Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan PREDIKSI PASANG SURUT MENGGUNAKAN PROSES NEURAL NETS (BACKPROPAGATION) DI PANTAI INDAH MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
(Tidal Prediction Using Neural Nets (Backpropagation) In Pantai Indah Kutai Regency of East Borneo) MAHMUDIN1), IWAN SUYATNA2) dan ADNAN2) 1) Mahasiswa Jurusan MSP-FPIK, Unmul 2) Staf Pengajar Jurusan MSP-FPIK, Unmul Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Jl. Gunung Tabur No. 1 Kampus Gunung Kelua Samarinda E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The research was held on August 31st to September 12th 2014, and research location in Pantai Indah Muara Badak Pangempang, Kecamatan Muara Badak Kutai Kartanagara East Borneo. The goal of the research was to forecast tidal using Backpropagation Neural Nets Method, then determined the type of Muara Badak waters tide. The results of the research from the measurements held on August 31st to September 12th 2014, time of observation was every 15 minutes for 24 hours, so during 24 hours while observation 96 data obtained in a day, and the count of data which obtained during 14 days is 1,344. Type of tide that occurred in Pangempang waters for 14 days observation was namely the daily double tide (Semi Diurnal Tide) is tide which occurs twice ups and twice downs are almost twice the same height.
Keywords: Tidal, Neural Nets (Backpropagation) PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan laut lebih dari 75% yang mencapai 5.8 juta kilometer persegi, terdapat lebih dari 17.500 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, yaitu sekitar 81.000 km (Murdianto, 2004). Hal ini merupakan fakta bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam di wilayah pesisir dan laut yang melimpah. Dengan kegiatan pemanfaatan sumber daya laut serta kegiatan pembangunan baik industry maupun pemukiman di pesisir, terjadi dampak negatif terhadap kualitas lingkungan laut dan pantai, hal ini tentu akan merusak ekosistem lingkungan laut.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 22. No. 1, Oktober 2016: 010–019 Diterima 09 Juni 2016. Semua hak pada materi terbitan ini dilindungi. Tanpa izin penerbit dilarang untuk mereproduksi atau memindahkan isi terbitan ini untuk diterbitkan kembali secara elektronik atau mekanik.
10
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki pesisir sepanjang 187,5 km, dimana diantaranya yaitu pesisir Kecamatan Muara Badak yang termasuk daerah Delta Mahakam. Dalam wilayah pesisir ada banyak faktor yang berdampak diantaranya yaitu kegiatan-kegiatan manusia, pencemaran, sedimentasi dan pemanfaatan sumber daya laut yang berlebihan (Bappeda, 2005). Perairan pesisir Muara Badak mempunyai peranan yang penting sebagai jalur transportasi umum bila ditinjau dari aktifitas ekonomi. Pemilihan lokasi penelitian di Perairan pantai Pangempang Muara Badak dikarenakan pada daerah tersebut terdapat dermaga penyeberangan, pantai wisata dan perumahan pinggir pantai yang memerlukan kajian analisis oseanografi khususnya pasang surut. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk memprediksi dan menentukan Tipe Pasang Surut. Pengoptimalan potensi sumberdaya perairan dipengaruhi oleh fenomena pasang surut air laut, seperti halnya bongkar muat kapal di pelabuhan laut, kegiatan para nelayan, dan sebagainya. Pasang surut air laut setiap harinya tidak selalu sama, sehingga di perlukan prediksi pasang surut demi tercapainya pemanfaatan potensi sumberdaya perairan yang maksimal serta pembangunan daerah (Diana, 2011). Prediksi pasang surut dapat diprediksi berdasarkan data pasang surut yang diproleh di lapangan. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data prediksi pasang surut air laut perairan Pantai Indah Muara badak tahun 2014. Setelah data terkumpul, selanjutnya akan dibangun model prediksi pasang surut air laut menggunakan neural nets (Backpropagation). hasil pemodelan tersebut akan dijadikan sebagai alternatif dalam memilih pola atau memprediksi pasang surut air laut. Dimana hasil prediksi akan digunakan untuk menghitung tingkat akurasi prediksi menggunakan MSE (Means Square Error). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada akhir bulan akhir bulan 31 Agustus – 12 September 2014, lokasi penelitian di Pantai Indah Pangempang Kecematan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanagara Kalimantan Timur. Lokasi pemasangan palem pasut terletak pada posisi 00013’10.5”, E = 177025’15,5” di Dermaga Pantai Pangempang.
