1
LAPORAN PENELITIAN
BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL
Oleh : Ketua Siswiyanti, ST. MT. / NIPY. 12551341974 Anggota Saufik Luthfianto, ST.MT. / NIPY. 18752531981
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL 2011
2
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN
1.
Judul penelitian
2. 3.
Bidang Penelitian : Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : b. Jenis Kelamin : c. NIPY. : d. Disiplin Ilmu : e. Pangkat / Golongan : f. Jabatan : g. Fakultas / Jurusan : h. Alamat : i. Tlp/Faks : j. Alamat Rumah : k. Telepon / E-mail : Jumlah Anggota : a. Nama Anggota : Lokasi Penelitian : Biaya Penelitian :
4. 5. 6.
: Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal Teknik Industri Siswiyanti, ST. MT Perempuan 12551341974 Teknik Industri III B Lektor Teknik / Teknik Industri JL. Halmahera Km. 1 Tegal (0283) 342519 Jl. Teuku Umar 130 Debong Kidul 01/1 Tegal 081804257407 /
[email protected] 1 Orang Saufik Luthfianto, ST. MT. Pengrajin Batik di Kalinyamat Wetan Kota Tegal Rp. 2.400.000,- (Dua Juta Empat Ratus Ribu Rupiah)
Dekan FT,
Tegal, 31 April 2011 Peneliti,
Mustaqim, ST. M.Eng. NIPY. 9050751970
Siswiyanti, ST. MT NIPY. 12551341974
Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengembangan UPS Tegal,
Siswanto, SH. MH. NIP. 1964121319920310020
3
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, pencipta alam semesta. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rassulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang telah memberi ilmu, kekuatan dan kesempatan sehingga penelitian dengan judul ”Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal” ini dapat terselesaikan. Keberhasilan terselesainya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Universitas Pancasakti Tegal dan industri Batik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal. Penulis menyadari bahwa Penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penelitian yang lebih lanjut masih sangat diperlukan. Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Penelitian ini dapat memberi kontribusi yang berarti kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb. Tegal, 31 Maret 2011 Penulis,
4
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Beban Kerja dan Keluhan Musculoskeletal pada Pembatik Tulis di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal”. Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan keluhan musculoskeletal, kelelahan dan peningkatan produktivitas setelah dilakukan perbaikan/perubahan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai (kelompok control) menjadi duduk di atas dingklik (kelompok eksperimen). Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama subjek, yaitu rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen. Sampel yang memenuhi kriteria subjektif sebanyak 40 orang (kelompok batik tulis Riski Ayu), dalam hal ini yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil secara acak sederhana atau simple random sampling menurut rumus pengambilan sampel Sopiyudin (2004). Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik duduk di lantai merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan pantat. Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan kegiatan 38, 67% ; pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik 40,67%. Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik adalah : tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13% bagian siku kanan dan lutut kiri. Tingkat kelelahan pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan kegiatan 36,67% ; pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%. Perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Hal ini terbukti dari penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan produktivitas sebesar 41,03 %.
5
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN………………………………………………..
i
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….
ii
PRAKATA………………………………………………………………………
iii
ABSTRAK………………………………………………………………………
iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….
ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………
x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….
xi
BAB I
PENDAHULUAN…........................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah……………………………………………
1
1.2
Perumusan Masala………………………………………………….
3
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………………….
4
1.3.1
Tujuan Penelitian…………………………………………………..
4
1.3.2
Manfaat Penelitian………………………………………………….
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..
6
2.1
Sistem Muskuloskeletal…………………………………………….
6
2.1.1
Jenis-jenis Kerja Otot........................................................................
7
2.1.2
Kelompok Otot Skeletal ..................................................................
8
2.2
Sikap Kerja Dan Hubungannya Dengan Gangguan
9
Muskuloskeletal…………………………………………………….. 2.2.1
Sikap Duduk………………………………………………………...
12
2.2.2
Pengaruh Sikap Duduk……………………………………………..
13
2.2.3
Kuisoner Nordic Body Map………………………………………………
16
2.3
Beban Kerja…………………………………………………………
18
2.3.1
Strain – Kelelahan Fisik…………………………………………….
20
6
2.3.2
Strain Aspect………………………………………………………..
20
2.4
Denyut Nadi………………………………………………………...
21
2.4.1
Skala Denyut Nadi…………………………………………………..
23
2.4.2
Kegunaan Data Denyut Nadi………………………………………..
23
2.5
Produktivitas Kerja………………………………………………….
24
2.5.1
Pengertian Produktivitas Kerja……………………………………..
24
2.5.2
Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Produktivitas……………….
27
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN……
30
3.1
Kerangka Konsep Penelitian………………………………………..
30
3.2
Hipotesis.............................................................................................
32
BAB IV
METODE PENELITIAN…………………………………………
34
4.1
Rancangan Penelitian………………………………………………
34
4.2
Penentuan Sumber Data ....................................................................
35
4.2.1
Populasi……………………………………………………………..
35
4.2.2
Sampel………………………………………………………………
35
4.2.3
Besar sampel………………………………………………………..
36
4.2.4
Teknik penentuan Sampel…………………………………………..
37
4.2.5
Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel…………………………..
37
4.3
Subjek dan Objek Penelitian………………………………………..
38
4.4
Lokasi Penelitian……………………………………………………
38
4.5
Metode dan analisis data……………………………………………
38
4.5.1
Analisis deskriptif…………………………………………………..
39
4.5.2
Uji normalitas……………………………………………………….
39
4.5.3
Uji beda……………………………………………………………..
39
4.6
Variabel Penelitian …………………………………………………
40
4.6.1
Variabel Bebas……………………………………………………...
40
4.6.2
Variabel Terikat……………………………………………………..
40
4.6.3
Variabel Kontrol…………………………………………………….
40
7
4.6.4
Definisi Operasional………………………………………………...
40
4.7
Instrumen Penelitian ..........................................................................
44
4.7.1
Alat Pengumpul Data.........................................................................
44
4.7.2
Alat Pengolahan Data……………………………………………….
45
4.8
Tahapan Penelitian………………………………………………….
45
4.8.1
Survai Awal…………………………………………………………
45
4.8.2
Pemberian Quisioner………………………………………………..
46
4.8.3
Pengambilan Gambar Sikap / Posisi Kerja Pembatik………………
46
4.8.4
Analisis Ergonomi…………………………………………………..
47
4.8.5
Sosialisasi dan Diskusi……………………………………………..
47
4.9
Langkah-langkah Penelitian………………………………………...
48
4.10
Jadwal Penelitian……………………………………………………
49
BAB V
HASIL PENELITIAN…………………………………………….
50
5.1
Hasil Penelitian……………………………………………………...
50
5.1.1
Penentuan Jumlah Sampel…………………………………………..
50
5.1.2
Karakteristik Subjek………………………………………………...
51
5.1.3
Sikap kerja…………………………………………………………..
51
5.1.4
Kondisi Alat Kerja………………………………………………….
52
5.1.5
Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di lantai…………………………………………
5.1.6
53
Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di atas dingklik…………………………………
54
5.2
Analisis data………………………………………………………...
58
5.2.1
Uji Normalitas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan produktivitas................................................................................
5.2.2
58
Uji T Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, kelelahan, dan Produktivitas......................................................................................
60
8
BAB VI
PEMBAHASAN…………………………………………………..
62
6.1
Karakteristik Subjek………………………………………………...
62
6.2
Uji Normalitas ...................................................................................
63
6.3
Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Produktivitas.......................................................................................
6.3.1
Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ......................................................................
6.3.2
63
Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen..........................................................................................
6.3.3
63
65
Uji Beda Produktivitas Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen..........................................................................................
66
BAB
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….
68
VII
Kesimpulan…………………………………………………………..
68
7.1
Saran………………………………………………………………….
69
7.2
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
70
RIWAYAT PENELITI …………………………………………….
74
LAMPIRAN…………………………………………………………
76
9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Rentangan Denyut Nadi Kaitannya dengan Beban Kerja……….
24
Tabel 4.1 : Jadwal penelitian………………………………………………..
49
Tabel 5.1 : Deskripsi Subjek………………………………………………..
51
Tabel 5.2 : Rekap Hasil Tingkat Keluhan Sistem Musculoskeletal ………..
56
Tabel 5.3 : Rekap Tingkat Kelelahan……………………………………….
56
Table 5.4 : Rekap Selisih Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas…………………………………………………….
57
Tabel 5.5 : Selisih Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen…………
57
Tabel 5.6 : Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas……………………..
59
Tabel 5.7 : Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen .........................................................
60
10
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Nordic Body Map......................................................................
16
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian.....................................................
31
Gambar 4.1 : Rancangan Penelitian................................................................
34
Gambar 4.2 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai………………..
41
Gambar 4.3 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik…………….
41
Gambar 4.4 : Diagram Alur Penelitian………………………………………
48
Gambar 5.1 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai…………………
52
Gambar 5.2 : Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik……………..
52
Gambar 6.1 : Grafik Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen............. 64 Gambar 6.2 : Grafik Tingkat Kelelahan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen........................................................
66
Gambar 6.3 : Grafik Tingkat Produktivitas antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen........................
67
11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pengrajin Batik merupakan bagian dari industri kecil yang merupakan warisan turun-temurun yang memadukan unsur seni-teknologi sederhana, keberadaanya masih diakui saati ini dan sepenuhnya diproduksi dengan tangan (Manuaba, 1983). Pengrajin batik sudah ada sejak ratusan tahun silam, dan dipercaya sebagai salah satu hasil seni budaya bangsa Indonesia. Industri batik juga berkembang sangat cepat dengan berbagai kreasi dan inovasi baru. Saat ini, hampir semua daerah memiliki ciri dan nama batik tersendiri, seperti halnya Kota Tegal. Batik dari wilayah ini bernama batik tulis Tegal. Batik Tegal memiliki ciri warna dan corak yang lebih mencolok jika dibandingkan batik dari daerah lain. Sentra batik Tegal berada di Kecamatan Tegal Selatan, antara lain di Desa Kalinyamat Wetan, Bandung, dan Keturen. Hingga kini tercatat ada sekitar 200 pembatik, dan semua perempuan. Awalnya, aktivitas membatik hanya dilakukan di sela-sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan untuk menambah kebutuhan keluarga.
