Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Hal. 275-281
ISSN : 0854 - 2910
PENGEMBANGAN NANOKOMPOSIT PANi (HCl)-TiO2 SEBAGAI MATERIAL PELAPIS ANTI KOROSI M. Zainul Asrori, Andry Permana, Devi Sukma, Darminto Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Email:
[email protected] ABSTRAK Telah dilakukan sintesis komposit berbasis polianilin dengan menggunakan pengisi partikel nano TiO2 (anatase dan rutile). Sintesis PANi dilakukan dengan menggunakan metode reaksi kimia, sementara partikel nano TiO2 dengan menggunakan teknik hidrotermal. Penyiapan komposit dilakukan dengan menggunakan teknik pencampuran mekanik. Konduktivitas listrik diukur dengan menggunakan metode 4-titik menghasilkan 2,412 S/cm untuk PANi(HCl), 1,832 S/cm untuk PANi(HCl)- TiO dengan 10% berat TiO2 anatase, serta 1,641 S/cm dengan 10% berat TiO2 rutile. Dari sisi ketahanan korosi penambahan TiO2 (anatase dan rutile) menunjukkan material menjadi lebih tahan terhadap korosi. Sementara, seng tanpa pelapisan memiliki laju korosi 4,026 x 10-3 mpy, sedangkan dengan pelapisan cat saja adalah 1,921 x 10-3 mpy, dengan cat dan TiO2 anatase 30% adalah 1,119 x 10-3 mpy, sedangkan hasil optimal dicapai oleh rutile dengan ketahanan korosi sebesar 1,031 x 10-3 mpy. Dari aspek degradasi fotokatalitik, penambahan 20% rutile akan meningkatkani ketahanan terhadap UV yang cukup besar, sedangkan penambahan 20% anatase mengakibatkan kerusakan rantai, dan degradasi ini juga menurunkan nilai konduktivitas listrik. Kata Kunci : Nanokomposit PANi, TiO2 rutile, TiO2 anatase, doping, fotokatalistik. ABSTRACT It has been synthesized polyaniline-based composite using nano-TiO2 filler particles (anatase and rutile phase). Synthesis of PANi were calculated using a chemical reaction, while the synthesis of TiO2 nanoparticles using hydrothermal techniques. Preparation of the composite was done by using mechanical mixing techniques. Electrical conductivity was measured using four-point probe produces 2.412 S / cm for PANi (HCl), 1.832 S/cm for PANi (HCl)-TiO with 10 wt% anatase TiO2, and 1.641 S/cm with 10wt% of TiO2 rutile. In terms of corrosion resistance of the addition of TiO2 showed the material becomes more resistant to corrosion. Meanwhile, the zinc material has a corrosion rate of 4.026 x 10-3 mpy when not coated, whereas with just the paint coating is 1.921 x 10-3 mpy, with the paint and 30% TiO2 anatase is 1.119 x 10-3 mpy, while the optimal results achieved by rutile with the corrosion resistance of 1.031 x 10-3 mpy. From the aspect of photocatalytic degradation, the addition of 20% rutile will increase the resistance to UV are quite large, while the addition of 20% anatase caused damage to the chain, and this degradation is also reducing the value of electrical conductivity. Keywords: PANi Nanocomposite, rutile TiO2, anatase TiO2, doping, photocatalystic
PENDAHULUAN Dewasa ini pengembangan bahan komposit berbasis polimer konduktif telah banyak dan terus dikembangkan sebagai upaya untuk merekayasa material untuk kepentingan manusia. Pengembangan bahan komposit berbasis polimer konduktif dilakukan baik dengan merekayasa bahan matrik dari polimer maupun rekayasa terhadap bahan pengisi(1). Bahan komposit berbasis polimer merupakan bahan alternatif pilihan pada beberapa keperluan penerapan, mengingat sifat bahan ini dapat dikendalikan dengan cara memilih bahan-
bahan penyusun komposit sintesanya(2).
