Akuntabilitas, Maret 2007, hal. 158-164 ISSN 1412-0240
Vol. 6, No.2
Locus of Control and Accepting Disfunctional Behavior on Public Auditors ofDFAB INDRI KARTIKA & PROFITA WIJAYANTI* Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung JIn. Raya Kali Gawe, km. 4, Semarang. Tel. 024.6583584, Ext. 542 Diterima 28 November 2006, Disetujui 16 Januari 2007
Abstract: This study investigates the influence of performance on its acceptance of dysfunctional audit behavior with antecedent locus of control. Issue on this study are many corruptions as happened in the provincial government of Central Java and special Province ofYogyakarta. Sample in this study consists of auditors that works in Central Java's and DIY's BPKP in 2007 (BPKB = Development and Financial Absolut Based (DFAB)). Sample consists of 140 auditors with convenience sampling method. Hypothesis are examined by using Partial Least Square (PLS). The results of empirical tests indicate that locus of control as an antecedent variable of influence performance on its acceptance of dysfunctional audit behavior.The results indicatethat auditor's individualcharacteristicsinfluenceon their performance. The willingness acceptance of dysfunctional audit behavior indicate that actual auditor's dysfunctional behavior. Key words: Locus of control, employee performance, dysfunctional audit behavior
PENDAHULUAN Predikat negara Indonesia sebagai 5 besar negara terkorup di dunia menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengawasan dan pertanggungjawaban di lembaga pemerintahan. (Tempo, 18 Desember 2005). Predikat tersebut mengindikasikan kurang berfungsinya akuntan dan penegak hukum yang merupakan tenaga profesional teknis yang secara sistematis bekerjasama untuk mencegah dan mengungkapkan kasus korupsi di Indonesia secara tuntas. (Arif,2002). Penyebab utama yang mungkin adalah karena kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia. Mardiasmo (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia yaitu: pertama tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Kedua, berkaitan dengan masalah strukur lembaga audit terhadap pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia yang overlapping satu dengan yang lainnya yang menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan pelaksanaan
* Penulis untuk korespondensi. email:
[email protected]
Hp. 08122502741,
pengauditan. Kualitas audit ditentukan oleh proses yang tepat yang harus diikuti dan pengendalian personal audit. Penelitian dalam sistem pengendalian menyatakan bahwa sistem pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik dan mengarah kepada perilaku disfungsional (Otley & Pierce, 1996). Menurut Jansen & Glinow dalam Malone & Roberts (1996), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari pendapat terse but, dapat disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal). Karakteristik personal yang memengaruhi penerimaan perilaku disfungsional diantaranya locus of control (Donelly et al. 2003), dan kinerja karyawan (employee performance) (Gable & De Angelo, 1994; Donelly et al. 2003). Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan positif diantara eksternallocus of control individual dengan suatu keinginan-keinginan atau maksud-maksud untuk menggunakan penipuan at au manipulasi untuk memperoleh tujuan-tujuan personil. Solar & Bruehl dalam Donelly et al. (2003) menyatakan bahwa individu yang melakukan sebuah kinerja di bawah ekspektasi atasannya akan cenderung terlibat untuk
http://www.univpancasila.ac.id
8/13
159
KARTIKA
Akuntabilitas
& WlJAYANTI