12
Salah satu lokasi pengrajin batik dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Kalinyamat Wetan. Aktivitas Proses membatik mulai dari menggambar, ngrengngreng (memulai membatik), nerusi (membatik), nembok (menutup kain batik dengan warna), mewarnai, hingga nglorot (merebus dan mencuci kain batik). Hasil survey awal terhadap pengrajin batik ternyata keberadaan para pengrajin batik di kelurahan Kalinyamat Wetan terpisah-pisah atau membentuk kelompok dengan nama yang berbeda-beda, seperti : Riski Ayu, Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar Melati. Dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai atau diatas dingklik. Hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti bahwa posisi kerja membatik tidak mengenakkan, bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas Giwangan
selanjutnya sikap tubuh pengrajin
menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Kondisi kerja seperti ini memaksa pekerja selalu berada pada sikap dan posisi kerja yang tidak alamiah yang berlangsung lama dan menetap/statis. Menurut Grandjean (1993) dan Pheasant (1991) sikap kerja yang statis dalam jangka waktu yang lama lebih cepat menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal. Dari hasil survai awal yaitu wawancara dengan pengrajin, yang membatik menunjukkan adanya keluhan. Pekerja mengeluh sakit pada bokong, pantat, pinggang, pundak kanan, pundak kiri, telapak tangan kiri, telapak tangan kanan, lutut kiri dan lutut kanan. Memperhatikan posisi kerja sehari-hari yang dilaksanakan oleh para pembatik dengan peralatan yang ada, kemungkinan keluhan sistem musculoskeletal akan banyak ditemukan pada para pembatik. Oleh karena itu
13
penelitian ini dilaksanakan untuk mengungkapkan beban kerja dan keluhan sistem musculoskeletal yang dihadapi para pembatik di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal.
1.2 Perumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah: 1) Seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai?. 2) Seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik?. 3) Seberapa besar penurunan keluhan musculoskeletal, kelelahan dan peningkatan produktivitas setelah dilakukan perbaikan/perubahan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai (kelompok control) menjadi duduk di atas dingklik (kelompok eksperimen)?.
Sedangkan untuk membantu dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pengumpulan data, maka asumsi-asumsi yang ditetapkan yakni: 1) Data yang diperoleh melalui observasi, data book, kuisioner dan wawancara dianggap absah dan dapat dipergunakan. 2) Pekerja pembatik Tulis Tegal yang menjadi responden penelitian ini dianggap sebagai pemakai yang loyal terhadap pekerjaan membatik.
14
3) Hasil proses membatik selalu dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen 4) Keadaan lingkungan di lokasi tempat penelitian diasumsikan normal
Untuk menghindari meluasnya masalah, maka diperlukan suatu batasan masalah, adapun batasan masalahnya yaitu: 1) Penelitian ini dilakukan terhadap Aktifitas Pembatik Khususnya posisi membatik (proses nerusi) dengan posisi duduk di atas lantai/dingklik , yang berlokasi di wilayah Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/RW 01, Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal. 2) Responden dalam penelitian ini adalah pekerja wanita (dan memenuhi kriteria Subjektif) 3) Sisi keluhan dilihat dari aspek ergonomi menggunakan skala likert dan Nordic Body Map 4) Peralatan / bahan yang digunakan untuk membatik sudah menjadi standar umum, sepenuhnya dilakukan oleh gerakan tangan (manual).
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Keluhan sistem muskuskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap kerja duduk dilantai?.
15
2) Keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan yang dialami pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik?. 3) Perbedaan keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas dingklik. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) Masukan Bagi Industri tempat penelitian khususnya maupun industri lain sejenis, mengenai beban kerja dan keluhan muskuloskeletal pada posisi membatik (nerusi). 2) Memberikan masukan kepada pekerja statis/monoton
sebagai
penyebab
mengenai posisi kerja dlam keadaan terjadinya
kelelahan
dan
kelluhan
musculoskeletal. 3) Sebagai studi pendahuluan untuk mengetahui beban kerja dan keluhan sistem muskuloskeletal yang dihadapi oleh para pembatik , yang dilihat dari sudut pandang ergonomi.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Muskuloskeletal Sistem musculoskeletal adalah sistem otot rangka atau otot yang melekat pada tulang yang terdiri atas otot-otot strata (serat lintang) yang sifat gerakannya di bawah kendali (volunter) yang secara umum berfungsi sebagai berikut : 1) Menyelenggarakan pergerakan yang meliputi: menggerakan bagian-bagian tubuh atau berjalan (movement); 2) Mempertahankan sifat tertentu, karena adanya kontraksi otot secara local yang memungkinkan kita mengambil sikap berdiri, duduk jongkok dan sifat-sifat lainnya; 3)
Menghasilkan panas, karena adanya proses-proses kimia dalam otot yang digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh ( Tjandra 1998: Ganong 1997). Sistem
musculoskeletal
menyusun komponen primer
aktivitas
otot.
Komponen ini terdiri dari otot-otot, tulang-tulang dan jaringan penghubung serta metabolisme di perlukan untuk menyediakan kebutuhan energi untuk system musculoskeletal. Otot-otot merupakan salah satu peran utama dalam aktivitas manusia. Diantara sekian banyak jenis otot, otot skeletal (voluntary) yang paling
17
banyak mendapat perhatian para ergonom. Otot-otot tersusun dari gumpalan seratserat otot. Semakin besar otot semakin besar pula tekanan yang bisa dilakukan pada otot itu. Untuk tindakan-tindakan mekanis, tekana otot pada tulang dimana otot itu berada dan berkontraksi menghasilkan tekanan. Otot-otot bisa menghasilkan tekanan maksimum pada keadaan meregang dan sebuah kontraksi otot dapat menggunakan tekanan yang kecil. Sebuah otot menghasilkan kerja mekanik dengan mengubah energi kimia ke energi mekanik ( Bridger, 1995; kroemer , 1994; pulat 1992). 2.1.1 Jenis-jenis Kerja Otot Para ergonom membedakan antara dua tipe kerja otot dengan tujuan untuk mengevaluasi tuntutan kerja fisik dari tubuh yang sesungguhnya. 1) Kerja dinamis Tipe ini mempunyai ciri melibatkan konstraksi dan relaksasi ritmik dari otot. Contoh : memutar sebuah handweel untuk membuka katup. Tekanan alternatif dan relaksasi memungkinkan banyak darah disalurkan melalui banyak otot, daripada ketika sedang beristiraha. Sehingga baik oksigen yang diperlukan maupun sisa metabolisme yang harus di buang menjadi efektif; 2) Kerja statis Kerja statis bercirikan suatu kondisi kontraksi yang lama, yang membatasi darah mengalir kejaringan otot. Baik oksigen yang dibutuhkan maupun sisa metabolisme yang dibuang tidak menjadi efektif. Contoh : memegang sebuah kotak dengan postur statis dan menekan pada bagian tertentu untuk menjaga posisi. Besarnya otot yang mengalami muatan statis akan cepat menghabiskan
18
cadangan ATP dan creatin phospat. Sepanjang oksigen dan glukosa sedang diterima, jenis aktivitas ini tidak akan berlangsung lama. Otot-otot yang mengalami sakit luar biasa akan menimbulkan sisa pembakaran termasuk asam laktat, yang berakumulasi dalam jaringan otot. Dibandingkan dengan kerja dinamis, kerja statis akan memerlukan waktu istirahat yang lebih lama. (Bridger, 1995; Grandjean, 1973; Chaffin and Anderson, 1991). 2.1.2 Kelompok Otot Skeletal Kelompok otot skeletal (muskuloskeletal), berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut : ( Tjandra 1998 ) 1) Leher terdiri atas kelompok otot sternocleidomastoideus; 2) Punggung terdiri atas kelompok otot trapesius dan latissimus dorsi; 3) Dada terdiri atas kelompok otot pectoralis mayor dan serratus anterior ; 4) Bahu terdiri atas kelompok otot deltoid 5) Lengan atas terdiri atas kelompok otot bíceps brachii, triceps brachii dan brachialis; 6) Lengan bawah terdiri atas kelompok otot brachioradialis dan pronator teres; 7) Pantat terdiri atas kelompok otot gluteus maksimus, gluteus medius dan tensor fasciae latae; 8) Paha terdiri atas kelompok otot quadriceps femoris, gracilis, bíceps femoris, semitendinosus dan semimembranosus; 9) Betis dan kaki terdiri atas kelompok otot tibialis anterior, gastrocnemius, soleus dan peranous longus;
19
10) Dasar panggul terdiri atas kelompok otoy levator anii coccygis. Dengan mengetahui fungsi utama sistem musculoskeletal, jenis-jenis kerja otot dan kelompok otot rangka (muskuloskeletal) dapat ditelusuri bagian mana yang mengalami gangguan, terutama dikaitkan dengan akibat dari sikap verja yang kurang baik atau kurang alamiah.