pada saat proses
Material komposit berbasis polimer disintesa dari bahan utama polimer sebagai matrik dan bahan yang dicampurkan sebagai bahan pengisi (filler). Sifat fisis dan mekanik akhir bahan komposit yang dihasilkan sangat ditentukan oleh karakteristik sifat bahan pengisinya, yang meliputi ukuran partikulit, konsentrasi, bentuk dan distribusi partikulit dalam matrik serta sifat ikatan antar permukaan antara bahan matrik dengan bahan pengisi(1). Sejauh ini telah dilakukan berbagai penelitian bahan komposit berbasis polimer konduktif konvensional dan PANi
275
Pengembangan Nanokomposit PANi (HCL)................................. (M. Zainul Asrori,, dkk.)
yang menguji sifat listrik(2), sifat listrik dan magnetiknya(3,4) , sifat listrik dan magnetiknya melalui pembentukan nanokomposit(4), proteksi terhadap korosi(5. Dalam mengkaji sifat proteksi terhadap korosi telah dilakukan pengkajian dengan memvariasi dan memberi perlakuan pada bahan pengisi, seperti penggunaan bahan organik maupun non organik sebagai pengisi. Salah satu bahan pengisi yang banyak dikaji adalah bahan keramik TiO2. Bahan ini banyak di pilih karena TiO2 itu sendiri merupakan bahan keramik yang memiliki nilai kelistrikan yang rendah(5). Penambahan polimer konduktif pada TiO2 nano partikel dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai konduktivitas TiO2(5)). TiO2 sendiri memiliki beberapa struktur kristal, dan yang terkenal antara lain anatase, rutile, dan brookite. Akan tetapi yang sering diproduksi adalah rutile dan anatase. Rutile alami bisa berisi 10% besi dan sejumlah niobium serta tantalum. Rutile memperoleh namanya dari Latin rutilus, merah, karena berhubungan dengan warna merah yang teramati pada beberapa spesimen ketika dipandang dengan cahaya yang dipancarkan. Teknik yang dilakukan yaitu melalui proses hidrotermal, sehingga TiO2 struktur rutile dan anatase dapat dihasilkan. Perbedaannya hanya terletak pada suhu serta waktu pengovenan. Dan hasilnya adalah TiO2 rutile dan anatase ukuran nano dengan unit sel yang berbentuk tetragonal. Sejauh ini penggunaan TiO2 sebagai pengisi baru dikaji pada beberapa aspek seperti karakteristik spektroskopi, kesetabilan termal dan konduktivitas listriknya. Berangkat dari kondisi tersebut akan dilakukan sintesis dan karakterisasi nanokomposit ber-filler oksida logam titania (TIO2) yang diekstrak secara hidrotermal dari TiTl3. Sebagai upaya untuk pengembangan bahan komposit nano partikel berbasis polimer, pada penelitian ini dilakukan proses penambahan TiO2 pada bahan polianilin yang telah didoping HCl yang bertujuan untuk mengetahui nilai konduktivitas komposit polianilin/TiO2. Sebagai parameter, akan diuji keberhasilan sintesis bahan PANi dengan IR, konduktivitas listrik, XRD, dan ketahanan korosi setelah dicampurkan pada cat tertentu, serta degradasi fotokatistik dari komposit yang bersangkutan. METODE EKSPERIMEN Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
