LAPORAN PENELITIAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP THEME PARK DI BALI
Peneliti: Ketua Tim : Hanugerah Kristiono Liestiandre, S.ST.Par., M.M. Anggota : 1. Dewa Ayu Made Lily Dianasari, S.T., M.Si. 2. Made Witari, S.ST.Par., M.Si.
Dibiayai dari Dana DIPA Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Tahun Anggaran 2014
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kelompok dengan judul “Preferensi Pengunjung Terhadap Theme Park di Bali”. Dalam proses penulisan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan dukungan moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama pada para mahasiswa yang telah membantu menyebarkan kuesioner dan para narasumber di lapangan sehingga laporan penelitian ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Sebagai sebuah proses pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Nusa Dua, September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………..……………… ii DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………….. iii DAFTAR TABEL ………………………………………………..……………….. iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………..………………….. v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 4 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata …….……………….…………………………... 6 2.2 Pengertian Wisatawan ………………….……………………………… 7 2.3 Daya Tarik Wisata …………………………………………………….. 8 2.4 Produk Wisata …………………………………………………………. 9 2.5 Theme Park ……………………………………………………………. 11 2.6 Pengertian Preferensi dalam Pemasaran ……………………………… 13 2.7 Positioning Berhubungan dengan cara Konsumen Menyimpan Data …16 2.8 Positioning dengan Keunggulan Bersaing ……………………………. 19 2.9 Pengolahan Informasi dan Persepsi Konsumen ………………………. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 23 vi
3.2 Teknik Pengambilan Sampling .………………………………………. 23 3.3 Teknik Analisis Data …………………………….……………………...24 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pariwisata Bali ……………………………………. 26 4.2 Sejarah Perkembangan Pariwisata Bali ………………………………. 27 4.3 Karakteristik Responden …..………………………………………….. 31 4.4 Preferensi Theme Park Sebagai Atraksi Wisata Buatan ……………… 32 4.5 Perceptual Map Posisi Theme Park …………………………………… 34 4.6 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 36 4.7 Perceptual Map Pengunjung Terhadap Masing-Masing Atribut dari Masing-Masing Theme Park …………………………………………. 37 4.8 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………. 39 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….. 41 5.2. Saran ………………………………………………………………… 41 DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Theme Park Menurut Beberapa Ahli………………………....11 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ………………………………………………32 Tabel 4.2 Penilaian Responden Terhadap Kemiripan Atraksi Wisata Berdasarkan Park Attraction dan Theme of The Park ……………………………….33 Tabel 4.3 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 37 Tabel 4.4 Keunggulan Atribut masing-Masing Theme Park ……………………. 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaring-jaring Persepsi …………………………………………... 19 Gambar 4.1 Perceptual map Posisi Theme Park ……………………………… 35 Gambar 4.2 Perceptual Map Atribut Theme Park Terhadap Theme Park …… 38
vi
LAPORAN PENELITIAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP THEME PARK DI BALI
Peneliti: Ketua Tim : Hanugerah Kristiono Liestiandre, S.ST.Par., M.M. Anggota : 1. Dewa Ayu Made Lily Dianasari, S.T., M.Si. 2. Made Witari, S.ST.Par., M.Si.
Dibiayai dari Dana DIPA Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Tahun Anggaran 2014
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kelompok dengan judul “Preferensi Pengunjung Terhadap Theme Park di Bali”. Dalam proses penulisan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan dukungan moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama pada para mahasiswa yang telah membantu menyebarkan kuesioner dan para narasumber di lapangan sehingga laporan penelitian ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Sebagai sebuah proses pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Nusa Dua, September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………..……………… ii DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………….. iii DAFTAR TABEL ………………………………………………..……………….. iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………..………………….. v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 4 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata …….……………….…………………………... 6 2.2 Pengertian Wisatawan ………………….……………………………… 7 2.3 Daya Tarik Wisata …………………………………………………….. 8 2.4 Produk Wisata …………………………………………………………. 9 2.5 Theme Park ……………………………………………………………. 11 2.6 Pengertian Preferensi dalam Pemasaran ……………………………… 13 2.7 Positioning Berhubungan dengan cara Konsumen Menyimpan Data …16 2.8 Positioning dengan Keunggulan Bersaing ……………………………. 19 2.9 Pengolahan Informasi dan Persepsi Konsumen ………………………. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 23 vi
3.2 Teknik Pengambilan Sampling .………………………………………. 23 3.3 Teknik Analisis Data …………………………….……………………...24 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pariwisata Bali ……………………………………. 26 4.2 Sejarah Perkembangan Pariwisata Bali ………………………………. 27 4.3 Karakteristik Responden …..………………………………………….. 31 4.4 Preferensi Theme Park Sebagai Atraksi Wisata Buatan ……………… 32 4.5 Perceptual Map Posisi Theme Park …………………………………… 34 4.6 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 36 4.7 Perceptual Map Pengunjung Terhadap Masing-Masing Atribut dari Masing-Masing Theme Park …………………………………………. 37 4.8 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………. 39 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….. 41 5.2. Saran ………………………………………………………………… 41 DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Theme Park Menurut Beberapa Ahli………………………....11 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ………………………………………………32 Tabel 4.2 Penilaian Responden Terhadap Kemiripan Atraksi Wisata Berdasarkan Park Attraction dan Theme of The Park ……………………………….33 Tabel 4.3 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 37 Tabel 4.4 Keunggulan Atribut masing-Masing Theme Park ……………………. 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaring-jaring Persepsi …………………………………………... 19 Gambar 4.1 Perceptual map Posisi Theme Park ……………………………… 35 Gambar 4.2 Perceptual Map Atribut Theme Park Terhadap Theme Park …… 38
vi
LAPORAN PENELITIAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP THEME PARK DI BALI
Peneliti: Ketua Tim : Hanugerah Kristiono Liestiandre, S.ST.Par., M.M. Anggota : 1. Dewa Ayu Made Lily Dianasari, S.T., M.Si. 2. Made Witari, S.ST.Par., M.Si.
Dibiayai dari Dana DIPA Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Tahun Anggaran 2014
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kelompok dengan judul “Preferensi Pengunjung Terhadap Theme Park di Bali”. Dalam proses penulisan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan dukungan moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama pada para mahasiswa yang telah membantu menyebarkan kuesioner dan para narasumber di lapangan sehingga laporan penelitian ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Sebagai sebuah proses pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Nusa Dua, September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………..……………… ii DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………….. iii DAFTAR TABEL ………………………………………………..……………….. iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………..………………….. v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 4 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata …….……………….…………………………... 6 2.2 Pengertian Wisatawan ………………….……………………………… 7 2.3 Daya Tarik Wisata …………………………………………………….. 8 2.4 Produk Wisata …………………………………………………………. 9 2.5 Theme Park ……………………………………………………………. 11 2.6 Pengertian Preferensi dalam Pemasaran ……………………………… 13 2.7 Positioning Berhubungan dengan cara Konsumen Menyimpan Data …16 2.8 Positioning dengan Keunggulan Bersaing ……………………………. 19 2.9 Pengolahan Informasi dan Persepsi Konsumen ………………………. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 23 vi
3.2 Teknik Pengambilan Sampling .………………………………………. 23 3.3 Teknik Analisis Data …………………………….……………………...24 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pariwisata Bali ……………………………………. 26 4.2 Sejarah Perkembangan Pariwisata Bali ………………………………. 27 4.3 Karakteristik Responden …..………………………………………….. 31 4.4 Preferensi Theme Park Sebagai Atraksi Wisata Buatan ……………… 32 4.5 Perceptual Map Posisi Theme Park …………………………………… 34 4.6 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 36 4.7 Perceptual Map Pengunjung Terhadap Masing-Masing Atribut dari Masing-Masing Theme Park …………………………………………. 37 4.8 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………. 39 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….. 41 5.2. Saran ………………………………………………………………… 41 DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Theme Park Menurut Beberapa Ahli………………………....11 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ………………………………………………32 Tabel 4.2 Penilaian Responden Terhadap Kemiripan Atraksi Wisata Berdasarkan Park Attraction dan Theme of The Park ……………………………….33 Tabel 4.3 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 37 Tabel 4.4 Keunggulan Atribut masing-Masing Theme Park ……………………. 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaring-jaring Persepsi …………………………………………... 19 Gambar 4.1 Perceptual map Posisi Theme Park ……………………………… 35 Gambar 4.2 Perceptual Map Atribut Theme Park Terhadap Theme Park …… 38
vi
LAPORAN PENELITIAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP THEME PARK DI BALI
Peneliti: Ketua Tim : Hanugerah Kristiono Liestiandre, S.ST.Par., M.M. Anggota : 1. Dewa Ayu Made Lily Dianasari, S.T., M.Si. 2. Made Witari, S.ST.Par., M.Si.
