LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL BALIKPAPAN, 19 JUNI 2013
I.
PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan oleh Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional bekerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Balikpapan, pada tanggal 19 Juni di Hotel Menara Bahtera. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh sekira 100 peserta yang terdiri dari unsur pemerintah daerah, pelaku usaha, asosiasi, dan akademisi yang berada di kota Balikpapan. Dalam kegiatan sosialisasi tersebut dipaparkan 4 topik yaitu: (i) Pemanfaatan Peluang Ekspor Melalui Bilateral Comprehensive Economic Partnershipyang disampaikan oleh Direktur Kerja Sama Bilateral; (ii) Kerja Sama APEC: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia yang disampaikan oleh Kasie Fasilitasi Investasi; (iii) Sektor Jasa Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN yang disampaikan oleh Kasubdit. Jasa Konstruksi, Pariwisata, Rekreasi Budaya dan Olahraga dan Transportasi; serta (iv) Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan.
II.
PEMBAHASAN 1. PemanfaatanPeluangEksporMelaluiBilateral
Comprehensive
Economic
Partnership Pada paparan ini disampaikan mengenai esensi dari kerja sama perdagangan bilateral yaitu meningkatkan perdagangan dan investasi melalui penghapusan hambatan tarif dan non tarif dan perjuangan kerja sama bantuan teknis dan capacity building. Hingga saat ini Indonesia memiliki sekitar 13 Kerja Sama Ekonomi Komprehensif
dengan
bentuk
dan
kedalaman
yang
berbeda-beda
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan1
tingkatannya. Dari 13 kerja sama ini, baru kerja sama Economic Partnership Agreement (EPA) dengan Jepang yang sudah berlaku sejak 1 Juli 2008. Beberapa kerja sama FTA dalam kerangka ASEAN yang telah dan/atau sedang dalam penjajagan untuk dikembangkan menjadi Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Bilateral diantaranya IJ-EPA dengan Jepang, IA-CEPA dengan Australia, II-CECA dengan India, dan IK-CEPA dengan Korea Selatan. Lebih lanjut, pembicaraan kerja sama FTA yang mengalami kebuntuan seperti ASEAN – EU FTA juga mengambil jalur Bilateral guna memperkuat kerja sama ekonomi yang sudah ada. Saat ini Indonesia – EU sedang dalam tahap perundingan yang dijadwalkan selesai dan mulai perundingan pada 2014. Perkembangan global yang sangat kompetitif telah membuat negara-negara di dunia memilih langkah yang lebih strategis dalam menjalin kerja sama ekonomi yang lebih erat dan mendalam. Langkah yang diambil adalah dengan menjalin kesepakatan kerja sama ekonomi komprehensif bilateral yang relative lebih fleksibel, terukur, dan akomodatif . Dalam merundingkan kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia senantiasa belajar dari pengalaman. Hal ini dilakukan dengan memperbaiki elemen-elemen utama yang dimasukkan dalam kesepakatan dan untuk itu Kemendag siap berkoordinasi dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan di Pusat maupun Daerah. Indonesia menjalin kerja sama ekonomi komprehensif bilateral dengan mitra dagang strategis dalam upaya meningkatkan daya saing Indonesia vis-à-vis negara pesaing dalam memasuki pasar negara mitra dagang tersebut. Sebagai kesimpulan, pembicara menyampaikan bahwa proses sosialisasi dan konsultasi publik (online dan offline) menjadi bagian yang penting dan tidak terpisahkan dari proses negosiasi. Untuk itu partisipasi aktif dan dukungan positif dari pemangku kepentingan di daerah menjadi penting guna mendukung keberhasilan kesepakatan yang mampu memberikan manfaat
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan2
bagi Indonesia. Sinergi antara pemangku kepentingan di pusat dan daerah mutlak dilakukan. 2. Kerja Sama APEC: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia Paparan diawali dengan penyampaian mengenai pertemuan APEC Indonesia tahun 2013 yang bertemakan:“Resilient Asia Pacific, Engine of Global Growth”. Prioritas utama APEC adalah: (i) Attaining the Bogor Goals; (ii) Achieving Sustainable Growth with Equity; dan (iii) Promoting Connectivity. Selanjutnya secara umum dipaparkan mengenai perkembangan kerja sama APEC yakni: a. Non-binding, voluntary, namun consensus pada working levels di-endorse oleh Leaders dan menjadi rujukan sebagai political decisions. b. Beberapa isu ekonomi dibagi ke dalam beberapa topic utama, yakni: -
Support for the Multilateral Trading System
-
Attaining the BGs, Trade and Investment Liberalisation, Regional Economic Integration (REI)
-
Services
-
Free Trade Agreement of Asia Pacific (FTAAP)
-
Next Generation Trade and Investment Issues
-
Environmental Goods and Services/Green Growth
-
Investment
-
Promoting Connectivity
Adapun peluang kerja sama APEC bagi Indonesia antara lain: a.