pendopingan pada monomer aniline. Sintesis PANi(HCl) dilakukan dengan cara kimiawi. Tahapan sintesisnya diawali dengan penetesan larutan inisiator Amonium Peroksidisulfat {(NH4)2S2O8} p.a 98% kedalam larutan monomer Anilin (C6H5NH2), kemudian dilakukan pendopingan dengan asam klorida (HCl) 1,5 M. dilanjutkan dengan pengadukan dan penyaringan dan pencucian dengan Metanol CH3OH dan Ammonium Hidroksida NH4OH Terakhir dicuci dengan Tetrahidrofuran/THF C4H8O. Preparasi partikel nano TiO2 Pembuatan serbuk nano-ferimagnetik diawali dengan mengencerkan 10 ml TiCl3 dengan 0.3 ml HCl 12 M dan 4.7 ml aquades kenudian diaduk dengan pengaduk magnetik selama 5 menit. Selanjutnya dicampurkan dengan 30 ml HCl 12M dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 5 menit. Selama proses pengadukan, dilakukan pula penetesan 180 ml NH3 4 M sampai berwarna ungu violet dan kemudian berubah putih. Hasil yang didapat, didiamkan 24 jam, kemudian disaring dengan kertas saring didapatkan endapan putih. Selanjutnya endapan dicuci dengan aquades sampai kurang ± lima kali. Tahap berikutnya endapan di oven 6 jam dengan suhu 200oC menghasilkan struktur anatase. Dan untuk mendapatkan fase yang lain endapan di oven 7 jam dengan suhu 1000 oC menghasilkan struktur rutile. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengukuran konduktivitas PANi Penggunaan dopan berupa HCl dengan konsentrasi 1,5 M didasarkan pada penelitian sebelumnya yang juga mensintesis polianilin dengan menggunakan HCl. Hasil pengujian konduktivitas listrik dengan menggunakan metode 4-titik didapatkan nilai konduktivitas polianilin sebesar 2.412 S/cm. Hasil Pengujian Spektroskopi FTIR Pengukuran spektroskopi FTIR dilakukan pada saat fase garam emeraldin untuk mengetahui jenis ikatan yang muncul. Bilangan gelombang yang muncul pada pengujian spektroskopi FTIR ini kemudian dibandingkan dengan tabel hasil penelitian Angelopoulos. M. et. al (1988) yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Sintesis PANi dengan dopan HCl Guna mendapatkan polimer konduktif dari PANi maka harus dilakukan sintesis dan
276
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Hal. 275-281
Tabel 1. Data spektroskopi FTIR untuk garam emeraldin Eksperimen -1
Referensi
Vibrasi
-1
(cm )
(cm )
802
797
C-H bending
1180,47
1109
C-H bending
1261,49
1236
C-N streching
1327,07
1292
C-N streching
1500,67
1481
C=C benzoid
1600,97
1560
C=C kuinoid
Pengujian FTIR ini dilakukan guna mengatahui hasil polimerisasi dari monomer anilin menjadi polianilin. Pergeseran yang terjadi 5 cm-1 pada tipe C-H bending dan pada tipe vibrasi C-N streching nilai pergeseran sebesar 25,49 cm-1. Begitu pula pada tipe vibrasi C=C benzoid nilai pergeserannya 19,67 cm-1, sedangkan C=C kuinoid sebesar 40,97 cm-1. Ini menunjukkan secara kualitatif bahwa hasil polimerisasi polianilin berupa garam emeraldin relatif sama. Menurut (Mac Diarmid dan Epstein 1987) jika basa emeraldin terprotonasi penuh (50%) seharusnya mempunyai struktur dikation (bipolaron). Hasil Sintesis TiO2 Sintesis TiO2 dilakukan dengan metode hidrolisis. Bahan dasarnya adalah TiCl3. Hidrolisis dari TiCl3 menghasilkan TiO2 dengan bentuk kristal anatase dan rutile. Pada proses sintesis ini terjadi perubahan warna 2 kali. Pertama warna ungu saat penambahan larutan NH3. Perubahan warna yang kedua menjadi putih terjadi saat pengadukan (setelah penetesan larutan NH3 selesai). Bila endapan yang didapat telah berwarna putih, hasil ini didiamkan selama 24 jam untuk menyempurnakan pembentukan TiO2 (anatase). Namun, hasil penyaringan tersebut merupakan TiO2 anatase yang berstruktur amorf. Sehingga, diperlukan proses pemanasan untuk membentuk kristal.