Dibiayai dari Dana DIPA Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali Tahun Anggaran 2014
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian kelompok dengan judul “Preferensi Pengunjung Terhadap Theme Park di Bali”. Dalam proses penulisan laporan penelitian ini, penulis mendapatkan dukungan moral maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama pada para mahasiswa yang telah membantu menyebarkan kuesioner dan para narasumber di lapangan sehingga laporan penelitian ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Sebagai sebuah proses pembelajaran yang tidak akan pernah berhenti, penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Nusa Dua, September 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………..……………… ii DAFTAR ISI ………………………………………………………..…………….. iii DAFTAR TABEL ………………………………………………..……………….. iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………..………………….. v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1 1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 4 1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………. 4 1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata …….……………….…………………………... 6 2.2 Pengertian Wisatawan ………………….……………………………… 7 2.3 Daya Tarik Wisata …………………………………………………….. 8 2.4 Produk Wisata …………………………………………………………. 9 2.5 Theme Park ……………………………………………………………. 11 2.6 Pengertian Preferensi dalam Pemasaran ……………………………… 13 2.7 Positioning Berhubungan dengan cara Konsumen Menyimpan Data …16 2.8 Positioning dengan Keunggulan Bersaing ……………………………. 19 2.9 Pengolahan Informasi dan Persepsi Konsumen ………………………. 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 23 vi
3.2 Teknik Pengambilan Sampling .………………………………………. 23 3.3 Teknik Analisis Data …………………………….……………………...24 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pariwisata Bali ……………………………………. 26 4.2 Sejarah Perkembangan Pariwisata Bali ………………………………. 27 4.3 Karakteristik Responden …..………………………………………….. 31 4.4 Preferensi Theme Park Sebagai Atraksi Wisata Buatan ……………… 32 4.5 Perceptual Map Posisi Theme Park …………………………………… 34 4.6 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 36 4.7 Perceptual Map Pengunjung Terhadap Masing-Masing Atribut dari Masing-Masing Theme Park …………………………………………. 37 4.8 Keterbatasan Penelitian ………………………………………………. 39 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….. 41 5.2. Saran ………………………………………………………………… 41 DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Theme Park Menurut Beberapa Ahli………………………....11 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ………………………………………………32 Tabel 4.2 Penilaian Responden Terhadap Kemiripan Atraksi Wisata Berdasarkan Park Attraction dan Theme of The Park ……………………………….33 Tabel 4.3 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park .. 37 Tabel 4.4 Keunggulan Atribut masing-Masing Theme Park ……………………. 39
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaring-jaring Persepsi …………………………………………... 19 Gambar 4.1 Perceptual map Posisi Theme Park ……………………………… 35 Gambar 4.2 Perceptual Map Atribut Theme Park Terhadap Theme Park …… 38
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan pariwisata hingga saat ini masih terus mengalami peningkatan yang signifikan. Pariwisata terus mengalami peningkatan baik jumlah wisatawan maupun tingkat pendapatan yang dihasilkan. Pariwisata telah menjadi pendorong utama sosio-ekonomi di hampir seluruh negara di dunia, bahkan dapat memberikan kemajuan pendapatan melalui ekspor, penciptaan lapangan kerja dan perusahaan, serta pembangunan infrastruktur karena aktivitas yang ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata di suatu negara. Selama enam dekade terakhir, pariwisata mengalami ekspansi lanjutan dan diversifikasi, serta menjadi salah satu industri yang terbesar dan paling cepat berkembang di dunia ekonomi (UNWTO, 2012) Bagi Indonesia, pariwisata memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara. Melalui kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selama periode Januari sampai Desember 2013, jumlah kunjungan wisman mencapai 8,80 juta kunjungan atau naik 9,42 persen dibanding kunjungan wisman pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang berjumlah 8,04 juta kunjungan, dengan penerimaan devisa pariwisata pada tahun 2013 diperkirakan mencapai US$10,1 miliar atau naik 10,99 persen dibanding penerimaan devisa tahun 2012 yang sebesar US$9,1 miliar (www.bps.go.id, diakses 20 Maret 2014). Penerimaan jumlah devisa tersebut, membuktikan pariwisata merupakan salah satu sektor andalan pemerintah untuk memperoleh devisa dari penghasilan non migas.
1
Bali sebagai destinasi pariwisata yang diandalkan oleh Indonesia, telah mengalami perkembangan pula, baik dari jumlah wisatawan mapun produk yang dapat ditawarkan kepada wisatawan dengan daya tarik wisata yang beraneka ragam. Bali melalui budaya sebagai dalam mengembangkan pariwisatanya, juga memiliki berbagai macam daya tarik wisata alam yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selain daya tarik wisata budaya yang telah lebih dulu berkembang di Bali. Daya tarik wisata alam di Bali, didukung oleh kondisi alamiah Bali yang menarik wisatawan untuk melakukan aktivitas wisatanya selama wisatawan tersebut berada di Bali. Seiring dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Bali, maka perkembangan daya tarik wisata pun juga semakin berkembang. Jenis daya tarik wisata lain yang juga berkembang di Bali adalah daya tarik wisata buatan. Tidak hanya daya tarik wisata buatan yang dibangun dengan tujuan bukan untuk menjadi daya tarik wisata tetapi menarik wisatawan untuk berkunjung ke daya tarik wisata tersebut, namun juga daya tarik wisata buatan yang sengaja dibangun atau dibuat dengan tujuan agar wisatawan dapat lebih lama berada pada sebuah destinasi pariwisata, dan diharapkan dapat lebih banyak waktu dan pengeluaran yang dikeluarkan atau dihabiskan oleh wisatawan, sehingga dapat lebih dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat di destinasi pariwisata tersebut. Salah satu daya tarik wisata buatan tersebut adalah Theme Park. Theme Park yang dibangun di Bali memiliki beragam daya tarik wisata dengan tema yang berbeda. Masing-masing theme park memiliki produk dengan keunggulan dan karakteristik yang berbeda pula. Hingga saat ini telah berdiri beberapa theme park di Bali, diantaranya theme park dengan tema air seperti
2
Waterbom, New Kuta Green Park, Circus Waterpark, dan Gran Surya Water Park, theme park dengan tema fauna seperti Bali Zoo, Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Elephant Safari Park Lodge, dan Taman Kupu-Kupu, serta theme park dengan tema budaya sepeti Garuda Wisnu Kencana (GWK), dan Taman Nusa. Semakin banyaknya theme park yang dikembangkan di Bali, maka akan menambah diversifikasi daya tarik wisata di Bali pada umumnya dan daya tarik wisata buatan pada khususnya. Bertambahnya theme park sebagai produk yang dapat ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung ke Bali, maka akan menambah pula tingkat persaingan untuk mendatangkan pengunjung ke theme park tersebut. Telah terbukti dengan adanya theme park yang mencoba untuk dikembangkan di Bali namun tidak bertahan lama karena ketidakmampuannya mendatangkan pengunjung sesuai yang diharapkan. Sebut saja Taman Bali Festival di era tahun 2000 dan Bali Mini Cultural Park (BMCC) di dekade selanjutnya. Kedua theme park tersebut kini telah tinggal nama saja, dan bahkan dari beberapa masyarakat sudah tidak mengenalnya lagi. Masing – masing theme park yang masih eksis hingga saat ini tentu saja menawarkan hal-hal yang menjadikan theme park tersebut unik atau berbeda dengan theme park yang lain, walaupun dengan theme park yang memiliki tema yang sama. Beberapa theme park seyogyanya dapat memberikan hiburan dan pengalaman yang berbeda kepada setiap pengunjung yang datang, sehingga theme park tersebut dapat terus eksis dan mendapat tempat di benak pengunjung dengan pencitraan dari apa yang telah diberikan itu. Pengunjung pun ketika dihadapkan dalam memilih theme park yang akan dikunjunginya, membutuhkan referensi dan informasi yang cukup agar harapan
3
yang ingin dicapai oleh pengunjung tersebut dapat terpenuhi dan menjadi pengunjung yang puas setelah melakukan kunjungannya. Segala kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh sebuah theme park dan yang ditawarkan kepada pengunjung itulah yang menjadi andalan mengapa seorang pengunjung memilih mengunjungi theme park tersebut. Pencitraan sebuah theme park menjadi penting dalam hal ini. Semakin kuat nilai lebih atau keunikannya, maka akan semakin kuat preferensi seseorang untuk memilih sebuah theme park. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini ditujukan untuk meneliti preferensi pengunjung yang berkunjung ke theme park di Bali sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan sebuah daya tarik wisata, khususnya daya tarik wisata theme park.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah tersebut yaitu, “Bagaimanakah preferensi pengunjung terhadap theme park di Bali?” 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi pengunjung terhadap theme park di Bali.