melakukan perilaku disfungsional karena mereka tidak melihat dirinya sendiri dapat mencapai tujuan yang diperlukan untuk bertahan dalam sebuah perusahaan melalui usahanya sendiri, sehingga perilaku disfungsional dianggap perlu dalam situasi ini. Penelitian ini penting dilakukan karena Indonesia masih menyandang gelar sebagai negara kelima terkorup di dunia. Hal tersebut menunjukkan tidak berfungsinya badan pengawas yaitu BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan) sebagai auditor internal pemerintah. Penelitian sebelumnya telah meneliti karakteristik personal auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berkontribusi pada penerimaan perilaku disfungsional audit, tetapi belum ada penelitian terhadap auditor pemeiintah khususnya auditor pemerintah yang bekerja pada BPKP. Oleh karena itu Penelitian ini akan meneliti tentang hubungan karakteristik personal yang terdiri dari locus of control (Malone dan Robert, 1996; Donelly et at. 2003), Kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah perlu dipulihkan dengan praktik profesional yang dijalankan para auditor pemerintah terutama yang bertugas sebagai pengawas. METODE Teori motivasi. Menurut Gibson (1994) motivasi merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang akan memulai atau mengarahkan perilakunya. Secara lebih khusus Hellriegel et al. (2001) dalam (Ghozali & Ivan, 2006) menyatakan bahwa motivasi merupakan dorongap-dorongan individu untuk bertindak yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada tujuan. Menurut Chambell et al. yang dikutip oleh Gibson (1994), motivasi berhubungan dengan arah perilaku, kekuatan respon (usaha) setelah seseorang memilih tindakan tertentu, dan kelangsungan perilaku atau seberapa lama orang terse but berperilaku menurut cara tertentu. Dalam teori X dan Y yang ditemukan oleh Mc Gregor, individu yang memiliki external locus of control akan bertipe X dikarenakan mereka tidak menyukai tanggungjawab, dan harus dipaksa agar berprestasi, mereka harus dimotivasi oleh lingkungannya. Sedangkan untuk internal locus of control akan bertipe Y dikarenakan mereka menyukai kerja, kreatif, berusaha bertanggungjawab, dan dapat menjalankan pengarahan diri. Penerimaan perilaku disfungsional audit (acceptance dysfunctional audit behavior). SAS No 82 dalamDonelly et at. (2003) menyatakan bahwa sikap auditor menerima perilaku disfungsional
merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional audit behavior merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donelly et al. 2003). Beberapa perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu: underreporting of time, premature sign off, altering/replacement of audit procedure. Underreporting of time menyebabkan keputusan personel yang kurang baik, menutupi kebutuhan revisi anggaran, dan menghasilkan time pressure untuk audit di masa datang yang tidak diketahui. Premature Sign-Off (PMSO) merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah yang lain (Marxen, 1990 dalam Cristina, 2003). Graham dalam Shapero et al. (2003) menyimpulkan bahwa kegagalan audit sering disebabkan karena penghapusan prosedur audit yang penting dari pada prosedur audit tidak dilakukan secara memadai untuk beberapa item. Sedangkan altering/replacing of audit procedure adalah penggantian prosedur audit yang seharusnya yang telah ditetapkan dalam stan dar auditing. Locus Of Control (LOC). Locus of control memengaruhi penerimaan perilaku disfungsional audit maupun perilaku disfungsional audit secara aktual, kepuasan kerja, komitmen organisasional dan turnover intention (Reed et al. 1994 dalam Puji , 2005; Donelly et al. 2003). Teori locus of control menggolongkan individu apakah termasuk dalam locus internal atau eksternal. Rotter (1990) dalam (Hyatt & Prawitt, 2001) menyatakan bahwa locus of control baik internal maupun eksternal merupakan tingkatan dimana seorang individu berharap bahwa reinfocement atau hasil dari perilaku mereka tergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. Mereka yang yakin dapat mengendalikan tujuan mereka dikatakan memiliki internal locus of control, sedangkan yang memandang hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar disebut memiliki external locus of control (Robbins, 1996). Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier daripada eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih banyak. Sebagai tambahan, internal dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada eksternal (Baron & Greenberg, 1990 dalam Puji, 2005). Penelitian Rotter, (1990) dalam Hyatt & Prawitt (2001) menjelaskan bahwa eksternal secara
