guru agama pengendalian Pesantren program pembelajaran
28
Malang, 2008) Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren , Nur Ali, (Disertasi, UM Malang, 2008) Manajemen Pembelajaran Sekolah unggulan Studi Multi Kasus pada MIN Malang 2 dan MI AlHuda, Aini Firdausi, (Tesis Universitas Negeri Malang, 2009)
4.
5.
Manajemen Pengemban gan
Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren
Manajemen Pembelajar an
Manajemen Pembelajaran Sekolah unggulan
E. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.
14
Jenis data yang diungkapkan dalam
penelitian ini adalah bersifat skematik, narasi, dan uraian juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data dokumen yang tertulis, perilaku subyek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam pengumpulan hasil penelitian ini. 1. Metode Pengumpulan Data Sasaran penelitian ini adalah menguak konsep perencanaan program pembelajaran PAI, pelaksanaan program pembelajaran PAI, dan
14
Satori, Djam’an, Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Penerbit Alfabeta, 2012, 236.
29
pengendalian program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka penulis akan menggunakan ciri khas penelitian, yaitu pengumpulan data melalui hasil pengamatan, wawancara, dan penelaahan dokumen. 15 Pengamatan (observasi), dilakukan untuk memperoleh data implementasi dari perencanaan pengembangan program pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data mengenai pemahaman guru dalam perencanaan, pelaksanaann dan pengendalian program pembelajaran PAI. Penelaahan dokumen, dilakukan untuk mengetahui rancangan proses pembelajaran PAI di
SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga. 2. Sumber Data Mengingat penelitian ini kajiannya bersifat gabungan (triangulasi) antara litratur dan lapangan, maka data primernya adalah data resmi berupa perangkat pembelajaran guru mata pelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun pelajaran 2013/2014. Data ini harus didukung oleh bukti penerapan di lapangan. Sementara data lapangannya, diambil dari data hasil observasi pembelajaran di kelas dan wawancara singkat dengan guru pengajar, karyawan dan siswa di kedua SMA tersebut di atas. Sedangkan sumber data sekunder adalah 15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2005, 9.
30
data-data yang bisa mendukung data primer, yaitu berupa dokumen KTSP, jadwal kegiatan, dan diikuti dengan tampilan perilaku siswa, dan lain sebagainya. 3. Pendekatan Penelitian Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa penelitian ini adalah
penelitian
kualitatif,
maka
pendekatannya
menggunakan
rancangan/desain studi kasus. Ada beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu filosofis, fenomenologis, dan psikologis. 16 Pendekatan filosofis dimaksudkan untuk memetakan konsep perencanaan program pembelajaran yang menjadi pembahasan dunia pendidikan. Dalam hal ini, peneliti berusaha mencari filosofis dari perencanaan program
pembelajaran. Kemudian dicocokkan dengan
pelaksanaan
pembelajaran
program
dan
pengendaliannya,
dengan
pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis digunakan untuk melihat penampakan riil ketercapaian perencanaan program pembelajaran dan cara pengendaliannya. Telaah sekilas tentang perencanaan program sangat mempengaruhi terhadap pelaksananan program. Dari dua obyek penelitian akan dibandingkan, sebab biasanya obyek yang berbeda akan menghasilkan temuan yang berbeda pula.
16
Pendekatan filosofis adalah proses penelitian yang cermat, metodis, mendalam, evaluative, dan kritis. Pendekatan fenomenologis adalah pendekatan yang mendasarkan analisanya pada penampakan yang muncul ke permukaan, yang dapat diamati dan diidentifikasi. Pendekatan psikologis adalah pendekatan penelitian yang didasarkan pada teori-teori psikologis. Peter Connolly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002, 114-201.
31
4. Metode Analisis Perencanaan program pembelajaran PAI, pelaksanaan
program
pembelajaran PAI, dan pengendalian program pembelajaran PAI, antara SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Ambarawa akan dianalisis secara komparatif. Penggunaan metode ini mensyaratkan adanya tiga hal, yaitu: obyektifitas, sistematis dan generalisasi. Data hasil analisa akan dilihat bukti nyatanya dalam observasi langsung di kelas mengenai konsep tulis dengan pelaksanaan di lapangan. Lalu data yang diperoleh, akan dideskripsikan dalam sebuah laporan hasil penelitian dekriptif. F. Sistematika Penulisan Demi memudahkan memperoleh gambaran singkat tentang isi tesis, maka berikut dikemukakan sistematika penulisan yang akan penulis lakukan: Pada bagian awal (Bab I), sebagaimana umumnya penelitian, maka berisi hal-hal pokok, yaitu: Pendahuluan. Dalam pendahuluan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Sebagai landasan teori mengenai perencanaan program pembelajaran PAI, maka pada Bab II penelitian ini akan dibahas mengenai: (a) Pembelajaran PAI yang meliputi pengertian PAI, karakteristik mata pelajaran PAI, tujuan
32
PAI, prinsip pembelajaran PAI, standar isi mata pelajaran PAI, dan model pembelajaran PAI), (b) Manajemen Program Pembelajaran PAI yang meliputi (perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian), (c) Pendekatan manajemen program pembelajaran, (d) Model manajemen program pembelajaran, (e) manajemen program pembelajaran PAI. Pada Bab III, membahas tentang metode penelitian yang berisi tentang : (a) Pendekatan dan jenis penelitian, (b) Lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) Instrumen Penelitian, (e) Pengumpulan data, (f) Analisa data, (g) Pengecekan keabsahan data, dan (h) Tahap-tahap penelitian. Pada Bab IV, 1) paparan data yang berisi: (a) Perencanaan program pembelajaran PAI, (b) Pelaksanaan program pembelajaran PAI, (c) Pengendalian program pembelajaran PAI; dan 2) analisis data berdasarkan kajian teoritis meliputi : (a) Perencanaan Program Pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, (b) Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, (c) Pengendalian Program Pembelajaran
PAI
di
SMA
Islam
Sudirman
Ambarawadan
SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Bab V, penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari hasil penelitian disertai saran-saran.
33
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Di dalam UUSPN No.20/2003 Bab X pasal 36 dan 37 ditegaskan bahwa kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan agama.17 Istilah pendidikan yang sudah lazim kita kenal dalam bahasa Arab adalah Ö~æ =% , sedangkan Pendidikan Agama Islam dalam bahasa Arab ialah Ö~iwAýeã Ö~æ =% . Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 18 Sedangkan di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui
kegiatan
bimbingan,
pengajaran,
dan
latihan
dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
17
Team Media, Undang-undang RI Momor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Beserta Penjelasannya, Surabaya: Media Center, 2005, 25. 18 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, 132.
17
34
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.19 Dengan demikian pembelajaran pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai upaya membuat peserta didik dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari agama Islam secara menyeluruh yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku seseorang, baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor.20 Dari pengertian tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI, yaitu : a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar untuk mencapai suatu tujuan. b. Peserta didik dibimbing, diajari, dan dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. c. Pendidik atau guru PAI yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.
19
Muhaimin, Abdul Ghafur, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media, 1996, 1. 20 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Rosdakarya, 2002, 183.
35
d. Kegiatan pembelajaran PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan,dan pengamalanajaran agama Islam dari peserta didik guna membentuk kesalehan sosial.21 Dari definisi yang telah disebutkan di atas, menurut penulis PAI dapat diartikan sebagai pendidikan yang dilakukan orang dewasa secara sistematis dan pragmatis untuk memberikan kemampuan pada anak dalam memperbaiki,
menguasai,
memimpin,
menjaga,
dan
memelihara
kehidupannya dengan kepribadian Islam. Dengan kata lain, bimbingan menjadi muslim yang tangguh dan mampu merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi insan kamil. 2. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA Pendidikan agama Islam (PAI) SMA mempunyai karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata pelajaran yang lain diantaranya:22 a. PAI adalah rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaranajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam. Dari segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi salah salah satu komponen dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik. b. PAI sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada: 1) menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik; 2) menjadi landasan untuk rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan di sekolah; 3) mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovatif; menjadi landasan dalam 21
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, 76. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, Yogyakarta: Teras, 2007, 13.
22
36
kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial). Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan penguasaan kompetensi kognitif saja, tetapi juga efektif dan psikomotoriknya. c. Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. d. Output program pembelajaran PAI di sekolah adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti luhur) yang merupakan misi utama dari diutusya Nabi Muhammad Saw di dunia ini. Pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan dalam Islam sehingga pencapaian akhlak mulia (karimah) . 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam (PAI) pada sekolah umum bertujuan meningkatkan keimanan, ketaqwaan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa
terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dalam
tujuan tersebut, terdapat beberapa dimensi yang hendak dituju dalam pembelajaran PAI, yaitu: (1) keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa; (3) penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran agama; (4) pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran
37
yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah
Swt
serta
mengaktualisasikan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.23 Dalam tujuan tersebut, terdapat beberapa dimensi yang hendak dituju dalam pembelajaran PAI, yaitu: a. Keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; b. Pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa; c. Penghayatan atau pengalaman batinyang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran agama; d. Pengalaman 24 , dalam arti bagaimana ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah
Swt.,
serta
mengaktualisasikan
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Depdiknas merumuskan tujuan PAI di sekolah umum, yaitu : a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanannya kepada Allah swt. 23 24
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran...., 13. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran...., 16.
38
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.25 4. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Prinsip pembelajaran PAI yang harus diperhatikan guru yaitu: (a) berpusat pada siswa (kegiatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek belajar dan mendorong mereka untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara optimal); (b) belajar dengan melakukan. Belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk di bangku, akan tetapi belajar adalah proses beraktivitas, belajar adalah berbuat (learning by doing); (c) mengembangkan kecakapan sosial. Maksudnya strategi pembelajaran diarahkan kepada hal yang memungkinkan siswa terlibat dengan pihak lain; (d) mengembangkan fitrah ber-Tuhan. Pembelajaran yang mengarahkan pada pengasahan rasa dan penghayatan agama sesuai dengan tingkatan usia siswa. (e) mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah; (f) mengembangkan kreativitas siswa; (g) mengembangkan pemanfaatan ilmu dan teknologi; (h) menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik; (i) belajar
25
Lihat Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Lihat juga dalam lampiran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata pelajaran PAI SMA. Lihat juga Muhamin, Rekonstruksi Pendidikan Islam dari paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, 310
39
sepanjang hayat. Mendorong siswa mencari ilmu dimanapun berada; (j) perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas.26 Dari uraian tersebut menurut penulis bahwa prinsip pembelajaran PAI merupakan upaya menumbuhkan kesadaran fitrah keislaman peserta didik melalui kegiatan pembelajaran, baik pembelajaran secara formal maupun non formal dan berlangsung sepanjang masa kehidupannya.
5. Standar Isi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1) butir (a) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia termasuk di dalamnya muatan akhlak mulia yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Mata pelajaran agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual. Peningkatan potensi spiritual dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
26
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi KBK, Jakarta: Kencana, 2006, 30-32 dan Nazarudin, Manajemen Pembelajaran , 19-20.
40
Pendidikan Agama Islam diberikan dalam rangka mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini mendorong dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri: (1) lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi; (2) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia; (3) memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik
di
lapangan
untuk
mengembangkan
strategi
dan
program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.27 Dengan Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menampilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa dan aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Disisi lain, guru diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan PAI.
27
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran... , 62.
41
6. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam pembelajaran,
tugas
guru
yang
paling
utama
adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa. Untuk terjadinya perubahan perilaku sudah tentu di dalam pembelajaran tersebut terdapat pengalaman belajar yang sistematis yang langsung menyentuh kebutuhan siswa.28 Untuk keperluan pembelajaran dalam konteks pemberian pengalaman belajar dimaksud, maka model pembelajaran yang monoton dan selama ini berlangsung di kelas sudah saatnya diganti dengan model pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif, siswa mengidentifikasi, merumuskan dan menyelesaikan masalah. Model pembelajaran yang ditawarkan para ahli untuk mewujudkan kegiatan belajar aktif dimaksud diantaranya: (1) Inquiry-discoveryapproach (belajar mencari dan menemukan sendiri); (2) Expository teaching (menyajikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib); (3) Mastery learning (belajar tuntas); (4) Humanistic education yaitu menitik beratkan pada upaya membantu siswa mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya).29 Mulyasa menawarkan konsep tentang model pembelajaran yang efektif bagi terbentuknya kompetensi siswa diantaranya: (1) Contectual Teaching and Learning yaitu model pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata; (2) role
28 29
232-236.
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran ...., 165. Abin Syamsudi Makmun, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2002,
42
playing yaitu model pembelajaran yang menekankan pada problem solving (pemecahan masalah); (3) modular Instruction yaitu pembelajaran dengan menggunakan system modul/paket belajar mandiri yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah; (4) pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.30 Dari sekian model di atas, masih banyak model pembelajaran lainnya yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru. Yang jelas tidak ada satu model pembelajaran pun yang paling efektif untuk satu mata pelajaran, yang ada adalah satu atau beberapa model pembelajaran yang efektif untuk mata pelajaran tertentu tetapi belum tentu untuk materi lainnya. Oleh karenanya guru harus cerdas dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk suatu kegiatan pembelajaran guna tercapainya indikator-indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya. Bagi guru, jangan terlalu merisaukan cara mengajar yang penting adalah bagaimana kondisi pembelajaran yang diharapkan itu dapat terjadi dan dirasakan oleh siswa. Karena dari kondisi pembelajaran itu diharapkan maksud dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan cara mengajar yang bervariasi. Setiap cara mengajar memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Model pembelajaran yang kurang baik adalah apabila guru sering menggunakan satu cara pembelajaran yang terus menerus dengan slogan bila guru aktif maka siswa diam, bila siswa aktif maka guru pasif. 31 Dengan 30
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 137-157. 31 Djohar, MS, Guru, Pendidikan dan Pembinaannya , Yogyakarta: CV. Grafika Indah, 2006, 93
43
menghindari penggunaan metode monoton diharapkan pencapaian pendidikan agama diperoleh secara maksimal. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran. Ayat pertama (lima ayat yang merupakan wahyu pertama) berbicara tentang pembelajaran, yaitu:
& h=avã cæ
32
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1271 33 Chabib Thoha, Kapita Selekta PendidikanAgama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, 77 34 Islamil, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), Semarang: Pustaka Rasail Cet.I, 2008,12.
44
Õ8äUã oi ksü Ö^}=Ëe ã
(metode jauh lebih penting dibanding materi). Kenyataan
membuktikan bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh siswa, walaupun sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya materi yang cukup menarik, karena disampaikan dengan cara yag kurang menarik maka materi itu kurang dapat dicerna oleh siswa. Al-qur’an sebagai sumber hukum Islam telah memerintahkan untuk memilih metode yang tepat dalam proses pembelajaran, seperti yang terdapat dalam surah an-Nahl : 125
Ú oB1ã és 0fæ kS8ä-pÖnB<ã ÖÏQqjeãp Öjb2fæ cæ< g~çA ûeã P8ã
êD o}9&tjfæ kfQã qsp uf~çA oQ gM o] kfQã qs cæ< lã
“Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Ayat diatas berbicara tentang beberapa metode pembelajaran. Di sini ada tiga contoh metode, yaitu hikmah (kebijaksanaan), mau’idhah hasanah (nasehat yang baik), dan mujadalah (dialog dan debat). Pendapat ini juga banyak disampaikan oleh para mufassir, seperti Fakhrudin ar-Razy, Muhammad Ash-Shawy, anNawawy al-Jawy, dan lain-lain. 35 Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran dapat menyampaikan materi pembelajaran sesuai yang diharapkan. Oleh karenanya setiap guru diharapkan mampu memilih metode yang sesuai dengan kondisi siswa, dan lingkungan dimana pembelajaran berlangsung..
35
Islamil, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, ..., 12
45
B. Manajemen Program Pembelajaran 1. Konsep Manajemen Dalam Webster, News Collegiate Dictionary disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berasal dari bahasa Italia “managgio” dari kata “managgiare” yang diambil dari bahasa Latin. Kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.36 Kata manage dalam kamus diberi arti: (1) to direct and control (membimbing dan mengawasi); (2) to treat with care (memperlakukan dengan seksama); (3) to carry on business or affair (mengurus perniagaan, atau urusan/persoalan); (4) to achieve one’spurpose (mencapai tujuan tertentu). 37 Pengertian manajemen dalam kamus tersebut memberikan gambaran bahwa manajemen adalah suatu kemampuan atau ketrampilan membimbing, mengawasi dan memperlakukan/mengurus sesuatu dengan seksama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen banyak dikemukakan oleh beberapa pakar manajemen yaitu: manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan organisasi lewat usaha orang lain. 38 Menurut Gulick manajemen adalah suatu bidang pengetahuan
36
Husain Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2006, 3. 37 38
Syamsudduha, Manajemen Pesantren, Yogyakarta: Graha Guru, 2004, 16. M. Toha, Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali Press, 1999, 35.
46
yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.39 Terry memberikan defenisi: “management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human beings and other resources”. 40 Maksudnya bahwa manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan dengan menggunakan sumber manusia dan sumber lain. Sedangkan Hersey dan Blanchard memberikan definisi management as working with and through individuals and groups to accomplish organizational goals.41 Pengertian di atas mengandung arti bahwa manajemen adalah bekerja dengan dan melalui individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen menurut Nanang adalah: (1) manajemen sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori yang menuntut manajer untuk melakukan tindakan pada situasi tertentu dan meramalkan akibat-akibatnya, (2) manajemen merupakan suatu kiat atau seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang-orang, yang membutuhkan tiga unsur yaitu pandangan, pengetahuan teknis dan komunikasi; (3) manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut persyaratan tertentu seperti: (a) kemampuan / kompetensi meliputi konseptual, sosial dan teknikal; (b) kemampuan konsep adalah
39 40
N. Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 1. Terry G.R., Principles of Management (3rd ed.). (Homewood IL: Richard D. Irwin, INC,
1997), 4. 41
P. Hersey dan Blanchard K., Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing Human resources, (4th ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall, INC, 1982, 3.
47
kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem, (c) memahami perubahan pada setiap bagian berpengaruh kepada keseluruhan organisasi.42 Berdasarkan beberapa pengertian manajemen di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang menyangkut aspek-aspek yang sistematis, suatu proses kerjasama dan usaha melalui orang lain, pengaturan, pengarahan, koordinasi, evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan serta dengan memperhatikan sumber dana, alat, metode, waktu dan tempat pelaksanaan. 2. Konsep Pembelajaran
Konsep Pembelajaran Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pada Pasal 1 Bab pertama, menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan/atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 43 Jadi interakasi siswa dengan guru atau sumber belajar yang lain dalam lingkungan belajar disebut pembelajaran. Sedang menurut Degeng dalam Uno bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.44 Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Senada dengan itu, Syafarudin mengemukakan bahwa guru sebagai seorang menejer seharusnya melakukan pembelajaran yaitu dengan proses 42
N. Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan ..., 1-4. http://www.depdiknas..id/RPP/modules.php?name=News&file=article&sid=36 44 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 2. 43
48
pengarahan anak didik untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka perubahan tingkah laku (kognitif, afektif dan psikomotik) menuju kedewasaan.45 Pengarahan agar siswa belajar sehingga terjadi peningkatan dalam tingkah lakunya, disebut sebagai pembelajaran. Surya berkesimpulan bahwa secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara lengkap pengertian pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” 46 Beberapa prinsip yang menjadi landasan pengertian di atas diantaranya: Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) perubahan yang disadari; (2) bersifat kontinyu (berkesinambungan); (3) bersifat fungsional (memberikan manfaat); (4)
45
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum Teaching,
2005, 77. 46
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta: Pustaka Bani Quraisy, 2004, 9.
49
bersifat positif; (5) bersifat permanent (menetap); (6) bertujuan dan terarah artinya perubahan itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.47 Kedua, hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan (kognitif, afektif dan motorik).
Ketiga, pembelajaran
merupakan suatu proses. Artinya pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, sistematis dan terarah. Keempat, proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu tujuan yang akan dicapai. Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Perubahan perilaku yang diperoleh dari pembelajaran pada dasarnya merupakan pengalaman. Berkaitan dengan pengembangan program pembelajaran berarti melakukan suatu proses yang terus menerus untuk melakukan perbaikan program yang sudah ada. Melakukan pengembangan pembelajaran berarti melakukan suatu proses pembelajaran yang terus-menerus sehingga terjadi perbaikan dalam pembelajaran. Perbaikan dalam pembelajaran ditandai dengan adanya usaha perbaikan program maupun perbaikan tingkah laku pada diri siswa. Hal-hal yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran mengacu pada SK-KD meliputi; silabus, Indikator , Materi pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan evaluasi pembelajaran. Jadi, Program pembelajaran yang dimaksud adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus untuk memperbaiki aktivitas
47
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran ..., 9-10.
50
pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran yang ada pada satuan pendidikan tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada lebih memenuhi dari yang distandarkan. Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa manajemen program pembelajaran adalah usaha untuk melakukan perbaikan program baik dalam arti kuantitatif maupun kualitatif. Perbaikan program dimulai dari merencanakan, melaksanakan (mengorganisir dan mengarahkan) serta mengendalikan program dalam rangka memperoleh perubahan perilaku yang baru dalam diri peserta didik. 3. Manajemen Program Pembelajaran
Dalam teori pembelajaran, manajemen program pembelajaran adalah ilmu murni, terapan dan sistem. Teori pembelajaran meliputii teori pengajaran yang di dalamnya dihubungkan berbagai faktor ke dalam sistem manajemen program pembelajaran. Menurut Reigeluth bahwa manajemen program pembelajaran adalah berkenaan dengan pemahaman, peningkatan dan pelaksanaan dari pengelolaan program pengajaran yang dilaksanakan.48 Itu berarti manajemen program pembelajaran adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai tujuan program pembelajaran. Rohani berpendapat bahwa manajemen (pengelolaan) program pembelajaran adalah lebih mengacu pada suatu upaya
mengatur
(memenejemeni, mengendalikan) aktivitas pembelajaran berdasarkan
48
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran..., 10.