2.2 Sikap Kerja Dan Hubungannya Dengan Gangguan Muskuloskeletal. Salah satu persoalan penting di dalam ergonomi adalah masalah gangguan muskuloskeletal (Vanwonterghem 1996; Beynon etal 1998; Carey dan Galley 1998). Peningkatan ketidakhadiran kerja sebab gejala-gejala gangguan otot rangka di temukan di perusahaan dengan diikuti sepuluh faktor yang berhubungan dengan kerja : kerja fisik yang berat, tugas yang berulang-ulang, kerja statis, sering membungkuk dan terpilin, angkat dan gerakan penuh tenaga, gerakan fisik maksimal dengan tibatiba, kerja yang berulang-ulang dan getaran (Luopajarvi, 1990). Faktor-faktor individu bisa
juga mempengaruhi seperti gejala-gejala antara lain: umur, jenis
kelamin, dimensi anthropometri, kekuatan otot dan kesehatan fisik, mobilisasi tulang punggung, psycologi dan factor-faktor social. Sikap kerja sering ditentukan oleh tugas atau tempat kerja. Sikap kerja statis yang terlalu lama pada saat tertentu bisa mengakibatkan keluhan pada otot dan persendian ( Dul dan Weerdmeester, 1993). Postur kerja yang buruk dan tidak memadai merupakan salah satu factor utama yang Sangat lazim menyebabkan gangguan otot rangka (Chavalitsakulchai dan Sanabas, 1993; Vilki et. al, 1993;
20
Ahasan et.al 1998). Nala (1986) menyatakan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah menimbulkan konstraksi otot secara statis (isometric) pada sejumlah besar sistem otot tubuh manusia. Sikap kerja membungkuk, kapala inklinasi ke depan, jonkok merupakan sikap paksa (McCromic dan Sander 1982). Pada sikap kerja tersebut ada beberapa otot tubuh seperti pinggang, leer, punggung, tungkai mendapat beban statis dalam waktu yang lama. Beban statis otot terjadi ketika postur tubuh berada pada kondisi yang tidak natural. Peralatan maupun material ditahan pada kondisi yang berlawanan dengan arah gravitasi. Dengan sikap kerja tersebut otot-otot yang mendapat beban statis dalam waktu lama akan kontraksi statis atau otot dalam keadaan tegang (tension). Otot yang mengalami kontraksi statis dalam waktu lama akan mengalami kekurangan aliran darah, yang menyebabkan berkurangnya pertukaran energi dan tertumpuknya sisa-sisa metabolisme pada otot yang aktif, sebagai akibatnya otot tersebut akan cepat lelah, timbal rasa sakit, kekuatan kontraksi berkurang sehingga hasil kerjanya berkurang (Bridger, 1995). Apabila sikap kerja demikian dilakukan dalam waktu yang lama, cepat menimbulkan kelelahan dan menyebabkan productivitas kerja menurun (Grandjean, 1988; 1992b). Abdel-Moty et al (1990) menyatakan, bahwa postur yang baik diperoleh melalui penempatan sistem muskuloskeletal pada posisi yang netral dan seimbang. Postur yang buruk atau tidak wajar menyebabkan kelelahan, ketegangan, bahkan rasa sakit, dan harus diperbaiki. Postur yang buruk juga dapat menyebabkan hilangnya stabilitas, tergelincir, jatuh dan berbagai kecelakaan lain yang berkaitan. Postur yang keliru dan pemakaian sistem muskulokeletal yang buruk tidak dengan segera
21
menimbulkan rasa tidak nyaman, melainkan secara perlahan-lahan dan sikap kerja yang tidak ideal antara lain : 1) Kerja otot statis sedikit ; 2) Dalam melakukan tugas dengan memakai tangan, mudah dan alamiah ; 3) “ Muscular effort” kecil dapat dipertahankan ; 4) Sikap kerja berubah-ubah/dinamis lebih baik daripada sikap statis rileks; 5) Sikap kerja statis rileks lebih baik daripada sikap statis tegang. Pheasant (1991) menyatakan bahwa tujuh prinsip dasar dalam mengatasi sikap tubuh selama bekerja antara lain : 1) Hindari inklinasi kedepan dari kepala dan leher; 2) Hindari inklinasi ke depan dari tubuh; 3) Hindari penggunaan anggota gerak bagian atas dalam keadaan terangkat; 4) Hindari pemutaran badan atau sikap asimetris (terpilin/”twisty); 5) Sendi hendaknya dalam range 1/3 dari gerakan maximal; 6) Sediakan sandaran punggung dan pinggang pada semua tempat duduk; 7) Jika menggunakan otot, hendaknya dalam posisi yang mengakibatkan kekuatan maximal. Suma’mur (1992) menyatakan bahwa dalam menyusun suatu pekerjaan, hendaknya diperhatikan pedoman sbb : 1) Semua sikap tubuh menbungkuk atau sikap tubuh tidak alamiah harus dihindari; 2) Posisi ekstensi lengan yang terus menerus baik kedepan maupun kesamping harus dihindari;
22
3) Selalu diusahakan agar bekerja bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. 4) Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan Jadi sikap kerja merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pekerja mempunyai permasalahan otot rangka. Cara terbaik untuk mengurangi pekerja mempunyai permasalahn otot rangka adalah dengan menyarankan pekerja untuk menggunakan sikap dan alat kerja yang baik dalam bekerja. Peralatan dan perkakas yang mendukung jalannya peroses kerja seharusnya telah sesuai dan serasi dengan pemalaiannya. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya tentu menimbulkan sikap paksa atau sikap tidak alamiah sehingga akan cepat lelah. 2.2.1 Sikap Duduk Bekerja pada periode lama dengan posisi duduk banyak terjadi di industri (perakitan, kerja mengepak, mengoperasikan mesin). Duduk mempunyai faidah di banding berdiri, karena dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikir istirahat dan secara potensial lebih produktif (Bridger, 1995; Nurmianto, 1996). Menurut Dul and Weerdmeester, (1993) menyatakan bahwa tubuh lebih banyak dibantu karena beberapa bantuan dapat di pakai seperti: lantai, kursi, sandaran punggung, sandaran siku, permukaan medan kerja. Untuk memenuhi sikap tubuh dalam bekerja yang ergonomis, perlu dibuat atau ditentukan kriteria dan ukuran-ukuran baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri (Panero dan Zelnik, 1979; Corlett et. al, 1986; pheasant, 1986; suma’mur, 1987)
23
Suyanto (1985) menyatakan bahwa bagi kerja duduk, wilayah bekerja yang beberapa cm di bawah siku akan lebih dianjurkan. Kerja duduk biasanya bersifat memerlukan kecermatan, karena itu ketinggian kerjanya seyogyanya bisa diatur supaya mendapatkan jarak visual yang tepat. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah ujung bawah dari daun meja maupun tebal meja. Menurut Suma’mur (1992) keuntumgan bekerja sambil duduk adalah sbb: a) Kurangnya kelelahan pada kaki; b) Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah; c) Berkurangnya pemakaian energi; d) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah. 2.2.2 Pengaruh Sikap Duduk Sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggung dan pinggang. Tekanan pada tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri ataupun berbaring. Pada saat duduk terjadi hal-hal sebagai berikut: 1) terjadi deformitas discus intervertebralis. 2) terjadi peningkatan ketegangan pada bagian anulus. 3) terjadi peningkatan tekanan dalam nukleus. 4) tekanan intra discus meningkat 40% dari pada berdiri. Menurut Suma’mur (1992) kerugian-kerugian sebagai berikut bekerja sambil duduk, yaitu:
24
a) melembeknya otot-otot perut; b) melengkungnya punggung; c) tidak baik bagi alat-alat dalam, khusunya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk. Kerugian pada a) dan b) terjadi jika sikap duduk terus menerus dilakukan. Posisi duduk yang paling baik yaitu tanpa pengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap sedemikian dapat dicapai dengan kursi dan sandaran yang tepat dan posisi-posisi tubuh adalah sbb: 1) fleksi lutut : 90° ; 2) fleksi badan – paha : 90° ; 3) rotasi kebelakang pelvis : > 30° ; Perbaikan sikap kerja merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki kondisi kerja. Apabila kondisi kerja fisik diperbaiki akan meringankan beban kerja pekerja atau dengan beban yang sama akan menghasilkan produktivitas yang meningkat (Sahab, 1997). Menurut Bridger (1995); Henning et. al (1997); Goonetilleke dan feizhou (1997); Corlet (1990) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sikap kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan, yaitu: 1) karakteristik pengguna: umur, antropometri, berat badan, kesegaran jasmani, pergerakan sendi, masalah muskuloskeletal, penglihatan, kegemukan dan ketangkasan tangan;
25
2) tuntutan jenis pekerjaan/tugas: posisi tubuh, waktu kerja, periode istirahat, uruturutan pekerjaan: 3) rancangan luasan kerja (workspace): ukuran kursi, ukuran bahan yang dikerjakan, ukuran luasan kerja (ruang pergerakan kepala, lengan, kaki dan sebagainya), privacy; 4) lingkungan kerja: kualitas intensitas penerangan, suhu lingkungan, kelembaban udara, kecepatan udara, kelicinan lantai, kebisingan, debu dan getaran. Sikap duduk yang dipaksakan sebaiknya diimbangi dengan perbaikan faktorfaktor diatas, serta diusahakan suatu perbaikan ke arah sikap kerja duduk normal karena kenyamanan duduk saat bekerja sangat penting terhadap pergerakan tubuh (Helander dan Zhang, 1995). Faktor-faktor tersebut di atas akan berpengaruh terhadap beban kerja dan produktivitas kerja.
2.2.3 Kuisoner Nordic Body Map Metode untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal yang merupakan indikasi keluhan fisik adalah dengan menggunakan skala nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi pada saat pengukuran, maka sebaiknya pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas kerja (Tarwaka et al, 2004).
26
Gambar 2.1 Nordic Body Map
Keterangan gambar : 0.
Leher bagian atas
1.
Leher bagian bawah
2.
Bahu kiri
3.
Bahu kanan
4.
Lengan atas kiri
5.
Punggung
6.
Lengan atas kanan
7.
Pinggang
27
8.
Bokong
9.
Pantat
10.
Siku kiri
11.
Siku kanan
12.
Lengan bawah kiri
13.
Lengan bawah kanan
14.
Pergelangan tangan kiri
15.
Pergelangan tangan kanan
16.
Tangan kiri
17.
Tangan kanan
18.
Paha kiri
19.
Paha kanan
20.
Lutut kiri
21.
Lutut kanan
22.
Betis kiri
23.
Betis kanan
24.
Pergelangan kaki kiri
25.
Pergelangan kaki kanan
26.
Kaki kiri
27.
Kaki kanan
28
2.3 Beban kerja Dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu pekerjaan, kemungkinan karyawan akan dihadapkan kepada keadaan : beban kerja yang berlebihan, beban kerja yang kurang dan beban kerja optimal. Adiputra (1998); Rodahl (1989) menyatakan bahwa beban kerja menyangkup : 1) “ External Load “ = Stessor ; External loads disini di maksudkan ialah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua orang. Yang termasuk dalam external loads ini meliputi: iask, organisasi dan lingkungan. Ketiga faktor inilah yang harus di evaluasi di dalam melaksanakan evaluasi beban kerja suatu pekerjaan tertentu.
2) “ Internal loads” atau “Functional loads” = Starm Internal Loads yang dimaksud ialah: reaksi tubuh seseorang terhadap suatu external loads yang diberikan. Dalam penilainnya ada dua kriteria yang dapat di pakai yaitu: a) Kriteria objektif: yang dapat diukur dan dilakukan oleh pihak lain yang meliputi: reaksi fisiologis; reaksi psikologis; perubahan tindak tanduk. b) Kriteria subjektif: yang penilainnya dilakukan oleh orang yang bersangkutan sebagai pengalaman pribadinya. Misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang mengganggu, rasa sakit, atau pengalaman lain yang di rasakan.
29
Di dalam mengukur adanya strain maka harus selalu di ingat ialah hubungannya dengan tugas, organisasi dan lingkungannya. Di dalam pengukuran strain ini ada beberapa petunjuk harus di ingat yaitu : a) Data Straim selalu berhubungan dengan kerja yang sedang di lakukan dan merupakan dan merupakan fungsi dari External loads yang ada. b) Berusaha mengukur nilai absolutnya untuk selanjutnya di bandingkan dengan angka nilai ambang yang ada atau angka batas atas yang diijinkan; c) Pengumpulan data dilakukan pada saat permulaan pekerjaan dan saat akhir pekerjaan; d) Untuk mengetahui konstrain waktu maka dicatat pula durasi atau lama operasinya.