Gambar 1. Titik Pengamatan dan lokasi penelitian di Desa Pangempang
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
11
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat penelitian di lapangan yaitu: Tabel 1. Alat dan bahan No Alat dan Bahan 1. GPS 2. kompas 3. Theodolit 4. Kapal motor 5. Palem pasut 6. Teropong 7. Senter
Fungsi Untuk menentukan titik kordinat Untuk menentukan arah Mengukur ketinggian Lokasi Transportasi Untuk mengetahui perubahan Air laut Untuk Memudahkan penglihatan Untuk penerangan
Parameter Ukur Selama penelitian di lapangan pengamatan (observasi) utamanya adalah mencatat perubahan tinggi permukaan laut setiap 30 (menit) sehari selama 336 jam atau 14 hari kalender. Dengan demikian observasi tersebut akan menghasilkan : 1. Tinggi Permukaan Laut a. Permukaan Laut Tertinggi Harian b. Permukaan Laut Terendah Harian c. Perbedaan Permukaan Air Laut Pasang Tertinggi d. Perbedaan muka Air Laut Surut Terendah e. Rentang Pasang Surut Harian f. Durasi dan perbedaan siklus pasang surut harian 2. Ketinggian benchmark terhadap permukaan laut tersurut. Teknik Pemasangan Palem Pasut Titik pengamatan perubahan ketinggian permukaan laut pada lokasi dimana palem pasut yang di pasang tidak boleh tergantung pada saat surut terendah dan tidak boleh tenggelam saat pasang tertinggi. Untuk itu maka pemasangan palem pasut akan di lakukan sebagai berikut : 1. Memilih lokasi/tempat pengamatan dan pengukuran pasang surut yang akan dilakukan. 2. Lokasi pengamatan yang di pilih merupakan tempat yang aman dan tempat yang memberikan kemudahan selama kegiatan pengamatan dan pengukuran. 3. Pada saat dilakukan pengamatan dan pengukuran pasang-surut permukaan air, skala papan duga harus dapat di lihat/dibaca dengan jelas 4. Pemasangan papan duga/palem pasang surut di tempat yang telah ditentukan harus di pasang dengan baik dan benar, karena papan duga tidak boleh berada di bawah permukaan air/tenggelam saat pasang tinggi dan tidak berada di atas permukaan air saat surut terenda. 5. Mencatat angka skala pada papan duga tepat berada pada posisi yang sejajar dengan permukaan air, dan pencatatan dilakukan setiap 30’(menit) sekali. 6. Setelah dilakukan pengamatan dan pengukuran pasang-surut, usahakan memberi tanda di tempat tersebut kedalaman 0 (nol) meter, sehingga tempat dan kedalaman tersebut dapat di jadikan sebagai Bench Mark (patokan pengamatan dan pengukuran pasang-surut pada waktu yang akan datang) yang di perlukan oleh pengguna. 7. Menentukan titik ikat (Bench Mark) dan mencatat titik koordinat 8. Menentukan titik pasang pola pasut dan menentukan titik koordinat.