APEC mewakili 40% populasidunia, 55% dari GDP dunia, dan 44% perdagangan dunia sebagai tujuan ekspor, sumber impor, dan sumber investasi asing. Pertumbuhan PDB rata-rata 3,5% dibandingkan 2.9% di non-APEC67,2% ekspor dan 65,1% impor dilakukan dengan sesama anggota APEC.
b. APEC adalah “premier forum for facilitating economic growth cooperation, trade and investment in the Asia-Pacific region dengan tujuan “to enhance economic growth and prosperity for the region and to Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan3
strengthen the Asia-Pacific community” sebagai platform ideal bila Indonesia masih alami kesulitan dengan pendekatan liberalisasi. c.
Kesepakatan APEC merupakan “external pressures” untuk melakukan perubahan-perubahan di dalam negeri ke arah yang lebih baik.
3. Sektor Jasa Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN Paparan diawali dengan penyampaian Peranan Jasa dalam Perdagangan Internasional sebagai bidang yang paling cepat berkembang dibandingkan dengan bidang lainnya. Selanjutnya secara umum dipaparkan mengenai esensi GATS, dengan salah satu concern terletak pada adanya kesulitan yang ditemui dalam melakukan perundingan jasa secara multilateral karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi masing-masing negara anggota yang mempengaruhi kemampuan suatu negara dalam menghasilkan peraturan/kebijakan dan cara pandangnya. Pada dasarnya tujuan perundingan perdagangan jasa adalah untuk menghapus/mengurangi hambatan akses pasar dan perlakuan nasional. Di dalam perundingan jasa di WTO, negara berkembang memiliki fleksibilitas untuk membuka sektor jasa yang benar-benar siap untuk dibuka akses pasarnya, secara prinsip pembukaan pasar dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adapun perjanjian perdagangan jasa yang telah dilakukan oleh Indonesia antara lain: 1.
WTO – GATS: - Doha Development Agenda 2. ASEAN (AFAS): - AFAS 7 telah di ratifikasi - AFAS 8 dalam proses ratifikasi (termasuk Packaging Services, sebagai PIS) - AFAS 9 sedang dirundingkan 3.
ASEAN-plus: -
AKFTA, ACFTA, AANZ sudah diratifikasi
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan4
- AIFTA dalam proses legal scrubing - AJCEP dalam proses perundingan 4. APEC: non binding 5. Bilateral: - IJEPA telah di ratifikasi - IECEPA, IKCEPA sedang dirundingkan - IACEPA dalam tahap pra negosiasi - IICEPA menunggu penetapan ketua perunding - IEU Pembicara juga menjelaskan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA): a.
MEA merupakan bagian dari masyarakat ASEAN 2015, yang bercita-cita untuk membentuk masyarakat yang damai, harmonis, makmur, dan terintegrasi sebagai upaya untuk memperkuat, mempercepat dan mengimplementasikan kerja sama di antara 10 negara anggota.
b. MEA merupakan suatu pasar tunggal (single market) ASEAN dan menjadi basis produksi yang terhubung satu dengan yang lain serta diperlengkapi dengan standard yang harmonis gun amelindungi konsumen, SME dan lingkungan serta hak kekayaan intelektual yang akan tercipta tahun 2015. c.