2.3.1 Strain – Kelelahan Fisik Kelelahan adalah hilangnya secara temporer kapasitas psiko-fisiologis (reseptorsensoris dan motoris dalam organ) yang disebabkan oleh perangsangan yang secara terus menerus. Kelelahan dapat terjadi karena organ tubuh secara terus menerus menerima beban kerja yang berat melewati kapasitasnya. Secara ergonomi penilaian kelelahan fisiologis dibedakan dalam beberapa kelelahan yaitu : (Adiputra, 1998) a) “General fatique”: - “cardiovaskuler aspect “; - “energetic aspect”; - “thermoregulatory aspect”;
30
b) “Local fatique”; - “cardiovaskuler aspect”. c) “Functional fatique”: - “reduced capacities” d) “Subjektive Experience Fatique”. 2.3.2 “Strain Aspect”. Strain adalah reaksi psiko-fisiologis tubuh operator terhadap external loads yang diberikan. Reaksinya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Reaksi fisiologis: -
reaksi kardiovaskuler,
-
reaksi respirasi;
-
reaksi thermoregulatory
2) Reaksi fisio-psikologis: -
waktu reaksi
-
skin resistance;
-
flikker fusion;
-
arousal/vigilance levels;
-
memory capacity;
3) Perubahan perilaku: -
Kesalahan;
-
Ketepatan/kualitas;
-
Agression, passivism.
Salah satu indikator beban kerja dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi permenit waktu kerja.
31
2.4 Denyut Nadi Jantung
merupakan
barometer
yang
baik
untuk
menaksir
atau
memprediksikan penampilan fisik, sebab jantung mampu merespon dengan segera perubahan terkecil dalam kegiatan metabolis tubuh (Berger, 1982). Denyut nadi permenit dapat menggambarkan proses aktivitas dalam sel tubuh. Bila tubuh dalam keadaan emosi dan ketakutan maka denyut nadi juga meningkat (Adiputra, 1998). Peningkatan denyut nadi kerja dalam bekerja di pertajam oleh beberapa hal : a) Tingginya temperatur sekeliling; b) Besarnya proporsi kerja otot statis di bandingkan kerja otot dinamis; c) Semakin sedikitnya jumlah otot yang terlibat dalam kegiatan kerja. Banyak peneliti telah melaporkan bahwa pengukuran beban kerja dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi per menit waktu kerja. Dengan pertimbangan sebagai berikut : a) Cara pengukuran denyut nadi lebih mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan yang canggih; b) Selain itu juga beban kerja suatu pekerjaan berhubungan linear dengan peningkatan denyut nadi (Berger, 1982; Astrand dan Rodahl,1986). Karena alasan-alasan tersebut denyut nadi akhir-akhir ini sering dipergunakan sebagai indeks beban kerja (Grandjean, 1988). Cara-cara pengukuran denyut nadi menurut Andersen (1978); Adiputra (1998) adalah:
32
1) Palpasi; 2) Telemetri; 3) “electromechanical atau Elektrochemical heart beat totalizer” 4) “interbeat interval distribution recorder (R-R interval)” 5) “photo-plethysmography”.
2.4.1 Skala Denyut Nadi. Muller dan Grandjean (1988) mendefinisikan beberapa skala denyut nadi sbb: 1) Denyut nadi istirahat : rerata denyut nadi sebelum memulai kerja; 2) Denyut nadi selama kerja : rerata denyut nadi selama bekerja; 3) Denyut nadi kerja : perbedaan antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi selama kerja; 4) Denyut nadi pemulihan total : jumlah denyut nadi dari saat berhenti bekerja sampai denyut nadi kembali ke tingkat istirahat; 5) Denyut nadi kerja total: jumlah denyut nadi dari mulai bekerja sampai dengan kembali ketingkat istirahat. 2.4.2 Kegunaan Data Denyut Nadi: Dengan mengetahui denyut nadi, maka berbagai pertanyaan ergonomi dapat di jelaskan. Hal ini karena denyut nadi merupakan refleksi dari proses reaksi ( strain )
33
terhadap stressor yang diberikan kepada tubuh. Menurut Adipura (1998) denyut nadi dapat dipakai untuk menerangkan hal-hal sbb: 1) Mengevaluasi beban kerja. Data yang dipakai adalah nilai rata-rata denyut nadi kerja dari seluruh jam kerja. Nilai itu lalu diperbandingkan dengan angka seperti tabel 1 ; 2) Kondsi kesehatan subjek; 3) Aktivitas pembebanan program pelatihan; 4) Pengaruh suatu perlakuan; 5) Denyut jantung pemulihan; 6) Kelelahan; 7) Estimasi simpanan panas dalam tubuh;
Tabel 2.1 : Rentangan Denyut Nadi Kaitannya dengan Beban Kerja No
Rentangan nadi kerja Beban kerja yang di lakukan (permenit) 1 60 - 70 Sangat rendah=istirahat 2 75 - 100 Ringan 3 100 - 125 Sedang 4 125 - 150 Berat 5 150 - 175 Sangat berat 6 Diatas 175 Luar biasa beratnya Sumber : Grandjean (1998). Fitting the task to the man. Hal. 94.
Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja atau menurunkan denyut nadi dapat diupayakan dengan melakukan kerja dengan sikap yang benar dan memilih
34
desain alat/fasilitas yang tepat. Untuk perencanan perlengkapan (meja,kursi,pedal, dsg) diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
2.5 Produktivitas Kerja 2.5.1 Pengertian Produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang di capai (output) dengan keseluruhn sumber daya yang digunakan (input). Dalam kenyataannya kata produktivitas sering di pakai dalam suatu pengertian lebih terbatas, hanya pekerja yang diperhitungkan sehingga selanjutnya disebut prduktivitas kerja. Alasan dari penekanan ini adalah bahwa dalam operasi-operasi pabrik tradisional, biaya kerja menghabiskan antara 2/3 dan ¾ dari tambahan nilai barang yang dihasilkan ( Pheasant, 1991). Produktivitas pada dasarnya berkaitan erat dengan proses produksi dimana faktor-faktor tenaga kerja atau pekerja, modal/kapital, peralatan kerja, bahan baku dan lain-lain dikelola dalam suatu cara yang terorganisir untuk mewujudkan barang secara efektif dan efisien ( Adhiyatma, 1992, Manuaba 1992). Menurut
formulasi National Productifity Board (NPB) Singapore,
produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudan sikap mental, dalam berbagai kegiatan antara lain adalah: 1) Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat di lakukan melalui peningkatan : a) pengetahuan; b) keterampilan; c) disiplin; d)upaya pribadi; e) kekuatan.
35
2) Yang berkaitan dengan pekerjaan, dapat dilakukan melalui: a) manajemen dan metode kerja yang lebih baik; b) penghematan biaya; c) ketepatan waktu; d) sistem dan teknologi yang baik. Dengan mengadakan perbaikan, maka diharapkan akan dapat menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi serta standar kehidupan yang lebih tinngi. Sedangkan menurut Suyatno (1985) dan Wignjosoebroto (1985, 1987): produktivitas adalah suatu tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan pada periode tertentu. Perbandingan tersebut berubah dari waktu kewaktu karena dipengaruhi oleh : tingkat pendidikan, disiplin kerja, keterampilan, sikap kerja, motivasi, lingkungan kerja dan lain-lain. Faktor tersebut besar artinya bagi penciptaan suasana kerja yang ergonomis untuk menunjang tercapainya efisiensi yang berarti di dalam proses yang telah memenuhi batasan standar produktivitas kerja (Sedarmayanti, 1996). Pencapaian produktivitas kerja yang sekaligus mensyaratkan perlunya di lakukan standar kerja, antara lain : 1) Standarisasi cara / prosedur kerja; 2) Standarisasi peralatan kerja; 3) Standarisasi lingkungan kerja; 4) Standarisasi tenaga kerja; 5) Standarisasi pemakaian material; 6) Standarisasi kinerja ( performance) Produktivitas dikatakan meningkat apabila:
36
1) Volume/kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah masukan ; 2) Vulume/kuantitas tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang; 3) Volume/kuantitas keluaran bertambah besar sedang masukannya juga berkurang; 4) Jumlah masukan bertambah, asalkan volume/kuantitas keluaran bertambah berlipat ganda. ( Suyatno, 1985; Sedarmayanti, 1996). Menurut Adiputra et. al (1997); Kogi (1995); Pastry et. al (1993); Nagachami (1993) dan Manuaba (1991, 1999) menyatakan bahwa: di perlukan partisipasi ergonomi seperti pembentukan group discussion; learning by doing; atau program pelatihan untuk dynamic participatory untuk menyelesaikan persoalan produktivitas kerja yang menyatu dengan permasalahan lokal dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Usaha-usaha untuk meminimalkan atau menghilangkan akibat negatif diidentifikasi melalui transfer dari pemilihan teknologi yang sesuai, meliputi 6 (enam) area dasar: ekonomi, teknis, kesehatan dan ergonomi, sosial budaya, lingkungan dan pelestarian energi. Jadi penekanan arti produktivitas kerja untuk mewujudkan sesuatu secara efektif dan efisien, sangat terkait dengan proses produksi dimana faktor-faktor: tenaga kerja; peralatan kerja; bahan baku pemodalan dan lainlain harus dikelola dalam suatu cara yang terorganisir dan ditunjang oleh lingkungan kerja yang memadai. 2.5.2 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Produktivitas Menurut Heidjrachman (1987), faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap produktivitas adalah pengembangan teknologi dan bahan baku serta
37
peralatan yang digunakan, sedang faktor yang berpengaruh tidak langsung meliputi : 1) kemampuan kerja, 2) motivasi, 3) kepemimpinan para pemimpin, 4) kebutuhan individu pekerja, 5) kondisi fisik pekerja. Sedangkan menurut Grandjean (1988), pheasant (1991) dan Manuaba (1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah: a. Tenaga kerja: umur, gizi, kondisi fisik, keterampilan, dan psikologi pekerja; b. Peralatan kerja: alat yang dipakai atau mesin-mesin dsb; c. Lingkungan kerja: panas, debu, kondisi alat, keselamatan, bising dsb; d. Cara kerja: sikap kerja; e. Organisasi kerja: administrasi kerja, shift, waktu istirahat dsb, Menurut balai pengembangan Produktivitas daerah, 6 faktor utama yang menentukan produktivitas karyawan, adalah : 1) Sikap kerja (attitude), seperti: kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim; 2) Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri; 3) Hubungan antara pegawai dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan karyawan untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan bermutu (quality control circle) dan panitia mengenai kerja unggulan; 4) Manajemen produktivitas yaitu : manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas;
38
5) Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas; 6) Kewirausahaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha. Apabila tenaga yang di keluarkan, waktu yang dihabiskan dan pikiran yang dicurahkan oleh seorang karyawan untuk mengatur segenap sarana dan sumber daya tersebut masing-masing ditujukan kepada sasaran yang produktif, maka diharapkan volume atau jumlah produk yang dihasilkan akan meningkat. Dengan sikap kerja, tata kerja yang sesuai, kondisi lingkungan kerja yang tentram, aman dan menyenangkan maka akan dapat di capai produktivitas kerja yang tinggi.