12
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan Titik Ikat Darat (Bench Mark) Pengambilan data lapang (ground chek) kegiatan ini memberikan penjelasan mengenai kondisi ekosistem sebenarnya di lapangan meliputi: Untuk menentukan ketinggian permukaan laut terendah
maka diperlukan titik ikat di daratan, oleh karna itu diperlukan suatu bangunan permanen berupa kontruksi beton. Dalam studi ini titik ikat tersebut di buat pada kordinat S = 00° 13’10.5’, E = 1175°25’15.5. Analisis Data Data hasil pasang surut di analisis dengan menggunakan Software Matlab Versi R2014a dan Excel 2007. Hasil pengukuran lapangan dianalisis secara deskriptif, Sebelum dilakukan analisis data tersebut adalah di olah menggunakan Excel, selanjutkan di proses melalui aplikasi pemerograman MATLAB R2014a. Menentukan model peramalan pasang surut dengan menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan. Tahap-tahap untuk melakukan peramalan pasang surut dengan metode jaringan syaraf tiruan adalah sebagai berikut (Miharja, 1994) : a. Menentukan Tujuan Sistem Sistem yang dibentuk bertujuan untuk membangun model jaringan yang akan digunakan untuk meramalkan pasang surut pada tanggal 31 Agustus – 12 September 2014. b. Menentukan Fungsi Aktivasi Pada penelitian ini digunakan fungsi aktivasi yang sering digunakan untuk melatih Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation yaitu fungsi sigmoid biner (logsig). Fungsi logsig mengacu pada persamaan 2.3. c. Normalisasi/Transformasi Data Pada penelitian ini data akan di transformasi linier pada selang sesuai fungsi aktivasi logsig yang digunakan dengan mengingat output dari fungsi tersebut tidak pernah bernilai 0 dan 1. Transformasi linier mengacu pada persamaan 2.16. d. Melakukan Pembagian Data
Data pasang surut dibagi menjadi 2 yaitu data untuk pelatihan dan pengujian. Komposisi untuk masing-masing adalah 90% data pelatihan dan 10% data pengujian. e. Perancangan Struktur yang Optimum 1) Input untuk jaringan terdiri dari 24 unit 2) Satu buah unit digunakan untuk output jaringan 3) Satu buah layar tersembunyi 4) Jumlah unit pada layar ditentukan secara trial and error dari 1 unit sampai 24 unit. f. Penentuan Koefisien Learning Rate dan Momentum Koefisien learning rate yang digunakan 0,9 dan koefisien momentum adalah 0,1. g. Menentukan Nilai Batas Error (MSE) dan Jumlah Iterasi Penentukan nilai batas error (MSE) dan jumlah iterasi (epoch) dilakukan agar pelatihan dihentikan jika telah mencapai nilai tersebut. Nilai MSE yang digunakan adalah maksimum sebanyak 1000 epoch. h. Pelatihan Data pada Jaringan yang telah Dibangun. Setelah sistem jaringan dibangun sesuai dengan langkah-langkah di atas maka langkah selanjutnya yaitu dilakukan pelatihan terhadap data pasang surut. i. Proses Detransformasi untuk Mengetahui Output pada Nilai Sebenarnya. Setelah proses pelatihan selesai, harga-harga ternormalisasi output jaringan harus dikembalikan (denormalisasi) ke data aslinya agar mendapatkan nilai output pada range yang sebenarnya. j. Pemilihan Jaringan yang Optimum dan Penggunaannya pada Peramalan Dalam pemilihan jaringan yang optimum hal yang perlu diperhatikan adalah besarnya nilai MSE dan MAPE. Jaringan yang memiliki nilai MSE kecil dan rata-rata MAPE terkecil atau terendah dipilih sebagai jaringan yang optimum untuk digunakan dalam meramalkan pasang surut tanggal 31 Agustus – 12 September 2014.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