4
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang preferensi pengunjung yang berkunjung ke daya tarik wisata theme park di Bali serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan theme park di Bali. 1.4.2 Praktis Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan bahan masukan bagi pemangku kepentingan Pariwisata dalam menentukan kebijakan dalam pengembangan pariwisata khususnya dalam daya tarik wisata buatan theme park.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pariwisata Pengertian pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjananan guna pertamasayaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. (Yoeti,1990:109). Sedangkan Schulalard (Yoeti,1996:105) memberikan pengertian pariwisata sebagai berikut : “tourist is the sum operations, mainly of an economic nature, wich directly, city or region” yang berarti sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitanya dengan kegiatan perekonominan yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanaya pendiaman dan bergeraknya orangorang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara. Dalam hal ini pakar lain (Wahab,1988:5) menyebutkan pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru tersebut, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di negara penerima wisatawan. Sedangkan menurut Undang-Undang Kepariwisataan nomor 10 tahun 2009 pasal 1 tentang Kepariwisataan sebagai berikut : Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
6
disediakan oleh masayarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
2.2 Pengertian Wisatawan WTO dalam Soekadijo (2002:15) memberikan definisi wisatawan sebagai berikut: Wisatawan adalah setiap orang yang berttempat tinggal di suatu Negara (tanpa memandang kewarganegaraanya) berkunjung ke suatu tempat pada Negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanaya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari hal berikut ini : a. Memanfaaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga. b. Bisnis atau mengunjungi keluarga Instruksi presiden RI No. 9/1969, tanggal 6 Agustus 1969 memberikan pengertian bahwa wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Jelas Bahwa wisatwan adalah orang-orang yang melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain sementara waktu minimal 24 jam dan bertujuan
hanya
untuk
bersenang-senang.
Dengan
demikian
kegiatan
kepariwisataan tidak lepas dari wisatawan.
7
2.3 Daya Tarik Wisata Menurut Undang-Undang Kepariwisataan nomor 10 tahun 2009 pasal 1 tentang kepariwisataan, sebagai berikut : Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
memiliki
keunikan
keindahan,
dan
nilai
yang
berupa
keanekaragamankekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata sebuah kawasan atau tempat wisata alam didalam pengembanganya ada empat faktor yang harus diperhatikan, sebagaimana menururt Burkat dan Medlik (1988:46) berpendapat bahwa ada empat faktor pendukung didalam pengembangan daya tarik wisata, yaitu: attraction, accessibilities, aminities, dan ancillary services. Sebagaimana penjelasanya adalah sebagai berikut: a. Atraksi (Attraction) adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik wisatawan sekaligus menjadi motivator utama bagi perjalanan wisata dan merupakan produk paling utama, karena tanpa adanaya atraksi maka tidak akan pernah ada pariwisata. Menurut jenisnya Swarbrooke (1996:4) membagi pariwisata menjadi empat, yaitu a) Lingkungan alam, b)bangunan buatan dengan sasaran menarik kunjungan, c) bangunan buatan yang sasaranya bukan semata-mata kunjungan, dan d) Special event. b. Aksesbilitas (Acessibility) secara sederhana diartikan sebagai cara dan jalan menuju ke daya tarik wisata atau dengan kata lain kemudahan wisatawan terhadap layanan sarana dan prasarana transportasi dari tempat
8
tinggalnya (generating area) sampai di daya tarik wisata yang akan dikunjungi (destination area). c. Amenitas (Amenity), merupakan fasilitas yang dibutuhkan wisatawan dalam melakukan perjalanan yang digolongkan sebagai layanan usaha dalam menunjang pariwisata. d. Organisasi masyarakat (Ancillary service) yang salaing mendukung serta terkait antara yang satu dengan yang lainya. Dimana sistem organisasi masyarakat merupakan salah satu faktor penunjang yang cukup penting dalam suatu obyek dan daya tarik wisata terutama dalam hal pengelolaan dan mempromosikan objek dan daya tarik wisata tersebut terhadap pasar wisatawan yang akan dituju.
2.4 Produk Wisata Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat sosial, psikologis, dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi. Menurut Pendit (2003 :127-128) produk wisata adalah barang-barang persediaan pariwisata yang disediakan oleh kelompok-kelompok industri pariwisata sebgai kebutuhan yang dikehendaki wisatawan, baik dalam hubungan subjek sentra maupun objek sentra, baik yang bersifat material maupun non material. Produk wisata secara umum dapat diperoleh dari “alam bebas” misalnya, cuaca, iklim, panorama indah, keajaiban semesta alam, pantai pasir molek. Produk wisata yang diciptakan oleh manusia misalnya, monument, candi, bangunan
9
spesifik, tempat-tempat bersejarah, benda-benda arkeologi, koleksi budaya, pemandian, gereja, mesjid, tugu, teater, museum dan sebagainya hasil karya-karya besar kegiatan politik, ekonomi, dan
budaya serta yang dusahakan demi
pelayanan kepariwisataan, yaitu berupa fasilitas-fasilitas yang membentuk aparat penerimaan sang wisatawan, termasuk yang dikategorikan sebagai perlengkapan industri pariwisata. Ciri-ciri dari suatu produk wisata adalah: a. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ke tempat dimana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang dimana hasil atau produknya dapat dipindahkan ke mana barang tersebut diperlukan oleh konsumen. b. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk/jasa maka tidak akan terjadi produksi. c. Produk
wisata
tidak
menggunakan
standar
ukuran
fisik
tetapi
menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu. d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya. e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin. f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.
10
2.5 Theme Park Definisi theme park adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Definisi Theme Park Menurut Beberapa Ahli AHLI Sorkin (1992:9)
DEFINISI Theme park adalah simulasi tanpa ahkir, simulasi dari segala keinginan dan khayalan akan sebuah lingkun gan Hellas, dkk (2005: 1) Theme Parks are subsets of Managed Attract yang diimpikan ions, which can be defined as‘permanently designat ed resources which are controlled and managed for the enjoyment, amusement, education Raluca dan Gina (2005: 6 Theme parks can beentertainment, defined as and a subset of ofvi the visiting public’ 35) sitor attractions. Visitor attractions are des cribed aspermanent resources which are designed, controlle d and managed Sumber : Pengolahan dari beberapa sumber for the enjoyment, amuse ment, of thebahwa visiting public Berdasarkan tabel entertainment,and tersebut dapat education disimpulkan theme park merupakan atraksi yang dibuat secara permanen dengan sumber daya yang dapat dikendalikan dan dikelola untuk sebuah kenikmatan, hiburan dan pendidikan dari kunjungan masyarakat. Dalam mengembangkan sebuah industri theme park perlu memperhatikan tahapan-tahapan lingkungan umum, lingkungan ekonomi, sosial budaya, transportasi, infrastruktur, fasilitas, lingkungan kelembagaan dan pengembangan theme park itu sendiri (Raluca dan Gina 2005:636). Tahapantahapan itu sendiri sebagai berikut : a. Lingkungan Umum
11
Dalam hal ini harus memperhatikan rangkaian fitur fisik dan layanan untuk mengisi kapasitas asumsi dari pengunjung. b. Lingkungan Ekonomi Harus meningkatkan ekonomi sekitar antara lain peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar. c. Sosial dan Budaya Theme park sebagai industri yang berdiri di tengah kehidupan tradisional harus memperhatikan aspek masyarakat, sehingga masyarakat tidak terbawa pengaruh buruk pada kehadiran sebuah industri ini. d. Transportasi Merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan, karena pengunjung memerlukan transportasi untuk suatu atraksi. e. Infrastruktur Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah air bersih, listrik, pengolahan limbah dan telekomunikasi. f. Fasilitas yang ditawarkan Selain dari produk utama yang ditawarkan, fasilitas lain seperti akomodasi, restoran, toko souvenir, kantor informasi, keselamatan umum, layanan polisi dan perlindungan dari kebakaran. g. Lingkungan Kelembagaan Elemen kelembagaan harus dipertimbangkan dalam perencanaan taman lingkungan, karena dapat merangsang atau menghambat pengembangan pariwisata. h. Pengembangan Theme Park
12
Harus melakukan pengembangan agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis antar jenis industri.