ISSN : 0854 - 2910
Struktur kristal tertentu dapat dibentuk dengan variasi suhu yang diberikan. Pola data XRD yang telah melalui proses search match menunjukkan bahwa pada TiO2 yang dipanaskan pada suhu 200oC selama 6 jam menghasilkan kemurnian kristal anatase 100%. Impuritas yang awalnya diprediksi antara lain NH4Cl dan TiCl3 tidak muncul pada sampel. Mulai 6 jam dan suhu 200oC inilah kristal anatase murni terbentuk. Bila kurang dari 6 jam serta suhunya lebih rendah masih terbentuk amorf dan sedikit kristal anatase. .
Gambar 2. Hasil pola XRD nano TiO2 anatase Metode hidrolisis ini mampu menghasilkan fase rutile dengan kemurnian 100% pula yang memiliki ukuran nanokristalin. Namun, yang membedakan dengan metode pembuatan TiO2 anatase adalah suhu pemanasan dalam furnace yaitu 1000oC selama 7 jam. Sehingga, pada suhu ini terjadi pergantian fase dari anatase menjadi rutile. Penelitian menunjukkan, ketika suhu kurang dari 900oC, maka akan terbentuk rutile dengan sedikit anatase. Ukuran kristal anatase yang didapat adalah 4 nm sedangkan rutile 115 nm. Pengukuran ukuran kristal ini dilakukan dengan program MAUD. Hasilnya menunjukkan bahwa TiO2 rutile lebih besar ukurannya dibandingkan TiO2 anatase. Penyebabnya adalah suhu pemanasan yang digunakan berbeda. Suhu pembentukan kristal rutile lebih tinggi dan membutuhkan waktu yang lebih lama 1 jam. Sehingga, pertumbuhan butirnya (grain growth) juga lebih signifikan. Ketika suhu 200oC, atom-atomya memiliki waktu yang cukup untuk kristalisasi dan terbentuk fasa awal. Sehingga didapatlah kristal anatase dengan ukuran kurang dari 100 nm. Sedangkan rutile, selain mengalami kristalisasi, proses pergantian fase (dari anatase menjadi rutile) yang diikuti pertumbuhan butir juga berlangsung. Pertumbuhan butir serta pergantian fase terjadi pada suhu tinggi termasuk 1000oC. Hasil Sintesis Komposit
Gambar 1. Hasil pola XRD nano TiO2 rutile
Sintesis polianilin dan nano TiO2 (anatase dan rutile) telah dilakukan. Pembuatan komposit
277
Pengembangan Nanokomposit PANi (HCL)................................. (M. Zainul Asrori,, dkk.)
polianilin/nano TiO2 ini dengan mencampurkan masing-masing bahan tersebut pada larutan aseton, dengan polianilin sebagai matrik dan nano TiO2 fillernya dengan konsentrasi 10% dan 20% anatase dan rutile.
Laju Korosi (mm/tahun)
0.0025
Tabel 2. Data hasil pengukuran konduktivitas komposit polianilin-TiO2 tanpa radiasi UV Fase TiO2 Anatase Rutile
Konsentrasi TiO2 (% Wt) 10 20 10 20
Konduktivitas Listrik (S/cm) 1,832 1,374 1,641 1,158
Seng dengan pelapisan cat
0.002 0.0015
Seng dengan pelapisan cat + anatase 10%
0.001
Seng dengan pelapisan cat + rutile
0.0005 0 0
20
40
Konsentrasi Pengisi (%)
Gambar 3. Laju korosi sampel Polianilin yang berwarna hitam sedangkan nano TiO2 (anatase dan rutile) berwarna putih mampu menghasilkan komposit warna abu-abu. Selanjutnya dilakukan karakterisasi dengan mencetak komposit pada tekanan 2 ton dan waktu penahanan 15 menit menjadi bentuk pelet dan kemudian dilakukan pengukuran konduktivitas listrik dengan hasil seperti pada Tabel 2. Dari data konduktivitas terlihat bahwa dengan penambahan konsentrasi TiO2, maka akan terjadi penurunan konduktivitas listrik komposit PANi/TiO2. Hal ini disebabkan karena butiran TiO2 baik anatase maupun rutile ukurannya lebih besar dari pada ion-ion bipolaron. Sehingga, elektron bebas yang dihasilkan bipolaron ini susah bergerak karena terblokade oleh butir TiO2. Ini mengakibatkan pula pemutusan rantai polimer. Partikel TiO2 anatase yang berukuran lebih kecil memiliki luas permukaan total yang lebih besar jika dibandingkan dengan partikel TiO2 rutile yang ukuran butirnya lebih besar. Hal ini mengakibatkan semakin besarnya daerah kontak antarmuka atau terdistribusi merata antara butir polianilin dengan butir TiO2 anatase sehingga menutupi sebagian besar kontak antar butir polianilin sendiri. Hal ini menghalangi pergerakan pembawa muatan melalui polaron-polaron sehingga mengakibatkan penurunan nilai konduktivitas komposit secara keseluruhan.