http://www.univpancasila.ac.id
8/13
Akuntabilitas
Vol. 6, 2007
umum berkinerja lebih baik ketika pengendalian dipaksakan atas mereka. Kinerja pegawai (employee performance). Performance atau kinerja merupakan hasil dari perilaku anggota organisasi, dimana tujuan aktual yang dicapai adalah dengan adanya perilaku. KineIja adalah merupakan hasil usaha sendiri dengan banyak faktor yang memengaruhinya. Menurut Lee (2000) bahwa orang akan menyukai pekerjaan jika mereka termotivasi untuk pekerjaan itu, dan secara psikologi bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah berarti, ada rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan pengetahuan mereka ten tang hasil kerja, sehingga hasil pekerjaan akan meningkatkan motivasi, kepuasan dan kinerja. Locus of control berperan dalam motivasi, locus of control yang berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda. Locus of control Internal akan cenderung lebih sukses dalam karier dari pada locus of control eksternal, mereka cenderung mempunyai level keIja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, locus of control internal memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada locus of control eksternal (Baron & Greenberg, 1990 dalam Puji, 2005). Penelitian Rotter, (1990) da1am Hyatt & Prawitt (2001) menjelaskan bahwa eksternal secara umum berkinerja lebih baik ketika pengendalian dipaksakan atas mereka. Hyatt dan Prawitt (2001) membuktikan bahwa locus of control dapat memberikan pengaruh pada kinerja audit terhadap auditor internal dan juga pihak auditor eksternal. Pengembangan hipotesis. Pengaruh locus of control terhadap penerimaan peri1aku disfungsional audit. Individu yang memi1iki locus of control internal cenderung menghubungkan hasil at au outcome dengan usaha-usaha mereka atau mereka percaya bahwa kejadian-kejadian adalah di bawah pengendalian at au kontro1 mereka dan mereka memiliki komitmen terhadap tujuan organisasi yang 1ebih besar dibanding individu yang memiliki locus of control eksternal. Sedangkan individu yang memiliki locus of control eksternal ada1ah individu yang percaya bahwa mereka tidak dapat mengontrol kejadian-kejadian dan hasil atau outcome (Spector, dalam Donelly et al. 2003). Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan suatu hubungan yang kuat dan positif diantara eksterna1 locus of control individual dengan suatu keinginan-keinginan atau maksud-maksud untuk menggunakan penipuan atau manipu1asi untuk memperoleh tujuan-tujuan personi1 (Gable & Dangelo, 1994; Comer, Solar & Bruehl,
160
dalam Donelly et al. 2003). Mudrack dalam Donelly et al. (2003) menyimpulkan bahwa penggunaan manipu1asi, penipuan atau taktik menji1at atau mencari muka dapat menggambarkan suatu usaha dari locus of control eksternal untuk mempertahankan pengaruh mereka terhadap lingkungan yang kurang ramah dan memberikan kepada mereka sebuah pendekatan berorientasi internal seperti kerja keras. Dalam konteks auditing tindakan manipulasi atau penipuan akan terwujud dalam bentuk perilaku disfungsioanl. Perilaku ini merniliki arti bahwa auditor akan memanipulasi proses auditing untuk mencapai tujuan kineIja individu. Pengurangan kualitas auditing bisa dihasilkan sebagai pengorbanan yang harus dilakukan auditor untuk bertahan di lingkungan audit. Perilaku ini akan teIjadi pada individu yang memi1iki locus of control eksternal. Dengan demikian hipotesis yang diuji adalah : HI: Locus of controlberhubungan positif dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai. Locus of control juga memengaruhi perilaku disfungsional audit, kepuasan keIja, kornitmen organisasi dan turnover intention (Donelly et al. 2003)Penelitian sebe1umnya menunjukkan bahwa locus of control berhubungan signifikan dengan kinerja. Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan tekanan atau mendesak usaha yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang memiliki locus of control eksternal ketika diyakini bahwa usaha nampak atau mengarah kepada reward (Spector, dalam Hyatt & Prawitt, 2001. Rotter, 1990 dalam Hyatt & Prawitt, 2001. Phares, dalam Donelly et al. 2003. Perbedaan-perbedaan antara locus of control internal dan eksternal membuat masing-masing tepat dan lebih baik terhadap tipe-tipe tertentu atau terhadap tipe-tipe khusus da1am posisi-posisi atau dalam kedudukan tertentu. Spector dalam Donelly et al. (2003) menyatakan bahwa locus of control internal adalah cocok untuk tugas-tugas dan pekerjaan yang bersifat keahlian, profesi dan yang bersifat manajerial dan bersifat pengendalian. Locus of control eksternal lebih cocok atau 1ebihtepat pekeIjaan-pekeIjaan pada lini industri, pekeIjaan-pekeIjaan dengan tenaga keIja yang tidak bersifat keahlian, administrasi dan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin. Hyatt dan Prawitt (2001) telah memberikan beberapa bukti bahwa internal locus of control berhubungan dengan peningkatan kinerja dan locus of control internal seharusnya memiliki tingkatan yang 1ebih tinggi dibanding locus of control eksterna1 da1am sebuah lingkungan audit, sehingga hipotesis yang diharapkan adalah:
http://www.univpancasila.ac.id
8/13
161
KARTIKA
Akuntabilitas
& WIJAYANTI
H2: Locus of control berhubungan negatif dengan kinerja pegawai Locus of control sebagai variabel anteseden dalam hubungan antara kinerja pegawai dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Locus of control memengaruhi perilaku disfungsional audit, kepuasan kerja, komitmen organisasi dan turnover intention (Reed et al. 1994 dalam Puji, 2005. Donelly et al. 2003. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa locus of control berhubungan signifikan dengan kinerja. Individu yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan tekanan atau mendesak usaha yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang memiliki locus of control eksternal ketika diyakini bahwa usaha nampak atau mengarah kepada reward (Spector, 1982 dalam Hyatt & Prawitt, 2001.Seorang auditor akan memiliki persepsi yang lebih rendah terhadap kinerjanya sendiri dan kinerja yang bernilai rendah dipengaruhi oleh locus of control eksternal yang dimiliki auditor, sehingga seorang auditor yang memiliki locus of control eksternal tinggi akan mempunyai kinerja pribadi yang rendah dan diperkirakan akan lebih menerima perilaku disfungsional yang makin besar. Sehingga hipotesis yang diuji adalah: H3: Locus of control sebagai antes eden hubungan negatifkinerja pegawai dengan penerimaan perilaku disfungsional Kerangka konseptual. Berdasarkan permasalahan di atas, maka model penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Locus of Control
Acceptance of Dysfunctional Behavior
Gambar 1. Kerangka konseptual hubungan antar variabel
Populasi dan sampel. Populasi penelitian ini adalah auditor pemerintah yang yang bekerja pada Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Jawa Tengah dan DIY tahun 2007. Sedangkanalasan pemilihan lembaga audit pemerintah BPKP di Jawa Tengah dan DIY adalah tingginya angka tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparatur pemerintah di Jawa tengah dan DIY. Penentuan sampel dengan nonprobability sampling yaitu convenience sampling. Variabel penelitian, definisi operasional dan pengukuran varia bel. Penerimaan perilaku