51
konsep-konsep dan prinsip-prinsip pembelajaran untuk menyukseskan tujuan pembelajaran agar tercapai secara lebih efektif, efisien dan produktif. Manajemen pembelajaran diawali dengan penentuan strategi, pelaksanaan, dan diakhiri dengan penilaian.49 Penilaian tersebut pada akhirnya akan dapat dimanfaatkan
sebagai
feedback
bagi
perbaikan
seluruh
program
pembelajaran lebih lanjut. Para ahli menajemen memberikan pendapat beragam mengenai fungsi manajemen, namun pada intinya mengandung kesamaan. Sebagai contoh,
fungsi-fungsi
manajemen
menurut:
Henry
Fayol
(planning,organizing, commanding, dan controlling), George R. Terry (planning,organizing, actuating, controlling), L.M. Gulick (planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting), Kantz O’Donniell (planning, organizing, staffing, leading, controlling).50 Pendapat beragam tentang fungsi manajemen di atas, menunjukkan banyaknya aspek yang dikerjakan oleh seorang manejer. Dari beberapa pendapat di atas, terlihat adanya beberapa aspek utama yaitu planning, organizing, commanding, controlling. Keempat fungsi tersebut akan dijelaskan berikut: a. Perencanaan Program Pembelajaran PAI
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Menurut
49 50
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 2. Syamsudduha, Manajemen Pesantren ..., 19.
52
Anderson, perencanaan adalah pandangan masa depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang di masa depan.51 Walaupun semua fungsi manajemen saling terkait namun setiap pelaksanaan kegiatan organisasi harus dimulai dari perencanaan. Dijelaskan Davis bahwa perencanaan pengajaran adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan pengajaran. Sedangkan Dick dan Reiser menjelaskan bahwa rencana pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang jika dipadukan memberikan panduan bagi penyampaian pengajaran efektif kepada pembelajar.52 Sesungguhnya fungsi perencanaan dalam organisasi untuk menyajikan suatu sistem keputusan yang terpadu sebagai kerangka dasar bagi kegiatan organisasi. Menurut Nurhida Amir dan Rocdhita, perencanaan pengajaran merupakan suatu proses analisis dari kebutuhan dan tujuan belajar, pengembangan materi, kegiatan belajar mengajar dan penilaian hasil belajar peserta didik, mencobakan semua kegiatan mengajar dan penilaian peserta didik.53 Setidaknya terdapat beberapa alasan rencana guru menjadi penting, yaitu: (1) untuk mengurangi kecemasan dan ketidakpastian; (2) memberikan pengalaman pembelajaran bagi guru; (3) perencanaan membolehkan para guru untuk mengakomodasi perbedaan individu diantara siswa; (4) memberikan struktur dan arah untuk pembelajaran. Tegasnya, perencanaan memang sangat diperlukan oleh guru. 51
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 91. Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 91. 53 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, op. cit., 69. 52
53
Rencana program dibuat dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi utama organisasi. Rencana program juga juga merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana.54 Rencana
program
dituangkan
dalam
bentuk
rancangan
kegiatan
pembelajaran dalam bentuk silabus dan desain pembelajaran, rancangan pelaksanaan pembelajaran lebih rinci (RPP), desain penilaian dan instrumennya, serta dilaksanakan secara efektif dan efisien. Mekanisme kerja tim pengembang kurikulum, MGMP, dan guru mata pelajaran disajikan dalam skema berikut ini.
54
Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya...., 185
54
Gambar 2.1. Mekanisme Kerja Tim Pengembang Kurikulum, MGMP dan Guru Mata Pelajaran KTSP (Struktur kurikulum, Mekanisme Pembelajaran dan Penilaian, dll.)
Tim Pengembang Kurikulum
Evaluasi Silabus Desain Pembelajaran Desain Penelitian
MGMP
Evaluasi RPP Instrumen Penilaian Bahan Ajar Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian
Guru Mata Pelajaran
Langkah-Langkah Pengembangan
kegiatan
pembelajaran dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Mengkaji dan memetakan KD (KD) agar diketahui karakteristiknya. Hal ini perlu dilakukan guna merancang strategi dan metode yang
55
akan digunakan pada kegiatan tatap muka, tugas terstruktur, dan mandiri tidak terstruktur. 2) Mendeskripsikan KD secara lebih rinci dan terukur ke dalam rumusan indikator kompetensi. Indikator berguna untuk merancang kegiatan pembelajaran yang diperlukan. Indikator yang dominan pada prinsip danKTSP (Struktur kurikulum, Mekanisme Pembelajaran dan prosedural misalnya, menyarankan kegiatan pembelajaran dengan strategi diskoveri inkuiri. 3) Membuat desain pembelajaran dalam bentuk silabus atau desain umum pembelajaran seperti disajikan dalam Contoh Desain Umum Pembelajaran Sistem SKS. 4) Menjabarkan silabus atau desain pembelajaran dalam bentuk rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tiap pertemuan. 5) Melaksanaan pembelajaran sesuai dengan silabus/desain pembelajaran dan RPP. 6) Melakukan penilaian proses maupun hasil belajar untuk mengukur pencapaian kompetensi Dalam kegiatan perencanaan program pembelajaran, seorang guru harus menyusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD ), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. 1) Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi
56
,kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidkan. 55 Silabus sebagai acuan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau kelompok, kelompok MGMP,
KKG,
Dinas
pendidikan
kabupaten
dan
Kandepag
Kabupaten/Kota harus memperhatikan: 1) Mengembangan indikator 2) Mengidentifikasi materi ajar/ materi pokok 3) Mengembangkan kegiatan pembelajaran 4) Pengalokasian waktu 5) Pengembangan penilaian dan 6) Menentukan sumber/ Bahan /alat.56 Silabus yang direncanakan dan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran hendakanya disesuaikan dengan situasi dan kodisi anak di lingkungan dimana sekolah itu berada. Silabus yang terlampau ideal akan mengakibatkan kegagalan dalam proses pembelajaran dan hasilnya tentu akan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu para guru dalam menyuusun silabus, sendiri maupun berkelompok, disamping mengacu
pada
kurikulum
juga
memusatkan
perhatian
pada
pengembangan seluruh kompetensi siswa serta merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, tegnologi, dan seni serta program pembelajarannya terhadap 55
E.Mulyasa, ,KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 190. Khaeruddin, Mahfud junaidi, Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan, Jogjakarta: Pilar Media, 2007, 129. 56
57
kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis serta sesuai dengan karakteristik siswa, agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan dan disesuaikan pula dengan kondisi siswa dan keberadaan lingkungan dimana sekolah itu berada. Komponen RPP adalah : a) Identitas mata pelajaran Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan. b) Standar kompetensi
58
Standar
kompetensi
merupakan
kualifikasi
kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. c) Kompetensi dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. d) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi
untuk
menunjukkan
ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. e) Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. f) Materi ajar
59
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. g) Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. h) Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Martinis Yamin mengatakan bahwa metode adalah cara melakukan atau menyajikan, ,menguraikan, memberi contoh ,dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. 57 Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. i) Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajarn diakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandiriaan sesuai dengan bakat , 57
Martinis Yamin, Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada press, 2006, 153.
60
minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. 58 Kegiatan pembelajaran ini di awali dengan pendahualuan ,kegiatan inti dan penutup. j) Penilaian hasil belajar Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. 59 Prosedur dan instrumen penilia proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada standar penilaian yang ditetapkan sekolah maupun pemerintah. b. Pelaksanaan Program Pembelajaran PAI 1) Pengorganisasian
Mengorganisir
dalam
mengembangkan
program
pembelajaran merupakan pekerjaan yang dilakukan seorang guru dan kepala sekolah dalam mengatur dan menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang efektif dan efisien.60 Artinya bahwa organisasi merupakan proses pembagian sumber belajar untuk mempermudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika ditelusuri lebih jauh lagi, pengorganisasian sebenarnya tidak saja berhenti pada pengelolaan sumber belajar, sebagaimana yang 58
dijelaskan
Davis
bahwa
pengorganisasian
dalam
PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1) E.Mulyasa, Kurikulum yang disempurnakan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, 243. 60 Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 110
59
61
pembelajaran meliputi: (a) memilih alat taktik yang tepat; (b) memilih alat bantu belajar atau audio visual yang tepat; (c) memilih besarnya kelas (jumlah siswa yang tepat); (d) memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur serta pengajaran yang kompleks.61 Dalam rangka pengelolaan program-program pembelajaran, guru perlu menciptakan suasana belajar di kelas yang kondusif dan terarah pada pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien diantaranya: a) Sebelum guru masuk kelas (pre condition). Cara yang ditempuh oleh guru adalah: (1) merumuskan apa yang penting dan harus dimiliki oleh siswa; (2) merancang bantuan-bantuan yang cocok akan diberikan kepada siswa; (3) merancang waktu yang sesuai dengan topik/pokok bahasan pelajaran. b) Pada waktu guru di kelas (operating procedures) Cara yang ditempuh mencakup kegiatan berikut: (1) memperhatikan keragaman siswa sehingga guru memperlakukan mereka dengan cara dan waktu yang berbeda; (2) mengadakan pengukuran terhadap berbagai pencapaian siswa sebagai hasil belajarnya.62
61
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 110 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: CV Rajawali, 1986, 27-28. 62
62
Pada tahapan di atas maka mutlak diperlukan metodologi yang tepat dalam pembelajaran. Dalam hal ini metode mengajar adalah (1) salah satu komponen dari proses pendidikan; (2) merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar; (3) merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran. Sebagai menejer, guru dapat mengorganisasikan program atau bahan pelajaran untuk disampaikan kepada siswa dengan beberapa
metode,
antara
lain:
metode
ceramah,
metode
demonstrasi, diskusi, metode tanya jawab, metode drill/latihan, atau
metode
resitasi/pemberian
tugas
belajar,
karyawisata,
sosiodrama, simulasi, dll. 63 Dalam menggunakan dan memilih metode, yang penting diperhatikan guru adalah tujuan pengajaran yang akan dicapai, sifat materi pelajaran, kondisi siswa, kemampuan
guru
dan
alokasi
waktu.
Artinya
bahwa
pengorganisasian ini erat terkait dengan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
guru
(penanggung
jawab)
dalam
membantu
yang
diharapkan. 64 Edmund, dkk, mendefenisikan pengelolaan kelas yaitu: (1) Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa di kelas; (2) tingkah
63 64
Syafaruddin , Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 112-115. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa...., 68.
63
laku siswa yang tidak banyak mengganggu kegiatan guru dan siswa lain; (3) menggunakan waktu belajar yang efisien.65 Kegiatan utama yang dilakukan dalam pengelolaan kelas yaitu: (1) yang berkaitan dengan siswa; (2) yang berkaitan dengan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). Membuka jendela, merangsang anak untuk belajar maksimal, mengatur bangku, meja dan sebagainya merupakan pengelolaan. Jadi, tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sebuah kelas dapat dikatakan tertib, dilihat dari indikator yaitu: (1) setiap anak terus bekerja, tidak ada yang berhenti karena tidak tahu tugas belajar yang diberikan kepadanya, (2) setiap anak terus melakukan pekerjaan belajar tanpa membuang waktu agar dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan kepadanya. Jangan sampai ada anak yang dapat mengerjakan tugasnya, tetapi tidak bergairah dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, karena situasi dan kondisi kelas tidak mendukung. Pengelolaan kelas tidak sekedar pada hal-hal teknis atau menyangkut strategi belaka, namun lebih menyangkut faktor pribadi-pribadi peserta didik yang ada di kelas tersebut. Pengelolaan kelas tidak dapat dilepaskan dari aspek manusiawi dari pembelajaran dan pengajaran. Pengelolaan kelas yang ditekankan
65
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2006, 264
64
pada bagaimana mengelola pribadi-pribadi yang ada akan lebih menolong dan mendukung perkembangan pribadi, baik pribadi peserta didik maupun gurunya. Kelas atau kegiatan belajar mengajar hendaknya menjadi suasana yang menggairahkan dan mengasyikkan untuk kegiatan eksplorasi diri dan menemukan identitas diri. Maka pengajaran secara integral mesti berkaitan dengan pendidikan nilai. Faktorfaktor penting dalam pengelolaan kelas adalah faktor gurunya, faktor kedisiplinan, dan faktor evaluasi atau penilaian bagi peserta didik. Kesemua faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya yang harus diperhatikan guru dalam rangka mengelola kelas mencapai tujuan yang maksimal. 2) Pengarahan
Pengarahan
(leading)
yang
biasanya
juga
diartikan
kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan tugas dari anggota-anggota kelompok. 66 Tugas mengarahkan dilakukan oleh pemimpin, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah, mempunyai peran yang sangat penting dalam mengarahkan personil untuk melaksanakan kegiatan pengembangan program pembelajaran. Kepemimpinan
dalam
pengembangan
program
pembelajaran merupakan proses aktivitas peningkatan pemanfaatan
66
Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Rieneka Cipta, 1993, 94.
65
sumberdaya manusia dan material di sekolah secara lebih kreatif, mengintegrasikan semua kegiatan dalam kepemimpinan, sedangkan manajemen dan administrasi pendidikan membuat keputusan untuk kelangsungan pembelajaran secara efektif.67 Menurut Sue dan Glover dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah menolong siswa untuk mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen, struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan mengajar dan peluang belajar para siswa secara maksimal. 68 Semakin senang perasaan (enjoyable) anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal. Menurut Davis dalam konteks peran guru, memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi, mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati. Jadi peran guru disini lebih mengarah pada kegiatan memotivasi siswa untuk dapat belajar. Untuk memberikan pengaruh dan bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan dua usaha utama, yaitu: (1) memperkokoh motivasi siswa, (2) memilih strategi mengajar yang tepat.69 Ketika guru berhasil melaksanakan kedua usaha di atas, maka secara tidak langsung guru telah 67
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 121. Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran...,121. 69 Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran...,124 68
66
menjalin hubungan harmonis dengan siswa, sehingga memudahkan guru dalam mengarahkan siswa ke arah tujuan yang diharapkan. Karakteristik hubungan yang baik antar guru dan siswa yaitu: (1) keterbukaan dan transparan sehingga memungkinkan terjadinya keterusterangan satu dengan lainnya; (2) penuh perhatian, bila tiap pihak mengetahui bahwa dirinya dihargai oleh pihak lain; (3) saling ketergantungan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain; (4) keterpisahan, untuk memungkinkan guru dan siswa menumbuhkan dan mengembangkan keunikan, kreativitas dan individualitas masing-masing; (5) pemenuhan kebutuhan bersama sehingga tidak ada satu pihak yang dikorbankan untuk memenuhi kebutuhan pihak lain.70 Silberman berpendapat bahwa pembelajaran akan memikat hati siswa manakala guru melakukan hal-hal berikut: (1) menyampaikan informasi dalam bahasa mereka (siswa); (2) memberikan contoh tentang hal tersebut; (3) Memperkenalkan dalam berbagai arahan dan keadaan; (4) melihat hubungan antara informasi dan fakta atau gagasan lainnya; (5) membuat kegunaannya dalam berbagai cara; (6) memperhatikan beberapa konsekuensi informasi tersebut; (7) menyatakan perbedaan informasi itu dengan lainnya.71
70 71
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 125. Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran..., 125.
67
Pembelajaran akan lebih memantapkan siswa untuk tekun mengikuti pembelajaran guru dan termotivasi untuk giat belajar sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan guru dalam lingkungan pendidikan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sriyono, dkk bahwa dalam konteks kepemimpinan, terdapat beberapa gaya kepemimpinan guru, yaitu: (1) guru yang otoriter; (2) guru yang memberikan kebebasan; (3) guru yang demokratis.72 Terdapat perbedaan signifikan antara guru dalam pembelajaran. Guru yang otoriter cenderung berbuat banyak untuk mengambil keputusan, sedangkan guru yang demokratis, membagi kepada kelompok untuk membuat keputusan. Sebagai seorang manejer, guru pun diharapkan mampu memberikan penguatan motivasi kepada siswa untuk belajar. Perlu diketahui juga bahwa persoalan motivasi bukan hanya kajian dalam psikologi,
tetapi
juga
berkaitan
dengan
manajemen
dan
pembelajaran. Semua orang mempunyai motivasi dalam melakukan suatu tindakan. Guru sebagai pemimpin dalam proses pengajaran, berperan dalam mempengaruhi atau memotivasi siswa agar mau melakukan pekerjaan yang diharapkan sehingga pekerjaan guru dalam mengajar menjadi lancar, siswa mudah paham dan menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran.
72
Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar,..,131
68
Dalam
upaya
memberikan
motivasi,
guru
dapat
menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi siswa malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Motivasi dapat efektif bila
dilakukan
dengan
memperhatikan
kebutuhan
siswa.
Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar.73 Menurut Davis, kegiatan motivasi ialah kekuatan yang tersembunyi dalam diri dan mendorong seseorang berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khusus. Mitchel berpendapat bahwa motivasi sebagai suatutingkat kejiwaan berkaitan dengan keinginan individu dan pilihan untuk melakukan perilaku tertentu. Menurut Callahan dan Clark, motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.74 Jadi motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu tindakan. Suatu kondisi dimana keinginan-keinginan (needs) pribadi dapat mencapai kepuasan. Maslow mengemukakan tingkat kebutuhan sebagai dasar motivasi yaitu: (a) Kebutuhan psikologis, mencakup: lapar haus, dan dorongan seksual; (b) Kebutuhan rasa aman, mencakup: keamanan dan perlindungan fisik dan emosi; (c) Kebutuhan sosial, meliputi: kepemilikan, penerimaan dan persahabatan; (d) Kebutuhan harga 73
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, 45. 74 E.Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,..., 264.
69
diri, mencakup: harga diri, pengakuan dan prestasi (faktor internal), status, pengakuan dan perhatian (faktor eksternal); (e) Kebutuhan aktualisasi diri, mencakup: pertumbuhan pencapaian potensi individu.75 Basyirudin berpendapat bahwa motivasi atas dua bagian, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi ini biasanya mucul karena adanya keinginan mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar seseorang, sebagaimana dikatakan para psikolog “Intrinsic motivations are inherence in the learning situation and meeting pupil needs and purposes”. Sedangkan Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul karena adanya pengaruh luar, seperti adanya keinginan mencari penghargaan berupa angka, hadiah, dan sebagainya.76 Menurut
penulis
guru
harus
selalu
berusaha
untuk
memperkuat motivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut dapat dicapai melalui penyajian pelajaran yang menarik dan hubungan pribadi yang menyenangkan baik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Bagaimanapun, siswa akan senang belajar di kelas yang nyaman dan menarik yang direncanakan dengan baik. Siswa harus diperlakukan sedemikian rupa sehingga terwujud rasa harga diri, status dan pengenalan diri. Intinya adalah 75 76
2002, 10.
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, .., 264, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press,
70
menciptakan iklim kesehatan yang tinggi di sekolah baik fisik maupun non fisik. Tentu saja untuk menciptakan motivasi siswa dalam belajar tidak hanya persoalan keprofesionalan guru. Hal tersebut juga berkaitan
dengan
efektifitas
manajemen
sekolah
dalam
menyediakan sumber daya yang mendukung munculnya motivasi belajar yang tinggi. Berdasarkan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, yang meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; c) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2) Kegiatan Inti Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
71
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik karena pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah
laku
tertentu
dalam
kondisi-kondisi
khusus
atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.” 77 Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber; b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembe-lajaran, dan sumber belajar lain; c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peser-ta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya; d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. Dalarn kegiatan elaborasi, guru: a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas 77
Corey (1986 ) dalam Sagala,Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2005, 61.
72
tertentu yang bermakna; b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkat- kan prestasi belajar; f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
g)
memfasilitasi
peserta
didik
untuk
menyajikan variasi; kerja individual maupun kelompok; h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; i) memfasilitasi peserta didik Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik, b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.
73
3) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/ kesimpulan pelajaran; b) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
yang
sudah
di-laksanakan
secara
konsisten
dan
terprogram; c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas balik, tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Selain tiga kegiatan inti di atas, untuk mendukung ketercapaian dan ketuntasan suatu pembejalaran, guru perlu menerapkan dan mengembangkan metode dan menggunakan media pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Dalam hal ini banyak metode pembelajaran yang bisa dipilih oleh seorang guru. Pemilihan metode pembelajaran ini tentu saja harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
74
Di antara metode pembelajaran yang bisa digunakan adalah: metode ceramah, diskusi, belajar kelompok, inquiry dan discovery, bermain peran, dan pembelajaran dengan modul (Modular
Instruction).
Pelaksanaan
pembelajaran
bisa
dilaksanakan di kelas (in classteaching) atau luar kelas (out of class teaching). Adapun media pembelajaran adalah segala sesuatu yang bisa digunakan sebagai alat bantu dalam rangka mendukung usahausaha pelaksanaan strategi serta metode pembelajaran yang mengarah
kepada
pencapaian
tujuan
pembelajaran.
Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang membawa atau menyalurkan informasi antara sumber dan penerima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah setiap alat baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan bertujuan untuk meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar. Secara garis besar media dapat digolongkan menjadi tiga jenis yakni: Media berupa benda asli, seperti candi, masjid, dan artefak lainnya. Kegunaan media dalam pembelajaran adalah untuk: membangkitkan motivasi, membuat konsep abstrak menjadi konkrit, mengatasi batas-batas ruang kelas, mengatasi perbedaan pengalaman siswa, memungkinkan mengamati objek yang terlalu kecil, menggantikan penampilan objek yang berbahaya/sulit
75
terjangkau, menyajikan informasi belajar secara konsisten, menyajikan pesan secara serempak, menyajikan peristiwa yang telah lewat, memusatkan perhatian, mengatasi objek yang kompleks, mengatasi penampilan objek yang terlalu cepat atau lambat, besar atau kecil. Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. a. Kegiatan Tatap Muka Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran
kolaboratif
dan
kooperatif,
demonstrasi,
eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi dikoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah
76
interaktif,
presentasi,
diskusi
kelas,
tanya
jawab,
atau
demonstrasi. b. Kegiatan Tugas terstruktur Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan
tugas
terstruktur
merupakan
kegiatan
pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti
diskusi
kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi. c. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur Kegiatan pembelajaran
mandiri yang
tidak
dirancang
terstruktur oleh
adalah
guru
kegiatan
namun
tidak
dicantumkan dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan
77
adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. Kegiatan
program
pembelajaran
dilakukan
dalam
koordinasi kepala sekolah yang dilaksanakan oleh tim pengembang kurikulum di sekolah bersama dengan guru baik melalui
rapat
kerja
dan/atau
kegiatan
MGMP.
Dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran, diperlukan informasi yang cukup berkaitan dengan karakteristik sekolah yang terdiri dari, potensi dan kebutuhan peserta didik, sumber daya, fasilitas, lingkungan, dan lain-lain. Informasi diperoleh dari berbagai sumber seperti catatan dan pengalaman guru, hasil riset bagian penelitian dan pengembangan (Litbang), atau informasi bagian inventarisasi di sekolah, serta karakteristik keilmuan sesuai mata pelajaran. c. Pengendalian
Pengendalian adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mengadakan pengawasan, penyempurnaan dan penilaian untuk menjamin agar tujuan dapat dicapai seperti yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam pengendalian terdapat kegiatan monitoring hasil-hasil dan membandingkannya dengan standar, menentukan penyebab-penyebabnya,
dan
memperbaiki
penyimpangan-
penyimpangannya.78 Pengendalian berbeda dengan pengawasan.
78
Sutopo, Administrasi manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998, 96.
78
Perbedaannya terletak pada wewenang yang ada. Karena itu, pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali, karenanya pengendalian lebih luas daripada pengawasan. Meskipun demikian pengendalian juga sering disebut dengan pengawasan, sehingga pengendalian diartikan sebagai proses kegiatan melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka akan dilakukan penyesuaian. Dalam tulisan ini selanjutnya disebut dengan istilah pengendalian. Nur Ali dalam Murdick dalam fatah menyatakan pengendalian merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi 79. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap yaitu; menetapkan standar pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana. Salah satu fungsi pengendalian adalah mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan dengan benar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sukmadinata menyatakan ada tiga cara pengendalian yang dapat dilakukan oleh pemimpin 79
80
. Pertama, pengendalian umpan maju (feedforward)
Nur Ali, Menejemen Pengembangan Kurikulum SMK, DISERTASI, Malang: PPs UM, 2008,,
96. 80
Sumadinata, dkk, Pengendalian Mutu pendidikan Sekolah Menengah; Konsep,Prinsip dan Instrumen, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, 46-47.
79
dilakukan sebelum pekerjaan dimulai. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul serta melakukan tindakan-tindakan pencegahan. Kedua, pengendalian konkuren
(concurent
controls)
yaitu
memusatkan
kegiatan
pengendalian pada apa yang sedang berjalan atau proses pelaksanaan kegiatan. Cara pengendalian ini disebut steering controls, monitoring pekerjaan atau kegiatan yang sedang berjalan untuk meyakinkan bahwa segala sesuatu telah berjalan dengan baik. Ketiga, pengendalian umpan balik (feedback controls) atau disebut juga postaction controls, yaitu pengukuran dan perbaikan dilakukan setelah kegiatan dilakukan. Sedangkan proses pengendalian terdiri atas tiga langkah universal yaitu;
mengukur
perbuatan,
membandingkan
perbuatan,
dan
memperbaiki penyimpangan dengan tindakan pembetulan81. Dengan demikian, pengendalian berarti melakukan kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengendalian berkaitan erat dengan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
dan
pengarahan.
Pengendalian
juga
sangat
menentukan baik-buruknya pelaksanaan suatu rencana karena tujuan pengendalian agar proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan
rencana
dan
melakukan
perbaikan
jika
terdapat
penyimpangan dalam pelaksanaannya, sehingga tujuan yang dicapai sesuai dengan perencanaannya.
81
Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta, 2005, 60.
80
Pengendalian yang baik apabila dilakukan tidak saja hanya pada tahap akhir dari suatu pekerjaan, akan tetapi pengendalian harus dilakukan sejak dari awal kegiatan, dalam arti dari sejak disusunnya rencana kegiatan sampai dengan berakhirnya suatu kegiatan. Pengendalian juga dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disusun dan dapat pula dilakukan sewaktu-waktu. Dengan demikian dapat diformulasikan bahwa pengendalian program pembelajaran yaitu proses pemantauan, penilaian dan pelaporan atas pencapaian tujuan dalam kegiatan-kegiatan manajemen program pembelajaran yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Untuk kegiatan pengendalian program pembelajaran dapat dilakukan
sejak
mulai
penyusunan
perencanaan
program,
pengorganisasian program, dan pengarahan kegiatan, proses aktivitas orang-orang yang terlibat di dalamnya, serta berbagai upaya menggerakkannya, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil dengan baik sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Pengendalian dalam program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengadakan penilaian hasil pembelajaran dan melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran. Penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
81
peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.82 Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas,proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran. Sedangkan terhadap pengawasan atau pengendalian terhadap proses pembelajaran dilakukan dengan cara: a. Pemantauan. 1) Pemantauan
proses
pembelajaran
dilakukan
pada
tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan,
pencatatan,
perekaman,
wawacara,
dan
dokumentasi. 3) Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan. b. Supervisi 1) Supervisi
proses
pembelajaran
dilakukan
pada
tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
82
Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang standar proses.
82
2) Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi 3) Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan. c. Evaluasi 1) Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran. 2) Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara: a) membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, b) mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. c) evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses pembelajaran. d. Pelaporan Hasil
kegiatan
pemantauan,
supervisi,
dan
evaluasi
proses
pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan. e. Tindak lanjut 1) Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar.
83
2) Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut
C. Pendekatan Manajemen Program Pembelajaran Pendekatan merupakan cara pandang atau sudut pandang yang setelah dilakukan kajian memiliki tingkat kecocokan/relevansi yang tinggi (efektivitas dan efisiensi) untuk digunakan oleh satuan pendidikan dalam memecahkan permasalahan atau untuk mencapai visi, misi, tujuan dan hasil pendidikan. 83 Untuk meningkatkan keberhasilan belajar para siswa, maka setidaknya ada lima pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan program pembelajaran di kelas:84 Pertama, Pendekatan Penanaman Nilai (inculcation approach). Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Pendekatan ini sebenarnya merupakan pendekatan tradisional. Banyak kritik dalam berbagai literatur barat yang ditujukan kepada pendekatan ini. Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi. Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas. Menurut Raths dalam Sjarkawi
85
, kehidupan manusia berbeda karena
perbedaan waktu dan tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai yang sesuai
83
Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah, Jakarta: Rajawali Pers, 2009,7. 84 Sjarkawi, Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri , Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 114-115. 85 Sjarkawi, Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral ..., 115.
84
untuk generasi yang akan datang. Menurut beliau, setiap generasi mempunyai hak untuk menentukan nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang perlu diajarkan kepada generasi muda bukannya nilai, melainkan proses, supaya mereka dapat menemukan nilai-nilai mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan zamannya. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi dan bermain peran. Kedua, Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (cognitive moral development approach). Pendekatan ini mendorong siswa untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusankeputusan moral.
Pendekatan
ini
lebih
menekankan
pada
tercapainya
tingkat
pertimbangan moral yang tinggi sebagai hasil belajar. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi. Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama, yaitu: (1) membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi; (2) mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. Cara yang dapat digunakan dalam menerapkan pendekatan ini antara lain melakukan diskusi kelompok dengan topik dilemma moral, baik yang faktual maupun yang abstrak (hipotetikal). Ketiga, Pendekatan Analisis Nilai (values analysis approach). Pendekatan ini memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa
85
untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan. Pendekatan ini lebih menekankan agar siswa dapat menggunakan kemampuan berfikir logis dan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai tertentu. Selain itu, siswa dalam menggunakan proses berfikir rasional dan analitis dapat menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai mereka sendiri. Keempat, Pendekatan Klarifikasi Nilai (values clarification approach). Pendekatan ini memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh karena itu, bagi penganut pendekatan ini, isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat dipentingkan dalam program pendidikan adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai. Ada tiga proses klarifikasi nilai
86
menurut pendekatan ini. Dalam tiga proses tersebut terdapat tujuh subproses sebagai berikut: 1). dengan bebas 2). dari berbagai alternatif I. memilih: 3). setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya, 4). merasa bahagia atau gembira dengan pilihannya, II. menghargai: 5). mau mengakui pilihannya itu di depan umum, 6). berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya, III. bertindak:
7). diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup.
Pendekatan jenis ini sangat dikritik oleh Kilpatrick bahwa pendekatan value clarification tidak tepat diberikan kepada anak-anak karena mereka belum mengenal dan mengetahui mana yang baik dan benar. Kesalahan terbesar terletak pada pemahaman dan keyakinan mereka tentang moral kebenaran. Artinya bahwa kebenaran moral adalah relatif, moral baik atau buruk adalah tergantung bagaimana individu mendefenisikannya. Berhubung manusia bisa beragam latar belakang sosialnya maka nilai-nilai yang dianut juga sangat beragam, sehingga tidak
ada kebenaran nilai yang dianggap
absolut. 86 Metode pendekatan value clarification memberikan kebebasan
86
Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Membangun Bangsa, Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2004, 97-98.
87
kepada individu untuk mendefinisikan moral menurut keyakinan masingmasing, asalkan ada pembenarannya. Metode pengajaran yang digunakan dalam Pendekatan Klarifikasi Nilai, harus memperhatikan faktor keadaan serta bahan pelajarannya yang relevan. Namun demikian, penggunaannya perlu hati-hati, supaya tidak membuka kesempatan bagi siswa, untuk memilih nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai masyarakatnya, terutama nilai-nilai Agama yang ingin dibudayakan dan ditanamkan dalam diri mereka. Cara yang dapat digunakan dalam pendekatan ini diantaranya bermain peran, simulasi, analisis mendalam tentang nilai sendiri, aktivitas yang bertujuan mengembangkan sensitivitas, kegiatan di luar kelas, dan diskusi kelompok. Kelima, pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach). Pendekatan pembelajaran berbuat memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatanperbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Berbagai pendekatan pendidikan nilai yang berkembang mempunyai aspek penekanan yang berbeda, serta mempunyai kekuatan dan kelemahan yang relatif berbeda pula. Berbagai metode pendidikan dan pengajaran yang digunakan oleh berbagai pendekatan pendidikan nilai yang berkembang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan Pendidikan agama. Hal tersebut sejalan dengan pemberlakukan KTSP yang proses pembelajarannya memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
88
D. Model Manajemen Program Pembelajaran Melakukan manajemen terhadap program
pembelajaran berarti
melakukan suatu proses yang terkait dengan pembelajaran yang terus menerus sehingga terjadi perbaikan dalam pembelajaran. Perbaikan dalam pembelajaran ditandai dengan adanya usaha perbaikan program maupun perbaikan tingkah laku pada diri siswa. Hal-hal yang perlu dikembangkana dalam pembelajaran mengacu pada SK-KD meliputi; Silabus, Indikator , Materi pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan evaluasi pembelajaran. Manajemen merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Bisa juga didefinisikan sebagai proses efisien. 87 Sedangkan pengembangan merupakan aktifitas yang terus menerus dalam rangka mencapai program yang diinginkan bisa berarti kualitas dan bisa juga secara kuantitas.88 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen program pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus untuk
memperbaiki
program-program
pembelajaran
dalam
rangka
meningkatkan mutu pembelajaran yang ada mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian pada satuan pendidikan tersebut dengan syarat potensi yang sudah ada lebih memenuhi dari yang distandarkan.
87
Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S., Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah , Jakarta: Kencana, 2009, 5. 88 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Persada, 2009, 37.
89
Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam pengembangan program pembelajajaran, berbagai model dapat dikembangkan dalam manajemen pembelajaran. Satu diantaranya adalah model Dick and Carey89 dengan
langkah-langkah
yaitu:
mengembangkan
tujuan
pengajaran,
melaksanakan analisis pengajaran, mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, merumuskan tujuan performansi, mengembangkan butirbutir tes acuan patokan, mengembangkan strategi pengajaran, mengembangkan dan memilih material pengajaran, mendesain dan melaksankan evaluasi formatif, merevisi bahan pembelajaran dan yang terakhir adalah mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan program pembelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen, khususnya antara strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey telah lama digunakan untuk menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. Model yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-
89
Uno, B. Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, 89.
90
komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Model ini terdiri atas beberapa komponen dan sub komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktivitas yang lebih besar. Pengembangan model desain sistem pembelajara ini tidak hanya diperoleh dari teori dan hasil penelitian, tetapi juga dari pengalaman praktis yang diperoleh dilapangan. Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis dan menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah-masalah pembelajaran.
91
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini secara berturut-turut diuraikan; (a) Pendekatan dan jenis penelitian, (b) Lokasi penelitian, (c) Kehadiran peneliti (d) Instrumen penelitian (e) Pengumpulan data, (f) Analisis data, (g) Pengecekan keabsahan data, dan (h) Tahap-tahap penelitian.
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Fokus
Penelitian
adalah
manajemen
program
pembelajaran
pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga. Untuk menjawab fokus penelitian tersebut dibutuhkan subfokus yang mempertanyakan bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program pembelajaran pendidikan Agama Islam. Fokus penelitian yang demikian berbentuk eksplanatori dan menurut Yin lebih mengarah ke penggunaan strategi studi kasus. 90 Studi kasus sendiri merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Jadi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan/desain studi kasus. Alasan digunakannya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian ini adalah karena peneliti melihat sifat dari masalah yang diteliti dapat berkembang secara alamiah sesuai dengan kondisi dan situasi di
90
Robert K. Yin, “Case Study Research: Design and Methods”, diterjemakan oleh M. Djauzi Mudzakir, Studi Kasus: Desain dan Metode, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, 4.
75
92
lapangan. Peneliti juga berkeyakinan bahwa dengan pendekatan alamiah, penelitian ini akan menghasilkan informasi yang lebih lengkap. 91 Jadi, dipilihnya pendekatan kualitatif sebagai pendekatan penelitian ini karena peneliti berkeinginnan untuk memahami secara mendalam kasus yang terjadi di lokasi di atas.92Rancangan penelitian ini dibuat sebagaimana umumnya rancangan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, umumnya bersifat sementara dan lebih banyak memperhatikan pembentukan teori substantif dari data empiris yang akan didapat di lapangan.93
Untuk itu, desain penelitian ini dikembangkan secara terbuka dari berbagai perubahan yang diperlukan sesuai dengan kondisi lapangan.94 Hal ini penting untuk dijelaskan, mengingat penelitian kualitatif merupakan penelitian yang didesain dalam kondisi dan situasi alamiah (Naturalistic) sehingga dapat ditemukan kebenaran dalam bentuk semurni-murninya tanpa mengalami distorsi yang disebabkan oleh instrumen dan desain penelitian karena
91
Stauss mengidentifikasi pendekatan kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik dan bentuk hitungan lainnya. Terkait alasan penggunaan pendekatan ini, Stauss mengatakan bahwa banyak alasan yang melandasi digunakannya pendekatan kualitatif. Di antara beberapa alasan terpenting adalah kemantapan peneliti sendiri dan sifat dari masalah yang diteliti. Lihat Anselm Stauss, et.all; “Basic of Qualitative Research : Grounded Teory Prosedures and Techniques”, diterjemahkan oleh Mohammad, Sodiq et.all. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, 5. 92 Menurut Suprayogo, secara umum, penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami (understanding) dunia makna yang disimpulkan dalam perilaku masyarakat menurut perspektif masyarakat itu sendiri. Lihat Imam Suprayogo, et. All., Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, 9. 93 Sukidin, et. All., Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia, 2005, 23. 94 Nurul Zuruiyah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan :Teori dan Aplikasi , Jakarta: Bumi Aksara, 2006, 91.
93
instrumen dan desain penelitian cenderung mengkotak-kotakkan manusia dalam kerangka konsepsi yang kaku. 95 Sebagaimana telah peneliti nyatakan di atas, bahwa penelitian ini telah dirancang dengan desain studi kasus. Karena rancangan studi kasus merupakan suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci atas suatu latar atau satu orang subyek atau suatu peristiwa tertentu.96 Adapun tipe studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus mikroetnografi, yaitu studi kasus yang dilakukan pada unit terkecil, seperti pada sisi tertentu kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.97 Menurut Bungin (2007:233) sebagaimana dikutip Djam’an Satori bahwa yang menarik dari studi kasus ini adalah kebebasan peneliti dalam menganalisis objek penelitiannya serta kebebasan menentukan domain yang ingin dikembangkan.98 Penggunaan studi kasus dalam penelitian ini untuk menjawab apakah memang di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga
sudah
dikembangkan
program-program
pembelajaran
yang
berkualitas. Di antara yang harus dijawab melalui pendekatan ini juga mengenai bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
95
IKIP Jakarta, Memperluas Cakrawala Penelitian Ilmiah , Jakarta: IKIP Jakarta,
1988, 67. 96
Yesim Ozbarlas, Perspectives On Multicultural Education: Case Studies Of a Jerman and an American Female Minority Teacher, a Desertation, Not Published Atlanta: The College of Education in Georgia State Univercity, 2008, 60. 97 Djam’an S.& Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, 206. 98 Djam’an S.& Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif..., 207.
94
program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga dan bagaimana pula pengembangannya. B. Lokasi Penelitian 1. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Islam Sudirman Ambarawa, letaknya Jl. Jendral Sudirman No. 2 A Ambarawa 50612 Kab. Semarang Jawa Tengah, Indonesia. Adapun dipilihnya SMA Islam Sudirman Ambarawa sebagai obyek penelitian adalah karena SMA ini merupakan satu-satunya SMA di bawah naungan Yayasan Pusat Pendidikan Islam (Yappis) di Ambarawa. Selain itu letaknya yang strategis di jalan Raya Semarang-Jogjakarta, memudahkan terjadinya perubahan baik dari sisi fisik maupun pengaruh negatif bagi dunia pendidikan, maka perlu dikembangkan
program-program
keagamaan
yang
intens
untuk
mengimbangi akan rawannya dekadensi moral yang pada akhirnya terjerumus ke dalam lingkungan yang kurang mendidik. Dipilihnya lembaga Pendidikan ini karena prestasi dan program unggulannya. Prestasi yang diraih baik akademis maupun non akademis antara lain : Pemenang III Kejurnas Drum Band IV ”Lomba Ketahanan dan Kecepatan Berbaris Marching Band Putra di Jakarta, 10 – 12 Juli 1986; Juara II Apresiasi Rohis 2006 di Ungaran 22-23 April 2006; Juara I MTQ Pelajar Tk. SLTA Bidang Tilawah Kecamatan Ambarawa Tahun 2007; Juara harapan I Lomba Karya Tulis Ilmiah Tk. SMA/ MA/ Sederajat Se Jawa Tengah di Kampus UMS
95
tahun 2012; Juara III Kaligrafi MGMP-PA-RSMABI Korwil Semarang tanggal 06 Februari 2012. Sedangkan dipilihnya SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah sebagai obyek penelitian karena SMA Muhammadiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Salatiga yang berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan yayasan-yayasan Islam lain, yaitu penyelenggaraan
PAI
yang
menitik
beratkan
pada
al-Islam,
Muhammadiyah, dan Bahasa Arab yang disingkat (Ismuba). Prestasi yang pernah diukir SMA Muhammadiyah Plus Salatiga antara lain: Juara 3 MTQ Pelajar Putra Tingkat Kota Salatiga (2008); Juara1 Pidato Bahasa Jawa Putra Tingkat Kota Salatiga (2008); Juara 3 Tilawah Putra Tingkat Kota Salatiga (2011). Di samping itu, dipilihnya lokasi ini sebagai tempat penelitian karena
peneliti
ingin
mengetahui
sejauhmana
program-program
pembelajaran yang dilaksanakan hingga mampu menjadi sekolah diminati masyarakat Kelurahan Sidorejo alatiga termasuk ingin mengetahui programprogram pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diterapkan. Karena menurut observasi peneliti terdapat ekstrakurikuler bahasa arab sebagai ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam dan Budaya religius yang kondusif. Hal inilah yang menjadi alasan tersendiri bagi peneliti untuk menjadikan lembaga tersebut sebagai lokasi penelitian.
96
2. Keadaan Lingkungan SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA
Muhammadiyah Plus Salatiga SMA Islam Sudirman Ambarawa merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah ke atas dengan ciri khusus Islam, yang didirikan pada 1 Desember 1977 oleh Yayasan Islamic Centre Sudirman GUPPI sebagai yayasan penyelenggara dengan Ijin Operasional Kanwil Depdikbud tanggal, 1 April 1978, Nomor 154/ II/ S.A/ 1978, yang kemudian Yayasan tersebut pada tanggal 12 Februari 2008 berubah nama menjadi Yayasan Pusat Pendidikan Islam Sudirman (YAPPIS) Ambarawa dengan Nomor Data Sekolah 154/ II/ S.A/1978. SMA Islam Sudirman Ambarawa Kabupaten Semarang kemudian mendapatkan Akta Notaris dari Notaris Ny. El Matu pada tanggal 12 Maret 1980.Pada tanggal 3 Mei 2000 status sekolah berubah menjadi Disamakan dengan SK Status Nomor : 79/ C.C7/ Kep/ PP/ 2000. dan pada tanggal 13 Oktober 2006 telah terakreditasi dari Badan Akreditasi Sekolah Nasional dengan Status TERAKREDITASI A.99 SMA Islam Sudirman Ambarawa memiliki 6 gedung yaitu satu gedung kantor, tiga gedung untuk kelas, satu gedung pertemuan dan laboratorium, satu buah masjid. Penggunaan gedung tersebut meliputi: 27 ruang kelas, 2 ruang Laboratorium komputer, 2 ruang laboratorium bahasa, 1 ruang multi media, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang kepala, 1 ruang guru, 1 ruang Tata Usaha, 1 ruang Bimbingan Konseling, 1 ruang OSIS, 1 ruang UKS, 3 ruang gudang, 1ruang , kantin, 15 ruang WC siswa, 8 ruang WC guru, 3 ruang laboratorium IPA, 1 ruang TRRC, 1 ruang aula. Semua gedung kecuali masjid berlantai dua. SMA ini memiliki 1buah halaman untuk Olah Raga, 1 buah halaman untuk upacara. Adapun SMA Muhammadiyah Plus Salatiga terletak di Jalan Kyai Haji Ahmad Dahlan, Soka, RT 03 / RW 06, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, 500 meter dari Jalan Raya Solo – Semarang. Tanah Sekolah sepenuhnya 99
milik Persyarikatan Muhammadiyah.
http://smaissuda.sch.id/tentang-kami/sejarah, diakses pada tanggal 3 Mei 2014.
