FAJAR 212
MAMAT DAN SANG PRESIDEN
Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com
MAMAT DAN SANG PRESIDEN Oleh: Fajar212 Copyright © 2014 by Fajar212
Penerbit Burjo Publisher www.burjo.wordpress.com
[email protected]
Desain Sampul: otodidak by canva.com
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
SEKAPUR SIRIH Alhamdulillah buku kedua yang telah saya rencanakan sekian lama kini telah menampakkan diri. Dulu nun di tahun 2010 buku pertama saya terbit secara indie oleh Anomali si buku unik. Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang saya buat untuk (salah satunya) menghordeni pemikiran saya. Mengapa cerpen? Karena cerpen lebih ringan dan lebih mudah dibuat daripada novel hehehe. Seperti kata dosen sastra saya, fiksi adalah gabungan kisah pribadi yang penulis dan ide yang hendak disampaikan yang dibumbui dengan kata-kata yang bercerita. Maka kumpulan cerpen ini sebenarnya sebagian besar saya ambil dari pengalaman saya dan orang-orang di sekitar saya yang berpadu dengan ide-ide yang hendak saya lantaikan ke pembaca. Adapun bumbunya adalah katakata yang terinspirasi novelis favorit saya, Andrea Hirata. ah..saya terlalu banyak penulis, yang pasti saya ucapkan terima kasih kepada orang-orang terkasih di sekeliling saya serta kepada semua pembaca. Selamat membaca
3
DAFTAR ISI Mamat dan Sang Presiden
5
Bukan Bang Toyib
14
Selamet mencari selamat
19
Dilindas atau melindas
27
Sate kambing hitam
35
Made In Gomblo
46
Mabuk bae
51
Harom
56
Sambel gosok
63
Interview with mbah Harto
73
Iler lieur
78
Pak Presiden ijinkan kami golput
88
Nabi palsu, Ustadz fotokopi
90
Payung teduh
96
Gigi
98
Kisah bocah yang menggenggam batu
106
4
MAMAT DAN SANG PRESIDEN Malam itu ba’da maghrib Mamat dan adiknya si Sobri udah dandan rapi. Melihat penampilan mereka orang pasti menyangka mereka panitia acara pernikahan atau mungkin disangka pak Lurah dan Cariknya lagi kunjungan. Mamat bahkan memakai baju batik terbarunya jatah dari kantor tempat ia bekerja. Keduanya memancarkan bau wangi. Usut punya usut mereka tidak sedang mau berangkat kondangan, malam itu mereka berdua akan berangkat ke tempat les B.Arab (karena keduanya punya rencana mau jadi TKI :-D). Malam itu mereka akan melaksanakan ujian akhir yg diadakan tiap bulan sekali. Entahlah sejak baca novel “Negeri Lima Menara”, mereka berdua jadi semangat dan senang banget klo menghadapi ujian. Tanpa banyak cingcong setelah pamit kepada abah dan umminya, kedua kakak beradik ini berangkat. Si Sobri
langsung
nyemplak
motor
Honda
ulung
kebanggaan kakaknya. Seperti biasanya ada aturan klo 5
berangkat si Sobri yg bonceng, sedang pas pulang gantian si Mamat yg bonceng. Pembagian jadwal seperti ini bukan tanpa sebab, ini semua karena si Mamat klo pas maghrib penglihatannya agak runyam karena dia terserang rabun ayam. Maka daripada mencium tiang listrik atau memeluk aspal atau lebih parah ngendon di empang bareng kangkung dan belut maka terjadilah pembagian yg adil seperti di atas. Namun malam yg indah tersebut berubah menjadi horor. Sesampainya di perempatan dekat rumah mereka terjadilah hal yg berada di luar rencana mereka. Jalanan macet total, mobil, motor, truk, tangki tinja memanjang bak jemuran rumah tetangga. Tapi demi ujian B.Arab mereka
nekat
menerjang.
