Mam
MAKALAH ISLAM Pesan Mohamad Roem Seputar Kepahlawanan
14 November 2014
Makalah Islam
Pesan Mohamad Roem Seputar Kepahlawanan
M. Fuad Nasar (Kasubdit Pengawasan Lembaga Zakat, Wakil Sekretaris BAZNAS)
Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Secara historis Hari Pahlawan terkait dengan perlawanan rakyat Indonesia di kota Surabaya dalam menghadapi ultimatum tentara Inggris pada tanggal 10 November 1945. Kehormatan Republik Indonesia (saat ini) dipertaruhkan di Surabaya, demikian kata almarhum Bung Tomo yang dikenal sebagai pimpinan pemberontak rakyat Indonesia dan Arek-Arek Suroboyo. Pahlawan dalam kosa kata bahasa Indonesia merupakan kata yang mengandung penghormatan dan nilai terhormat. Seorang pahlawan adalah orang yang terhormat, memiliki moral tanpa cela, dan namanya harum sejak permulaan hingga akhir. Dari sudut agama, pahlawan adalah orang yang mendapatkan “pahala” dari Allah SWT. Di negara kita, “pahlawan” telah menjadi gelar dan pengakuan resmi kenegaraan terhadap orang yang berjasa luar biasa bagi bangsa dan negara. oleh sebab itu penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dan pemakaman di Taman Makam Pahlawan layaknya hanya untuk putra terbaik bangsa yang diakui sebagai Pahlawan. Soal Taman Makam Pahlawan, almarhum H. Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga tokoh pejuang pernah mengkritisi sudah terlalu banyak yang dimakamkan di tempat itu. Pemerintah harusnya lebih selektif. Selain pahlawan yang dikenal kita patut
menghargai keberanian, jasa dan pengorbanan “para pahlawan tidak dikenal” di seluruh persada ibu pertiwi yang telah berjuang dengan jiwa dan raganya mengusir penjajahan bangsa asing dari Tanah Air tercinta. Bukubuku sejarah tidak mencatat nama mereka, tetapi pahala jihad mereka di sisi Allah tidak akan disia-siakan sesuai dengan niatnya. Bangsa yang besar, seperti diungkapkan mantan Presiden Soekarno, adalah bangsa yang tahu menghargai pahlawan-pahlawannya. Kalau demikian, gelar pahlawan menurut keniscayaannya tidak perlu “diperjuangkan”, apalagi “diminta”, tetapi pemerintah berkewajiban menganugerahkan kepada putra terbaik bangsa yang layak dan pantas menerimanya. Tokoh pejuang kemerdekaan dan diplomat kawakan almarhum Mr. Mohamad Roem (1908-1983) mengatakan, “Seorang pahlawan bukan ditentukan oleh tempat dimana dia dimakamkan, tetapi pahlawan itu ditentukan oleh jasa-jasanya.” Seorang yang memiliki sifat-sifat kepahlawanan, menurut Mohamad Roem, adalah orang yang “tak pernah meminta”, tetapi hanya “memberi dan mengasih”. Sewaktu wafatnya mantan Perdana Menteri RI tahun 1952-1953 almarhum Mr. Wilopo, Pak Roem menulis tanggal 3 Juli 1979 dan dihimpun dalam buku Bunga Rampai Dari Sejarah diterbitkan oleh Bulan Bintang tahun 1972 (3 jilid) bahwa orang yang tidak
memanipulasi keresahan rakyat untuk menutupi kesalahan atau kekurangannya, orang yang tidak mainmain kepahlawanan dan tidak memberi kesempatan kepada pengikutnya bermain-main kepahlawanan, orang yang lugu, jujur, sederhana, orang itu pahlawan. Pesan sederhana dari seorang pemimpin besar layak menjadi renungan kita semua dalam melanjutkan cita-cita perjuangan para pahlawan bangsa. Pesan lainnya dari tokoh Islam dan mantan Menteri Luar Negeri Mohamad Roem seputar “kepahlawanan”, saya catat dari penuturan lisan almarhum Haji Soebagijo I.N. tokoh pers dan wartawan senior Lembaga Kantor Berita Nasional Antarayang telah berpulang ke rahmatullah 17 September 2013 lalu dalam usia 89 tahun. Pak Soebagijo I.N.berjumpa di Mesir dengan Pak Roem tahun 1969. Pak Roem datang dari Amerika Serikat, sementara Pak Soebagijo baru saja mengakhiri masa tugas di Yugoslavia dan hendak pulang ke tanah air. Keduanya menuju Arab Saudi untuk menunaikan ibadah haji. Kata Pak Roem, “Pak Bagijo! Tidak usah kita ini semua jadi pahlawan untuk nusa dan bangsa, jadi orang shaleh yang berguna bagi masyarakat sekeliling saja, itu sudah bagus. …”Substansi pesan Pak Roem di atas semestinya menjadi kesadaran dan perbuatan setiap anak bangsa di manapun. Sikap hidup materialis, individualis dan hedonis adalah bertentangan dengan nilai-nilai kepahlawanan
yang setiap tahun diperingati. Nilai-nilai kepahlawanan akan lenyap apabila suatu generasi atau kelompok generasi hanya memikirkan apa yang bisa diperoleh dari negara dan bukan apa yang mesti dberikan kepada negara dan rakyat. Sesuai dengan ajaran Islam tentang keikhlasan bahwa setiap manusia harus menjalankan kewajibannya dan amal jariyah dengan tidak menghitung-hitung apa yang nanti akan menjadi buahnya. Allah SWT berfirman, “Janganlah kamu memberi (sesuatu) karena hendak memperoleh balasan yang lebih banyak (QS Al Muddatstsir [74]: 6) Rasulullah SAW bersabda, “Sebaikbaik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada sesama manusia.” (HR Tabrani) Sejalan dengan pesan Mohamad Roem, saya teringat kata hikmah dari ulama dan ahli tafsir Sayyid Quthub, “Orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar serta tidak akan pernah mati kebaikannya.”
Sumber: bimasislam.kemenag.gi.id-informasi-opini