Pasar Tunggal ASEAN ini berbeda dengan Custom Union di Uni Eropa. Dalam MEA, setiap negara anggota ASEAN memiliki hak untuk menetapkan kebijakan perdagangannya sendiri (bukan common commercial policy) dan menetapkan bea masuknya terhadap negara non ASEAN.
d. Integrasi regional di kawasan ASEAN ini akan menciptakan pasar yang berdaya saing dengan jumlah konsumen dan produsen sebesar 600 jutalebih, dengan GDP lebih dari 2 milyar US$ di kawasan ASEAN yaitu: Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand, dan Viet Nam. e.
Setelah dilaksanakannya liberalisasi maka akan terjadi pergerakan bebas barang, jasa, investasi dan modal. Liberalisasi ini termasuk diantaranya penurunan tarif, penghapusan berbagai hambatan serta penyederhanaan prosedur administrasi.
Untuk tindak lanjut yang diharapkan dari para penyedia jasa, akademisi,lembaga swadaya masyarakat, dan pemerintah adalah sebagai berikut:
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan5
a.
MEA ditujukan bagi kepentingan pebisnis di ASEAN, khusus untuk jasa adalah para penyedia jasa (services supplier) termasuk para profesional. Oleh sebab itu, para penyedia jasa diharapkan untuk ikut pro aktif berpartisipasi ambil bagian dalam memberikan masukan dan rekomendasi.
b. Diharapkan pada penyedia jasa dalam melakukan perencanaan juga menggunakan cetak biru MEA sebagai referensi, mengingat cetak biru ASEAN sangat jelas memberikan arah integrasi dari ASEAN termasuk target yang ingin dicapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan. c.
Akademisi diharapkan juga dapat memahami cetak biru dalam menyusun kurikulum pendidikan, flow of skilled labor memerlukan penguatan kompetensi dari tenaga kerja kita yang dibekali di Perguruan Tinggi dan sekolah-sekolah Politeknik.
d. Lembaga Swadaya Masyarakat, selain mengamati semua rencana dan target dari MEA diharapkan juga dapat menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang dapat memberikan masukan bagi Pemerintah agar MEA ini meningkatkan daya saing bangsa. e.
Pemerintah tidak dapat melakukan tugas ini secara sendiri. Para akademisi, pebisnis dan LSM perlu meningkatkan pemahamannya tentang tujuan yang ingin dicapai ASEAN dan kebijakan untuk mengimplementasikannya.
4. Peran Kerja Sama Perdagangan Internasional Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kerja sama perdagangan internasional menjadi penting dalam era globalisasi yang sedang berkembang dengan pesat. Globalisasi ekonomi tercermin dari makin terintegrasinya perekonomian suatu negara ke dalam perekonomian global. Untuk menghadapi globalisasi adalah dengan meningkatkan kerja sama perdagangan internasional. Melalui kerja sama perdagangan internasional ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara sehingga secara keseluruhan perekonomian akan menjadi lebih baik. Kerja sama perdagangan internasional akan mendorong timbulnya integrasi ekonomi suatu kawasan atau dunia yang akan memberikan manfaat: (i) menstimulasi eksistensi dan ekspansi industry manufaktur dengan basis yang Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan6
lebih rasional; (ii) meningkatkan manfaat perdagangan (gain from trade) atau terjadi perbaikan dasar tukar (terms of trade); (iii) menimbulkan persaingan yang dapat mendorong peningkatan tingkat efisiensi yang intensif. Maka dari itu yang menjadi harapan adalah volume dan nilai perdagangan antar negara dapat ditingkatkan karena makin meningkatnya kegiatan ekonomi maka pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan juga dapat ditingkatkan. Pembicara juga menyampaikan peluang dan tantangan Indonesia dalam Perdagangan Internasional yaitu: 1. Memiliki jumlah penduduk besar. 2. Memiliki banyak sumberdaya, terutama sumber daya alam. 3. Jumlah pengusaha dan industry masih terbatas, terutama yang berorientasi ekspor. 4. Masalah infrastruktur, energi, dan air bersih. 5. Penguasaan dan penerapan teknologi masih rendah. 6. Adanya berbagai kesepakatan dalam perdagangan internasional (antar negara dan kawasan). Sebagai penutup, pembicara juga menyampaikan neraca perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Timur.
