PERBANDINGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN, PENDAPATAN DAN PEMANFAATAN PENDAPATAN PETANI IKAN LAHAN SAWAH IRIGASI DAN SAWAH NON IRIGASI D I K E C A M A T A N B A D A S K A B U P A T E N KEDIRI
M Syamsul Hadi Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
ABSTRAK: Kecamatan Badas banyak terdapat petani ikan lahan sawah baik sawah irigasi dan non irigasi yang terdapat pada dua desa, yakni Desa Canggu dan Desa Krecek. Pada kedua desa ini memiliki perbedaan dalam usaha perikanan, hal ini dikarenakan pada Desa Krecek sawahnya mempunyai irigasi yang bersumber dari sungai, sedangkan pada Desa Canggu tidak mempunyai saluran irigasi, untuk mengairi lahan sawah tersebut petani ikan lahan sawah non irigasi mengunakan air sumur atau air tanah. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendiskripsikan perbandingan tingkat pendidikan petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi. 2) Mendiskripsikan perbandingan pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi. 3) Mendiskripsikan perbandingan pemanfaatan pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif . Penelitian ini menggunankan metode survey dengan sampel 60 petani ikan lahan sawah irigasi dan non irigasi yang terdapat di Desa Canggu dan Desa Krecek. Teknik pengambilan data yang digunakan angket terbimbing, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi tunggal dan tabulasi silang. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) tingkat pendidikan petani ikan pada umumnya mempunyai latar belakang pendidikan SMA. (2) pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi lebih besar dibandingkan dengan lahan sawah non irigasi.biaya produksi petani lahan sawah non irigasi lebih besar dibandingkan dengan petani lahan sawah non irigasi. (3) Pemanfaatan pendapatan petani ikan pada umunya petani menggunakan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membanggun rumah. Kata Kunci: Sawah irigasi, Sawah non irigasi, Petani ikan Pengembangan usaha perikanan semakin memegang peranan penting dalam pembangunan perikanan. Usaha yang dimaksud, tidak hanya disektor budidaya, tetapi juga sektor pasca budi daya, seperti aneka olahan perikanan. Dengan demikian akan menambah nilai komersialnya. Dalam kegiatan berproduksi, tujuan pembudidaya ikan adalah memaksimumkan keuntungan usaha. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat dengan efisiensi dalam berproduksi. Secara empiris hampir semua pembudidaya ikan adalah sebagai
penerima harga dalam pasar input maupun output karena jarang dijumpai sekumpulan pembudidaya ikan mampu mengorganisasi kelompoknya sehingga mempunyai posisi tawar yang kuat di pasar. Pada tahun 2009, konsumsi ikan di Jawa Timur sebesar 17,31 kg/kapita/tahun. Jumlah petani pembudidaya ikan di Jawa Timur pada tahun 2010 sebanyak 131.161 petani yang terbagi dalam empat cabang usaha budidaya yaitu kolam, karamba, ikan hias dan sawah tambak. Budidaya ini tersebar ke seluruh kota di Jawa Timur dan salah satunya adalah kabupaten Kediri ( DKP Provinsi Jawa Timur, 2010 ). Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Timur yang memiliki peranan cukup besar dibidang pertanian. Kabupaten Kediri terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, yang memiliki 26 Kecamatan dan luas 1.386,05 Km2. Daerah ini memiliki lahan pertanian yang cukup baik untuk perikanan. Lahan sawah pertanian di Kabupaten Kediri ini mencapai 47.320 Ha. Luasan lahan yang digunakan sebagai pertanian dan perikanan terdapat pada dua kecamatan, yakni Kecamatan Badas dan Kecamatan Plosoklaten. Kecamatan Badas merupakan kecamatan yang terletak di utara ibukota kabupaten. Luas wilayahnya mencapai 39,22 Km2 yang terdiri dari 8 desa. Luas penggunaan lahan sawah di Kecamatan mencapai 2276,8Ha. Dari data yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang bergerak di sektor perikanan cukup banyak yakni mencapai 766 orang. Jumlah ini merupakan jumlah keseluruhan dari petani ikan baik petani ikan yang itu sendiri maupun buruh taninya. Ini disebabkan kondisi geografis di kecamatan ini sangat mendukung sekali digunakan dalam sektor perikanan. Kecamatan