Luas area
97
seluruhnya 5.445 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 3815 m. SMA Muhammadiyah memiliki gedung sebanyak 4, terdiri dari 1 gedung bertingkat, 2 gedung kelas dan 1 musholla serta 1 buah halaman untuk olah raga dan upacara. Luas bangunan seluruhnya 1.885m2. Penggunaan gedung meliputi: 1 ruang kepala, 1 ruang Tata Usaha, 8 ruang kelas, 1 ruang Laboratorium Bahasa, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang aula, 1 ruang UKS, dan 1 ruang OSIS.100 Sedangkan dipilihnya SMA Muhammadiyah Plus Salatiga adalah sebagai obyek penelitian karena SMA Muhammadiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Salatiga yang berada di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah, yang tentunya memiliki ciri khusus yang membedakan dengan lelmag-lembaga pendidikan lainnya. C. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data. Kehadiran peneliti sebagai pengumpul data karena peneliti tidak bekerja di lokasi penelitian. Dengan demikian obyektivitas data tidak diragukan karena tidak ada tendensi apa-apa kecuali untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Karena itu yang diharapkan banyak dari penelitian ini adalah instrument non-manusia seperti dokumen-dokumen dan kejadian-kejadian saat observasi maupun pengamatan mendalam sepanjang penelitian ini dilakukan.
100
Dokumen KTSP SMA Muhammadiyah Plus Salatiga.
98
Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dengan sebaik mungkin, bersikap selektif, hati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menjaring data sesuai dengan kenyataan di lapangan, sehingga data yang terkumpul benarbenar relevan dan terjamin keabsahannya. Menurut Moleong kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitian.101 Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang menekankan pada hasil pengamatan peneliti. Sehingga manusia sebagai instrumen penelitian menjadi suatu keharusan.102 Bahkan dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci (the key Instrument). 103 Untuk itu, validitas dan reliabilitas data kualitatif banyak tergantung pada keterampilan metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti sendiri. Untuk dapat memahami makna dan penafsiran terhadap fenomena dan simbol-simbol interaksi di sekolah maka dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap subyek penelitian di lapangan. Ini merupakan alasan lain kenapa peneliti harus menjadi instrumen kunci penelitian ini. Lebih jauh lagi, penelitian kualitatif juga mengandalkan kemampuan komunikasi dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai ragam realitas, yang tidak dapat dikerjakan instrumen non human. Peneliti diharapkan mampu memahami fenomena yang terjadi dan selanjutnya menangkap makna dibalik gejala yang ada. Sedang instrumen penelitian non
101
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi, 2005, 174. 102 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif , Yogjakarta: Rake Sarasin, 2003. 103 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008, 223.
99
manusia, seperti panduan wawancara, observasi atau pengamatan, maupun dokumentasi sekedar fungsi sebagai alat bantu dalam proses perekaman informasi.104
Maka dalam penelitian ini, peneliti berusaha dapat menghindari pengaruh subyektif dan menjaga lingkungan secara alami agar proses sosial yang terjadi berjalan sebagaimana biasa. Sehingga dari hal tersebut, peneliti kualitatif dapat menahan dan menjaga dirinya untuk tidak terlalu jauh mengintervensi terhadap lingkungan yang menjadi obyek penelitian tersebut. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggali data di lapangan. fungsi dari instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan.105 Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penelitian ini, peneliti berperan menjadi instrumen kunci penelitian. Sebagai instrumen kunci, peneliti melakukan penelitiannya dengan instrumen tambahan berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi. Pedoman wawancara merupakan lembar acuan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dirancang oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan program-program pembelajaran PAI di sekolah. Dengan melibatkan guru agama, guru ekstra, koordinator kurikulum, koordinator kesiswaan, wakil kepala sekolah,
104
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ..., 18. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, 75. 105
100
dan kepala sekolah. Pedoman wawancara tersebut dapat berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat wawancara dilakukan. Sedangkan pedoman observasi merupakan alat untuk memudahkan peneliti dalam mengamati data secara lengkap pada waktu berlangsungnya proses penelitian. Pedoman observasi peneliti gunakan untuk mengetahui kondisi lingkungan sekolah, keadaan siswa, kegiatan pembelajaran Agama Islam di kelas. Adapun pedoman dokumentasi digunakan untuk menggali data terkait dengan kurikulum yang digunakan, program-program pembelajaran yang dikembangkan, dan dokumen-dokumen tentang fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah. Untuk menetapkan informan dalam penelitian ini diikuti saran Guba dan Lincoln agar memilih informan yang memiliki pengetahuan khusus, informatif, dan dekat dengan situasi yang menjadi fokus penelitian, disamping memiliki status khusus. Kepala sekolah dari sabyek yang diteliti, diasumsikan memiliki banyak informasi tentang sekolah yang dipimpinnya, termasuk situasi dari sekolahnya. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah dapat dijadikan informan pertama untuk diwawancarai. Langkah selanjutnya adalah wakil kepala sekolah, staf kurikulum, staf kesiswaan, staf sarana prasarana, guru PAI, guru ekstrakurikuler PAI dan informan lain yang dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan, relevan dan memadahi, serta dapat dijadikan informan berikutnya, demikian seterusnya. Dari hasil wawancara di SMA Islam Sudirman Ambarawa diperoleh 7 orang yang dijadikan informan penelitian dengan rincian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini.
101
Tabel 3.4 Rincian Informan Penelitian di SMA Islam Sudirman Ambarawa No 1.
2. 3. 4.
5. 6. 7.
Informan Kepala Sekolah (KS)
Nama Riyanto, B.A.
Urusan Kurikulum (Urs.Kur.) Urusan Kesiswaan (Urs.Siswa) Guru Pend. Agama Islam (G.PAI)
Pembina Ekstra Kurikuler PAI Pembina OSIS (Peng. OSIS) Siswa
Ket. 1, 2 & 3
Rahmi Siti S
Data Tentang Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian Perencanaan Program
Drs. Joko P
Pelaksanaan Program
2
Edi Mahmud, S.Ag Hanifudin, S.Hi
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Program Perencanaan dan Pelaksanaan Program Perencanaan dan Pelaksanaan Program Pelaksanaan & Pengendalian Program
1, 2 & 3
Mifrohayati, S.PdI Hanifudin, S.Hi Ambar Wahyuni 2 siswa
1
1, 2 1, 2 2,3
Sedangkan hasil wawancara di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga diperoleh 6 orang yang dijadikan informan penelitian dengan rincian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 3.5 Rincian Informan Penelitian SMA Muhammadiyah Plus Salatiga No 1.
2. 3. 4.
5. 6.
Informan Kepala Sekolah (KS)
Nama Dian Indri H, S.Sos, M. Pd
Urusan Kurikulum (Urs.Kur.) Urusan Kesiswaan (Urs.Siswa) Guru Pend. Agama Islam (G.PAI)
Nur Hadi, S.Ag.
Data Tentang Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian Perencanaan Program
Dra. Suratilah
Pelaksanaan Program
2
Nur Hadi, S.Ag.
1, 2 & 3
Pembina Ekstra Kurikuler PAI Siswa
Nur Hadi, S.Ag.
Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Program Perencanaan dan Pelaksanaan Program Pelaksanaan & Pengendalian Program
2 siswa
Ket. 1, 2 & 3 1
1, 2 2,3
102
E. Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara menyeluruh dan memperloeh relevansi data berdasarkan fokus dan tujuan penelitian, maka pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tiga teknik, yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. 1.Wawancara (Interview) Wawancara
merupakan tehnik pengumpulan data dengan
melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari terwawancara. Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang dari padanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh. 106 Tehnik wawancara terdiri atas tiga jenis, yaitu: terstruktur (structured Interview), wawancara semi terstruktur (semistructured interview), dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). 107 Dalam penelitian ini peneliti berupaya menggunakan semi tersetruktur dan tak tersetruktur. Hal ini peneliti lakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi wawancara serta kebutuhan akan informasi yang berkembang setiap saat. Adapun wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrumen penelitian. Dalam hal ini peneliti akan melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program
pembelajaran
pendidikan Agama Islam. Untuk itu yang menjadi responden dari jenis 106 107
Djam’an S.& Aan Komariah, Metodologi penelitian Kualitatif..., 129. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif..., 233.
103
wawancara ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator kurikulum, dan koordinator kesiswaan. Sedangkan wawancara tak tersetruktur dilakukan kepada Guru Agama Islam, Pembina OSIS, Pembina Ekstrakurikuler PAI, dan siswa. Wawancara ini dilakukan sebagai pelengkap data untuk menjawab fokus penelitian tentang bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program pembelajaran PAI. Alasan dipilihnya tehnik interview (wawancara) ini adalah karena dengan tehnik pengumpulan data ini maka peneliti akan berhasil memperoleh data dari informan yang lebih banyak dan sesuai dengan kebutuhan penelitian. Adapun informan yang diwawancarai sebanyak 7 orang dari SMA Islam Sudirman Ambarawa dan 6 orang dari SMA Muhammadiyah Plus Salatiga. 2. Pengamatan (Observation) Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. 108 Syaodih N. Mengatakan bahwa, observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu tehnik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. 109 Dari kedua pendapat tersebut terdapat satu kesamaan pemahaman bahwa observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah terjun ke lapangan terlibat seluruh pancaindera. Secara tidak langsung adalah 108 109
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenadata putra grafika, 2007, 115. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 220.
104
pengamatan yang dibantu melalui media visual/audiovisual, misalnya handycam, alat perekam, dll. Dalam hal ini peneliti secara langsung melihat situasi pembelajaran PAI yang dilakukan oleh seorang guru PAI dapat terlihat dan terekam langsung. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan pengamatan berperan serta dan tersamar. Peneliti perlu mengikuti kegiatan tersebut alasannya untuk mengetahui dan merasakan kondisi riil dari subyek penelitian seperti peneliti ikut serta dalam solat berjamaah zuhur untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah. Tehnik pengamatan berperan serta digunakan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan yang kemungkinan belum menggambarkan segala macam situasi yang dikehendaki peneliti. Dengan tehnik ini peneliti dapat melihat dan merasakan secara langsung suasana dan kondisi subyek penelitian. 3. Studi Dokumentasi (Documentation Review) Dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber non manusia juga (non human resources) yang dapat digunakan, diantaranya dokumen, foto, dan bahan statistik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik dokumentasi. Data dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi langsung.
105
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda program, dan sebagainya.
110
Penggunaan
dokumentasi dalam pengumpulan data pada penelitian ini didasarkan atas beberapa alasan sebagai berikut: 1) Merupakan sumber informasi yang stabil dan kaya. 2) Bermanfaat untuk membuktikan sebuah peristiwa. 3) Sifatnya alamiah dengan konteks. 4) Hasil pengkajian akan diperluas sesuai dengan pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti.111 Tehnik ini sangat diperlukan oleh peneliti untuk meneliti arsip-arsip sekolah. Arsip-arsip kegiatan pada masa lampau sangat perlu untuk dihadirkan karena kegiatan ini sangat sulit untuk dapat diputar ulang. Begitu juga dengan program-program kegiatan sekolah akan lebih mudah untuk digali dengan menggunakan metode ini. Adapun dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini menyangkut Dokumen I dan II KTSP SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga meliputi Visi, Misi, tujuan, dan perangkat pembelajaran antara lain: pengembangan silabus, program tahunan, program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama , dan lain sebagainya di Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga.
110
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, 236. 111 Lincoln et.al., Naturalistic Inqury, Beverly Hill: SAGE Publications, 1985, 23.
106
F. Analisa Data Dalam penelitian kualitatif, analisa data merupakan proses penelaahan dan pengaturan secara sistematis transkrip, wawancara, catatan lapangan, pengalaman seseorang, dan bahan-bahan lain yang telah dihimpun dengan tujuan untuk menyusun hipotesis kerja dan mengangkatnya menjadi teori sebagai hasil penelitian. Oleh karena itu, menurut Bogdan dan Biklen (Moleong: 2006, 248) mengemukakan bahwa analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.112 Moleong mengklasifikasikan tiga model analisa data dalam penelitian kualitatif, yaitu: (1) metode perbandingan konstan (constant comparative method) seperti yang dikemukakan oleh Glaser & Strauss, (2) metode analisis data menurut Spradley, dan (3) metode analisis Miles & Huberman. Diantara ketiga metode tersebut, metode yang pertama yang paling banyak digunakan.113 Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode analisis data Miles dan
Huberman yaitu analisis model interaktif. Analisis data
berlangsung secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses
112
Bogdan dan Biklen, dalam Nur Ali, Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren, DISERTASI,:PPS UM, Malang 2008, 152. 113 Moeleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, 15.
107
pengumpulan data dengan alur tahapan: pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), mengambil kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing
and verification). Tehnik
nalisis data model interaktif tersebut dapat dibagankan sebagai berikut: Data Collection
Data Reduction
Data Display
Conclusion: drawing & Verification
Diagram 3.1 Tehnik Analisis Data model Interaktif114 Peneliti menggunakan model analisis interaktif yang mencakup tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan konseptualisasi, kategorisasi, dan diskripsi dikembangkan atas dasar kejadian (incidence) yang diperoleh ketika di lapangan. Oleh karena itu antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi satu kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan. 1. Reduksi data, merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. 115 Dengan kata lain reduksi data ialah proses penyederhanaan data, memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara simultan selama proses pengumpulan data berlangsung, 114
Miles, M.B & Huberman A. Maichel, Qualitative Data Analysis, London: Sage Publications, 1984, 20. 115 Tjetjep R.R., Analisis Data Kualitatif, Terjemahan, Jakarta: UI- Press, 1992, 16.
108
baik dalam bentuk ringkasan, mengkode, menelusuri tema dan membuat gugus-gugus, membuat partisipan dan menulis memo. Dalam penelitian kualitatif, reduksi data merupakan bagian yang tak terpisahkan dari analisis data. 2. Display atau penyajian data, ialah proses pengorganisasian untuk memudahkan data dianalisis dan disimpulkan. Proses ini dilakukan dengan cara membuat matrik, diagram atau grafik, sehingga dengan begitu peneliti dapat memetakan semua data yang ditemukan dengan lebih sistematis. Miles and Huberman menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. 116 Dengan demikian yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks naratif. Display data ini merupakan tahapan kedua dari kegiatan analisis data, yakni menyampaikan hasil temuan penelitian kepada pembaca atau peneliti lain. Langkah-langkah penganalisian selama pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1) setiap selesai pengumpulan data, semua catatan lapangan dibaca, dipahami, dan dibuatkan ringkasannya; 2) semua catatan lapangan dan semua ringkasan yang telah dibuat, dibaca lagi dan dibuatkan ringkasan-ringkasan sementara, yaitu ringkasan hasil sementara yang mensintesiskan apa yang telah diketahui tentang kasus yang dijadikan latar penelitian, dan menunjukkan apa yang masih harus diteliti. Pembuatan ringkasan kasus ini bertujuan untuk memperoleh catatan yang terpadu
116
Miles, M.B & Huberman A. Maichel, op.cit., 17.
109
mengenai kasus yang menjadi latar penelitian; 3) setelah seluruh data yang diperlukan telah selesai dikumpulkan dan peneliti meninggalkan lapangan penelitian, maka catatan lapangan yang telah dibuat selama pengumpulan data dianalisis lebih lanjut secara lebih intensif. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis setelah pengumpulan data adalah sebagai berikut: Pertama, pengembangan sistem kategori pengkodean. Pengkodean dalam penelitian ini dibuat berdasarkan kasus latar penelitian, tehnik pengumpulan data, sumber data, fokus penelitian, waktu kegiatan penelitian. Pengkodean yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam table berikut ini. Table 3.6 Sistem Pengkodean Analisis Data NO 1. 2.
3.
4.
5.
ASPEK PENGKODEAN Kasus Latar Penelitian SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah Plus Salatiga Tehnik Pengumpulan Data a. Wawancara b. Observasi c. Dokumentasi Responden: a. Kepala Sekolah b. Urusan Kurikulum (Urs.Kur.) c. Urusan Kesiswaan (Urs.Siswa) d. Urusan Sarana Prasarana (Urs. Sarpras) e. Guru Pend. Agama Islam (G.PAI) f. Pembina Ekstra Kurikuler PAI g. Pembina Rois h. Pembina OSIS (Peng. OSIS) i. Siswa Fokus Penelitian a. Perencanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam b. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam c. Pengendalian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Waktu Kegiatan: tanggal, bulan, dan tahun
KODE I
W O D KS Urs. Kur. Urs. Siswa Urs. Sarpras GPAI Pb. Ekstra Pb. Rois Pb. OSIS Sis.
Prp Plp Pdp 02-04-13
110
Pengkodean ini digunakan dalam kegiatan analisis data. Kode fokus penelitian digunakan untuk mengelompokkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi. Kemudian pada bagian akhir catatan lapangan atau transkrip wawancara dicantumkan: kode lokasi penelitian, tehnik pengumpulan data, sumber data, tanggal, bulan, dan tahun. Berikut ini disajikan contoh penerapan kode dan cara membacanya. W-3-Urs.Kur-Pdp. 02-04-13 W 3 Urs.Kur Pdp 02-04-13
= wawancara = Nomor Responden = Urusan Kurikulum = Pengendalian Program Pembelajaran = Tanggal, bulan dan tahun
Kedua, penyortiran data. Setelah kode-kode tersebut dibuat lengkap dengan pembatasan operasionalnya, masing-masing catatan lapangan dibaca kembali, dan setiap satuan data yang tertera di dalamnya diberi kode yang sesuai. Yang dimaksud satuan di sini adalah potongan-potongan catatan lapangan yang berupa kalimat, paragraph, atau urutan alinea. Kode-kode tersebut ditulis pada tepi lembar catatan lapangan. Kemudian semua catatan lapangannya difotokopi. Hasil kopiannya dipotong-potong berdasarkan satuan data, sementara catatan lapangan yang asli disimpan sebagai arsip. Potonganpotongan
catatan
lapangan
tersebut
dipilah-pilah
atau
dikelompok-
kelompokkan berdasarkan kodenya masing-masing sebagaimana tercantum pada bagian tepi kirinya. Untuk memudahkan pelacakannya pada satuan catatan lapangan yang asli, maka pada bagian bawah setiap satuan data tersebut diberi notasi.
111
3.Penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan sebagai temuan-temuan sementara pada setiap kasus tunggal dilakukan dengan cara mensintesiskan semua data yang terkumpul. Untuk kepentingan itu terlebih dahulu dibuatkan beberapa diagram konteks yang dimaksudkan untuk mendiagramkan peran berbagai pihak dalam kegiatan-kegiatan manajemen pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan catatan bisa dibuat diagram. Jika tidak bisa, maka hanya dibuat kesimpulan-kesimpulan saja. G. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menjamin kesahihan dan keabsahan data, maka peneliti berupaya menggunakan metode pengecekan keabsahan temuan. Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan data didasarkan pada kriteria-kriteria untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian. Menurut Moloeng criteria tersebut ada 4 (empat) yaitu: kredibilitas, keteralihan, kebergantungan, dan konfirmabilitas. 117 Sementara peneliti hanya menggunakan 3 metode dari empat metode pengecekan keabsahan temuan. 1. Uji Kredibilitas Data Uji kredibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai fakta yang sebenarnya terjadi. Untuk mencapai nilai kredibiitas ada beberapa tehnik yaitu: teknik triangulasi sumber, pengecekan anggota, dan perpanjangan kehadiran peneliti di lapangan. Triangulasi sumber data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain. Triangulasi data dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran data tertentu
117
Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi Revisi), Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007, 324325.
112
yang diperoleh dari kepala SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga, kemudian dikonfirmasikan kepada informan lain seperti wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukkan data atau informasi, termasuk hasil interpretasi penelitian yang sudah ditulis rapi dalam bentuk catatan lapangan atau transkrip wawancara pada informan kunci agar dikomentari, disetujui atau tidak, dan bisa ditambah informasi lain jika dianggap perlu. Perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan terjadinya hubungan antara peneliti dengan nara sumber menjadi akrab (tidak ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi dan peneliti dapat memperoleh data secara lengkap. 2. Dependabilitas (kebergantungan) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam menyimpulkan dan menginterpretasikan data, sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini sebagai auditor peneliti adalah pembimbing tesis yaitu Dr. H. Sa’adi, M.Ag dan Dr.Adang Kuswaya, M.Ag. 3. Konfirmabilitas (kepastian) Kriteria ini untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada. Dalam pelacakan ini, peneliti menyiapkan bahan-bahan yang didiperlukan seperti data lapangan berupa catatan lapangan dari hasil pengamatan
penelitian
tentang
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengendalian dalam mengembangkan program-program pembelajaran dan
113
transkrip wawancara serta catatan proses pelakdsanaan penelitian yang mencakup metodologi, strategi serta keabsahan. Upaya konfirmabilitas untuk mendapat kepastian data yang diperoleh itu obyektif, bermakna, dapat dipercaya, factual dan dapat dipastikan. Berkaitan denghan pengumpulan data ini, keterangan dari kepala sekolah, kordinator kurikulum, koordinator kesiswaan, dan keterangan dari informan lain perlu diuji kredibilitasnya. Hal ini yang menjadi tumpuan penglihatan, pengamatan objektifitas dan subjektifitas untuk menuju suatu kepastian. H. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga tahap. Pertama, studi orientasi dengan menyusun proposal penelitian yang bersifat tentative dan menggalang sumber pendukung yang diperlukan. Kegiatan dalam tahap ini diantaranya: 1) mencari isu-isu umum yang unik dalam konteks pendidikan.isu yang ditemukan pada sekolah yang dipilih sebagai subyek adalah SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga; 2) mencari sejumlah literatur yang relevan tentang SMA; 3) mengadakan studi orientasi pada subyek yang diteliti, untuk mengumpulkan data sementara secara umum; dan 4) diskusi dengan teman sejawat serta berkonsultasi dengan pembimbing untuk memperoleh arahan dan saran-saran. Kedua, studi eksplorasi umum dengan melakukan: 1) konsultasi, wawancara, dan perijinan pada kepala Sekolah; 2) penjajagan umum pada subyek yang ditunjuk untuk melakukan observasi dan wawancara; 3) mengadakan studi literatur untuk menentukan kembali focus dan kasus penelitian; 4) mengadakan diskusi dengan teman sejawat untuik memperoleh
114
masukan yang berarti; 5) melaksanakan ujian proposal tesis dalam rangka memperoleh persetujuan untuk melanjutkan studi penelitian lebih lanjut. Ketiga, eksplorasi terfokus yang diikuti dengan pengecekan hasil atau temuan penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian. Tahap eksplorasi terfokus ini mencakup: 1) tahap pengumpulan data yang dilakukan secara terinci dan mendalam guna menemukan konseptual teme-tema di lapangan; 2) dilakukan pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama; 3) dilakukan pula pengecekan hasil dan temuan penelitian oleh pembimbing tesis, selanjutnya ditulis sebagai laporan hasil penelitian.