2.6 Pengertian Preferensi dalam Pemasaran Preferensi
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
konsumen (pengunjung) mendapatlan informasi sebagai bagian dari positioning untuk sebuah theme park di dalam benak mereka. Sedangkan positioning merupakan suatu konsep untuk menempatkan produk-produk yang terdapat di pasar berdasarkan persepsi dan preferensi konsumen atas suatu produk. Konsep positioning berawal dari struktur pasar, posisi persaingan perusahaan, dan konsep produk substitusi dan kompetisi diantara produk-produk sejenis. Positioning seringkali digunakan untuk mengartikan atau menggambarkan image suatu produk dibandingkan dengan produk-produk pesaingnya. Positioning sebuah perusahaan harus didahului dengan kegiatan segmenting dan targeting. Hal ini penting dilakukan agar posisi yang terbentuk sesuai dengan segmen pasar yang ada dan pasar sasarannya. Segmenting dapat diartikan dengan membagi-bagi pasar menurut variabel yang banyak sekali jenisnya. Sedangkan targeting adalah penentuan segmen mana yang akan disasar. Terdapat beberapa definisi mengenai positioning, diantaranya adalah Kasali (2003: 506) yang mengutip pendapatnya Ries dan Trout (1986), mendefinisikan positioning sebagai berikut: “Positioning is not what you do to a product. It is what you do to the mind of the prospect”, artinya positioning bukan sesuatu yang dilakukan terhadap produk, melainkan sesuatu yang dilakukan terhadap otak calon pelanggan. Positioning bukanlah strategi produk, tetapi
13
strategi komunikasi. Positioning berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk dalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk tersebut. Positioning produk adalah cara produk ditetapkan oleh konsumen berdasarkan atribut penting yang dimiliki produk dalam ingatan konsumen dibandingkan dengan pesaing. Menurut Kotler dan Amstrong (2006: 254) ada beberapa alternatif strategi positioning, yaitu: a) Positioning pada atribut produk. b) Positioning pada kebutuhan yang dipenuhi atau manfaat yang diberikan. c) Positioning menurut peristiwa penggunaan. d) Positioning berdasarkan kelas pengguna tertentu. e) Positioning langsung dibandingkan dengan pesaing. f) Positioning untuk kelas produk yang berbeda. Menurut Kartajaya (2004: 60) positioning adalah menyangkut bagaimana suatu bisnis mendapatkan kepercayaan dari konsumennya. Positioning juga sebagai janji yang diberikan produk, merek, dan perusahaan kepada pelanggan. Kartajaya (2004: 62) juga berpendapat bahwa terdapat empat syarat untuk membangun positioning yang meliputi kriteria: a) Customer, positioning harus dipersepsikan secara positif oleh para pelanggan dan menjadi reason to buy. Ini akan terjadi bila pebisnis mendeskripsikan value yang diberikan kepada pelanggan, dan bila value benar-benar merupakan aset penting, yang dapat menjadi value
14
yang unggul sehingga menjadi suatu penentu pada saat memutuskan untuk membeli. b) Company, positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif perusahaan, jangan sesekali merumuskan positioning namun ternyata tidak mampu melaksanakannya, ini akan menyebabkan over promise under deliver. c) Competitor, positioning haruslah bersifat unik, dapat dengan mudah mendiferensiasikan diri dari pesaingnya, tidak mudah ditiru oleh pesaing, dan bersifat sustainable dalam jangka panjang. d) Change, didasarkan pada kajian atas perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis, apakah itu perubahan persaingan, perilaku pelanggan, perubahan sosial budaya dan sebagainya, artinya apabila sudah tidak relevan lagi maka segera harus dilakukan positioning. Tujuan pokok dari positioning adalah: a) Menempatkan atau memposisikan produk di pasar sehingga produk terebut terpisah atau berbeda dari merek-merek yang menjadi pesaing. b) Memposisikan produk sehingga melalui produk tersebut dapat disampaikan beberapa hal pokok kepada para pelanggan, seperti what you stand for, what you are, dan how you would like customers to evaluate you. Positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan perbedaan yang unik dalam benak konsumen sasaran, sehingga terbentuk citra (image) produk yang lebih unggul dibandingkan dengan produk pesaing. Menurut
15
Tjiptono (2002: 110) ada tujuh pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan positioning yaitu: a) Positioning berdasarkan atribut, ciri-ciri atau manfaat bagi pelanggan (attribute positioning). b) Positioning berdasarkan harga (price and quality positioning). c) Positioning yang dilandasi dengan aspek penggunaan atau aplikasi (use application positioning). d) Positioning berdasarkan pemakai (user positioning). e) Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (product class positioning). f) Positioning berkenaan dengan pesaing (competitor positioning). g) Positioning berdasarkan manfaat (benefit positioning).
2.7 Positioning Berhubungan dengan Cara Konsumen Menyimpan Informasi Perusahaan perlu mengetahui bagaimana konsumen memproses informasi, menyimpan dan membangkitkannya kembali. 1) Jaringan memori semantik Manusia menyimpan informasi dalam bentuk jaringan semantik dalam memorinya. Jaringan itu terdiri dari berbagai memory nodes (pusat informasi) yang menyimpan konsep-konsep semantic tertentu. Ada lima jenis informasi yang dapat disimpan dalam memory nodes, yaitu: a) Nama merk-merk tertentu. b) Karakteristik merk tersebut (biasanya dinyatakan dalam bentuk atribut produk).