Badas merupakan kecamatan yang terletak di utara ibukota kabupaten. Luas wilayahnya mencapai 39,22 Km2 yang terdiri dari 8 desa. Luas penggunaan lahan sawah di Kecamatan mencapai 2276,8Ha. Dari data yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang bergerak di sektor perikanan cukup banyak yakni mencapai 766 orang. Jumlah ini merupakan jumlah keseluruhan dari petani ikan baik petani ikan yang itu sendiri maupun buruh taninya. Ini disebabkan kondisi geografis di kecamatan ini sangat mendukung sekali digunakan dalam sektor perikanan. Data yang diperoleh pada tahun 2010, petani ikan di Kecamatan Badas berjumlah 100 orang dan luasnya mencapai 378400m2. Yang terdapat pada dua Desa, yakni Desa Krecek dan Desa Canggu (Kantor Kecamatan Badas). Pada Desa Krecek terdapat 68 petani ikan yang memanfaatkan lahan sawah irigasi untuk pembudidayaan ikan air tawar seperti lele, mujaer, gurame, tawas, tombro, koi dan nila. Di Desa ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk perikanan karena terdapat aliran sungai yang dapat dimanfaatkan untuk saluran irigasi dan pengairan. Sedangkan di Desa Canggu terdapat 32 petani ikan yang memanfaatkan lahan sawah non irigasi. Hal ini dikarenakan pada Desa ini tidak terdapat aliran sungai, untuk mengairi lahan sawah tersebut para petani
menggunakan air sumur. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendiskripsikan perbandingan tingkat pendidikan petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi. 2) Mendiskripsikan perbandingan pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi. 3) Mendiskripsikan perbandingan pemanfaatan pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri. METODE Penelitian ini menggunakan metode survey artinya penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok. Dalam rancangan penelitian ini akan dijabarkan mengenai metode yang digunakan dalam analisis serta pengambilan sampel daerah penelitian. Penelitian merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan Perbandingan antara tingkat pendidikan, pendapatan dan pemanfaatan pendapatan petani ikan Lahan Sawah Irigasi Dan Sawah Non Irigasi Di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri. Sampel pada penelitian ini adalah 60 petani yang memiliki sawah irigasai dan sawah non irigasi yang tersebar di dua Desa yaitu Desa Krecek dan Desa Canggu. Sampel ini ditentukan langsung oleh peneliti dan sengaja di samakan jumlahnya agar memudahkan untuk membandingkan antar variabel. Di Desa Krecek terdapat 68 petani ikan dan sampel yang diambil di Desa tersebut adalah 30 petani ikan. Sedangkan di Desa Canggu terdapat 32 petani ikan dan sampel yang diambil 30 petani ikan. Teknik pengambilan data yang digunakan angket terbimbing, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi tunggal dan tabulasi silang. HASIL Perbandingan tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh petani ikan lahan sawah irigasi dan non irigasi sebagian besar petani menempuh pendidikan SMA, petani ikan lahan sawah irigasi Sebanyak 18 responden atau sebesat 60% mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh sampai SMA/sedrajat dan petani ikan lahan sawah non irigasi Sebanyak 12 responden atau sebesat 40% mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh sampai SMA/sedrajat. Sedangkan petani yang pernah mengikuti pelatihan mempunyai peresentase tertinggi yang sama yaitu sama-sama jarang melakukan pelatihan. dari petani lahan sawah irigasi terdapat 11 responden atau sebesar 36,7% jarang mengikuti pelatian. Sedangkan petani lahan sawah non irigasi terdapat 14 responden atau sebesar 46,7% responden jarang mengikuti pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian dari kedua petani lahan sawah tersebut, responden memiliki keterampilan menjadi petani ikan dan mendapatkan