115
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA
Dalam bab IV ini diuraikan secara berurutan tentang: (a) paparan data dan (b) Analisa. A. Paparan Data Dalam paparan data ini diuraikan tentang: 1. perencanaan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam; 2. pelaksanaan program pembelajaran 3. pengendalian program pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 1. Perencanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbicara tentang perencanaan program pembelajaran termasuk di dalamnya program pembelajaran PAI, sebenarnya di awali dari penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan atau disingkat KTSP dari masing-masing satuan pendidikan. Oleh karena itu sudah dipastikan bahwa baik di SMA Islam Sudirman maupun SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada akhir tahun pelajaran atau disaat anak menjalani libur semester genap, guru dan karyawan disibukkan dengan agenda rapat akhir tahun pelajaran dan rapat menyongsong tahun pelajaran baru. Dari evaluasi tahun pelajaran berjalan, maka menjadi titik tolak untuk menyusun program-program kegiatan pembelajaran untuk tahun pelajaran berikutnya. Dengan demikian diperlukan telaah kurikulum, atau sering disebut revisi kurikulum. Revisi kurikulum diperlukan karena adanya perubahan seperti jumlah siswa yang kurang atau bertambah, kebijakan 99
116
pemerintah yang mungkin mengalami perubahan, dan lain sebaganinya. Dengan demikian kurikulum yang dipakai seiring dengan perubahan yang ada. Mengingat pembahasan kurikulum begitu luas cakupannya maka dalam paparan data ini hanya disinggung sedikit tentang struktur kurikulum di masing-masing sekolah tersebut di atas. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tesis ini. Dalam tahap perencanaan selain mempertimbangkan materi, struktur dan muatan Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah (KTSP), juga mempertimbangkan keadaan peserta didik serta sarana dan prasarana yang mendukungnya. Semua komponen baik di SMA Islam Sudirman Ambarawa maupun di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga ikut terlibat. Semua komponen yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, Guru, Karyawan, Komite Sekolah, Orang Tuan/Wali peserta didik, instansi terkait dan masyarakat sekitar. Dalam perencanaan program pembelajaran di SMA dilakukan melalui workshop dengan melibatkan para ahli. Kegiatan workshop biasanya diawali dengan kegiatan orientasi program dari kepala sekolah dilanjutkan orientasi program dari dinas terkait (Dikdasmen) yang dalam hal ini diwakili pejabat setruktural dan pengawas Pendidikan Agama Islam. Dalam orientasi ini biasanya disampaikan harapan-harapan demi kemajuan lembaga pendidikan. Kegiatan berikutnya adalah diskusi antar guru mapel mengenai rencana pembelajaran untuk satu tahun ke depan. Berikut ini hasil wawancara penulis dengan Kepala sekolah di SMA Sudirman Ambarawa Bapak Riyanto, B.A:
117
Mengakhiri tahun pelajaran kami melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan pembelajaran pada tahun pelajaran berjalan dalam rapat seluruh dewan guru dan staf kantor. Kemudian pada hari yang telah disepakati diadakan workshop revisi kurikulum termasuk di dalamya penyusunan rencana kegiatan pembelajaran untuk tahun berikutnya. Dalam kegiatan tersebut diawali dengan orientasi program yang disampaikan oleh kepala sekolah dan tenaga ahli (nara sumber). Kami juga memerintahkan kepada semua guru (termasuk juga Guru PAI) untuk mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu tahun ke depan. (W-1-KS-Prp. 22-07-13)
Hal senada juga dikemukakan oleh kepala SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, Ibu Dian sebagai berikut: Setiap akan memasuki tahun pelajaran baru biasanya di akhir bulan Juni saya mengajak seluruh dewan guru dan staf kantor untuk menyusun program kegiatan pembelajaran tahun yang akan datang. Bagi staf kantor menyusun program-program yang sesuai dengan bidang tugasnya. Bagi para guru menyusun kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu tahun berikutnya. Tujuannya agar program yang dibuat nantinya sebagai pedoman dalam mereka melaksanakan tugas. Kegiatan tersebut kami namai workshop revisi kurikulum. Dalam workshop itu biasanya kami mendatangkan tenaga ahli dari dinas pendidikan kota atau dari unsur pengawas. Saya memerintahkan kepada semua guru (termasuk juga Guru PAI) untuk menyusun rencana pembelajaran yang akan dilakukan untuk satu tahun ke depan. (W-1-KS-Prp. 24-07-13)
a.
Perencanaan
Program
Kegiatan
Tatap
Muka
(Pembelajaran
Intrakurikuler)
Perencanaan program pembelajaran PAI di
SMA Islam
Sudirman Ambarawa dapat dilihat dalam bentuk pembuatan perangkat pembelajaran yang meliputi: pengembangan silabus bidang studi PAI, program tahunan, program semester, persiapan mengajar dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun dan dikembangkan berdasarkan
Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar
(SK-KD), dan disesuaiukan dengan kalender pendidikan yang berlaku,
118
jadwal pelajaran sekolah yang bersangkutan dan sarana yang tersedia, seperti penuturan koordinator bidang kurikulum (RS) sebagai berikut: Setiap memasuki liburan semester guru-guru mengikuti kegiatan workshop yang diselenggarakan sekolah untuk menyusun perangkat pembelajaran yang di dalamnya memuat pengembangan silabus dan sistem penilaian, rencana Pelaksanaan pembelajaran, Program tahunan, program semester, pemetaan materi, kriteria ketuntasan minimal, dan lain-lain. Juga termasuk kegiatan pengembangan diri dalam bentuk ekstrakurikuler harus ada perangkat pembelajarannya berikut kriteria penilaian. Hal ini dilakukan supaya pada waktu masuk pelajaran guru-guru tidak disibukkan dengan administrasi pembelajaran.(W.2.Urs.Kur.Prp 25-07-2013)
Perencanaan
program
pembelajaran
PAI
di
SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga sebagaimana dituturkan oleh Wakil Kepala Urusan Kurikulum dan beliau juga sebagai guru Agama Islam, Pak Nur adalah sebagai berikut: Bu Dian memerintahkan kepada kami bahwa setiap guru harus menyusun perangkat pembelajaran yang di dalamnya akan memuat pengembangan silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran, program tahunan, program semester, pemetaan materi, kriteria ketuntasan minimal, dan lain-lain. Semua unsur di dalam perangkat pembelajaran harus sudah dibuat sebelum memasuki tahun pelajaran baru. Hal ini dimaksudkan supaya guru lebih fokus di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Disamping itu jika sekolah ini pada saatnya diakreditasi guru tidak bingung mempersiapkan administrasi yang harus dibuat. (W.2.Urs.Kur.Prp 23-072013)
Dari data dokumentasi diperoleh contoh Format Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian SMA Islam Sudirman Ambarawa tahun pelajaran 2013/2014 dan Format Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian SMA Muhammadiyah Plus Salatiga tahun pelajaran 2013/2014. Contoh Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian dapat dilihat dalam tabel 4.1 dan tabel 4.2
119
Berikutnya adalah perencanaan program tahunan yaitu suatu rencana pembelajaran selama satu tahun yang terdiri dari rencana semester 1 dan 2. Rencana tahunan paling tidak memuat : Identitas pelajaran, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, dan Alokasi Waktu. Berdasarkan dokumentasi pada guru PAI diketahui bahwa semua guru PAI telah membuat Program Tahunan (prota) sebagai dasar pijakan dan schedule apa yang akan mereka ajarkan pada siswa selama satu tahun pelajaran. Program tahunan ini dibuat berdasarkan pengembangan silabus yang sudah mereka buat sebelumnya. Contoh Format Program Tahunan dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 (lihat lampiran 3 dan 4) Program tahunan ini kemudian disesuaian dengan analisis waktu program semester yang berisi sekurang-kurangnya: menganalisis minggu efektif dan tidak efektif, menghitung jumlah jam pelajaran dalam satu semester, menghitung jam untuk kegiatan non tatap muka seperti: ulangan harian, ulangan tengah semester, dan uji kompetensi pada akhir semester. Kemudian berisi juga tentang perhitungan pekan untuk setiap tatap muka. Contoh Format Analisis Alokasi Waktu dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 (lihat lampir 5 dan 6) Setelah program tahunan dibuat, guru harus mempersiapkan program semester. Program semester merupakan penjabaran dan rincian dari program tahunan yang dibuat sebelumnya. Rencana semester paling tidak memuat antara lain: Identitas pelajaran, Standar
120
Kompetensi dan kompetensi dasar, alokasi waktu, bulan dan pekan pelaksanaan. Dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap kompetensi dasar dipertimbangkan keluasaan dan kesulitan materi. Program tahunan (Prota), Analisis Waktu, Program Semester (Promes) ini harus sudah selesai sebelum pelajaran hari pertama dimulai. Tehnis pembuatan Prota dan Promes dilakuklan bersama-sama dengan guru yang lain di bawah koordinasi bidang kurikulum. Berikut contoh Promes SMA Islam Sudirman Ambarawa Tahun pelajaran 2013/2014 dan Promes SMA Muhammadiyah Plus Salatiga dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 (lihat lampiran 7 dan 8)
Perencanaan berikutnya yang dilakukan oleh guru adalah menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam RPP secara rinci harus memuat: Identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Tujuan pembelajaran, Materi pokok, Metode pembelajaran, Langkah-langkah kegiatan pembelajaran, Alat/Bahan/Sumbert belajar, Bentuk instrumen penilaian, dan pedoman penilaian. Contoh format RPP yang dibuat oleh guru PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dapat dilihat dalam Lampiran dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tabel 4.10 dan tabel 4.11 (lihat Lampiran 10 dan 11)
121
b. Perencanaan Program Kegiatan Tugas Terstruktur (Pembelajaran ekstrakurikuler PAI) Kegiatan
tugas
terstruktur
termasuk
kategori
program
pengembangan diri. Kegiatan jenis ini merupakan kegiatan di luar jam yang tercantum pada struktur kurikulum. Oleh karena itu kegiatan ini sering disebut kegiatan ekstrakurikuler. Perencanaan penyusunan program pembelajaran ekstrakurikuler, melalui staf koordinator kesiswaan SMA diatur tersendiri pada waktu dan jam yang sudah ditentukan. Untuk membahas masalah perencanaan jadwal pelaksanaan kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler bidang keagamaan satu tahun kedepan, berikut penuturan Waka Kesiswaan SMA Islam Sudirman Ambarawa Pak Drs. Joko P. kepada penulis:
Saya selaku wakil Kepala Sekolah urusan kesiswaan selalu menekankan dan meminta kepada setiap guru ekstrakurikuler termasuk juga guru ekstra agama, dalam hal ini pembina ekstra BTA di SMA Islam Sudirman Ambarawa ini untuk segera mendata berapa jumlah siswa lakilaki dan berapa jumlah siswa perempuan di masing-masing kelasnya. Mengingat jumlah siswa kita banyak maka jadwal pelaksanaan kegiatan ekstra BTA dibuat empat hari mulai hari senin sampai dengan hari kamis (W-3.Urs.Siswa.Prp 22-8-2013)
Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa kegiatan ekstra kurikuler di SMA Islam Sudirman Ambarawa bidang keagamaan adalah bimbingan Baca Tulis Al-qur’an (BTA). Adapun jadwal kegiatan BTA mulai hari Senin sampai dengan hari Kamis. Hal ini dilakukan mengingat jumlah siswa yang banyak, maka membutuhkan alokasi waktu yang banyak pula.
122
Adapun
program
kegiatan
tugas
terstruktur
di
SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga bidang keagamaan adalah bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), dan khitobah. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan Bu Dra. Suratilah selaku Waka Urusan Kesiswaan: Program pembelajaran ekstrakurikuler yang mendukung pembelajaran PAI di SMA Muhammadiyah adalah bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) dan khitobah. Mengenai jadwal pelaksanaannya pada hari Sabtu sebagaimana tertuang dalam kalender pendidikan. Khusus BTA merupakan ekstra wajib. Meskipun perencanaa kegiatan bimbingan BTA diserahkan sepenuhnya kepada guru ekstra tetapi programnya tetap mengacu pada tujuan pembelajaran PAI yang tercantum dalam kurikulum. (W-3.Urs.Siswa.Prp 20-8-2013)
c. Perencanaan Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur (Pembiasaan Suasana Religius) Kegiatan
mandiri tak tersetruktur adalah merupakan kegiatan
spontanitas. pembiasaan diri dan diperuntukkan kepada seluruh warga sekolah. Tidak hanya siswa yang harus melaksanakan tetapi seluruh warga sekolah. Bentuk kegiatan-kegiatan yang termasuk kedalam kegiatan mandiri tak terstruktur di SMA Islam Sudirman Ambarawa maupun di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah pembiasaan suasana religius di kawasan lingkungan sekolah. Contohnya kebiasaan para siswa bersalaman dengan guru, berperilaku sopan santun kepada siapa saja bila bertemu, ambil sampah setiap melihat sampah tidak pada tempatnya dan memasukkannya pada bak sampah, kebiasaan masuk ruangan dengan mengucap salam, memasang slogan sekolah bebas rokok, bebas kekerasan, dan bebas obat terlarang dan lain-lain. Oleh
123
karena itu dalam perencanaannya hanya berupa jadwal kegiatan dan pembuatan peraturan atau tata tertib berikut sanksi bagi pelanggar peraturan, baik yang dikeluarkan oleh sekolah maupun organisasi siswa intra sekolah (OSIS).
2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kegiatan pembelajaran sehari-hari di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga berlangsung sesuai dengan program 6 hari kerja. dari hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Sesuai dengan dokumen kurikulum, di SMA
Islam Sudirman
Ambarawa pada hari Senin pembelajaran dimulai jam 08.00- 13.45 karena dari jam 07.15 sampai dengan 08.00 digunakan untuk kegiatan upacara , hari selasa, Rabu, dan Kamis jam pembelajaran dimulai pukul 07.1513.45 wib, hari Jum’at 07.15-08.00 kegiatan tadarus dan dilanjutkan bersih kelas dan lingkungan secara bersama-sama. Pembelajaran dimulai 08.00 – 13.00; kegiatan solat jum’at sudah termasuk di dalamnya. Hari Sabtu pembelajaran mulai 07.15 -13.00. Sedangkan di SMA Muhammadiyah Plus Salatiga sesuai dengan dokumen kurikulum, pada hari Senin pembelajaran dimulai jam 07.4515.00 karena dari jam 07.00 sampai dengan 07.45 digunakan untuk kegiatan upacara; Hari Selasa pelajaran dimulai pukul 07.00 berakhir pukul 14.20; Hari Rabu dan Kamis pelajaran dimulai pukul 07.00 berakhir pukul 15.00; Hari Jum’at pelajaran dimulai pukul 07.00 berakhir pukul 11.00, Hari Sabtu pukul 07.00-07.45 kegiatan senam bersama dilanjutkan
124
bersih kelas dan lingkungan sampai dengan 08.30; pukul 08.30-13.50 kegiatan pengembangan diri (ekstrakurikuler) sesuai dengan pilihan peserta didik, yaitu antara lain: teater, KIR, Futsal, Paduan suara, BTA, dan English Club. Lebih jelasnya jadwal pelajaran di kedua SMA tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 12 dan 13 tentang jadwal pelajaran. SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga melaksanakan program pembelajaran PAI berdasarkan pedoman yang berlaku, yaitu terdiri dari kegiatan pembelajaran Intrakurikuler, kegiatan Ekstrakurikuler dan pembudayaan suasana religius. a. Program Kegiatan Tatap Muka (Pembelajaran Intrakurikuler) Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran berlangsung selama 45 menit. Dalam melaksanakan pembelajaran PAI di kelas, guru PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa menggunakan tahapan-tahapan sebagaimana dijelaskan dalam temuan penelitian melalui observasi pelaksanaan
pembelajaran
al-Qur’an
Bab
membaca
al-Qur’an,
diperoleh data sebagai berikut: 1) Kegiatan awal (pendahuluan) Kegiatan pembelajaran di kelas XI yang diajarkan oleh Pak Edi Mahmud, S.Ag dimulai dengan mengucapkan salam, berdo’a bersama, dilanjutkan membaca al-Qur’an selama 5-10 menit. Setelah
125
itu guru mengabsen kehadiran siswa. Langkah selanjutnya guru mengajukan pertanyaan tentang batas materi yang telah dipelajari sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan strategi guru dalam mengawali pembelajaran, yang bertujuan menarik perhatian siswa, mengetahui tingkat penguasaan materi sebelumnya dan juga untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti materi pelajaran berikutnya. Langkah berikutnya Pak Edi menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada hari itu. 2) Kegiatan Inti Sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah membaca Al-Qur’an, maka Pak Edi menunjuk seorang siswa yang sudah fasih untuk memimpin teman-temannya membaca Q.S alBaqarah ayat 148 di bawah bimbingan guru. Setelah itu beliau membaca surat tersebut berulang hingga tiga kali. Kegiatan siswa adalah mendengarkan bacaan guru. Langkah berikutnya Pak Edi membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mendengarkan bacaan guru. Bacaan yang disampaikan berbeda-beda. Dari bacaan yang disampaikan siswa diminta mengidentifikasi tajwidnya. Setelah dirasa cukup faham terhadap materi yang disampaikan, Pak Edi berganti materi baru yaitu Q.S. Fatir ayat 32. Pada
materi
Q.S.
Fatir
ayat
32
siswa
diminta
mengidentifikasi tajwid yang ada pada bacaan tersebut dengan cara
126
didiskusikan dalam kelompoknya. Setelah diskusi kelompok berakhir dilanjutkan presentasi dari masing-masing kelompok. Kegiatan inti diakhiri dengan siswa mengerjakan tes tertulis. 3) Kegiatan Akhir (penutup) Pak Edi dalam mengakhiri pembelajaran yaitu dengan memberikan penekanan tentang pentingnya membaca al-Qur’an secara tartil dan kegiatan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. Adapun penilaian yang Beliau lakukan adalah tes tertulis yang sudah disiapkan sebelumnya dan tes perbuatan saat siswa menirukan bacaan guru. Adapun
pelaksanaan
pembelajaran
di
kelas
XI
SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga, sebagaimana hasil observasi langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan P Nurhadi, S.Ag dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kegiatan awal (pendahuluan) Kegiatan pembelajaran di kelas XI yang diajarkan oleh Pak Nur Hadi, S.Ag diawali guru mengucapkan salam dan do’a bersama. Salah satu siswa diminta memimpin menghafal surat pendek secara berjama’ah, yang dilanjutkan dengan penjelasan guru tentang makna yang terkandung dalam surat yang dihafal tadi.. Hal ini tentunya merupakan strategi guru dalam mengawali pembelajaran, yang bertujuan menarik perhatian siswa, mengetahui tingkat penguasaan materi sebelumnya dan juga untuk mengetahui kesiapan siswa dalam
127
mengikuti
materi
pelajaran
berikutnya.