13
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan HASIL DAN PEMBAHASAN Stasiun Penelitian Secara visual stasiun penelitian merupakan Dermaga yang berada di Perairan Desa pangempang Kecamatan muara badak, daerah ini dipengaruhi oleh pasang surut. Dermaga penyeberangan ini berada di sebelah barat dari arah keluarnya muara sungai. Jarak antara jalan raya dan dermaga yaitu ± 500 Meter. Dua titik sampling yang dilakukan di Perairan Desa pangempang yaitu : 1. Titik Timur : Titik koordinat S = 00° 13’10.5’’,E = 1175°25’15,5 Titik Timur menghadap kearah lautan, sehingga pada titik ini merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena langsung mendapatkan reaksi gelombang dan arus yang berasal dari laut. Berdasarkan pada titik ini lebih didominasi jenis substrat dasar berpasir. 2. Titik Barat : Titik koordinat 0,6° - 13616°S dan 117,25°50- 45°T Titik Barat menghadap kearah dengan daratan, dimana titik ini berhadapan dengan vegetasi mangrove didominasi oleh jenis nipah, jarak antara daratan dan titik ini sekitar ± 200 m, substrat dasar cenderung berlumpur, dan tingkat sedimentasi sangat dipengaruhi oleh aktivitas daratan. Hamparan lumpur pada vegetasi mangrove dimungkinkan hasil dari proses sedimentasi atau pengendapan yang dibawa oleh aliran muara Sungai Tanjung Pangempang. Hasil Pengamatan Parameter Ukur Adapun parameter yang diukur selama pengamatan yang dilakukan di perairan Pangempang Kecamatan Muara Badak dengan lama 14 hari pengukuran menggunakan alat palem pasut yang diikat di dermaga warga dan dimulai pada tanggal 31 Agustus – 12 September 2014. 1. Tinggi permukaan air laut Hasil pengukuran pasang surut yang dilakukan pada tanggal 31 Agustus – 12 September 2014 lama pengamatan setiap 15 menit selama 24 jam jadi selama pengamatan 24 jam diperoleh 96 data dalam sehari, dan jumlah hitungan data yang diperoleh selama 14 hari yaitu 1.344 data pasang surut di perairan Pantai Indah Pangempang. Berdasarkan hasil olah data pengukuran parameter pada tanggal 31 sampai dengan 12 September 2014 pada pukul 1.00 di perairan pantai Indah Pangempang Kecamatan Muara Badak, dan setelah dilakukan pengumpulan data, di peroleh nilai pasang tertinggi sekitar 2.4 meter selama 14 pengamatan. Pengukuran pasang surut dilakukan selama 24 jam, setiap 15 menit, jadi selama 24 jam pengamatan jumlah data yang diperoleh yaitu 96 data dalam sehari, dan jumlah 14 hari pengamatan data keseluruhan yaitu 1.344 data untuk perhitungan permukaan laut rendah harian dan tinggi harian, dari data yang diperoleh selama 14 hari maka pengamatan 24 jam dicari nilai level tertinggi dan level terendah. Untuk diperoleh nilai permukaan laut tinggi harian dan permukaan laut rendah harian, maka data yang sudah dimasukkan di tabel lalu dihitung untuk mendapatkan nilai rentang pasang surut permukaan laut tinggi harian dikurang dengan permuakaan laut rendah harian setelah itu akan didapatkan nilai-nilai rentang pasang surut harian selama 14 hari pengamatan.
