LARAS dan RAGAM BAHASA
STMIK CIC CIREBON - 2016
Kedudukan Bahasa Indonesia
FUNGSI BAHASA
LARAS & RAGAM BAHASA
Implikasi BI dalam hidup sehari-hari
LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.
Contoh : laras populer, laras feature, laras komik, laras sastra dan laras ilmiah. Setiap laras masih dapat dibagi lagi atas sublaras, misalnya laras sastra dapat dibagi lagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel, dan sebagainya.
Setiap laras memiliki format dan gaya tersendiri. Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk formal, semiformal, atau nonformal. Oleh karena itu, dalam menulis, kita harus menguasai berbagai laras yang berbeda itu agar dapat memilih laras yang tepat untuk khalayak sasaran
LARAS ILMIAH Karya tulis ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri. Sebuah karya tulis fiksi, atau sering disebut karya sastra, merupakan ekspresi diri penulisnya yang dihasilkan dari imajinasi penulis. Hasil karya penulis merupakan hasil rekaannya sendiri berdasarkan realitas di sekelilingnya. Oleh karena itu, hasil karyanya disebut karangan dan penciptanya disebut pengarang (Soeseno, 1993: 1).
Karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian fakta yang berupa hasil pemikiran, gagasan, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali pelbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penulis karya ilmiah tidak disebut pengarang melainkan disebut penulis (Soeseno, 1993: 1).
Persyaratan Karya Tulis Ilmiah 1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik. 2. Ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan.. 3. Harus disusun secara sistematis. 4. Menyajikan rangkaian sebab-akibat yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan. 5. Mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis. 6. Ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. 7. Pada dasarnya bersifat ekspositoris.
Berdasarkan uraian di atas, dari segi bahasa, dapat dikatakan bahwa karya tulis ilmiah memiliki tiga ciri, yaitu (1) harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna; (2) harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan; dan (3) harus singkat, berlandaskan ekonomi bahasa.
RAGAM BAHASA Adalah variasi bahasa yang terjadi karena pemakaian bahasa.
Ragam Bahasa Indonesia Ragam bahasa terbagi atas dua kelompok, (A) Media pengantarnya: 1. Tulis. 2. Lisan. (B) Situasi pemakaiannya: 1. Formal 2. Semiformal, dan 3. Nonformal.
Berdasar Media Pengantarnya • Ragam Lisan • Ragam Tulis • Apa bedanya????
• Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam lisan yang formal dan ragam lisan yang nonformal.
• Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam tulis yang formal maupun nonformal. Ada pula ragam tulis dan lisan yang semiformal. Artinya, tidak terlalu formal, namun tidak pula terlalu nonformal.
Beda Ragam Lisan dan Tulisan • Ragam Lisan: 1. Perlu kehadiran lawan tutur 2. Unsur gramatikal tidak lengkap 3. Terikat ruang dan waktu 4. Dipengaruhi pungtuasi, jeda, ritme suara
• Ragam Tulis: 1. Tidak perlu kehadiran lawan tutur 2. Unsur gramatikal lengkap 3. Tidak terikat ruang dan waktu 4. Dipengaruhi oleh tanda baca / ejaan
Contoh Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan Ragam Bahasa Lisan 1) Nia sedang baca surat kabar. 2) Aku udah nyapu halaman nih... 3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu. 4) Kita harus bikin karya tulis. 5) Siapa nih yang belum ngerjain tugas?
Ragam Bahasa Tulis 1) Nia sedang membaca surat kabar. 2) Saya sudah menyapu halaman 3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu. 4) Kita harus membuat karya tulis. 5) Siapa yang belum mengerjakan tugas?
Berdasar Situasi Pemakaiannya 1. Ragam Resmi/Formal/Ilmiah 2. Ragam Tidak Resmi/Informal/ Kasual 3. Ragam Semi Resmi/Semi Formal
KRITERIA PEMBEDA RAGAM BAHASA Pembedaan antara ragam formal, nonformal, dan semiformal dilakukan berdasarkan hal berikut ini: a. Topik yang sedang dibahas; b. Hubungan antar pembicara; c. Medium yang digunakan; d. Lingkungan; atau e. Situasi saat pembicaraan terjadi
CIRI PEMBEDA RAGAM BAHASA Ada lima ciri yang dapat dengan mudah digunakan untuk membedakan ragam formal dari ragam nonformal. Setiap ciri adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti 2. Penggunaan kata tertentu 3. Penggunaan imbuhan 4. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) 5. Penggunaan fungsi yang lengkap.
1. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam formal dari ragam nonformal yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda, atau kita akan menyertakan penyebutan jabatan, gelar, atau pangkat. Sementara, untuk menyapa teman atau rekan sejawat, kita cukup menyebut namanya atau kita menggunakan bahasa daerah. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam formal kita akan menggunakan kata saya, sedangkan aku digunakan dalam ragam semiformal. Dalam ragam nonformal, kita akan menggunakan kata gue, ogut.
2. Penggunaan kata tertentu Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam formal dari ragam nonformal. Dalam ragam nonformal akan sering muncul kata nggak, bakal, gede, udahan, kegedean, cewek, bokap, ortu. Di samping itu, dalam ragam nonformal sering muncul bentuk penekanan, seperti sih, kok, deh, lho. Dalam ragam formal, bentuk-bentuk itu tidak akan digunakan.
3. Penggunaan imbuhan Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam formal kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Hanya pada kalimat perintah kita dapat menghilangkan imbuhan dalam kata kerjanya (verba). Dalam ragam nonformal, imbuhan sering kali ditanggalkan. Misalnya, pake untuk memakai, nurunin untuk menurunkan.
4. Penggunaan kata sambung dan kata depan Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda lain. Dalam ragam nonformal, sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan. Kadang kala, kenyataan itu mengganggu kejelasan kalimat. Dalam laras jurnalistik kedua kelompok kata tersebut sering dihilangkan. Hal itu menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semiformal.
6. Kelengkapan fungsi Kelengkapan fungsi berkaitan dengan adanya bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonformal, predikat kalimat sering dihilangkan. Sering kali pelesapan fungsi terjadi ketika kita menjawab pertanyaan orang.
Simak dan Lakukan: Berbahasa Indonesia yang BAIK dan BENAR Bahasa Indonesia: BAIK nilai rasa tepat sesuai konteks situasi pemakaiannya BENAR menerapkan kaidah dengan konsisten
Latihan Individu 1. Tulislah contoh bahasa lisan Anda pada saat menemui: a. Kepala Keuangan untuk menanyakan biaya SKS yang belum dibayar. b. BAAK untuk menanyakan nilai. c. Dosen untuk mohon ijin tidak bisa mengikuti perkuliahan.
2. Ubahlah bahasa lisan Anda itu menjadi bahasa tulis, sesuai dengan kaidah BI yang baik dan benar.
Daftar Pustaka • Modul BAHASA INDONESIA, Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah Universitas Indonesia