disfungsional. Penerimaan perilaku disfungsional merupakan variabel endogen. Penerimaan perilaku disfungsional dalam audit. Perilaku disfungsional diukur dengan bagaimana seorang auditor menerima beragam bentuk perilaku disfungsional yang meliputi: penyelesaian tugas audit tanpa melengkapi keseluruhan prosedur yang te1ah ditetapkan (premature sign-off), melaporkan waktu audit dengan total waktu yang lebih pendek daripada waktu sebenarnya (under reporting timelURT ) dan merubah prosedur yang sebelumnya sudah ditetapkan (altering/replacement of audit procedure). Instrumen untuk variabe1ini menggunakan 12 item pertanyaan yang dikembangkan oleh Donelly et al. (2003). Tiga bagian instrumen tentang perilaku disfungsional dibentuk untuk menangkap informasi mengenai perilaku disfungsional yang diperlukan dalam sebuah lingkungan auditing. Empat item yang berhubungan dengan masing-masing jenis perilaku disfungsional disertakan. Item dalam instrumen penelitian ini dibentuk untuk mengukur bagaimana seorang auditor menerima beragam bentuk perilaku disfungsional. Item ini dibentuk dengan berdasarkan skala Likert tujuh poin yaitu nilai 1 = sangat tidak setuju dan 7 = sangat setuju. Pertanyaan akan ditulis sehingga responden dengan nilai 7 memberikan indikasi diterimanya perilaku disfungsional oleh responden dengan tingkatan yang tinggi. Locus of control. Locus of control merupakan variabel eksogen. Locus of control yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan (control) suatu peristiwa (Rotter 1966 dalam Donelly et al. 2003). Locus of control diukur dengan menggunakan persepsi responden atas hubungan antara hasil akhir berupa penghargaan dan penyebabnya dengan menggunakan skala Likert tujuh poin. Instrumen untuk variabel ini menggunakan skala dari total 16 item yang berasal dari studi milik Spector dalam Donelly et al. (2003). Alat ukur dari Spector dalam Donelly et al. (2003) memiliki kesesuaian yang tinggi dengan hasil kerja terkait (Blau, 1993). Skor yang lebih tinggi nilainya dari nilai median skor locus of control memberikan indikasi bahwa kepribadian eksternal makin besar sedangkan score yang lebih rendah dari nilai median skor locus of control berhubungan dengan perilaku atau sikap internal (Hyatt & Prawitt, 2001). Reliabilitas dan validitas instrumen penelitian dapat diterima dalam riset terdahulu (Blau, 1993; Spector, dalam Donelly et al. 2003). Skoryang lebih tinggi nilainyadari nilai median skor locus of control memberikan indikasi bahwa kepribadian eksternal makin besar sedangkan skor
http://www.univpancasila.ac.id
8/13
\OJ. 6, 2007
Akuntabilitas
yang lebih rendah dari nilai median skor locus of control berhubungan dengan perilaku atau sikap internal (Hyatt & Prawitt, 2001). Kinerja pegawai. Kinerja Pegawai merupakan variabel endogen.variabel kinerja pegawai diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Mahoney et al. Dalam Donelly et al. (2003) yang telah dimodifikasi yaitu tujuh item multidimensional. Setiap responden diminta untuk memberikan pemeringkatan efektivitas kinerja mereka yang terbagi dalam enam dimensi kinerja perencanaan, koordinasi, supervisi, representasi, dan pengaturan staff. dapat diterima dalam riset terdahulu. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner melalui mail survey dan dengan diantar langsung kepada responden. Dengan kedua cara ini diharapkan tingkat pengambilan (respon rate) dapat lebih ditingkatkan. Metode analisis data.Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi empiris suatu data. Untuk menguji hip6tesis digunakan teknik Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan software visual PLS. PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasis komponen atau varian (variance).