14
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan Kisaran Rentang Harian Pasut
Tinggi Permukaan Air Laut (m)
2.5 2 1.5 1 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
14 Hari Pengamatan
Gambar 2. Histogram tinggi permukaan laut berdasarkan rentang pasang surut harian Seperti yang diketahui secara umum tipe pasang surut pada pantai Indah Pangempang adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), yaitu dimana dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Penyebab terjadinya pasang surut, tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut setiap harianya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Sehingga terjadi pasang surut yang berlainan di sepanjang pesisir tersebut. Efek yang ditimbulkan pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide Prevailing Semidiurnal), pantai Indah Pangempang mengalami peristiwa abrasi dan sedimentasi. Pada saat pasang naik akan mennyebarkan sedimen ke dekat pantai, sedangkan bila surut akan menyebabkan majunya sedimentasi. Wilayah pesisir dengan tipe pasang surut yang bertipe harian ganda atau campuran cenderung ganda berpotensi tinggi terjadinya perubahan garis pantai baik berupa abrasi maupun sedimentasi karena pergerakan arus pasang surut juga akan lebih sering terjadi. Pasang surut merupakan gerak naik dan turunya muka air laut secara bersamaan dan juga dipengaruhi oleh faktor alam seperti angin, arus dan gelombang. Sehingga pada saat pasang surut terjadi akan menimbulkan arus pasang surut meski tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan arus yang terjadi dilaut lepas. Namun arus pasang surut ini juga dapat menjadi media transport bagi sedimen-sedimen berukuran kecil seperti pasir halus dan lempung, seperti yang biasa ditemui di muara-muara sungai. Pada saat pasang, arus pasang surut akan membawa sedimen mendekat ke arah pantai atau sedimentasi dan sebaliknya pada saat surut arus pasang akan membawa material menjauh dari pantai atau abrasi. Berdasarkan hasil olah data pengukuran rentang pasang surut mingguan tanggal 30, jam 14.00 selama 24 jam lama pengamatan dan selama 14 hari kalender sampai dengan tanggal 5 September 2014 di sekitar perairan pantai indah pangempang. Di sekitar perairan pantai tersebut menunjukkan bahwa rentang pasang surut mingguan terjadi pada tanggal 5 – 9 September 2014 minggu ke I dan II yaitu 0,7 cm, rentang pasang surut mingguan juga terjadi pada tanggal 1 – 8 September 2014 minggu ke I dan II yaitu 0,2 cm, berikut Gambar 3 histogram hasil data rentang pasang surut mingguan.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
15
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan
Gambar 3. Histogram rentang pasang surut mingguan bulan September 2014 Pada gambar di atas menunjukkan bahwa rentang pasang surut mingguan rata-rata tinggi level muka air laut hanya mencapai 0,7 cm dari hasil pengurangan rentang pasang surut minggu pertama dan rentang pasang surut minggu kedua di perairan tersebut. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh perbedaan permukaan air laut pasang tertinggi tanggal 31 Agustus – 12 September 2014 disekitar perairan pantai Indah Pangempang Muara badak. Untuk menghasilkan perbedaan permukaan air laut pasang tertinggi pada perairan pangempang pada tanggal 30 Agustus – 12 September 2014 tersebut yaitu dengan mengumpulkan data pasang surut yang sudah diperoleh, kemudian dikurang dengan data permukaan laut tinggi harian selama 14 hari pengamatan, tetapi hanya mencari data yang paling tertinggi setiap hari maka akan menghasilkan nilai perbedaan permukaan air laut pasang tertinggi yaitu dengan nilai 0,3 cm. Berikut hasil gambar 5, grafik hasil pengukuran parameter yang termasuk didalam metodologi penelitian yaitu perbedaan permukaan air laut pasang tertinggi yang sudah diperoleh berdasarkan penjelasan diatas.
Gambar 4. Histogram perbedaan permukaan air laut pasang tertinggi Setelah dilakukan perhitungan diperoleh perbedaan muka air laut surut terendah dari tanggal 30 Agustus – 12 September 2014 disekitar perairan Pantai Indah Pangempang sebesar 0,1 cm terjadi dua kali surut terendah. Untuk menentukan perbedaan muka air laut surut terendah hasil pengukuran pasang surut harian pada sekitar perairan Pangempang tanggal 31 Agustus – 12 September 2014 yaitu dengan cara mengurangi data pasang surut yang sudah diperoleh. Data pasang surut tersebut dikurangi data permukaan
16
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan laut rendah harian selama 14 hari pengamatan tetapi hanya mencari data surut terendah harian, maka akan menghasilkan nilai perbedaan permukaan air laut rendah harian yaitu dengan nilai 0,1 cm.