informasi, ini diperoleh dari keterampilan yang diturunkan keluarganya atau diperoleh dari para petani lain yang sudah lama menjadi petani ikan dan mengikuti pelatihan-pelatihan. Informasi yang didapat petani ikan dalam budidaya ikan, petani ikan lahan sawah irigasi sebagian besar informasi budidaya ikannya berasal dari warisan nenek moyang, petani ikan lahan sawah irigasi terdapat 9 responden atau sebesar 30% warisan nenek moyang. Sedangkan pada petani lahan non irigasi sebagian besar informasi budidaya ikannya berasal dari orang tua, yakni terdapat 13 responden atau sebesar 43,3% responden. Informasi yang didapat dalam budidaya ikan dari kedua data diatas dapat dibandingkan bahwa informasi budidaya ikan petani lahan sawah irigasi sebagian besar informasinya didapat dari warisan nenek moyang, sedangkan petani lahan sawah non irigasi sebagian besar informasi burbudidaya ikan didapat dari orang tua. Dengan demikian dapat dilihat bahwa pada lahan sawah irigasi sudah lama digunakan untuk berbudiya ikan air tawar, sedangkan pada lahan non irigasi baru sebentar digunakan untuk berbudidaya ikan air tawar. Untuk usaha peningkatan mutu produksi petani ikan lahan sawah irigasi sebagian besar usaha peningkatan mutu produksi, terdapat 11 responden atau sebesar 36,7% responden, mengatakan usaha peningkatan mutu produksi adalah Sharing dengan kelompok. Sedangkan petani ikan lahan sawah non irigasi sebagian besar usaha peningkatan mutu produsi, terdapat 9 responden atau sebanyak 30% responden, mengatakan beli induk yg bagus dan perawatan yg baik. Usaha peningkatan mutu produksi dari kedua petani lahan sawah irigasi maupun non irigasi dapat dibandingkan bahwa petani ikan lahan sawah irigasi, sebagian besar petani meningkatkan mutu produsi dengan cara Sharing dengan kelompok. Sedangkan petani ikan lahan sawah non irigasi, sebagian besar petani meningkatkan mutu produksi dengan cara membeli induk yang bagus dan perawatan yang baik. Untuk perbandingan pendapatan petani lahan sawah irigasi dan non irigasi. Pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi lebih besar daripada petani lahan sawah non irigasi, petani lahan sawah irigasi mempunyai rata-rata pendapatan 5.208.000,00, sedangkan petani lahan sawah non irigasi mendapatkan penghasilan rata-rata sebesar Rp 5.013.000,00. Dari hasi perhitungan antara pendapatan kotor dengan biaya produksi menghasilkan pendapatan bersih yang didapat para petani ikan adalah Pendapatan bersih petani lahan sawah irigasi yakni 4.243.000,00, Sedangkan pendapatan bersih petani ikan lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata 3.956.000,00. Perbedaan ini disebabkan beberapa faktor antara lain: biaya produksi dan luas lahan. Biaya produksi petani lahan irigasi mempunyai rata-rata 964,766,00. Sedangkan petani ikan lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata cukup besar yakni 1.056.866,00 biaya ini sebagian besar digunakan untuk mengairi lahan sawah, lahan sawah non irigasi ini sistem pengairannya sangat sulit sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Sedangkan petani lahan sawah irigasi tidak lagi mengeluarkan biaya untuk mengairi lahan
sawah karena pada lahan ini sangat didukung dengan aliran sungai yang mengalir di tepi lahan sawah. Berdasarkan data dari badan pusat statistik Kabupaten Kediri upah minimum petani ikan pada tahun 2012 adalah 999.000 setiap bulan, pada petani lahan sawah irigasi setiap satu kali panen dalam waktu 4 bulan mempunyai pendapatan bersih rata-rata 4.243.000,00, dapat dibandingkan dengan upah minimum (UMR) pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi sedikit diatas dari upah minimum yakni setiap satu bulan pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi mempunyai rata-rata 1.060.750,00. Sedangkan pendapatan petani ikan lahan sawah non irigasi setiap satu kali panen dalam waktu 4 bulan mempunyai pendapatan rata-rata 3.956.000,00, di bandingkan dengan upah minimum (UMR) pendapatan petani ikan lahan sawah non irigasi masih diatas dari upah minimum (UMR), pendapatan petani ikan lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata 989.000,00. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi mempunyai pendapatan bersih rata-rata diatas dari upah minimum. Sedangkan petani ikan lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata pendapatan bersih sedikit di bawah upah minimum. Untuk perbandingan pemanfaatan pendapatan Petani ikan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata yang sama, yaitu samasama mempunyai rata-rata memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Petani lahan sawah irigasi mempunyai rata-rata sebesar 30% memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Sedangkan petani sawah non irigasi mempunyai rata-rata sebesar 33,3% memanfaatkan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Akan tetapi terdapat perbedaan pada variabel yang menggunakan pendapatanya untuk biaya sekolah, membangun rumah dan investasi. Pada variabel ini petani lahan sawah irigasi lebih banyak dibandingkan petani lahan sawah non irigasi, hal ini disebabkan pendapatan yang di peroleh petani lahan sawah irigasi besar dan mempunyai luas lahan yang lebih besar dibandingkan dengan petani lahan sawah non irigasi. PEMBAHASAN Pendidikan merupakan suatu komponen yang dapat memberikan pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh suatu masyarakat. Dengan pendidikan yang diperoleh masyarakat mampu menyesuaikan jenis pekerjaan yang akan dipilih. Pada umumnya tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat, makin tinggi pendidikan suatu masyarakat makin tinggi pula pendapatan serta status sosial masyarakat tersebut. Jenis pendidikan meliputi pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang didapatkan dengan cara bersekolah di suatu lembaga pendidikan formal seperti
SD, SMP dan SMA. Sedangkan pendidikan non formal biasanya diperoleh dengan mengikuti kursus ataupun pelatihan-pelatihan ketrampilan khusus. Pendidikan yang diperoleh para petani ikan di lahan sawah irigasi dan non irigasi rata-rata petani sudah menempuh pada tingkat SMA. Tetapi walaupun hanya menempuh pada tingkat SMA, para petani ikan mampu bertani dengan produksi yang cukup banyak. Ini dikarenakan para petani ikan tersebut sudah lama mendapatkan keterampilan tersebut dengan mengikuti pelatihan, saling berbagi pendapat pada para petani ikan lain ataupun para orang tua yang sudah sejak lama mengetahui tentang cara bertani ikan. pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori (Moekijat, 1993:3). Selain tingkat pendidikan, pendapatan merupakan salah satu faktor pendorong yang sangat besar dalam pemilihan jenis pekerjaan seseorang. Tingkat pendapatan yang diperoleh sangat erat hubungannya dengan faktor penyebab alih guna lahan pertanian ke non pertanian. Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti: sewa, bunga, dividen serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Pendapatan petani ikan lahan sawah irigasi dan non irigasi di Desa Krecek dan Canggu yakni pada lahan sawah irigasi mempunyai pendapatan lebih besar dibandingkan dengan lahan sawah non irigasi. Ini disebabkan kareana biaya produksi pada lahan sawah irigasi cukup sedikit sedangkan pada lahan sawah non irigasi biaya produksiya cukup besar, karena pada lahan sawah non irigasi ini tidak mempunyai sistem pengairan yang baik sehingga memerlukan biaya untuk mengairi lahan sawah tersebut. Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja. Pendapatan petani lahan sawah irigasi cukup besar tidak hanya biaya produksi yang kecil akan tetapi luas lahan juga sangat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Luas lahan pada lahan sawah irigasi ini mempunyai rata-rata luas lahan sedikit lebih besar dibandingkan lahan sawah non irigasi, Lahan yang sempit tentu saja membuat hasil yang diperoleh tidak memadai sebagai pendapatan yang mereka peroleh. Hal ini dikarenakan pada lahan sawah irigasi ini sangat di dukung dengan sistem pengairan yang baik sehingga dapat berbudiaya dengan baik.