Data penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari hasil jawaban atas kuisioner yang dikirim kepada responden yaitu auditor pemerintah yang bekerja di BPKPperwakilan Jawa Tengah dan DIY. Deskripsi pengiriman dan pengembalian kuisioner penelitian ditunjukkan dalam tabel 1 berikut ini: Tabell. Deskripsi pengiriman dan pengembalian kuisioner
NO
Uraian
composite reliability. Convergent validity. Konstruk dengan nilai loading factor >0,5 yang bisa digunakan untuk mengukur model penelitian ini dan konstruk yang kurang dari 0.5 harus dihapus. Dari 35 konstruk dalam penelitian ini hanya 20 konstruk memiliki loading factor >0,5 sebagaimana tampak pada tabe12.Locus of control 16 konstruk hanya 8 konstruk yang nilai loading factor >0,50, kinerja pegawai 7 konstruk dengan 6 konstruk memiliki loading factor >0,5 dan penerimaan perilaku disfungsional audit 12 konstruk dengan 6 konstruk yang memiliki loading factor >0,5. Thbel2. Convergent validity Construct
Indicator
Locus of control
LC6
0,5652
LC7
0,6315
Kinerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
Persentase
1
Kuesioner yang dikirim
400
100
2
Kuesioner yang tidak kembali
258
64,5
3
Kuesioner yang kembali
142
35,5
4
Kuesioner yang dapat dianalisis
140
35
5
Kuesioner yang tidak dapat dianalisis
2
0,5
162
Penerimaan perilaku disfungsional audit
Loading factor
LC9
0,693
LCIO
0,7086
LCll
0,7106
LC13
0,6756
LC14
0,6641
LCl5
0,5698
K2
0,7789
K3
0,8471
K4
0,9305
K5
0,7306
K6
0,8215
K7
0,7273
PDA4 PDA5 PDA6 PDA7 PDA8 PDA9
0,8083 0,7032 0,7855 0,8268 0,5847 0,5663
Composite reliability. Dari tabel 3 di bawah ini dapat disimpulkan bahwa masing-masing konstruk sangat reliabel yaitu memiliki composite reliability diatas 0,80 sehingga dapat disimpulkan data yang diperoleh sangat reliabel. Thbel3. Composite reliability Construct
Berdasarkan tabel di atas dapat disampaikan bahwa tingkat kuesioner yang kembali (respon rate) pada responden relatif rendah yaitu sebesar 35,5%. Penilaian outer model. Tiga kriteria untuk menilai outer model adalah convergent validity dan
Locus Of Control
Composite Reliability 0,85623
Kinerja
0,918604
Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit
0,863488
Evaluasi inner model atau structural model. Pengujian hipotesis pertama. Hasil dari pengujian diperoleh nilai t sebesar 6,4959 dan nilai koefisien estimasi sebesar 0,488. Berdasarkan hasil uji PLS
http://www.univpancasila.ac.id
8/13
163
KARTlKA
Akuntabilitas
& WIJAYANTl
pada tabe14 di bawah ini adalah menguji hipotesis pertama yaitu locus of control ekstemal berpengaruh positifterhadap penerimaaan perilaku disfungsional audit. Hasil diatas menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 yang berarti (HO) ditolak pada level of error 5% dan hipotesis 1 yang diajukan diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa locus of control ekstemal berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit, dan besamya pengaruh adalah 48,8%. Tabel4. Struktur model Pengaruh antar variabel
Koefisien Estimate
T -sta tistik
LC---7KINERJA
-0,442
-6,3146
KINERJA---7PDA
-0,246
-2,5573
0,448
6,4959
LC--7PDA
Pengujian hipotesis kedua. Berdasarkan hasil uji PLS pada tabe14 adalah menguji hipotesis kedua yaitu locus of control ekstemal berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai. Hasil dari pengujian diperoleh nilai t sebesar -6,3146 dan nilai koefisien estimasi sebesar -0,442. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 yang berarti (HO) ditolak pada level of error 5% dan hipotesis 2 yang diajukan diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa locus of control ekstemal berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai, dan besamya pengaruh adalah 44,2%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hyatt & Prawitt (2001) bahwa seseorang yang memiliki persepsi kinerja bemilai rendah dipengaruhi oleh karakteristik individu yaitu locus of control eksternal. Pengujian hipotesis ketiga. Berdasarkan hasil uji PLS pada tabel 4 locus of control sebagai anteseden hubungan kinerja pegawai dengan penerimaan perilaku disfungsional audit. Hasil dari pengujian diperoleh nilai t sebesar -2,5573 dan nilai koefisien estimasi sebesar -0,246. Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar 1,96 yang berarti (HO) ditolak pada level of error 5% dan hipotesis 3 yang diajukan diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa locus of control sebagai anteseden hubungan kinerja dengan penerimaan perilaku disfungsional audit adalah terbukti dengan diterimanya hipotesis kedua sedangkan dampak dari locus of control sebagai anteseden adalah adanya pengaruh negatif kinerja pegawai terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Artinya terjadinya hubungan negatif antara kinerja pegawai dengan penerimaan perilaku disfungsional audit didahului oleh adanya hubungan locus of control terhadap kinerja.