III.
DISKUSI TANYA JAWAB Pokok-pokok diskusi yang disampaikan oleh peserta sosialisasi adalah sebagai berikut: a. Perlu adanya program berkelanjutan sebagai tindak lanjut dari diadakannya sosialisasi. Untuk itu disarankan agar setelah diadakan kegiatan sosialisasi diharapkan adanya dukungan dari Dinas di daerah untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut, terutama dalam berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan. b. Petani terkadang kurang mendapatkan manfaat dari Free Trade Agreement (FTA) jika ditinjau dari segi harga komoditinya yang cenderung tidak bisa dinaikkan karena terkendala persaingan harga dengan komoditi sejenis yang
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan7
diimpor dari luar. Hal ini dapat menimbulkan fluktuasi harga yang diangap tidak memberikan jaminan kepastian harga bagi petani. c. Industri dalam negeri yang bahan bakunya merupakan komoditas ekspor, biasanya kesulitan mendapatkan bahan baku dengan harga yang murah, bahkan terkadang bahan bakunya langkah di pasaran. Hal ini diakibatkan oleh kecenderungan untuk diekspor karana harga ekspor lebih mahal dibanding harga dalam negeri. d. Adanya fluktuasi dan kenaikan harga barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan konsumen dalam negeri, yang diakibatkan langkahnya barang yang cenderung untuk diekspor atau diselendupkan ke luar negeri. e. Daya saing industri indonesia masih rendah dibanding dengan negara-negara mitra FTA. Hal ini terjadi akibat krisis yang masih dialami sebagian dunia usaha dan dunia industri serta lemahnya produktifitas SDM, sehingga sulit bersaing dengan negara-negara mitra yang tergabung dalam area perdagangan bebas. f. Dukungan lembaga keuangan/perbankan belum maksimal sehingga daya saing yang diperlukan dunia usaha/dunia industri dalam kerangka FTA masih tertingal g. Hambatan perturan-peraturan daerah dalam kerangka otonomi daerah yang terkadang masih menghambat dunia usaha/dunia industri h. Masih adanya kecenderungan pengusaha daerah untuk melakukan transaksi intemasional dengan Amerika Serikat, Eropa dan Asia Timur dibanding dengan negara ASEAN atau negara mitra FTA lainnya.
IV.
PENUTUP Guna mengetahui tingkat pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan, telah dilakukan penyebaran kuesioner kepada para peserta. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 64 kuesioner yang telah diisi dengan baik, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pemahaman peserta sosialisasi di Kota Balikpapan adalah 50%.
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan8
Melihat hambatan dan peluang perdagangan bebas seperti diuraikan di atas, maka
beberapa
kesimpulan
dan
rekomendasi
dalam
mengoptimalkan
perdagangan bebas: 1.
Untuk mengantisipasi dampak negative perdagangan bebas bagi dunia usaha, diperlukan peningkatan jaringan pemasaran dan pengembangan industri hilir sehingga dunia usaha dan dunia industry mempunyai nilai tawar yang lebih bagus dalam kerangka perdagangan bebas.
2.
Kesepakatan kerja sama perdagangan bebas yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah hendaknya disosialisasikan secara intensif kepada masyarakat dan dunia usaha, sehingga dunia usaha mempunyai gambaran tentang peluang pengembangan pasar, dan juga dapat bermanfaat bagi penyusunan strategi usaha.
3.
Dalam
rangka
mengoptimalkan
kerja
sama
FTA,
diharapkan
lembaga/instansi terkait dan Kedubes negara mitra dapat lebih intensif memfasilitasi kerja sama bisnis. 4.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mengetahui dan memahami isi perjanjian kerja sama termasuk peluang dan tantangannya sehingga dapat membuat kebijakan yang mendukung dunia usaha dalam memanfaatkan perjanjian perdagangan.
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan9
Foto Kegiatan Sosialisasi di Balikpapan
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan10
Foto Kegiatan Sosialisasi di Kendari
Laporan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional di Balikpapan11