Bahkan
guru
juga
menghubungkan makna tersebut dengan kejadian sosial atau fenomena alam. Kemudian guru mengabsen kehadiran siswa. Selanjutnya guru mengajukan tiga pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya. 2) Kegiatan Inti Sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah membaca Al-Qur’an, maka Pak Nur membacakan Q.S al-Baqarah ayat 148. Beliau membacanya berulang hingga tiga kali. Kegiatan siswa adalah mendengarkan bacaan guru. Kegiatan selanjutnya guru langsung mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang hukum bacaan sesuai ilmu tajwid dalam Q.S Al Baqarah ayat 148 dengan menyuruh mengucapkan yang benar. Di sini nampaknya guru berkeinginan tidak hanya tahu ilmu tajwidnya tetapi sekaligus siswa dapat menerapkannya. Jika ditemui bacaan siswa kurang sesuai maka beliau meluruskannya. Meskipun materinya membaca Pak Nur juga menjelaskan tentang makna yang terkandung dalam surat tersebut. Ini hanya sebagai selingan agar perhatian siswa kepada bacaan tersebut tetap terjaga. Langkah berikutnya Pak Nur membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diminta mengidentifikasi tajwidnya melalui diskusi kelompok. Setelah dirasa cukup faham terhadap
128
materi yang disampaikan, Pak Nur berganti materi baru yaitu Q.S. Fatir ayat 32 dengan proses pembelajaran seperti surat pertama. Setelah diskusi kelompok berakhir dilanjutkan presentasi dari masing-masing kelompok. Kegiatan inti diakhiri dengan penekanan pentingnya membaca al-Qur’an secara tartil. 3) Kegiatan Akhir (penutup) Pak Nur dalam mengakhiri pembelajaran yaitu dengan mengajak siswa bersama-sama mengucapkan kata “al Hamdulillah”. Adapun penilaian yang Beliau lakukan adalah tes tertulis yang sudah disiapkan sebelumnya dan tes perbuatan saat siswa menirukan bacaan guru. b. Program Kegiatan Tugas Terstruktur (Pembelajaran ekstrakurikuler PAI) Kegiatan
tugas
terstruktur
termasuk
kategori
program
pengembangan diri. Kegiatan jenis ini merupakan kegiatan di luar jam yang tercantum pada struktur kurikulum. Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Islam Sudirman Ambarawa maupun di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga ditujukan untuk mengembangkan bakat bakat dan minat serta memantapkan pembentukan kepribadian siswa. Kegiatan ini tentu saja menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang menunjang pembelajaran kelas serta anggaran biaya yang ada. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kegiatan tugas terstruktur di SMA Islam Sudirman Ambarawa dalam bentuk
129
pembelajaran ekstra kurikuler berupa bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) yang pelaksanaannya diajarkan oleh Pak Khanifudin, S.Hi selaku pembina ekstra BTA. Berkaitan dengan pembelajaran ekstrakurikuler bidang keagamaan, Pak Khanif guru Agama Islam dan sekaligus guru ekstrakurikuler agama menuturkan sebagai berikut: SMA Islam Sudirman Ambarawa mewajibkan kepada setiap siswa untuk mengikuti kegiatan Baca Tulis Al Qur’an karena sebagian besar siswa berasal dari sekolah menengah pertama yang rata-rata kurang lancar dalam membaca al Qur’an dan di rumah orang tua jarang mengajarinya. Oleh karenanya setiap pagi ada kegiatan tadarus di masjid dengan penjadwalan yang diatur oleh waka kurikulum. Adapun ihwanul muslimin adalah kelompok alumni SMA Islam Sudirman Ambarawa yang masih memiliki kepedulian terhadap kegiatan keagamaan khususnya di lingkumngan SMA Islam Sudirman Ambarawa. Kelompok ini mengadakan kegiatan anjang sana dari rumah ke rumah anggota di bawah bimbingan saya. Kelompok ini sering dimintai bantuan oleh sekolah khusunya pada saat MOS (Masa Orientasi Siswa Baru) kelas X untuk memberikan mentoring keagamaan. Sedangkan MTQ diperuntukkan kepada siswa yang berminat mengikuti seni baca al Qur’an. Karena SMA ini belum memiliki pembina Seni baca al-Qur’an, maka kita mengundang Pak Sofi untuk melatih anak-anak (W-7.Pb.Ekstra Prp. 22-8-2013)
Dalam prakteknya, peserta esktrakurikuler BTA ini sangat antusias mengikuti kegiatan. Hal ini terbukti dengan absensi kehadiran 95% di setiap kelasnya. Di samping itu kegiatan ini mengambil tempat di masjid sehingga suasana pembelajaran lebih kondusif dan menyenangkan. Kegiatan tugas tersetruktur yang lain adalah Seni baca Alqur’an atau dikenal dengan nama MTQ. Pembimbing kegiatan ini adalah Pak Sofiullah. Beliau tenaga ahli di luar SMA Islam Sudirman Ambarawa yang secara kebetulan rumahnya dilingkungan perumahan serasi dekat
130
SMA ini. Kegiatan ekstra Kaligrafi hanya diajarkan manakala ada even lomba tingkat SMA. SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga menerapkan kegiatan tugas terstruktur PAI berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Pengembangan program pembelajaran dalam bentuk ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga antara lain: teater, Karya Tulis Ilmiah (KIR), Baca Tulis Al-Qur’an (BTA) , dan English Club yang dilakukan seminggu sekali sesuai jadwal yang ditentukan. Berikut adalah hasil wawancara penulis dengan salah satu guru Agama (N.H) di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga: Kegiatan yang mendukung pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA ini untuk kegiatan ekstra antara lain Baca Tulis Al-Qur’an dengan metode tutor sebaya dibawah bimbingan guru pada hari Sabtu sesuai kalender pendidikan. Untuk kegiatan Ekstra BTA merupakan kegiatan yang wajib diikuti seluruh siswa. Pada hari Sabtu juga diselenggarakan Teater, latihan membuat Karya Tulis Ilmiah (KIR) dan English Club. (W-Gr.PAI 20-8-2013)
c. Program Kegiatan Mandiri Tak Terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur di SMA adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru Agama Islam namun tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran. Bentuk kegiatan mandiri tak tersetruktur berupa pembiasaan suasana religius bagi seluruh warga sekolah. Berkaitan dengan program ini, semuanya telah dirancang oleh guru pembina dan pengurus Organisasi
Siswa Intra Sekolah
131
(OSIS) dibawah koordinasi urusan kesiswaaan dan pembina OSIS seksi bidang (sekbid) ketaqwaan. Program kegiatan yang termasuk dalam kategori mandiri tak terstruktur di SMA Islam Sudirman Ambarawa dalam bentuk pembiasaan seperti: 1) Budaya 3 SAS (Salam, Salim, Senyum, Ambil Sampah); 2) Budaya Jum’at bersih; 3) Halal bi Halal; 4) Kegiatan Hari Besar Islam (PHBI); 5) Santunan Kematian; 6) Santunan Anak Yatim; 7) Budaya beramal jariyah setiap Jum’at; 8) Budaya berbusana muslimah (berjilbab) bagi siswa putri; 9) Sholat Dzuhur berjamaah di masjid ; dan 10) Sholat berjamaah Jum’ah setiap hari jum’at. Kegiatan tersebut di atas yang penulis lihat sendiri dan pernah terlibat di dalamnya adalah kegiatan Shalat Dzuhur berjama’ah dan shalat Jum’ah, di mana setiap selesai mengerjakan shalat dzuhur siswa mendengarkan pengajian (kultum) yang disampaikan oleh siswa lakilaki. Demikian juga pada saat pelaksanaan shalat Jum’ah yang menjadi Bilal adalah juga siswa laki-laki. Dari sini nampak jelas bahwa budaya seperti ini merupakan bekal yang baik bagi siswa kelak jika mereka terjun di kehidupan masyarakat. Terkait dengan pelaksanaan kegiatan di atas, koordinator kurikulum menuturkan sebagai berikut: Kami membagi program pembelajaran dalam kurikulum itu menjadi dua bagian. Satu untuk program pembelajaran intrakurikuler atau kurikulum yang tersetruktur, dua untuk program pengembangan diri yang pelaksanaannya tidak dicantumkan dalam struktur kurikulum namun dilaksanakan di luar jam pelajaran dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Adapun yang terkait dengan budaya-budaya yang dikembangkan di sini adalah program kerja bakti, shalat
132
dzuhur berjama’ah, shalat jum’at bersih, takziah, santunan kematian, dan belajar berpidato melalui kelompok studi Islam “ikhwanul muslimin”.
(W-3-Urs.Kur.Prp.22-8-2013) Sedangkan bentuk pembiasaan suasana religius yang ada di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah: 1) Budaya berbusana muslimah; 2 Infaq Jum’at; 3) Sholat Dzuhur berjamaah di musholla; 4) Kultum selesai solat Dzuhur berjamaah pada hari Kamis; 5) Menghadiri pengajian dalam rangka Milad Muhammadiyah 6) Penyembelihan hewan kurban pada hari Raya Kurban. Untuk shalat zuhur berjamaah, pelaksanaannya bergiliran mengingat tempatnya terbatas.. Data ini penulis peroleh dari hasil wawancara dengan salah seorang guru Agama Islam di SMA Muhammadiyah
(Plus)
Salatiga
(N.H)
sebagaimana
dalam
penuturannya sebagai berikut:
“Program kegiatan keagamaan di sekolah kami yang sudah berjalan secara rutin adalah sholat dzuhur berjama’ah di musholla milik sekolah ini. Hanya pelaksanaannya bergilir mengingat tempatnya terbatas. Kami juga menyelenggarakan pengumpulan infaq setiap jum’ah yang kegunanannya juga untuk membantu siswa yang suatu saat membutuhkan seperti sakit atau ada keluarganya yang meninggal dunia. Selain itu kami juga menyelenggarakan penyembelihan hewan qurban pada saat hari raya qurban. Sedangkan menghadiri pengajian dalam rangka milad Muhammadiyah merupakan agenda rutin yang sudah diatur oleh pengurus Muhammadiyah tingkat Kodia Salatiga dimana tempat penyelenggaraannya selalu berpindah pindah”
(W-6.Gr.PAI. 20-8-2013) 3. Pengendalian Program Pembelajaran PAI Pengendalian
dalam
pengembangan
program
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengadakan penilaian hasil pembelajaran dan melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran.
133
a. Pengendalian Terhadap Hasil Pembelajaran PAI Pengendalian terhadap hasil dari proses pembelajaran PAI dilakukan oleh guru dalam bentuk ulangan-ulangan. Ada beberapa jenis ulangan yang diberikan kepada siswa antara lain: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas, serta ujian nasional. Berbagai ulangan tersebut pada hakekatnya merupakan bentuk pengendalian terhadap
seluruh
pengetahuan siswa
proses
pembelajaran
PAI,
khususnya
menyangkut
tentang PAI. Bentuk pengendalian terhadap hasil
pembelajaran PAI juga diwujudkan dalam penilaian sikap siswa melalui pembiasaan suasana religius di lingkungan sekolah. Penilaian jenis ini dituangkan dalam rapor siswa dalam bentuk narasi sikap. b. Pengendalian Terhadap Proses Pembelajaran. Bentuk pengendalian terhadap proses pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu pengawasan intern dan pengawasan extern. Pertama, Pengawasan terhadap seluruh proses pembelajaran dari luar lembaga pendidikan. Untuk pengawasan terhadap seluruh proses pembelajaran di SMA Islam sudirman dilakukan oleh Dinas pendidikan Kabupaten Semarang. Adapun bentuknya berupa laporan dari hasil pelaksanaan Ujian oleh sekolah ke dinas pendidikan sesuai bentuk ujiannya. Dapat juga berupa kunjungan dari pejabat atau pengawas yang membidangi Pendidikan Agama Islam ke SMA Islam Sudirman. Pengawasan ekstern (dari luar) dilakukan juga oleh Pengurus Yayasan Islam Sudirman Ambarawa terhadap kinerja kepala dan juga guru-
134
guru mapel PAI. Bahkan Pengurus yayasan memiliki Ruang khusus di SMA Islam Sudirman yang setiap hari selalu memantau kegiatan pembelajaran di SMA. Hal ini penulis lihat sendiri ada daftar kehadiran dari pengurus yayasan di SMA Islam Sudirman. Pengawasan kedua
adalah pengawasan intern. Yakni pengawasan
yang dilakukan oleh Kepala sekolah terhadap masing-masing guru di lembaga pendidikan yang bersangkutan. Bentuknya berupa pemeriksaan administrasi pembelajaran guru PAI yang dilakukan secara berkala. Oleh karena itu Pak Riyanto selaku kepala SMA Islam Sudirman sudah menjadwalkan kapan beliau memeriksa kelengkapan administrasi guru-guru PAI. Disamping itu secara berkala juga melakukan kunjungan kelas untuk mengetahui situasi pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dikandung maksud untuk mencocokkan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajarn Agama Islam di kelas. Pengawsan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga juga meliputi dua bagian. Pertama pengawasan ektern yang dilakukan oleh Dinas pendidikan kota Salatiga terhadap seluruh Proses Kegiatan di sekolah. Hal ini dapat dilhat dari daftar kehadiran pejabat atau pengawas pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut. Demikian juga secara berkala yayasan memantau keberadaan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga, terutama pada rapat akhir tahun pelajaran. Pengawasan kedua, yaitu pengawasan intern dilakukan juga oleh kepala SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Bu Dian Indrihartani, S.Sos, M.Pd selaku kepala juga melakukan pemeriksaan terhadap perangkat
135
administrasi guru Agama Islam. Hal ini diketahui dari tanda tangan setiap administrasi yang dibuat guru. Pengawasan juga dilakukan beliau melalui kunjungan kelas yang sudah beliau jadwaalkan selama satu tahun pelajaran. Berdasarkan uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa pengawasan telah dilakukan di kedua lembaga pendidikan tersebut. Hal ini nampak dari setiap kegiatan yang belangsung selalu dinilai baik. Ini terbukti dari bukti peraih predikat “Terakreditasi A” dari Badan Akreditasi Nasional (BAN S/M) untuk kedua SMA tersebut di atas.
B. Analisa Data Analisa data mengacu pada tema yang dihasilkan dari keseluruhan fokus penelitian, yaitu: perencanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), pelaksanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI), dan pengendalian program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI). 1. Perencanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Perencanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar PAI dengan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran dan melalui langkah-langkah perencanaan itu sendiri. Perencanaan program pembelajaran pendidikan agama Islam dimulai dengan kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar
(SK-KD),
pengembangan
indikator
sebagai
kajian
SK-KD,
menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang mengacu pada standar kompetensi
lulusan
mata
pelajaran
(SKL-MP)
pendidikan
agama
136
dilanjutkan dengan menyusun silabus dan sistem penilaian, menyusun program tahunan (Prota), program semester (Promes), menyusun rencana persiapan pembelajaran (RPP). Menyusun silabus dan sistem penilaian adalah mengembangkan dan menjabarkan kurikulum menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran atau susunan materi
yang teratur pada mata
pelajaran tertentu pada
kelas/semester tertentu118. Teknis penyusunan silabus dan sistem penilaian yang terjadi di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga diawali dari rapat khusus yang disebut dengan revisi kurikulum. Dilihat dari format silabus ada perbedaan yang antara silabus dari keduanya. Di dalam format silabus Sudirman
Ambarawa
mencantumkan
tugas
tersetruktur
SMA Islam dan
tidak
tersetruktur serta Nilai karakter yang diharapkan, sedangkan di format silabus SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga tidak mencantumkan tugas tersetruktur dan tidak tersetruktur serta Nilai karakter. Dari perbedaan kedua silabus tersebut tidak menjadi masalah karena keduanya telah mencantumkan unsur-unsur yang harus ada dalam silabus. Menurut E. Mulyasa, silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi ,kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian,
118
Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islamdi Sekolah Umum, Yogyakarta: Teras, 2007, 126.
137
alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidkan119. Ditinjau dari format program tahunan (prota) ada perbedaan karena perbedaan sudut pandang. Program tahunan di SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga untuk mata pelajaran PAI al-Qur’an secara detail tiap suratnya, yaitu meliputi membaca, menjelaskan artinya, menampilkan perilaku. Uraian ini dimasukkan dalam unsur kompetensi dasar. Standar isi memuat tentang pokok bahasan dari setiap suratnya. Sedangkan program tahunan SMA Islam Sudirman Ambarawa standar kompetensi/kompetensi dasar ada dalam satu kolom. Pada kolom ini memuat standar kompetensi pada aspek al-Qur’an, akhlak, ibadah, dan tarikh/sejarah. Secara teoritis sebuah prota memuat a.l: identitas mata pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan alokasi waktu. Dari pemaparan prota kedua SMA tersebut di atas telah terpenuhi. Ditinjau dari format program semester keduanya sama. Perbedaan keduanya terletak pada waktu pelaksanaannya. Pelaksanaan
ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan semester/ ulangan kenaikan kelas disesuaikan dengan kondisi kegiatan yang terjadi di SMA masing-masing. Meskipun terdapat perbedaan tetapi tetap mengacu pada kalender pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Ditinjau dari format rencana pelaksanaan pembelajaran dari kedua SMA tersebut terdapat perbedaan sebagai berikut:
119
E. Mulyasa, KTSP, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, 190.
138
a. RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa memuat tiga indikator, dengan rincian: membaca, menjelaskan arti, dan menampilkan perilaku. Ketiga indikator
untuk
tiga
kali
pertemuan.
Sedangkan
RPP
SMA
Muhammadiyah (Plus) Salatiga hanya memuat empat indikator dengan rincian: membaca dan mengidentifikasi tajwid. Indikator ini hanya untuk satu kali pertemuan. b. Di dalam RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa memuat nilai budaya dan karakter bangsa yang diharapkan, tetapi pada RPP SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga nilai budaya dan karakter bangsa yang diharapkan tidak dimunculkan. c. Di dalam RPP SMA Islam Sudirman Ambarawa, kegiatan inti meliputi elaborasi, eksplorasi, dan konfirmasi dengan uraian yang mendetail. Sedangkan di dalam RPP SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga kegiatan inti meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dengan uraian lebih singkat. Secara teoritis sebuah RPP minimal memuat: kompetensi dasar, materi belajar, hasil belajar, indikator hasil belajar, prosedur pembelajaran, dan penilaian.120 Dari kedua RPP yang dibuat oleh guru pendidikan agama Islam dari kedua SMA tersebut sudah sesuai dengan panduan yang ada. Perbedaan
yang ada disebabkan
karena pemahaman dan keluasaan pemikiran beliau berdua berbeda. 2. Pelaksanaan Program Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Pelaksanaan Program Kegiatan Tatap muka (Pembelajaran Intrakurikuler)
120
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, 109.
139
Berdasarkan perencanaan pembelajaran (RPP) dan observasi pelaksanaan pembelajaran di SMA Islam sudirman nampaknya sudah sesuai antara rencana dan pelaksanaannya. Demikian juga metode yang dipakai telah menerapkan metode diskusi kelompok. Dari observasi tampak bahwa suasana pembelajaran kelihatan hidup. Guru aktif mengarahkan siswa dan siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk memberi Untuk memberikan pengaruh dan bimbingan dalam konteks mengajar, guru sebagai pemimpin melakukan dua usaha utama, yaitu: (1) memperkokoh motivasi siswa, (2) memilih strategi mengajar yang tepat121. Ketika guru berhasil melaksanakan kedua usaha di atas, maka secara tidak langsung guru telah menjalin hubungan harmonis dengan siswa, sehingga memudahkan guru dalam mengarahkan siswa ke arah tujuan yang diharapkan. Berdasarkan perencanaan pembelajaran (RPP) dan observasi pelaksanaan pembelajaran di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga nampaknya sudah sesuai antara rencana dan pelaksanaannya. Demikian juga metode yang dipakai telah menerapkan metode diskusi kelompok. Dari observasi tampak bahwa suasana pembelajaran kelihatan hidup. Bahkan dengan sabar beliau memberikan bimbingan membaca sesuai ilmu tajwid. Lebih dari itu beliau mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan dunia nyata siswa dan memberikan solusi terhadap problema yang ada. Hal ini nampaknya beliau menerapkan model 121
Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran...,124
140
pembelajaran yang ditawarkan E.Mulyasa, yaitu Contectual Teaching and Learning dan role playing yaitu model pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah122. Dari segi hubungan dengan siswa dalam konteks kepemimpinan, gaya kepemimpinan yang diterapkan guru PAI di kelas, baik di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah
gaya kepemimpinan yang demokratis. Dalam mengambil keputusan, guru lebih menyerahkan kepada siswa secara koordinatif. Sedangkan gaya kepemimpinan yang otoriter, cenderung akan menumbuhkan sikap pasif dan agresif tidak nampak selama penelitian ini. Demikian juga dalam interaksi pembelajaran, guru menempatkan diri bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi memberikan kesempatan kepada siswanya untuk melontarkan pendapat atau ide sesuai dengan pengalaman dan kemampuan mereka masing-masing. b. Program Kegiatan Tugas Tersetruktur (Pembelajaran Ekstrakurikuler) Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler berupa bimbingan Baca Tulis Al-Quran (BTA) di SMA Islam Sudirman Ambarawa dibina oleh guru agama Islam dari kelas yang berbeda. Ini menarik karena jika diajarkan oleh guru agama di kelasnya bisa menimbulkan kebosanan. Maka Pak Khanif yang dipercaya membimbing ekstra ini begitu aktif dan bersemangat. Disamping beliau fasih dalam membaca, ide-ide dalam mengajarkannya selalu ada. Dari prosentase kehadiran siswa yang tinggi mengikuti kegiatan ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstra ini disenangi 122
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004..., 137-141
141
anak-anak. Adapun kegiatan ekstra seni baca al-Qur’an (MTQ) diajarkan oleh guru dari luar SMA. Ini mengandung maksud bahwa SMA Islam Sudirman menginginkan bahwa kegiatan ini benar-benar ditangani oleh orang yang ahli dibidangnya. Bukan sekedar melaksanakan program tetapi ada tujuan yang jelas, yaitu siswa mampu membacakan al-Qur’an dengan seni. Adapun kegiatan ekstrakurikuler di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga berupa bimbingan Baca Tulis Al-Quran (BTA) yang dilaksanakan hari Sabtu. Karena pada hari sabtu memang khusus untuk kegiatan ekstra. Dengan demikian waktu pembelajaran lebih leluasa dalam mengaturnya. b. Program Kegiatan Mandiri Tak Tersetruktur (Pembiasaan suasana religius) Fenomena menarik yang dapat disaksikan keseharian di lingkungan SMA Islam Sudirman Ambarawa adalah kegiatan shalat zuhur berjama’ah di masjid. Setiap harinya banyak siswa dari ketiga kelas yang ada dengan tanpa perintah guru mereka berbondong-bondong menuju ke masjid untuk melaksanakan shalat zuhur. Bahkan seusai penulis ikut serta shalat zuhur berjamaah, penulis menyaksikan seorang siswa tampil memberikan kultum. Ini sungguh membanggakan, karena dengan sendirinya dia melatih mental berbicara di hadapan khalayak, juga secara tidak langsung mengingatkan pribadinya untuk menjadi insan yang bertaqwa. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran PAI sebagaimana dijelaskan Nazarudin dalam bukunya berjudul “Manajemen
142
Pembelajaran” mengucapkan
123
.
salam
Pembiasaan setiap
lain
bertemu
yang dilaksanakan guru
maupun
seperti
karyawan
menunjukkan rasa keakraban diantara mereka. Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya merupakan implementasi
dari perintah
Rasulullah saw yang artinya bahwa kebersihan itu bagian dari keimanan seseorang. Demikian juga kebiasaan suasana religius yang lain seperti peringatan hari-hari besar Islam berlangsung dengan baik sesuai sesuai yang diprogramkan sekolah. Hal itu semua merupakan bagian dari proses pembelajaran pendidikan Agama Islam. Sedangkan bentuk pembiasaan suasana religius yang ada di SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah: 1) Budaya berbusana muslimah; 2 Infaq Jum’at; 3) Sholat Dzuhur berjamaah di musholla; 4) Kultum selesai solat Dzuhur berjamaah pada hari Kamis; 5) Menghadiri pengajian dalam rangka Milad Muhammadiyah 6) Penyembelihan hewan kurban pada hari Raya Kurban. Semua kegiatan ini berlangsung sesuai dengan yang diprogramkan sekolah. Adapun kegiatan menghadiri
123
beberapa dimensi yang hendak dituju dalam pembelajaran PAI, yaitu: (1) keimanan siswa terhadap ajaran agama Islam; (2) pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan siswa; (3) penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan siswa dalam menjalankan ajaran agama; (4) pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasikan oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran. : Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islamdi Sekolah Umum, Yogyakarta: Teras, 2007, 13.
143
pengajian dalam rangka Milad Muhammadiyah sifatnya spontanitas, sesuai undangan dari Pengurus cabang Muhammadiyah kota salatiga yang berlaku di semua lembaga pendidikan Muhammadiyah. 3. Pengendalian program pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) Pengendalian terhadap program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kedua SMA tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mengadakan penilaian hasil pembelajaran dan melakukan pengawasan terhadap proses pembelajaran. Perbedaan keduanya terletak pada posisi dan kewenangan masingmasing. Untuk pengawasan terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan di SMA Islam Sudirman Ambarawa dari luar dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarng karena wilayahnya berada di Kabupaten Semaranng, sedangkan pengawasan terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan di SMAMuhammadiyah Salatiga dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Pengendalian intern yang dilakukan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan agama Islam dilakukan oleh kepala sekolah masing-masing, baik secara langsung melalui kunjungan kelas maupun pemeriksaan administrasi. Secara tidak langsung dilakukan oleh wakil kepala sekolah yaitu wakil urusan kurikulum maupun wakil urusan kesiswaan. Pengawasan intern di SMA Islam Sudirman Ambarawa selain dilakukan oleh kepala sekolah juga dilakukan oleh yayasan pusat pendidikan Islam sudirman (Yappiss) Ambarawa secara terus menerus. Hal
144
ini diketahui penulis karena kantor pengurus yayasan menjadi satu dengan kantor SMA Islam Sudirman Ambarawa, yang berada di lantai kedua dari gedung kantor. Sedangkan untuk pengawasan intern yang dilakukan pengurus Yayasan Muhammadiyah dilakukan secara berkala karena pengurus mengambil tempat di luar SMAMuhammadiyah Salatiga. Pengendalian terhadap hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dilakukan oleh guru Agama Islam melalui berbagai bentuk ulangan. Dilihat dari pelaksanaannya perbedaan keduanya terletak pada waktu pelaksanaannya. Pelaksanaan ulangan masing-masing mengacu pada kalender pendidikan yang dibuat oleh kedua SMA tersebut.