Gambar 5. Histogram perbedaan permukaan air laut surut terendah harian Prediksi Pada Jaringan Syaraf Tiruan Prediksi dilakukan untuk melihat kemampuan Jaringan Syaraf Tiruan meramalkan kejadian yang akan datang setelah mempelajari pola-pola pada tanggal 30 Agustus 2014 sampai pada tanggal 12 September 2014. Data pasang surut air laut yang diperoleh dari lapangan sejumlah 1.344 data. Data tersebut diambil dalam waktu 2 minggu atau 14 hari. Data diambil tiap 15 menit, dimulai dari pukul 00:00 hingga pukul 23:45. Pengambilan data dimulai pada tanggal 30 Agustus 2014 dan berakhir pada tanggal 12 September 2014. Dari data yang diuji akan dihasilkan hasil peramalan atau prediksi pada hari ke-14 tersebut. Kode yang digunakan untuk melakukan prediksi setelah proses pengujian dilakukan adalah:
Gambar 6. Grafik perbandingan data aktual dan hasil peramalan pasang surut
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
17
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan Dari data yang diuji akan dihasilkan hasil peramalan atau prediksi pada hari ke-14 tersebut. Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Tampak bahwa hasil prediksi yang diperoleh pada penelitian ini tidak jauh beda dengan data asli atau aktual. Garis yang berimpit menunjukkan hasil yang diperoleh sama persis.
Gambar 7. Grafik hasil penggabungan data aktual dan data peramalan untuk memprediksi pasut1 hari kedepan Berdasarkan Gambar di atas menunjukkan data dari hari ke-1 hingga hari ke-14, kemudian dilanjutkan dengan hasil peramalan pada hari ke-14 (garis berwarna merah).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil peramalan dari data aktual tidak terlalu jauh beda sehingga dari data gabungan data aktual dan peramalan dapat di buat prediksi satu hari kedepan. Hasil pengamatan dan pengukuran pasang surut dilokasi studi, bahwa rentang pasang surut penelitian yang dilakukan di pantai Indah Pangempang Kecamatan Muara Badak, tepatnya di dermaga warga yaitu mencapai 2,4 meter selama 14 hari pengamatan. Tipe pasang surut di Desa Tanjung pesisir Pangempang yaitu termasuk tipe (Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal), pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. Saran Untuk studi selanjutnya disarankan penelitian tentang pasang surut agar diperoleh banyak perbandingan data pasut. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang mengenai angin dan gelombang untuk menambah informasi. Dalam penelitian ini, data yang gunakan hanyalah data 14 Hari Pasang Surut yaitu data akumulasi data harian dan tidak menggunakan inputan data lain yang mempengaruhi Pasang Surut. Pengembangan selanjutnya bisa dilakukan dengan lebih detil lagi yaitu prediksi Pasang Surut bulanan dengan memberikan inputan factor-faktor yang mempengaruhi Pasang Surut dan menggunakan data yang lebih banyak. Standar untuk prediksi Pasang Surut yang sesungguhnya adalah menggunakan Satu bulan data bulan sebelumnya.
18
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
Mahmudin, Iwan Suyatna dan Adnan DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kutai Kartanegara, 2005. ATLAS Sumberdaya Pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara. Diana. 2011. Pasang Surut Laut. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Berau, Kalimantan Timur. Tugas Akhir, Program Studi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung. Gunaidi Abdia Away. 2010. “The Shortcut of MATLAB Programming”. Informatika Bandung. MATLAB Guide R2012b. The MathWorks, Inc. http://stackoverflow.com. Murdianto. 2004. Perbandingan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Metode Box Jenkins (ARIMA) Sebagai Metode Peramalan Curah Hujan. Skripsi UNNES Semarang.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis Vol. 22. No. 1, Oktober 2016 – ISSN 1412-2006
19