SIMPULAN Locus of control berpengaruh positif terhadap penerimaaan perilaku disfungsional audit. Jadi dapat disimpulkan bahwa auditor yang memiliki kecenderungan locus of control ekstemal akan lebih memberikan toleransi at au menerima perilaku disfungsional audit. Locus of control berhubungan negatif terhadap kinerja pegawai. Jadi dapat disimpulkan bahwa auditor yang mememiliki kecenderungan locus of control ekstemal memiliki kinerja yang lebih rendah. Locus of control sebagai anteseden hubungan kinerja pegawai penerimaan perilaku disfungsional audit. Artinya terjadinya hubungan negatif antara kinerja pegawai dengan penerimaan perilaku disfungsional audit didahului oleh adanya hubungan locus of control terhadap kinerja. Auditor yang memiliki kecenderungan locus of control ekstemal akan memiliki kinerja yang rendah dan auditor yang memiliki kinerja yang rendah akan lebih menerima perilaku disfungsional audit. Penelitian ini tidak membedakanjabatan auditor yaitu: auditor ahli madya, auditor ahli muda, auditor ahli pratama, auditor penyelia, auditor pelaksana lanjutan dan auditor pelaksana, penelitian selanjutnya dapat membedakan jabatan auditor untuk mengetahui perbedaan penerimaan perilaku disfungsional diantara berbagai jabatan auditor. Peneliti hanya menggunakan sampel di dua propinsi yaitu Jawa Tengah dan DIY, diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada ruang lingkup yang lebih besar. Penelitian selanjutnya dapat memasukkan faktor ekstemal yang memengaruhi penerimaan perilaku disfungsional audit seperti time budget pressure, gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan program audit. DAFTAR
PUSTAKA
Agus, Soekrisno. 1996. Auditing. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Salemba Empat. Akers. M.D & Eaton. T.V 2003. Underreporting of Chargable Time: The Impact of Gender and Characteristics OF underreporters. Journal of Managerial Issues 1. Arens, Alvin,A and James, K.L.1995 Auditing An Integrated Approach, 4'h ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Bluedom, A.c. 1982. A unified model of turnover from organizations, Human Relations, Vol. 35 NO.2. Brownel, P. 1982. Participation and Budgeting, Locus of Control and Organizational Effektiviness. The Accounting Review. Vol LVI (4). Christina, Sososutikno, 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsiona1 serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit. Simposium NasionalAkuntansi VI. Surabaya.