Dari Gambar 3 di atas tampak besarnya laju korosi masing – masing sampel dan terlihat bahwa rutile 30% memiliki laju korosi yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel yang lain. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: Besarnya konsentrasi TiO2 (rutile) yang ditambahkan, dan ukuran kristal dari TiO2 (rutile). Degradasi Fotokatalitik Degradasi fotokatalitik merupakan kerusakan (cacat) rantai yang dialami suatu bahan akibat adanya energi cahaya dari luar yang memiliki panjang gelombang tertentu. Penelitian ini digunakan lampu mercury 100W dengan panjang gelombang 365nm. Bahan (polianilin atau nanokomposit PANi/TiO2) yang sudah diradiasi selama waktu tertentu diuji dengan UV-Visible untuk mengetahui seberapa besar cacat yang timbul. Untuk pengujian ini sampel harus berupa larutan, sehingga serbuk harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam pelarut yang sesuai yakni H2SO4 dengan pengenceran sampai 0.1 M. Hasil pengujian ditunjukkan pada Gambar 4, yang menunjukkan hubungan antara panjang gelombang dengan absorbansi. Tingkat ketahanan atau kecacatan suatu material dapat dilihat melalui nilai absorbansinya. Sedangkan panjang gelombang yang ada mengindikasikan besarnya tahui energi eksitasi dari bahan yang bersangkutan.
Laju Korosi Laju korosi dapat dari sampel dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
278
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Hal. 275-281
ISSN : 0854 - 2910
memiliki jenis ikatan imin. Sehingga meyebabkan nilai konduktivitas listrik turun.
ini
Hasil yang berbeda ditunjukkan pada pengujian nanokomposit polianilin/TiO2 pada 3,2 eV. Pada keadaaan ini, TiO2 mampu menghasilkan pasangan elektron dan hole pada pita konduksi dan pita valensi. Elektron yang dihasilkan akan bereaksi dengan oksigen yang ada disekitarnya membentuk O2 radikal dan begitu pula hole bereaksi dengan uap air menghasilkan ion H+ serta OH- radikal. Ion-ion radikal inilah yang meyebabkan ikatan antar atom, antar polimer melemah dan akhirnya putus. Ion radikal tersebut mengganggu atom-atom pada rantai polimer.
Gambar 5. menunjukkan nanokomposit PANi/TiO2 yang telah diradiasi 4 jam dengan (a) PANi/anatase 20%, (b) PANi/rutile 10%, (c) PANi/anatase 10%, (d) PANi/rutile 20%.