16
c) Iklan-iklan mengenai merk tersebut. d) Katagori produk. e) Hasil evaluasi konsumen terhadap merk-merk tertentu dan iklaniklannya. 2) Selective exposure Konsumen secara selektif memilih atau tidak mengekspose dirinya terhadap informasi. Calon konsumen membiarkan dirinya terekspose informasi dikarenakan oleh berbegai hal seperti ia memang sedang mencari informasi tentang suatu produk, tertarik dengan tema iklan, iklannya lucu atau endosernya cantik. 3) Proses sensasi Konsep
positioning
berhubungan
dengan
bagaimana
konsumen
memproses informasi. Perilaku konsumen dimulai dengan kesadaran rasional mengenai lingkungannya. Pengetahuan mengenai lingkungannya itu diperoleh panca inderanya (mata, hidung, telinga, kulit dan lidah) melalui proses sensasi. 4) Persepsi Menurut Hiebing dan Cooper dalam Kasali (2001: 526) disebutkan positioning adalah membangun persepsi produk anda di dalam pasar sasaran relatif terhadap persaingan. Mowen dalam Kasali (2001: 522) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses di mana individu-individu terekspose oleh informasi, menyediakan kapasitas prosesor yang lebih luas, dan menginterpretaikan informasi tersebut. Definisi yang agak luas ini, para ahli positioning menyingkatnya menjadi suatu proses untuk
17
mengartikan sensasi dengan memberi gambar dan hubungan-hubungan asosiasi di dalam memori untuk menafsirkan dunia di luar dirinya. Persepsi memegang peranan dalam kosep positioning karena manusia menafsirkan produk atau merk melalui persepsi yaitu hubungan-hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi. Proses ini membantu manusia memahami dunia di sekelilingnya, untuk disimpan dalam memorinya. Mengingat kapasitas memori manusia sangat terbatas, persepsi membantu memori menafsirkan dunia ini dengan berbagai penyederhanaan dan mengsimilasinya dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, rekaman-rekaman yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya. Jadi stimulus yang sama bisa diinterpretasikan berbeda oleh dua manusia yang memiliki persepsi berbeda (dari dua nilai budaya yang berlainan atau yang memiliki pengalaman berbeda). Kunci utama keberhasilan positioning terletak pada persepsi yang diciptakan. Selain ditentukan oleh persepsi konsumennya sendiri, posisi atau citra perusahaan dipengaruhi oleh pesaing dan pelanggan. Jaring-jaring persepsi diantara perusahaan, pesaing dan pelanggan ditunjukan dalam Gambar 2.1:
18
Persepsi perusahaan terhadap dirinya Perusahaan
Persepsi pesaing terhadap perusahaan
Persepsi pelanggan terhadap perusahaan
Persepsi perusahaan terhadap para pesaing Persepsi perusahaan terhadap pelanggan Pesaing
Persepsi pelanggan terhadap pesaing
Pelanggan
\ Persepsi pesaing terhadap pelanggan
Persepsi pesaing terhadap dirinya sendiri
Persepsi pelanggan terhadap dirinya sendiri Gambar 2.1 Jaring-jaring persepsi
Sumber: Fandy Tjiptono (2002:111) 2.8 Positioning dengan Keunggulan Bersaing Setiap perusahaan harus membedakan tawarannya dengan membangun sejumlah keunggulan bersaing yang mungkin untuk membangun posisi, memilih keunggulan bersaing yang tepat dan secara efektif mengkomunikasikan serta menyampaikan posisi yang dipilih kepada pasar. Menurut Kotler dan Amstrong (1997: 256) keunggulan bersaing adalah keunggulan terhadap pesaing yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih besar kepada konsumen, dengan harga
19
lebih rendah maupun dengan memberikan mafaat lebih besar karena harganya lebih tinggi. Positioning sebenarnya dimulai dengan pembedaan tawaran pemasaran perusahaan dibandingkan
sehingga yang
akan
memberikan
ditawarkan
pesaing.
nilai
lebih
Perusahaan
kepada
konsumen
harus
mencoba
mengidentifikasi cara-cara spesifik yang dapat mendiferensiasi produknya untuk mencapai keunggulan kompetitif. Menurut Porter (1994: 12) ada beberapa strategi yang dapat dijalankan perusahaan untuk membentuk keunggulan bersaing yaitu: 1) Overall Cost Leadership Perusahaan berusaha untuk dapat menekan biaya produksi dan biaya distribusi sehingga mampu menetapkan harga yang lebih rendah. 2) Differentiation Perusahaan berkosentrasi untuk menciptakan produk dan program pemasaran yang berbeda untuk setiap produk yang dihasilkan. 3) Fokus Perusahaan memfokuskan usahanya untuk melayani beberapa segmen pasar saja, sehingga perusahaan dapat memusatkan perhatian pada kebutuhan segmen-segmen itu. Tugas positioning terdiri dari tiga langkah: 1) mengidentifikasi suatu perangkat keunggulan bersaing yang mungkin dibuat di mana positioning itu akan dibangun, 2) memilih keunggulan bersaing yang tepat, dan 3) efektif mengkomunikasikan dan menyampaikan posisi yang dipilih ke pasar.
20
2.9 Pengolahan Informasi dan Persepsi Konsumen Ujang (2002: 69) mengemukakan pendapat William McGuire, yang dikutip dari Engel, Blackwell dan Miniard (1995) bahwa ada lima tahap pengolahan informasi, yaitu sebagai berikut: 1) Pemaparan
(exposure):
pemaparan
stimulus,
yang
menyebabkan
konsumen menyadari stimulus tersebut melalui panca inderanya. 2) Perhatian (attention): kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk. 3) Pemahaman (comprehension): interpretasi terhadap makna stimulus. 4) Penerimaan (acceptance): dampak persuasif stimulus kepada konsumen. 5) Retensi (retention), pengalihan makna stimulus dan persuasi keinginan jangka panjang (long-term memory). Mowen dan Minor (2002:82) mendefinisikan persepsi adalah proses di mana individu diekspos untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya. Pada tahap eksposure (eksposure stage) konsumen menerima informasi melalui panca inderanya. Kemudian pada tahap perhatian (attention stage), mengalokasikan kapasitas pemrosesan menjadi rangsangan. Akhirnya pada tahap pemahaman (comprehension stage), dilakukan penyusunan dan interpretasi informasi untuk mendapatkan arti tentang informasi tersebut. Pemahaman (comprehension) merupakan proses rangsangan panca indera sehingga mudah untuk dipahami.
21
Stephen P. Robbins (2003:160) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses
yang
ditempuh
indivisu-individu
untuk
mengorganisasikan
dan
menafsirkan kesan indera agar memberi makna kepada lingkungan. Disisi lain dikatakan bahwa persepsi itu adalah proses yang dilalui orang dalam memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia, (Kotler and Amstrong, 1997:156).
22
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Metode Observasi Menurut Sugiyono dalam Sutrisno Hadi (1999:139) metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun proses biologis, psikologis dan proses-proses pengamatan dan ingatan. Metode ini akan digunakan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung sambil menyebarkan kuesioner terhadap pengunjung yang berkunjung di salah satu theme park yang di jadikan lokasi penelitian. 3.1.2 Kuesioner Penulis menggunakan setiap instrumen dalam kuisioner sesuai dengan Riduwan (2008: 139). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk memperoleh data tentang
preferensi pengunjung
terhadap theme park di Bali.
3.2 Teknik Pengambilan Sample Nargundher (2003: 385) dan Garson (2011) menyatakan, tidak ada syarat minimal jumlah sampel untuk MDS. Menurut pendekatan Maholtra (1996) dalam Novandari (2002) dan Yunarwanto (2010), jumlah sampel untuk penelitian yang menggunakan MDS adalah empat atau lima kali dari jumlah variabel atau variabel yang diteliti. Hair (1995) dalam Hendarto (2005) menyatakan bahwa dalam analisis multivariat, minimal jumlah sampel yang diambil adalah sebesar 10 kali 23
jumlah indikator yang diestimasi. Roscoe dalam Sugiyono (2005:102) memberikan saran untuk ukuran sampel dalam penelitian bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500 responden, dan dalam penelitian multivariat, ukuran sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Menurut Freankel dan Waller dalam Ariyani dan kawan-kawan (2009) besaran sampel minimal untuk penelitian deskriptif adalah 100 orang. Berdasarkan pendekatan di atas dan mengingat jumlah wisatawan mancanegara yang berada di Bali bergerak terus, serta pertimbangan teknis di lapangan, maka ukuran sampel ditentukan sebanyak 100 responden. Pengambilan sampel dilakukan di Bali Zoo dengan metode Quota sampling. Menurut Sugiarto dkk (2001:42) quota sampling yang dimaksud adalah judment sampling dua tahap. Tahap pertama penentuan responden berdasarkan kriteria yang digunakan sebagai sampel. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengunjung yang berada di salah satu theme park dan yang pernah mengunjungi atau minimal mengetahui theme park yang dipilih dalam penelitian ini yaitu Bali Zoo, Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Elephant Safari Park Lodge, Waterbom, New Kuta Green Park dan Circus Waterpark.
3.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis multivariat. Analisis multivariat ini berhubungan dengan metode statistik yang secara bersama-sama melakukan analisis terhadap lebih dari dua variabel pada setiap obyek. Untuk mengetahui kemiripan antar destinasi wisata dapat
24
dilakukan dengan Multi Dimensional Scaling (MDS) dan Correspondence Analysis (CA) untuk mengetahui keunggulan masing-masing atribut untuk setiap theme park. Theme park yang dipilih dalam penelitian ini adalah Bali Zoo, Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Elephant Safari Park Lodge, Waterbom, New Kuta Green Park dan Circus Waterpark. Pertimbangannya adalah memperhatikan eksistensi dari theme park tersebut sangat memiliki kemiripan dalam tema yang ditawarkan kepada para pengunjungnya dan lokasi yang relatif berdekatan.