145
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan analisa data tentang manajemen program pembelajaran PAI di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan pengembangan program pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga yaitu: a. Perencanaan program kegiatan tatap muka (Intrakurikuler) Perencanaan program pembelajaran intrakurikuler PAI dimulai dengan perencanaan perangkat pembelajaran yang terdiri dari: program tahunan (Prota), program semester (Promes), kajian SK-KD, pemetaan Indikator dan pengebangannya, merumuskan kriteria ketuntasan minimal (KKM), mengembangkan silabus rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan program pembelajaran dikelas berdasarkan kajian SK-KD dan indikator yang ditetapkan dengan berpijak pada Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran PAI yang tertuang dalam PP Nomor 19/ 2005 dan Permendiknas Nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Adapun tehnis pengorganisasiannya dilakukan dengan cara mengajak semua guru melakukan rapat kerja khusus untuk
129
146
mengembangkan program-program pembelajaran, dimulai dengan pemberian orientsi dan pengarahan dari kepala sekolah, dilanjutkan dengan orientasi dari nara sumber; b. Perencanaan ekstrakurikuler PAI yaitu kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an (BTA), Pidato Bahasa Arab, dan Seni Baca Al-Qur’an yang disusun oleh koordinator kurikulum yang sudah dikomunikasikan dengan guru Agama Islam. c. Perencanaan program kegiatan mandiri tak terstruktur dalam bentuk pembinaan Imtaq yaitu pembiasaan suasana religius di lingkungan sekolah disusun oleh guru Agama Islam dengan melibatkan siswa di bawah koordinasi wakil kepala bidang kesiswaan. 2. Pelaksanaan
program pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
dilakukan dalam bentuk: a. Pelaksanaan preogram pembelajaran di kelas oleh guru Agama Islam. Dalam pelaksanaannya guru agama Islam banyak menggunakan metode diskusi . Pengaturan kelas masih satu arah, Evaluasi pembelajaran sudah menyentuh aspek pemahaman, sikap dan perbuatan. b. Pelaksanaan kegiatan ekstra masih mengikuti kurikulum yang berasal dari pemerintah. Belum menampakkan inovasi terhadap kegiatan ekstra. Intensitas
pelaksanan
kegiatan
ekstra
kurikuler
masih
sebatas
menyongsong adanya lomba keagamaan. c. Pelaksanaan pembiasaan suasana religius di sekolah sudah baik. Hal ini tidak lepas dari pengawasan guru, staf kantor dan dari kepala sekolah.
147
3. Pengendalian pengembangan program pembelajaran pendidikan Agama Islam di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga Pengendalian program pembelajaran PAI baik di SMA Islam Sudirman Ambarawa dan SMA Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada garis besarnya dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan dari dalam dan dari luar. Kedua pengawasan ini selalu berlangsung secara rutin dan berjenjang. B. Saran-saran
1. Bagi kepala sekolah dan staf supaya menyatukan visi yang sama dalam seluruh penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang terjadi di sekolah. 2. Untuk guru pendidikan agama Islam (PAI) dalam proses pembelajaran hendaknya selalu melakukan inovasi pembelajaran dan menggunaan multi media. Jika memungkinkan setiap tugas bisa memanfaatkan media elektronik seperti pemanfaatan IT (jaringan Internet), karena di sekolah sudah ada jaringan tersebut. 3. Model pembelajaran yang efektif, kultur sekolah, pembiasaan hal positif yang terbangun baik selama ini di lingkungan sekolah, sedapat mungkin dipertahankan dan dikembangkan terus menerus. 4. Perhatian lebih serius dan penghargaan atas keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler kagamaan terus ditingkatkan.
148
5. Keteladanan spiritual dari para guru PAI dan juga semua guru dan kepala sekolah perlu lebih digalakkan, terutama dalam mewujudkan tertib shalat.
149
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur. Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren, Disertasi, PPs UM, Malang, 2008. Arikunto , Suharsimi. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenadata Putra Grafika, 2007. Connolly, Peter, ed, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002 Djam’an & Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidika. Jakarta: Grasindo, 2006. Djohar, MS. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya. Yogyakarta: CV. Grafika Indah, 2006. Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan.Jakarta : Ruhama, 2001. Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004, Jakarta : Rancang Grafis, 2003. Dokumen SMA Islam Sudirman Ambarawa, Profil, Program Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah 2013/2014. Dokumen SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, Profil, Program Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah 2013/2014. Fattah, N. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Firdausi, Aini. Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi Multi Kasus pada MIN Malang,Tesis, PPs Universitas Negeri Malang, 2009. G.R.,Terry. Principles of Management (3rd ed.). (Homewood IL: Richard D. Irwin, INC, 1997.
150
Hersey, P. dan Blanchard K.. Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing Human resources, (4th ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall, INC, 1982. http://smaissuda.sch.id/tentang-kami/sejarah. (03/05/14)
IKIP Jakarta. Memperluas Cakrawala Penelitian Ilmiah. Jakarta: IKIP Jakarta, 1988. Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Pustaka Rasail Cet.I, 2008. K. Yin, Robert. Case Study Research: Design and Methods. Terjemahan M. Djauzi, Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Komarudin. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003. Tesis, PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004. Lincoln, Y. S., & Guba, Egon. Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage Publication, Inc., 1985. Khaeruddin, Mahfud junaidi. Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan. Jogjakarta: Pilar Media, 2007. Makmun, Abin Syamsudi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosdakarya, 2002. Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2004. Muhaimin, Abdul Ghafur, Nur Ali Rahman. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media, 1996. Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Persada, 2009. Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah . Jakarta: Kencana, 2009. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya, 2002.
151
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Persada, 2009. Muhamin. Rekonstruksi Pendidikan Islam dari paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Miles, M.B & Huberman A. Maichel. Qualitative Data Analysis, London: Sage Publications, 1984. Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Nazarudin. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2007. Majid,Abdul, Dian Andayani. Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003. Mujtahid. Pengembangan Profesi Guru, Malang : UIN-Malang Press, 2009. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta: Teras, 2007. Uno, B., Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar yang Kreatif dan Efekti. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Uno,B., Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang standar proses. PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1). Rahman, Fatur. Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah dan Pondok Pesantren, Tesis, PPs UIN Malang, 2008. Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006.
152
Sagala, Syaiful. 2005.
Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta,
Satori, Djam’an. Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Pen. Alfabeta, 2012. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: CV. Rajawali, 1986. Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, : Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta: Pustaka Bani Quraisy, 2004 Sutopo, Administrasi Manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998. Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum teaching, 2015, 110. Syamsudduha. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Graha Guru, 2004. Strauss, Anselm. Basic of Qualitative Research: Grounded Teory Prosedures and Techniques, Terjemahan Mohammad, Sodiq et.all. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Tehnik-tehnik Teorisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2008. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Sukidin. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005. Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta 2000. Syaodih, Nana. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
153
Syarkawi, Pembentukan kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Sjarkawi. Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Tafsir, Ahmad. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan Agama Islam, Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1997. Tjetjep R.R., Analisis Data Kualitatif, Terjemahan. Jakarta: UI-Press, 1992. Thoha, Chabib. Kapita Selekta PendidikanAgama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Toha, M. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali Press, 1999 Usman Husain, Manajemen Prinsip dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Usman,Husain. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Yamin, Martinis. Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada press, 2006. Yesim Ozbarlas. Perspektives on Multicultural Education: Case Studies of a Jerman and American Female Minority Teache. A Desertation, not Published Atlanta: The College of Education in Georgia State Univercity, 2008. Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Belajar Agama “ Perspektif Agama Islam”, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Zuruiyah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
154
BIOGRAFI PENULIS AMIN MURTADLO Lahir di Dukuh Muteran RT 26 RW 09, Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang pada tanggal 16 Mei 1968. Anak keempat dari tiga bersaudara, terlahir dari pasangan Mohammad Akhiyat dan Muntamah. Pada tahun 1999 menikah dengan Retno Yuliastuti, dikaruniai oleh Allah Swt tiga anak laki-laki yakni Ali Hanafi Asnan Lahir tahun 2000, Muhammad Farhan A. Lahir tahun 2006, dan Luqman al Hakim lahir tahun 2008. Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar Sruwen I lulus tahun 1982, melanjutkan ke SMP Negeri I Tengaran lulus tahun 1985. Selama belajar di tingkat dasar sampai dengan lanjutan menambah pengetahuan keagamaan di Madrasah Diniyah Awaliyah Muteran sruwen lulus tahun 1982. Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri Tengaran lulus tahun 1988. Setelah lulus dari SMA melanjutkan kuliah di IAIN Walisongo Semarang Jurusan tarbiyah, yang waktu itu berada di Salatiga. Lulus IAIN Walisongo Semarang tahun 1993 dengan Dekan waktu itu Bapak Drs. Noerhadi Djamal. Setelah berhasil meraih gelar kesarjanaan berusaha mengabdikan ilmu deng an wiyata selama satu tahun yaitu di SMP Negeri 2 Bawen. Alhamdulillah atas Rahmat Allah Swt dan berkat do’a kedua orang tua penulis berhasil lulus dalam seleksi CPNS pada tahun 1995. Pekerjaan penulis adalah guru MI Negeri Ambarawa dari tahun 1999 sampai dengan 2009. Tahun 2010 diamanati pemerintah tugas tambahan sebagai kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri Ambarawa hingga sekarang ini.
155
Selama menjadi PNS mendapat berbagai pelatihan dibidang pendidikan maupun keuangan, baik dari Dinas pendidikan dan kebudayaan maupun dari Kementerian Agama.
156
157
158
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Nur. Manajemen Pengembangan Kurikulum SMK di Lingkungan Pesantren, Disertasi, PPs UM, Malang, 2008. Arikunto , Suharsimi. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenadata Putra Grafika, 2007. Connolly, Peter, ed, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta: Lkis, 2002 Djam’an, S. & Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2012. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidika. Jakarta: Grasindo, 2006. Djohar, MS. Guru, Pendidikan dan Pembinaannya. Yogyakarta: CV. Grafika Indah, 2006. Daradjat, Zakiah. Remaja Harapan dan Tantangan.Jakarta : Ruhama, 2001. Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Kurikulum 2004, Jakarta : Rancang Grafis, 2003. Dokumen SMA Islam Sudirman Ambarawa, Profil, Program Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah 2013/2014. Dokumen SMA Muhammadiyah Plus Salatiga, Profil, Program Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah 2013/2014. Fattah, N. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999. Firdausi, Aini. Manajemen Pembelajaran Sekolah Unggulan Studi Multi Kasus pada MIN Malang,Tesis, PPs Universitas Negeri Malang, 2009. G.R.,Terry. Principles of Management (3rd ed.). (Homewood IL: Richard D. Irwin, INC, 1997.
159
Hersey, P. dan Blanchard K.. Management of Organizatioanal Behavior: Utilizing Human resources, (4th ed.), (Englewood Cliffs, New Jersey: Printice Hall, INC, 1982. http://smaissuda.sch.id/tentang-kami/sejarah. (03/05/14) IKIP Jakarta. Memperluas Cakrawala Penelitian Ilmiah. Jakarta: IKIP Jakarta, 1988. Ismail. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Pustaka Rasail Cet.I, 2008. K. Yin, Robert. Case Study Research: Design and Methods. Terjemahan M. Djauzi, Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Komarudin. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di SMP 2 Delanggu Tahun Ajaran 2002/2003. Tesis, PPs UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004. Lincoln, Y. S., & Guba, Egon. Naturalistic inquiry. Beverly Hills, CA: Sage Publication, Inc., 1985. Khaeruddin, Mahfud junaidi. Kuriklum Tingkat Satuan Pendidkan. Jogjakarta: Pilar Media, 2007. Makmun, Abin Syamsudi. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosdakarya, 2002. Megawangi, Ratna. Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Membangun Bangsa. Bogor: Indonesia Heritage Foundation, 2004. Muhaimin, Abdul Ghafur, Nur Ali Rahman. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media, 1996. Muhaimin, Suti’ah, Prabowo, L.S. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Rajawali Persada, 2009. Muhaimin, Sutiah, Prabowo, L. S. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah . Jakarta: Kencana, 2009. Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: Rosdakarya, 2002.
160
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Persada, 2009. Muhamin. Rekonstruksi Pendidikan Islam dari paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Miles, M.B & Huberman A. Maichel. Qualitative Data Analysis, London: Sage Publications, 1984. Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Nazarudin. Manajemen Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2007. Majid,Abdul, Dian Andayani. Pendidikan Agama Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006. Muhajir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003. Mujtahid. Pengembangan Profesi Guru, Malang : UIN-Malang Press, 2009. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran: Implementasi Konsep, Karakteristik dan metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Yogyakarta: Teras, 2007. Uno, B., Hamzah, Model Pembelajaran; menciptakan Proses Belajar mengajar yang Kreatif dan Efekti. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Uno,B., Hamzah. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Permendiknas RI nomor 52 tahun 2008 tentang standar proses. PP. N0.19 tahun 2005, pasal 19 ( ayat 1). Rahman, Fatur. Manajemen Mutu dalam Pengembangan Profesionalisme Guru Madrasah dan Pondok Pesantren, Tesis, PPs UIN Malang, 2008. Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media, 2006.
161
Sagala, Syaiful. 2005.
Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta,
Satori, Djam’an. Komariah.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Pen. Alfabeta, 2012. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Sebuah Pendekatan Evaluatif, Jakarta: CV. Rajawali, 1986. Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah: Konsep, : Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta: Pustaka Bani Quraisy, 2004 Sutopo, Administrasi Manajemen Organisasi, Jakarta: LAN RI, 1998. Syafarudin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Quantum teaching, 2015, 110. Syamsudduha. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Graha Guru, 2004. Strauss, Anselm. Basic of Qualitative Research: Grounded Teory Prosedures and Techniques, Terjemahan Mohammad, Sodiq et.all. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Tehnik-tehnik Teorisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2008. Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Sukidin. Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia, 2005. Suprayogo, Imam. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta 2000. Syaodih, Nana. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
162
Syarkawi, Pembentukan kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Jati Diri, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Sjarkawi. Pembentukkan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Tafsir, Ahmad. Berbagai Permasalahan Dalam Pendidikan Agama Islam, Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1997. Tjetjep R.R., Analisis Data Kualitatif, Terjemahan. Jakarta: UI-Press, 1992. Thoha, Chabib. Kapita Selekta PendidikanAgama Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Toha, M. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta: Rajawali Press, 1999 Usman Husain, Manajemen Prinsip dan Instrumen, Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Usman,Husain. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Yamin, Martinis. Sertifikasi profesi keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada press, 2006. Yesim Ozbarlas. Perspektives on Multicultural Education: Case Studies of a Jerman and American Female Minority Teache. A Desertation, not Published Atlanta: The College of Education in Georgia State Univercity, 2008. Yusuf LN, Syamsu. Psikologi Belajar Agama “ Perspektif Agama Islam”, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005. Zuruiyah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
163
164
165
166
167
Daftar Pertanyaan Wawancara Topik
: Manajemen Program pembelajaran PAI
Nara sumber : Kepala Sekolah Pertanyaan
:
1. Bagaimana gambaran umum SMA .... tentang letak, sejarah berdirinya, pendiri yayasan. Visi misi, tujuan, struktur organisasi, pembagian tugas guru, keadaan jumlah guru, karyawan dan siswa, serta sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran? 2. Apa yang Bapak lakukan pada awal tahun pelajaran dan menjelang berakhirnya tahun pelajaran ? 3. Langkah-langkah
apa
saja
yang
diambil
kepala
sekolah
dalam
mengembangkan program pembelajaran tersebut. 4. Siapa saja yang terlibat dalam perumusan dan perencanaan program pembelajaran di sekolah. 5. Apa saja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran di sekolah ? 6. Apa saja faktor pendukung terhadap keberhasilan monitoring seluruh proses pembelajaran di sekolah?
168
169
170
Daftar Pertanyaan Wawancara Topik
: Pengelolaan Kurikulum
Nara sumber : Wa. Ka. Kurikulum Pertanyaan
:
1. Menurut
Bapak/Ibu...,apakah
guru
harus
menyusun
program
pembelajaran? 2. Penyusunan program pembelajaran meliputi apa saja? 3. Mengapa penyusunan harus lebih awal? 4. Bagaiaman proses penyusunan program pembelajarannya? 5. Menurut Bapak/Ibu ... program apa saja yang harusnya disusun oleh guru ? 6. Menurut Bapak/ Ibu ...bagaimana pelaksanaan program pembelajarannya ? 7. Apakah Bp/Ibu pernah melihat atau ada tamu yang memonitor pelaksanaan program pembelajaran? 8. Bagaimana dengan peran kepala sekolah dalam hal monitoring?
171
Daftar Pertanyaan Wawancara Topik
: Pengelolaan Kurikulum
Nara sumber : Wa. Ka. Urusan Kesiswaan Pertanyaan
:
1. Perencanaan seperti apa agar eskul PAI di sekolah Bp/Ibu berjalan dengan baik? 2. Ektra kurikuler apa yang ada di sekolah Bapak/Ibu? 3. Mengapa penyusunan harus lebih awal? 4. Bagaiaman pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu? 5. Bagaimana dengan pengaturan waktu eskul di sekolah Bapak/Ibu? 6. Menurut Bapak/ Ibu ...bagaimana pelaksanaan program pembelajarannya ? 7. Apakah Bp/Ibu pernah melihat atau ada tamu yang memonitor pelaksanaan program pembelajaran? 8. Bagaimana dengan peran kepala sekolah dalam hal monitoring?
172
Daftar Pertanyaan Wawancara Topik
: Pengelolaan Pembelajaran
Nara sumber : Guru Pertanyaan
:
1. Apakah
sekolah
Bapak/Ibu
mengharuskan
menyusun
program
pembelajaran PAI ? 2. Penyusunan program pembelajaran meliputi apa saja? 3. Kapan penyusunan program pembelajaran PAI dilaksanakan? 4. Apa yang Bp/Ibu persiapkan ketika mau mengajar di kelas? 5. Bagaimana tanggapan anak-anak terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas? 6. Bagaimana bentuk evaluasinya ? 7. Bagaimana juga dengan kegiatan pembelajaran di luar kelas? 8. Bentuk peran apa yang dilakukan kepala sekolah terhadap program bapak/Ibu?
173
Daftar Pertanyaan Wawancara Topik
: Kegiatan Eskul PAI di SMA
Nara sumber : Pembina Eskul PAI Pertanyaan
:
1. Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini berjalan dengan baik ? 2. Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu? 3. Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu ? 4. Bagaimana pengendalian terhadap pelaksanaan eskul yang diprogramkan di sekolah ini ? 5. Apa harapan dan tujuan pihak sekolah terhadap eskul yang Bapak/Ibu terapkan ? 6. Apa bentuk dukungan yang bisa Bapak/Ibu berikan demi keberhasilan eskul di sekolah ?
174
Daftar Pertanyaan Wawancara Topik
: Pelaksanaan Pembelajaran di dalam dan di luar Sekolah
Nara sumber : Siswa Pertanyaan
:
1. Apakah kamu senang sekolah di sini ? 2. Apa yang membuat kamu senang sekolah di sini ? 3. Mata pelajaran apa yang kamu sukai di sekolah ini ? 4. Selain diajarkan mata pelajaran umum tentu kamu diajarkan pelajaran Agama. Bentuk kegiatan seperti apa yang mendukung mata pelajaran agama yang diajarkan di sekolah ini? 5. Bagaimana kegiatan ibadah yang dilaksanakan dan dibiasakan di sekolah ? 6. Apakah di sekolahmu ada tambahan pelajaran ekstra kurikuler ? Kalau ada ekstra apa yang kamu ikuti ? 7. Jam berapa pelajaran dimulai dan jam berapa pula kamu pulang sekolah ?
175
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Rabu , 24 Juli 2013
Tempat
: Ruang kepala sekolah
Pukul
: 08.30 WIB
Narasumber
: Ibu Dian Indrihartani, S.Sos., M.Pd
Topik
: Manajemen Program Pembelajaran PAI
Peneliti
:
Bagaimana gambaran umum SMA Muhammadiyah Salatiga tentang letak, sejarah berdirinya, pendiri yayasan. Visi misi, tujuan, keadaan jumlah guru, karyawan dan siswa, serta sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran?
Narasumber : SMA Muhammadiyah Salatiga didirikan tahun 1976. Letaknya di Jalan KH Ahmad Dahlan No 1 Salatiga Nomor 1, Soka, RT 03 / RW 06, Kelurahan Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, 500 meter dari Jalan Raya Solo – Semarang. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah SMA Swasta Islam di Salatiga. sepengetahuan saya,
sekolah
ini
didirikan
oleh
para
pengurus
Yayasan
Muhammadiyah di Salatiga.Visi SMA Muhammadiyah Salatiga adalah ”Berkarakter, kreatif, dan berprestasi”. Adapun misi SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga adalah: 1. Mengembangkan potensi keberagamaan/keislaman, karakter dan moralitas peserta didik serta warga sekolah. 2. Melaksanakan
pembelajaran
yang
mendorong
munculnya
kreativitas dan berkembangnya dan berkembangnya totalitas peserta didik. 3. Menumbuhkan semangat berprestasi pada warga sekolah.