39
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep ini akan menjelaskan hubungan antara variabel satu
dengan lainnya dalam melakukan analisis sikap atau posisi pembatik. Subjek penelitian adalah pekerja yang ditugaskan untuk bekerja membatik yang sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan kriteria-kriteria : umur, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, pengalaman, pendidikan dan kesehatan. Tugas yang dilakukan oleh pekerja akan disesuaikan dengan alat kerja, jumlah tugas, batas waktu penyelesaian tugas dan frekuensi pekerjaan. Pekerjaan membatik menggunakan dua posisi tubuh yaitu posisi pekerja duduk di atas lantai dan posisi pekerja duduk di atas dingklik. Kedua posisi tersebut akan diamati untuk mengetahui tingkat keluhan atau beban kerja dari system musculoskletal, kelelahan dan produktivitas dilihat dari sisi ergonomi. Gambar di bawah ini adalah kerangka konsep penelitian yang berguna sebagai langkah dasar dalam proses penelitian.
40
Subjek 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Tinggi dan berat badan 4. Pengalaman 5. Pendidikan 6. Kesehatan
Tugas 1.Alat Kerja 2. Jumlah Tugas 3. Batas waktu penyelesaian tugas 4.Frekuensi
Pembatik duduk di atas dingklik
Pembatik Duduk di atas lantai Pekerja
Sikap pekerja / posisi pekerja pembatik
Keluhan Muskuskeletal
Keluhan Muskuskeletal
Kelelahan
Kelelahan
Produktivitas
Produktivitas
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
41
3.2 Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Aspek keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas
kelompok
kontrol. H0
:
Skor bobot keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok kontrol berdistribusi normal.
H1
: Skor bobot keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas kelompok kontrol tidak berdistribusi normal.
b. Aspek keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas
kelompok
eksperimen. H0
:
Skor
bobot
keluhan
muskuloskeletal
kelompok
eksperimen
berdistribusi normal. H1
: Skor bobot keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal.
c. Uji terhadap penurunan keluhan muskuloskeletal H0 : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan penurunan keluhan muskuloskeletal yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. H1 : µ1 < µ2
42
Ada penurunan keluhan muskuloskeletal yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. d. Uji terhadap penurunan kelelahan H0 : µ1 = µ2 Tidak ada perbedaan penurunan kelelahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. H1 : µ1 < µ2 Ada penurunan kelelahan yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. e. Uji terhadap peningkatan produktivitas H0 : µ1 = µ2 Tidak ada peningkatan produktivitas yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden. H1 : µ1 < µ2 Ada peningkatan produktivitas yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen oleh responden.
BAB IV
43
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen sama subjek, yaitu rancangan yang observasi variabel dilakukan beberapa kali, yang subyek kontrolnya sekaligus juga berlaku sebagai subyek eksperimen (Pratiknya, 1993). Bagan rancangan penelitian sebagai berikut : WO
Kontrol O1
O2
Eksperimen O3
O4
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan : O1
=
Pengukuran
kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi
sebelum bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk di lantai. O2
=
Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan
produktivitas setelah bekerja pada kelompok kontrol dengan posisi pembatik duduk di lantai. WO
=
Washing Out (waktu istirahat untuk menghilangkan efek perlakuan
sebelumnya agar tidak meninggalkan efek/respon) selama 1 hari.
44
O3
=
Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, dan denyut nadi
sebelum bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik duduk di atas dingklik. O4
=
Pengukuran kelelahan, keluhan muskuloskeletal, denyut nadi dan
produktivitas sesudah bekerja pada kelompok eksperimen dengan posisi pembatik duduk di atas dingklik.
4.2
Penentuan Sumber Data
4.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin batik di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal yang terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : Riski Ayu, Cempaka Putih, Sidamukti dan Sekar Melati. Populasi dalam penelitian ini diambil dari kelompok Riski Ayu dengan populasi 40 orang pembatik. 4.2.2 Sampel Sampel penelitian ini adalah pengrajin batik yang ada di Kelurahan Kalinyamat Wetan Kota Tegal yang meemnuhi criteria inklusi sebagai berikut : 1) Jenis kelamin perempuan, sehat, tidak cacat fisik 2) Umur antara 26 sampai 60 tahun 3) Pendidikan minimal sekolah dasar 4) Pengalaman kerja minimal 1 tahun 5) Bersedia ikut menjadi subjek penelitian sampai selesai 4.2.3 Besar sampel
45
Sopiyudin (2004) menyatakan bahwa besarnya sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
N1
2 x f ( , ) 1 2
..................................... (1 )
Keterangan : N = Jumlah Sampel S = Standart Deviasi
1 Rerata pada kelompok kontrol
2 Rerata pada kelompok perlakuan Konstanta (0,01) Konstanta (0,05) F(α ,β) = 17,8 Penelitian pendahuluan diujikan kepada 10 responden. Data hasil kuesioner kemudian
dikelompokkan
menjadi
dua
yaitu
kuisioner
tingkat
keluhan
muskuloskeletal dan kelelahan. Dari masing-masing kuisioner dilakukan perhitungan besar jumlah sampel, dan diambil nilai terbesar sebagai jumlah sampel. a.
Kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal
N1
2 x f ( , ) = 9,63 orang 1 2
b. Kuisioner kelelahan
46
N1
2 x5,466 2 x 17,8 = 12,39 orang f ( , ) = 1 2 48,72 60,9
Dari kedua nilai diatas, nilai terbesar adalah 12,39, sehingga sampel yang diambil dalam penelitian adalah 12,39 orang. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop out subjek dari penelitian sehingga besarnya sampel ditetapkan menjadi 15 orang. 4.2.4 Teknik penentuan Sampel Sampel yang memenuhi kriteria subjektif sebanyak 40 orang (kelompok Riski Ayu), dalam hal ini yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 15 orang yang diambil secara acak sederhana atau simple random sampling (Nazir, 2006) dan sesuai dengan perhitungan dengan menggunakan rumus Sopiyudin (2004). 4.2.5 Kriteria tidak dilanjutkan sebagai sampel Criteria yang dipakai sebagai dasar untuk membatalkan keterlibatan seseorang sebagai sampel adalah sebagai berikut : 1) Jika selama penelitian tiba-tiba jatuh sakit atau cidera 2) ada kesibukan lain sehingga selama pelaksanaan penelitian tidak bisa ikut 3) jika selama penelitian orang tersebut pindah kerja 4) jika dalam pengambilan data orang tersebut memberikan data ekstrim.
4.3
Subjek dan Objek Penelitian
47
Subjek penelitian ini adalah 15 orang pembatik perempuan. Analisis deskriptif pada subjek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masingmasing kriteria yaitu usia, tinggi badan, berat badan, dan pengalaman kerja. Objek penelitian adalah sikap kerja / posisi kerja untuk aktivitas membatik dengan posisi duduk diatas lantai dan duduk di atas dingklik.
4.4 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Kelurahan Kalinyamat Wetan RT 05/RW 01, Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. 4.5 Metode dan analisis data Penelitian ini menggunakan metode pengukuran: observasi pekerjaan, wawancara, diskusi dan penyebaran kuisioner. Pengukuran keluhan Musculoskeletal dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan 30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan Association Of Industrial Healt, pengukuran denyut nadi dengan bantuan stop watch , dan meteran logam untuk mengukur peralatan kerja. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan cara deskriptif untuk sikap kerja, karakter fisik pembatik, denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja dan pemulihan serta Keluhan musculoskeletal, baik untuk pembatik dengan posisi duduk diatas lantai atau pembatik duduk diatas dingklik. Tahap analisis dalam penelitian ini, observasi
48
dilakukan terhadap objek yang sama atau sampel yang sama dengan bantuan kuisioner. Data hasil kuesioner diolah dengan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS) Versi 16 for windows. Analisis data dibagi dalam tiga bagian yaitu analisis deskriptif, uji normalitas, dan uji beda. 4.5.1 Analisis deskriptif Analisis deskriptif pada objek dilakukan dengan menghitung rerata dan simpang baku untuk masing-masing kriteria yaitu usia, tinggi badan dan berat badan. 4.5.2 Uji normalitas Data
penilaian
terhadap
keluhan
musculoskeletal
dan
kelelahan
menggunakan uji normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov (dengan tingkat kemaknaan α = 0,05) 4.5.3 Uji beda Uji terhadap keluhan muskuloskeletal, kelelahan menggunakan uji beda dua kelompok berpasangan dengan taraf signifikansi (α=0.05). Jika data berdistribusi normal, maka digunakan uji t berpasangan. Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji Wilcoxon.
4.6. Variabel Penelitian
49
4.6.1 Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah posisi kerja membatik dengan duduk diatas lantai dan posisi kerja pembatik dengan duduk di atas dingklik. 4.6.2 Variabel Terikat Pada penelitian ini terdapat dua variabel terikat yaitu : Keluhan Musculosketeletal , Kelelahan dan produktivitas. 4.6.3 Variabel Kontrol Pada penelitian ini kontrol yang dilakukan adalah Kontrol Faktor Individu subjek (pembatik) meliputi usia, tinggi badan, berat badan dan pengalam kerja, kondisi lingkungan , peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. 4.6.4 Definisi Operasional 1) Sikap kerja membati duduk di atas lantai Adalah sikap atau posisi tubuh pada sat membatik dengan duduk di lantai , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas Gawangan
selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan
dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatannya sebagai berikut : tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm dan tinggi gawangan 80 cm. Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas dingklik dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.
50
Gambar 4.2 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai
Gambar 4.3 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik
2) Sikap kerja duduk di atas dingklik Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas dingklik , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas Gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Tata letak peralatan sebagai berikut: tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm dan tinggi gawanngan 80 cm. 3) Keluhan moscuketeletal Sistem muskuloskeletal adalah permasalahan yang berhubungan dengan sistem muscles, meliputi otot (muscles), syaraf (nerves) dan tulang (bones). Pekerjaan yang dirancang kurang baik akan menghasilkan ketidak efektifan terhadap sistem muskuloskeletal tersebut (Kristyanto, 2004). Muskuloskeletal diukur menggunakan Nordic Body Map.
51
4) Kelelahan Grandjean (1993) menyatakan kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motorik dan respirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, penurunan aktivitas yang akan mempengaruhi aktivitas fisik dan mental. Kelelahan diukur menggunakan skala likert. 5) Produktivitas Suma’mur (1992) menyatakan produktivitas tenaga kerja diukur dari perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja tiap satuan waktu. Produktivitas diukur dari jumlah produksi dibagi rerata nadi kerja per satu jam kerja.