25
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pariwisata Bali Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km
dengan jarak sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara
astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Luas wilayah Pulau Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29 persen luas wilayah Republik Indonesia (Anonim, 2010). Secara geografis, sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali pada, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat dengan Pulau Jawa (Provinsi Jawa Timur), dan sebelah timur dengan Pulau Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat). Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2 persen) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15 persen) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40 persen) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40 persen)
26
seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan, dengan Ibukotanya adalah Denpasar. Secara demografi penduduk Bali saat ini ± sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3 persen menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Bali dan Bahasa Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi, yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padang Bay menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat jam. Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, juga ke beberapa penerbangan internasional seperti Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, dan lain-lain.
4.2 Sejarah Perkembangan Pariwisata di Bali Perjalanan wisata secara internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad 20, di mana sebelumnya Bali diperkenalkan oleh orang Belanda pada Tahun 1579, yaitu melalui ekspedisi oleh Cornellis de Houtman. Perjalanannya mengelilingi dunia untuk mencari rempah-rempah sampai di
27
Indonesia. Dari Pulau Jawa, misi tersebut dilanjutkan dengan berlayar menuju ke timur. Tampak dari kejauhan sebuah pulau yang merimbun, dan diperkirakan pulau tersebut menghasilkan rempah-rempah. Saat mereka mendarat, mereka tidak menemukan rempah-rempah di pulau tersebut. Sebuah kehidupan dengan kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia. Alamnya yang indah, tanah yang subur, kegiatan pertanian, dan keunikan budaya penduduknya dalam menjalani keseharian sungguh menjadi perhatian besar dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi ekspedisi Cornellis de Houtman. Pulau ini oleh penduduknya dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada Raja Belanda pada waktu itu. Tahun 1920, mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini terjadi berkat kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart Maatsckapy), yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia. Penumpang dalam kapal-kapal tersebut memperkenalkan Bali di Eropa sebagai The Island of God. Para wisatawan Eropa yang mengunjungi Bali terdapat para seniman, baik seniman sastra, seniman lukis maupun seniman tari. Kunjungan berikutnya, banyak para seniman tersebut yang menulis tentang Bali. Salah satunya adalah seniman sastra Dr. Gregor Krause, yang merupakan orang berkebangsaan Jerman, yang dikirim ke Wetherisnds East Idies (Indonesia) untuk bertugas di Bali pada Tahun 1921. Tugasnya adalah untuk membuat tulisantulisan dan foto-foto mengenai tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah menyebar ke seluruh Dunia. Pada saat itu Dr. Gregor Krause tinggal di Bangli. Seniman lain adalah Miguel Covarrubias dengan bukunya the Island of
28
Bali Tahun 1930, Magaret Mead, Collin McPhee, Jone Bello, dan Mrs Menc (Ni Ketut Tantri) dengan bukunya Revolt In Paradise, Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali pada Tahun 1928. Lovis Conperus dengan bukunya Easwords (Melawat ke Timur) yang memuji tentang Bali, terutama Kintamani. Seniman lukis seperti R. Bonet mendirikan museum Ratna Warta, Walter Spies bersama Tjokorde mendirikan Yayasan Pita Maha. Disamping dikenal sebagai pelukis, Walter Spies juga mengarang buku dengan judul Dance dan Drama in Bali. Tahun 1925, orang Belgia bernama Arie Smith yang membentuk aliran Young Artist Le Mayeur dan mengambil istri orang Bali. Tinggal di Sanur pada Tahun 1930 dan mendirikan Museum Le Mayeur di Bali. Mario Blanco, orang Spanyol, juga seorang pelukis beristrikan orang Bali, dan menetap di Ubud. Masih banyak lagi seniman baik asing maupun nusantara disamping menetap dan mengambil obyek untuk lukisan maupun tulisan mengenai Bali. Melalui tulisantulisan inilah, sejak Tahun 1920 informasi tentang Bali menyebar keseluruh Eropa dan Amerika. Wisatawan asing yang sudah pernah ke Bali pun menceritakan pengalaman kunjungannya selama di Bali kepada teman-temannya. Penyebaran informasi mengenai Bali, baik karena tulisan-tulisan tentang Bali, maupun cerita dari mulut ke mulut (words of mouth), menyebabkan Bali dikenal di mancanegara. Bali masih lebih dikenal umum dibandingkan dengan nama Indonesia di mancanegara. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, penyebaran
informasi
mengenai
Bali
sebagai
destinasi
wisata
selalu
mengutamakan nama Indonesia, baik itu penyebaran informasi melalui brosurbrosur ataupun pada pameran-pameran yang diadakan di negara asing. Dengan demikian, diharapkan nama Indonesia lebih dikenal dan dipahami bahwa Bali
29
adalah salah satu destinasi wisata yang ada di Indonesia dan merupakan bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya. Tahun 1930, didirikanlah hotel yang pertama di Bali untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali, yang terletak di tengah kota Denpasar yaitu Bali Hotel. Terdapat pula sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan wisata Kintamani. Pesanggrahan ini sangat strategis untuk dapat melihat pemandangan alam Kintamani yang unik dan mempunyai daya tarik tersendiri di mata wisatawan, bahkan pesanggrahan tersebut sangat baik untuk menyaksikan keindahan Gunung Batur. Nama Bali makin dikenal setelah pada Tahun 1932 rombongan Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orang-orang asing. Semakin dikenalnya nama Bali di mancanegara, kunjungan wisatawan mancanegara makin banyak datang ke Bali. Berbagai julukan diberikan kepada Bali, antara lain: The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Thousand Temples, The Morning of The World oleh Pandit Jawahral Nehru, The Last Paradise on Earth, dan lain sebagainya. Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I Tahun 1939 - 1941 dan Perang Dunia II Tahun 1942-1945, dan dilanjutkan dengan Revolusi Kemerdekaan RI Tahun 1942-1949. Tahun 1956, kepariwisataan di Bali dirintis kembali. Tahun 1963 didirikan Hotel Bali Beach (The Inna Grand Bali Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya hotel berlantai 9 (sembilan), yang tingginya lebih dari 15 meter. Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan bahwa
30
bangunan di Bali maksimal tingginya 15 meter, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Bali Tanggal 22 November 1971 Nomor 13/Perbang. 1614/II/a/1971. Isinya antara lain, bahwa bangunan di daerah Bali tingginya maksimal setinggi pohon kelapa atau 15 meter. Hotel Bali Beach dibangun atas biaya dari rampasan perang Jepang. Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada bulan November 1966, maka bulan Agustus 1969 diresmikan Pelabuhan Udara Ngurah Rai sebagai pelabuhan internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur, dan terencana, yaitu ketika dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969.
4.3 Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden, yaitu pengunjung yang pernah mengunjungi dan atau dengan asumsi responden tersebut pernah mengunjungi atau minimal mengetahui ketujuh theme park yang diteliti, yaitu Bali Zoo, Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Elephant Safari Park Lodge, Waterbom, New Kuta Green Park dan Circus Waterpark. Masing-masing responden memiliki latar belakang demografi yang berbeda-beda. Informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan penilaian terhadap suatu objek yang sama, sehingga tidak mengherankan bila menghasilkan persepsi dan preferensi yang berbeda, pada akhirnya terjadi pengambilan keputusan yang berbeda pula. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu responden pernah mengunjungi atau mengetahui seluruh theme park yang ada, maka persentase responden yang
31
pernah mengunjungi atau mengetahui ketujuh theme park tersebut yang ada adalah sebesar 100 persen dengan jumlah 100 orang responden.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden No 1
Karakteristik Responden
Pilihan a. Laki Laki b. Perempuan
Jenis Kelamin Jumlah
2
a. 15 – 24 b. 25 – 49 c. 50
Umur Jumlah
3
Pekerjaan
a. Student b. Employee c. Entrepreneur d. Others
Jumlah Sumber: Pengolahan data profil responden
Jumlah (orang) 47 53 100 56 39 5 100 45 38 12 5 100
Presentase (%) 47 53 100 56 39 5 100 45 38 12 5 100
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa 100 orang responden yang mengunjungi dan mengetahui Bali Zoo maupun ketujuh destinasi pesaing di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki, usia 15-24 Tahun, dan dengan pekerjaan sebagai pelajar.