Karena
menurut
penerawangan si Sobri pasti kemacetan ini kemacetan biasa. Pasti gara-gara para karyawan dan buruh yg meluber di jalanan tiap jam kepulangan mereka karena diburu rasa lapar. Tapi bagi Mamat yg panjang akal ini bukan kemacetan biasa karena banyak banget pak Polisi yg ngatur jalan (biasanya klo maghrib yg ngatur para polisi cepek), mungkin gara-gara tangki tinja yg tiba-tiba 6
pingsan di tengah jalan karena gak kuat mencium aroma bau badannya sendiri atau mungkin truk tronton yg tiba-tiba nyosor tiang lampu tengah jalan karena gak bisa nahan rasa cintanya gara-gara tiap hari lihatin bodi tiang lampu yg aduhai. Tapi ditunggu 5 menit mobil dan saudarisaudarinya tetep anteng kayak pengantin. Sepuluh menit pengantinnya berubah jadi anak SD lagi upacara bendera di depan bupati, berbaris rapi tak bergerak sama sekali. Lima belas menit, wah klo seperti ini mah keterlaluan, begitu batin Mamat sambil mencak-mencak di tengah jalan karena kakinya gak sengaja nginjak sarang semut api yg ngendon di bawah tiang lampu. Ini juga ngapain sih semut-semut pada gigitin kaki, dasar resiko orang manis pas macet di tengah jalan masih aja dikerubutin semut, omel si Mamat. Merasakan macet yg begitu parah para pengguna jalan pada mulai resah. Para sopir truk mulai uring-uringan, mereka pasti melihat jalanan udah berubah jadi warung kopi. Para pengguna mobil pribadi lebih uring-uringan lagi garagara anak-anaknya pada merengek dan istrinya mulai 7
ngomel, bagi mereka urusan macet ini kelihatannya harus diselesaikan di pengadilan agama. Para sopir taksi dan angkot keluar mobil untuk merokok, mereka rupanya setali tiga uang ama sopir truk. Sedangkan para pengguna motor terjepit di tengah-tengah, mereka yg kebanyakan para buruh yg kangen rumah memandang nanar reklame besar iklan kecap di pinggir jalan. Perut mereka pasti melilit dan air liurnya bergoyang bayangin botol kecap yg menari-nari di pelupuk mata. Karena pada bingung penyebab kemacetan parah tersebut dan segala prediksi yg ngendon di kepala Mamat juga pada menguap semua, maka Mamat langsung menelepon Rustam, sahabat kentalnya yg tinggal dekat perempatan besar yg menurut prediksi Mamat jadi pusat kemacetan. Selain itu Rustam udah berpengalaman
menghadapi kemacetan
ibu kota
(tempat dia kuliah), jadi sapa tau doi dapat memberi solusi. Tanpa banyak cingcong lansung saja doi menghubungi Rustam. “Tam, ada apaan sih kok jalanan macet berat??”, tanya Mamat. “Ada President Suit bang”, jawab Rustam. President Suit?? Emang siapa yg 8
buka penginapan di tengah jalan batin Mamat gak paham. “Maksudmu ada Presiden lewat, Tam??”, tanya Mamat lagi. “Bukan lewat, tapi datang bang. Presiden datang buat meresmikan pabrik tusuk gigi di sekitar rumah ane bang. Pasti baru satu atau dua jam lagi jalan dibuka. Mending lewat jalan tikus aja bang” Jawab Rustam dg terang. “Okelah klo gitu. Thanks atas infonya dan jangan lupa klo balik ke Jakarta sekolahin sekalian tuh mulut biar gak belepotan klo ngomong”, sahut
Mamat
yg
kemudian
langsung
menutup
teleponnya. Tanpa banyak cingcong Mamat langsung menyuruh si Sobri memutar motor butut mereka. Niat mereka udah bulat untuk lewat jalan tikus seperti yg disabdakan Rustam. Dan karena mulut Mamat yg agak ember, sepanjang jalan ia teriak-teriak ke pengguna jalan yg pada bengong. “Ada presiden lewat pak, bu, pakde, mending balik aja deh. Paling-paling satu atau dua jam jalan baru dibuka”, teriak Mamat sambil berdiri di atas jok motor kayak orang mau akrobat, apalagi ditambah aksi Sobri yg nyetir motor dg gaya ular beludak melintas 9
gurun alias zig-zag. Melihat aksi kedua kakak beradik membuat beberapa orang kaget, tidak sedikit yg langsung merespon dg membalikkan arah motornya, sedang para pengguna mobil yg kendaraannya udah kayak bebek masuk empang alias anteng banget terpaksa hanya bisa memberikan komentar balik. Mereka
kebanyakan
langsung
menjelek-jelekkan
pemerintah, Presiden, hingga menteri perhubungan, padahal tiap lima tahun sekali mereka puja-puja dan mereka bela mati-matian, dasar masyarakat pelupa. Setelah lolos dari pembunuhan massal (Mamat menganggap kemacetan dapat membunuh seseorang, paling tidak jiwa orang tersebut terbunuh. Makanya mereka yg sering kena macet suka bengong atau marahmarah gak karuan tanpa sebab). Mamat dan Sobri terpaksa melewati jalanan desa yg kanan kirinya sawah. Sambil dibelai angin sepoi-sepoi dan sayup-sayup suara azan Isya’, Mamat bercerita pada Sobri tentang sebuah kisah yg diceritakan H.Somad, guru ngaji kampung mereka beberapa tahun silam.
10