Pr oduktivitas
Output Input
6) Usia Usia merupakan umur seseorang sejak orang tersebut dilahirkan sampai data diambil, usia dihitung dalam tahun. 7) Jenis kelamin Jenis kelamin adalah hasil pengamatan secara Fenotype, didukung keterangan dari formulir biodata subjek. 8) Tinggi badan Tinggi badan merupakan jarak dari telapak kaki sampai kepala, tinggi badan diukur dalam meter (m).
52
9) Berat badan Berat badan merupakan berat subyek yang melakukan perlakuan penelitian, berat seseorang diukur dalam kilogram (kg). 10) Masa kerja Masa kerja adalah lama seorang bekerja disuatu perusahaan, yaitu mulai masuk sampai penelitian dilakukan, masa kerja dihitung dalam tahun. Data masa kerja termasuk dalam skala rasio. 11) Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989). 12) Kesehatan Menurut pernyataan dari Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan. Data kesehatan termasuk dalam skala likert. 13) Alat kerja Alat
kerja
adalah
mempermudah pekerjaan.
14) Pekerja
media
yang
digunakan
untuk
membantu
dan
53
Untuk definisi pekerja, UU menyatakan pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (UU 13/2003 Pasal 1 butir 3).
4.7 Instrumen Penelitian 4.7.1 Alat Pengumpul Data 1. Kuesioner nordic body map digunakan untuk mengukur besarnya keluhan muskuloskeletal. 2. Formulir produktivitas kerja digunakan untuk mengambil data input, output dan batas waktu penyelesaian tugas. 3. Formulir biodata subjek digunakan untuk mengambil data kondisi subjek yaitu nama, umur, berat badan, tinggi badan, pengalaman kerja, dan jenis kelamin. 4. Tensi meter otomatis dengan merk omron digunakan untuk mengukur denyut nadi pekerja. 5. Timbangan badan untuk mengukur berat badan pekerja dengan merek Krups buatan Irlandia 6. Camera digital untuk mendokumentasikan proses kerja dan mengetahui postur tubuh ketika bekerja dengan merek Sony. 7. Meteran Logam merek Vitara : 5M / 16 FT 8. Stop watch merek Seiko buatan Jepang 4.7.2 Alat Pengolahan Data
54
Berdasarkan data-data
yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya
diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS Versi 16 for windows untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan dalam penelitian ini melalui pengujian sebagai berikut : Semua data diperoleh nilai rerata dan simpang baku untuk usia, tinggi badan dan berat badan dan uji perbedaan dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
4.8. Tahapan Penelitian Sebagai langkah pemecahan terhadap masalah yang didapatkan dengan dikaitkan situasi dan kondisi setempat, maka tahapan pemecahan masalah yang akan dilakukan oleh pelaksana akan menggunakan pendekatan action research. Oleh karena itu rencana yang akan disusun oleh pelaksana terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut : 4.8.1 Survai Awal Pada tahap ini dilakukan pendekatan dengan masyarakat yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian. Pendekatan dilakukan baik secara formal maupun non formal agar tercipta situasi yang kondusif untuk melakukan penelitian dan sebagai dasar untuk melakukan tahapan selanjutnya. Aktifitas yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah sobservasi wawancara, tata muka, ceramah dan diskusi mengenai masalah yang dihadapi oleh pengrajin sehubungan dengan pekerjaannya. Pada tahap ini juga dilakukan suatu penanaman pengertian bahwa keluhan yang timbul sebagai akibat kerja seharusnya dapat diatasi sendiri oleh pekerja. Disampaikan juga prinsip
55
fisiologi tubuh manusia bahwa tubuh mampunyai mekanisme adaptasi yang harus dipelihara sehingga apabila ada keluhan nyeri, maka harus dikembalikan ke kondisi awal sehingga keluhan tidak akan bertambah parah. Pada tahapan ini peneliti juga mengadakan aktifitas diskusi dan tanya jawab dua arah yang komunikatif sehingga tercipta diskusi yang dapat menghasilkan kesepahaman mengenai permasalahan yang terjadi kaitannya dengan keluhan muskuloskeletal pembatik. 4.8.2 Pemberian Quisioner Pada tahap ini peneliti membagikan pertanyaan yang lebih rinci untuk mengetahui tingkat pengetahuan pengrajin mengenai keluhan nyeri anggota tubuh yang dirasakan dan tindakan apa yang dilakukan oleh pengrajin untuk mengatasinya. Pada akhirnya peneliti berusaha mengukur nilai kuantitatif nyeri yang mereka rasakan dengan NIOSH Nordic Body Map Subjective Filling, pengukuran rasa lelah dengan 30 Item Self Rating Questionnaire Industrial Fatique Research Committee dari Japan Association Of Industrial Healt dan pengukuran denyut nadi. 4.8.3 Pengambilan Gambar Sikap / Posisi Kerja Pembatik Pada tahap ini pelaksana mengambil gambar posisi dan sikap pekerja/pengrajin yang dilakukan sehari-hari. Hal ini diperlukan untuk menganalisis kemungkinan posisi kerja sebagai penyebab terjadinya keluhan nyeri anggota badan. Diharapkan dari kegiatan ini dapat diketahui penyebab keluhan tersebut ditinjau dari posisi kerja yang dilakukan. 4.8.4 Analisis Ergonomi
56
Dengan menggunakan gambar posisi kerja pengrajin ditambah hasil quesioner maka pelaksana dapat melakukan analisis untuk mengetahui penyebab keluhan nyeri anggota badan. Hasil analisis ini selanjutnya digunakan sebagai dasar pijakan untuk memberikan penerangan kepada pengrajin mengapa bisa timbul keluhan nyeri anggota badan yang mereka alami. 4.8.5 Sosialisasi dan Diskusi Pada tahap ini peneliti melakukan ceramah dan diskusi untuk mensosialisasikan hasil temuan/penelitian berdasar tahapan analisis yang telah dilakukan. Pada tahap ini dilakukan diskusi ( Focus Group Discussion) antara peneliti dengan pengrajin mengenai beban kerja dan keluhan Musculoskeletal para pembatik.
57
4.9 Langkah-langkah Penelitian Alur penelitian dapat ditunjukkan dalam gambar 4.4.
Survey penelitian
Studi Pustaka
Identifikasi masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian
Pengukuran sikap kerja pembatik duduk diatas lantai/dingklik
Washing Out Analisa Data dan Pembahasan
Kontrol Sebelum bekerja : - Kuisoner Nordic Body Map - Pengukuran denyut nadi Kontrol : duduk di atas lantai Setelah Bekerja : - Kuisoner Nordic Body Map - Pengukuran denyut nadi Eksperimen Sebelum Bekerja : - Kuisoner Nordic Body Map Eksperimen : duduk diatas dingklik Setelah Bekerja : - Kuisoner Nordic Body map - Pengukuran denyut nadi
Kesimpulan dan saran Gambar 4.4 Diagram Alur Penelitian
58
4.10 Jadwal Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga (3) bulan (Januari, Pebruari, Maret tahun 2011) dengan jadwal kegiatan sebagai berikut.
Tabel 4.1 Jadwal penelitian N0. 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. 2. a. b. c. d. e. f. g. 3. a. b. c. d. e. 4. 5.
Kegiatan Persiapan Perizinan (koordinasi dengan home industry ) survei awal/pendahuluan Menetapkan rencana jadwal kerja Menetapkan pembagian kerja antara tim Menetapkan desain penelitian Menentukan bahan dan alat penelitian Menetapkan lokasi penelitian Menyusun format-format data mentah Survey penelitian (koordinasi dengan pengrajin batik) Pelaksanaan Pengumpulan data (kelelahan dan musculoskeletal) Menyusun dan mengisi format data Melakukan pemantauan atas pengumpulan data Pengolahan data Melakukan analisis data Menyimpulkan hasil analisis Membuat Kesimpulan Membuat Pembahasan Menyusun konsep laporan Melakukan diskusi antar anggota tim Penyusunan Laporan Hasil Penelitian Menyusun konsep laporan akhir Menyusun laporan akhir dan bahan untuk seminar Penggandaan dan Pengiriman laporan penelitian Menyusun artikel ilmiah
Bulan 2 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
59
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian Berikut ini adalah penyajian beberapa data dari hasil penelitian, antara lain : 5.1.1 Penentuan Jumlah Sampel Perhitungan besar sampel untuk rancangan dengan subjek yang sama antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen didasarkan pada rumus dari Sopiyudin (2004). Perhitungan sampel juga didasarkan pada hasil penelitian pendahuluan dengan subjek 10 orang. Hasil penelitian pendahuluan dengan subjek 10 orang diperoleh rerata untuk kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal sebesar 51,1 dan rerata untuk kuisioner kelelahan
sebesar 39,6. Rerata tingkat keluhan
muskuloskeletal setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 51,1 menjadi 40,88. Sedangkan untuk kelelahan setelah dilakukan perbaikan diharapkan menurun sebanyak 20% yaitu dari 39,6 menjadi 31,68. Untuk α = 0,05 dan untuk β = 0,10 maka besar sampel (n) untuk tingkat keluhan muskuloskeletal adalah sebanyak 9,6 dan untuk kuisioner kelelahan juga sebanyak 12,3. Besarnya sampel ditambah 20% untuk menghindari terjadinya drop out
subjek penelitian
sehingga
sampel ditetapkan menjadi 15 orang.
60
5.1.2 Karakteristik Subjek Subjek penelitian yaitu pekerja yang sedang membatik dengan jumlah 15 orang perempuan. Diskripsi subjek ditunjukkan dalam Tabel 5.1 menyatakan bahwa usia subjek didapat rerata 41,53 th ± 12,21 tahun dengan rentangan 26-60 tahun. Tinggi badan subjek didapat rerata 1,52 m ± 0,04 m dengan rentangan 1,47-1,65 meter. Berat badan subjek didapat rerata 48,67 kg ± 4,35 kg dengan rentangan 42-56 kilogram. Pengalaman kerja subjek didapat rerata 17,33 th ± 8,59 th dengan rentangan 5-30 tahun.
Tabel 5.1 Deskripsi Subjek perempuan Aspek Rerata SB Rentangan Usia (tahun) 41,53 12,21 26-60 Tinggi badan (m) 1,52 0,04 1,47-1,65 Berat Badan (kg) 48,67 4,35 42-56 Lamanya bekerja (tahun)
17,33
8,59
5-30
Keterangan : SB = Simpangan Baku
5.1.3 Sikap kerja 1) Sikap kerja membatik duduk di atas lantai Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di lantai , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan
61
bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus ke depan. Sikap pembatik dengan duduk di lantai dan di atas dingklik dapat dilihat pada gambar 5.1 dan 5.2.