4.4 Preferensi Theme Park Sebagai Atraksi Wisata Buatan Pada penelitian ini, responden diminta untuk memberikan penilaian mengenai kemiripan atraksi wisata yang satu dengan yang lain berdasarkan persepsi mereka terhadap atribut utama dalam memilih theme park tersebut sebagai tujuan wisatanya.Penilaian responden terhadap kemiripan antar theme park merupakan hasil perbandingan kemiripan antar masing-masingtheme park
32
berdasarkan pengamatan dan pengetahuan responden terhadap komponen atraksi yang ada di theme park dan tema dari theme park tersebut. Berdasarkan jawaban responden dalam memberikan nilai skala 1 sampai dengan 5 sesuai persepsi responden berkaitan dengan kemiripan Bali Zoo sebagai atraksi wisata buatan yang berjenis theme park dibanding keenam atraksi wisata lainnya, yaitu Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Elephant Safari Park Lodge, Waterbom, New Kuta Green Park dan Circus Waterpark, maka diperoleh data seperti ditampilkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Penilaian Responden Terhadap Kemiripan Atraksi Wisata Berdasarkan Park Attraction dan Theme of the Park No Resp.
Destination
Bali Zoo
1
Bali Safari and Marine Park Bali Bird Park Elephant Safari Park Lodge Waterbom New Kuta Green Park Circus Waterpark
Bali Zoo
Bali Safari and Marine Park
Bali Bird Park
Elephant Safari Park Lodge
Waterbom
New Kuta Green Park
Circus Waterpark
0 2
0
3
3
0
3
3
3
0
5
5
5
5
0
5
5
5
5
2
0
5
5
5
5
2
2
0
Sumber: Tabulasi Data Multidimensional Scaling (MDS)
Tabel 4.2 merupakan penilaian responden pertama mengenai kemiripan atraksiyang terdapat pada theme park dan tema dari masing-masing theme park. Berdasarkan penilaian responden pertama
tersebut, Bali Zoo dipersepsikan
bersaing dengan Bali Safari and Marine Park, bisa bersaing bisa tidak dengan Elephant Safari Park Lodge, serta tidak bersaing dengan Waterbom, New Kuta Green Park, dan Circus Waterpark.
33
Demikian seterusnya untuk penilaian responden dengan analisa yang sama kepada sejumlah 99 responden lainnya. Dalam tabel tersebut, angka nol terjadi karena dilakukan pembandingan antara theme park itu sendiri (seperti Bali Zoo dengan Bali Zoo) yang tidak ada nilainya.
4.5 Perceptual Map Posisi Theme Park Peta persepsi posisi adalah hasil dari persepsi pengunjung berdasarkan penilaian terhadap pasangan theme park yang dipilih. Jarak posisi terdekat atau dalam kuadran yang sama dari pasangan theme park adalah merupakan hasil dari persepsi pengunjung bahwa pasangan theme park yang diperbandingkan memiliki kemiripan atau kesamaan satu dengan yang lain. Demikian pula sebaliknya, bila pengunjung mempersepsikan bahwa pasangan theme park yang diperbandingkan berbeda atau sangat berbeda, maka menghasilkan perbedaan jarak posisi pasangan destinasi wisata pada posisi yang letaknya berjauhan atau letaknya dalam kuadran yang berbeda. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, diperoleh perceptual map dari hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
34
Gambar 4.1 Perceptual Map Posisi Theme Park
Gambar 3.1 menunjukkan posisi seluruh theme park yang saling dibandingkan dengan ketujuh theme park lainnya yaitu Bali Zoo, Bali Safari and Marine Park, Bali Bird Park, Elephant Safari Park Lodge, Waterbom, New Kuta Green Park dan Circus Waterpark. Bali Zoo memiliki kemiripan Bali Bird Park karena letaknya berada pada kuadran yang sama. Waterbom dan Circus Waterpark, Bali Safari and Marine Park dan Elephant Safari Park Lodge juga memiliki kemiripan karena letaknya berada pada kuadran yang sama. Posisi New Kuta Green Park berada pada kuadran yang berbeda dengan theme park yang lain dan letaknya berjauhan, sehingga dapat dikatakan New Kuta Green Park tidak memiliki kemiripan dengan theme park lainnya.
35
Bali Zoo memiliki kemiripan dengan Bali Bird Park sehingga diasumsikan akan menimbulkan terjadinya persaingan
yang
kompetitif dalam merebut
pangsa pasar, begitu pula theme park Waterbom dan Circus Waterpark, Bali Safari and Marine Park dan Elephant Safari Park Lodge yang juga memiliki kemiripan satu sama lain. Theme park New Kuta Green Park yang posisinya jauh berbeda dengan destinasi wisata pesaingnya memiliki kekhususan dalam benak responden.
4.6 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park Hasil pengisian kuesioner dari 100 responden terhadap sepuluh atribut theme park dari tujuh theme park terpilih akan menunjukkan preferensi responden terhadap theme park tersebut. Angka pada masing-masing atribut terhadap theme park yang dinilai, merupakan jumlah keseluruhan nilai positif yang diberikan oleh responden kepada setiap atribut untuk setiap theme park yang dinilai. Berdasarkan penilaian kesepuluh atribut yang dinilai oleh responden, terlihat bahwa secara keseluruhan Bali Zoo memiliki persepsi positif yang bervariasi dibandingkan theme park yang lain, atribut cleanliness of the park yang lebih rendah dibandingkan dengan Bali Safari and Marine Park, Waterbom dan Circus Waterpark. Jika dilihat dari penilaian responden untuk kesepuluh atribut theme park ini, Bali Zoo memiliki satu atribut yang mendapat nilai tinggi yaitu atribut theme of the park. Atribut cleanliness of the park dan souvenir and merchandise bagi Bali Zoo masih dipersepsikan rendah oleh responden. Untuk lebih lengkapnya penilaian responden terhadap kesepuluh atribut tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.3.
36
Tabel 4.3 Penilaian Responden Terhadap Atribut Masing-Masing Theme Park
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Atribut
Park Attraction Theme of the Park Atmosphere Cleanliness of the park Park safety and security Park entrance fee Shows in the park Park reputation Food and Drink Served in the Park Souvenir and Merchandise Jumlah
Bali Zoo
Bali Safari and Marine Park
Bali Bird Park
Elephant Safari Park Lodge
87
96
92
99
97
84
Waterbom
New Kuta Green Park
Circus Waterpark
Jumlah
Ratarata
88
86
78
72
599
85.6
84
92
94
81
89
636
90.9
95
88
80
94
77
76
594
84.9
72
92
72
73
92
76
91
568
81.1
83
87
84
89
92
86
96
617
88.1
85
62
74
56
48
82
72
479
68.4
73
94
80
69
52
31
36
435
62.1
84
92
78
79
93
55
56
537
76.7
75
80
68
65
74
61
65
488
69.7
69
88
64
57
74
57
67
476
68
811
883
784
748
799
684
720
5429
775.6
Sumber: Hasil Pengolahan Data Correspondence Analysis
4.7 Perceptual Map Pengunjung Terhadap Masing-Masing Atribut Dari Masing-Masing Theme Park Preferensi pengunjung terhadap masing-masing atribut dapat dilihat pada perceptual map dari row scores, yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi 1 dan 2 atau sumbu X dan Y. Setelah data mengenai sebaran atribut diperoleh, dilihat sebaran tujuh theme park dalam bentuk perceptual map pada column scores berdasarkan atas jawaban dari seluruh responden. Langkah terakhir dari program correspondence analysis ini adalah menggabungkan kedua grafik antara row scores dengan column scores untuk mendapatkan terhadap
preferensi
pengunjung
masing-masing atribut darimasing-masing theme park yang dapat
ditampilkan pada Gambar 4.3.