http://www.univpancasila.ac.id
8/13
Vol. 6, 2007
Akuntabilitas
Donnely, David P., Jeffrey 1.Q, and David 0., 2003. Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory Model Using Auditors' Personal Characteristics. Journal of Behavioral Research In Accounting: vailS. Gable, M., and F. Dangello. 1994. Locus of Control, Machiavellianism, and Managerial Job Performance. Journal of Psychology 128. Ghozali, I. 2006. Structural equation Modeling PLS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Herningsih, Sucahyo. 2001. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit: Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik. Tesis, Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Hyatt, T, and D. Prawitt. 2001. Does Congruence Between Audit Structure and Auditors Locus of Control Affect Job Performance? The Accounting Review 76. IAI, MediaAkuntansi No. 20/ th.IV.l1997 Setiawan, Aris, Ivan dan Imam Ghozali. 2006. Akuntansi Keperilakuan : Konsep dan Kajian Empiris Perilaku Akuntan. BPFE UNDIP . Semarang. Iyer, Y.M. 1998. Characteristic of ccountingfirm alumni who benefit their former firm. Accounting Horizons (March). Kelley, T, and L. Margheim. 1990. The Impact of Time Budget Pressure, Personality,and Leadership Variables on Dysfunctional Auditor Behavior. Auditing: A Journal of Practice & Theory 9. Kompas, 2 Maret 2000. Magnis-Suseno, F. 1997. Javanese Ethics and World View: The Javanese Idea of The Good Life, PT Gramedia. Jakarta. Mardiasmo. 2000. Akuntansi sektor Publik. PenerbitAndi. Yogyakarta. Maryanti, P. 2005. Analisis Penerimaan Auditor atas Disfungsional Audit Behavior: Pendekatan Karakteristik Personal Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa). Jurnal manajemen akuntansi dan sistem informasi. Vol 5. (2). Malone, C.F, and R.W Robberts. 1996. Factors Associated With The Incidence of Reduced Audit Quality Behaviors. Auditing: A Joumal of Practice and Theory
15. Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta. Noury, H., and R. Parker. 1998. The Relationship Between Budget Participation and JobPerformance: The Roles of Budget Adequacy and Organizational Commitment. Accounting: Organizations and Society 23. Otley, D., and B.Pierce. 1995. The Control Problem in Public Accounting Firms: An Empirical Study of The Impact of Leadership Style. Accounting, Organizations and Society 20.
164
-------------.1996. Auditor Time Budget Pressure Consequence and Antecedents. Accounting Auditing & Accountability journal vol 9. -------------. 1996. The Operation Of Control Systems in Large Audit Firms. Auditing: A Journal of Practice and Theory 15 (2). Paswerk, W.R., and Strawser, J.R. 1996. The Determinant and Outcomes Associated with Job Insecurti in A Profesional Accounting Environment. Behavioral Research in Accounting. Rahman, Arif. 1999. Auditing Forensik dan Kontribusi Akuntansi dalam Pemberantsan Korupsi. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol 3.(1). Randall, D. 1990. The Consequences of Organizational Commitment: methodological Investigation. Journal of Organizational Behavior 11. Rush R.H. and Harrel A. 1990. The Impact of Personality Characteristic on The Turrnover Behavior of Accounting Proffessional. Auditing: A Journal of Practice and Theory 9 (2). Robbins, Stephen P. and Marry Coulter. 1999. Manajemen. (judul asli: Management 6thedition). Jilid 1. PeneIjemah T Hermaya. Jakarta: PT Prenhallindo. Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior Concept, Controversies, Applications 8thedition) Jilid I. Penerjemah Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT Prenhallindo. 2003. Perilaku Organisasi. (judul asli: Organizational Behavior 9th edition) jilid 1 dan 2. PeneIjemah Tim Indeks. Jakarta: PT Indeks, GramediaGrup 2003. Organizational Behavior, lOthedition. New Jersey :PrenticeHall, Inc. Soobaroyen, Teeroven dan Chelven, Chengabroyan. 2005. Auditors' Perception of Time Budget Pressure, Premature Sign Offs and Under-reporting of Chargeable Time: Evidence from a Developing Country [On-line] http://www.aber.ac.uk. St. Vena P. 2006. Sifat Mechavelian dan pertimbangan etis: Anteseden Independensi dan Perilaku Etis Auditor. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. Suryanita W. Dodi S dan Hanung T 2006. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Simposium Nasional Akuntansi 9 . Padang. Suwandi dan Nur Indriantoro.1994. Pengaruh Model Turnover Pasewark & Strawser: Studi Empiris pada Lingkungan Akuntan Publik. Journal riset akuntansi Indonesia.VoI2.no.2. Tempo, 18 Desember 2004. Tett, R.P. and Meyer, J.P. 1993. Job satisfaction, organizational commitment, turnover intention, and turnover: path analyses based on meta-analytic findings, Personnel Psychology, Vol. 46 No.2.
http://www.univpancasila.ac.id
8/13