Gambar 5.1 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Lantai
Gambar 5.2 Posisi Kerja Pembatik Duduk di Atas Dingklik
2) Sikap kerja duduk di atas dingklik Adalah sikap atau posisi tubuh pada saat membatik dengan duduk di atas dingklik , bahan yang dikerjakannya diletakkan di depan tubuh, atau diletakkan di atas gawangan selanjutnya sikap tubuh pengrajin membungkuk menyesuaikan dengan bahan/alat yang dikerjakan. Posisi lutut (kaki) pembatik ditekuk dan kadang lurus ke depan. 5.1.4 Kondisi Alat Kerja
62
1) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk dilantai sebagai berikut : tinggi wajan (tempat malam cair) 20 cm, jangkauan terhadap wajan 50 cm, tinggi gawangan 80 cm dan panjang gawangan 111 cm. 2) Tata letak peralatan untuk posisi membatik dengan duduk di atas dingklik sebagai berikut : tinggi wajan 20 cm, jangkauan terhadap wajan 49 cm, tinggi gawangan 80 cm, panjang gawangan 111 cm dan ukuran dingklik adalah 39 x 29 cm.
5.1.5 Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di lantai 1) Keluhan Sistem Musculoskeletal Posisi pembatik duduk di lantai Pengukuran tingkat keluhan system musculoskeletal menggunakan kuisioner Nordic Body Map, yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. a) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan sakit pada bagian tubuh. b) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sesudah bekerja ternyata dari 15 pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan pantat. 2) Keluhan akibat kelelahan Posisi pembatik duduk di lantai Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
63
a) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan gangguan keluhan. b) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15 pembatik merasakan tingkat kelelahan :
pelemahan kegiatan 38, 67% ;
pelemahan motivasi 30,67% dan pelemahan fisik 40,67%. 3) Produktivitas Posisi pembatik duduk di lantai Produktivitas pembatik merupakan rasio perbandingan antara jumlah produk dibagi dengan jumlah pulse. Produktivitas yang dihasilkan dari 15 orang pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0039 ± 0,0007. Hasil ratarata perolehan denyut nadi adalah 75 per menit, dengan demikian maka kegiatan membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja ringan (lampiran 3). 5.1.6 Keluhan Sistem Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas Kerja Posisi duduk di atas dingklik. 1) Keluhan Sistem Musculoskeletal Posisi pembatik duduk di atas dingklik Pengukuran tingkat keluhan system musculoskeletal menggunakan kuisioner Nordic Body Map, yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. a) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan sakit pada bagian tubuh.
64
b) Pengukuran menggunakan Nodic Body Map yang dilakukan sesudah bekerja ternyata dari 15 pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong,
pantat ; 13, 13%
bagian siku kanan dan lutut kiri.
2) Keluhan akibat kelelahan Posisi pembatik duduk di atas dingklik Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik (skala likert) yang dilakukan sebelum dan sesudah bekerja. a) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi, dan fisik yang dilakukan sebelum bekerja, ternyata 15 pembatik tidak merasakan gangguan keluhan. b) Pengukuran kelelahan menggunakan kuisioner 30 pertanyaan pelemahan kegiatan, motivasi dan fisik yang dilakukan sesudah bekerja, ternyata dari 15 pembatik merasakan tingkat kelelahan :
pelemahan kegiatan 36,67% ;
pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%. 3) Produktivitas Posisi pembatik duduk di atas dingklik Produktivitas pembatik merupakan rasio perbandingan antara jumlah produk dibagi dengan jumlah pulse. Produktivitas yang dihasilkan dari 15 orang pembatik yang duduk di atas lantai memiliki rerata 0,0056 ± 0,0012. Hasil ratarata perolehan denyut nadi adalah 71 per menit, dengan demikian maka kegiatan membatik dengan posisi duduk di atas lantai memiliki beban kerja sangat ringan
65
(lampiran 3). Di bawah ini tabel yang menunjukkan rekap seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai (kontrol) menjadi sikap kerja duduk di atas dingklik (eksperimen). Tabel 5.2 Rekap Hasil Tingkat Keluhan Sistem Musculoskeletal
Tabel 5.3 Rekap Tingkat Kelelahan
Table 5.4 Rekap Selisih Tingkat Keluhan Musculoskeletal, Kelelahan dan Produktivitas
66
Dari tabel di atas didapat rerata perbandingan tiap variable pada kelompok kontrol ( posisi membatik duduk di lantai) dan perbaikan sikap kerja pada kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik )
5.2 Analisis data
67
5.2.1 Uji Normalitas Terhadap Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan,
dan
Produktivitas Uji Normalitas untuk menguji data kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol sebelum beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen sebelum beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol setelah beraktivitas, tingkat keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen setelah beraktivitas, kelelahan kelompok kontrol sebelum beraktivitas, kelelahan kelompok eksperimen sebelum beraktivitas, kelelahan kelompok kontrol setelah beraktivitas, kelelahan kelompok eksperimen setelah beraktivitas, produktivitas kelompok kontrol sebelum beraktivitas, produktivitas kelompok eksperimen sebelum beraktivitas, produtivitas kelompok kontrol setelah
beraktivitas, produktivitas kelompok
eksperimen setelah beraktivitas. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan sebaran distribusi normal. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Rerata, Simpang Baku Dan Uji Normalitas Aspek Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok kontrol (lantai) Aspek kelelahan kelompok kontrol (lantai) Aspek produktivitas kelompok kontrol (lantai) Aspek keluhan muskuloskeletal kelompok eksperimen (dingklik) Aspek kelelahan kelompok eksperimen (dingklik) Aspek produktivitas kelompok eksperimen
Rerata
Simpang Baku
57,13
4,42
P 0,866
53,73 5,97 0,0039 0,0007
0,892 0,179
49,87
0,908
2,82
40,87 2,75 0,0056 0,0012
0,930 0,100
68
(dingklik) p = nilai probabilitas
Berdasarkan perhitungan, didapat nilai p pada seluruh aspek lebih besar daripada 0.05 ( p > 0,05 ) dengan demikian semua data berdistribusi normal. 5.2.2 Uji
T
Terhadap
Keluhan
Muskuloskeletal,
kelelahan,
dan
Produktivitas Hasil uji Normalitas keseluruhan data berdistribusi normal, maka analisis yang digunakan adalah uji compare mean yaitu dengan menggunakan uji t berpasangan (Paired sample T-Test). Hasil uji t untuk subjek ditunjukkan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Rerata, Beda Rerata, dan Uji t Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Variabel
Kelompok
Rerata
Keluhan Muskuloskeletal
Kontrol Ekperimen Kontrol Ekperimen Kontrol Ekperimen
57,13 49,87 53,73 40,87 0,0039 0,0056
Kelelahan Produktivitas
Simpangan Baku 4,42 2,82 5,97 2,75 0,0007 0,0012
Beda Rerata
t hitung
P
-7,26
7,27
0,000
-12,86
1,28
0,000
0,0016
-1,62
0,000
Tabel 5.7 menyatakan bahwa tingkat keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas pada sampel didapat nilai probabilitas masing-masing sebesar 0,000;
69
0,000; dan 0,000 ( p < 0,05 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan produktivitas sebesar 41,03 %.
BAB VI PEMBAHASAN
70
6.1 Karakteristik Subjek Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 15 orang pembatik perempuan. Rerata umur subjek penelitian adalah 41,53 ± 12,21 dengan rentangan 26-60 tahun menunjukkan rentang usia yang cukup jauh untuk melakukan aktivitas kerja. Ditinjau dari segi umur subjek menunjukkan bahwa usia manula (lanjut usia)
dapat
melaksanakan aktivitas membatik. Rerata tinggi badan objek penelitian adalah 1,52 ± 0,04 meter, rerata berat badan 48,67 ± 4,35 kg. Tinggi badan dan berat badan akan sangat berpengaruh pada Body Mass Index (BMI). Body Mass Index (BMI) merupakan standar yang biasanya digunakan untuk menentukan berat ideal. Sehingga status gizi seseorang dapat diketahui. Kategori kekurangan berat badan pada BMI adalah kurang dari 18,5, kategori normal pada BMI adalah 18,5–24,9; kategori kelebihan berat badan pada BMI adalah 25–29,9 dan kategori obesitas pada BMI adalah lebih besar dari 30. Subjek penelitian mempunyai rerata BMI sebesar 21,02 ± 1,81 sehingga dapat disimpulkan bahwa responden memiliki tingkat BMI normal dan diasumsikan mempunyai cakupan gizi yang baik.
6.2 Uji Normalitas
71
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi dengan sebaran distribusi normal.. Uji ini dilakukan dengan uji KolmogorovSmirnov. Data yang diuji yaitu data tingkat Keluhan muskuloskeletal, tingkat kelelahan, dan produktivitas kelompok sistem kerja lama dan kelompok sistem kerja baru pada responden. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel, kelompok, serta pada responden. Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa probabilitas pada masing-masing variabel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada sampel lebih besar 0,05 ( p > 0,05 ), sehingga data dinyatakan berdistribusi normal.
6.3 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Produktivitas Uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametrik dengan uji t berpasangan karena data yang diambil kurang dari 30 dan secara keseluruhan data berdistribusi normal. 6.3.1 Uji Beda Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tingkat keluhan muskuloskeletal diukur dengan menggunakan kuesioner tingkat keluhan muskulosketal dengan Nordic Body Map diberikan sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Nilai keluhan sebelum kerja merupakan jumlah nilai keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian yang terdapat pada kuesioner pada masing-masing perlakuan. Beda tingkat keluhan muskuloskeletal merupakan selisih antara nilai tingkat keluhan muskuloskeletal sesudah kerja dengan nilai sebelum
72
kerja. Untuk tingkat keluhan muskuloskeletal didapat nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05)
sehingga dinyatakan bahwa
terdapat
penurunan
tingkat
keluhan
muskuloskeletal secara bermakna antara kelompok kontrol (duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan sebesar 12,71 %. Perbedaan tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 Grafik Tingkat Keluhan Muskuloskeletal Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Berdasarkan Gambar 6.1 sebagian besar sampel mengalami penurunan tingkat keluhan muskuloskeletal. Dari hasil kuisioner tingkat keluhan muskuloskeletal, didapat penurunan pada keluhan subyektif
yaitu sakit pada bokong dari 40 %
menjadi 20 %, sakit pada siku kanan dari 40 % menjadi 13,33 %, sakit pada lutut kiri dari 40 % menjadi 13,33 %, sakit pada leher bagian atas dari 33,33 % menjadi 20%,
73
sakit pada bahu kanan dari 33,33 % menjadi 26,67 %, sakit pada pinggang dari 33,33 % menjadi 20 %, sakit pada tangan kanan dari 33,33 % menjadi 20 %, sakit pada paha kiri dari 33,33 % menjadi 20 % dan sakit pada lutut kanan dari 33,33 % menjadi 13,33 %. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan system musculoskeletal pembatik tulis. 6.3.2 Uji Beda Kelelahan Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelelahan diukur dengan menggunakan kuesioner kelelahan dengan skala Likert diberikan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Nilai keluhan sebelum kerja merupakan jumlah nilai keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian yang terdapat pada kuesioner pada masing-masing perlakuan. Nilai keluhan setelah kerja adalah jumlah keluhan yang dirasakan oleh subjek penelitian setelah melakukan pekerjaan pada masing-masing perlakuan. Beda kelelahan merupakan selisih antara nilai kelelahan sesudah kerja dengan nilai kelelahan sebelum kerja. Untuk tingkat kelelahan didapat nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dinyatakan bahwa terdapat penurunan kelelahan secara bermakna antara kelompok kontrol (duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Perbedaan tingkat kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 6.2.