Gambar 4. Hasil UV-Visible (a) polianilin murni, (b) polianilin murni diradiasi 4 jam, dan (c) polianilin murni diradiasi 6 jam Panjang gelombang kedua sampel hampir sama. Ini menunjukkan polianilin yang dihasilkan pada eksperimen kali ini bereksitasi di sekitar nilai 1,63eV-3.41eV. Sedangkan adanya cacat rantai dindikasikan dari besarnya nilai absorbansi. Nilai absorbansi ini merupakan banyak sedikitnya gelombang UV-visible yang terserap oleh bahan. Bahan b mempunyai nilai absorbansi yang lebih tinggi dibandingkan bahan a. Ini mengindikasikan bahwa polianilin dengan radiasi 4 jam dan 6 jam mengalami degradasi fotokatalitik. Menurut L Zang dkk., polianilin yang teradiasi akan mengalami pemutusan rantai-rantai polimernya. Ikatan C-N terputus menjadi bagian-bagian yang terpisah satu dengan lain. Kejadian ini berpengaruh pada nilai konduktivitas listriknya. Bipolaron yang membuat polimer ini memiliki konduktivitas menjadi terganggu akibat dari terputusnya atom N dari rantai utama. Bipolaron terikat pada atom N yang
Pada radiasi selama 4 jam, nilai absorbansi yang paling tinggi dimiliki oleh anatase 20%sedangkan yang terkecil adalah rutile 20%. Ini terbukti rutile lebih stabil daripada anatase. Pada konsentrasi 10% baik anatase maupun rutile terjadi degradasi fotokatalitik namun perubahannya belum signifikan. Sementara, peningkatan lama radiasi, yakni 6 jam memberikan efek yang berbeda terhadap degradasi fotokalistik dibandingkan dengan lama radiasi selama 4 jam. Seperti yang terlihat pada Gambar 6. Dengan penambahan konsentrasi menjadi 20% pada masing-masing komposit membuat nilai absorbansi berubah drastis. Filler rutile 20% lebih tahan dari pada anatase 20%. Ketika filler anatase 20% nilai absorbansi tinggi. Nilai absorbasi yang tinggi diikuti tingkat degradasi yang besar pula. Tingginya kerusakan yang dialami polianilin tergantung pada banyaknya konsentrasi filler yang ditambahkan, jenis filler, serta lamanya radiasi.
279
Pengembangan Nanokomposit PANi (HCL)................................. (M. Zainul Asrori,, dkk.)
DAFTAR PUSTAKA 1.
Gambar 6. Hasil pengujian UV-visible PANi/TiO2 (anatase dan rutile) diradiasi 6 jam (a) PANi/anatase 20%, (b) PANi/rutile 10%, (c) PANi/anatase 10%, (d) PANi/rutile 20%. Dari Gambar 6 di atas terlihat pada radiasi selama 6 jam penambahan TiO2 anatase 20% memberikan indikasi paling terdegradasi dan komposit TiO2 rutile 20% memiliki ketahanan yang baik di antara yang lain. KESIMPULAN Dari proses sintesis komposit PANi(HCl)-TiO2 dan karakterisasi yang telah dilakukan dapat diambil simpulan: 1. Komposit PANi(HCl telah berhasil disintesis secara kimia yang menghasilkan konduktivitas listrik 2,412 S/cm dan TiO2 dibuat dengan metode hidrotermal menghasilkan fasa anatase dan rutile dengan ukuran masing-masing 4 nm dan 115 nm 2. Ukuran partikel TiO2 yang lebih kecil memperbesar luas daerah kontak antarmuka antara matriks polianilin dengan TiO2 sehingga akan meperkecil konduktivitas listriknya. 3. Peningkatan konsentrasi pengisi TiO2 pada PANi menurunkan laju korosi. Dengan penambahan partikel TiO2 fasa rutile laju korosi yang terjadi lebih kecil dibandingkan TiO2 fasa anatase 4. Degradasi fotokatalitik pada polianilin dipengaruhi oleh jenis bahan tambahan (filler), lama penyinaran, serta konsentrasi filler itu sendiri. Penambahan anatase 20% memiliki tingkat degrasi tinggi yakni 12,7% sedangkan penambahan rutile 20% mempunyai ketahanan cukup besar dan hanya terdegradasi 8,2%. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada ketua jurusan Fisika dan koordinator bidang minat Fisika Bahan FMIPA ITS, yang telah memfasilitasi penelitian ini, serta tak lupa teman-teman sejawat semua atas bantuan dan dorongannya.