Selain tingkat pendapatan dan pendidikan, pemanfaatan pendapatan para petani ikan pada lahan sawah irigasi dan non irigasi mempunyai rata-rata yang sama, yaitu sama-sama mempunyai rata-rata pemanfaatan pendapatannya dipakai untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Pada lahan sawah irigasi rataratanya sebesar 30% memanfaatan pendapatannya dipakai untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Sedangkan pada lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata sebesar 33,3% memanfaatan pendapatannya dipakai untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Akan tetapi terdapat perbedaan antara lahan sawah irigasi dan non irigasi terdapat pada variabel menggunakan pendapatanya untuk Biaya sekolah, membangun rumah dan investasi dan menggunakan pendapatannya untuk Biaya sekolah, membangun rumah dan mengembangkan usaha. Pada lahan sawah irigasi sedikit lebih banyak respondennya mengunakan variabel ini dibandingkan dengan lahan sawah non irigasi. Hal ini dikarenakan pada lahan sawah irigasi mempunyai rata-rata pendapatan yang besar sehingga mereka dapat memenuhi variabel menggunakan pendapatanya untuk Biaya sekolah, membangun rumah dan investasi dan menggunakan pendapatannya untuk Biaya sekolah, membangun rumah dan mengembangkan usaha. Hasil perbandingan yang dilakukan dari semua variable yakni tingkat pendidikan , pendapatan, dan pemanfaatan pendapatan lahan sawah irigasi mempunyai rata-rata pendapatan yang besar dibandingkan dengan lahan sawah non irigasi, sedangkan perbandingan antara tingkat pendidikan dan pemanfaatan pendapatan, kedua lahan sawah ini mempunyai rata-rata yang sama. Pendidikan yang pernah ditempuh para petani ikan baik lahan sawah irigasi dan sawah non irigasi adalah tingkat SMA. Sedangkan pemanfaatan pendapatan yang dilakukan petani kedua lahan sawah ini adalah sebagian besar mengunakan pendapatannya untuk membiayai sekolah anak dan membangun rumah. Tingkat pendidikan pada kedua petani ikan lahan sawah rigasi dan lahan sawah non irigasi sebagian besar bertingkat pendidikan formal SMA. Hal ini dikarenakan letak kedua lokasi penelitian ini berdekatan dan kondisi ekonomi keluarga pada masa lalu yang masih tegolong sedang. Selain tingkat penddikan yang mempunyai kesamaan, pemanfaatan pendapatan juga mempunyai kesamaan yakni sebagian besar petani pada kedua lahan sawah mengunakan pendapatannya untuk membangun rumah dan membiayai sekolah anak. Hai ini dikarenkan para petani ikan pada kedua lahan sawah sebagian besar petani masih mempunyai tanggungan untuk membiayai anak untuk sekolah dan sebaian besar kondisi rumah petani yang masih dilakukan renovasi.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perbandingan antara tingkat pendidikan dari petani lahan sawah irigasi dan petani lahan sawah non irigasi mempunyai rata-rata yang sama yakni sebagian besar berpendidikan formal SMA. untuk pendidikan non formal petani lahan sawah irigasi dan petani lahan sawah non irigasi tersebut juga mempunyai rata-rata yang sama, yakni sebagian besar para petani jarang melakukan pelatian atau kursus. Untuk mengembangkan budidayanya mereka memperoleh pemahaman dan keterampilan usaha perikanan dari orang tua, diskusi antar kelompok dan saling bertukar pengalaman dengan teman dekat yang lebih lama berbudidaya ikan. 2. Perbandingan pendapatan dari petani lahan sawah irigasi dan petani lahan sawah non irigasi, bahwa petani ikan lahan sawah irigasi lebih besar pendapatanya di bandingkan dengan petani lahan sawah non irigasi. Perbedaan ini disebabkan karena beberapa faktor antara lain sistem pengairan, luas lahan dan biaya produksi yang dikeluarkan. 3. Perbandingan pemanfaatan pendapatan petani lahan sawah irigasi dan non irigasi mempunyai rata-rata yang sama, yaitu sama-sama mempunyai rata-rata memanfaakan pendapatannya untuk membiayai sekolah dan membangun rumah. Saran Berdasarkan analisa dan data sebagaimana telah diuraikan tersebut maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Tingkat pendidikan petani ikan di lahan sawah irigasi dan non irigasi sebagian besar mempunyai kesamaan yakni berlatar belakang pendidikan SMA. Petani ikan dianjurkan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan hasil produksi. 2. Pendapatan yang di peroleh petani ikan pada lahan sawah irigasi sedikit lebih besar dari lahan sawah non irigasi dan disarankan pada para petani sawah non irigasi untuk menciptakan sistem pengairan yang diatur bersama. 3. Pemanfaatan pendapatan para petani dari kedua lahan sawah sebagian besar digunakan untuk membiayai sekolah dan membangun rumah dan diharapkan dapat memperbaiki tingkat pendidikan masyarakat di kedua desa tersebut.
DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1999. Dinamika Ekonomi Dan Iptek Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Tiara Wacana Arifin, Bustanul, dkk. 2005. Pembangunan Pertanian: Paradigma kebijakan dan Strategi Revitalisasi. Jakarta: Grasindo Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kabupaten Kediri. 2010. Kedri: BKKBN Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri. 2011. Kabupaten Kediri Dalam Angka 2011. Kediri: BPS Badan Pusat Statistik kabupaten Kediri. 2010. Kabupaten Kediri Dalam Angka 2009. Kediri: BPS Badan Pusat Statistik kabupaten Kediri. 2011. Kabupaten Kediri Dalam Angka 2010. Kediri: BPS Buranda, J. P. 2004 Dasar-dasar Geologi. Malang: Universitas Negeri Malang Dinas Perikanan. 2009. Data Potensi Perikanan Kabupaten Kediri Tahun 2009. Kediri: Dinas Perikanan Dinas Perikanan. 2010. Data Potensi Perikanan Kabupaten Kediri Tahun 2010. Kediri: Dinas Perikanan Departemen Pertanian. 1981. Pembangunan Pertanian. Jakarta: Biro Humas Dinas Pertanian. 2009. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tahun 2009 Kabupaten Kediri. Kediri: Dinas Pertanian Dinas Pertanian. 2010. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tahun 2010. Kabupaten Kediri. Kediri: Dinas Pertanian Dinas Pertanian. 2009. Laporan Penggunaan Lahan Per Kecamatan tahun 2009 di Kabupaten Kediri.Kediri: Dinas Pertanian Dinas Pertanian. 2010. Laporan Penggunaan Lahan Per Kecamatan tahun 2010 di Kabupaten Kediri. Kediri: Dinas Pertanian Fauzi, Akhmad. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan Issue, Sistesis, dan Gagasan. Jakarta: Gramedia Fauzi, Akhmad. 2010. Ekonomi Perikanan teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama FIP, UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imherial Bhakti Utama Harianti, Hidayatika Ibenty,2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan Petani Ikan Lahan Sawah Di Kecamatan Badas Kabupaten Kediri. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang Hendriksen, Eldon S. Sinaga ,Marianus. 1993. Teori Akuntansi. Jakarta: Erlangga Indra, Kesuma, Ir. 2002. Gambaran Ketenagakerjaan Propinsi Jambi. Digital library : Universitas Sumatera Utara Inggriastuti, Emma. 2007. Karakteristik dan Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Petani dan Lingkungan Akibat Alih Fungsi Lahan di Desa Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Kasryono, Faisal. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia. Jakarta: yayasan Obor Indonesia
Lukman, Fahmi. 2002. Syariat Islam Dalam Kebijakan Pendidikan. Jakarta: HTI. Mahyuddin, Kholish. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta: Penebar Swadaya, Anggota IKAPI Marsuki, Saleh. 2009. Dimensi-Dimensi Pendidikan Non formal. Malang: Universitas Negeri Malang Media Indonesia, 4 April 2007. Potensi Perikanan Indonesia, hlm 1 Moekojiat. 1993. Latihan Dan Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bandung: PT Mandar Maju Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES Samuelson, Paul A. 2003. Ilmu ekonomi mikro. Jakarta: Media Global Edukasi Salikin, Karwan, A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius Salladien. 1980. Konsep Dasar Demografi. Surabaya: PT Bina Ilmu. Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPSTIE. Simanjuntak, Payaman. J. 1985. Pengantar ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sirait, Lilis. 2009. Bebrapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Petani Sayur Mayur Di Kabupaten Karo. Medan: Universitas Sumatera Utara Soetrisno, Loekman. 1999. Pertanian Pada Abad ke 21. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Singarimbun, Masri & Effendi, sofyan (ED). 1989. Metode Penelitian Survey. Yogyakarta: Andy Offset Soekartawi. 1995. Pembangunan Pertanian. Bandung: rajawali Pres Soekanto, Sarjono.1998. SosiologiSuatuPengantar. Jakarta:GrafindoPrasada Subri, Mulyadi. 2003. EkonomiSumberDayaManusia. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada Sumardi, Mulyanto dkk. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV Rajawali bekerja sama dengan Yayasan Ilmu-ilmu Sosial (YIIS) Jakarta Sumarnonugroho, T. 1984. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: PT Hanindita Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta Umar, Husein. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama _________.2010. Definisi Pendapatan Menurut Para Ahli. (Online), (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2062044-defenisipendapatan-menurut-para-ahli/.html Diakses tanggal 15 April 2012) _________.2011. Pengertian Pendidikan. (Online), (http://kuliahitukeren. blogspot.com/2011/07/pengertian-pendidikan.html Diakses tanggal 23 April 2012) _________.2011. Pengertian Pendidikan Formal Dan Pendidikan Non Formal. (Online), (http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengertianpendidikan-formal-dan-nonformal.html. Diakses tanggal 23 April 2012) _________.2010. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan. (Online), (http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/03/pengertian-pendidikan-danpelatihan.html. Diakses tanggal 23 April 2012 )