74
Gambar 6.2 Grafik Tingkat Kelelahan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Berdasarkan Gambar 6.2 sebagian besar sampel mengalami penurunan kelelahan. Dari hasil hasil kuisioner kelelahan, didapat penurunan pada kelelahan yaitu Penurunan pelemahan kegiatan dari 38,67 % menjadi 36,67 %, pelemahan motivasi dari 30,67 % menjadi 26,67 %, pelemahan fisik dari 40,67 % menjadi 29,33 %. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi gangguan kelelahan kerja pembatik tulis. 6.3.3 Uji Beda Produktivitas Kerja Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Tingkat produktivitas kerja didapat nilai probabilitas sebesar 0,000 (p<0,05) sehingga dinyatakan bahwa terdapat peningkatan produktivitas kerja secara bermakna antara kelompok kontrol (duduk di lantai) dan kelompok eksperimen (duduk di atas
75
dingklik). Beda rerata antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 0,0016 atau terjadi peningkatan sebesar
41,03 %. Perbedaan tingkat
produktivitas kerja antar kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3 Grafik Tingkat Produktivitas antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen
Gambar 6.3 menjelaskan bahwa sebagian besar sampel mengalami peningkatan tingkat produktivitas kerja antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbaikan sikap kerja atau posisi tubuh pembatik dari posisi duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat meningkatkan produktivitas kerja pembatik tulis. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Sesuai dengan pernyataan Suma’mur (1992) yang menyatakan bahwa penerapan ergonomi ke dalam
76
sistem kerja telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja.
77
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 4) Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk dilantai adalah : c) Tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 40 % merasakan sakit pada tubuh bagian bokong, siku kanan, lutut kiri ; 60% mersakan sakit pada tubuh bagian punggung dan pantat. d) Tingkat kelelahan
pembatik yang duduk di lantai meliputi : pelemahan
kegiatan 38, 67% ; pelemahan motivasi 30,67%
dan pelemahan fisik
40,67%. 5) Besarnya keluhan sistem musculoskeletal dan kelelahan pembatik pada sikap kerja duduk di atas dingklik adalah : c) Tingkat keluhan sistem musculoskeletal pembatik merasakan sakit dengan tingkat keluhan : 20 % merasakan sakit pada tubuh bagian punggung, bokong, pantat ; 13, 13% bagian siku kanan dan lutut kiri.
78
d) Tingkat kelelahan
pembatik yang duduk di atas dingklik meliputi :
pelemahan kegiatan 36,67% ; pelemahan motivasi 26,67% dan pelemahan fisik 29,33%. 6) Perbaikan sikap kerja pembatik duduk di atas lantai menjadi duduk di atas dingklik dapat mengurangi keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik. Hal ini terbukti dari penurunan yang bermakna antara semua variabel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Beda rerata tingkat keluhan muskuloskeletal antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 7,26 atau terjadi penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 12,71 %. Beda rerata kelelahan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar 12,86 atau terjadi penurunan kelelahan sebesar 23,93 %. Beda rerata tingkat produktivitas antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah sebesar
0,0016 atau terjadi peningkatan
produktivitas sebesar 41,03 %.
7.2 Saran 1) Perlu diteliti lebih lanjut mengenai peralatan / fasilitas membatik yang ergonomis sebagai upaya dalam memperbaiki sistem kerja. 2) Perlu diteliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan keluhan sistem musculoskeletal, kelelahan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja pembatik dengan posisi duduk di lantai dan posisi duduk di atas dingklik.
79
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. UU. 13/2003 Pasal 1 Butir 3. [Cited 2009 Mei. 15]. Available from : URL : www.hukumonline.com/klinik_detail.asp? Anonim. 1989. UU. RI. Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Cited 2009 Mei. 18]. Available from : URL : www.dikti.go.id/Archive2007/uu_no2_1989.htm Astrand, P.O. and Rodahl, K. 1977. Textbook of work physiology-physiological bases of exercise, 2nd edt. McGraw-Hill Book Company. USA.
Aroef. M. 1985. Motivasi Dan Produktivitas, Suatu Pembahasan dengan Kasus Indonesia, dalam J. Ravianto, Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta. Atmosoeharjo, H.S. 1994. Penerapan Ergonomi Dalam Rekayasa manusia Mesin/Peralatan (Man-Machine Design). Forum Ilmu Kesehatan Masyarakat XII No. 1-2 : 113-122.
Abeysekera, J. 2002, Ergonomics and Industrially Developing Countries, Jurnal Ergonomi Indonesia, Vol 2. p3-13.
Bagus, Ida P. 2000. Perbaikan Sikap kerja Duduk Mengurangi Gangguan Sistem Musculoskeletal dan Meningkatkan Produktivitas kerja Pengrajin Batok Kelapa di Desa Koripan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung Bali. Tesis. Universitas Udayana Denpasar Bali. Barnes. R. 1991. Motion And Time Study, John Wiley, New York
80
Branton. P.1972. Ergonomics Research Contributions to the Design of the Passenger Environment, Paper Presented to Institute of Mechanical Engineers Symposium on Passenger Comfort, London. Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Mc. Graw-Hill, Inc, New York. Byrd and Moore. 1986. Stategic planning for industrial engineering function. Van Nosttran Reinhold Company, New York. Ganong, W.F. 2001. Review of medical physiology, Lange Medical Books. McGrawHill Medical Publishing Division. NewYork . Guyton AC, Hall JE. 1987. Textbook of medical physiology., 2th edt. Taylor and Francis Inc. London. Grandjean, E. 1993. Fitting the task to the man. 4th ed. Taylor & Francis Inc. London. Grandjean. E. 1973. Ergonomics In the Home, Tailor and Francis, London.
Grandjean, E., 1991. Fatique. Parmeggiani, L. ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Third (resived) edt. ILO. Geneva : 837-839. Kristyanto, B. 2004. Ergonomi konkruen dan penerapannya dalam sistem manufaktur. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi, Aplikasi Ergonomi dalam Industri, Yogyakarta. Kroemer, et.al. 1994. Ergonomics: how to design for ease and efficiency. PrenticeHall, Inc. New Jersey. Labar, G. 1996. OSHA’s Ergonomic Program, Occupational Ergonomics Theory and Application, P 655-667, Marcel Dekker, New York.
Luopajarvi. 1990. Ergonomics, Analysis of Work and Postural Load, Taylor & Francis Ltd, London.
Manuaba, A. 1992. Pengaruh ergonomi terhadap produktivitas. Produktivitas Tenaga Kerja, Jakarta.
Seminar
81
Mark, S.L., David, C.V., Dainoff, M.J., Cone, S., and Lassen, K. 1985. Measuring Movement at Ergonomics Workstation. In R.E. Ebert and C.G. Ebert (ed). Trends in Ergonomics/Human Factors II. North-Holland, Amsterdam.
Mazur, G. 1994. QFD for Service Industries : From Voice Customers to Task Deployment, procceding of Fifth Symposium On Quality Function Deployment, Novi, Michigan. Muller, K.F.H. 1965. Ergonomic: man in his working environment. Chapman and Hill Inc, London. Nurmianto, Eko. 1996. Jakarta.
Ergonomi konsep dasar dan aplikasiny,. Guna Widya,
Nurmianto. E.1998 Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Edisi Pertama, Guna Widyan, Jakarta
Oborne, D.J. 1982. Ergonomics at Work. John Wiley and Sons. Ltd., NewYork.
Phoon, W.O. 1988. Practical Occupational Health, PG. Publising, Singapore.
Pulat, BM. 1992. Fundamental of industrial ergonomic. Prectise Hall Englewood Cliffs, New Jersey. Pratiknya, A. W. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan , Raja Gravindo Persada, Jakarta. Prasetyowibowo, Bagas. 1999. Desain Produk Industri. Penerbit Yayasan Delapan Sepuluh, Bandung. Partha, C.G.I. 2002. Penggunanan betel modifikasi menurunkan beban kerja dan keluhan subjektif serta meningkatkan produktifitas pembobok tembok
82
pemasang pipa instalasi listrik. Tesis Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar. Pribadi, S. 1971. The search of A Foundation of the General Aim of Education Bandung, LPPP IKIP, Bandung. Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Suma’mur, P.K., 1992. Ergonomi untuk produktivitas kerja, Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta. Suma’mur. 1987. Hiperkes Keselamatan Kerja dan Ergonomi. Dharma Bakti Muara Agung, Jakarta.
Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Sherwood, L. 1996. Outlines and highlights for human physiology. Sutermeister dan Robert , A. 1969. People and Productivity, Mc Graw-Hill Book Company, Toronto. Simanjuntak. P. 1969. Tenaga Kerja : Produktivitas dan Kecenderungannya, dalam J.Ravianto (ed), Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta
Sagir, S. 1985. Pokok-pokok Pikiran Mengenai Kebijaksanaan untuk Meningkatkan Produktivitas Tenaga Kerja. Dalam J. Ravianto (ed), Produktivitas dan Mutu Kehidupan, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta. Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan produktifitas dengan ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
83
Suma’mur, P.K. 1982. Ergonomi untuk produktivitas kerja. Yayasan Swabhawa Karya, Jakarta. Sopiyudin, D. 2004. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan, uji hipotesis dengan menggunakan SPSS Seri 1. PT. Arkans, Jakarta. Tarwaka et.al. 2004. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan produktivitas, UNIBA PERS, Surakarta. Tayyari, F., and Smith, J.L. 1997. Occupational ergonomics, principles and applications. Chapman & Hall. London. Woodside, G. and Dianna K. 1997. Environmental Safety and Health Engineering, John Wiley, New York. Wilson, J.R. and Haines, H. M.,] 1998. Development of a framework for participatory ergonomic. HSE BOOKs. UK. Walpole, E. R., Myers, R. H. 1986. ilmu peluang dan statistika untuk insinyur dan ilmuwan. Bandung, ITB. Yahya. M. 1996. Penerapan Ergonomi Dalam Sistem Manusia-Alat Terhadap Kenyamanan Kerja Dan Produktivitas Pembatik Tulis Di Kotamadya Yogyakarta, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
84