MALINAUKAS, J Malinauskiene and A Ramanavicius, 2005, “Conducting PolymerBase Nanostructurized Materials: Electrochemical Aspects”, Nanotechnology vol. 16, R51-R62. 2. ASRORI M.Z.DAN MASHURI, 2000, “Perubahan Kinerja Mekanik Komposit Polietilen Oleh Pembentukan Ikat Silang Serta Adesi Antar Muka Matrik Pengisi”, Laporan Penelitian Dasar, Ditjend. Dikti. 3. AXEL HOUDAYER, RAPHAEL SCHNEIDER, DENIS BILLAUD, JAAFAR GHANBAJA, JACQUES LAMBERT, 2005, “New Polyaniline/Ni(0) Nanocompo-sites: Synthesis, Characterization and Evaluation of Their Catalytic Activity in Heck Couplings”, Synthetic Metals, vol.151, 165-174. 4. P.SIVARAMAN, S.K. RATH, V.R. HANDE, A.P. THAKUR, M.PATRI, A.B. SAMUI, 2006, “All-Solid-Supercapasitor Based on Polyaniline and Sulfonated Polymers Synthetic Metals, vol.156, 1057-1064. 5. S. SATHIYANARAYANAN, S. SHED AZIM, G. VENCTACHARI, 2007, “Preparation of Polyalianilene-TiO2 Composite and Its Comparative Corrosion Protection Performance With Polyaniline”, Synthetic Metals, vol.157, 2005-213. 6. WENYAN XUE, KUN FANG, HONG QIU, JING LI, WEIMIN MAO, 2006, “Electrical and Magnetic Properties of the Fe3O4-Polyaniline Nanocomposite Pellets Containing DBSAdoped Polyaniline and HCl-doped Polyaniline with Fe3O4 nanoparticles”, Synthetic Metals, vol.156, 506-509. 7. E. SEGAL, Y. HABA, M. NARKIS, A. SIEGMANN, 2001 On the Structure and Electrical Conductivity of Polyaniline/ Polystyrene Blends Prepared By an AquosDispersion Blending Method, Journal of Applied Polymer Science, vol. 39, 611-621. 8. D. AUSSAWASATHIEN, J.H. DONG, L. DAI, 2005, Electrospun Polymers Nanofiber Sensor, Synthetic Metals, vol.151, 77-84. 9. DARREN A, MAKEIFF, TRISHA HUBER, 2006, “Microwave Absorbtion by PolyanilineCarbon Nanotube Composite”, Synthetic Metals, vol.156, 497-505. 10. JIN-YEOL KIM, JOONG-HYUN LEE, SIJOONG KWON, 2007, “The Manufacture and Properties of Polyaniline Nano-Filmes Prepared Trough Vapor-phase Polymerization”, Synthetic Metals, vol.157, 336-342. 11. LIJUAN ZHANG, MEXIANG WAN, YEN WEI, 2005, “Polyaniline/TiO2 Microsperes Prepared by a Tempalte-Free Method”, Synthetic Metals, vol.151, 1-5.
280
Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Hal. 275-281
TANYA JAWAB Pertanyaan Bagaimana cara menentukan ukuran butir dan cara menentukan ketidakpastiannya. Kalau menggunakan data XRD, Apakah faktor prefferred orientation dan puncak2 yang overlap diperhatikan? (Suharyana, UNS) Jawaban Ukuran butir ditentukan dengan software MAUD dengan menggunakan refinement jadi tidak dilakukan secara manual sehingga menghindari overlap puncak-puncak Ketidakpastiannya berkisar 20% dari nilai 4 nm.
281
ISSN : 0854 - 2910