37
Gambar 4.2 Perceptual Map Atribut Theme Park Terhadap Theme Park
Pada Gambar 4.3 terlihat keterkaitan antara atribut destinasi wisata dengan theme park yang terpilih. Gambar tersebut mengindikasikan bahwa: 1. Bali Zoo dan Bali Bird Park berada pada kuadran 3 (kanan bawah) dengan keunggulan atribut park attraction (1) dan shows in the park (7). Agar preferensi wisatawan tetap terjaga, hendaknya Bali Zoo harus
dapat
mempertahankan
keunggulan-keunggulan
yang
dimilikinya. 2. Circus Waterpark berada pada kuadran 1 (kiri atas) dengan keunggulan atribut theme of the park (2), cleanliness of the park (4) dan park safety and security (5).
38
3. Bali Safari and Marine Park, Elephant Safari Park Lodge dan Waterbom berada pada kuadran 2 (kanan atas) dengan keunggulan atribut atmosphere (3), park reputation (8), food and drink served in the park (9) dan souvenir and merchandise (10). 4. New Kuta Green Park berada kuadran 4 (kiri bawah) dengan keunggulan atribut park entrance fee (6). Keunggulan masing-masing theme park tersebut dapat disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kunggulan Atribut Masing-Masing Theme Park Theme Park
Keunggulan Atribut 1 : park attraction Bali Zoo 7 : shows in the park 2 : theme of the park Circus Waterpark 4 : cleanliness of the park 5 : park safety and security 3 : atribut atmosphere Bali Safari and Marine Park, Elephant 8 : park reputation Safari Park Lodge dan Waterbom 9 : food and drink served in the park 10: souvenir and merchandise New Kuta Green Park 6: park entrance fee Sumber: Perceptual Map Atribut Theme Park 4.8 Keterbatasan Penelitian Responden dalam penelitian ini dari faktor usia relatif homogen, yakni lebih didominasi usia 15-24 tahun dan pekerjaan adalah pelajar. Penelitian ini memilliki beberapa keterbatasan yaitu dalam pengisian kuesioner, tidak dapat dipastikan bahwa responden benar-benar memahami keseluruhan theme park yang
dimaksud
dalam
penelitian
ini,
karena responden hanya dianggap
minimal mengetahui ketujuh theme park saja. Mengetahui yang dimaksud adalah
39
responden yang bersangkutan belum tentu pernah mengunjungi keseluruhan theme park tersebut. Hasil penilaian responden mungkin berbeda bila sebelumnya sudah pernah mengunjungi theme park tersebut sehingga mampu memberikan perbandingan tentang kemiripan atau perbedaan antar theme park yang diteliti
40
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah berdasarkan preferensi Theme Park sebagai atraksi wisata buatan Bali Zoo dipersepsikan bersaing dengan Bali Safari and Marine Park, bisa bersaing bisa tidak dengan Elephant Safari Park Lodge, serta tidak bersaing dengan Waterbom, New Kuta Green Park, dan Circus Waterpark. Sedangkan jika dilihat dari Perceptual Map Posisi Theme Park menunjukkan posisi seluruh theme park memiliki kemiripan sehingga diasumsikan akan menimbulkan terjadinya persaingan yang kompetitif dalam merebut pangsa pasar. Apabila dilihat dari Atribut Masing-Masing Theme Park persepsi pengunjung menunjukkan persepsi positif yang bervariasi
5.2 Saran 1. Agar preferensi wisatawan tetap terjaga, hendaknya masing-masing Theme Park harus dapat mempertahankan dan meningkatkan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. 2. Perlu adanya peningkatan dan pengembangan variasi produk serta kualitas untuk berbagai atraksi yang dimiliki di masing-masing theme park.
41
Daftar Pustaka Anonim. 2009. Undang-Undang No.10 Tahun 2009. Tentang Kepariwisataan. Jakarta. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Anonim. 2012. Tourism Highlights: 2012 Edition. UNWTO Publications, 2012. Available from: www.unwto.org. Ariyani, Ni Wayan Sri. Sukaatmadja, I Putu Gde, & Rimbawan, Nyoman Dayuh. 2009. Analisis Positioning of Notebook produced in Bali by Hewlett Packard (HP) in Bali Province. Majalah Ilmiah Teknologi Elektro-Volume 2. Hal 99-108. Bukart, AJ & Madlik. 1981. Tourism Past, Present and Future, London: William Heinenmann Ltd. Day, Jonathan. Skidmore, Sarita. Koller, Theadora . 2002. Image selection in destination positioning: A new approach. Journal of Vacation Marketing. London: Mar 2002. Vol. 8, Iss. 2; pg. 177-187. Demitri, Marvin Kadhaffi. Solimun. Thoyib, Armanu. 2009. Perilaku konsumen dalam memilih jasa layanan operator mobile phone yang berbasis CDMA. Wacana. Jakarta: April 2009. Vol. 12, Issn 1411-0199; pg. 217231. Frochot, Isabelle., Kreziak, Dominique. 2008. Customers' perceptions of ski resorts' images: Implications for resorts' positioning strategies. Tourism and Hospitality Research. London: Oct 2008. Vol. 8, Iss. 4; pp. 298-309. Correia, Antónia., Oliveira, Nuno., Silva, Filipa. 2009. Bridging Percieved Destination Image and Market Segmentation – An Application to Golf Tourism. European Journal of Tourism Research. Vol.2, No.1, pp. 4168. Garson,
C. David. 20011. Multidimentional Scaling. (http:faculty.chass.ncsu.edu/garson/PA765/mds.htm).
(online).
Ho, Pamela. & Ap, John. 2009. Theme Parks & Attractions Passport. School of Hotel & Tourism Management The Hong Kong Polytechnic University. Hair, J. et. al., 1996. Multivariate Data Analysis. Fourth edition. New Jersey: Prentice-Hall. Hanlan, Janet., Kelly, Stephen. 2005. Image formation, information sources and an iconic Australian tourist destination. Journal of Vacation Marketing. London: Apr 2005. Vol. 11, Iss. 2; pg. 163-178.
42
Ibrahim, Essam E & Gill, Jacqueline. 2005. “A Positioning Strategy for A Tourist Destination, Based on Analysis of Customers' Perceptions and Satisfactions“. Marketing Intelligence & Planning. Vol. 23 No.. 2/3; pp. 172-189. Jbr Hellas, Horwath dan Era. 2005. Theme Park Development in Cyprus. Cyprus. Kartajaya, Hermawan, 2002, Hermawan Kartajaya on Marketing, Jakarta, Mark Plus & Co, PT Gramedia Pustaka Utama. , 2003, Mark Plus on Strategy, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. , 2004, Positioning Diferensiasi & Brand, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. , 2004, Memenangkan Persaingan dengan Segitiga Positioning Differensiasi – Brand, Jakarta, MarkPlus & Co Gramadia.
Kasali, Rhenald. 2005 . Membidik Pasar Indonesia : Segmentasi, Targetting, Positioning. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi ke sebelas. Jakarta: PT.Perihallindo. Kotler, Philip. & Armstrong, Gary. 2006. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi. Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat Prentice-Hall. ___________, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran (Edisi 12). Jakarta: Erlangga. Li, Min. & Xiong, Gaoli. 2013. Improvement of Theme Park Marketing Mode: A Case Study of Theme Park in Chendsu. Asian Agriculture Reasearch. Volume 5 (12) . Hal 33-35. Madiun, I Nyoman. 2009. Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Kawasan Pariwisata Nusa Dua (Perspektif Kajian Budaya), Disertasi, Program Studi Doktor Kajian Budaya, Universitas Udayana. Malhotra, Naresh, K. 2010. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Nargundher, Rajendra. 2003. Marketing Research: Text & Cases. Edisi kedua. Tata MxGraw-Hill Education. Pendit, Nyoman S. 2003. Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramitaha. Raluca and Marnik D. Gina. 2005. The Impact of New Attraction on Theme Park Attendence. Tilburg University. 43
Salah Wahab, L.J Crampon, dan LM Rothfield. 2005. Tourism Marketing. (http://www.pdfdatabse.com/search/marketingmix, diakses 3 Januari 2011). Soekadijo, R.G. 2002. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai ”Systemic Linkage”). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Soerkin, Michael. 1994. A Variation on Theme Park. The New American City and The End of Public Space. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis, Jakarta: Alfabeta. ________. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Riduwan. 2008. Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta. Yoeti, Oka. 1990. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa. _________. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Cetakan Pertama (Revisi). Bandung: Angkasa.
44