176
4. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan, akrab, dan berpartisipatif. Adapun tujuannya adalah : a. Menghasilkan lulusan yang memiliki landasan agama, karakter, dan moralitas yang kuat. b. Memberikan dasar kemampuan akademik yang tinggi pada peserta didik untuk melanjutkan ke perguruan tinggi unggulan. c. Mengantarkan peserta didik menemukan potensi unik (bakat dan minat) yang dimiliki untuk dikembangkan secara optimal. d. Membekali ketrampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mengembangkan diri secara mandiri. Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 31 orang, terdiri atas guru 25 orang, karyawan tata usaha 3 Orang, pesuruh 2 orang dan SATPAM 1 orang. Jumlah peserta didik pada tahun 2013/2014 seluruhnya berjumlah 128 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta didik di kelas X ada 3 rombongan belajar. Peserta didik di kelas XI ada 2 rombongan belajar yaitu program IPA satu rombongan belajar, program IPS satu rombongan belajar. Sedangkan peserta didik di kelas XII ada sebanyak 3 rombongan belajar yaitu program IPA satu rombongan belajar, program IPS satu rombongan belajar dan program BAHASA satu rombongan belajar. Peneliti
: Apa yang Ibu lakukan pada awal tahun pelajaran dan menjelang tahun pelajaran ?
Narasumber
: Ya , tentu membuat perencanaan. Biasanya Semua guru dan wakil
kurikulum
mengadakan
rapat
telaah
kurikulum.
Selanjutnya masing-masing guru menyusun perancanaan pembelajaran untuk satu tahun kedepan. Selanjutnya pada akhir tahun pelajaran, biasanya seusai pembagian rapor semua
177
guru dan karyawan saya undang dalam rapar evaluasi. Wakil kepala sekolah kita evaluasi kinerja dan hasil capaian kerjanya. Untuk guru kita evaluasi mulai perencanaan berupa perangkat administrasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas sampai evaluasinya. Peneliti
: Langkah-langkah apa saja yang diambil kepala sekolah dalam mengembangkan program pembelajaran ?
Narasumber
: Saya selaku kepala sekolah menginginkan semua proses pembelajaran berlangsung dengan tertib dan aman. Maka langkah saya yang pertama memerintahkan wakil kurikulum bidang
sarana
menyiapkan
bahan
memerintahkan guru untuk segera
pembelajaran
dan
menyusun program
pembelajaran beserta dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Langkah selanjutnya melakukan pengawasan berkala. Peneliti
: Siapa saja yang terlibat dalam perumusan dan perencanaan program pembelajaran di sekolah?
Narasumber
: Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan yang ada, seperti: Pejabat struktural/ fungsional dinas pendidikan Kota; Komite sekolah; Staf Kantor, dan tentunya Guru.
Peneliti
: Apa saja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran di sekolah?
Narasumber
: Ada tiga kriteria yaitu, pertama perencanaan yang baik dan pelaksanaan
yang
maksimal,
dan
monitoring
yang
berkelanjutan. Peneliti
: Apa saja faktor yang mendukung terhadap keberhasilan monitoring seluruh proses pembelajaran di sekolah?
Narasumber
: Kerjasama semua pihak dalam melakukan monitoring dan saling memahami tugas pokok dan fungsi di antara kepala, Staf Kantor, dan guru, dan siswa.
178
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Senin , 22 Juli 2013
Tempat
: Ruang kepala sekolah
Pukul
: 08.30 WIB
Narasumber
: Bapak Riyanto, B.A
Topik
: Manajemen Program Pembelajaran PAI
Peneliti
:
Bagaimana
gambaran
umum
SMA
Islam
sudirman
Ambarawa tentang letak, sejarah berdirinya, pendiri yayasan. Visi misi, tujuan, keadaan jumlah guru, karyawan dan siswa, serta sarana prasarana dalam menunjang pembelajaran? Narasumber : SMA Islam Sudirman ambarawa didirikan pada tanggal 1 Desember 1977 oleh Yayasan Islamic Center Sudirman GUPPI, kemudian nama yayasan berganti menjadi Yayasan Pusat Pendidikan Islam Sudirman (Yappis) Ambarawa. Letaknya di Jalan Jendral Sudirman No. 2.A Ambarawa, Dukuh Kupang, Kecamatan Ambarawa, 500 meter dari Kantor Kecamatan Ambarawa. Sekolah ini merupakan satu-satunya
sekolah
SMA
Swasta
Islam
di
Ambarawa.
Sepengetahuan saya, pengurus Yappis waktu itu a.l: Bp. K.H Mohammad mansur, yang kala itu menjabat di Dirjen Pendis Depag Pusat Jakarta, Drs. Harun Rosyidi (Ketua Pengadilan Agama Semarang, bapak Moh Amin Hambali (Kasi Urais Depag Kab. Semarang, Bapak H. Subiono(Apoteker Pemda Kab. Semarang), dan Bapak adalah beliau yang masih menjabat sebagai pengurus yayasan. Amin syamsuri Salatiga.Visi SMA Islam Sudirman Ambarawa adalah ”terwujudnya pribadi yang Islami, berjiwa Pancasila, cerdas, mandiri dan berwawasan global”.
179
Adapun misi SMA Muhammadiyah (Plus) salatiga adalah: 1. Mewujudkan peserta didik yang Ilami, berjiwa Pancasila, berpikit kritis, dan kreatif. 2. Membekali peserta didik dengan keilmuan, ketrampilan, dan kewirausahaan. 3. Membina peserta didik agar memanfaatkan potensi diri . Adapun tujuannya adalah : 1. Diperolehnya rata-rat ujian nasional dan ujian sekolah pada tingkat minimum 75. 2. Meraih kejuaraan dalam lomba bidang akademis dan non akademis 3. Membentuk kepribadian anak berasaskan ahlu sunnah wal jama’ah. .
Jumlah seluruh personil sekolah ada 45 orang, terdiri atas
guru Guru Tetap Yayasan 22 orang, karyawan Tetap 7 Orang, Guru Tidak tetap 19 orang dan karyawan Tidak Tetap 7 orang. Jumlah peserta didik pada tahun 2013/2014 untuk kelas X berjumlah 240 orang, untuk kelas XI berjumlah 203 orang, dan untuk kelas XII berjumlah 250 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Kelas X IPA ada 3 Rombel, Kelas X IPS ada 3 Rombel, Kelas X Bahasa ada 2 Rombel. Untuk kelas Kelas XI IPA ada 2 Rombel, Kelas XI IPS ada 4 Rombel, Kelas XI Bahasa ada 1 Rombel. Sedangkan Kelas XII IPA ada 2 Rombel, Kelas XII IPS ada 4 Rombel, Kelas XII Bahasa ada 2 Rombel,. Peneliti
: Apa yang Bapak lakukan pada awal tahun pelajaran dan menjelang tahun pelajaran ?
Narasumber
: Menurut saya tentu membuat perencanaan. Biasanya Semua guru dan wakil kurikulum mengadakan rapat telaah kurikulum. Selanjutnya masing-masing guru menyusun perancanaan
180
pembelajaran untuk satu tahun ke depan. Selanjutnya pada akhir tahun pelajaran, biasanya seusai pembagian rapor semua guru dan karyawan saya undang dalam rapar evaluasi. Wakil kepala sekolah kita evaluasi kinerja dan hasil capaian kerjanya. Untuk guru kita evaluasi mulai perencanaan berupa perangkat administrasi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas dan di luar kelas sampai evaluasinya. Peneliti
: Langkah-langkah apa saja yang diambil kepala sekolah dalam mengembangkan program pembelajaran ?
Narasumber
: Saya selaku kepala sekolah menginginkan semua proses pembelajaran berlangsung dengan tertib dan aman. Maka langkah saya yang pertama memerintahkan semua karyawan melaksanakan tupoksinya dan memerintahkan guru untuk segera
menyusun
program
pembelajaran
beserta
dan
melaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Langkah selanjutnya melakukan pengawasan secara intern dan ekstern. Peneliti
: Siapa saja yang terlibat dalam perumusan dan perencanaan program pembelajaran di sekolah?
Narasumber
: Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan yang ada, seperti: dinas pendidikan Kota; Komite sekolah; Staf Kantor, dan tentunya Guru.
Peneliti
: Apa saja yang digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran di sekolah?
Narasumber
: Ada tiga kriteria yaitu, pertama perencanaan yang baik dan pelaksanaan
yang
maksimal,
dan
monitoring
yang
berkelanjutan. Peneliti
: Apa saja faktor yang mendukung terhadap keberhasilan monitoring seluruh proses pembelajaran di sekolah?
Narasumber
: Kerjasama semua pihak dalam melakukan monitoring dan saling memahami tugas pokok dan fungsi di antara kepala, Staf Kantor, dan guru, dan siswa.
181
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Kamis, 25 Juli 2013
Tempat
: Ruang tamu
Pukul
: 09.30 WIB
Narasumber
: Rahmi Siti S
Topik
: Perencanaan dan pelaksanaan Program Pembelajaran PAI
Peneliti
: Menurut Bapak/Ibu...,apakah guru harus menyusun program pembelajaran?
Narasumber : Ya, pasti Pak. Karena guru tidak hanya mengajar tetapi juga merencanakan pembelajaran. Peneliti
: Penyusunan program pembelajaran meliputi apa saja ?
Narasumber : program pembelajaran Intra, ekstra dan program mandiri tak tersetruktur, bentuknya pembiasaan diri. Peneliti
: Mengapa penyusunan harus lebih awal?
Narasumber : Ya,
karena
biar
guru
tidak
disibukkan
membuat
administrasi padahal dia harus mengajar saat itu. Dengan kata lain biar guru fokus dalam mengajar. Peneliti
: Menurut Ibu, program apa saja yang harus disusun oleh guru?
Narasumber :
Wah, banyak sekali. Penyusunan program itu meliputi; pengembangan silabus dan sistem penilaian, prota, promes, pemetaan materi, KKM, dan RPP.
Peneliti
: Bagaimana pelaksanaan program pembelajarannya?
Narasumber : Alhamdulillah para guru melaksanakan dengan baik, penuh tanggung jawab. Peneliti
: Apakah pernah ibu melihat atau ada tamu yang memonitir pelaksanaan program pembelajaran?
182
Narasumber : Ya sering, kan ada buku tamunya. Biasanya pejabat atau pengawas
jika
memonitor
pelaksanaan
ujian
selalu
menuliskan maksud kunjungannya. Kalau pengurus yayasan selalu hadir karena beliau ada kewajiban absen juga. Peneliti
: Bagaimana dengan peran kepala sekolah dalam hal monitoring?
Narasumber : Justru monitoring ini berlangsung dengan baik, kuncinya ada di kepala sekolah. Maksudnya monitoring akan berlangsung
dengan
baik
jika
melaksanakan monitoring dengan baik.
kepala
sekolahnya
183
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Selasa, 20 Agustus 2013
Tempat
: Ruang tamu
Pukul
: 09.30 WIB
Narasumber
: Nur Hadi, S/Ag
Topik
: Pengelolaan Pembelajaran
Peneliti
:
Apakah sekolah Bapak/Ibu mengharuskan menyusun program pembelajaran PAI ?
Narasumber : ya, karena beliau selalu mengajak kepada seluruh guru dan karyawan dalam rapat penyusunan kurikulum, termasuk juga guru diminta menyusun perangkat pembelajarannya.. Peneliti
: Penyusunan program pembelajaran yang Bapak / Ibu lakukan meliputi apa saja?
Narasumber : Saya menyusun mulai dari pengembangan silabus dan penilaian, dilanjutkan dengan prota, promes, RPP, KKM, Analisa Alokasi waktu. Prota, promes, Analisa Alokasi Waktu mengacu pada kalender akademik yang berlaku. Peneliti
: Kapan penyusunan program pembelajaran PAI dilakukan Bapak/Ibu?
Narasumber : Ibu kepala Sekolah mengharuskan semua guru sebelum masuk tahun pelajaran baru sudah selesai. Oleh karena itu liburan sekolah anak dimanfaatkan untuk menyusun perangkat pembelajaran. Peneliti
: Apa yang Bapak/Ibu persiapkan ketika mau mengajar di kelas?
Narasumber : pertama perangkat pembelajaran itu kita persiapkan terlebih dahulu di kelas. Malam harinya sebelum pelaksanaan pembelajaran saya mempelajari materi dan mencari bahan
184
lain untuk pendalaman materi. Berikutnya mempersiapkan bentuk evaluasinya. Ya, itu yang saya lakukan. Peneliti
: Bagaimana tanggapan anak-anak terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas?
Narasumber : Anak-anak sangat senang. Bahkan merasa waktunya kurang untuk diskusi kelompok. Peneliti
: Bagaimana bentuk evaluasinya ?
Narasumber : Tergantung
materinya.
Jika
menuntut
penilaian
pengetahuan saya membuat soal tes tertulis. Jika nilai sikap dan perbuatan, ya tinggal kita nilai penampilannya dan sikap dia saat pembelajara. Untuk sikap saya sudah menyusun skala sikapnya. Peneliti
: Bagaimana dengan kegiatan pembelajaran PAI di luar kelas?
Narasumber : Pembelajaran di luar kelas ada dua, yang tersetruktur yaitu bimbingan Baca Tulis Al-qur’an (BTA) kita sudah ada aturannya, tinggal melaksanakan. Adapun waktunya sudah direncanakan oleh waka kurikulum. Kegiatan pembelajaran di luar kelas yang lain adalah pembiasan religius, seperti shalat berjamaa’ah zuhur, pengajian dalam peringatan hari besar Islam, dll. Peneliti
: Bentuk peran apa yang dimainkan kepala sekolah terhadap program Bapak/ibu buat?
Narasumber : Kepala sekolah selalu memonitor terhadap administrasi guru, karena setiap administrasi harus ditandatangani beliau. Beliau terkadang mengunjungi kelas, mungkin memastikan saya mengajar.
185
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Sabtu, 22 Agustus 2013
Tempat
: di Ruang Tamu
Pukul
: 09.30 WIB
Narasumber
: Khanifudin, S.Hi
Topik
: Pelaksanaan Ekstrakurikuler di Sekolah
Peneliti
:
Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini berjalan dengan baik ?
Narasumber : Biasanya, begitu masuk tahunpelajaran baru kira-kira satu bulan, saya segera menyusun jadwal kegiatan eskul. Karena pada bulan jumlah siswa tetap sedah ada. Selanjutnya saya juga menyiapkan materi yang akan diajarkan untuk satu tahun ke depan. Peneliti
:
Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber
: bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an, Khitobah, dan seni baca Al-Qur’an biasanya orang menyebut MTQ. Untuk MTQ ada pembimbing dari luar, yaitu Pak Sofiullah. Beliau kebetulan rumahnya tidak jauh dari SMA ini.
Peneliti
:
Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber
: Alhamdulillah setiap eskul agama diselenggarakan banyak anak yang mengikuti. Hal ini dapat dilihat dari absen kehadirannya. Jika ada yang tidak hadir, hanya satu dua anak. Itu wajar. Namanya saja kegiatan skstra.
Peneliti
:
Apa harapan dan tujuan pihak sekolah terhadap eskul yang Bapak/Ibu terapkan ?
Narasumber :
Harapannya
selain
berlangsung
dengan
rutin,
bisa
meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an siswa. Hal ini juga membantu guru agama Islam dalam pelajaran agama.
186
Peneliti
:
Bagaimana pengendalian terhadap pelaksanaan eskul yang diprogramkan di sekolah ini?
Narasumber
:
Kepala sekolah meminta saya menunjukkan daftar absen kehadiran
sisswa
dan
menanyakan
tanggapan
anak
mengenai pelaksanaan BTA. Peneliti
:
Apa bentuk dukungan yang bisa Bapak/Ibu berikan demi keberhasilan eskul di sekolah?
Narasumber :
Menurut saya, kedisiplinan dalam melaksanakan eskul itu yang utama. Selain itu meotivasi siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran. Dan mengikutkan siswa dalam kegiatan lomba keagamaan.
187
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Sabtu, 22 Agustus 2013
Tempat
: di Ruang Tamu
Pukul
: 09.30 WIB
Narasumber
: Drs. Joko Pujiyanto
Topik
: Perencanaan Urusan Kesiswaan
Peneliti
:
Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini berjalan dengan baik ?
Narasumber :
Biasanya, begitu masuk tahun pelajaran baru kira-kira satu bulan, saya segera memerintahkan Guru Agama untuk menyusun jadwal kegiatan eskul. Karena pada bulan tersebut jumlah siswa tetap sudah ada. Termasuk juga menyiapkan materi yang akan diajarkan untuk satu tahun ke depan.
Peneliti
:
Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu? : bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an, Khitobah, dan seni baca
Narasumber
Al-Qur’an biasanya orang menyebut MTQ. Peneliti
:
Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber
: Alhamdulillah setiap eskul agama diselenggarakan banyak anak yang mengikuti. Hal ini dapat dilihat dari absen kehadirannya. Jika ada yang tidak hadir, hanya satu dua anak. Itu wajar. Namanya saja kegiatan skstra.
Peneliti
:
Karena siswanya banyak bagaimana pengaturan waktunya eskul yang Bapak/Ibu di SMA ini ?
Narasumber :
Kami mengaturnya dalam empat hari, yaitu mulai Senin hingga Kamis
188
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Sabtu, 20 Agustus 2013
Tempat
: di Ruang Tamu
Pukul
: 09.30 WIB
Narasumber
: Dra. Suratilah
Topik
: Perencanaan Urusan Kesiswaan
Peneliti
:
Perencanaan seperti apa agar Eskul PAI di sekolah ini berjalan dengan baik ?
Narasumber :
Biasanya, begitu masuk tahun pelajaran baru kira-kira satu bulan, saya segera memerintahkan Guru Agama untuk menyusun jadwal kegiatan eskul. Karena pada bulan tersebut jumlah siswa tetap sudah ada. Termasuk juga menyiapkan materi yang akan diajarkan untuk satu tahun ke depan.
Peneliti
:
Narasumber
Eskul apa saja yang ada di sekolah Bapak/Ibu? : Di SMA Muhammadiyah kegiatan ekstrakurikulernya adalah bimbingan Baca Tulis Al-Qur’an.
Peneliti
:
Bagaimana pelaksanaan eskul yang diterapkan di sekolah Bapak/Ibu?
Narasumber
: Alhamdulillah setiap eskul agama diselenggarakan banyak anak yang mengikuti. Meskipun pelaksanaan diserahkan guru PAI tetapi tetap mengacu pada kurikulum yang ada.
Peneliti
:
Bagaimana pengaturan waktun eskul yang Bapak/Ibu di SMA ini ?
Narasumber :
Kami mengaturnya hanya satu hari, yaitu di hari Sabtu. Karena
pada
hari
ini
khusus
untuk
ekstra
dan
pengembangan diri Peneliti
:
Bagaimana pengendalian terhadap pelaksanaan eskul yang diprogramkan di sekolah ini?
189
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Senin, 20 Agustus 2013
Tempat
: Ruang Tamu
Pukul
: 09.30 WIB
Narasumber
: Annisa, Nova asvani
Topik
: Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah
Peneliti
:
Narasumber : Peneliti
Apakah kamu senang sekolah di sini ? ya senang sekali.
:
Apa yang membuat kamu senang sekolah di sini ?
Narasumber
:
gurunya menyenangkan,
Peneliti
:
Mata pelajaran apa yang kamu sukai di sekolah ini ?
Narasumber
:
semua saya suka
Peneliti
:
Selain diajarkan mata pelajaran umum tentu kamu diajarkan pelajaran Agama. Bentuk kegiatan seperti apa yang mendukung mata pelajaran agama yang diajarkan di sekolah ini?
Narasumber :
banyak, ada BTA, MTQ, Khitobah, dll.
Peneliti
Bagaimana
:
kegiatan ibadah
dibiasakan di sekolah ?
yang dilaksanakan
dan
190
Narasumber
:
Salat duhur berjamaah, terkadang salat duha dan Salat Jum’ah bagi siswa laki-laki.
Peneliti
:
Apakah di sekolahmu ada tambahan pelajaran ekstra kurikuler ? Kalau ada ekstra apa yang kamu ikuti ?
Narasumber :
Ada, BTA, karena itu wajib.
Peneliti
Jam berapa pelajaran dimulai dan jam berapa pula kamu
:
pulang sekolah ? Narasumber :
Pada hari Senis sapai Kamis dari jam 07.00 hingga jam 15.00; Hari Jum’at mulai jam 07.00 hingga jam 11.00; Hari Sabtu mulai jam 07.00 hngga 13.50.
Peneliti
:
Narasumber :
Berarti makan siang di sekolah? Capek gak ? Ya saya bawa bekal dari rumah. Gak sudah biasa sampe sore.
191
Lampiran Catatan Wawancara Hari, Tanggal
: Sabtu, 22 agustus 2013
Tempat
: di lingkungan sekolah
Pukul
: 10.15 WIB
Narasumber
: Bayu Wicaksono dan Iryanti kelas XI
Topik
: Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah dan diluar sekolah
Peneliti
:
Apakah kamu senang sekolah di sini ?
Narasumber :
ya senang sekali.
Peneliti
Apa yang membuat kamu senang sekolah di sini ?
:
Narasumber : Belajarnya menyenangkan, gurunya ramah dan tempatnya nyaman, jauh dari kebisingan. Peneliti
:
Mata pelajaran apa yang kamu sukai di sekolah ini ?
Narasumber
:
semua saya suka.
Peneliti
: Selain diajarkan mata pelajaran umum tentu kamu diajarkan pelajaran Agama. Apakah mata pelajaran agama yang diajarkan di sekolah ini hanya satu (Pendidikan Agama Islam /PAI saja) atau ada tambahan ? Kalau ada tambahan, apa saja tambahan itu?
Narasumber : Banyak, ada BTA, seni Baca A-Qur’an. Khitobah Peneliti
: Bagaimana kegiatan ibadah yang dilaksanakan dan dibiasakan di sekolah ?
192
Narasumber : salat zuhur berjamaah, shalat jum’ah bagi sisa laki-laki, kadangkadang shalat duha, kegiatan penyembelihan hewan kurban pada hari Raya kurban, PHBI, dll. Peneliti
: Apakah di sekolahmu ada tambahan pelajaran ekstra kurikuler ? Kalau ada ekstra apa yang kamu ikuti ?
Narasumber : Ada, banyak ekstranya, saya ikut pramuka dan kajian Islam. Peneliti
: Jam berapa
pelajaran dimulai dan jam berapa pula kamu
pulang sekolah ? Narasumber
: pelajaran mulai 7.00 dengan tahfiz selama 15 menit, baru pelajaran, pulang sekolah jam 13.45, kecuali pas ikut ekstra.
Peneliti Narasumber
: gak sampe sore ya ? : Ya pas ekstra saja sampe sore.
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210